Anda di halaman 1dari 19

KEANEKARAGAMAN JENIS MEIOFAUNA DI MUARA SUNGA

PROGO DAN MUARA SUNGAI OPAK

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam


Universitas Ahmad Dahlan

Oleh

Fauzan Muhammad Ardhi


1400017067

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA
2018

i
HALAMAN PENGESAHAN
PROPOSAL SEMINAR

KEANEKARAGAMAN JENIS MEIOFAUNA DI MUARA SUNGA


PROGO DAN MUARA SUNGAI OPAK

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

Fauzan Muhammad Ardhi

140017067

Telah disetujui pada tanggal ........................ dan diseminarkan

Menyetujui,

Dosen Pembimbing

Agung Budiantoro, S.Si., M.Si.


NIY. 60030462

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................... ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................... 2
C. Batasan Masalah............................................................................................. 2
D. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
E. Tujuan Penelitian............................................................................................ 3
F. Manfaat Penelitian.......................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................ 5
A. Meiofauna....................................................................................................... 5
1. Deskripsi......................................................................................................... 5
2. Habitat............................................................................................................ 5
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi................................................................ 7
B. Sungai dan Muara........................................................................................... 8
BAB III METODE PENELITIAN............................................................................. 9
A. Tempat dan Waktu.......................................................................................... 9
B. Alat dan Bahan............................................................................................... 9
C. Cara Kerja...................................................................................................... 10
D. Analisis Data.................................................................................................. 11
E. Diagram Alir Cara Kerja................................................................................ 13
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Meiofauna atau meiobenthos adalah kelompok hewan berukuran mikroskopis

yang hidup di dasar perairan. Kebanyakan meiofauna ditemukan pada substrat yang

lembut pada berbagai kedalaman baik pada air tawar atau air asin. Secara resmi,

meiofauna adalah kelompok hewan berukuran kecil yang lolos pada saringan 63 –

1000 µm (Giere, 2009).

Sungai merupakan salah satu lingkungan yang sering terkena dampak

pencemaran. Pencemaran dapat disebabkan karena berbagai jenis aktivitas manusia

yang dilakukan di sepanjang daerah aliran sungai. Meningkatnya aktivitas domestik,

pertanian dan industri akan mempengaruhi dan berdampak buruk terhadap kondisi

kualitas air sungai (Priyambada dkk.,2008). Selain itu, sungai juga membawa

sedimen, sampah dan limbah serta zat hara ke laut (Riena, 2012), sehingga daerah

muara dapat dikatakan sebagai penimbun semua hasil limbah dan zat hara sebelum

mengalirkannya ke laut. Berdasarkan peta aliran sungai utama di wilayah Gunung

Merapi (BNBP, 2010), Muara Sungai Progo dan Opak dipilih karena merupakan

muara bagi semua sungai yang melewati pemukiman di wilayah DIY.

Meiofauna sangat cocok digunakan sebagai bioindikator untuk tingkat

pencemaran perairan karena distribusi yang luas, masa hidup yang singkat, siklus

reprodiksi, keanearagaman yang tinggi, dan kebutuhan ekologi yang spesifik

menjadikannya sangat peka terhadap segala perubahan pada lingkungan. Komunitas

1
bentik biasanya akan merespon kondisi buruk tersebut dengan: kepunahan lokal,

perubahan komposisi biokenosis dan kelompok rantai makanan, modifikasi

pengelompokkan yang berpengaruh pada kelimpahan dan keragaman, dwarfisme,

perubahan kemampuan reproduksi sitologikal, biologis dan variasi morfologi

(Balsamo dkk., 2012). Karena ciri khasnya tersebut, maka meiofauna dapat

digunakan sebagai bioindikator untuk perairan.

B. Identifikasi Masalah

Alam sudah menyediakan hal-hal yang bisa digunakan oleh manusia untuk

mengetahui adanya ketidakseimbangan yang terjadi di alam. Meiofauna merupakan

salah satu karunia alam yang dapat digunakan sebagai bioindikator pencemaran air.

Masalah yang umum saat ini diantaranya adalah pencemaran daerah perairan, seperti

sungai, danau, dan laut. Sedimen yang terbawa arus sungai dapat terakumulasi di

daerah hilir yaitu muara. Sedimen ini dapat terkontaminasi zat-zat berbahaya yang

dapat mengganggu kehidupan di daerah sekitar muara dan pantai di sana.

