Anda di halaman 1dari 33

USUL PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK
KASCING DAN NPK DI MAIN NURSERY

OLEH:
REZTIANA
NIM. 2006124688

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
USUL PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK
KASCING DAN NPK DI MAIN NURSERY

OLEH:
REZTIANA
NIM. 2006124688

Diajukan sebagai salah satu syarat


untuk melaksanakan penelitian

JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2023
USUL PENELITIAN

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT


(Elaeis guineensis Jacq.) TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KASCING
DAN NPK DI MAIN NURSERY

OLEH:
REZTIANA
NIM. 2006124688

Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. M. Amrul Khoiri, S.P., M.P Ir. Ardian, M.S.


NIP. 197811232008011003 NIP. 19600809187031002

Mengetahui

Ketua Jurusan Agroteknologi

Dr. M. Amrul Khoiri, S.P., M.P


NIP. 197811232008011003
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat,

hidayah, dan kemudahan, sehingga penulis dapat menyelesaikan usul penelitian

yang berjudul “Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

terhadap Pemberian Pupuk Kascing dan Pupuk NPK di Main Nursery”.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dosen pembimbing

Dr. M. Amrul Khoiri, S.P., M.P sebagai Pembimbing I dan Ir. Ardian, M.S

sebagai dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan,

petunjuk dan motivasi sampai selesainya usul penelitian ini. Penulis juga

mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam

menyelesaikan usul penelitian ini.

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan

usul penelitian ini. Penulis sangat mengharapkan masukan yang bersifat

membangun untuk penyempurnaan usul penelitian ini sehingga dapat bermanfaat

bagi pembaca dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Pekanbaru, Oktober 2023

Reztiana
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL.................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... vi

I PENDAHULUAN................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Tujuan............................................................................................ 4
1.3 Hipotesis........................................................................................ 5

II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................ 6
2.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)......................... 6
2.2 Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)...................... 9
2.3 Pupuk Kascing............................................................................... 10
2.4 Pupuk NPK.................................................................................... 12

III METODOLOGI................................................................................... 15
3.1 Tempat dan Waktu......................................................................... 15
3.2 Bahan dan Alat............................................................................... 15
3.3 Metode Penelitian.......................................................................... 15
3.4 Pelaksanaan Penelitian................................................................... 16
3.5 Parameter Pengamatan................................................................... 18
3.6 Analisis Data.................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 21
LAMPIRAN
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Tabel jadwal kegiatan penelitian

2. Deskripsi tanaman kelapa sawit varietas DxP Dami Mas

3. Denah penelitian rancangan acak lengkap (RAL) faktorial.....................


I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman

penting yang dapat meningkatkan devisa negara dan peningkatan perekonomian di

Indonesia. Tanaman kelapa sawit sebagai sumber penghasil minyak nabati yang

memiliki potensi hasil tertinggi. Minyak kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan

bakar, bahan baku berbagai industri mulai dari makanan, hingga bahan kosmetika

(Lubis dan Widanarko, 2011). Kelapa sawit merupakan salah satu komoditas

perkebunan utama dan unggulan di Indonesia khususnya di Provinsi Riau.

Direktorat Jenderal Perkebunan (2023) menyatakan luas lahan

perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2022 mencapai 14,98 juta ha -1

dan pada tahun 2023 mencapai 15,30 juta ha-1, luas lahan perkebunan di Provinsi

Riau pada tahun 2023 mencapai 2,92 juta ha -1, dimana perkebunan kelapa sawit di

Riau terdiri dari perkebunan rakyat, perkebunan besar negara dan swasta. Menurut

Fauzi et al. (2012), budidaya tanaman kelapa sawit sangat diminati karena kelapa

sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki prospek

pengembangan yang cerah.

Pengembangan perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan melalui program

peremajaan kelapa sawit (replanting) yaitu melakukan penggantian tanaman tua

atau tidak produktif dengan tanaman baru, baik secara keseluruhan maupun secara

bertahap. Replanting perkebunan kelapa sawit telah menjadi fokus pemerintah

Provinsi Riau. Menurut Dinas Perkebunan Provinsi Riau (2021), luas lahan

perkebunan kelapa sawit yang telah tua dan rusak di Provinsi Riau pada tahun

2020 sebanyak 50.611 ha-1. Berdasarkan luasnya areal peremajaan tanaman kelapa
sawit ini tentunya dibutuhkan bibit berkualitas dalam jumlah banyak.

Produksi kelapa sawit yang tinggi harus dimulai dari pembibitan yang

baik dan benar sehingga menghasilkan bahan tanam yang bagus. Pembibitan

kelapa sawit yang baik merupakan tahapan awal yang menentukan pertumbuhan

dan produksi kelapa sawit di lapangan. Pembibitan kelapa sawit dikenal dengan

istilah double stage atau sistem pembibitan dua tahap. Tahap tersebut adalah

pembibitan awal (Pre nursery) dan pembibitan utama (Main nursery).

Pemeliharaan bibit dilakukan selama 9 bulan dimana pada fase pre nursery

berlangsung pada umur 1-3 bulan, kemudian bibit dipindahkan ke fase main

nursery pada umur 4 bulan (Sunarko, 2009). Penggunaan bibit yang bersertifikasi

dan pemeliharaan yang intensif pada tahap pembibitan utama menghasilkan bibit

yang sehat dan berkualitas yang nantinya akan menentukan proses pertumbuhan

dan produksi bibit di lapangan (Lubis, 2000). Faktor yang berpengaruh terhadap

produktivitas tanaman salah satunya adalah ketersediaan hara bagi tanaman.

Usaha manusia untuk mencukupi kebutuhan hara tanaman adalah dengan

melakukan pemupukan.

