Anda di halaman 1dari 10

INDIKATOR KEBERHASILAN PENGELOLAAN PESISIR DAN LAUT

LAMPUNG

AGUS BUDI UTOMO

2320041014

PROGRAM STUDI .......


FAKULTAS .......
UNIVERSITAS ...........
LAMPUNG
2023
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................................ii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................iv
I. Latar Belakang.............................................................................................................1
II. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Pesisir dan Laut Lampung.................................2
III. Contoh Keberhasilan Pengelolaan Pesisir dan Laut Lampung....................................3
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................5
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Monitoring Ikan di Daerah Pengelolaan Pesisir Laut Pulau Sebesi...........4


DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Pulau Sebesi...................................................................................3


I. Latar Belakang
Wilayah Pesisir beserta sumber daya alamnya, memiliki arti penting bagi
pembangunan ekonomi bangsa Indonesia. Dengan jumlah pulau sekitar 17.508 dan garis
pantai sepanjang 81.000 km, Indonesia dikenal sebagai negara mega-biodiversity dalam
hal keanekaragaman hayati, serta memiliki kawasan pesisir yang sangat potensial untuk
berbagai opsi pembangunan. Namun demikian dengan semakin meningkatnya
pertumbuhan penduduk dan pesatnya kegiatan pembangunan di wilayah pesisir, bagi
berbagai peruntukan (pemukiman, perikanan, pelabuhan, obyek wisata, dan lain-lain),
maka tekanan ekologis terhadap ekosistem dan sumber daya pesisir pantai semakin
meningkat.
Wilayah pesisir dan laut khususnya lampung memiliki potensi yang kaya dan
unik serta bernilai ekonomi tinggi. Saat ini telah muncul gejala buruk di wilayah pesisir,
yakni pemanfaatan dan pengelolaan wilayah pesisir yang membahayakan keberlanjutan
sumber daya pesisir seperti pencemaran, penangkapan ikan dengan peledak, ekploitasi,
kerusakan ekosistem pesisir, konflik pemanfaatan ruang dan sebagainya (Fitriansyah,
2012). Kondisi ini mengancam kelestarian sumber daya pesisir sekaligus mengancam
kesejahteraan nelayan dan masyarakat pesisir yang menggantungkan kehidupannya
pada sumber daya pesisir.
Marine culture merupakan salah satu indikator keberhasilan pengelolaan pesisir
dan laut khususnya laut lampung. Dalam mendorong peningkatan budidaya perikanan
laut marine culture, KKP telah aktif mendorong peran aktif pemerintah daerah untuk
terus meningkatkan iklim usaha bagi budidaya perikanan laut, pemerintah daerah harus
menyiapkan konsep yang berpihak terhadap revolusi biru KKP dengan program
minapolitan yang berbasis budidaya perikanan, sehingga pengelolaan sumberdaya
pesisir melalui budidaya perikanan laut marine culture mampu untuk lebih produktif
memberikan kesejahteraan, membuka lapangan pekerjaan dan menyumbangkan devisa
kepada negara.
Meningkatnya permintaan ikan dimasa datang akan mendorong untuk
meningkatkan kualitas mutu sehingga dapat bersaing di pasar global dan regional,
berkaitan dengan hal tersebut stakeholder budidaya perikanan harus melakukan
peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam mengelola sumber daya pesisir
melalui perikanan laut marine culture, memanfaatkan sumber daya pesisir secara
maksimal dengan mengelola potensi lahan budidaya, sarana prasarana yang dapat
mendukung keberlanjutan kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir melalui budidaya
perikanan laut.

II. Indikator Keberhasilan Pengelolaan Pesisir dan Laut Lampung


Untuk dapat mengetahui sampai sejauh mana pengelolaan sumberdaya pesisir melalui
budidaya perikanan laut yang diharapkan dapat terwujud, ditandai adanya indikator
sebagai berikut :
1. Terwujudnya pembinaan sumber daya manusia yang berkualitas, ditandai
dengan meningkatnya indeks pembangunan manusia (IPM), dimana kemajuan
pendidikan sebagai salah satu tolak ukur IPM. Sebagai wujud dan konsekwensi
negara kepulauan adalah pendidikan yang berbasis negara kepulauan dengan
memperhatikan sumber kekayaan kelautan untuk kesejahteraan khususnya
wilayah pesisir dan laut lampung.
2. Terkelolanya sumber daya pesisir lampung melalui budidaya perikanan laut,
wilayah pesisir yang merupakan tempat kegiatan budidaya perikanan laut
terkelola dan termanfaatkan dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan
sumberdaya hayati.
3. Terciptanya peluang lapangan pekerjaan bagi masyarakat pesisir lampung yang
pada umumnya adalah nelayan menengah kebawah, melalui budidaya perikanan
laut dalam mengikis kemiskinan.
4. Terbukanya pejuang pemasaran hasil budidaya perikanan dipasar global dengan
harga yang pantas untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pesisir lampung
yang pada umumnya adalah pembudidaya ikan dan nelayan kecil.
5. Tersedianya Kapal Angkut Ikan Hidup hasil pembudidaya perikanan laut yang
mampu membuka pasar global dengan berorientasi keberhasilan program
Minapolitan.
6. Terserapnya benih ikpn o|eh masyarakat pembudidaya di wilayah Indonesia,
merangsang pertumbuhan Balai Benih Ikan lingkup KKP/swasta untuk lebih
meningkatkan produksi benih.
7. Terserapnya ilmu pengetahuan dan teknologi budidaya perikanan laut oleh
masyarakat dengan memaksimalkan peran balai pembenihan perikanan budidaya
di tiap daerah serta membuka cakrawala pendidikan yang berbasis perikanan
budidaya di segala lini pendidikan nasional.
8. Terbentuknya wadah organisasi nelayan untuk meningkatkan produktifitas
budidaya perikanan laut dengan harga bersaing dalam memerangi para
tengkulak ikan hidup,
9. Terwujudnya rencana pengelolaan budidaya perikanan laut yang berbasis pada
keunggulan wilayah dengan berdasarkan pada rencana tata ruang wilayah.
10. Terpenuhinya permodalan melalui koperasi yang dibutuhkan oleh nelayan dan
pembudidaya perikanan laut khususnya Pokdakan KJA sehingga pengelolaan
perikanan budidaya semakin berkembang.
11. Adanya Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM) mampu
mendorong masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan dan pengentasan
kemiskinan.

