Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH JENIS DAN JUMLAH PLANKTON

DIPERAIRAN AIR TAWAR RIAU


DOSEN PENGAMPU: Prof.Dr.Ir.H. TENGKU DAHRIL, M.Sc

OLEH :
BAYU DWI PRASETYO
1904110006
MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN

JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2021
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt atas berkat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah resume jenis dan jumlah plankton
diperairan air tawar dengan lancar.
Adapun tujuan penulis menulis makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
planktonologi pada Semester 4. Penulis menyadari, sebagai seorang mahasiswa
yang masih dalam proses pembelajaran, penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
bersifat positif, guna penulisan laporan yang lebih baik di masa mendatang.
Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan memenuhi kriteria makalah yang baik.

Pekanbaru, 29 Maret 2021

Bayu Dwi Prasetyo


ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

I. PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3

1.3. Tujuan dan Manfaat .................................................................................. 3

II. PEMBAHASAN ............................................................................................. 4

2.1. Pengamatan Kelimpahan Zooplankton Daerah Marempan Di Sungai


Siak Riau ............................................................................................................. 4

2.2. Jenis Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Sepinang Desa Pangkalan


Serik Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provisi Riau ........................... 7

2.3. Keanekaragaman Fitoplankton Di Perairan Rawa Desa Sawah


Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau .......................... 12

III PENUTUP ........................................................................................................ 16

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 16

3.2.Saran ............................................................................................................ 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 17


1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Plankton merupakan salah satu jenis biota yang penting dan mempunyai
peranan besar di perairan. Plankton merupakan organisme renik yang melayang-
layang dalam air atau mempunyai kemampuan renang yang sangat lemah dan
pergerakannya selalu dipengaruhi oleh pergerakan massa air (Nybakken, 1992).
Plankton dikelompokkan menjadi fitoplankton (plankton nabati) dan zooplankton
(plankton hewani) (Asriyana dan Yuliana, 2012). Fitoplankton merupakan
produsen utama (primary producer) zat-zat organik di perairan (Hutabarat dan
Evans, 1984). Keberadaan plankton di suatu perairan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu intensitas cahaya, suhu, dan kecerahan suatu perairan. Intensitas
cahaya sangat dibutuhkan terutama bagi fitoplankton untuk melakukan proses
fotosintesis karena fitoplankton sebagai tumbuhan mengandung pigmen klorofil
yang mampu melaksanakan reaksi fotosintesis dimana air dan karbon dioksida
dengan sinar surya dan garam-garam hara dapat menghasilkan senyawa organik
seperti karbohidrat (Rahman, 2008).
Fitoplankton selain berfungsi dalam keseimbangan ekosistem perairan
budidaya, juga berfungsi sebagai pakan alami di dalam usaha budidaya
(Marsambuana, 2008). Struktur komunitas fitoplankton memainkan peranan
penting di perairan. Perubahan struktur komunitas plankton dapat mengakibatkan
pengaruh besar bagi lingkungan sekitarnya. Selain menyebabkan keracunan oleh
spesies tertentu, blooming fitoplankton juga menyebabkan tingginya sedimentasi
dan menyebabkan kondisi perairan menjadi anoksik.
Tingginya populasi fitoplankton juga mempengaruhi siklus biogeokimia di
perairan, diantaranya siklus nitrogen, fosfor dan silika (Andersen dan Laamanen,
2009). Fitoplankton juga memegang peranan dalam siklus karbon di perairan.
Karbon yang berasal dari udara masuk ke perairan dapat difiksasi oleh
fitoplankton, sehingga dapat mereduksi karbon anorganik di bumi (Smetacek,
1999). Pada perairan pelagis, fitoplankton adalah satu-satunya organisme yang
2

berperan sebagai mesin kehidupan yang mampu menghasilkan bahan organik.


