Anda di halaman 1dari 25

i

PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK,


ANORGANIK NPK, DAN KAPUR TERHADAP
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG
DI TANAH ULTISOL

(Laporan Praktikum Kesuburan dan Kesehatan Tanaman)

Oleh:

Wulan Suci Andini 2114181023


Vioni Agsel Valianti 2114181045
Gihon Tua Pardede 2114181047
Nur Sari Putri 2114181051

JURUSAN ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
ii

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Pemberian Pupuk N, P, K, Pupuk Kompos, dan Kapur Terhadap


Pertumbuhan Tanaman Jagung di TanahUltisol

Tempat : Laboratorium Lapang Terpadu (Ltpd)

Hari/Tanggal : Jum’at, 15 September 2023

Nama : 1. Wulan Suci Andini 2114181023


2. Vioni Agsel Valianti 2114181045
3. Gihon Tua Pardede 2114181047
4. Nur Sari Putri 2114181051

Jurusan : Ilmu Tanah

Fakultas : Pertanian

Kelompok : 4 (Empat)
Bandar Lampung 8 Desember 2022
Mengetahui,
Asisten dosen

Ulia Karlismaryani
NPM. 2014181028
iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1. Latar Belakang...............................................................................................1
1.2. Tujuan............................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................6
3.1. Waktu dan Tempat........................................................................................6
3.2. Alat dan Bahan..............................................................................................6
3.3. Rancangan Percobaan....................................................................................6
3.4. Prosedur Kerja...............................................................................................7
3.5. Variabel Pengamatan.....................................................................................8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................9
4.1. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Tinggi Tanaman......................9
4.2. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Diameter Tanaman................11
4.3. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Jumlah Daun Tanaman.........12
4.4. Pengaruh Pemberian Pupuk NPK Terhadap Berat Kering, Basah Jagung..15
4.5. Gejala Defisiensi Jagung Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk NPK...........16
4.6. Informasi Lain Keragaan Jagung Akibat Pengaruh Pupuk NPK................18
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jagung manis (Zea mays saccharate Sturt) merupakan tanaman yang sangat
digemari oleh masyarakat Indonesia karena rasanya yang manis dan enak serta
banyak mengandung karbohidrat. Tanaman ini patut untuk diusahakan karena
mempunyai nilai jual yang tinggi sehingga memberikan keuntungan yang tinggi
pula. Tanaman jagung manis umumnya disajikan dalam bentuk jagung rebus dan
bakar. Dengan masih rendahnya hasil jagung manis maka perlu adanya usaha
untuk meningkatkan produksi dengan pemakaian pupuk sebagai sumber hara.
Selama pertumbuhannya jagung memerlukan unsur hara yang diserap dari dalam
tanah, jika tanah tidak menyediakan unsur hara yang cukup mendukung
pertumbuhan optimal, maka harus dilakukan pemupukan. Ketersediaan unsur
hara yang dapat diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi (Puspadewi, 2016).

Pemupukan merupakan salah satu upaya dalam meningkatkan unsur hara di dalam
tanah untuk peningkatan pertumbuhan dan produksi tanaman. Pupuk yang
diberikan pada tanaman berupa pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk
organik seperti pupuk kendang ayam merupakan salah satu jenis bahan organik
yang memiliki keunggulan dalam menyediakan hara bagi tanaman terutama unsur
hara makro dan mikro walaupun dalam jumlah relatif sedikit. Pupuk kendang
ayam memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pupuk anorganik, yaitu dapat
memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah (Atmaja, 2017).
2

Menurut Sinuraya (2019) tanah Ultisol mempunyai potensi untuk dikembangkan


sebagai lahan pertanian. Kesuburan tanah ultisol sangat rendah, yang dicirikan
oleh rendahnya kandungan hara makro seperti N, P, K, Ca dan Mg juga bereaksi
masam, kejenuhan Al yang tinggi sehingga bersifat meracun bagi tanaman,
kandungan bahan organik sangat rendah sehingga menyebabkan ketersediaan N
rendah serta pertumbuhan dan aktivitas mikroorganisme menjadi terhambat.
Untuk mengatasi permasalahan dan kendala yang ada pada tanah Ultisol, perlu
adanya pemberian pupuk kandang ayam dan N, P, K seimbang. Pupuk kandang
ayam dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, meningkatkan
ketersediaan unsur hara tanah, mengikat air dan dapat mengurangi sifat racun Al
yang terkandung didalam tanah ultisol. Pupuk N, P, K dapat menyediakan unsur
hara dengan cepat sehingga pertumbuhan dan produksi jagung manis meningkat
(Setiawan, 2015).