C. Batasan Masalah

Masalah yang dikaji hanya mencakup data mengenai nilai keanekaragaman

spesies meiofauna hinggga tingkat genus dan tingkat pencemaran di daerah muara

Sungai Progo dan Sungai Opak. Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu,

derajat keasaman (pH) air, salinitas, dan kadar oksigen terlarut (DO, dissolved

oxygen) yang dilakukan di lapangan. Daerah cakupan penilitian ini hanya daerah

sedimen interstisial muara.

D. Rumusan Masalah
2
Rumusan masalah yang akan dikaji adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah tingkat keanekaragaman jenis meiofauna di Muara Sungai

Progo dan Sungai Opak?

2. Bagaimana tingkat pencemaran air di Muara Sungai Progo dan Sungai Opak?

3. Spesies apakah yang paling melimpah di Muara Sungai Progo dan Sungai

Opak?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai adalah sebagai berikut:


1. Mengetahui tingkat keanekaragaman jenis meiofauna di Muara Sungai Progo

dan Sungai Opak.


2. Mengetahui tingkat pencemaran air di Muara Sungai Progo dan Sungai Opak.
3. Mengetahui spesies yang paling melimpah di Muara Sungai Progo dan Sungai

Opak.

3
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini antara lain dapat digunakan sebagai rujukan bagi

pemerintah daerah untuk mengkaji dan memantau kualitas air di perairan sungai dan

muara. Selain itu dapat digunakan juga sebagai data tambahan untuk inventarisasi

spesies meiofauna untuk keperluan konservasi. Data yang diperoleh juga dapat

digunakan sebagai rujukan pembanding bioindikator untuk penelitian selanjutnya.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Meiofauna
1. Definisi
Meiofauna atau meiobenthos adalah anggota dari zoobenthos yang

dikelompokkan sendiri karena tidak tersaring pada saringan berukuran 0,1-1,0

mm-mesh. Mereka adalah makhluk-makhluk kecil yang sangat umum ditemukan

di pasir ataupun lumpur. Anggota yang termasuk ke dalam kelompok ini antara

lain adalah moluska yang sangat kecil, cacing kecing, beberapa kelompok

krustasea kecil (termasuk copepoda), serta sebagian kecil famili invertebrata

(Lalli, 2006).
Istilah makrobenthos dan mikrobenthos sudah ditetapkan oleh Molly F. Mare

pada tahun 1942 ketika membuat istilah “meiobenthos” untuk mendefinisikan

sekelompok metazoan bentik yang dapat dibedakan dari makrobenthos karena

ukuran mereka yang kecil. Istilah meiobenthos sendiri berasal dari bahasa Yunani

“µειος” yang artinya “lebih kecil” (Giere, 2009).


2. Habitat
Meiofauna termasuk dalam fauna avertebrata yang dapat ditemukan pada

berbagai tipe habitat. Habitat tersebut mencakup perairan air tawar, mangrove,

sampai ke perairan laut dalam. Secara kuantitas, meiofauna adalah kelompok

hewan metazoa yang sangat penting bagi ekosistem perairan. Beberapa peran

penting meiofauna adalah sebagai bagian dari rantai makanan yang penting,

meningkatkan laju difusi oksigen dari sedimen ke perairan dan sebaliknya, serta

membantu proses dekomposisi. Di alam, rata-rata kelimpahannya adalah sekitar

5
10-106/m permukaan sedimen dan berbeda-beda tergantung kedalaman, latitude
2

dan jenis substrat tinggalnya (Mahatma dkk., 2013).


Habitat meiofauna dapat dikategorikan menjadi 3 tipe keadaan substrat, yaitu

substrat kasar (pasir), substrat lunak (lumpur), dan sedimen yang kurang oksigen

(anoksik). Jenis meiofauna yang hidup pada tipe substrat kasar antara lain adalah

Copepoda, Ostracoda, Gastrotricha, Turbellaria, Oligochaeta, Tardigrada dan

Archiannelida. Pada substrat lunak, jenis meiofauna yang hidup di sana antara

lain Nematoda, Copepoda, Foraminifera, Ostracoda dan Annelida. Sedangkan

pada sedimen anoksik, jenis meiofauna yang hidup di sana antara lain

Nematoda, Turbellaria, Ciliata, Rotifera, Gastrotricha, Gnathostomulida dan

Zooflagellata (Mann dalam Zulkifli, 2008).


