Anda di halaman 1dari 29

EKONOMI SUMBERDAYA PESISIR DAN LAUT

DI DESA MAPUR KECAMATAN BINTAN PESISIR


KABUPATEN BINTAN

LAPORAN PRAKTIKUM

FEBRI DANDI
21020500009

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERIKANAN


FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI
TANJUNGPINANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Ekonomi Sumber Pesisir Dan Laut


Nama : Febri Dandi
NIM : 2102050009
Program Studi : Sosial Ekonomi Perikanan

Disetujui oleh

Asisten Pratikum Praktikan

Rafael Christian Setiyono Febri Dandi


NIM 2002050012 NIM 2102050009

Mengetahui

Dosen Pengampu Dosen Pengampu

Khairunnisa, S.Pi, M.Si Ir. Linda Watizend, M.Sc


NIP.199002242018032001 NIPPPK196410272021212001
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan
rahmat dan karunianya, sehingga Laporan Praktikum Ekonomi SumberdayaPesisir
dan Laut
Pemulisan laporan ini dapat diselesaikan dari bantuan beberapa pihak, dan
pada kesempatan ini saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada
kepada:
1. Khairunnisa, S.Pi, M.Si selaku dosen mata kuliah Ekonomi Ekonomi
Sumberdaya Pesisir dan Laut,
2. Ir. Linda Wati Zend, M.Sc selaku dosen mata kulia Ekonomi Sumberdaya
Pesissir dan laut,
3. Rafael Christian Setiyono selaku asisten praktikum Ekonomi Sumberdaya
Pesisir dan Laut,
4. Teman-teman yang telah membimbing dan mendukung saya dalam
penyusunan laporan pratikum ini.

Tanjungpinang, 9 Juli 2023

Febri Dandi
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................3
DAFTAR ISI...........................................................................................................4
DAFTAR TABEL..................................................................................................5
DAFTAR GAMBAR...............................................................................................i
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
5.1. Latar Belakang..........................................................................................1
5.2. Tujuan Pratikum........................................................................................1
5.3. Manfaat Pratikum......................................................................................1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................2
2.1 Ekosistem Mangrove....................................................................................2
2.3. Fungsi Ekonomi Ekosistem Mangrove.....................................................3
BAB III. METODOLOGI PRATIKUM..................................................................8
5.4. Waktu dan Tempat....................................................................................8
5.5. Metode Pengumpulan Data.......................................................................8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................11
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................15
5.6. Kesimpulan..............................................................................................15
5.7. Saran........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
LAMPIRAN...........................................................................................................18
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik responden bedasarkan tingkat pendidikan.......................11


Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin.............................11
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal..................................11
Tabel 4. Nilai manfaat langsung............................................................................12
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Desa Mapur....................................................................................8


BAB I. PENDAHULUAN

5.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia (Dahuri, 2003)
dengan wilayah daratan seluas 1,9 juta km 2 tersebar di 17.508 pulau yang
disatukan oleh laut seluas sekitar 5,8 juta km2. Disamping itu, Indonesia juga
memiliki pantai terpanjang keempat di dunia setelah Kanada, Amerika, dan Rusia
yakni dengan total 95.181 km (PBB 2008). Sebagai negara kepulauan terbesar di
dunia, Indonesia memiliki keanekaragaman sumberdaya pesisir yang melimpah
baik yang dapat diperbaharui berupa hutan mangrove, terumbu karang, padang
lamun, rumput laut, dan berbagai jenis ikan maupun yang tidak dapat diperbaharui
seperti bahan tambang dan mineral.
Ekonomi sumberdaya pesisir dan laut berkaitan dengan pasokan, pemintaan,
dan alokasi sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut. Salah satu tujuan utama
dari ekonomi sumberdaya pesisir dan laut adalah untuk lebih memahami peran
sumberdaya (alam) pesisir dan laut dalam perekonomian dalam rangka
mengembangkan metode yang lebih berkelanjutan dalam mengelola sumberdaya
tersebut guna memastikan ketersediaannya untuk generasi mendatang. Ekonomi
sumberdaya pesisir dan laut bertujuan untuk mengatasi hubungan dan saling
ketergantungan antara ekonomi manusia dengan ekosistem. Fokusnya adalah
bagaimana mengoperasikan ekonomi dalam batasan ekologi sumberdaya alam.