Berdasarkan peranan tersebut, Sumich (1992) juga menyatakan bahwa
fitoplankton dapat dipergunakan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan dan
digunakan untuk mengetahui daya dukung suatu perairan.
Fitoplankton merupakan salah satu komponen penting dalam suatu ekosistem
karena memiliki kemampuan untuk menyerap langsung energi matahari melalui
proses fotosintesis guna membentuk bahan organik dari bahan-bahan anorganik
yang lazim dikenal sebagai produktivitas primer (Widyorini, 2009). Fitoplankton
memberi kontribusi yang besar terhadap produktifitas primer di lautan (Kingsford,
2000). Produktivitas primer di istilahkan sebagai laju fiksasi karbon (sintesis
organik) didalam perairan (Kennish, 1990). Tingkat trofik dalam rantai makanan
di laut sangat berkaitan dengan produktivitas primer fitoplankton.
Zooplankton atau plankton hewani merupakan suatu organisme yang
berukuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus di lautan bebas yang
hidupnya sebagai hewan. Zooplankton sebenarnya termasuk golongan hewan
perenang aktif, yang dapat mengadakan migrasi secara vertikal pada beberapa
lapisan perairan, tetapi kekuatan berenang mereka adalah sangat kecil jika
dibandingkan dengan kuatnya gerakan arus itu sendiri (Hutabarat dan Evans,
1986).
Menurut Sumich (1992) dalam Asriyana dan Yuliana (2012), laju fotosintesis
membatasi ukuran ratarata populasi hewan dalam waktu yang sangat singkat, dan
juga akan menyebabkan fluktuasi antara populasi fitoplankton dan organisme
grazing. Jeppesen, Lauridsen, Mitchell, dan Burns (1997) dalam Asriyana dan
Yuliana (2012), menyatakan produktivitas primer berkaitan dengan ketersediaan
makanan, dimana peningkatan produktivitas primer akan diikuti oleh
meningkatnya ketersediaan makanan. Menurut Kushardono (2003), kelimpahan
produktivitas perairan dapat ditunjukkan oleh kandungan konsentrasi klorofil-a
dan dapat dijadikan sebagai ukuran banyaknya fitoplankton di perairan.
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi sumber
daya alam. Salah satu sumber daya alamnya yang melimpah adalah sektor
kelautan dan perikanan. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi
kelautan dan perikanan yang cukup besar adalah Provinsi Riau dengan luas
3

perairan sebesar 417,594 km, yang mana meliputi Selat Malaka, dengan panjang
garis pantai 2,367,6 km. Panjangnya garis pantai yang memiliki potensi sumber
daya kelautan dan perikanan terbesar dan salah satunya yaitu Kabupaten
Bengkalis. Potensi sebesar ini harus bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin dengan
melaksanakan program-program pengembangan yang bertujuan untuk bisa
mengangkat kesejahteraan masyarakat serta ikut menyumbang dalam retribusi
guna kemajuan daerah ke depannya.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang pemerintahan
daerah menyebutkan bahwa setiap pemerintah daerah diberi kewenangan yang
luas dalam menyelenggarakan semua urusan pemerintahan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian, dan evaluasi kecuali
kewenangan bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter,
fiskal, agama, dan kewenangan lain yang ditetapkan peraturan pemerintah

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana kelimpahan zooplankton di Riau khususnya di sungai Siak?
 Apa saja jenis dan kelimpahan fitoplankton di Riau khususnya di danau
Sepinang?
 Bagaimana kelimpahan fitoplankton di perairan rawa khususnya di Desa
Sawah?

1.3 Tujuan dan Manfaat


 Mengetahui kelimpahan Zooplankton di Sungai Siak Riau
 Mengetahui jenis dan kelimpahan fitoplankton di Danau Sepinang Desa
Pangkalan Serik Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provisi Riau
 Mengetahui kelimpahan fitoplankton di perairan rawa Perairan Rawa Desa
Sawah Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau
4

II. PEMBAHASAN

2.1 Pengamatan Kelimpahan Zooplankton Daerah Marempan Di Sungai


Siak Riau
Salah satu sungai terdalam di Indonesia adalah Sungai Siak. Sungai Siak
mengairi area di Pekanbaru, kepulauan Riau, Berdasarkan penelitian- penelitian
yang telah dilakukan menyatakan bahwa Sungai Siak terindikasi telah tercemar (
Husnah,2008). Plankton merupakan organisme yang melayang – layang serta
mengapung dipermukaan air. Secara umum plankton dibedakan menjadi dua yaitu
zooplankton dan fitoplankton, plankton yang berupa tumbuhan disebut
fitoplankton sedangkan berupa hewan disebut Zooplankton (Welch,1952).
Peranan zooplankton menempati posisi penting dalan rantai makanan dan jaring-
jaring kehidupan di perairan. Menurut (Fahrul,2007) bahwa salah satu indikator
pencemaran perairan yaitu besarnya nilai kelimpahan zooplankton.
Hasil pengamatan zooplankton ditemukan genusgenus zooplanktonseperti
tertera pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Dalam hasil pengamatan zooplankton
bulan Februari (tabel 2) ditemukan 14 genus zooplankton dengan total kelimpahan
40000idv/L. Pada Tabel 2 di ketahui bahwa pada bulan Februari kelimpahan
terbesar zooplankton terdapat pada genus Difflugia 14400 idv/L. Sedangkan
kelimpahan terendah terdapat pada genus Anureopsis, Argonotholca, Euglena,
Euglylpha, Monostyla, Oxytricha, Philodina, Stentor dengan kelimpahan yang
sama masingmasing 800idv/L.
Tabel 1. Hasil Pengamatan Zooplankton di Daerah Marempan bulan Februari
tahun 2009
No Nama Genus Kelimpahan ( Idv/L)
1 Anureopsis 800
2 Argonotholca 800
3 Difflugia 14400
4 Euglena 800
5 Euglpha 800
6 Monostyla 800
7 Notholca 5600
8 Oxytricha 800
9 Phacus 4800
5

