Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

VALUASI EKONOMI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN


KEPULAUAN PADAIDO KABUPATEN BIAK NUMFOR
PROVINSI PAPUA

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Tiar Ikwani L1A021019
Emia Eirene S. Banurea L1A021025
Ramadhani Intan Pertiwi L1A021033
Alvira Zidny Arrisqi L1A021035
Alifia Ridha Mesaluna L1A021039
Muhammad Zaidan A. G L1A021049
Ria Amanda Febiola L1A021051
Bintang Fajar Permana L1A021065
Yulina Dwi Lupitasari L1A021077
Nadira Aurelia Valezka P L1A021093

Dosen Pengampu :
Abdul Malik Firdaus, S.Kel., M.I.L

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2023
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN...................................................................................................................
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................................
1.3. Tujuan.......................................................................................................................
BAB II.......................................................................................................................................
PEMBAHASAN......................................................................................................................
2.1. Kawasan Konservasi Perairan..................................................................................
2.2. Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Padaido..............................................
2.3. Nilai Kegunaan Langsung (Direct Use Value/DUV).............................................
a. Penangkapan Ikan...................................................................................................
b. Budidaya Rumput Laut..........................................................................................
c. Budidaya Tiram Mutiara........................................................................................
d. Budidaya Ikan Kerapu............................................................................................
f. Wisata Pantai.............................................................................................................
g. Wisata Mangrove.....................................................................................................
h. Wisata Snorkeling...................................................................................................
i. Wisata Selam............................................................................................................
2.4. Nilai Kegunaan Tidak Langsung (Indirect Use Value)........................................
2.5. Nilai Pilihan.................................................................................................................
2.6. Nilai Bukan Kegunaan.............................................................................................
BAB III....................................................................................................................................
PENUTUP..............................................................................................................................
3.1. Kesimpulan..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................

i
BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia memiliki sumberdaya alam yang besar baik ditinjau dari
kuantitas maupun keanekaragaman hasilnya. Sumberdaya alam merupakan
aset penting suatu negara dalam melaksanakan pembangunan, khususnya
pembangunan di sektor ekonomi. Selain untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia, sumberdaya alam memberikan kontribusi cukup besar bagi
kesejahteraan suatu bangsa. Sebagai negara pesisir, Indonesia memiliki
potensi sumber daya alam hayati dan nonhayati, sumber daya buatan, serta
jasa lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat. (Coremap,
2011).
Kekayaan sumberdaya laut Indonesia memberikan manfaat ekonomi
dan sosial untuk penduduk Indonesia, terutama untuk 60 juta masyarakat
yang tinggal di daerah pesisir. Indonesia adalah negara dengan konsumsi ikan
dan makanan laut tertinggi di Asia Tenggara, serta kelima tertinggi di dunia
(Burke Lauretta, Katheleen Reytar, Mark Spalding, 2012). Kekayaan alam
kelautan dan sumberdaya pesisir yang dimiliki Indonesia tersebut antara lain
berupa sumberdaya perikanan, sumberdaya hayati (biodiversity) seperti
mangrove, terumbu karang, padang lamun, serta sumberdaya mineral seperti
minyak bumi dan gas alam termasuk bahan tambang lainnya yang memiliki
nilai ekonomi tinggi (Dahuri, 2001).
Pemanfaatan sumber daya laut tidak bisa dihindari. Namun sayangnya
intensitas pemanfaatan ini semakin meningkat setidaknya dalam satu dekade
belakangan dan mengakibatkan laut Indonesia di bawah ancaman degradasi.
Konservasi saat ini telah menjadi tuntutan dan kebutuhan yang harus
dipenuhi sebagai harmonisasi atas kebutuhan ekonomi masyarakat dan
keinginan untuk terus melestarikan sumberdaya yang ada bagi masa depan.
Konservasi sendiri mengandung 3 (tiga) makna besar yakni upaya pelestarian,
perlindungan, dan pemanfaatan sumber daya secara berkelanjutan.
Kepentingan konservasi di Indonesia khususnya sumber daya sudah dimulai
sejak tahun 1970 an melalui mainstream conservation global yaitu suatu upaya
perlindungan terhadap jenis-jenis hewan dan tumbuhan langka (Burke, 2011).

1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dari masalah yang telah dijelaskan diatas,
maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Apa yang dimaksud dengan kawasan konservasi perairan?