5.2. Tujuan Pratikum


Tujuan praktikum lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Agar dapat mengetahui kondisi kawasan hutan Mangrove di Desa Mapur
2. Agar dapat mengetahui nilai pemanfaatan kawasan mangrove di Desa Mapur

5.3. Manfaat Pratikum


Adapun manfaat dari praktikum lapangan adalah supaya penulis bisa
mengetahui cara menganalisa kondisi dari hutan mangrove, mendapatkan
informasi tentang kepadatan, kerapatan hutan mangrove tersebut, dan mengetahui
nilai keberadaan maggrove tersebut.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ekosistem Mangrove


Ekosistem hutan mangrove merupakan salah satu ekosistem yang memiliki
produktivitas tinggi dibandingkan ekosistem lain dengan dekomposisi bahan
organik yang tinggi, dan menjadikannya sebagai mata rantai ekologis yang sangat
penting bagi kehidupan mahluk hidup yang berada di perairan sekitarnya.(., 2017)
Secara umum hutan mangrove didefinisikan sebagai tipe hutan yang tumbuh
pada daerah pasang surut (terutama pantai yang terlindung, laguna, muara sungai)
yang tergenang pada saat pasang dan bebas genangan pada saat surut yang
komunitas tumbuhannya bertoleransi terhadap garam.(Setiawan, 2013)
Ekosistem di wilayah pesisir terdiri atas ekosistem yang bersifat alami dan
bersifat buatan. Ekosistem alami antara lain ekosistem terumbu karang, hutan
mangrove, dan estuaria, sedangkan ekosistem buatan contohnya adalah tambak
(Baderan et al., 2018). Meningkatnya jumlah penduduk dan kegiatan
pembangunan di kawasan pesisir menyebabkan tekanan ekologis bagi ekosistem
dan sumberdaya pesisir, sehingga dapat mengancam keberadaan dan
kelangsungan ekosistem dan sumberdaya pesisir.
Sebagai sebuah hutan, hutan mangrove terdiri dari beragam organisme yang
juga saling berinteraksi satu sama lainnya. Fungsi fisik dari hutan mangrove
diantaranya sebagai pengendali naiknya batas antara permukaan air tanah dengan
permukaan air laut ke arah daratan (intrusi), sebagai kawasan penyangga, memacu
perluasan lahan dan melindungi garis pantai agar terhindar dari erosi atau abrasi
(Wijaya et al., n.d.).
2.2. Fungsi Ekologi Ekosistem Mangrove
Fungsi hutan mangrove secara ekologis diantaranya sebagai tempat mencari
makan (feeding ground), tempat memijah (spawning ground), dan tempat
berkembang biak (nursery ground) berbagai jenis ikan, udang, kerang dan biota
laut lainnya, tempat bersarang berbagai jenis satwa liar terutama burung dan
reptil. Bagi beberapa jenis burung, vegetasi mangrove dimanfaatkan sebagai
tempat istirahat, tidur bahkan bersarang. Selain itu, mangrove juga bermanfaat

2
bagi beberapa jenis burung migran sebagai lokasi antara (stop over area) dan
tempat mencari makan, karena ekosistem mangrove merupakan ekosistem yang
kaya sehingga dapat menjamin ketersediaan pakan selama musim migrasi.
(Setiawan, 2013)
Menurut Gunarto (Budi, 2021), tumbuhan mangrove akan tumbuh subur
pada daerah muara sungai atau estuaria yang merupakan daerah tujuan akhir dari
partikel-partikel organik ataupun endapan lumpur yang terbawa dari arah hulu
akibat erosi.

2.3. Fungsi Ekonomi Ekosistem Mangrove


Fungsi ekologis lain dari mangrove adalah sebagai penyerap karbon. Hasil
valuasiekonomi yang dilakukan LPP mangrove tahun 2006 terhadap kawasan
hutan mangrove di Batu Ampar, Pontianak menyatakan bahwa, nilai manfaat
hutan mangrove sebagai penyerap karbon sebesar Rp 6.489.979.146,-. /tahun.
Fungsi hutan mangrove secara ekonomis di antaranya adalah hasil hutan berupa
kayu, hasil hutan bukan kayu seperti madu, obat-obatan, minuman, bahan
makanan, tanin dan lain-lain, sumber bahan bakar (arang dan kayu bakar). Nilai
kalori yang terdapat pada arang kayu Rhiaophera mucronata sebesar 7.300 kal/g.
(Setiawan, 2013)
Mangrove merupakan salah satu ekosistem yang banyak ditemui di
sepanjang pantai tropis dan estuari. Ekosistem ini memiliki fungsi sebagai
penyaring bahan nutrisi dan penghasil bahan organik, serta berfungsi sebagai
daerah penyangga antara daratan dan lautan. Bengen (Asyiawati dan Akliyah,
2014) menyatakan bahwa hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat, antara
lain; sebagai peredam gelombang dan angin badai, pelindung dari abrasi, penahan
lumpur dan perangkap sedimen; penghasil sejumlah besar detritus dari daun dan
pohon mangrove; daerah asuhan (nursery grounds), daerah mencari makan
(feeding grounds) dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan,
udang, dan biota laut lainnya; penghasil kayu untuk bahan konstruksi, kayu bakar,
bahan baku arang, dan bahan baku kertas (pulp); pemasok larva ikan, udang, dan
biota laut lainnya; dan sebagai tempat pariwisata.