10 Philodina 800
11 Pleosoma 2400
12 Stentor 800
13 Trachelomonas 3200
14 Trinema 3200
Total 40000

Tabel 2. Hasil Pengamatan Zooplankton di Daerah Marempan bulan Februari


tahun 2009

No Nama Genus Kelimpahan ( Idv/L)


1 Difflugia 2.400
2 Monostyla 800
3 Nauplius 800
4 Phacus 800
5 Philodina 800
6 Tintinnidium 800
7 Trachelomonas 1.600
8 Verticella 1.600
Total 9.600
Pada Tabel 2 Pengamatan bulan Mei ada 8 genus zooplankton dengan jumlah
kelimpahan total 9600 idv/ L . Kelimpahan terbesar zooplankton terdapat pada
genus Difflugia 2400idv/L dan kelimpahan terendah

Tabel 3. Hasil Pengamatan Zooplankton Daerah Marempan Bulan Juli tahun


2009

No Nama Genus Kelimpahan ( Idv/L)


1 Asplanchna 800
2 Difflugia 1600
3 Euglypha 800
4 Lepadella 800
5 Phacus 800
6 Philodina 800
7 Trichocerca 800
Total 6400

Pada Tabel 3 pengamatan bulan Juli diketahui bah wa jum lah kelimpahan
total 6400 idv/L. Kelimpahan terbesar pada genus Difflugia 1600idv/L sedangkan
kelimpahan terendah pada genus Asplanchna, Philodina, Euglpha, Lepadella,
Phacus, Trichocerca dengan kelimpahan yang sama 800 idv/L.
6

Dari hasil penga m atan diketahui jumlah kelimpahan berdasarkan menurut


bulan februari 40000idv/L (Tabel 1), Mei 9600 idv/L ( Tabel 2) dan Juli
8000idv/L (Tabel 3). Kelimpahan terbesar pada bulan Februari.

Fluktuasi kelimpahan tiap genus pada bulan Februari, Mei dan Juli dapat
dilihat pada Gambar 1 dan gambar 2 dibawah ini .

Gambar 1. Grafik Kelimpahan Zooplankton bulan Februari

Gambar 2. Grafik Kelimpahan Zooplankton bulan Mei

Gambar 3. Grafik Kelimpahan Zooplankton bulan Juli

Difflugia merupakan genus yang paling sering ditemukan serta memiliki


kelimpahan tertinggi pada setiap bulan pengamatan Hal ini karena Difflugia
banyak ditemukan di perairan dan dalam klasifikasi termasuk dalam kelas
7

Mastigophora. Difflugia m em punyai alat gerak berupa pseudopodium sehingga


termasuk kategori zooplankton di lingkungan perairan.
Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat ditarik suatu kesimpulan
adalah sebagai berikut:
1. Kelimpahan total zooplankton bulan Februari 40.000idv/ L, Mei 9.600idv/L,
dan bulan Juli 6.400 idv/L.
2. Kelimpahan genera tertinggi terdapat pada genera Difflugia pada bulan
Februari sebesar 14.400idv/L.
3. Ada 20 genera zooplankton yang ditemukan dari bulan Februari sampai Juli.
ditemukan pada genus Monostyla, Phacus, Philodina, Nauplius dan
Tintinnidium dengan kelimpahan yang sama 800 idv/L.

2.2 Jenis Dan Kelimpahan Fitoplankton Di Danau Sepinang Desa Pangkalan


Serik Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provisi Riau
Danau Sepinang merupakan salah satu oxbow yang terdapat di Desa Pangkalan
Serik Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar Provinsi Riau. Danau ini memiliki
luas 2 ha (Kantor Desa Pangkalan Serik, 2015). Danau Sepinang merupakan
perairan yang masih alami dan sumber air danau berasal dari air hujan dan dari
airan Sungai Kampar Kiri.
Danau Sepinang dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai tempat untuk
memancing ikan. Adapun aktivitas yang ada di sekitar danau di bagian inlet danau
terdapat pohonpohon kecil, bagian tengah danau terdapat kebun cabe, persawahan
dan bagian ujung danau terdapat perkebunan kelapa sawit dan karet yang jauh dari
danau. Berbagai aktivitas ini akan memberikan masukan berupa limpasan pupuk
ke perairan, yang akan mempengaruhi konsentrasi unsur hara di perairan danau,
dan akhirnya mempengaruhi fitoplankton karena fitoplankton memanfaatkan unsur
hara yang ada di perairan. Rasyidi (2013) menyatakan fitoplankton merupakan
produsen primer di semua perairan alami serta terlibat langsung dalam rantai
makanan. Banyak atau sedikitnya jenis fitoplankton yang hidup di suatu perairan
dapat memberikan gambaran keadaan perairan yang sesungguhnya dan dapat
menggambarkan karakteristik suatu perairan apakah berada dalam keadaan subur
atau tidak subur.
8

