OLEH:
REZTIANA
NIM. 2006124688
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
USUL PENELITIAN
OLEH:
REZTIANA
NIM. 2006124688
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
USUL PENELITIAN
OLEH:
REZTIANA
NIM. 2006124688
Menyetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,
yang berjudul “Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)
Dr. M. Amrul Khoiri, S.P., M.P sebagai Pembimbing I dan Ir. Ardian, M.S
petunjuk dan motivasi sampai selesainya usul penelitian ini. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam
Reztiana
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vi
I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 4
1.3 Hipotesis........................................................................................ 5
II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6
2.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)......................... 6
2.2 Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)...................... 9
2.3 Pupuk Kascing............................................................................... 10
2.4 Pupuk NPK.................................................................................... 12
III METODOLOGI................................................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu......................................................................... 15
3.2 Bahan dan Alat............................................................................... 15
3.3 Metode Penelitian.......................................................................... 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................... 16
3.5 Parameter Pengamatan................................................................... 18
3.6 Analisis Data.................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 21
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Indonesia. Tanaman kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak nabati yang
memiliki potensi hasil tertinggi. Minyak kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan
bakar, bahan baku berbagai industri mulai dari makanan, hingga bahan kosmetika
(Lubis dan Widanarko, 2011). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas
perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 14,98 juta ha -1
dan pada tahun 2023 mencapai 15,30 juta ha-1, luas lahan perkebunan di Provinsi
Riau pada tahun 2023 mencapai 2,92 juta ha -1, dimana perkebunan kelapa sawit di
Riau terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan swasta. Menurut
Fauzi et al. (2012), budidaya tanaman kelapa sawit sangat diminati karena kelapa
atau tidak produktif dengan tanaman baru, baik secara keseluruhan maupun secara
Provinsi Riau. Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Riau (2021), luas lahan
perkebunan kelapa sawit yang telah tua dan rusak di Provinsi Riau pada tahun
2020 sebanyak 50.611 ha-1. Berdasarkan luasnya areal peremajaan tanaman kelapa
sawit ini tentunya dibutuhkan bibit berkualitas dalam jumlah banyak.
Produksi kelapa sawit yang tinggi harus dimulai dari pembibitan yang
baik dan benar sehingga menghasilkan bahan tanam yang bagus. Pembibitan
kelapa sawit yang baik merupakan tahapan awal yang menentukan pertumbuhan
dan produksi kelapa sawit di lapangan. Pembibitan kelapa sawit dikenal dengan
istilah double stage atau sistem pembibitan dua tahap. Tahap tersebut adalah
Pemeliharaan bibit dilakukan selama 9 bulan dimana pada fase pre nursery
berlangsung pada umur 1-3 bulan, kemudian bibit dipindahkan ke fase main
nursery pada umur 4 bulan (Sunarko, 2009). Penggunaan bibit yang bersertifikasi
dan pemeliharaan yang intensif pada tahap pembibitan utama menghasilkan bibit
yang sehat dan berkualitas yang nantinya akan menentukan proses pertumbuhan
dan produksi bibit di lapangan (Lubis, 2000). Faktor yang berpengaruh terhadap
melakukan pemupukan.
pupuk organik dan pupuk anorganik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada
2
Pupuk organik merupakan hasil pengomposan bahan organik seperti
berasal dari kotoran hewan, tumbuhan mati dan limbah organik. Menurut hasil
penelitian Jenira et al. (2016), pupuk organik memiliki peran memperbaiki sifat
fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik memiliki peranan kimia dalam
arancon et al. (2006), pupuk kascing merupakan hasil dari perombakan bahan
organik oleh cacing dan mikroorganisme. Kandungan hara dan sifat kimia pada
kascing lebih beragam daripada pupuk kompos dan pupuk organik lainnya,
kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk kascing adalah nitrogen nitrogen
1,79%, kalium 1,79%, fosfat 0,85%, kalsium 30,52% dan karbon 27,13%.