2. Bagaimana kondisi kawasan konservasi perairan di Kepulauan Padaido?


3. Apa saja manfaat ekonomi secara langsung yang dapat dihasilkan dari
kawasan konservasi perairan Kepulauan Padaido?
4. Bagaimana cara menghitung nilai ekonomi secara langsung kawasan
konservasi perairan Kepulauan Padaido berdasarkan fungsinya sebagai
penyedia sumber daya ikan, budidaya rumput laut, budidaya tiram
mutiara, dan wisata pantai?

1.3. Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui maksud/arti dari kawasan konservasi perairan.

2. Mengetahui kondisi kawasan konservasi perairan di Kepulauan


Padaido.
3. Mengetahui manfaat ekonomi secara langsung yang dapat dihasilkan
dari kawasan konservasi perairan Kepulauan Padaido.
4. Mengetahui cara menghitung nilai ekonomi secara langsung kawasan
konservasi perairan Kepulauan Padaido berdasarkan fungsinya sebagai
penyedia sumber daya ikan, budidaya rumput laut, budidaya tiram
mutiara, dan wisata pantai.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kawasan Konservasi Perairan


Menurut Permen-KP Nomor 14/Permen-KP/2016 tentang Kriteria dan
Kategori Kawasan Konservasi Perairan untuk Pariwisata Alam Perairan,
Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi,
dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumberdaya
ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan. Kawasan konservasi akan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir, kegiatan-kegiatan perusakan
kawasan laut sudah mulai berkurang dan penggunaan alat tangkap ramah
lingkungan tetap dipertahankan oleh masyarakat untuk menjaga kelestarian
sumberdaya laut dan pesisir. Kawasan konservasi perairan didirikan dengan
tujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati dan sumberdaya perairan
sekaligus mendukung pemanfaatan yang berkelanjutan. Oleh sebab itu,
pemanfaatan biota perairan ini harus diarahkan kepada upaya-upaya
pemanfaatan yang ramah lingkungan dalam melakukan kegiatan baik
budidaya perikanan dan perikanan tangkap di zona perikanan berkelanjutan
sebagai alternatif pendapatan bagi masyarakat (Febriani, 2020).
Zona inti pada kawasan konservasi perairan ialah daerah pemijahan,
pengasuhan, dan atau alur ruaya ikan yang merupakan habitat biota perairan
tertentu menjadi prioritas dan khas/endemik, langka/kharismatik yang
memiliki keanekaragaman jenis biota perairan beserta ekosistemnya dan
mempunyai ciri khas ekosistem alami, dan mewakili keberadaan biota tertentu
yang masih asli sehingga kondisi perairan yang belum diganggu manusia.
Konservasi memiliki manfaat dengan tersedianya stok ikan dan habitat ikan
terlindungi. Manfaat tersebut berdampak dalam jangka panjang sehingga dapat
dirasakan oleh masyarakat sekitar. Nelayan sebagai aktor yang terlibat dalam
pemanfaatan sumberdaya di sekitar kawasan konservasi perairan perlu
mengembangkan bentuk-bentuk mata pencaharian alternatif berbasis
pengelolaan sumberdaya berkelanjutan, tidak eksploitatif, memberikan nilai
tambah yang tinggi, dan selaras dengan budaya yang ada (Pranata dan Satria,

3
2015).

2.2. Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Padaido

Gambar 1. Peta Kepulauan Padaido

Kawasan Padaido merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Biak


Numfor Provinsi Papua dengan luas wilayah 137 Km2. Kepulauan Padaido
secara geografis berada di sebelah tenggara Pulau Biak, terletak pada 0°00’ -
1°30’ LS dan 135°00’ - 136°45’ BT (Yulius, 2009). Kepulauan Padaido terdiri dari
32 pulau-pulau kecil yang tersebar di bagian timur Kabupaten Biak Numfor
(Bappeda Kabupaten Biak Numfor, 2019). Kepulauan Padaido memiliki potensi
ekosistem terumbu karang yang beragam. Adapula berbagai jenis ikan dengan
nilai ekonomis tinggi dan ikan hias, mamalia laut seperti lumba-lumba,
mollusca (tiram mutiara, kima raksasa, kerang), crustacea (udang karang,
kepiting, dan lain-lain), ecinodermata (teripang, bulu babi), rumput laut, padang
lamun, dan hutan mangrove (Coremap 2001, 2003, 2009).