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di beberapa danau oxbow yang


sumber air berasal dari Sungai Kampar antara lain : Jenis dan Kelimpahan
Fitoplankton di Danau Pinang Luar (Sihombing, 2013) dan Profil Vertikal
Fitoplankton di Danau Tanjung Putus (Simanjuntak, 2014). Peneliti terdahulu
mengemukakan ketiga danau tersebut termasuk kedalam mesotrofik. Di Danau
Sepinang belum pernah dilakukan penelitian mengenai jenis dan kelimpahan
fitoplankton. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai jenis dan
kelimpahan fitoplankton di Danau Sepinang
Kesimpulan
Jenis fitoplankton yang ditemukan selama penelitian di Danau Sepinang
sebanyak 47 jenis yaitu divisi Chrysophyta (10 jenis), Chlorophyta (25 jenis),
Cyanophyta (8 jenis), Euglenophyta (3 jenis) dan Cryptophyta (1 jenis). Jumlah
jenisjenis fitoplankton yang ditemukan selama penelitian dapat dilihat pada
Divisi S1 S2 S3
P K P K P K
Chrysophyta 8 6 7 8 9 7
Chlorophyta 21 18 18 21 20 18
Cyanophyta 4 6 6 4 5 5
Euglenophyta 3 3 3 2 3 3
Cryptophyta 1 1 1 1 1 1
Total 37 34 35 33 37 34
Dapat dilihat bahwa jumlah jenis fitoplankton paling banyak ditemukan
pada saat penelitian adalah dari divisi Chlorophyta. Banyaknya jumlah jenis dari
Chlorophyta karena kelompok ini banyak ditemukan di perairan tawar. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bellinger dan Sigee (2010) yang menyatakan bahwa
Chlorophyta merupakan kelompok alga yang hidupnya di perairan tawar dengan
cahaya yang cukup seperti di kolam, danau, sungai dan genangan air hujan.
Selanjutnya Guiry (2015) menyatakan bahwa Chlorophyta memiliki banyak kelas
seperti, Chlorophyceae, Trebouxiophyceae, Zygnematophyceae dan Ulvophyceae.
Jumlah jenis fitoplankton yang paling sedikit ditemukan pada saat
penelitian adalah dari divisi Cryptophyta. Jumlah jenis dari Cryptophyta tersebut
sedikit ditemukana dikarenakan kelompok ini umumnya banyak ditemukan di
9

perairan laut. Hal ini sesuai pendapat Bold dan Wayne (1985) yang menyatakan
bahwa Cryptophyta ini merupakan kelompok yang umumnya ditemukan di
perairan laut dan sedikit ditemukan di perairan tawar.
Sharfina (2013) yang menyatakan adanya perbedaan jumlah jenis
fitoplankton pada tiap stasiun dapat disebabkan karena adanya perbedaan kondisi
perairan pada setiap stasiun. Apabila komposisi fitoplankton antar stasiun
dibandingkan terlihat bahwa baik di permukaan maupun di kolom air jenis yang
terbanyak adalah divisi Chlorophyta, diikuti oleh Chrysophyta dan paling sedikit
adalah Cryptophyta. Tingginya kelimpahan dari Chlorophyta dikarenakan kelas
ini paling banyak di jumpai di perairan tawar. Hal ini sesuai dengan pendapat
Sachlan (1982) yang menyatakan bahwa Chlorophyta adalah alga terbanyak yang
ditemukan di air tawar. Sedangkan kelimpahan yang paling sedikit ditemukan dari
Cryptophyta. Rendahnya kelimpahan Cryptophyta tersebut dikarenakan jenis ini
umumnya banyak ditemukan di perairan laut. Hal ini didukung oleh pendapat
Bold dan Wayne (1985) yang menyatakan bahwa Cryptophyta ini umumnya
ditemukan di perairan laut dan sedikit ditemukan di perairan tawar