III. Contoh Keberhasilan Pengelolaan Pesisir dan Laut Lampung

Program Daerah Perlindungan Pesisir Laut Pulau Sebesi

Gambar 1. Peta Pulau Sebesi


Luas Pulau Sebesi adalah 2620 ha dan panjang pantai 19,55 km, dimana sebagian besar
daratan Pulau Sebesi tersusun dari endapan gunung api muda dan merupakan daratan
perbukitan (Pemda Lampung, 2001). Secara umum Pulau Sebesi dikelilingi oleh
terumbu karang. Terumbu karang dapat ditemukan sampai kedalaman 10 meter dari
permukaan air laut. Luas daerah terumbu karang di Pulau Sebesi dan Pulau Umang
adalah 58,98 ha, dimana 31,64 ha berupa karang hidup dan penyusun terumbu karang
lainnya dan 27,34 ha berupa karang mati, pecahan karang dan komponen abiotik.
Sementara itu, hasil monitoring Bulan Maret 2002 menunjukkan bahwa
keanekaragaman ikan karang di daerah perlindungan laut pada kisaran sedang, kecuali
pada DPL 4 dengan kategorirendah. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi perairan yang
dijadikan lokasi daerah perlindungan laut dalam kondisi tekanan lingkungan kuat
sampai sedang. Dilihat dari jumlah spesies, sumberdaya ikan karan yang terdapat di
daerah perlindungan laut Pulau Sebesi berkisar antara 19-34 spesies, dengan jumlah
genus antara 14-24 genera dan jumlah famili antara 9-17 famili. Sementara itu jumlah
individu yang ditemukan di masing-masing daerah perlindungan laut berkisar antara
207-330 individu. Untuk mengetahui seberapa besar nilai ekonomi sumberdaya pesisir
Pulau Sebesi, Putra (2001) telah melakukan penelitian dan menyimpulkan bahwa nilai
ekonomi sumberdaya pesisir Pulau Sebesi adalah sebesar Rp. 1.919.500.650,-. Nilai ini
hanya merupakan manfaat langsung yang dihitung berdasarkan hasil tangkapan nelayan,
sedangkan manfaat tidak langsung belum dimasukkan dalam perhitungan nilai ekonomi
sumberdaya pesisir Pulau Sebesi
Tabel 1. Hasil Monitoring Ikan di Daerah Pengelolaan Pesisir dan Laut Pulau
Sebesi.

Lokasi H E C Spesies Genus Famili Individu


3m 6m 3m 6m 3m 6m 3m 6m 3m 6m 3m 6m 3m 6m
DPL1 2,93 2,70 0,83 0,85 0,07 0,09 34 24 24 16 17 10 319 169
DPL2 2,47 1,84 0,80 0,64 0,14 0,31 23 17 17 12 11 10 207 167
DPL3 2,65 2,36 0,81 0,76 0,10 0,17 27 22 18 17 13 11 330 249
DPL4 2,27 2,18 0,78 0,80 0,17 0,17 19 16 14 12 9 9 207 187
Sumber : Prasetiawan, 2002
DAFTAR PUSTAKA

Anwar M & Shafira M. 2021. Model Kebijakan Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung
Berbasis Masyarakat. Jurnal Kebijakan Sosek KP, Vol. 11 No. 2, hlm. 103-117
Arkham, M. Nur. 2018. Identifikasi Isu dan Permasalahan Dalam Pembangunan Pesisir
Di Kawasan Teluk Lampung (Sebuah Pendekatan Sistem Sosial Ekologi). Coastal
and Ocean Journal, Vol.4, No.2, hlm. 57-68.
Eva Santi A. 2013. Pengembangan Potensi Ekonomi Kawasan Pesisir Dalam
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat. UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten.
Fitriansyah, H. 2012. Keberlanjutan Pengelolaan Lingkungan Pesisir Melalui
Pemberdayaan Masyarakat di Desa Kwala Lama Kabupaten Serdang Bedagai.
Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota, Vol. 8, No. 4, hlm. 360-37
Kristiyanti M. 2016. Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Pantai Melalui Pendekatan Iczm
(Integrated Coastal Zone Management). Prosiding Seminar Nasional Multi
Disiplin Ilmu & Call For Papers Unisbank. Semarang
Sunaryo. 2011. Pengembangan Lingkungan Pesisir Berbasis Masyarakat (Kajian
Wilayah Kota Bandar Lampung-Sumatera Selatan). Universitas Negeri Jakarta
Tahir A, Wiryawan B & Bengen D. 2003. Contoh Program Pengelolaan Wilayah Pesisir
Lampung. USAID
Walhi Lampung. 2019. Kertas Posisi Isu Pengelolaan Wilayah Pesisir Lampung.
Bandar Lampung: Walhi.
LAMPIRAN

Gambar Pesisir dan Laut Lampung

Anda mungkin juga menyukai