3
Sebagai salah satu bagian dari wilayah pesisir yang sangat penting
peranannya, keberadaan hutan mangrove memiliki banyak fungsi dan manfaat.
Menurut Sumarhani (Sari et al., 2018), hutan mangrove mempunyai banyak
fungsi diantaranya fungsi fisik, ekonomi dan biologi. Sebagai fungsi fisik, hutan
mangrove dapat menjaga garis pantai agar tetap stabil, melindungi pantai dari
erosi laut (abrasi), menjadi penyangga terhadap rembesan air laut (intrusi) dan
mengolah limbah. Fungsi ekonomis,sebagai sumber bahan bangunan , bahan
bakar (kayu bakar dan arang), pertanian, perikanan dan sumber bahan baku
industri chips, pulp dan kertas. Adapun fungsi biologis yaitu sebagai tempat
pembenihan udang, ikan, kerang dan jenis ikan lainya, tempat bersarang
burungburung dan sebagai sumber plasma nutfah.

2.4. Valuasi Ekonomi Ekosistem Mangrove


Konsep valuasi mengacu pada nilai ekonomi dari sumberdaya alam. Nilai
ekonomi adalah ukuran jumlah maksimum barang dan jasa yang ingin
dikorbankan oleh seseorang untuk memperoleh barang dan jasa lainnya (Lestari et
al., 2017). Nilai ekonomi juga dapat diartikan sebagai keinginan membayar atau
Willingness to Pay seseorang terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sumberdaya alam dan lingkungan (Dwijayanti et al., 2015).
Valuasi ekonomi merupakan suatu upaya yang digunakan untuk
memberikan nilai kuantitatif terhadap barang dan jasa yang dihasilkan sumber
daya alam dan lingkungan terlepas baik dari nilai pasar (market value) atau non
pasar (non market value). Tujuan dari studi valuasi adalah untuk menentukan
besarnya Total Economic Value (TEV) pemanfaatan sumberdaya alam dan
lingkungan serta membantu pengambilan keputusan untuk menduga efisiensi
ekonomi dari berbagai pemanfaatan yang mungkin dilakukan terhadap ekosistem
yang ada di kawasan pesisir dan laut (Asadi dan Andrimida, 2017).
Pengertian nilai atau value, khususnya menyangkut barang dan jasa yang
dihasilkan oleh sumberdaya alam dan lingkungan, memang bisa berbeda jika
dipandang dari berbagai disiplin ilmu. Secara umum, nilai ekonomi dapat
didefinisikan sebagai pengukuran jumlah maksimum seseorang ingin
mengorbankan barang dan jasa lainnya (Mubarok dan Ciptomulyono, 2012).
4
Kerangka nilai ekonomi yang digunakan dalam mengevaluasi ekonomi
sumber daya alam adalah konsep Nilai Ekonomi Total (NET). Total Economic
Value (TEV) merupakan penjumlahan dari nilai ekonomi berbasis pemanfaatan
(use value) dan nilai ekonomi berbasis non-pemanfaatan (non use value) (Tsabiq
et al., 2018).
Kegiatan valuasi ekonomi terdiri dari tiga tahap yaitu melakukan
identifikasi manfat dan fungsi sumber daya, melakukan kuantifikasi seluruh
manfaat dan fungsi sumber daya, dan melakukan pilihan alternatif pengelolaan
sumber daya (Wahyuni et al., 2014):
1. Identifikasi Manfaat dan Fungsi Ekosistem Mangrove
Manfaat ekosistem hutan mangrove yang dikonsumsi oleh masyarakat dapat
dikategorikan ke dalam dua komponen utama yaitu manfaat langsung (use value)
dan manfaat tidak langsung (non use value) dan nilai kegunaan tidak langsung
(indirect use value). Nilai keguanaan langsung merujuk pada kegunaan langsung
dari pemanfaatan hutan mangrove baik secara komersial maupun non komersial.
Sedangkan nilai kegunaan tidak langsung merujuk kepada nilai yang dirasakan
secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumber daya
alam dan lingkungan. Komponen manfaat tidak langsung adalah nilai yang
diebrikan kepada hutan mangrove atas keberdaannya meskipun tidak dikonsumsi
secara langsung dan lebih bersifat sulit diukur karena lebih didasarkan pada
prefensi terhadap lingkungan ketimbang pemanfaatan langsung. Komponen
manfaat tidak langsung dibagi lagi kedalam sub-class yaitu nilai keberadaan
(existence value), nilai pewarisan (bequeat value) dan nilai pilihan (option value).
Nilai keberadaan pada dasarnya adalah penilaian yang diberikan dengan
terpeliharanya sumberdaya. Nilai pewarisan diartikan sebagi nilai pemeliharaan
sumber daya sehingga pilihan untuk pemanfaatannya masih tersedia untuk masa