Jenis fitoplankton dengan kelimpahan yang paling tinggi baik di


permukaan maupun di kolom air adalah Monoraphodium griffithii (2.76011.500
sel/L). Menurut Comas dalam Ramos (2012) menyatakan bahwa Monoraphodium
griffithii adalah termasuk jenis kosmopolitan yang biasanya ditemukan di perairan
yang mesotrofik hingga eutrofik. Selanjutnya kelimpahan jenis yang paling sedikit
adalah Aulacoseira sp (460-1.380 sel/L). Sonneman dalam Soeprobowati (2013)
menyatakan bahwa jenis Aulacoseira sp ini lebih banyak dijumpai pada perairan
dengan fosfor tinggi dan pH lebih basa dan lingkungan turbulen.
10

Pada penelitian ini pH perairan yang didapat asam sehingga


mengakibatkan pertumbuhan dari jenis ini kurang maksimal. Sedangkan jenis
yang jarang ditemukan selama penelitian adalah Anabaena sp, dikarenakan jenis
ini merupakan indikator perairan eutrofik. Hal ini sesuai dengan pendapat Sellers
dan Markland (1987) yang menyatakan bahwa jenis dari Cyanophyta terutama
Anacystis, Anabaena merupakan indikator dari perairan eutrofik.
Kelimpahan Fitoplankton di Danau Sepinang Selama Penelitian

Dvisi S1 S2 S3
P K P K P K
Chrysophyta 26.220 14.720 35.190 22.080 22.540 11.960
Chlorophyta 64.860 34.040 71.990 40.480 56.580 31.970

Cyanophyta 13.800 11.040 23.690 15.870 12.420 7.820


Euglenophyta 13.800 9.890 13.800 8.510 9.890 6.440
Cryptophyta 6.440 3.220 5.980 3.220 5.060 2.990
Total 125120 72.910 150.650 90.160 106.490 61.180
Sumber : Data Primer
Kelimpahan total fitoplankton selama penelitian berkisar 106.490-150.650
sel/L, sedangkan kelimpahan total fitoplankton di kolom air 60.19091.160 sel/L.
Baik di permukaan maupun di kolom air, kelimpahan fitoplankton tertinggi di
Stasiun 2 dan terendah di Stasiun 3. Tingginya kelimpahan fitoplankton di Stasiun
2 sejalan dengan nilai kecerahan (62,3 cm), konsentrasi nitrat (0,18 mg/L) dan
fosfat (0,21 mg/L) yang lebih tinggi dibandingkan stasiun lain (Gambar 3). Hal ini
sesuai dengan pendapat Sumich (1992) yang menyatakan bahwa nitrat dan fosfat
merupakan unsur hara yang dimanfaatkan oleh fitoplankton untuk mensitensia
bahan organik dengan bantuan energi cahaya matahari dan klorofil melalui proses
fotosintesis.
Tingginya konsentrasi nitrat dan fosfat pada stasiun ini berasal dari
aktivitas perkebunan yang ada di sekitar danau, sehingga memberikan masukkan
bahan organik yang merupakan sumber dari unsur hara yaitu nitrat dan fosfat yang
dibutuhkan fitoplankton untuk berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat
11

Risamasu dan Prayitno (2011) yang menyatakan bahwa unsur hara merupakan
nutrien utama bagi pertumbuhan fitoplankton.
Kelimpahan fitoplankton terendah berada di Stasiun 3. Hal ini karena pada
Stasiun 3 memiliki nilai kecerahan (49,33 cm) yang lebih rendah dibandingkan
stasiun lain. Hal ini disebabkan adanya tumbuhan air yang berada di sekitar
permukaan perairan, sehingga menghambat penetrasi cahaya yang masuk.
Selanjutnya unsur hara pada stasiun ini bisa dikatakan tersedia seperti nitrat (0.07
mg/L) dan fosfat (0.10 mg/L), namun dengan nilai kecerahan yang rendah
mengakibatkan penetrasi cahaya matahari yang masuk ke perairan terhambat dan
mengakibatkan kurang maksimalnya proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan
pendapat Sunarto (2004) yang menyatakan selain unsur hara tersedia, yang
menjadi faktor pembatas fotosintesis adalah cahaya matahari.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian kelimpahan fitoplankton yang didapat
(61.180-150.260 sel/L), maka perairan Danau Sepinang termasuk dalam kategori
perairan yang tingkat kesuburannya sedang (mesotrofik). Hal ini sesuai dengan
pendapat Goldman dan Horne (1983) yang mengklasifikasikan tingkat kesuburan
perairan berdasarkan kelimpahan fitoplankton yaitu kelimpahan fitoplankton <104
sel/L disebut tingkat kesuburan paling rendah (ologotrifik), kelimpahan
fitoplankton 104 sel/L atau lebih tingkat kesuburan perairan sedang (mesotrofik),
dan jika kelimpahan fitoplankton ≥ 107 sel/L tingkat kesuburan perairan sangat
tinggi (eutrofik).
Jenis fitoplankton yang ditemukan di Danau Sepinang selama penelitian
sebanyak 47 jenis yang terdiri dari 5 divisi yaitu Chrysophyta (10 jenis),
Chlorophyta (25 jenis), Cyanophyta (8 jenis), Euglenophyta (3 jenis) dan
Cryptophyta (1 jenis). Kelimpahan fitoplankton di Danau Sepinang selama
penelitian berkisar 61.180-150.650 sel/L. Berdasarkan kelimpahan fitoplankton
maka Danau Sepinang dikategorikan mesotrofik atau status kesuburan yang
sedang.
12

