Anda di halaman 1dari 37

Proposal Penelitian

UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI JENIS MULSA


TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. Botrytis L)
VARIETAS PM 126 F1

Oleh :

ASNA DEWI HASIBUAN


NIM : 18.03.010.26

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2021
UJI EFEKTIVITAS BERBAGAI JENIS MULSA
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL
KEMBANG KOL (Brassica oleracea var. Botrytis L)
VARIETAS PM 126 F1

Propasal Penelitian

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Dalam Rangka


Penulisan Skripsi Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian Pada Fakultas
Pertanian Universitas Samudra

Oleh :

ASNA DEWI HASIBUAN


18.03.01.026

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SAMUDRA
LANGSA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Uji Efektivitas Berbagai Jenis Mulsa terhadap Pertumbuhan dan


Hasil Kembang Kol (Brassica oleracea var. Botrytis L)
Varietas PM 126 F1.

Nama : Asna Dewi Hasibuan

Nim : 18.03.01.026

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui :
Komisi Pembimbing

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

(Ir. Syukri, M.P) Murdhiani, S.P.,M.Sc


NIP.195904081985031007 NIP.198311052015042002

Mengetahui :

Dekan Koordinator Prodi Agroteknologi

( Ir.Cut Mulyani, M.P) (Dr.Iswahyudi, SP., M. Si.)


NIP.196507171992032002 NIP.19790622015041001
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang maha kuasa, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-nya kepda penulis sebagai penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal dengan judul “Uji Efektivitas Berbagai Jenis Mulsa
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kembang Kol (Brassica oleracea var.

Botrytis L) Varietas PM 126 F1”.

Selama penyusunan proposal ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan,


dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak.oleh karena itu, Penulis ingin
memberikan penghargaan,rasa hormat dan terimakasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan skripsi ini,khususnya kepada:

1. Ibu Ir. Cut Mulyani, MP selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas


Samudra ;
2. Ibu Ir. Rosmaiti, MP selaku Wakil Dekan I Fakultas Pertanian
Universitas Samudra ;
3. Ibu Ir. Hanisah, MP selaku Wakil Dekan I I fakultas Pertanian Universitas
Samudra ;
4. Bapak Dr. Iswahyudi, S.P., M.Si selaku Koordinator Program Studi
Agroteknologi
5. Bapak Ir, Syukri MP selaku dosen pembimbing utama yang telah
memberikan perhatian, bimbingan, dan arahan kepda penulisan propsal
ini.
6. Ibu Murdhiani,S.P.,M.Sc selaku dosen pembimbing anggota yang telah
memberikan perhatian, bimbingan, dan arahan kepda penulisan propsal
ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Pertanian Universitas Samudra.
8. Kedua orang tua penulis (Ayahanda Kamaluddin dan Ibunda Sari Ani)
serta saudara yang selalu memberikan dukungan moral,material dan
spiritual bagi kebersihan penulis.
9. Teman-teman Program Studi Agroteknologi Angkatan 2018 dan berbagai
pihak yang senantiasa memberikan dukungan.

i
Semoga kedepannya penulis dapat mewujudkan penelitian yang telah
direncanakan

Langsa , September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................i

DAFTAR ISI .......................................................................................................ii

DAFTAR TABEL................................................................................................ii

DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................iv

PENDAHULUAN ...............................................................................................1
Latar Belakang...........................................................................................1
Tujuan Penelitian ......................................................................................3
Hipotesa Penelitian ...................................................................................4
Kegunaan Penelitian .................................................................................4

TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................5


Botani Tanaman Kembang Kol ...............................................................5
Syarat Tumbuh Tanaman Kembang Kol...................................................6
Mulsa ........................................................................................................7

METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................14


Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................14
Bahan dan Alat .........................................................................................14
Metode Penelitian ....................................................................................14
Pelaksanaan Penelitian ..............................................................................17
Parameter Pengamatan ..............................................................................20

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................22

iii
DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Susunan kombinasi Perlakuan mulsa organik dan anorganik kembang kol.....15

iv
DAFTAR LAMPIRAN

No Teks Halaman
1. Tata letak bagan susunan percobaan di lapngan............................................... 26
2. Gambar Plot tanaman kembang kol lapangan.................................................. 27
3. Deskripsi kembang kol varietas PM 126 F1 .................................................... 28

v
PENDAHULUAN
Latar Belakang

Kembang kol merupakan sayuran yang dikonsumsi pada bagian krop bunga
(curd). Setiap 100 gram curd kembang kol mengandung 245 kalori; 88 air (g); 4
protein (g); 0,3 lemak (g); 6 karbohidrat (g); 1,5 serat (g); 150 kalsium (mg); 325
kalium (mg); 800 karotin (mg); 100 vitamin C (mg) (Kindo dan Singh 2018).
(Yanto dkk, 2014) menyebutkan salah satu jenis sayuran yang memiliki nilai
ekonomi tinggi adalah kembang kol (Brassica oleracea var. botrytis L. subvar.
cauliflora DC).