Pemupukan merupakan kegiatan penambahan beberapa unsur hara, yang

dilakukan guna untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman dalam

meningkatkan kesuburan tanah (Pahan, 2011). Pupuk yang digunakan adalah

pupuk organik dan pupuk anorganik untuk memenuhi kebutuhan unsur hara pada

tanaman kelapa sawit. Penggunaan pupuk anorganik harus diimbangi dengan

pemberian pupuk organik. Agung et al. (2019) menyatakan bahwa penggunaan

pupuk anorganik perlu pengelolaan yang baik dengan alternatif melakukan

penambahan pupuk organik.

2
Pupuk organik merupakan hasil pengomposan bahan organik seperti

berasal dari kotoran hewan, tumbuhan mati dan limbah organik. Menurut hasil

penelitian Jenira et al. (2016), pupuk organik memiliki peran memperbaiki sifat

fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk organik memiliki peranan kimia dalam

menyediakan N, P dan K untuk tanaman, peranan biologi dalam mempengaruhi

aktivitas organisme mikroflora dan mikrofauna serta peranan fisik dalam

memperbaiki struktur tanah. Pupuk organik yang biasa diberikan dalam

pembibitan kelapa sawit dapat berupa padat maupun cair.

Pupuk kascing (kotoran cacing) merupakan salah satu pupuk organik

berbentuk padat yang berperan dalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan

kesuburan tanah dan menyediakan nutrisi bagi pertumbuhan tanaman. Menurut

arancon et al. (2006), pupuk kascing merupakan hasil dari perombakan bahan

organik oleh cacing dan mikroorganisme. Kandungan hara dan sifat kimia pada

kascing lebih beragam daripada pupuk kompos dan pupuk organik lainnya,

kandungan unsur hara yang terdapat pada pupuk kascing adalah nitrogen nitrogen

1,79%, kalium 1,79%, fosfat 0,85%, kalsium 30,52% dan karbon 27,13%.

Kandungan ini efektif untuk menggemburkan tanah dan membuat pertumbuhan

tanaman menjadi subur (Perlindungan Hortikultura, 2018). Hasil penelitian

Situmorang et al. (2020), menunjukkan bahwa pemberian pupuk kascing dengan

dosis 80 g per polybag berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tanaman bibit

kelapa sawit di pre nursery.

Upaya untuk meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit serta

mendapatkan bibit yang berkualitas dengan memberikan pupuk NPK karena

memiliki kandungan hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam proses

3
pertumbuhannya. Penggunaan pupuk NPK (16:16:16) memiliki hara-hara yang

seimbang saat pencampuran, penanganan atau pada waktu ditebarkan ke tanaman,

komposisi kandungan hara NPK masih sama lengkap dan seimbang, yaitu 16% N,

16% P dan 16% K, tidak terjadi segregasi saat aplikasi di lapangan. Pupuk NPK

(16:16:16) adalah pupuk majemuk yang memiliki komposisi unsur hara yang

seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan (Novizan, 2007).

Menurut Lingga dan Marsono (2003), unsur nitrogen memiliki fungsi

dalam pertumbuhan vegetatif tanaman terutama pembentukan protein dan

pembentukan zat hijau daun (klorofil). Unsur fosfor memiliki fungsi dalam

pembelahan sel, fosfor dapat merangsang pertumbuhan akar pada tanaman muda.

Hardjowigeno (2003) unsur K memiliki fungsi memacu perkembangan akar

sehingga tanaman lebih mudah menyerap unsur hara. Hasil penelitian

Syamsuwirman et al. (2023), menunjukkan bahwa pemberian pupuk NPK dengan

dosis 7,5 g per polybag memberikan pertumbuhan bibit kelapa sawit terbaik pada

fase main nursery.

Pemberian pupuk kascing dan pupuk NPK di main nursery diharapkan

dapat menyediakan unsur hara yang mendukung pertumbuhan bagi bibit kelapa

sawit. Untuk itu dilakukan penelitian dengan judul “Respon Pertumbuhan Bibit

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) terhadap Pemberian Pupuk Kascing dan

Pupuk NPK Di Main Nursery”.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari pengaruh

interaksi dan pemberian pupuk kascing serta pupuk NPK terhadap pertumbuhan

4
bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main nursery, serta mendapatkan

perlakuan yang terbaik.

1.3 Hipotesis

Pemberian pupuk kascing dan pupuk NPK pada dosis yang tepat mampu

meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Main

nursery.

5
II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) merupakan tanaman

tropis yang berasal dari Nigeria, Afrika barat karena ditemukan di hutan belantara

negara tersebut. Meskipun demikian, ada pernyataan yang menyatakan bahwa

kelapa sawit berasal dari Brazil, Amerika Selatan. Tanaman kelapa sawit pada

kenyataannya tumbuh subur dan mampu memberikan produktivitas yang tinggi di

luar daerah asalnya seperti negara Indonesia, Malaysia, Thailand dan Papua

Nugini (Fauzi et al., 2014).

Menurut Pahan (2012), Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai

berikut: Kingdom: Plantae, Divisi: Embryophyta Siphonogama, Kelas:

Angiospermae, Ordo: Monocotyledonae, Famili: Arecaceae, Genus: Elaeis,

Spesies: Elaeis guineensis Jacq. Tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan saat

ini terdiri dari dua jenis yang umum ditanam yaitu E. guineensis dan E. oleifera.

Antara dua jenis tersebut mempunyai fungsi dan keunggulan di dalamnya. Jenis

E. guineensis memiliki produksi yang sangat tinggi sedangkan E. oleifera

memiliki tinggi tanaman yang rendah.