2.3 Keanekaragaman Fitoplankton Di Perairan Rawa Desa Sawah


Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau
Fitoplankton merupakan yang berpengaruh terhadap perubahan lingkungan.
Penelitian ini dilakukan di Perairan Rawa Desa Sawah pada bulan Juli-Agustus
2018. Penelitian ini mempumyai 3 Stasiun dengan 3 titik sampling. Pengambilan
sampel dilakukan 3 kali dalam 2 bulan dan pengambilan 3 Stasiun yang Berbeda.
Stasiun I (zona alami), Stasiun II (pemukiman masyarakat) dan Stasiun III (zona
perkebuanan). Parameter kualitas air yang diukur selama penelitian adalah suhu,
kecerahan, kedalaman, pH, oksigen terlarut, karbondioksida Bebas, nitrat dan
fosfat. Jenis fitoplankton di perairan rawa Desa Sawah terdapat 32 jenis.
Fitoplankton terdiri atas 3 (tiga) kelas yaitu: Bacillariophyceae (7 jenis),
Chlorophyceae (14 jenis), Cyanophyceae (11 jenis). Kelimpahan jenis
fitoplankton di perairan Rawa Desa Sawah berkisar 746-2232 sel/. Hasil
perhitungan indeks keanekaragaman jenis (H’) fitoplankton di perairan rawa Desa
Sawah berkisar 2,7659-3,5726 , indeks dominansi (C) berkisar 0,1161- 0,1963
dan indeks keseragaman (E) berkisar 0,6768-0,8740. Kualitas air lingkungan
perairan rawa Desa Sawah adalah sebagai berikut: suhu 27- 290C, kecerahan
0,15-0,45 m, pH 4-5, oksigen terlarut 3,7-3,8 mg/L, karbondioksida bebas 1,7-2,7
mg/L, nitrat 0,171-0,231 mg/L dan fosfat berkisar 0,144-0,219 mg/L.
Kelimpahan rata-rata fitoplankton di perairan rawa Desa Sawah berkisar
252,67 – 1.419,33 sel/L. Kelimpahan tertinggi pada stasiun I (1.419,33 sel/L) dan
terendah pada stasiun III (252,67 sel/L). Tingginya kelimpahan fitoplankton pada
Stasiun I, diduga karena pada stasiun ini pergerakan arus air tenang dibandingkan
stasiun lainnya dan lebih dalam serta kecerahannya lebih tinggi dibandingkan
dengan stasiun II dan III sehingga kelimpahan fitoplankton lebih tinggi. kualitas
airnya lebih baik secara (fisika-kimia) dan minimnya aktivitas masyarakat yang
berhadapan langsung dengan kawasan tersebut.
Sedangkan pada Stasiun II kelimpahan fitoplankton relatif lebih rendah, selain
kualita s airnya lebih rendah juga karena adanya aktivitas di sekitar perairan
tersebut, seperti aktivitas perkebunan, pertenakan dan aktivitas masyarakat yang
mempengaruhi kualitas perairannya, diantara keruhnya air pada stasiun II ini akan
berakibat cahaya sulit melakukan penetrasi kedalam perairan sehingga ditemukan
13