2.3. Nilai Kegunaan Langsung (Direct Use Value/DUV)

Manfaat langsung atau Direct Use Value (DUV) adalah manfaat yang
dapat diperoleh dari ekosistem mangrove seperti menangkap ikan, kepiting,
kerang, kayu bakar, penelitian dan wisata, dengan rumus total manfaat
langsung dari wilayah tersebut (Fauzi, 2006). Total Manfaat Langsung (TML)
adalah penjumlahan seluruh manfaat langsung dari nilai ekonomi yang
diperoleh dari kegunaan langsung di kawasan TWP (Taman Wisata Perairan)
Padaido.

Total manfaat langsung di wilayah TWP (Taman Wisata Perairan)

4
Padaido meliputi :

A. Penangkapan Ikan

Nilai ekonomi perikanan tangkap di kawasan TWP Padaido dihitung


dengan menilai produktivitas sumber daya ikan melalui wawancara dengan
18 nelayan yang menangkap ikan yang rata-rata berumur 40 tahun dan
besaran keluarga 7 orang. Nilai ekonomi kawasan TWP Kepulauan Padaido
berdasarkan fungsinya sebagai penyedia sumber daya ikan diperoleh hasil
perhitungan menunjukkan besaran surplus konsumen (CS) sebesar
Rp.368,083,059.44.

B. Budidaya Rumput Laut

Nilai ekonomi kawasan sebagai daerah budidaya rumput laut dihitung


berdasarkan analisis kesesuaian dan daya dukung. Luas perairan yang sesuai
untuk budidaya rumput laut adalah 20,32 hektar, dengan manfaat bersih rata-
rata sebesar Rp. 58.325.714 per tahun. Oleh karena itu, nilai ekonomi kawasan
sebagai penyedia tempat budidaya rumput laut adalah Rp. 1.185.192.677 per
tahun.

C. Budidaya Tiram Mutiara

Nilai ekonomi kawasan sebagai daerah budidaya tiram mutiara


dihitung berdasarkan analisis kesesuaian dan daya dukung. Luas perairan
yang sesuai untuk budidaya tiram mutiara adalah 213,32 hektar, setara
dengan 23.702 unit keramba berukuran 3x3 meter. Hasil kajian menunjukkan
nilai manfaat bersih budidaya tiram mutiara per unit sebesar Rp. 483.209.063
per hektar per tahun. Oleh karena itu, nilai ekonomi kawasan TWP Padaido
sebagai penyedia tempat budidaya tiram mutiara adalah Rp. 103.076.261.638
per tahun.

D. Budidaya Ikan Kerapu

Nilai ekonomi kawasan sebagai daerah budidaya ikan kerapu dihitung

5
dengan teknik EOP. Luas perairan yang cocok untuk budidaya ikan kerapu
adalah 57,95 hektar, setara dengan 6.439 unit keramba berukuran 3x3 meter.
Hasil analisis menunjukkan nilai manfaat budidaya ikan kerapu per unit
sebesar Rp. 7.623.273 per tahun. Sehingga, nilai ekonomi kawasan sebagai
penyedia tempat budidaya ikan kerapu adalah Rp. 49.085.405.656 per tahun.

E. Wisata Pantai

Nilai ekonomi kawasan sebagai daerah wisata pantai dihitung


menggunakan metode biaya perjalanan. Luas pantai yang sesuai untuk wisata
pantai di TWP Padaido adalah 4,29 hektar, dengan daya dukung sebanyak 643
orang. Biaya perjalanan per orang untuk menikmati wisata pantai di kawasan
TWP Padaido rata-rata sebesar Rp. 311.111 per orang per hari. Sehingga, nilai
ekonomi kawasan sebagai penyedia wisata pantai adalah Rp. 199.969.286 per
tahun.

F. Wisata Mangrove

Nilai ekonomi kawasan sebagai daerah wisata mangrove juga


dihitung menggunakan metode biaya perjalanan. Luas pantai yang sesuai
untuk wisata mangrove di TWP Padaido adalah 14,35 hektar, dengan daya
dukung sebanyak 5740 orang. Biaya perjalanan per orang untuk menikmati
wisata mangrove di kawasan TWP Padaido rata-rata sebesar Rp. 311.111 per
orang. Sehingga, nilai ekonomi kawasan sebagai penyedia wisata mangrove
adalah Rp. 1.785.708.722 per tahun.