Tanaman kelapa sawit terdapat dua bagian yaitu bagian vegetatif dan

bagian generatif. Pada bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan

daun, sedangkan bagian generatif yaitu bagian perkembangbiakan terdiri dari

bunga dan buah (Fauzi et al., 2008). Kelapa sawit termasuk tanaman berbiji satu

(monokotil) yang memiliki akar serabut, akar pertama muncul dari biji yang

berkecambah (radicula) pada awal perkecambahan. Radikula akan mati dan


membentuk akar utama atau primer yang terdiri dari akar sekunder, tersier dan

kuartener. Perakaran yang telah membentuk sempurna umumnya memiliki akar

primer dengan diameter 5-10 mm, akar sekunder 2-4 mm, akar tersier 1-2 mm dan

akar kuartener 0,1-0,3 mm. Akar kuartener dengan berjarak 2-3 m dari pangkal

pohon pada kedalaman 0-60 cm. Akar tersier adalah akar yang paling aktif

menyerap air dan unsur hara pada tanaman kelapa sawit (Lubis dan Agus, 2011).

Menurut Fauzi et al. (2012), batang kelapa sawit tumbuh secara tegak

lurus dan dibungkus oleh pelepah daun serta tidak memiliki kambium berbentuk

silindris dengan diameter 20-70 cm. Pelepah daun menutupi kelapa sawit ketika

masih muda. Daun kelapa bertulang daun sejajar, sawit bersirip genap dan

membentuk susunan daun majemuk. Mangoensoekarjo (2008) menyatakan jumlah

anak daun per pelepah 250-400 helai produksi daun per tahun pada tanaman

dewasa mencapai 20-24 helai dengan panjang pelepah daun mencapai 7,5-9 m

pertumbuhan pelepah daun mempunyai filotaksi 1/8, yang artinya setiap satu kali

berputar melingkari batang terdapat 8 pelepah daun.

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious) dimana

mampu melakukan penyerbukan sendiri karena bunga jantan dan bunga betina

berada dalam satu pohon tetapi tidak pada tandan yang sama, meski terkadang

dijumpai juga bunga jantan dan bunga betina pada satu tandan (hermafrodit)

(Suwarto et al., 2014). Bunga betina berbentuk agak bundar, ujung kelopak bunga

agak rata dan diameter bunga lebih besar, sedangkan bunga jantan berbentuk

ramping (lonjong) memanjang, ujung kelopak bunga agak meruncing dan

diameter bunga lebih kecil dari bunga betina. Masing-masing rangkaian bunga

muncul melalui pangkal pelepah daun (ketiak daun). Tandan bunga betina

7
terbungkus oleh seludang bunga, yang akan pecah pada 15-30 hari sebelum

reseptif. Satu tandan bunga betina memiliki 100-200 spikelet dan setiap

spikeletnya memiliki 15-20 kuntum bunga betina. Satu tandan Bunga jantan

mempunyai 100-250 spikelet dengan panjang spikelet antara 10-20 cm dan ber

diameter antara 1-1,5 cm. Tiap spikelet berisi 500-1500 kuntum bunga kecil yang

akan menghasilkan tepung sari sampai jutaan jumlahnya, dengan beratnya antara

40-60 g (Pahan, 2006).

Bunga tanaman kelapa sawit muncul di ketiak daun nomor 20 pada

tanaman muda (2-4 tahun) mampu menghasilkan satu infloresen (bunga

majemuk). Perkembangan bakal infloresen pada fase-fase awal biasanya akan

gugur sehingga terlihat beberapa ketiak daun tidak menghasilkan infloresen pada

individu tanaman (Sunarko, 2007).

Buah kelapa sawit mengalami pembentukan buah terjadi sejak

penyerbukan hingga buah matang ± 6 bulan. Buah kelapa sawit merupakan jenis

buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Kelapa sawit

memiliki buah per tandan mencapai 1.600 buah dengan bentuk yang lonjong

hingga membulat, panjang 2-5 cm serta berat sampai 30 g. Bagian buah kelapa

sawit terdiri dari 3 bagian, yaitu eksokarp atau kulit buah, mesokarp atau sabut

dan biji, bagian eksokarp dan mesokarp disebut perikarp. Biji terdiri atas

endokarp dan inti (kernel), sedangkan inti terdiri atas endosperm atau putih

lembaga dan embrio. Bagian embrio terdapat bakal daun (plumula), haustorium

dan bakal akar (radicula). Mesokarp merupakan bagian yang menghasilkan CPO

dan bagian endosperm menghasilkan palm kernel oil (Mangoensoekarjo, 2008).

8
Pengembangan tanaman kelapa sawit dilakukan pada daerah tropika

basah sekitar 15 °LU-15 °LS, pada ketinggian pertanaman kelapa sawit yang baik

berkisar antara 0-500 m diatas permukaan laut. Curah hujan optimal kelapa sawit

sekitar 2.000-2.500 mm/tahun dengan suhu optimum untuk pertumbuhan kelapa

sawit sekitar 29-30°C serta intensitas penyinaran matahari yang baik sekitar 5-7

jam/hari dan kelembaban tanah optimum yang ideal sekitar 80-90% untuk

pertumbuhan tanaman. Nilai pH yang terdapat dalam tanah adalah 5,0-5,5 dengan

jenis tanah seperti andosol, aluvial, hidromorfik kelabu, latosol, podsolik dan

regosol. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan

tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, semakin besar respon tanaman,

semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman

untuk pertumbuhan dan produksi (Arsyad, 2012).

2.2 Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.)

Pembibitan merupakan tahapan awal dalam melakukan penanaman yang

bertujuan untuk menyediakan bibit yang baik, sehat dan dalam jumlah yang

cukup, hal tersebut juga sejalan dalam pembibitan kelapa sawit, karena tanaman

kelapa sawit yang produktivitasnya tinggi selalu berasal dari bibit yang baik

(Darmosarko et al., 2008).

Pembibitan merupakan tahapan awal dari seluruh rangkaian kegiatan

budidaya kelapa sawit, yang sangat menentukan keberhasilan pertanaman. Tahap

pembibitan diharapkan akan menghasil bibit yang baik, sehat dan berkualitas.