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum Pengaruh Pemberian Pupuk N, P, K, Pupuk Kandang, dan


Kapur Terhadap Petumbuhan Tanaman Jagung di Tanah Ultisol adalah:
1. Memahami pengaruh pemberian berbagai jenis dan dosis pupuk anorganik
NPK dan berbagai pupuk organik terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
2. Memahami gejala defisiensi berbagai hara pada tanaman jagung.
3

I. TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Ultisol memiliki sebaran yang luas dan banyak digunakan dibidang
pertanian. Tanah ultisol memiliki potensi yang cukup besar dalam pengembangan
budidaya pertanian, akan tetapi dalam pengelolaannya tanah ultisol menghadapi
kendala baik sifat fisika, kimia maupun biologi. Masalah tanah Ultisol seperti pH
tanah yang rendah, kadar bahan organik rendah, unsur hara seperti N, P dan K
rendah dan kemantapan agregatnya yang lemah, dapat menggangu pertumbuhan
tanaman (Guo, 2015). Permasalahan tanah Ultisol yang lain adalah rendahnya
kandungan bahan organik yaitu kurang dari 1,15%, kandungan hara N dan P
rendah, dan kapasitas tukar kation yang rendah (Alibasyah, 2016).

Jagung termasuk salah satu sumber bahan pangan penting karena merupakan
sumber karbohidrat, protein, serat, serta vitamin dan mineral yang baik unruk
kesehatan manusia. Namun seiring waktu terjadi perubahan pola konsumsi
dimasyarakat. Hal ini menyebabkan kebutuhan jagung pun akan meningkat dari
tahun ke tahun. Produksi jagung mengalami kenaikan sebesar 6,31 persen selama
periode 2006-2015. Tetapi kenyataanya indonesia belum mampu memenuhi
kebutuhan permintaan jagung tersebut, terutama untuk industri pakan. Usaha
untuk meningkatkan produksi jagung Indonesia telah banyak dilakukan akan
tetapi hasilnya masih belum memuaskan, salah satu program pemerintah tersebut
yaitu Gerakan Pengembangan Jagung Hibrida 2016 yang bertujuan untuk
peningkatan produksi jagung (Badan Ketahanan Pangan, 2016)
4

Pupuk organik merupakan pupuk yang berasal dari bahan-bahan organik yang
terurai (dirombak) oleh mikroba, yang hasil akhirnya dapat menyediakan unsur
hara yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Bahan-bahan yang termasuk dalam pupuk organik, antara lain pupuk kendang,
kascing, sekam padi, kompos, limbah kota dan lain sebagainya. Pupuk organik
juga sangat penting artinya sebagai penyangga sifat fisik, kimia dan biologi tanah,
sehingga dapat meningkatkan efisiensi pupuk dan produktivitas lahan, serta sangat
bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
dan mengurangi pencemaran lingkungan. Manfaat utama pupuk organik adalah
dapat memperbaiki kesuburan kimia, fisik, biologis tanah, selain sebagai sumber
hara bagi tanaman (Titiaryanti, 2018).

Pupuk anorganik atau disebut juga sebagai pupuk mineral adalah pupuk yang
mengandung satu atau lebih senyawa anorganik. Fungsi utama pupuk anorganik
adalah sebagai penambah unsur nutrisi tanaman. Dalam aplikasinya, sering
dijumpai beberapa kelebihan dan kelemahan pupuk anorganik. Beberapa manfaat
dan keunggulan pupuk anorganik antara lain: mampu menyediakan hara dalam
waktu relatif lebih cepat, menghasilkan nutrisi tersedia yang siap diserap tanaman,
kandungan jumlah nutrisi lebih banyak, tidak berbau menyengat, praktis dan
mudah diaplikasikan. Sedangkan kelemahan dari pupuk anorganik adalah harga
relatif mahal dan mudah larut dan mudah hilang, menimbulkan polusi pada tanah
apabila diberikan dalam dosis yang tinggi. Unsur yang paling dominan dijumpai
dalam pupuk anorganik adalah unsur N, P. dan K (Mansyur, 2021).

Kapur pertanian sangat bermanfaat dalam berbagai bidang pertanian dan


perikanan. Kapur pertanian berfungsi untuk meningkatkan pH tanah menjadi
netral, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa
beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi dan aktivitas
mikroorganisme tanah. Selain itu, kapur pertanian juga membuat kondisi air dan
tanah menjadi baik dan akan mempercepat perkembangan ikan dan udang serta
memudahkan reproduksi, meningkatkan produksi ikan dan udang. Kapur
5

pertanian berguna untuk bahan baku industri semen yaitu sebagai campuran dalam
proses pembuatan semen (Matheus, 2019).