G. Wisata Snorkeling

Nilai ekonomi kawasan sebagai destinasi wisata snorkeling dihitung


dengan menggunakan metode biaya perjalanan. Luas perairan yang sesuai
untuk wisata snorkeling adalah 698,3 hektar, dengan kapasitas dukung
kawasan sebanyak 55.864 orang. Biaya perjalanan rata-rata per orang untuk
kegiatan snorkeling di kawasan TWP Padaido adalah Rp. 311.111 per orang.
Sehingga, nilai ekonomi kawasan sebagai penyedia wisata snorkeling adalah

6
Rp. 17.380.015.947 per tahun.

H. Wisata Selam

Nilai ekonomi kawasan sebagai destinasi wisata selam juga dihitung


menggunakan metode biaya perjalanan. Luas perairan yang cocok untuk
wisata selam adalah 5.847,01 hektar, dengan kapasitas dukung kawasan
sebanyak 467.761 orang. Biaya perjalanan rata-rata per orang untuk kegiatan
wisata selam di kawasan TWP Padaido adalah Rp. 311.111 per orang.
Sehingga, nilai ekonomi kawasan sebagai penyedia wisata selam adalah Rp.
145.525.683.331 per tahun.

2.4. Nilai Kegunaan Tidak Langsung (Indirect Use Value)


Nilai kegunaan tidak langsung adalah nilai dari manfaat yang secara
tidak langsung dirasakan manfaatnya, dan dapat berupa hal yang mendukung
nilai guna langsung, seperti berbagai manfaat yang bersifat fungsional
(Nurfatriani, 2006). Menurut (Fauzi, 2006) manfaat tidak langsung adalah nilai
yang dirasakan secara tidak langsung terhadap barang dan jasa yang dihasilkan
oleh sumberdaya dan lingkungan. Manfaat tidak langsung dari hutan
mangrove diperoleh dari suatu ekosistem secara tidak langsung seperti
penahan abrasi pantai dan lain-lain. Manfaat tak langsung hutan mangrove
sebagai penahan abrasi pantai dapat diketahui dari biaya pembuatan
breakwater di sepanjang garis pantai TWP Padaido. Biaya tersebut meliputi
biaya pasir, semen, besi beton, batu dan kerikil, dan biaya tenaga kerja. Nilai
kegunaan tidak langsung mangrove tidak dapat diukur dengan nilai pasar
(marketable) sehingga untuk mengukur nilai tersebut dilakukan dengan
pendekatan biaya pembuatan penahan ombak (Marhayana, 2012).
Pada penelitian ini terdapat dua fungsi yang di nilai dari sisi manfaat
tidak langsung yaitu fungsi perlindungan fisik dan fungsi perlindungan
biologis. Metode yang digunakan untuk penilaian ekonomi dari fungsi
perlindungan fisik yaitu dengan metode Surrogate market, dan metode yang
digunakan untuk penilaian fungsi perlindungan biologis yakni dengan metode
Replacement cost. Komponen penilaian ekonomi kegunaan tidak langsung yang

7
dinilai di kawasan konservasi perairan Kepulauan Padaido Kabupaten Biak
Numfor Provinsi Papua Komponen adalah fungsi ekologi ekosistem mangrove
dan terumbu karang sebagai pelindung pantai dari abrasi (natural breakwater).
Biaya yang diperlukan untuk membuat bangunan penahan gelombang yaitu
sebesar Rp.4.462.014 per 1 m3 (Aprilwati, 2001 diacu dalam Santoso, 2005).
Panjang garis pantai di kawasan TWP Padaido yang terlindung oleh mangrove
sebesar 3.628,51 meter, sehingga nilai manfaat dari ekosistem mangrove dengan
manfaat sebagai pelindung pantai sebesar Rp.16.190.436.723 per tahun. Panjang
garis pantai di kawasan TWP Padaido yang terlindung oleh ekosistem karang
sebesar 148.091,45 meter, sehingga nilai manfaat dari ekosistem karang dengan
manfaat sebagai pelindung pantai sebesar Rp.660.786.098.529 per tahun
(Hermalena et al., 2019).

2.5. Nilai Pilihan


Nilai manfaat pilihan didekati dengan menggunakan nilai
keanekaragaman hayati (biodiversity) dari keberadaan ekosistem mangrove dan
ekosistem terumbu karang atau menggunakan pendekatan Benefit Transfer.
Fungsi ekologi ekosistem mangrove dan terumbu karang adalah komponen
yang dinilai sebagai manfaat pilihan keanekaragaman hayati. Berdasarkan
penelitian Cesar et al (2000) yang menyebutkan bahwa manfaat pilihan
ekosistem mangrove sebagai keanekaragaman hayati adalah sebesar US$ 15 per
ha atau sebesar Rp.202.500 per ha (Rp.13.500/1 USD), sedangkan nilai terumbu
karang sebagai keanekaragaman hayati adalah sebesar US$ 100 per hektar atau
sebesar Rp.1.350.000 per hektar (Rp.13.500/1 USD). Kawasan TWP Padaido
memilki luas ekosistem mangrove sebesar 1.554.942,50 ha dan terumbu karang
seluas 50.084.562,78 ha.