Bibit kelapa sawit yang baik adalah bibit yang memiliki kekuatan dan penampilan

tumbuh yang optimal serta berkemampuan dalam menghadapi kondisi lingkungan

saat pelaksanaan transplanting. Menghasilkan bibit yang baik, sehat dan

9
berkualitas, diperlukan pengelolaan yang intensif selama tahap pembibitan.

Pengelolaan pembibitan diperlukan pedoman kerja yang dapat menjadi acuan

sekaligus kontrol selama pelaksanaan di lapangan agar mendapatkan bibit yang

berkualitas (Sulistyo et al., 2010).

Sistem pembibitan yang dilakukan sekarang ada pembibitan satu tahap

(single stage) dan dua tahap (double stage). Sistem satu tahap kecambah langsung

ditanam di dalam polybag berukuran 40 cm x 50 cm, sedangkan pada pembibitan

dua tahap kecambah ditanam dan dipelihara dulu di dalam polybag berukuran

11 cm x 22 cm selama 3 bulan, yang disebut juga tahap pembibitan pendahuluan

(Pre nursery), selanjutnya bibit dipindahkan di pembibitan utama ke dalam

polybag besar selama 9 bulan. Tahap terakhir ini disebut juga sebagai pembibitan

utama (Main nursery) (Galingging, 2021).

Pembibitan utama (main nursery) membutuhkan lokasi pembibitan yang

tersedia sumber air untuk mencukupi kebutuhan pembibitan. Areal pembibitan

harus terbuka, bebas dari gulma dan terhindar dari gangguan hewan liar.

Pembibitan memerlukan lahan yang luas karena bibit ditanam dengan jarak tanam

yang lebih lebar (Setyamidjaja, 2006).

2.3 Pupuk Kascing

Vermicomposting merupakan bahasa latin vermis yang berarti cacing,

vermicomposting berarti penguraian pupuk kompos dari sampah dengan bantuan

cacing tanah (Lumbricus rubellus). Kascing sendiri adalah kotoran cacing tanah

yang merupakan pupuk organik yang sangat baik, karena unsur hara yang

dikandung langsung dapat tersedia bagi tanaman sehingga kualitas kascing jauh

lebih baik dibanding pupuk organik lainnya (Kartini et al., 2015).

10
Kascing berasal dari sampah-sampah organik berupa sayur-sayuran,

buah-buahan, daun-daunan, kotoran binatang, bangkai yang mengalami

penguraian yang kemudian dimakan oleh cacing dan menjadi pupuk yang

mengandung unsur hara yang akan meningkatkan kesuburan dan mudah diserap

oleh tanah (Rahmadhaini et al., 2017).

Kandungan unsur hara pada kascing hampir semua unsur hara yang

dibutuhkan oleh tanaman keberadaannya dapat langsung tersedia dan

dimanfaatkan sebagai pupuk. Kandungan kascing terdapat berbagai bahan yang

dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman seperti

hormone giberelin, sitokinin, auksin, unsur hara N, P, K, Mg, Ca dan Azotobacter

sp yaitu bakteri penambat N non simbiotik. Kandungan hara kascing yang

menggunakan cacing Eisenia foetida adalah nitrogen 0,63%, fosfor 0,35%, kalium

0,20%, magnesium 0,26%, natrium 0,07%, tembaga 17,58%, seng 0,007%,

manganium 0,003%, besi 0,79%, boron 0,21%, Mo 14,4%, KTK 335,80 mg/100

gram, kandungan asam humus 13,88% dan kapasitas menyimpan air 41,23%

(Mulat, 2003).

Aspek terpenting dalam keseimbangan unsur hara total adalah rasio

organik karbon dengan nitrogen (C/N Rasio). Rasio C/N bahan organik adalah

perbandingan antara banyaknya kandungan unsur karbon (C) terhadap banyaknya

kandungan unsur nitrogen (N) yang ada pada suatu bahan organik.

Mikroorganisme membutuhkan karbon dan nitrogen untuk aktivitas hidupnya.

Jika rasio C/N tinggi, aktivitas biologi mikroorganisme akan berkurang,

diperlukan beberapa siklus mikroorganisme untuk mendegradasi kompos

sehingga diperlukan waktu yang lama untuk vermicomposting dan dihasilkan

11
mutu yang lebih rendah, jika rasio C/N terlalu rendah kelebihan nitrogen yang

tidak dipakai oleh mikroorganisme tidak dapat diasimilasi dan akan hilang melalui

volatilisasi sebagai amonia atau ter denitrifikasi (Djuarnani, 2005).

Menurut Parnihadi (2009), kascing dapat membantu mengembalikan

kesuburan tanah karena didalam kascing terdapat banyak mikroorganisme dan

karbon organik yang mendorong perkembangan ekosistem dan rantai makanan

tanah. Karbon organik dalam kascing menjadi sumber energi bagi biota tanah.

Hasil penelitian Laia et al. (2021), pemberian pupuk kascing dengan dosis 200 g

per tanaman memberikan hasil terbaik dalam pertumbuhan bibit kelapa sawit pada

fase pre nursery.

2.4 Pupuk NPK

N, P dan K merupakan salah satu faktor penting dan harus tersedia bagi

tanaman karena berfungsi sebagai proses metabolisme dan biokimia sel tanaman.

Pupuk majemuk memiliki keunggulan dibandingkan dengan pupuk tunggal, yaitu

mengandung lebih dari satu jenis hara, sehingga pemanfaatan pupuk majemuk

lebih efektif dari pada pupuk tunggal. Keuntungan dari penggunaan pupuk

majemuk tersebut adalah ketersediaan hara lebih lengkap dan lebih homogen

dalam penyebaran pupuk (Vidya et al., 2016).