Banyak unsur hara yang mudah dapat ditranslokasikan dari daun yang berumur
tua kedaun yang masih muda dan organ penampung. Unsur hara ini yang berupa
antara lain adalah nitrogen, magnesium, kalium, fosfor, klor dan belerang. Selian
itu unsur hara juga ada beberapa macam yang tidak dapat atau sulit untuk
ditranslokasikan seperti kalsium, boron, dan besi sedangkan untuk unsur hara
seperti mangan, tembaga masih tergolong dalam kategori sedang. Perbedaan dari
dua macam sifat unsur ini maka dapat diketahui bahwa gejala yang ditimbulkan
tanaman saat kekurangan hara juga akan berbeda, dimana untuk unsur hara yang
mudah ditranlokasikan akan menunjukkan gejala yang berawal dari daun yang
lebih tua dan sebaliknya jika kekurangan unsur hara yang sulit untuk
ditranslokasikan maka gejala yang tampak terdapat pada daun yang masih muda
(Ginting, 2019).
6

II. METODOLOGI PENELITIAN

II.1 Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 15 September 2023 sampai 10


November 2023. Tempat dilaksanakannya penanaman jagung yaitu di
Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Tempat
dilaksankannya penimbangan tanah yaitu di Laboratorium Tanah Jurusan Ilmu
Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

II.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini meliputi cangkul, sekop, timbangan,
ember, polybag, label, plastik, penggaris, alat tulis dan handpone. Sedangkan
bahan yang digunakan yaitu tanah subsoil 7 kg/polybag, amplop, benih jagung,
pupuk kandang, pupuk kimia standar, pupuk kompos, kapur, N,P,K

II.3 Rancangan Percobaan

Percobaan ini dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)


yang melibatkan 1 faktor serta 4 kelompok.
P1 (Kontrol)
P2 (Pupuk kimia standar jagung)
P3 (1/2 dosis pupuk kimia standar jagung)
P4 (Pupuk kompos matang)
P5 (Pupuk kimia standar + kompos matang)
P6 (1/2 pupuk kimia standar + kompos matang)
7

P7 (Pupuk kimia standar + 1/2 kompos matang)


P8 (N+P)
P9 (N+K)
P10 (P+K)
P11 (Pupuk kimia standar + kompos + kapur

II.4 Prosedur Kerja

Cara kerja pada praktikum ini adalah sebagi berikut.


1. Persiapkan alat dan bahan yang diperlukan sesuai dengan daftar di atas.
2. Isi polybag dengan tanah subsoil sebanyak 7 kg per polybag.
3. Tanam 3 benih jagung pada setiap polybag sesuai petunjuk yang telah
ditentukan.
4. Tentukan dan beri label pada setiap polybag sesuai kelompok perlakuan yang
telah dirancang.
5. Berikan pupuk kandang, pupuk kimia standar, pupuk kompos, kapur, dan
pupuk NPK sesuai dengan perlakuan yang dijelaskan dalam rancangan
percobaan.
6. Lakukan penyiraman tanaman secara merata dan harus dilakukan setiap hari
pagi dan sore selama pengamatan praktikum
7. Setelah 3 benih tumbuh maka dilakukan penjarangan, dipilih salah satu
tumbuhan yang terbaik
8. Amati pertumbuhan tanaman setiap minggu, baik dari tinggi tanaman,
diameter batang, jumlah daun, gejala yang dialami tumbuhan fokus pada
jumlah daun yang tumbuh.
9. Catat hasil observasi pada handphone atau alat tulis.
10. Analisis dan bandingkan data hasil pengamatan untuk melihat pengaruh
berbagai perlakuan terhadap pertumbuhan tanaman jagung di tanah Ultisol.
11. Setelah minggu panen, masih ada pengamatan yang masih harus diamati yaitu
berat basah tanaman, panjang akar, serta berat kering tanaman setelah di oven.
12. Untuk menghitung berat basah, tumbuhan dipotong kecil dan dimasukkan ke
dalam amplop, Amplok yang berisi sampel tanaman tersebut ditimbang dan
8

dioven selama 48 jam. Setelah 48 jam, sampel dikeluarkan dari oven dan
ditimbang.
13. Selanjutnya dilakukan perhitungan kadar air dan didapat bobot kering. Untuk
mengetahui bobot seluruh tanaman, maka kita dapat menghitungnya dengan
sampel yang telah ada