selama pengamatan. Kelimpahan fitoplankton dihitung dengan menggunakan


rumus Sachlan (1980) yaitu Indeks keanekaragaman jenis fitoplankton dapat
dilihat dengan menggunakan metode ShannonWinner. Perthitungan dominansi
digunakan rumus Indeks Dominansi Simpson.
Untuk menghitung nilai keseragaman digunakan Krebs (1985). fitoplankton
yang memerlukan cahaya untuk berfotosintesis juga akan terganggu. Hartoko
(2013), menyatakan bahwa intensitas cahaya matahari merupakan faktor penting
untuk pertumbuhan tanaman yang mempunyai klorofil seperti fitoplankton untuk
aktivitas fotosintesis. Berbeda dengan stasiun III nilai kelimpahan fitoplankton
rendah, karena adanya pengaruh dari sedikitnya kadar nitrat dan fosfat. Kemudian
rendahnya nilai oksigen terlarut pada Stasiun III (3,70 mg/L), lebih kecil
dibandingkan dengan Stasiun I (3,80 mg/L).
Menurut Rimper (2002) bahwa kelimpahan fitoplankton yang tinggi akan
menghasilkan oksigen yang lebih tinggi dan akan mempengaruhi kelimpahan
fitoplankton. Kelimpahan jenis fitoplankton yang banyak pada penelitian ini
berasal dari kelas Chlorophyceae, sedangkan spesies yang terbanyak adalah
Cloesterium sp (289,66 sel/L), dari kelas Chlorophyceae. Hal ini 4 sebabkan
habitat hidupnya dalam rawa-rawa (gambut) yang airnya bersifat asam
(Tjitrosoepomo 1987). Sachlan (1982) mengemukakan bahwa golongan
chlorophyceae paling banyak dijumpai di perairan tawar, rawa dan jenis ini air
selalu tampak berwarna hijau karena chlorophyceae banyak mengandung klorofil.
Kelas Chlorophyceae ini banyak ditemukan karena alga ini berproduksi dengan
seksual dan aseksual (Lukman, 2010).

Berikut hasil jenis fitoplankton yang ditemukan pada Tabel 1.


Kelas Spesies Stasiun Stasiun Stasiun
1 2 3
Chlorophyceae Arthodesmus sp 9,33 - -
Cosmarium sp 154 12,00 -
Cladophora sp 166 61,34 10,00
Cloesterium sp 113,99 77,33 29,34
Koliella sp 8,00 - -
Kirchneriella sp 14,00 - -
Raphidiopsis sp - 4,00 -
Spirotaenia sp - 4,00 -
14

Staurastrum sp 4,00 23,67 9,67


Longispinum sp 6,67 - -
Clepsydra sp 5,33 - -
Scedesmus sp 6,00 5,33 -
Ulotrix sp 171,66 12,00 70,33
Xanthidium sp 24,00 11,67 -
Zygnema sp 39,33 61,34 5,33
Cyanophyceae Anabaena sp 99,63 59,33 30,00
Chroococcus sp 826,33 60,00 8,67
Gloecapsa sp 8,33 - -
Merismopedia sp 126,33 55,00 17,67
Microcystis sp - 99,33 -
Microsphora sp 50,00 10,00 -
Nostoc sp 34,33 - -
Oscillatoria sp 22,00 14,00 -
Phormodium sp 22,34 17,33 10,67
Stigonema sp 7,00 - -
Spirulina sp 16,33 - -
Bacillariophyceae cymbella sp 13,33 51,33 -
Frustulia sp 4,67 5,33 2,67
Navicula sp 49,34 32,67 15,33
Nitzshia sp 36,66 18,67 5,00
Pinularia sp 58,00 15.00 12,07
Tabellaria sp 91,34 17,76 11,66
Total 2188,27 714,055 238,41
Jika dilihat dari kualitas perairan rawa Desa Sawah, konsentrasi nutrien
yang diukur seperti nitrat dan fosfat, Stasiun 1 memiliki kadar nutrien tertinggi
dibandingkan kedua stasiun lainnya. Rerata konsentrasi nitrat di Stasiun 1 (0,231
mg/L) tertinggi dibandingkan dengan Stasiun 2 (0,228 mg/L) dan Stasiun 3 (0,171
mg/L). Menurut Alaerts dan Santika (1984), Nitrat merupakan salah satu senyawa
penting untuk sintesis protein tumbuhan dan hewan. Nitrogen yang diserap oleh
organisme berada dalam bentuk senyawa nitrat. Nitrat pada konsentrasi yang
tinggi dapat menstimulasi pertumbuhan dan unsur nitrat ini sangat dibutuhkan
oleh fitoplankton dalam proses fotosintesis dalam konsentrasi yang rendah.
Karbondioksida bebas di Stasiun 1 relatif lebih tinggi, dan salinitas pada
Stasiun 2 dan 3 yang cukup rendah, juga menyebabkan rendahnya kelimpahan
fitoplankton pada daerah tersebut. Menurut Cornellius dalam Suci (2007)
15