3
pertumbuhannya. Penggunaan pupuk NPK (16:16:16) memiliki hara-hara yang
komposisi kandungan hara NPK masih sama lengkap dan seimbang, yaitu 16% N,
16% P dan 16% K, tidak terjadi segregasi saat aplikasi di lapangan. Pupuk NPK
(16:16:16) adalah pupuk majemuk yang memiliki komposisi unsur hara yang
pembentukan zat hijau daun (klorofil). Unsur fosfor memiliki fungsi dalam
pembelahan sel, fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar pada tanaman muda.
dosis 7,5 g per polybag memberikan pertumbuhan bibit kelapa sawit terbaik pada
dapat menyediakan unsur hara yang mendukung pertumbuhan bagi bibit kelapa
sawit. Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul “Respon Pertumbuhan Bibit
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Pemberian Pupuk Kascing dan
interaksi dan pemberian pupuk kascing serta pupuk NPK terhadap pertumbuhan
4
bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main nursery, serta mendapatkan
1.3 Hipotesis
Pemberian pupuk kascing dan pupuk NPK pada dosis yang tepat mampu
nursery.
5
II TINJAUAN PUSTAKA
tropis yang berasal dari Nigeria, Afrika barat karena ditemukan di hutan belantara
kelapa sawit berasal dari Brazil, Amerika Selatan. Tanaman kelapa sawit pada
luar daerah asalnya seperti negara Indonesia, Malaysia, Thailand dan Papua
Spesies: Elaeis guineensis Jacq. Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan saat
ini terdiri dari dua jenis yang umum ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera.
Antara dua jenis tersebut mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis
Tanaman kelapa sawit terdapat dua bagian yaitu bagian vegetatif dan
bagian generatif. Pada bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan
bunga dan buah (Fauzi et al., 2008). Kelapa sawit termasuk tanaman berbiji satu
(monokotil) yang memiliki akar serabut, akar pertama muncul dari biji yang
primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm dan
akar kuartener 0,1-0,3 mm. Akar kuartener dengan berjarak 2-3 m dari pangkal
pohon pada kedalaman 0-60 cm. Akar tersier adalah akar yang paling aktif
menyerap air dan unsur hara pada tanaman kelapa sawit (Lubis dan Agus, 2011).
Menurut Fauzi et al. (2012), batang kelapa sawit tumbuh secara tegak
lurus dan dibungkus oleh pelepah daun serta tidak memiliki kambium berbentuk
silindris dengan diameter 20-70 cm. Pelepah daun menutupi kelapa sawit ketika
masih muda. Daun kelapa bertulang daun sejajar, sawit bersirip genap dan
anak daun per pelepah 250-400 helai produksi daun per tahun pada tanaman
dewasa mencapai 20-24 helai dengan panjang pelepah daun mencapai 7,5-9 m
pertumbuhan pelepah daun mempunyai filotaksi 1/8, yang artinya setiap satu kali
mampu melakukan penyerbukan sendiri karena bunga jantan dan bunga betina
berada dalam satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama, meski terkadang
dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina pada satu tandan (hermafrodit)
(Suwarto et al., 2014). Bunga betina berbentuk agak bundar, ujung kelopak bunga
agak rata dan diameter bunga lebih besar, sedangkan bunga jantan berbentuk
diameter bunga lebih kecil dari bunga betina. Masing-masing rangkaian bunga
muncul melalui pangkal pelepah daun (ketiak daun). Tandan bunga betina
7
terbungkus oleh seludang bunga, yang akan pecah pada 15-30 hari sebelum
reseptif. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan setiap
spikeletnya memiliki 15-20 kuntum bunga betina. Satu tandan Bunga jantan
mempunyai 100-250 spikelet dengan panjang spikelet antara 10-20 cm dan ber
diameter antara 1-1,5 cm. Tiap spikelet berisi 500-1500 kuntum bunga kecil yang
akan menghasilkan tepung sari sampai jutaan jumlahnya, dengan beratnya antara