Nilai jual kembang kol yang tinggi tidak diikuti dengan kuantitas produksi.
Produksi kembang kol terbatas karena selama ini hanya dibudidayakan petani di
daerah dataran tinggi. Edi dan Bobihoe (2010) menjelaskan dataran tinggi dengan
ketinggian antara 1000-3000 m di atas permukaan laut (dpl) adalah tempat yang
cocok untuk ditanami kembang kol. Namun, beberapa varietas dapat membentuk
bunga di dataran rendah, diantaranya adalah PM 126 F1, Diamond dan Mona.
(Marliah dkk, 2013) menyebutkan bahwa keunggulan PM 126 F1 pada
produktifitas yang tinggi dan krop membentuk kubah berwarna putih.

Salah satu provinsi di Indonesia yang sedang mengembangkan budidaya


tanaman kembang kol adalah Provinsi Aceh. Produksi kembang kol di Provinsi
Aceh, Menurut Badan Statistik Republik Indonesia mencatat produksi kembang
kol mencapai 204 238,00 ton pada tahun 2020. Sedangkan di daerah Aceh
tercatat keseluruhan pada tahun 2020 produktivitas kembang kol telah mencapai
514,00 ton (Badan Pusat Statistik 2020).

Kendala budidaya tanaman kubis bunga antara lain tanaman kubis bunga
tidak tahan terhadap cekaman lingkungan, baik berupa genangan air ataupun
kekeringan dan rendahnya produktivitas tanaman kembang kol di Aceh
disebabkan karena suhu relatif yang cukup tinggi sehingga menyebabkan
evaporasi tinggi. Hal ini menyebabkan lahan budidaya mudah kehilangan air
sehingga menjadi kering sementara tanaman kembang kol membutuhkan cukup
banyak air untuk pertumbuhan dan hasil kembang kol. Permasalahan tersebut

1
dapat diatasi dengan cara pemanfaatan teknik budidaya tanaman seperti
penggunaan mulsa. Mulsa adalah bahan untuk menutup tanah sehingga
kelembaban dan suhu tanah sebagai media tanaman terjaga kestabilannya. Mulsa
juga berfungsi menekan pertumbuhan gulma, dan mencegah erosi permukaan
tanah. Pada komoditas hortikultura mulsa dapat mencegah percikan air hujan yang
menyebabkan erosi pada tempat percikan tersebut.

Mulsa adalah bahan penutup tanah yang berfungsi menjaga kelembaban


dan suhu tanah serta menjaga kestabilan media tanam tanaman. Mulsa juga
berfungsi menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih
baik. Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat musim hujan dapat mencegah
erosi pada permukaan tanah dan pemberian mulsa pada saat musim kemarau akan
menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas. Penggunaan mulsa
mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik serta meningkatkan produksi
tanaman daripada tanpa perlakuan pemberian mulsa. Dengan pengunaan mulsa
juga dapat menjaga tercucinya pupuk oleh air hujan (Tinambunan dkk., 2014).
Pemakaian mulsa dapat merusak secara fisik atau mencegah gulma untuk
berkecambah. (Yulianingrum dkk., 2016). Mulsa dapat dibedakan menjadi dua
yaitu mulsa anorganik dan mulsa organik. Mulsa anorganik adalah mulsa yang
meliputi semua bahan yang bernilai ekonomis tinggi seperti plastik dan batuan
dalam bentuk ukuran 2-10 cm. Mulsa organik memiliki keuntungan yang lebih
ekonomis, mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan
bahan organik dalam tanah. Adanya bahan mulsa di atas permukaan tanah akan
mengurangi pertumbuhan gulma yang ada dilahan sehingga dapat mencegah
persaingan antara tanaman budidaya dan gulma untuk mendapatkan unsur hara
(Multazam, 2014).
Mulsa merupakan jenis penutup tanah buatan yang banyak digunakan untuk
kegiatan budidaya tanaman, bertujuan untuk memperoleh perubahan
menguntungkan pada lingkungan tanah tertentu. Pemakaian mulsa dapat merusak
secara fisik atau mencegah gulma untuk berkecambah. (Yulianingrum dkk.,
2016). Mulsa dapat dibedakan menjadi dua yaitu mulsa organik dan mulsa
anorganik. Mulsa organik adalah mulsa yang berasal dari tanaman atau sisa
pertanian. Mulsa organik memiliki keuntungan yang lebih ekonomis, mudah