kelimpahan fitoplankton menurun diduga karena dipengaruhi oleh berbagai faktor


seperti suhu, cahaya matahari, oksigen terlarut, dan karbondioksida bebas.
Rendahnya jenis fitoplankton Stigonema sp dari kelas Cyanophyceae (alga
biru) merupakan bakteri yang mengalami proses fotosintesis dan penyuplai
oksigen bebas diperairan, alga ini lebih dikenal alga hijau biru yang memiliki
klorofil-a. Alga ini mampu bertahan dalam kondisi tanpa cahaya atau konidisi
gelap. Sachlan (1982) mengemukakan bahwa golongan cyanophyceae sebagian
indikator kandungan bahan organik yang tinggi diperairan. Nilai Indeks
Keragaman jenis (H’) fitoplanton di perairan rawa Desa Sawah tertinggi pada
stasiun I minggu ke 3 (3,5957) dan terendah pada stasiun 3 minggu ke II (2,8925)
Kesimpulan
Jenis fitoplankton di perairan rawa Desa Sawah terdapat 32 jenis.
Fitoplankton terdiri atas 3 (tiga) kelas yaitu: Bacillariophyceae (7 jenis),
Chlorophyceae (14 jenis), Cyanophyceae (11 jenis). Kelimpahan jenis
fitoplankton di perairan Rawa Desa Sawah berkisar 746-2232 sel/L dan. Hasil
perhitungan indeks keanekaragaman jenis (H’) fitoplankton di perairan rawa Desa
Sawah berkisar 2,7659-3,5726 , indeks dominansi (C) berkisar 0,1161- 0,1963
dan indeks keseragaman (E) berkisar 0,6768-0,8740. Kualitas air lingkungan
perairan rawa Desa Sawah adalah sebagai berikut: suhu 27-290C, kecerahan 0,15-
0,45 m, pH 4-5, oksigen terlarut 3,7-3,8 mg/L, karbondioksida bebas 1,7-2,7
mg/L, nitrat 0,171-0,231 mg/L dan fosfat berkisar 0,144-0,219 mg/L. Secara
umum kondisi perairan rawa Desa Sawah masih berada dalam kondisi baik dan
mendukung untuk kehidupan organisme fitoplankton. dimana keragaman
fitoplankton yang banyak dan belum ada jenis yang mendominasi pada setiap
stasiunnya serta terdapat keseimbangan dalam hal ruang dan makanan di perairan
tersebut. Konsentrasi nitrat dan fosat pada penelitian ini masih tergolong
seimbang, sehingga pertumbuhan fitoplankton yang seimbang pula, hal ini
didukung juga dengan parameter kualitas lainnya yang diukur di perairan rawa
Desa Sawah tersebut.
16

III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki banyak potensi sumber
daya alam. Salah satu sumber daya alamnya yang melimpah adalah sektor
kelautan dan perikanan. Salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi
kelautan dan perikanan yang cukup besar adalah Provinsi Riau dengan luas
perairan sebesar 417,594 km, yang mana meliputi Selat Malaka, dengan panjang
garis pantai 2,367,6 km. Salah satu sungai terdalam di Indonesia adalah Sungai
Siak. Sungai Siak mengairi area di Pekanbaru, kepulauan Riau, Berdasarkan
penelitian- penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa Sungai Siak
terindikasi telah tercemar ( Husnah,2008).
Jenis fitoplankton yang ditemukan di Danau Sepinang selama penelitian
sebanyak 47 jenis yang terdiri dari 5 divisi yaitu Chrysophyta (10 jenis),
Chlorophyta (25 jenis), Cyanophyta (8 jenis), Euglenophyta (3 jenis) dan
Cryptophyta (1 jenis). Kelimpahan fitoplankton di Danau Sepinang selama
penelitian berkisar 61.180-150.650 sel/L. Jenis fitoplankton di perairan rawa Desa
Sawah terdapat 32 jenis. Fitoplankton terdiri atas 3 (tiga) kelas yaitu:
Bacillariophyceae (7 jenis), Chlorophyceae (14 jenis), Cyanophyceae (11 jenis).
Kelimpahan jenis fitoplankton di perairan Rawa Desa Sawah berkisar 746-2232
sel/L dan.
3.2.Saran
Agar seluruh mahasiswa dapat mngetahui berbagai jenis zooplankton dan
fitoplankton di perairan Riau, serta dapat memanfaatkannya dengan maksimal dan
menjadikan potensi plankton di kawasan Riau lebih berdampak positif bagi
lingkungan.
17

DAFTAR PUSTAKA

Yunita, Sarah Amelia dkk .2019. Jenis dan Kelimpahan Fitoplankton di Danau
Sepinang Desa Pangkalan Serik Kecamatan Siak Hulu Kabupaten Kampar
Provinsi Riau.Jurnal Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Dwirastina, M.2013. Pengamatan Kelimpahan Zooplankton Daerah Marempan Di


Sungai Siak Riau.Balai Riset Perikanan Perairan Umum

Rahmadeni, Suci. 2019. Keanekaragaman fitoplankton di perairan rawa Desa


sawah kecamatan kampar utara kabupaten Kampar Provinsi Riau. Jurnal
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau

Anda mungkin juga menyukai