gugur sehingga terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen pada
penyerbukan hingga buah matang ± 6 bulan. Buah kelapa sawit merupakan jenis
buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Kelapa sawit
memiliki buah per tandan mencapai 1.600 buah dengan bentuk yang lonjong
hingga membulat, panjang 2-5 cm serta berat sampai 30 g. Bagian buah kelapa
sawit terdiri dari 3 bagian, yaitu eksokarp atau kulit buah, mesokarp atau sabut
dan biji, bagian eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas
endokarp dan inti (kernel), sedangkan inti terdiri atas endosperm atau putih
lembaga dan embrio. Bagian embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium
dan bakal akar (radicula). Mesokarp merupakan bagian yang menghasilkan CPO
8
Pengembangan tanaman kelapa sawit dilakukan pada daerah tropika
basah sekitar 15 °LU-15 °LS, pada ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik
berkisar antara 0-500 m diatas permukaan laut. Curah hujan optimal kelapa sawit
sawit sekitar 29-30°C serta intensitas penyinaran matahari yang baik sekitar 5-7
jam/hari dan kelembaban tanah optimum yang ideal sekitar 80-90% untuk
pertumbuhan tanaman. Nilai pH yang terdapat dalam tanah adalah 5,0-5,5 dengan
jenis tanah seperti andosol, aluvial, hidromorfik kelabu, latosol, podsolik dan
tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, semakin besar respon tanaman,
semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman
bertujuan untuk menyediakan bibit yang baik, sehat dan dalam jumlah yang
cukup, hal tersebut juga sejalan dalam pembibitan kelapa sawit, karena tanaman
kelapa sawit yang produktivitasnya tinggi selalu berasal dari bibit yang baik
pembibitan diharapkan akan menghasil bibit yang baik, sehat dan berkualitas.
Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan
9
berkualitas, diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan.
(single stage) dan dua tahap (double stage). Sistem satu tahap kecambah langsung
dua tahap kecambah ditanam dan dipelihara dulu di dalam polybag berukuran
polybag besar selama 9 bulan. Tahap terakhir ini disebut juga sebagai pembibitan
harus terbuka, bebas dari gulma dan terhindar dari gangguan hewan liar.
Pembibitan memerlukan lahan yang luas karena bibit ditanam dengan jarak tanam
cacing tanah (Lumbricus rubellus). Kascing sendiri adalah kotoran cacing tanah
yang merupakan pupuk organik yang sangat baik, karena unsur hara yang
dikandung langsung dapat tersedia bagi tanaman sehingga kualitas kascing jauh
10
Kascing berasal dari sampah-sampah organik berupa sayur-sayuran,
penguraian yang kemudian dimakan oleh cacing dan menjadi pupuk yang
mengandung unsur hara yang akan meningkatkan kesuburan dan mudah diserap
Kandungan unsur hara pada kascing hampir semua unsur hara yang
menggunakan cacing Eisenia foetida adalah nitrogen 0,63%, fosfor 0,35%, kalium
manganium 0,003%, besi 0,79%, boron 0,21%, Mo 14,4%, KTK 335,80 mg/100
gram, kandungan asam humus 13,88% dan kapasitas menyimpan air 41,23%
(Mulat, 2003).
organik karbon dengan nitrogen (C/N Rasio). Rasio C/N bahan organik adalah
kandungan unsur nitrogen (N) yang ada pada suatu bahan organik.
11
mutu yang lebih rendah, jika rasio C/N terlalu rendah kelebihan nitrogen yang
tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui
tanah. Karbon organik dalam kascing menjadi sumber energi bagi biota tanah.
Hasil penelitian Laia et al. (2021), pemberian pupuk kascing dengan dosis 200 g
per tanaman memberikan hasil terbaik dalam pertumbuhan bibit kelapa sawit pada
N, P dan K merupakan salah satu faktor penting dan harus tersedia bagi
tanaman karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman.