2
didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik
dalam tanah seperti mulsa jerami padi dan alang-alang.. Mulsa anorganik adalah
mulsa yang meliputi semua bahan yang bernilai ekonomis tinggi seperti plastik
dan batuan dalam bentuk ukuran 2-10 cm. Adanya bahan mulsa di atas
permukaan tanah akan mengurangi pertumbuhan gulma yang ada dilahan
sehingga dapat mencegah persaingan antara tanaman budidaya dan gulma untuk
mendapatkan unsur hara (Multazam, 2014).

Hasil penelitian Cahyani dkk. (2012) melaporkan bahwa jenis mulsa


berpengaruh terhadap peningkatan bobot segar akar kubis bunga. Perlakuan mulsa
plastik perak hitam memberikan nilai tertinggi sebesar 64,11% jika dibandingkan
perlakuan mulsa bening dan mulsa jerami.

Berdasarkan uraian diatas relatif sudah digunakan orang dan sementara


beberapa yang lain belum ada informasi tentang sejauh mana tingkat efektivitas
masing-masing dibandingkan dengan mulsa MPHP. Bahan limbah organik dan
anorganik yang berpotensi atau dapat difungsikan sebagai mulsa seperti mulsa
organik dan anorganik dari bebatuan atau sintesis. Namun beberapa bahan
tersebut walaupun sudah ada yang menggunakan tapi belum tersedia data dan
informasi yang menggambarkan sejauh mana tingkat efektivitas mulsa.
Kemudian untuk melakukan pengujian tentang pertumbuhan dan hasil
kembang kol maka penulis melakukan sebuah penelitian ilmiah tentang " uji
efektivitas berbagai jenis mulsa terhadap pertumbuhan dan hasil kembang kol
(Brassicaoleraceavar.botrytis L.) varietas PM 126 F1".

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengaruh berbagai jenis mulsa terhadap pertumbuhan


dan hasil kembang kol varietas PM 126 F1.
2. Untuk mengetahui tingkat efektivitas berbagai mulsa dibandingkan MPHP
terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kembang kol varietas PM 126
F1.

3
Hipotesis Penelitian

1. Jerami mulsa berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman


kembang kol varietas PM 126 F1.
2. Terdapat jenis mulsa yang efektif terhadap pertumbuhan dan hasil
kembang kol varietas PM 126 F1.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai penelitian ilmiah dalam rangka penyusunan skripsi yang


merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan Studi Starata Satu (S1)
pada Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Samudra.
2. Hasil penelitian ini kiranya dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang
membutuhkannya sebagai referensi penelitian ilmiah.
3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi ilmu
pengetahuan dan wawasan dalam bidang budidaya kembang kol.

4
TINJAUAN PUSTAKA

Botani Kembang Kol

Klasifikasi Kembang Kol

Tanaman kembang kol (Brassica oleracea L.) diklasifikasikan kedalam


kingdom plantae, divisio spermatophyta, kelas dicotyledoneae, ordo brassicales,
family brassicaceae, genus brassica dan spesies Brassica oleracea L. Kubis bunga
umumnya dikenal dengan nama bunga kol atau dalam bahasa asing disebut
cauliflower. Bagian yang dikonsumsi dari sayuran ini adalah bunganya (curd)
(Pracaya, 2012).

Morfologi Tanaman Kembang Kol

Akar

Sistem perakaran bunga kol menurut Cahyono (2001) memiliki akar


tunggang (Radix Primaria) dan akar serabut. Akar tunggang tumbuh ke pusat
bumi (kearah dalam), sedangkan akar serabut tumbuh ke arah samping
(horizontal), menyebar, dan dangkal (20 cm – 30 cm). Dengan perakaran yang
dangkal tersebut, tanaman akan dapat tumbuh dengan baik apabila ditanam pada
tanah yang gembur dan porous.