Berdasarkan pertimbangan tersebut untuk mendapatkan nilai manfaat


pilihan maka dapat dihitung dengan cara mengalikan nilai keanekaragaman
hayati mangrove atau terumbu karang dengan nilai luas ekosistem mangrove
atau terumbu karang di kawasan TWP Padaido. Sehingga dapat dihitung
bahwa nilai manfaat pilihan ekosistem sebagai penyedia keanekaragaman

8
hayati yaitu untuk ekosistem mangrove sebesar Rp.314.875.856.250 per tahun
dan nilai terumbu karang sebesar Rp.67.614.159.759.386 per tahun.
Berdasarkan laporan COREMAP (2011), kenyataan yang ada di TWP Padaido,
kondisi mangrove sebagian sudah mengalami kerusakan seperti di pulau
Padaidori mengalami kerusakan berat ketika terjadi tsunami pada tahun 1996.
Jenis mangrove yang rusak/mati adalah Bruguiera gymnorrhiza yang telah
berumur puluhan tahun.

2.6. Nilai Bukan Kegunaan

Nilai bukan kegunaan ialah nilai yang diberikan terhadap sumberdaya


atas keberadaannya meskipun tidak dikonsumsi secara langsung. Nilai bukan
kegunaan bersifat sulit diukur karena lebih didasarkan pada preferensi
terhadap lingkungan daripada pemanfaatan langsung. Nilai intrinsik
berhubungan dengan kesediaan membayar (willingness to pay) positif, jika
seseorang tidak bermaksud memanfaatkannya. Nilai ini dibagi menjadi dua,
yaitu nilai keberadaan (existence value) dan nilai warisan (bequest value)
(Hermalena et al., 2019). Nilai keberadaan dari ekosistem mangroe dapat
dihitung dengan rumus sebagai berikut ini (Ruitenbeek, 1991) :

Keterangan :

MEi = Manfaat ekosistem dari responden ke-i

N = Jumlah responden

Penilian ekonomi kawasan TWP Padaido berdasarkan manfaat


keberadaannya dilakukan dengan metode Contingent Valuation Method (CVM)
yaitu menilai kesediaan memebayar dari masyarakat sekitar. Nilai ekonomi
kawasan berdasarkan manfaat keberadaannya dihitung dengan cara mencari
rataan dari fungsi tersebut, yaitu sebesar Rp.1.254.545 per orang per tahun yang
kemudian dikalikan dengan jumlah atau banyaknya penduduk di sekitar

9
kawasan, sehingga dapat diperoleh nilai ekonomi kawasan berdasaran
fungsinya ialah sebesar Rp.562.036,364 per tahun.
Ekosistem mangrove sebagai warisan yang mepunyai nilai yang sangat
tinggi. Nilai warisan (bequest value) merupakan nilai ekonomi yang diperolah
dari manfaat pelestarian ekosistem atau sumberdaya untuk kepentingan
generasi masa depan. Perhitungan nilai ekonomi didekati dengan compensation
cost dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Menurut Collin et al. (2006),
Pengelolaan kawasan konservasi perairan yang kecil (luas < 10.000 ha)
diperlukan biaya US$ 65,70 per ha per tahun, kawasan konservasi perairan
yang sedang (10.000 ha < luas kawasan konservasi perairan < 120.000 ha)
diperlukan biaya US$ 14,46 per ha per tahun, kawasan konservasi perairan
yang besar (120.000 ha < luas kawasan konservasi perairan < 1 juta Ha)
diperlukan biaya US$ 7,86 per ha per tahun, dan untuk kawasan konservasi
perairan yang sangat besar (luas > 1 juta ha) diperlukan biaya hanya US$ 1,54
per ha per tahun. Luas kawasan TWP Padaido sebesar 183.000 ha dan tergolong
besar. Besaran biaya pengelolaannya sebesar US$ 7,86 per ha per tahun atau
sebesar Rp.106.110 per ha per tahun (Rp.13.500/1 USD). Dengan demikian
dapat dihitung nilai ekonomi kawasan sebesar Rp.19,418,130,000 per tahun.