mengandung lebih dari satu jenis hara, sehingga pemanfaatan pupuk majemuk
lebih efektif dari pada pupuk tunggal. Keuntungan dari penggunaan pupuk
majemuk tersebut adalah ketersediaan hara lebih lengkap dan lebih homogen
dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi
tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya
12
Pupuk NPK Mutiara merupakan pupuk majemuk yang mengandung
unsur hara N (16%) yang terbagi dalam dua bentuk yaitu 9,5% NH4 dan 6,5%
NO3, P (16%) dalam bentuk P2O5 dan K (16%) dalam bentuk (K2O). Pupuk
NPK Mutiara tidak hanya mengandung unsur hara N, P dan K namun juga
mengandung 1,5% MgO dan 5% CaO. Pupuk majemuk Mutiara disebut pupuk
majemuk berimbang dan lengkap serta dapat dipakai pada semua fase
tanaman sekitar 1-4% untuk menyusun bagian keras tanaman, seperti batang, kulit
protein, senyawa metabolit yang merupakan bagian dari ATP penting dalam
pelepah memendek dan batang meruncing, selain itu tanaman kekurangan P akan
menyebabkan daun dan batang kecil, daun berwarna hijau tua keabu-abuan
mengkilap dan terlihat pigmen merah pada bagian bawah daun tanaman lalu mati
(Nazari, 2020).
13
Kalium digunakan sebagai pengatur keseimbangan ion-ion sel yang
pertama terlihat perubahan pada daun tua yaitu timbulnya klorosis diantara tulang
daun atau tepi daun. Defisiensi unsur K dapat mengakibatkan pertumbuhan tidak
berkembang dengan baik serta penurunan produksi, pada tingkat ketahanan yang
parah, klorosis meluas sampai pangkal daun dan hanya meninggalkan warna hijau
pada tulang daun, pada tingkat selanjutnya timbul nekrosis tepi daun tua
2010).
dengan jenis dan dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hasil
umur 12 MST dengan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,
14
III METODOLOGI
selama 4 bulan mulai dari bulan Oktober sampai Januari 2023 (Jadwal kegiatan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit kelapa sawit umur 4
bulan Dami Mas (DxP Dami Mas), tanah inceptisol, polybag ukuran 35 cm x 40
cm, antracol, alika 247 zc, pupuk kascing dan pupuk NPK 16.16.16 (Deskripsi
ayakan, parang, penggaris, meteran, hand sprayer, selang drip, kamera, alat tulis
K1 : 80 g per polybag
N3 : 10 g per polybag
percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 2 bibit tanaman kelapa sawit
dalam polybag, sehingga jumlah bibit sawit yang digunakan seluruhnya sebanyak
memiliki topografi datar dan dekat dengan sumber air. Persiapan tempat penelitian
diawali dengan membersihkan lahan dari gulma dan vegetasi pengganggu lainnya
Media tanam menggunakan inceptisol. Tanah inceptisol yang diambil dari daerah
membebaskan media tanam dan sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya.
Polybag diisi dengan tanah inceptisol yang telah diayak sebanyak 7,5 kg. Setelah
16
polybag selesai diisi tanah kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan. (Denah
Pemberian pupuk kascing dengan dosis 80 g per polybag, 100 g per polybag dan
secara merata dengan tanah pada setiap polybag sesuai dengan dosis pupuk.
Pupuk kascing di aplikasikan satu kali sesuai dengan perlakuan pada saat 1
3.4.4 Penanaman
4 bulan dari main nursery ke polybag yang telah di isi media tanam dan diberi
tanam sesuai dengan ukuran polybag sebelumnya. Kemudian pada polybag yang
berisi bibit sawit di sayat menggunakan pisau dari bawah ke atas polybag dengan
tujuan agar bibit mudah dipindahkan. Bibit sawit beserta tanah yang dipisahkan
dari polybag dimasukkan ke dalam polybag yang telah di isi media tanam dan
dan selanjutnya dengan interval 2 minggu sekali pemberian pupuk NPK dengan
dosis 5,0 g per polybag, 7,5 g per polybag, dan 1,0 g per polybag. Pemberian
pupuk dilakukan dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman kelapa sawit dengan
17
jarak 3-5 cm dari bibit tanaman waktu pemupukan dilakukan pada sore hari untuk
mengurangi penguapan.