Daun

Daun kembang kol atau kubis bunga mempunyai bentuk oval bergerigi dan
daun agak panjangdengan tangkai daunlunak dan tebal. Daun berwarna hijau dan
tumbuh berselang seling (Siti, 2015).

Bunga

Tanaman kembang kol mulai tumbuh pada titik tumbuh apikal, bakal bunga
kembang kol membentuk massa yang tumbuh membesar, sehingga membentuk
sebuah gumpalan yang kompak yang disebut dengan curd. Curd terdiri dari bakal
bunga yang belum mekar, tersusun atas lebih dari 5000 kuntum bunga dengan

5
tangkai pendek. Massa bunga tampak membulat padat dan tebal berwarna putih
bersih atau putih kekuning-kuningan (Jordan, 2010). Diameter massa Kembang
kol dapat mencapai lebih dari 20 cm dan memiliki berat antara 0,5 kg – 1,3 kg,
tergantung varietas dan kecocokan tempat tanam (Sunarjono, 2013).

Tanaman kembang kol dapat menghasilkan buah yang mengandung banyak


biji. Buah tersebut terbentuk dari hasil penyerbukan bunga yang terjadi karena
penyerbukan sendiri ataupun penyerbukan silang dengan bantuan serangga lebah
madu. Buah berbentuk polong, berukuran kecil dan ramping dengan panjang
antara 3 cm – 5 cm. Buah mencapai pertumbuhan maksimum pada umur 20 – 30
hari setelah bunga mekar. Biji kubis bunga berbentuk bulat kecil, berwarna coklat
kehitam – hitaman, biji kubis bunga dapat dipergunakan sebagai benih
perbanyakan tanaman (Pracaya, 2012)

Syarat Tumbuh Tanaman Kembang kol

Iklim

Kembang kol ditanam di daerah dataran rendah antara 0 – 200 meter (dpl)
yang suhu udaranya dingin dan lembab. Temperatur optimum pada pertumbuhan
dan produksi sayuran ini berkisar antara 15 C – 18 C, dan maksimum 24 C.
Temperatur terlalu rendah sering mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga
sebelum waktunya (Ahmad, 2015).

Tanah

Tanaman Kembang Kol sangat dianjurkan ditanam pada tanah lempung


berpasir, tetapi toleran terhadap tanah ringan seperti andosol dan memiliki pH
antara 5,5 – 6,5 dan pengairannya cukup agar tidak tergenag pada saat turun hujan
pada volume yang tinggi (BBPP Lembang, 2012).

Ketinggian tempat

Produksi kembang kol terbatas karena selama ini hanya dibudidayakan


petani di daerah dataran tinggi. Edi dan Bobihoe (2010) menjelaskan dataran
tinggi dengan ketinggian antara 1000-3000 m di atas permukaan laut (dpl) adalah

6
tempat yang cocok untuk ditanami kembang kol. Namun, beberapa varietas dapat
membentuk bunga di dataran rendah, diantaranya adalah PM 126 F1, Diamond
dan Mona F1. Marliah (2013) menyebutkan bahwa keunggulan PM 126 F1 pada
produktifitas yang tinggi dan krop membentuk kubah berwarna putih.

Mulsa

Mulsa adalah bahan penutup tanah yang berfungsi menjaga kelembaban


dan suhu tanah serta menjaga kestabilan media tanam tanaman. Mulsa juga
berfungsi menekan pertumbuhan gulma sehingga tanaman akan tumbuh lebih
baik. Pemberian mulsa pada permukaan tanah saat musim hujan dapat mencegah
erosi pada permukaan tanah dan pemberian mulsa pada saat musim kemarau akan
menahan panas matahari pada permukaan tanah bagian atas. Penggunaan mulsa
mampu memberikan pertumbuhan yang lebih baik serta meningkatkan produksi
tanaman daripada tanpa perlakuan pemberian mulsa. Dengan pengunaan mulsa
juga dapat menjaga tercucinya pupuk oleh air hujan (Tinambunan dkk., 2014).
Damanik (2010), menyatakan bahwa sisa tanaman yang cocok untuk
dijadikan mulsa (dengan tujuan sebagai pengendali aliran permukaan) adalah sisa
tanaman dengan kandungan lignin tinggi seperti jerami padi. Kandungan lignin
tinggi pada mulsa jerami dapat mengakibatkan lambatnya mulsa terdekomposisi,
sehingga dapat melindungi permukaan tanah lebih lama. Ukuran mulsa juga dapat
menentukan keefektifan mulsa. Sisa tanaman yang dipotong-potong sepanjang 20-
35 cm, kemudian disebar merata di permukaan tanah sangat efektif untuk
menekan aliran permukaan tanah. Teknologi permulsaan dapat mencegah
evaporasi. Dalam hal ini air yang menguap dari permukaan tanah akan ditahan
oleh bahan mulsa dan jatuh kembali ke tanah. Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh air tanah setebal 1.5 cm ditanah terbuka (bare soil) tanpa mulsa akan
menguap selama 3-5 hari, sedangkan di tanah-tanah yang diberi mulsa akan
menguap 6 minggu dengan ketebalan yang sama (Hannim, 2014).