yang akan datang.
2. Kuantifikasi Manfaat dan Fungsi Ekosistem Hutan Mangrove
Tipologi metode valuasi ekonomi dapat digolongkan dalam tiga bagian
besar, tergantung pada derajat atau kemudahan aplikasinya yaitu : umum 23
diaplikasikan, potensial yang diaplikasikan, dan didasarkan atas survei. Secara
garis besar metode valuasi ekonomi dapat dibagi dalam dua kelmpok besar yaitu
5
pendekatan manfaat (benefit based valuation) dan pendekatan biaya (cost based
valuation). Metode-metode tersebut pada dasarnya merupakan turunan dari
metode analisis biaya manfaat.
Metode valuasi dengan pendekatan manfaat dapat dikelompokkan ke dalam
dua kategori umum yaitu : berdasarkan nilai pasar aktual (actual market based
methods) dan yang kedua berdasarkan nilai pasar pengganti (substitute or
surrogate market based methods). Metode-metode valuasi ekonomi yang
termasuk ke dalam pengukuran nilai pasar aktual adalah perubahan nilai produksi
(change in productivity), metode kehilangan penghasilan (loss of earning
methods). Untuk metode pasar pengganti terdiri dari: biaya perjalanan (travel cost
methods), pendekatan perbedaan upah (wage differential methods), pendekatan
nilai pemilikan (property value), dan pendekatan nilai barang yang dapat
dipasarkan sebagai pengganti lingkungan (hedonic pricing). Metode valuasi
dengan pendekatan biaya terdiri dari pengeluaran pencegahan (averted defensive
expenditure methods), proyek bayangan (shadow project value) biaya penggantian
(replacement cost methods) dan biaya perpindahan (relocation cost methods).
Metode valuasi ekonomi brdasarkan pendekatan harga pasar (actual market based
methods) dan berdasarkan pendekatan survei atau penilaian hipotesis. Pendekatan
berdasarkan survei (survey based methods), terdiri dari metode pendekatan
berdasarkan kondisi lapangan (contingen valuation methods) dan metode
kesesuaian manfaat (benefit transfer methods).
3. Pilihan Alternatif Pengelolaan Ekosistem Hutan Mangrove
Dalam menempatkan kebijakan dengan mengutamakan prinsip
keseimbangan antara pemanfaatan dan pelestarian fungsi sumber daya hutan 24
mangrove, maka pemahaman terhadap nilai ekonomi total (total economic value)
hutan mangrove serta kombinasi alokasi pemanfaatan sumber daya yang efisien
mutlak diperlukan.
Menurut Joga (Siswantoro, 2016), nilai ekonomi dari aset lingkungan hidup
dapat dipecah-pecah kedalam suatu set bagian komponen. Sebagai ilustrasi dalam
konteks penetuan alternatif penggunaan lahan dari hutan mangrove. Berdasarkan
hukum biaya dan manfaat (benefit-cost rule), keputusan untuk mengembangkan
suatu hutan mangrove dapat dibenarkan apabila manfaat bersih dari
6
pengembangan hutan tersebut lebih besar dari manfaat bersih konservasi. Jadi
dalam hal ini manfaat konservasi diukur dengan nilai ekonomi total hutan
mangrove tersebut juga dapat diinterpretasikan sebagai perubahan kualitas
lingkungan hidup.
Teknis analisis biaya dan manfaat dapat membantu dalam pengambilan
keputusan untuk perencanaan dan pengelolaan lingkungan. Dalam hal ini analisis
biaya dan manfaat digunakan untuk mengukur semua manfaat dan biaya seluruh
proyek dari awal sampai akhir dalam bentuk nilai uang dan memberikan ukuran
efisiensi ekonomi proyek tersebut dari pandangan masyarakat (Sudjiman dan
Sudjiman, 2018)

7
BAB III. METODOLOGI PRATIKUM

5.4. Waktu dan Tempat


Waktu dan Tempat yang dijadikan sebagai lokasi praktek mata kuliah
Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut yaitu pada tanggal 17 Juni 2023 di Desa
Mapur.

Gambar 1. Peta Desa Mapur

5.5. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data dikumpulkan terdiri dari data primer data dengan
cara wawacanra secara langsung ke masyarakat dengan menggunakan daftar
pertanyaan (kuisioner).

3.3 Pengambilan Sampel


Proses seleksi sampel menggunakan teknik purposive sampling. Purposive
sampling adalah metode pengambilan sampel tidak secara acak tapi berdasarkan
pertimbangan-pertimbangan tertentu dan secara sengaja, bahwa responden adalah
orang yang memanfaatkan sumberdaya ekosistem mangrove.