3.5 Variabel Pengamatan


Pada percobaan ini variabel pengamatan yang akan diamati antara lain tinggi
tanaman, diameter batang, jumlah daun, warna daun, berat basah dan berat kering
tanaman, gejala defiensi hara dan keragaan tanaman.
9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pengaruh Pemberian Pupuk N, P, K, Kompos dan Kapur terhadap


Tinggi Tanaman Jagung Di Tanah Ultisol

Gambar 1. Grafik Rerata Tanaman Jagung

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan didapatkan hasil data rata-rata tinggi
tanaman yang tertinggi yaitu P11 dengan perlakuan pupuk kimia standar +
kompos + kapur yang memiliki nilai rata-rata 14 dan yang terendah adalah P1
tanpa perlakuan dengan nilai rata-rata 5. Hal ini disebabkan adanya tingkat
ketersediaan nutrisi atau pH tanah yang sesuai dengan kebutuhan tanaman
tertentu. Pemberian kapur yang mengandung kalsium dapat mencegah kemasaman
pada cairan sel, mengatur permeabilitas dinding sel, mempercepat
10

pembelahan sel, membantu pengembalian nitrat, dan mengatur enzim yang akan
memengaruhi pertumbuhan tanaman. pH tanah yang meningkat karena
pemberiankapur menciptakan kondisi lingkungan tanah yang baik untuk
kehidupan mikroorganisme di dalam tanah sehingga akan mempercepat proses
mineralisasi N dari sumber pupuk N dan kadar NH4 + yang dihasilkan akan
Meningkat (Rosalyne, 2020).

Pemberian pupuk kompos matang kaya akan nutrisi dan mikroorganisme yang
bermanfaat bagi tanaman. Keberadaan nutrisi tersebut dapat meningkatkan
ketersediaan unsur hara bagi tanaman, sehingga mempercepat pertumbuhan dan
tinggi tanaman. Selain itu, mikroorganisme dalam pupuk kompos juga dapat
meningkatkan struktur tanah dan aktivitas mikroba tanah, menciptakan
lingkungan yang mendukung pertumbuhan akar tanaman. Hal ini disebakan
bahwa pupuk kompos matang memiliki kandungan unsur hara seperti N, P, K, Ca,
Mg dan adanya mikroorganisme (Setyorini, 2019).

Pada perlakuan tanpa pupuk menjadi tinggi tanaman terendah, hal ini disebabkan
karna tidak mendapatkan nutrisi yang cukup. Adanya pemberian pupuk
memberikan unsur hara yang esensial bagi tanaman seperti nitrogen, fosfor, dan
kalium yang dapat mendukung berbagai fungsi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Pupuk juga dapat memperbaiki struktur tanah dan meningkatkan daya
tahan tanaman terhadap penyakit. Oleh karena itu, tanaman yang tidak diberi
pupuk tumbuh dengan sehat dan kuat, tidak memiliki tinggi tanaman yang
optimal dibandingkan tanaman yang mendapatkan nutrisi yang cukup
(Kriswantoro, 2016).
11

4.2 Pengaruh Pemberian Pupuk N, P, K, Kompos, dan Kapur terhadap


Diameter Tanaman Jagung di Tanah Ultisol

Gambar 2. Grafik Rerata Diameter Tanaman Jagung

Bedasarkan dari praktikum yang telah dilakukan di dapat hasil data rerata
diameter tanaman yaitu pada P11 dengan perlakuan pupuk kimia standar +
kompos + kapur yang memiliki nilai rata-rata 1,50 dan terendah yaitu P1 tanpa
perlakuan dengan nilai rerata 0,30. Data grafik diameter batang tanaman diatas
menunjukan bahwa keragaan diameter batang tanaman pada setiap perlakuan
tidak stabil. Tidak ada pengaruh yang signifikan terhadap perlakuan pemberian
pupuk yang berbeda terhadap diamter batang, dimana keragaan diamter batang
tanaman pada setiap minggu berbeda beda pada setiap tanaman. Hal ini
dikarenakan pupuk NPK merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsur
hara makro yang sangat esensial bagi tanaman yang meliputi nitrogen, fosfor, dan
kalium. Inilah yang menyebabkan pemberian pupuk NPK dapat meningkatkan
pertumbuhan diameter batang jagung. Hal ini didukung Damanik et al. (2011)
yang menyatakan nitrogen di dalam tanaman sangat penting untuk pembentukan
protein, daun-daunan dan berbagai senyawa organik lainnya nitrogen adalah unsur
hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman dan mempunyai peranan yang
sangat penting untuk pertumbuhaan tanaman, Yandianto
12

(2003) juga menyatakan bahwa fosfat berguna bagi tanaman terutama untuk
petumbuhan dan perkembangan., misalnya untuk pertumbuhan anak-anak
tanaman, cabang, tunas dan batang tanaman. Kebutuhan tanaman akan kalium
cukup tinggi dan pengaruhnya banyak hubungannya dengan pertumbuhan
tanaman yang jagur dan sehat.