-
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Banyak dari kegiatan manusia, termasuk juga industri, aktivitas pertanian,

pertambangan, pengerukan dan pembuangan menghasilkan sejumlah besar

polutan ke wilayah laut. Hal tersebut dapat menyebabkan gangguan permanen

yang signifikan terhadap ekosistem. Selain di wilayah laut, ekosistem lepas

pantai juga dapat terkena polusi karena aktivitas manusia tersebut. Saat polusi

tersebut hadir dalam jumlah yang cukup, dengan kondisi tertentu polusi dapat

berefek pada biota yang hidup di dalam dan permukaan sedimen. Komunitas

bentik biasanya akan merespon kondisi buruk tersebut dengan: kepunahan lokal,

perubahan komposisi biokenosis dan kelompok rantai makanan, modifikasi

pengelompokkan yang berpengaruh pada kelimpahan dan keragaman,

6
dwarfisme, perubahan kemampuan reproduksi sitologikal, biologis dan variasi

morfologi (Balsamo dkk., 2012).


Keberadaan faktor kimia, fisika, maupun biologi dapat berpengaruh terhadap

kelimpahan individu dan komposisi genus meiofauna. Faktor kimia yang

berperan adalah: salinitas, pH dan Eh sedimen, oksigen, dan bahan organik yang

ada pada sedimen. Faktor fisika yang berperan adalah: ukuran partikel sedimen,

suhu, dan arus air. Sedangkan faktor biologi yang berperan adalah: bioturbasi dan

pemangsaan/predasi. Kesemua faktor – faktor tersebut saling berinteraksi dan

mengontrol komunitas meiofauna (Rosa dan Bemvenuti dalam Zulkifli, 2008).

Gambar 1. Skema respon Foraminifera dan nematode terhadap polusi (Balsamo dkk., 2012) .
a. Partikel sedimen

7
b. Oksigen
Ketika menggambarkan habitat meiofauna, ukuran butir merupakan faktor

kunci karena secara langsung menentukan kondisi spasial dan struktural dan

secara tidak langsung menentukan lingkungan fisik dan kimia dari sedimen.

Partikel sedimen yang tidak diurutkan dengan baik (misalnya pasir yang

dicampur dengan kerikil dan endapan) menjadi padat dan


Volume pori interstitial sering dikurangi menjadi hanya 20% dari total

volume. Sedimen yang tersusun dengan baik (kasar) mengandung hingga 45%

volume pori. Menurut RuttnerKolisko (1962), sebagian besar sampel lapangan

dari pasir air tawar yang tidak disortir memiliki volume pori 40%.

8
4. Sungai dan Muara
Sungai adalah bagian yang sangat penting dalam pengelolaan wilayah pesisir.

Hal tersebut dikarenakan fungsinya sebagai sarana transportasi dan sumber air

bagi masyarakat, perikanan serta pemeliharaan hidrologi rawa dan lahan basah.

Selain itu, sungai juga membawa sedimen, sampah dan limbah serta zat hara ke

laut. Akibatnya, terbentuklah dataran berlumpur, pantai berpasir dan berbagai

bentuk pantai lainnya (Riena, 2012).


Sungai merupakan salah satu lingkungan yang sering terkena dampak

pencemaran. Pencemaran dapat disebabkan karena berbagai jenis aktivitas

manusia yang dilakukan di sepanjang daerah aliran sungai. Meningkatnya

aktivitas domestik, pertanian dan industri akan mempengaruhi dan berdampak

buruk terhadap kondisi kualitas air sungai (Priyambada dkk.,2008).

9
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Januari hingga bulan April

2018 di Muara Sungai Progo dan Muara Sungai Opak. Penentuan stasiun

pengambilan sampel meiofauna menggunakan metode purposive random

sampling. Stasiun tempat pengambilan sampel ditentukan berdasarkan dengan

pertimbangan jarak dan kondisi lingkungan, sehingga ditetapkan 3 stasiun

pengamatan pada masing-masing muara. Tiga stasiun yang dipilih terletak di

bagian atas (stasiun I), tengah (stasiun II) dan hilir (stasiun III).