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan, maka dapat


disimpulkan sebagai berikut :

10
1. Kawasan konservasi perairan adalah kawasan perairan yang dilindungi,
dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan
sumberdaya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan.

2. Kondisi konservasi perairan Kepulauan Padaido yaitu di pulau ini


memiliki potensi ekosistem terumbu karang yang beragam. Adapula
berbagai jenis ikan dengan nilai ekonomis tinggi dan ikan hias, mamalia
laut seperti lumba-lumba, mollusca (tiram mutiara, kima raksasa,
kerang), crustacea (udang karang, kepiting, dan lain-lain), ecinodermata
(teripang, bulu babi), rumput laut, pdanag lamun, dan hutan mangrove.
3. Manfaat ekonomi dari kawasan konservasi perairan Kepulauan Padaido
yaitu berupa nilai kegunaan langsung (Direct Use Value/DUV)
diantaranya nilai ekonomi dari penangkapan ikan, budidaya rumput
laut, budidaya tiram mutiara, budidaya ikan kerapu, wisata pantai,
wisata mangrove, wisata snorkeling dan wisata selam.
4. Perhitungan nilai ekonomi dari nilai guna langsung (Direct Use
Value/DUV) yang meliputi Nilai manfaat sebagai daerah penangkapan
ikan menggunakan teknik EOP, yaitu dengan menilai besaran
produktivitas sumber daya ikan pada kawasan TWP Kepulauan
Padaido. Selain itu, nilai manfaat untuk budidaya rumput laut, manfaat
untuk budidaya tiram mutiara dan manfaat untuk budidaya ikan kerapu
juga menggunakan teknik EOP berdasarkan analisis kesesuaian dan
daya dukungnya. Sedangkan nilai manfaat untuk wisata pantai, wisata
mangrove, wisata snorkeling dan wisata selam menggunakan teknik
biaya perjalanan (travel cost method).

DAFTAR PUSTAKA

SUMBER UTAMA :

Hermalena, L., Jalil, H., Junaedi, T., Ayesha, I., & Gusvita, H. 2019. Valuasi
Ekonomi Kawasan Konservasi Perairan Kepulauan Padaido Kabupaten
Biak Numfor Provinsi Papua. Journal of Scientech Research and
Development, 1 (1): 021-030.

SUMBER PENDUKUNG :

11
BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
KABUPATEN BIAK NUMFOR, 2019. Dokumen Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019–2023 Kabupaten Biak Numfor. Biak
Numfor: BAPPEDA, p. 280

COREMAP Coral Reef Rehabilitation and Management Project. 2009.


Monitoring dan Evaluasi Terumbu Karang di Daerah Perlindungan Laut.
Kabupaten Biak Numfor.

COREMAP. 2011. Laporan Akhir : Monitoring Kesehatan Terumbu Karang di SAP


Raja Ampat. Satker Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang. Direktorat
Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Kementerian Kelautan
dan Perikanan.

Fauzi, A. 2006. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan, Teori dan Aplikasi.
Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Febriani, Z., dan Hafsar, K. 2020. Dampak Pengelolaan Kawasan Konservasi


Perairan Terhadap Hasil Tangkapan Nelayan Pulau Mapur Kabupaten
Bintan. Jurnal Manajemen Riset dan Teknologi, 1(2) : 68-73.

Marhayana, S., Niartiningsih, A., & Idrus, R. 2012. Manfaat Ekonomi Ekosistem
Mangrove di Taman Wisata Perairan Padaido Kabupaten Biak Numfor,
Papua. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanudin,
Makassar. Hal 2-15.

Pranata, Rici Tri Harpin dan Satria, Arif. 2015. Strategi Adaptasi Nelayan
Terhadap Penetapan Kawasan Konservasi Perairan Daerah di Misool
Selatan, KKPD Raja Ampat. Jurnal Kebijakan Sosek KP, Vol. 5 No. 2 Tahun
2015.

Ruitenbeek, H.J. 1991. Mangrove Management: An Economic Analysis of


Management Options with a Focus on Bintuni Bay, Irian Jaya. Environmental
Management Development in Indonesia Project (EMDI). Jakarta and
Halifax.

Yulius. 2009. Identifikasi Pulau Di Kepulauan Padaido Provinsi Papua


Berdasarkan Kaidah Toponimi. Jurnal GEOID, 5(1): 1-8.

12

Anda mungkin juga menyukai