Hara N, P dan K merupakan hara esensial untuk tanaman dan sebagai

faktor batas bagi pertumbuhan tanaman. Peningkatan dosis pemupukan N di

dalam tanah secara langsung dapat meningkatkan kadar protein (N) dan produksi

tanaman, namun pemenuhan unsur N saja tanpa P dan K akan menyebabkan

tanaman mudah rebah, peka terhadap serangan hama penyakit dan menurunnya

kualitas produksi usahatani (Tuherkih dan Sipahutar, 2008).

12
Pupuk NPK Mutiara merupakan pupuk majemuk yang mengandung

unsur hara N (16%) yang terbagi dalam dua bentuk yaitu 9,5% NH4 dan 6,5%

NO3, P (16%) dalam bentuk P2O5 dan K (16%) dalam bentuk (K2O). Pupuk

NPK Mutiara tidak hanya mengandung unsur hara N, P dan K namun juga

mengandung 1,5% MgO dan 5% CaO. Pupuk majemuk Mutiara disebut pupuk

majemuk berimbang dan lengkap serta dapat dipakai pada semua fase

pertumbuhan (Sinaga, 2012). Komposisi kandungan N, P dan K dalam pupuk

NPK majemuk Mutiara 16:16:16 sudah seimbang sehingga baik untuk

pertumbuhan bibit kelapa sawit.

Nitrogen digunakan sebagai pembangun asam nukleat, protein, bio enzim

dan klorofil. Kekurangan N akan mengurangi efisiensi pemanfaatan sinar

matahari dan ketidakseimbangan serapan unsur hara, tanaman yang kekurangan N

ditandai oleh daun-daun tua berwarna hijau pucat kekuning-kuningan dan

kecepatan produksi daun menurun. Penggunaan nitrogen yang dibutuhkan oleh

tanaman sekitar 1-4% untuk menyusun bagian keras tanaman, seperti batang, kulit

dan biji (Harianto, 2007).

Fosfor digunakan sebagai pembangun asam nukleat, fosfolipid, bioenzim,

protein, senyawa metabolit yang merupakan bagian dari ATP penting dalam

transfer energi. Kekurangan unsur P menyebabkan tanaman tumbuh kerdil,

pelepah memendek dan batang meruncing, selain itu tanaman kekurangan P akan

menyebabkan daun dan batang kecil, daun berwarna hijau tua keabu-abuan

mengkilap dan terlihat pigmen merah pada bagian bawah daun tanaman lalu mati

(Nazari, 2020).

13
Kalium digunakan sebagai pengatur keseimbangan ion-ion sel yang

berfungsi dalam mengatur berbagai mekanisme metabolik seperti fotosintesis.

Pemberian dosis pupuk N, P dan K akan memberikan pengaruh baik terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman (Firmansyah et al., 2017). Kekurangan unsur K

pertama terlihat perubahan pada daun tua yaitu timbulnya klorosis diantara tulang

daun atau tepi daun. Defisiensi unsur K dapat mengakibatkan pertumbuhan tidak

berkembang dengan baik serta penurunan produksi, pada tingkat ketahanan yang

parah, klorosis meluas sampai pangkal daun dan hanya meninggalkan warna hijau

pada tulang daun, pada tingkat selanjutnya timbul nekrosis tepi daun tua

menguning, menggulung ke atas dan selanjutnya mengering (Lingga dan Marsoni,

2010).

Pertumbuhan bibit kelapa sawit dapat meningkat apabila unsur hara

dengan jenis dan dosis yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Hasil

penelitian Yuninda et al. (2021), menunjukkan bahwa pengaplikasian NPK

dengan dosis 5 g polybag meningkatkan pertumbuhan bibit kelapa sawit pada

umur 12 MST dengan rata-rata tinggi tanaman, jumlah daun, diameter batang,

panjang daun, lebar daun dan luas daun.

14
III METODOLOGI

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan PT Apkasindo Jalan Lintas Sumatera km. 22,

Kulim, Kecamatan Tenayan Raya, Kota Pekanbaru, Riau. Penelitian dilaksanakan

selama 4 bulan mulai dari bulan Oktober sampai Januari 2023 (Jadwal kegiatan

penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu bibit kelapa sawit umur 4

bulan Dami Mas (DxP Dami Mas), tanah inceptisol, polybag ukuran 35 cm x 40

cm, antracol, alika 247 zc, pupuk kascing dan pupuk NPK 16.16.16 (Deskripsi

tanaman dapat dilihat pada Lampiran 2).

Alat yang digunakan yaitu timbangan analitik, jangka sorong, cangkul,

ayakan, parang, penggaris, meteran, hand sprayer, selang drip, kamera, alat tulis

dan alat penunjang lainnya.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimen dengan menggunakan

rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor.

Faktor pertama adalah pupuk kascing terdiri atas 4 taraf :

K0 : Tanpa pupuk kascing

K1 : 80 g per polybag

K2 : 100 g per polybag

K3 : 120 g per polybag


Faktor kedua adalah pupuk NPK yang terdiri dari 3 taraf :

N1 : 5,0 g per polybag

N2 : 7,5 g per polybag

N3 : 10 g per polybag

Kedua faktor dikombinasikan sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan,

masing-masing perlakuan dilakukan 3 kali ulangan sehingga diperoleh 36 unit

percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 2 bibit tanaman kelapa sawit

dalam polybag, sehingga jumlah bibit sawit yang digunakan seluruhnya sebanyak

72 bibit kelapa sawit.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Persiapan tempat penelitian

Tempat penelitian yang akan digunakan dipilih berdasarkan tempat yang

memiliki topografi datar dan dekat dengan sumber air. Persiapan tempat penelitian

diawali dengan membersihkan lahan dari gulma dan vegetasi pengganggu lainnya

dengan menggunakan parang dan cangkul.

3.4.2 Persiapan media tanam

Polybag yang digunakan adalah polybag hitam ukuran 25 cm x 40 cm.