10
Gambar 2. Muara Sungai Progo (atas) dan Muara Sungai Opak (bawah)
B. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang akan digunakan adalah corer yang terbuat dari pipa PVC dengan

diameter 5 cm dan panjang 40 cm, pipet tetes, cooler box, mikroskop binokuler,

termometer, pH meter, handcounter, saringan bertingkat ukuran 1000 µm mesh

dan 63 µm mesh, dan plankton net, cawan petri besar.


2. Bahan
Bahan yang akan digunakan adalah formalin 4%, kantong plastik ukuran 2 kg,

kapas, es batu, kawat, dan aquadest .

11
C. Cara Kerja
Cara kerja yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Alat yang digunakan dalam proses pengambilan sampel kelompok meiofauna

ini adalah corer yang dibuat dari pipa PVC dengan panjang 40 cm dan diameter 5

cm dengan ujung yang dipotong miring (Gambar 1).

Gambar 3. Pengambilan sampel untuk distribusi vertikal meiofauna interstisial


2. Corer tersebut dibenamkan ke dalam sedimen sampai pada kedalaman 30 cm,

baik di lokasi stasiun 1, stasiun 2, maupun stasiun 3. Sampel sedimen diambil

sebanyak tiga kali secara acak pada radius 2 meter.


3. Setiap sample tersebut secara individual dimasukkan ke dalam kantong plastik

yang berisi formalin 4% (McIntyre dan Warwick dalam Zulkifli, 2008).


4. Di laboratorium, sampel sedimen yang telah diawetkan tersebut, disaring

dengan saringan logam berukuran 1000 µm mesh agar makrofauna dan butiran

pasir yang berukuran besar terbuang. Sedimen yang lolos saringan di atas,

kemudian disaring lagi dengan saringan berukuran 63 µm mesh agar lumpur

terbuang. Semua proses penyaringan tersebut dilakukan dengan aquades.


5. Di dalam sedimen yang tertahan pada saringan terakhir ini semua meiofauna

tertahan, kemudian ditentukan banyaknya individu yang hidup secara interstisial.

12
Ekstraksi meiofauna interstisial dilakukan dengan cara dekantasi (swirl

decantation) seperti yang dilakukan oleh McIntyre dan Warwick (1984).

Mikroskop binokuler digunakan untuk penghitungan jumlahnya dan

dikelompokkan berdasarkan taksa majornya.

13
D. Analisis Data
Perhitungan kelimpahan meiofauna dihitung berdasarkan jumlah individu
persatuan luas (Brower and Zar dalam Zulkifli, 2008).

Dimana:
D : Kelimpahan meiofauna (ind/m2)
Ni : Jumlah individu ke-i (ind)
A : Luas area pengambilan contoh (m2)
Pola sebaran jenis suatu organisme pada habibat digunakan metode pola
sebaran morisita (Brower dan Zar, dalam Zulkifli, 2008).

Dimana:
Id : Indeks Morisita
ni : Jumlah individu jenis pada Pyston-style corer sampel ke-i (ind)
N : Jumlah total individu jenis dari semua Pyston-style corer sampel (ind)
q : Jumlah Pyston-style corer pengambilan sampel

Hasil indeks Morisita yang diperoleh dikelompokkan sebagai berikut :


Id < 1 : Pola sebaran individu jenis bersifat seragam
Id = 1 : Pola sebaran individu bersifat acak
Id > 1 : Pola sebaran individu jenis bersifat mengelompok

14
E. Diagram Alir Cara Kerja

Pengajuan
judul

Seminar
Bimbingan
proposal

Pra-penelitian
Analisis data dan
(identifikasi pengambilan
dan data
penghitungan
densitas dan
kemelimpahan

Hasil berupa
daftar nama
spesies, tingkat
keanekaragaman
dan
kemelimpahannya Gambar 3. Diagram Alir Cara Kerja

15
DAFTAR PUSTAKA

Zulkifli. 2008. dinamika Komunitas Meiofauna Interstisial Di Perairan Selat Dompak


Kepulauan Riau. Disertasi. Hlm. 12-15.

16

Anda mungkin juga menyukai