8
3.4. Metode Analisis Data
1. Analisis Pola Pemanfaatan
Untuk analisis ini digunakan analisis deskriptif kualitatif, yakni
penjabaran tentang data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara
tentang pola pemanfaatan ekosistem mangrove di lokasi praktikum.
2. Pendugaan Nilai Ekonomi mangrove dilakukan sebagai berikut:
a. Manfaat langsung; dengan pendekatan harga pasar
Nilai Manfaat Langsung Komoditi
MLi = ((Ti x Hi) – Bi) / L
Keterangan:
MLi = Manfaat langsung komoditi i
Ti = Hasil tangkapan komoditi i
Hi = Harga komoditi i (Rupiah)
B = Biaya operasional (Rupiah)
L = Luasan Mangrove

Nilai Manfaat Langsung Total


ML = ML1 + ML2 + ML3 + ML4 + ML5 ……. MLn
b. Manfaat tidak langsung; metode yang digunakan adalah replacement cost
(biaya pengganti) dengan estimasi mangrove sebagai penahan intrusi air
laut, dengan rumus sebagai berikut:
MTL = (JK x KA x HA x 365)
L
Keterangan:
MTL = Manfaat tidak langsung
JK = Jumlah kepala keluarga
KA = Kebutuhan air/ hari (gallon/KK/hari)
HA = Harga air (Rp/galon)
L = Luasan Mangrove (ha)

c. Manfaat pilihan; metode yang digunakan adalah benefit transfer, mengacu


pada nilai keanekaragaman hayati hutan mangrove Indonesia yaitu US$
1,500 per km2 per tahun (Ruittenbeek, 1992)
d. Manfaat keberadaan; metode yang digunakan adalah Contingent Valuation
Method (CVM) dengan rumus sebagai berikut:
EV= WTPi x Pt

9
Keterangan:
EV = Nilai Keberadaan
WTPi = Nilai WTP Individu
Pt = Total populasi pada tahun ke t

10
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden


Karakteristik masyarakat nelayan terbentuk mengikuti sifat dinamis
sumberdaya yang digarapnya, sehingga untuk mendapatkan hasil tangkapan yang
maksimal maka nelayan cenderung memilki karakter khas, yakni keras, tegas, dan
terbuka.
4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Tabel 1. Karakteristik responden bedasarkan tingkat pendidikan

PePendidikan Jumlah Presentase


Tidak Sekolah 3 12,5%
SD 13 54,16%
SMP 5 20,8 %
SMA 3 12,5%
Total 24 100%
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa di Desa Mapur tingkat
Pendidikan yang menmpuh skolah sampai ke jenjang SMA hanya 12% dan
mayoritas responden pendidikannya SD bahkan tidak sampai lulus SD dan jika
dipersentasekan sebesar 50%. Beranjak dari hal ini , karakter responden saat
menjawab kuisioner lebih tertutup dan terkesan sulit memahami pertanyaan.
4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

PJJenis Kelamin Jumlah Presentase


Laki – Laki 12 50%
SD 12 50%
Total 24 100%
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa data yang diperoleh
jumlah responden sama banyak. Responden yang perempuan relatif lebih
aktif ,ramah dalam menjawab pertanyaan bahkan terkesan curhat karena jawaban
yang diberikan cukup Panjang dan terkadang lari dari konteks pertanyaan.
Responden laki-laki cenderung lebih singkatjelas.

4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal


11
Tabel 3. Karakteristik responden berdasarkan lama tinggal

Lama Tinggal Jumlah Presentase


1 – 30 Tahun 8 33,3%
31 – 60 Tahun 14 58,3%
61 – 90 Tahun 2 8,3%
Total 0 100%
Berdasarkan pada tabel di atas, diketahui bahwa responden yang
diwawancarai sebesar 58,3% merupakan penduduk yang sudah lama tinggal di
Desa Mapur. Responden dengan usia 1-30 tahun memiliki karakter yang
berpemikiran lebih terbuka dan ramah. Responden dengan usia 31-60 tahun
memiliki karakter pekerja keras dan tangguh . Presentase terkecil yaitu usia 61-90
tahun karakter responden tersebut terkesan lebih berwibawa, sangat menonjol
sikap nya sebagai orangtua yang menyambut kami dengan sangat ramah.
4.2 Pengetahuan Masyarakat Mangrove
Pengetahuan merupakan ialah segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan dan harapan-harapan yang diperoleh melalui
pengalaman indrawi, intuisi, wahyu logika atau kegiatan yang bersifat coba-coba
(Yuniari, 2018).