3.4.6.1 Penyiraman
pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB penyiraman
3.4.6.2 Penyiangan
Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di dalam
konsentrasi 0,1% (1 g.l-1 air) dan untuk mengendalikan hama menggunakan alika
247 zc dengan konsentrasi 0,15% (1,5 g.l -1 air), penyemprotan dilakukan 1 bulan 2
dari pangkal bonggol sampai ke ujung daun tertinggi. Pengamatan tinggi bibit
dilakukan pada saat bibit berumur 4 bulan sebagai tinggi awal, selanjutnya
18
pengukuran dilakukan dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8
bulan.
dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8 bulan dengan menggunakan
penggaris. Pengukuran lebar daun diukur pada daun pelepah ke empat, letak daun
yang terlebar pada tengah pelepah. Daun yang diambil tiga bagian kiri dan tiga
dilakukan dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8 bulan dengan
empat, letak daun yang terlebar pada tengah pelepah. Daun yang diambil tiga
bagian kiri dan tiga bagian kanan dan dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai
panjang daun.
19
3.5.5 Pertambahan jumlah pelepah
jumlah daun pelepah yang telah membuka sempurna pada setiap sampel tanaman
kelapa sawit. Pengamatan jumlah pelepah daun dilakukan pada saat bibit berumur
menggunakan sidik ragam. Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:
Dimana:
Yijk = Data pengamatan pada bibit kelapa sawit yang diberi kascing ke-i,
Ki = Pengaruh Kascing
(KN) ij= Pengaruh interaksi Kascing ke-i dengan Pupuk NPK ke-j.
ε ijk = Galat percobaan yang diberi Kascing ke-i dan pupuk NPK ke-j pada
ulangan ke-k.
Hasil dari sidik ragam dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf 5%. Data
20
DAFTAR PUSTAKA
Djuarnani, N. Kristian. dan Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.
Agromedia.
Lubis dan Agus. 2011. Edisi ke-2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
Lubis, A.U. 2000. Kelapa Sawit. Teknik Budidaya Tanaman Perkebunan. Sinar.
Medan.
Lubis, R.E. A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia. Jakarta.
Nazari, Y, A. 2020. Kondisi status hara tanah dan jaringan tanaman kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) BPSBP kalimantan selatan. Ziraa’ah. 45(3):
274-284.
Pahan, I. 2011. Kelapa Sawit Manajemen dari Hulu hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.
22
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
Vidya, Suparman, dan Karjo. 2016. Kajian Pupuk Majemuk NPK Terhadap
Produksi Bawang Merah di Lahan Berpasir Dataran Rendah. Prosiding
Seminar Nasional: Inovasi Teknologi Pertanian. 890-895.
Yuninda, D.E., B. Badal, dan Y. A. Taher. 2021. Pemberian tanah kompos tandan
kosong kelapa sawit (tkks) pupuk npk 16:16:16 terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di main–nursery. Jurnal
Research Ilmu Pertanian. 1(2): 196-206.
23
LAMPIRAN
25
Lampiran 3. Denah penelitian rancangan acak lengkap (RAL) faktorial
90 cm
80 cm
K0N1 (II) K0N2 (III) K3N3 (III)
50 cm
26
Keterangan :
K1N1 : Pupuk Kascing 80 g per polybag + Pupuk NPK 5,0 g per polybag
K1N2 : Pupuk Kascing 80 g per polybag + Pupuk NPK 7,5 g per polybag
K2N1 : Pupuk Kascing 100 g per polybag + Pupuk NPK 5,0 g per polybag
K2N2 : Pupuk Kascing 100 g per polybag + Pupuk NPK 17,5 g per polybag
K2N3 : Pupuk Kascing 100 g per polybag + Pupuk NPK 10 g per polybag
K3N1 : Pupuk Kascing 120 g per polybag + Pupuk NPK 5,0 g per polybag
K3N2 : Pupuk Kascing 120 g per polybag + Pupuk NPK 7,5 g per polybag
K3N3 : Pupuk Kascing 120 g per polybag + Pupuk NPK 10 g per polybag
27