Mulsa adalah berbagai bahan organik atau non organik yang digunakan
untuk menutupi permukaan lahan pertanian untuk melindungi tanaman akar
tanaman (panas, dingin, kekeringan), menjaga kebersihan buah tanaman dan

7
mengendalikan gulma (Fatemi, 2013). Adapun jenis mulsa yaitu terbagi terdiri 2
jenis sebagai berikut :

Mulsa organik

Dalam usaha meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kembang kol


dan mentimun salah satu teknologi yang dapat digunakan yaitu teknologi
manipulasi lingkungan dengan penggunaan mulsa. Menurut (Samiati ,dkk.2012),
mulsa berguna dalam upaya memodifikasi kondisi lingkungan agar sesuai bagi
pertumbuhan tanaman, menghambat aliran permukaan dan laju erosi. Mulsa dapat
membantu mencegah kehilangan air pada musim kemarau dan mencegah
terakumulasinya air pada zona perakaran pada saat air berlebih atau musim hujan.
Air yang terinfltrasi ke dalam tanah dapat dipergunakan tanaman untuk
meningkatkan produktivitas tanaman. Selain itu, mulsa juga dapat menghalangi
radiasi matahari mencapai tanah sehingga dapat mengurangi evaporasi tanah.
Infltrasi dan evaporasi tanah ini merupakan proses yang menentukan ketersediaan
air tanah pada pertanian lahan kering.

Mulsa organik adalah mulsa yang berasal dari tanaman atau sisa pertanian.
Penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain menghemat
penggunaan air dengan mengurangi laju evaporasi dari permukaan lahan,
memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan akar
dan mikro organisme tanah, memperkecil laju erosi tanah baik akibat tumbukan
butir butir hujan maupun aliran permukaan dan menghambat laju pertumbuhan
gulma (Sudarmini, 2015). Besar kecilnya pengaruh yang ditimbulkan akibat
pemulsaan tersebut akan bergantung pada bahan dari mulsa itu sendiri. Bahan
mulsa organik yang dimanfaatkan adalah jerami padi dan daun-daunan kering,
karena bahan-bahan tersebut tersedia banyak pada saat musim tanam Kembang
Kol sehingga dapat diperoleh dengan mudah (Akbar, 2014).

Adapun beberapa penggunaan berbagai jenis mulsa organik yang digunakan


terhadap kembang kol varietas PM 126 F1 sebagai berikut :

1. Mulsa jerami padi

8
Jerami merupakan limbah pertanian yang mempunyai kandungan nutrisi
rendah, ditandai dengan rendahnya protein kasar dan tingginya kandungan serat
kasar. Hasil analisis menunjukkan bahwa jerami padi memiliki protein kasar (PK)
3,70% dan serat kasar (SK) 44,98% (Irawan, 2012). Jerami padi adalah bagian
batang dan tangkai tanaman padi setelah dipanen butir butir buahnya. Jerami padi
mengandung 37,71% selulosa; 21,99% hemiselulosa; dan 16,62% lignin (Pratiwi,
dkk., 2016).

Pemberian mulsa jerami pada pertanaman kembang bunga memiliki


berbagai keuntungan. Mulsa jerami membuat tanah tetap lembab sehingga akar
tanaman kubis bunga dapat melakukan aktivitas secara normal dan optimal,
menekan pertumbuhan gulma di sekitar pertanaman, dan menghalangi percikan
air dari tanah yang mungkinmembawa patogen. Tanah yang tetap lembab juga
akan memudahkan penyerapan unsur hara. Selain itu, pembusukan mulsa jerami
akan menambah kesuburan tanah. Pemberian bahan organik bermanfaat dalam
penyediaan unsur hara dan mengaktifkan mikroorganisme tanah, sehingga
struktur tanah menjadi remah (Roidah, 2013).