4.3 Pendugaan Nilai Ekonomi


4.3.1 Nilai Manfaat Langsung

Nilai maanfat langsung yang di peroleh masyarakat di sekitar hutan


mangrove (local direct use value) di dekati dengam laba bersih yang dihasilkan
untuk penggunaan local (Niapele dan Hasan, 2017).
Tabel 4. Nilai manfaat langsung

No Komuditas Pemanfaatan Per Tahun


1 Kepiting Bakau 2140 kg
2 Kerang 1632 kg
3 Udang 1288 kg
4 Ikan Dingkis 720 kg

1. Kepiting Bakau
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((2140 kg x 150.000) – 320.000) / 159,73
ML1 = (321.000.000-320.000)/159,73
12
ML1 = 320.680/159,73
ML1 = 2.007.637,89
Jadi, manfaat langsung yang didapat responden terhadap kepiting bakau
sebesar Rp 2.007.637,89
2. Kerang
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((1632 kg x 20.000) – 98.000) / 159,73
ML1 = ( 32.640.000-98.000)/159,73
ML1 = 35.420.000/153,73
ML1 = 203.731,30
Jadi, manfaat langsung yang didapat responden terhadap kerang sebesar
Rp 203.731,30
3. Udang
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((288 kg x 40.000) – 190.000) / 159,73
ML1 = (11.520.000-190.000)/153,73
ML1 = 11.330.000/153,73
ML1 = 70.932,198
Jadi, manfaat langsung yang didapat responden terhadap udang sebesar Rp
70.932,198
4. Ikan Dingkis
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((30 kg x 20.000) – 15.000) / 159,73
ML1 = (600.000-15.000)/159,73
ML1 = 585.000/159,73
ML1 = 3.662,43
Jadi, manfaat langsung yang didapat responden terhadap kepiting bakau
sebesar Rp 3.662,43
Dari hasil nilai manfaat langsung sepuluh komuditas yang ada pada
ekosistem mangrove Kampung Panglong, Desa Berakit di atas, maka didapatkan
hasil nilai manfaat langsung total dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ML = ML1 + ML2 + ML3 + ML4
ML = 2.007.637,89 + 203.731,30 + 70.932,198 + 3.662,43
ML = 2.285.963,818
13
Jadi, nilai pemanfaatan langsung yang di peroleh sebesar Rp. 2.285.963,818

4.3.2 Nilai Manfaat Tidak Langsung


Manfaat Ekonomi Tidak Langsung hutan mangrove dapat berupa manfaat
fisik yaitu sebagai penahan intrusi air laut. Nilai manfaat tidak langsung diolah
menggunakan metode replacement cost (biaya pengganti), dimana perhitungan ini
dilakukan dengan cara menghitung biaya yang akan dikeluarkan untuk
menggantikan fungsi ekologis dari mangrove jika hutan mangrove ini
dihilangkan.
MTL = (JK x KA x HA x 365)
L
MTL = (24 x 18,8 x 5.000 x 365)
159,73

MTL = 823.440.000/159,73

MTL = 5.155.199,4
Jadi, nilai pemanfaatan langsung yang di peroleh sebesar Rp. 5.155.199,4
4.3.3 Manfaat Pilihan
Manfaat pilihan adalah suatu nilai yang menunjukan kesediaan seseorang
untuk membayar guna melestarikan ekosistem mangrove bagi pemanfaatan di
masa depan. Nilai ini didekati dengan mengacu pada nilai keanekaragaman hayati
(biodiversity) hutan mangrove di Indonesia.
MP = MPb = 15 x 15.000 x 159,73

= 225.000 x 159,73

= 35.939.250

(USD 15 per ha) x Luas lahan mangrove. Dimana diketahui MP merupakan


manfaat pilihan. Perhitungan nilai manfaat pilihan tersebut dilakukan dengan
mengkonversikan nilai keanekaragaman hayati US$ 15 per ha tersebut ke dalam
nilai rupiah.
Manfaat pilihan dari ekosistem mangrove di Desa Mapur dilihat dari metode
di atas yaitu sebesar US$ 15 x 159,73 = 35.939.250
4.3.4 Nilai Keberadaan

14
Manfaat keberadaan adalah nilai yang diukur dari manfaat yang dirasakan
masyarakat dari keberadaan ekosistem mangrove setelah manfaat lain dihilangkan
dari analisis. Manfaat tersebut adalah nilai ekonomi keberadaan ekosistem
mangrove dengan metode Willingness to Pay (kesediaan membayar masyarakat)
barang dan jasa yang dihasilkan oleh sumberdaya alam
EV = WTPi x Pi
EV = 26,458.33 x 1,006
EV = 26.617.080