Interaksi pupuk urea dan kapur CaCO3 nyata menurunkan diameter batang dan
bobot kering tajuk. Hal ini menunjukkan efek interaksi yang menjadi penghambat
pertumbuhan tanaman jagung. Dimana kadar N pada tanaman jagung diperoleh
sangat rendah berkisar 1% dimana hara N diindikasikan banyak hilang akibat
volatilisasi yang disebabkan oleh banyaknya kapur yang diaplikasikan. Kapur
juga dapat mengikat P oleh kadar Ca yang tinggi didalam tanah. Hal ini juga
dikarenakan adanya ketidakseimbangan hara sehingga mengganggu penyerapan
hara oleh akar tanaman seperti kelebihan NH4 yang berlebihan mengurangi
serapan K

4.3 Pengaruh Pemberian Pupuk N, P, K, Kompos, dan Kapur terhadap


Jumlah Daun Tanaman Jagung Di Tanah Ultisol

Gambar 3. Grafik Rerata Jumlah Daun Tanman Jagung


13

Tanah Ultisol seringkali menjadi tantangan bagi pertumbuhan tanaman karena


kekurangan nutrisi dan pH yang rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
perlakuan pupuk organik menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam
jumlah daun tanaman jagung. Pemberian pupuk kompos matang, baik secara
tunggal maupun dalam kombinasi dengan pupuk kimia standar, memberikan
respons pertumbuhan yang positif dengan peningkatan yang berkelanjutan dari
minggu ke minggu. Di sisi lain, pemberian pupuk anorganik NPK dan kapur
menunjukkan efek yang lebih terbatas terhadap jumlah daun tanaman jagung di
tanah Ultisol. Hasil ini mencerminkan potensi pupuk organik, terutama kompos
matang, sebagai solusi yang efektif untuk meningkatkan pertumbuhan dan
produktivitas tanaman jagung dalam kondisi tanah Ultisol yang kurang subur
(Smith, 2021).

Dari data penelitian yang dilakukan didapatkan perlakuan kontrol (P1)


menunjukkan peningkatan jumlah daun dari minggu ke minggu, menunjukkan
pertumbuhan tanaman yang stabil. Perlakuan dengan pupuk kimia standar jagung
(P2) menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah daun, mencapai
puncaknya pada Minggu Tujuh. Sementara itu, perlakuan dengan setengah dosis
pupuk kimia standar jagung (P3) menunjukkan peningkatan yang kurang
signifikan.

Perlakuan dengan pupuk kompos matang (P4) menunjukkan tren pertumbuhan


yang konsisten dan mencapai jumlah daun tertinggi pada Minggu Tujuh.
Perlakuan gabungan antara pupuk kimia standar dan kompos matang (P5)
menunjukkan hasil yang cukup baik, dengan peningkatan yang stabil sepanjang
pengamatan. Perlakuan dengan setengah dosis pupuk kimia standar dan kompos
matang (P6) juga menunjukkan peningkatan yang positif, meskipun lebih rendah
dibandingkan dengan P5.

Selanjutnya, perlakuan dengan pupuk kimia standar ditambah setengah dosis


kompos matang (P7) menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, dengan
peningkatan jumlah daun yang stabil. Perlakuan dengan pupuk N+P (P8)
menunjukkan peningkatan yang cukup baik hingga Minggu Keempat, tetapi
14

kemudian mengalami penurunan pada Minggu Lima. Perlakuan dengan pupuk


N+K (P9) menunjukkan peningkatan yang stabil sepanjang pengamatan.
Perlakuan dengan pupuk P+K (P10) menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup
stabil, meskipun dengan jumlah daun yang lebih rendah dibandingkan dengan
beberapa perlakuan lainnya. Perlakuan terakhir, yaitu pupuk kimia standar
ditambah kompos dan kapur (P11), menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan
peningkatan yang konsisten sepanjang pengamatan.

Secara keseluruhan, data ini memberikan gambaran tentang efek berbagai jenis
pupuk dan komposisi terhadap pertumbuhan tanaman, dengan beberapa perlakuan
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

Dari data penelitian yang dilakukan didapatkan perlakuan kontrol (P1)


menunjukkan peningkatan jumlah daun dari minggu ke minggu, menunjukkan
pertumbuhan tanaman yang stabil. Perlakuan dengan pupuk kimia standar jagung
(P2) menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam jumlah daun, mencapai
puncaknya pada Minggu Tujuh. Sementara itu, perlakuan dengan setengah dosis
pupuk kimia standar jagung (P3) menunjukkan peningkatan yang kurang
signifikan.