2. Mulsa Ampas tebu

Ampas tebu (bagasse) merupakan sisa bagian batang tebu dalam proses
ekstraksi tebu yang memiliki kadar air berkisar 46-52%, kadar serat 43-52% dan
padatan terlarut sekitar 2-6%. Komposisi kimia ampas tebu meliputi : zat arang
atau karbon (C) 23,7%, hidrogen (H) 2%, oksigen (O) 20%, air (H2O) 50% dan
gula 3%. Pada prinsipnya serat ampas tebu terdiri atas selulosa, pentosan dan
lignin. Komposisi ketiga komponen bisa bervariasi pada varietas tebu yang
berbeda. Pemanfaatan ampas tebu sebagai bahan organik dapat berpotensi untuk
menjadi media tanam yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman
(Andriyanti, 2011).
Pemulsaan yang sesuai dapat merubah iklim mikro tanah sehingga dapat
meningkatkan kadar air tanah dan menekan pertumbuhan gulma (Widyasari dkk,
2011) dan mulsa yang telah umum digunakan dalam budidaya pertanian, dapat
berupa mulsa sintetik dan mulsa organik (Marliah dkk, 2011).

3. Mulsa tandan kosong kelapa sawit

9
Tandan kosong kelapa sawit (TKKS) merupakan limbah yang saat ini
belum banyak dimanfaatkan. Tandan kosong biasanya hanya dijadikan mulsa
pada lahan kritis atau dibakar dalam incinerator dan abunya dapat dimanfaatkan
untuk membuat pupuk kalium, karena mengandung 30% K2O. Selama dalam
waktu yang relatif panjang limbah tersebut akan mendatangkan masalah, seperti
terjadinya pencemaran. Upaya pemanfaatan limbah berupa TKKS tersebut
diharapkan akan dapat mengurangi masalah pencemaran serta mendatangkan
keuntungan dengan menjadi tingginya nilai limbah tersebut. Menurut Endriani
(2010), bahan organik (bokashi tandan kosong kelapa sawit) mempunyai peranan
yang sangat penting terutama pada perbaikan sifat fisik tanah yaitu meningkatkan
kemampuan tanah menahan air, memperbaiki drainase dan tata udara tanah. Cara
penggunaan mulsa ialah meletakkan mulsa tandan kosong di atas permukaan
dengan menyebarkan tandan ksosng secara merata dengan ketebalan 5 cm di
permukaan tanah.

Mulsa anorganik

Mulsa anorganik meliputi semua batuan dalam dalam berbagai bentuk dan
ukuran seperti batu kerikil, batu koral, dan pasir kasar, dan mulsa kimia-sintesis
meliputi bahan kimia lainnya. Penggunaan mulsa plastik hitam perak dapat
meningkatkan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman dengan pemantulan
cahaya yang diterima oleh permukaan mulsa. Penggunaan mulsa plastik hitam
perak meningkatkan intensitas cahaya yang dierima oleh tanaman lebih tinggi
dibandingkan tanpa mulsa, mulsa bening dan mula hitam (Kusumasiwi, muhartini
dan trisnowati,2011). Adapun beberpa jenis mulsa anorganik yaitu MPHP,
kantong plastik bekas, karton semen, karton bekas, batu koral, batu bata, kain
karet, seng dan stayrofoam terhadap pertumbuhan dan hasil kembang kol varietas
PM 126 F1 sebagai berikut :

4. Mulsa MPHP (mulsa plastik hitam perak)

Penggunaan mulsa plastik hitam perak pada tanaman bawang merah


meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta kadar air tanaman
dibandingkan tanpa penggunaan mulsa (Mahmudi dkk., 2017).

10
Mulsa plastik terdiri dari 2 warna, yaitu warna hitam dan perak. Manfaat
warna hitam pada mulsa plastik berfungsi untuk menekan pertumbuhan gulma,
menjaga tanah tetap gembur, menjaga kestabilan suhu dan kelembapan tanah.
Adapun warna perak pada mulsa plastik berfungsi untuk memantulkan cahaya
matahari sehingga mengurangi serangan hama. Pemantulan cahaya matahari juga
akan menyempurnakan proses fotosintesis tanaman sehingga dapat meningkatkan
pertumbuhan tanaman dan hasil panen (Syukur, Yunianti dan Dermawan, 2012).