Media tanam menggunakan inceptisol. Tanah inceptisol yang diambil dari daerah

lahan pertanian PT. Apkasindo Kecamatan Tenayan Raya. Kemudian tanah

diayak dengan menggunakan ayakan. Proses pengayakan bertujuan untuk

membebaskan media tanam dan sisa-sisa kayu, batuan kecil dan material lainnya.

Polybag diisi dengan tanah inceptisol yang telah diayak sebanyak 7,5 kg. Setelah

16
polybag selesai diisi tanah kemudian diberi label sesuai dengan perlakuan. (Denah

dapat dilihat pada lampiran 3).

3.4.3 Pemberian perlakuan pupuk kascing

Pemberian perlakuan dari penelitian ini adalah pemupukan pupuk kascing.

Pemberian pupuk kascing dengan dosis 80 g per polybag, 100 g per polybag dan

120 g per polybag. Pemberian pupuk dilakukan dengan cara mencampurkan

secara merata dengan tanah pada setiap polybag sesuai dengan dosis pupuk.

Pupuk kascing di aplikasikan satu kali sesuai dengan perlakuan pada saat 1

minggu sebelum dilakukan penanaman.

3.4.4 Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara pemindahan bibit kelapa sawit berumur

4 bulan dari main nursery ke polybag yang telah di isi media tanam dan diberi

perlakuan pupuk kascing. Penanaman bibit diawali dengan membuat lubang

tanam sesuai dengan ukuran polybag sebelumnya. Kemudian pada polybag yang

berisi bibit sawit di sayat menggunakan pisau dari bawah ke atas polybag dengan

tujuan agar bibit mudah dipindahkan. Bibit sawit beserta tanah yang dipisahkan

dari polybag dimasukkan ke dalam polybag yang telah di isi media tanam dan

diberi perlakuan pupuk kascing.

3.4.5 Pemberian perlakuan pupuk NPK

Pupuk NPK diaplikasikan pada umur 2 minggu setelah pemindahan tanam

dan selanjutnya dengan interval 2 minggu sekali pemberian pupuk NPK dengan

dosis 5,0 g per polybag, 7,5 g per polybag, dan 1,0 g per polybag. Pemberian

pupuk dilakukan dengan cara ditaburkan di sekitar tanaman kelapa sawit dengan

17
jarak 3-5 cm dari bibit tanaman waktu pemupukan dilakukan pada sore hari untuk

mengurangi penguapan.

3.4.6 Pemeliharaan tanaman

3.4.6.1 Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari dengan menggunakan selang drip

pada pagi hari pukul 07.00 WIB dan sore hari pukul 17.00 WIB penyiraman

dilakukan sampai akhir penelitian.

3.4.6.2 Penyiangan

Penyiangan dilakukan secara manual dengan rotasi 2 minggu sekali.

Penyiangan gulma dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh di dalam

polybag dan sekitar tempat penelitian.

3.4.6.3 Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan menggunakan

pestisida kimia. Pengendalian penyakit dilakukan penyemprotan antracol dengan

konsentrasi 0,1% (1 g.l-1 air) dan untuk mengendalikan hama menggunakan alika

247 zc dengan konsentrasi 0,15% (1,5 g.l -1 air), penyemprotan dilakukan 1 bulan 2

kali pada sore hari.

3.5 Parameter Pengamatan

3.5.1 Pertambahan Tinggi Tanaman (cm)

Pertambahan tinggi bibit diukur dengan menggunakan meteran, dimulai

dari pangkal bonggol sampai ke ujung daun tertinggi. Pengamatan tinggi bibit

dilakukan pada saat bibit berumur 4 bulan sebagai tinggi awal, selanjutnya

18
pengukuran dilakukan dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8

bulan.

3.5.2 Pertambahan Diameter bonggol (mm)

Pengukuran pertambahan diameter bonggol menggunakan jangka sorong.

Pengukuran bonggol bibit kelapa sawit dilakukan dengan jarak 5 cm dari

permukaan tanah di dalam polybag. Pengamatan dilakukan pada saat bibit

berumur 4 bulan sebagai diameter awal, selanjutnya pengukuran dilakukan

dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8 bulan.

3.5.3 Pertambahan Lebar daun (cm)

Pengukuran pertambahan lebar daun dilakukan pada saat bibit berumur 4

bulan sebagai pertambahan lebar daun awal, selanjutnya pengukuran dilakukan

dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8 bulan dengan menggunakan

penggaris. Pengukuran lebar daun diukur pada daun pelepah ke empat, letak daun

yang terlebar pada tengah pelepah. Daun yang diambil tiga bagian kiri dan tiga

bagian kanan dan dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai lebar daun.

3.5.4 Pertambahan panjang daun (cm)

Pengukuran pertambahan panjang daun dilakukan pada saat tanaman

berumur 4 bulan sebagai pertambahan panjang daun awal, selanjutnya pengukuran

dilakukan dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8 bulan dengan

menggunakan meteran. Pengukuran panjang daun diukur pada daun pelepah ke

empat, letak daun yang terlebar pada tengah pelepah. Daun yang diambil tiga

bagian kiri dan tiga bagian kanan dan dirata-ratakan untuk mendapatkan nilai

panjang daun.

19
3.5.5 Pertambahan jumlah pelepah

Pengamatan pertambahan jumlah pelepah dilakukan dengan menghitung

jumlah daun pelepah yang telah membuka sempurna pada setiap sampel tanaman

kelapa sawit. Pengamatan jumlah pelepah daun dilakukan pada saat bibit berumur

4 bulan sebagai pertambahan jumlah pelepah awal, selanjutnya pengukuran

dilakukan dengan interval 1 bulan sekali sampai bibit berumur 8 bulan

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis secara statistik

menggunakan sidik ragam. Model linier yang digunakan adalah sebagai berikut:

Yijk = μ + Ki + Nj + (KN)ij + ε ijk

Dimana:

Yijk = Data pengamatan pada bibit kelapa sawit yang diberi kascing ke-i,

pupuk NPK ke- j dan ulangan ke- k.