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

15
5.6. Kesimpulan
Dapat diketahui bahwa rata-rata responden umumnya merupakan penduduk
asli di Kampung Panglong sebab mereka sudah tinggal cukup lama dan terdapat
beberapa responden sudah tinggal disana sejak dari kecil. Selain itu berdasarkan
karakteristik responden yang berada di Kampung Panglong Desa Berakit yakni
pendidikan, pekerjaan, umur, dan lama tinggal yang didapat melalui data
kuesioner lalu dipaparkan dalam bentuk tabel diketahui bahwa untuk karakteristik
responden berdasarkan tingkat pendidikan responden, rata-rata responden tamatan
Sekolah Dasar (SD). Untuk karakteristik reponden berdasarkan umur, rata-rata
responden berkategori dewasa dengan umur 26-45 tahun. Untuk karakteristik
responden berdasarkan pekerjaan, rata-rata masyarakat bermatapencaharian
sebagai nelayan. Sementara itu, untuk karakteristik responden berdasarkan lama
tinggal, rata-rata responden sudah tinggal di Kampung Panglong Desa Berakit
selama lebih dari 19 hingga 54 tahun.
Kemudian, sumberdaya yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat, terutama
responden di Kampung Panglong yaitu memanfaatkan hasil tangkapan yang
didapat sehari-hari dari sumberdaya laut berupa berbagai jenis-jenis ikan di laut
dan jenis-jenis crustacea dan molluska yang ditangkap di kawasan sekitar
mangrove seperti rajungan, ketam, kepiting, kerang, dan udang.

5.7. Saran
Sebaiknya Kepala desa atau Pemangku kepentingan lebih mementingkan
dan memikirkan kesejahteraan nelayan secara merata, Penetapan kebijakan dan
aturan sebaiknya dimusyawarahkan dahulu ke masyarakat atau penatua.
Masyarakat di desa mapur sebaiknya memiliki kesatuan dan keberanian dalam
menyuarakan aspirasinya, juga keresahannya terhadap kebijakan yang
mengganggu kesejahteraan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

. K. (2017). Peran Ekosistem Hutan Mangrove Sebagai Habitat Untuk Organisme


16
Laut. Jurnal Biologi Tropis, 17(2), 51–57.
https://doi.org/10.29303/jbt.v17i2.497
Asadi, M. A., & Andrimida, A. (2017). Economic valuation of coral reefs
ecosystem of Bangsring, Banyuwangi, Indonesia. ECSOFiM (Economic and
Social of Fisheries and Marine Journal), 4(2), 144–152.
Asyiawati, Y., & Akliyah, L. S. (2014). Identifikasi dampak perubahan fungsi
ekosistem pesisir terhadap lingkungan di wilayah pesisir kecamatan
muaragembong. Jurnal Perencanaan Wilayah Dan Kota, 14(1).
Baderan, D. W., Utina, R., & Lapolo, N. (2018). Vegetation structure, species
diversity, and mangrove zonation patterns in the Tanjung Panjang Nature
Reserve Area, Gorontalo, Indonesia. International Journal of Applied
Biology, 2(2), 1–12.
BUDI, S. (2021). ANALISIS VEGETASI HUTAN MANGROVE DI DESA
SRIMINOSARI KECAMATAN LABUHAN MARINGGAI KABUPATEN
LAMPUNG TIMUR. UIN Raden Intan Lampung.
Dwijayanti, M., Sudarsono, B., & Suprayogi, A. (2015). Analisis Nilai WTP
(Willingness to Pay) Untuk Menentukan Nilai Ekonomi Kawasan Wisata
Alam di Kabupaten Semarang Berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG)
(Studi Kasus, Kecamatan Bandungan, Kecamatan Sumowono, Kecamatan
Ungaran Barat). Jurnal Geodesi Undip, 4(1), 213–222.
Lestari, O. F., Syapsan, S., & Aulia, A. F. (2017). Analisis nilai ekonomi objek
wisata air terjun tanjung belit di Kecamatan Kampar Kiri Hulu Kabupaten
Kampar Dengan Pendekatan Metode Biaya Perjalanan. Riau University.
Mubarok, A. H., & Ciptomulyono, U. (2012). Valuasi Ekonomi Dampak
Lingkungan Tambang Marmer di Kabupaten Tulungagung dengan
Pendekatan Willingness to pay dan Fuzzy MCDM. Jurnal Teknik ITS, 1(1),
D119–D121.
Niapele, S., & Hasan, M. H. (2017). Analisis Nilai Ekonomi Hutan Mangrove Di
Desa Mare Kofo Kota Tidore Kepuluan. Agrikan: Jurnal Agribisnis
Perikanan, 10(2), 7–16.
Sari, Y. P., Salampessy, M. L., & Lidiawati, I. (2018). Persepsi masyarakat pesisir
dalam pengelolaan ekosistem hutan mangrove di Muara Gembong Bekasi
Jawa Barat. Perennial, 14(2), 78–85.
Setiawan, H. (2013). Status Ekologi Hutan Mangrove Pada Berbagai Tingkat
Ketebalan. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea, 2(2), 104.
https://doi.org/10.18330/jwallacea.2013.vol2iss2pp104-120
Siswantoro, D. G. (2016). Valuasi Sumber Daya Kelautan Pada Rencana
Reklamasi Untuk Pengembangan Bandara Juanda di Pesisir Pantai
Kabupaten Sidoarjo. Institut Teknologi Sepuluh Nopember.
Sudjiman, P. E., & Sudjiman, L. S. (2018). Analisis sistem informasi manajemen
berbasis komputer dalam proses pengambilan keputusan. TeIKa, 8(2), 55–66.
Tsabiq, A. T. N., Subiyanto, S., & Amarrohman, F. J. (2018). Pembuatan Peta
Zona Nilai Ekonomi Kawasan dan Analisis Nilai Ekonomi Kawasan melalui
Teknik Valuasi Travel Cost Method dan Contingent Valuation Method
(Studi kasus : Kawasan Wisata Pantai Alam Indah, Kota Tegal). Jurnal
Geodesi Undip, 7(April), 1–10.
Wahyuni, Y., Putri, E. I. K., & Simanjuntak, S. M. H. (2014). Valuasi total