Mulsa plastik hitam perak membuat suhu tanah tetap hangat, sehingga
pertumbuhan dan perkembangan sistem perakaran menjadi lebih optimal dan
proses penguraian unsur hara oleh mikroorganisme juga menjadi lebih baik.
Keadaan tersebut mendorong tanaman membentuk sistem perakaran yang lebih
baik, sehingga mampu menyerap unsur hara dan air dengan lebih optimal maka
tanaman mampu melangsungkan proses fotosintesis secara optimal. Selanjutnya
sebagian hasil fotosintesis digunakan untuk pembentukan daun (Mahmudi, 2017).
Pemasangan mulsa plastik merupakan salah satu perawatan sebelum tanam.
Adapun manfaat dari pemasangan mulsa plastik ini adalah : 1) Dapat mengatur
dan menjaga kelembaban tanah agar tetap normal. 2)dapat menjaga suhu mikro
tanah agar tetap optimal.3) Mencegah erosi dan pencucian hara saat musim
hujan.4) Menekan pertumbuhan gulma pengganggu sehingga menghemat biaya
penyiangan. 5) Mencegah serangan hama penyakit akibat pantulan sinar UV dari
mulsa plastik hitam perak.

Adapun langkah-langkah pemasangan mulsa plastik hitam perak adalah


seabagai berikut :

Siapkan mulsa plastik sepanjang bedengan dikurangi ± 50 cm untuk


pemuaian dan penarikan saat pemasangan. Ujung-ujung mulsa plastik ditarik
secara bersamaan dan kedua ujung dipasak dengan bambu berbentuk U. Pasang
pasak bambu di salah satu sisi terlebih dahulu dengan jarak 50 cm, kemudian
dilanjutkan pada sisi yang lain sambil ditarik secara perlahan agar mulsa dapat
menutup dengan rapat. Buat lubang sesuai jarak tanam dengan menggunakan
pelubang khusus atau kaleng bekas susu kental manis yang dipanaskan. Untuk
hasil yang terbaik, usahakan saat pemasangan mulsa menggunakan minimal 2

11
orang tenaga kerja pada saat panas matahari sedang terik (tengah hari). Mulsa di
letakkan sebelum menanam tanaman di plot permukaan tanah.

5. Mulsa plastik hitam

Mulsa plastik hitam merupakan salah satu limbah yang dimanfaatkan


sebagai mulsa anorganik yang bermanfaat untuk menutupi permukaan tanah dan
mecegah intensitas cahaya langsung dari permukaan tanah, serangan OPT serta
menekan pertumbuhan gulma.

6. Mulsa plastik transparan

Dari hasil penelitian Santika (2012) pada tanah yang di beri mulsa plastik
transparan (MPT), cahaya matahari yang dipantulkan dan diserap oleh bahan
mulsa sangat sedikit. Sebaliknya cahaya yang diteruskan banyak. Hal ini
menyebabkan MPT memiliki efek menaikkan suhu tanah. MPT sangat cocok
diterapkan pada tanaman-tanaman dataran rendah yang ingin dibudidayakan di
dataran tinggi

7. Mulsa karton semen

Karton semen bekas adalah salah satu limbah yang digunakan untuk
menutupi permukaan tanah dan dapat mencegah intensitas cahaya langsung
terhadap permukaan tanah dan serangan OPT serta menekan pertumbuhan gulma.

8. Mulsa kertas karton

Karton bekas merupakan salah satu limbah yang dapat digunakan sebagai
mulsa anorganik. Kegunaan kertas karton untuk mencegah intensitas cahaya
langsung terhadap permukaan tanah, mencegah pertumbuhan gulma dan serangan
OPT .

9. Mulsa bebatuan

Mulsa bebatuan dapat digunakan sebagai mulsa yaitu sebagai mulsa


anorganik alami karna mulsa bebatuan merupakan salah satu bahan limbah yang
dapat dijadikan sebagai mulsa yang untuk menutupi permukaan tanah, dapat

12
menghindari intensitas cahaya langsung pada permukaan tanah dan serangan OPT
serta menekan pertumbuhan gulma.

10. Mulsa pecahan batu bata

Mulsa pecahan batu bata merupakan salah satu limbah yang dapat dijadikan
sebagai mulsa yang menutupi permukaan tanah, mencegah intensitas cahaya
langsung pada permukaan tanah, serangan OPT dan mmenekan pertumbuhan
gulma.