Perlakuan dengan pupuk kompos matang (P4) menunjukkan tren pertumbuhan


yang konsisten dan mencapai jumlah daun tertinggi pada Minggu Tujuh.
Perlakuan gabungan antara pupuk kimia standar dan kompos matang (P5)
menunjukkan hasil yang cukup baik, dengan peningkatan yang stabil sepanjang
pengamatan. Perlakuan dengan setengah dosis pupuk kimia standar dan kompos
matang (P6) juga menunjukkan peningkatan yang positif, meskipun lebih rendah
dibandingkan dengan P5.

Selanjutnya, perlakuan dengan pupuk kimia standar ditambah setengah dosis


kompos matang (P7) menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik, dengan
peningkatan jumlah daun yang stabil. Perlakuan dengan pupuk N+P (P8)
menunjukkan peningkatan yang cukup baik hingga Minggu Keempat, tetapi
15

kemudian mengalami penurunan pada Minggu Lima. Perlakuan dengan pupuk


N+K (P9) menunjukkan peningkatan yang stabil sepanjang pengamatan.
Perlakuan dengan pupuk P+K (P10) menunjukkan tren pertumbuhan yang cukup
stabil, meskipun dengan jumlah daun yang lebih rendah dibandingkan dengan
beberapa perlakuan lainnya. Perlakuan terakhir, yaitu pupuk kimia standar
ditambah kompos dan kapur (P11), menunjukkan pertumbuhan yang baik dengan
peningkatan yang konsisten sepanjang pengamatan.

Secara keseluruhan, data ini memberikan gambaran tentang efek berbagai jenis
pupuk dan komposisi terhadap pertumbuhan tanaman, dengan beberapa perlakuan
menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan yang lain.

4.4 Pengaruh Pemberian Pupuk N, P, K, Kompos, dan Kapur terhadap


Berat Kering dan Berat Basah Jagung di Tanah Ultisol

Gambar 4. Grafik Rerata Berat Basah

Gambar 5. Grafik Rerata Berat Kering


16

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil bahwa rerata


berat brangkasan basah tanaman tertinggi yaitu pada P2 sebesar 27,3 gram, P5
sebesar 23,9 gram, dan P7 sebesar 15,4 gram. Sedangkan rerata brangkasan kering
tanaman tertinggi yaitu pada P11 sebesar 5,93 gram, P2 sebesar 5,0 gram, dan P5
sebesar 4,77 gram. Hal ini disebabkan, pada ketiga perlakuan tersebut yaitu P2,
P5, dan P11 terjadi peningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun yang akan
berbanding lurus dengan pertambahan berat kering tanaman. Semakin tinggi
tanaman yang dihasilkan, maka akan semakin besar berat kering
tanaman dan akan berkaitan dengan unsur hara yang dapat diserap untuk memacu
pertumbuhan tanaman tersebut. Tinggi rendahnya berat kering brangkasan
tanaman tergantung pada banyak atau sedikitnya serapan unsur hara yang
berlangsung selama proses pertumbuhan tanaman (Sofyan, 2019).

4.5 Gejala Defisiensi Tanaman Jagung Akibat Pengaruh Pemberian Pupuk


N, P, K, Kompos dan Kapur di Tanah Ultisol

Gambar 6. Gejala Defiensi Unsur Hara K pada Tanaman


Jagung di Tanah Ultisol

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan perlakuan P4 (Pupuk kompos


matang (kotoran sapi) dosis 10 ton/ha), dan P8 (N+P) menunjukkan gejala

defisiensi hara K. Tanaman yang kekurangan kalium akan menunjukkan


gejala daun berwarna kuning di bagian pinggir. Daun tersebut berwarna cokelat
seperti terbakar, sedangkan bagian tulang daunnya tetap hijau.
17

Gejala tanaman jagung yang kahat K adalah daun berbintik kuning-coklat, atau
terjadi klorosis. Daun warna kuning membentuk huruf V terbalik. Gejala nampak
pada daun bagian bawah. Bagian pinggir daun biasanya berwarna coklat seperti
terbakar, tapi tulang daun tetap hijau. Pada tanaman yang kahat K parah, daun
berubah menjadi coklat dan akhirnya gugur. Tanaman jagung yang kahat K mudah
rebah dan mudah terinfeksi fungsi yang ada di tanah. Batas kritis kekurangan hara
K dalam tanah adalah 0,30 me/100 g (Puspa, 2016).