17
ekonomi hutan mangrove di Kawasan Delta Mahakam Kabupaten Kutai
Kartanegara Kalimantan Timur. Jurnal Penelitian Kehutanan Wallacea,
3(1), 1–12.
Wijaya, A., Astiani, D., & Ekyastuti, W. (n.d.). Keanekaragaman Jenis Vegetasi
di Hutan Mangrove di Desa Sebubus Kecamatan Paloh Kabupaten Sambas.
Jurnal Hutan Lestari, 9(1), 93–101.
Yuniari, Y. (2018). Yuniari NIM S. 15.1637 Gambaran pengetahuan dan
dukungan suami tentang alat kontrasepsi iud pada ibu pasca bersalin di rsud
dr. H. Moch ansari saleh Banjarmasin. KTI Akademi Kebidanan Sari Mulia.

18
LAMPIRAN

Lampiran 1. Pendugaan Nilai Ekonomi Mangrove di Desa Mapur

19
 Nilai Manfaat Langsung

1. Kepiting Bakau
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((2140 kg x 150.000) – 320.000) / 159,73
ML1 = (321.000.000-320.000)/159,73
ML1 = 320.680/159,73
ML1 = 2.007.637,89
2. Kerang
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((1632 kg x 20.000) – 98.000) / 159,73
ML1 = ( 32.640.000-98.000)/159,73
ML1 = 35.420.000/153,73
ML1 = 203.731,30
3. Udang
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((288 kg x 40.000) – 190.000) / 159,73
ML1 = (11.520.000-190.000)/153,73
L1 = 11.330.000/153,73
ML1 = 70.932,198
4. Ikan Dingkis
ML1 = ((Ti x Hi) – Bi) / L
ML1 = ((30 kg x 20.000) – 15.000) / 159,73
ML1 = (600.000-15.000)/159,73
ML1 = 585.000/159,73
ML1 = 3.662,43
 Nilai Manfaat Tidak Langsung
MTL = (JK x KA x HA x 365)
L
MTL = (24 x 18,8 x 5.000 x 365)
159,73
MTL = 823.440.000/159,73

20
MTL = 5.155.199,4
Jadi, nilai pemanfaatan langsung yang di peroleh sebesar Rp. 5.155.199,4
 Manfaat Pilihan
MP = MPb = 15 x 15.000 x 159,73

= 225.000 x 159,73

= 35.939.250

 Nilai Keberadaan

EV = WTPi x Pi
EV = 26,458.33 x 1,006
EV = 26.617.080

Lampiran 2. Perhitungan WTP

No. Lama
WTP Umu Pendidika Pendapata Tanggunga
Responde Tingga
(y) r n n n
n l
Y X1 X2 X3 X4 X5
1000
1 52 6 1000000 2 26
0
3000
2 61 6 9000000 2 61
0
1500
3 47 5 3000000 4 14
0
3000
4 46 12 1500000 3 46
0
1500
5 40 6 5500000 3 40
0
1500
6 52 0 600000 2 52
0
1500
7 38 9 5500000 3 6
0
1500
8 24 6 5000000 3 24
0
2000
9 38 12 20000000 3 20
0
3000
10 43 6 6000000 2 40
0
1000
11 47 6 1000000 6 25
0
3000
12 46 6 3000000 4 1
0
13 1000 57 0 1000000 1 30
21
0
1000
14 24 6 2000000 3 24
0
1000
15 70 0 1000000 1 30
0
1000
16 34 0 1000000 3 14
0
1000
17 63 6 1000000 2 30
0
2000
18 29 0 3000000 3 29
0
1500
19 43 6 2000000 1 30
0
1000
20 50 6 1000000 4 50
0
RATAA 1650
N 0

Lampiran 3. SUMMARY OUTPUT

Lampiran 4. Dokumentasi

22
23

Anda mungkin juga menyukai