μ = Nilai tengah umum

Ki = Pengaruh Kascing

Nj = Pengaruh Pupuk NPK ke-j.

(KN) ij= Pengaruh interaksi Kascing ke-i dengan Pupuk NPK ke-j.

ε ijk = Galat percobaan yang diberi Kascing ke-i dan pupuk NPK ke-j pada

ulangan ke-k.

Hasil dari sidik ragam dilanjutkan dengan uji DNMRT pada taraf 5%. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan program SAS System Version 9.0.

20
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A, K. T. Adiprasetyo dan Hermansyah. 2019. Penggunaan kompos tandan


kosong kelapa sawit sebagai substitusi pupuk NPK dalam pembibitan
awal kelapa sawit. JIPI. 21(2): 75-81.

Arancon, N, Q. C. A. Edwards, S. Lee dan R. Byrne. 2006. Effects of humic acids


from vermicomposts on plant growth. European journal of soil biology.
42(1): 65-69.

Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.

Darmosarko, W, S. Akiyat, S. H. Edy 2008. Pembibitan Kelapa Sawit. Pusat


Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Dinas Perkebunan Provinsi Riau. 2021. Statistik Perkebunan Provinsi Riau.


Pekanbaru.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2023. Statistik Perkebunan Unggulan Nasional


2021- 2023. Direktorat Jenderal Perkebunan. Jakarta

Direktorat Perlindungan Hortikultura. 2018. Pemanfaatan Pupuk Kascing Untuk


Produksi Tanaman Organik. Direktorat Perlindungan Hortikultura.

Djuarnani, N. Kristian. dan Setiawan BS. 2005. Cara Cepat Membuat Kompos.
Agromedia.

Fauzi, Y.E. W. Yustina, I. Satyawibawa. dan R. H. Paeru. 2008. Kelapa Sawit


Budidaya dan Pemanfaatan Hasil dan Limbah Analisis Usaha dan
Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Fauzi, Y.Y. E. Widyastuti. I. Satyawibawa. dan R. H. Paeru. 2012. Kelapa Sawit.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Fauzi, Y.Y. E. Widyastuti. I. Satyawibawa. dan R. H. Paeru. 2014. Kelapa Sawit.


Penebar Swadaya. Jakarta.

Firmansyah, I, M. Syakir dan L. Lukman. 2017. Pengaruh kombinasi dosis pupuk


n, p, dan k terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman terung (Solanum
melongena L.). Jurnal Hortikultura. 27(1): 69-72.

Galingging, R. A. 2021. Respon Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit (Elaeis


guineensis Jacq.) pada Tahap Pre Nursery dengan Pemberian Berbagai
Dosis Kompos Ampas Tahu. Skripsi (Tidak dipublikasikan). Program
Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas
Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Pekanbaru.
Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Akademika Persindo. Jakarta.

Harianto, B. 2007. Cara Praktis Membuat Kompos. Agro Media. Jakarta

Jenira, H, Sumarjan dan S. Armiani. 2016. Pengaruh kombinasi pupuk organik


dan anorganik terhadap produksi kacang tanah (Arachis hypogea L.)
varietas lokal bima dalam upaya pembuatan brosur bagi masyarakat.
Jurnal Ilmiah Biologi. 5(1): 1-12.

Kartini, N.L. 2005. Pupuk Kascing Kurangi Pencemaran Lingkungan. UI Press.


Jakarta.

Laia, S, B. Sitorus dan A. I. Manurung. 2021. Pengaruh pemberian pupuk kascing


dan pupuk npk terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit (Elaeis
guineensis Jacq) di pre-nursery. Jurnal Agrotekda. 5(1): 213-230.

Lingga, P. dan Marsono. 2003. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2008. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.


Jakarta.

Lubis dan Agus. 2011. Edisi ke-2. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.

Lubis, A.U. 2000. Kelapa Sawit. Teknik Budidaya Tanaman Perkebunan. Sinar.
Medan.

Lubis, R.E. A. Widanarko. 2011. Buku Pintar Kelapa Sawit. Agromedia. Jakarta.

Mangoensoekarjo dan Semangun. 2008. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


Universitas Gadjah Mada Press. Yogyakarta.

Mulat, T. 2003. Membuat dan Memanfaatkan Kascing Pupuk Organik


Berkualitas. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Nazari, Y, A. 2020. Kondisi status hara tanah dan jaringan tanaman kelapa sawit
(Elaeis guineensis Jacq.) BPSBP kalimantan selatan. Ziraa’ah. 45(3):
274-284.

Novizan, 2007. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT AgroMedia Pustaka.


Jakarta.

Pahan, I. 2006. Kelapa Sawit Upaya Peningkatan Produktifitas. Penerbit Kanisius.


Yogyakarta.

Pahan, I. 2011. Kelapa Sawit Manajemen dari Hulu hingga Hilir. Penebar
Swadaya. Jakarta.

22
Pahan, I. 2012. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.

Parnihadi. 2009. Manfaat Kascing. http:/parnihadikascing.blogspot.com/2009/11/


Manfaatkascing.html. Diakses pada tanggal 05 September 2023

Rahmadhaini, Satriawan dan Marlina. 2017. Pemberian pupuk kascing terhadap


pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai (Glycine max L.) Agrotropika
Hayati. 4(3): 224-234.

Setyamidjaja, D. 2006. Budidaya kelapa sawit. Yogyakarta.

Sinaga. 2012. Kandungan Pupuk Majemuk NPK. Yayasan Porsea Indonesia.


Bogor.