Gambar 7. Gejala Defiensi Unsur Hara P Pada Tanaman


Jagung di Tanah Ultisol

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan tanaman yang terdapat gejala


defisiensi hara P adalah pada P0 (Kontrol), P3 (½ dosis pupuk kimia standar
jagung), P4(Pupuk kompos matang (kotoran sapi) dosis 10 ton/ha), P5(Pupuk
kimia standar + kompos matang), P6 (½ Pupuk kimia standar + 1 kompos
matang), P7 (1 Pupuk kimia standar + ½ kompos matang), P9 (N+K), dan P11
(Pupuk Kimia Standar + kompos + kapur). Gejala defiensi unsur hara P
menghambat pertumbuhan jagung, tanaman pendek, pada awal pertumbuhan
pinggir daun berwarna ungu kemerahan, mulai dari ujung hingga ke pangkal
daun. Gejala nampak pada daun bagian bawah yang mengecil, perakaran tidak
berkembang dengan baik (pendek dan tidak menyebar). Tanah yang bereaksi
masam dengan pH <4,5 dan tanah kalkarik >7,5 umumnya kahat P. Batas kritis
kekurangan hara P dalam tanah adalah 20 ppm (Bray-2) dan kadar N daun saat
silking 0,16% (Syukur, 2013).
18

Gambar 8. Gejala Defiensi Unsur Hara N Pada Tanaman


Jagung di Tanah Ultisol

Berdasarkan data yang di dapatkan Perlakuan dengan menggunakan pupuk kimia


standar atau pupuk lengkap (P2) dan P10 denga perlakuan pupuk P + K, muncul
gejala defisiensi hara N pada pengamatan ke 4. Tanaman jagung yang kekurangan
N tumbuh lambat dan kerdil, daun menyempit dan pendek. Apabila kahat N
dimulai pada awal pertumbuhan maka seluruh permukaan daun berwarna hijau
kekuningan. Jika kekurangan N terjadi sejak tanaman dalam fase V6 (25-30 HST,
daun menguning yang dimulai dari pinggir ke tulang daun dan akan membentuk
huruf V yang dimulai pada daun tua yang terletak di bagian bawah. Pada tingkat
kekurangan N yang parah, daun tanaman berubah menjadi kecoklatan dan
tanaman mati. Kahat N juga menyebabkan klobot dan biji kecil (Wahidah, 2020).

4.6 Informasi Lain Keragaan Tanaman Jagung Akibat Pengaruh Pemberian


Pupuk N, P, K, Pupuk Kandang dan Kapur di Tanah Ultisol

Keragaan tanaman mengacu pada kondisi atau performa tanaman dalam


pertumbuhan dan perkembangannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi keragaan
tanaman melibatkan sejumlah aspek, termasuk lingkungan, nutrisi, kelembapan,
suhu, penyakit, dan interaksi dengan organisme lainnya. Beberapa tanaman
jagung mengalami gejala defisiensi unsur hara tertentu seperti nitrogen, fosfor dan
kalium yang ditandai dengan perubahan warna pada daun. Defisiensi ini
dipengaruhi oleh jenis dan dosis pupuk yang diberikan.
19

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat dua perlakuan yang terkena serangan


serangga yaitu pada P2 (Pupuk kimia standar jagung), dan P6 (½ Pupuk kimia
standar + 1 kompos matang). Gejala menunjukkan tanaman rusak dibagian tepi
yang diakibatkan oleh gigitan serangga. Hama pemakan daun seperti belalang
dapat menjadi ancaman serius bagi tanaman pertanian dan tanaman hias. Belalang
cenderung merusak daun tanaman dengan menghisap cairan tumbuhan atau
memakan jaringan daun secara langsung. Akibatnya, tanaman dapat mengalami
penurunan produksi, pertumbuhan yang terhambat, dan bahkan kematian jika
serangan belalang tidak dikendalikan dengan efektif. Selain merugikan secara
langsung, belalang juga dapat berperan sebagai vektor penyakit tanaman,
menyebarkan patogen dari satu tanaman ke tanaman lainnya. Oleh karena itu,
pengendalian hama pemakan daun seperti belalang memainkan peran kunci dalam
menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman, melibatkan strategi pengendalian
terpadu yang mencakup penggunaan insektisida yang selektif, praktik pertanian
berkelanjutan, dan pemantauan teratur untuk mendeteksi serangan hama secara
dini. Selain itu kombinasi pemberian pupuk kimia standar, kompos matang, dan
kapur (dolomit) menghasilkan pertumbuhan tanaman jagung terbaik di tanah
Ultisol. Kapur berperan dalam meningkatkan pH tanah yang masam sehingga
menunjang ketersediaan unsur hara dari pupuk terdapat pada rata-rata data
perlakuan p11 (Pupuk Kimia+kompos+Kapur) (Aminatun, Tien. 2012)
20

DAFTAR PUSTAKA

Alibasyah, A. R. 2016. Perubahan beberapa sifat fisika dan kimia Ultisol akibat
pemberian pupuk kompos dan kapur dolomit pada lahan berteras. J.
Floratek. 11(1): 75-87.