Situmorang, M, R. Yani, N. A. A dan Pratomo, B. 2020. Pengaruh pemberian


pupuk hayati mikoriza dan pupuk kascing terhadap pertumbuhan bibit
kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di pre nursery. Jurnal Agro
Estate. 4(2): 59-70.

Sulistyo, B. A. Purba. D. Siahaan, J. Efendi, A. Sidik. 2010. Budidaya Kelapa


Sawit. PT Balai Pustaka. Jakarta.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.


Agromedia Pustaka. Jakarta.

Sunarko. 2009. Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka.


Jakarta.

Suwarto, O. Yuke. dan H. Silvia. 2014. Top 15 Tanaman Perkebunan. Penebar


Swadaya. Jakarta Timur.

Tuherkih, E dan I. A. Sipahutar. 2008. Pengaruh pupuk npk majemuk (16:16:15)


terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (Zea mays L.) di tanah
inceptisols. Balai Penelitian Tanah. 1(1): 77–90.

Vidya, Suparman, dan Karjo. 2016. Kajian Pupuk Majemuk NPK Terhadap
Produksi Bawang Merah di Lahan Berpasir Dataran Rendah. Prosiding
Seminar Nasional: Inovasi Teknologi Pertanian. 890-895.

Yuninda, D.E., B. Badal, dan Y. A. Taher. 2021. Pemberian tanah kompos tandan
kosong kelapa sawit (tkks) pupuk npk 16:16:16 terhadap pertumbuhan
bibit kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di main–nursery. Jurnal
Research Ilmu Pertanian. 1(2): 196-206.

23
LAMPIRAN

Oktober November Desember Januari


No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Persiapan
1
Lahan
Persiapan
2
Media tanam
Pemberian
3 perlakuan
pupuk kascing
4 Penanaman
Pemberian
5 perlakuan
pupuk NPK
6 Pemeliharaan
7 Pengamatan
8 Analisis Data
Lampiran 1. Tabel jadwal kegiatan penelitian
Lampiran 2. Deskripsi tanaman kelapa sawit varietas DxP Dami Mas

Asal : Deli dura dan Avros pisifera


Sifat Morfologi & Fisiologi
Tinggi tanaman 25 tahun tanam : 15-16 m
Kecepatan pertumbuhan : 60-85 cm/tahun
Panjang pelepah umur 7 tahun : 562-623 cm
Warna tangkai pelepah : hijau kecoklatan
Warna tangkai anak daun : hijau
Bentuk tandan : bulat
Bentuk buah (brondolan) : bulat lonjong
Warna buah (brondolan) : muda: hitam, matang : kemerahan
Umur mulai berbuah : 18 bulan
Umur mulai dipanen : 24 bulan
Rerata jumlah tandan : 18-20 tandan/pohon
Rerata bobot tandan umur 3-7 tahun : 9,8-10,2 kg
Rerata produktivitas TBS 3-7 tahun : 26,9-32 ton/ha
Kandungan ekstraksi minyak : 27,7%-31,1%
Kandungan ekstraksi minyak inti : 4,8%-6,9%
Produktivitas minyak (ton/ha) : ¿9
Ketahanan thd penyakit Ganoderma : tinggi
Toleransi thd kekeringan : sangat
Toleransi thd hama dan penyakit : sedang
Toleransi rebahan : tinggi
Kerapatan tanaman untuk hasil maksimal : 136 pohon per ha

Sumber : Keputusan Direktur Jendral Bina Produksi Perkebunan, 2004

25
Lampiran 3. Denah penelitian rancangan acak lengkap (RAL) faktorial
90 cm

K2N1 (III) K2N3 (I) K2N1 (I)

80 cm
K0N1 (II) K0N2 (III) K3N3 (III)

50 cm

K1N3 (III) K3N1 (II) K1N1 (I)

K3N2 (II) K1N2 (III) K0N3 (III)

K2N2 (I) K3N1 (I) K1N3 (II)

K0N1 (III) K2N2 (III) K3N3 (II)

K0N3 (II) K1N2 (II) K2N1 (II)

K2N3 (II) K0N1 (I) K3N2 (III)

K2N2 (II) K1N1 (III) K0N3 (I)

K0N2 (I) K3N3 (I) K2N3 (III)

K3N1 (III) K1N1 (II) K1N3 (I)

K0N2 (II) K3N2 (I) K2N1 (I)

26
Keterangan :

K0, K1, K2, K3 : Perlakuan pupuk kascing


N1, N2, N3 : Perlakuan pupuk NPK Mutiara 16-16-16
1, 2, 3 : Ulangan
Jarak antar bedengan : 80 90 cm

K0N1 : Pupuk Kascing (kontrol) Pupuk NPK 5,0 g per polybag

K0N2 : Pupuk Kascing (kontrol) Pupuk NPK 7,5 g per polybag

K0N3 : Pupuk Kascing (kontrol) Pupuk NPK 10 g per polybag

K1N1 : Pupuk Kascing 80 g per polybag + Pupuk NPK 5,0 g per polybag

K1N2 : Pupuk Kascing 80 g per polybag + Pupuk NPK 7,5 g per polybag

K1N3 : Pupuk Kascing 80 g per polybag + Pupuk NPK 10 g per polybag

K2N1 : Pupuk Kascing 100 g per polybag + Pupuk NPK 5,0 g per polybag

K2N2 : Pupuk Kascing 100 g per polybag + Pupuk NPK 17,5 g per polybag

K2N3 : Pupuk Kascing 100 g per polybag + Pupuk NPK 10 g per polybag

K3N1 : Pupuk Kascing 120 g per polybag + Pupuk NPK 5,0 g per polybag

K3N2 : Pupuk Kascing 120 g per polybag + Pupuk NPK 7,5 g per polybag

K3N3 : Pupuk Kascing 120 g per polybag + Pupuk NPK 10 g per polybag

27

Anda mungkin juga menyukai