Atmaja, T., & Damanik, M. M. B. 2017. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang


Ayam, Pupuk Hijau, dan Kapur CaCO3 Pada Tanah Ultisol Terhadap
Pertumbuhan Tanaman Jagung: The Effect of Chicken Manure, Green
Fertilizer and Lime (CaCO3) on Ultisol and Their Effect on the Growth of
Corn. Jurnal Online Agroteknologi, 5(1), 208-215.

Aminatun, Tien. 2012. Teknik Pengendalian Serangga Hama Tanaman Padi


dengan Konservasi Musuh Alami. Universitas Negri
Yogyakarta.Yogyakarta.

Badan Ketahanan Pangan. 2016. Neraca Bahan Makanan Tahun 2006-2015.


Kementerian Pertanian. Jakarta.

Ginting, C. 2019. Nutrisi Tanaman. Instiper Press.

Ifadah, N. F., Syarof, Z. N., Al Jauhary, M. R., & Musyaffa, H. J. 2021. Dasar-
Dasar Manajemen Kesuburan Tanah. Universitas Brawijaya Press.

Kriswantoro, H. K., Safriyani, E., & Bahri, S. 2016. Pemberian pupuk organik dan
pupuk NPK pada tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt).
Klorofil: Jurnal Penelitian Ilmu-Ilmu Pertanian, 11(1), 1-6.

Mansyur, N. I., Pudjiwati, E. H., & Murtilaksono, A. 2021. Pupuk dan


pemupukan. Syiah Kuala University Press.

Matheus, R. 2019. Skenario Pengelolaan Sumber Daya Lahan Kering: Menuju


Pertanian Berkelanjutan. Deepublish.

Puspadewi, S., Sutari, W., & Kusumiyati, K. 2016. Pengaruh konsentrasi pupuk
organik cair (POC) dan dosis pupuk N, P, K terhadap pertumbuhan dan
hasil tanaman jagung manis (Zea mays L. var Rugosa Bonaf) kultivar
talenta. Kultivasi, 15(3).
21

Rosalyne, I. 2020. Pengaruh Pemberian Dosis Dolomit Dan Dosis Pupuk Kalium
Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Jagung (Zea Mays L)
Hibrida Bisi-2. Rhizobia: Jurnal Agroteknologi, 2(2), 10-21., Yeni, H., 1-7.
22

Saidy, A. R., & SP, M. 2021. Stabilisasi bahan organik tanah: Peningkatan
kesuburan tanah dan penurunan emisi gas rumah kaca. Deepublish.

Sari, N. P., Santoso, T. I., & Mawardi, S. 2013. Sebaran tingkat kesuburan tanah
pada perkebunan rakyat kopi Arabika di dataran tinggi Ijen-Raung
menurut ketinggian tempat dan tanaman penaung. Pelita Perkebunan,
29(2), 93-107.

Setiawan, I. G. P., Niswati, A., Hendarto, K., & Yusnaini, S. 2015. Pengaruh dosis
vermikompos terhadap pertumbuhan tanaman pakcoy (Brassica rapa L.)
dan perubahan beberapa sifat kimia tanah Ultisol Taman Bogo. Jurnal
Agrotek Tropika, 3(1).

Setyorini, D., Saraswati, R., & Anwar, E. K. 2019. Kompos, Pupuk organik dan
pupuk hayati, 11-40.

Sinuraya, B. A., & Melati, M. 2019. Pengujian berbagai dosis pupuk kandang
kambing untuk pertumbuhan dan produksi jagung manis organik (Zea
mays var. Saccharata Sturt). Buletin Agrohorti, 7(1), 47-52.

Syukur, M., & Azis Rifianto, S. P. (2013). Jagung manis. Penebar Swadaya Grup.

Vasile, A.J., Popescu, Cr., Andreea Ion, R., and Dobre, I., 2015. From
convensional to organic in Rumanian agriculture- impact assessment of a
land use changing paradigm. Journal Land Use Police, vol. 46: 258-266.

Wahidah, B. F., & Achmad, C. A. (2020). Ilmu Hara. Alinea Media Dipantara.

Anda mungkin juga menyukai