11. Mulsa Kain bekas

Kain bekas dapat di gunakan sebagai mulsa anorganik, karna mulsa kain
bekas merupakan salah satu bahan limbah yang dapat dijadikan sebagai mulsa
yang untuk menutupi permukaan tanah, dapat menghindari intensitas cahaya
langsung pada permukaan tanah dan serangan OPT serta menekan pertumbuhan
gulma.

12. Mulsa stayrofoam

Stayrofoam adalah salah satu limbah yang digunakan sebagai mulsa


anorganik untuk menutupi permukaan tanah dan mencegah intensitas cahaya
langsung terhadap permukaan tanah. Kelebihan stayrofoam yaitu mampu
memaham panas, ringan dan tahan air. Penggunaan stayrofoam dapat dilakukan
dengan menghancurkan stayrofoam lalu di sebarkan di permukaan tanah sebelum
penanaman bibit kembang kol.

13
METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di lahan percobaan Fakultas Pertanian


Universitas Samudra, Kota Langsa Provinsi Aceh dengan ketinggian tempat ±
10 mdpl untuk penelitian direncanakan selama 3 bulan yang dimulai dari bulan
Oktober sampai dengan Desember 2021.

Bahan Dan Alat

Bahan

Bahan yang di gunakan dalam penelitian meliputi : Mulsa organik dan


anorganik adalah tanpa kontrol, MPHP, plastik hitam, plastik transparan, jerami
padi, ampas tebu, tandan kosong, karton semen, kertas karton, bebatuan,pecahan
batu batu, kain bekas dan stayrofoam. Benih kembang kol varietas PM 126 F1,

Alat

Alat-alat yang di gunakan adalah cangkul, Gembor, Papan nama, Penggaris,


Kamera, Plot, Timbangan, Meteran, Tali, Polybag, Alat tulis, Plastik dan
Naungan.

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) non


faktorial, yang terdiri dari 10 taraf, yaitu :
M0 : Tanpa mulsa (kontrol)
M1 : MPHP
M2 : plastik hitam
M3 : plastik transparan

14
M4 : Jerami padi
M5 : Ampas tebu
M6 : Tandan kosong kelapa sawit
M7 : Karton semen
M8 : Kertas karton
M8 : Bebatuan
M9 : pecahan batu bata
M10 : Kain bekas
M12 : Stayrofoam

Dengan demikian diperoleh 13 perlakuan dan diulang 3 kali


sehingga diperoleh 39 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri
dari 9 tanaman. Semua keseluruhan terdapat 351 tanaman. Sebagai
tanaman sampel diambil secara acak 3 tanaman per plot.

Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan model


matematika (Adji, 2007) sebagai berikut :

Yij = µ +τi βj + ϵij

Dimana :
Yij = respon atau nilai pengamatan dari perlakuan ke-I dan ulangan ke-j
µ = Rerata umum
βj = pengaruh blok ke-i
Mj = pengaruh jenis mulsa ke-j
eij = pengaruh eror yang disebarkan perlakuan jenis mulsa

Tabel 1. Susunan kombinasi perlakuan mulsa organik dan anorganik kembang


kol.

NO Perlakuan Jenis Mulsa Keterangan

15
1. M0 tanpa mulsa kontrol
2. M1 MPHP mulsa standar
3. M2 plastik hitam mulsa sintesis
4. M3 plastik transparan mulsa sintesis
5. M4 stayrofoam mulsa sintesis
6. M5 jerami padi sisa tanaman
7. M6 ampas tebu sisa tanaman
8. M7 tandan kosong sisa tanaman
9. M8 karton semen mulsa karton
10. M9 kertas karton mulsa karton
11. M10 bebatuan mulsa bebatuan
12. M11 pecahan batu bata mulsa bebatuan
13. M12 kain bekas mulsa kain

Hasil anilisis sidik ragam ragam yang berpengaruh nyata dan sangat nyata
terhadap parameter yang diamti, dilanjutkan dengan uji Beda Nyata nerkecil
(BNT) taraf 5%. Untuk mengetahui tingkat efektivitas jenis mulsa maka
dilakukan dengan uji RAE ( Relative agronomic effectivenes).

RAE adalah perbandingan antara kenaikan hasil karena perlakuan mulsa


yang sedang di uji dengfan kenaikan hasil pada perlakuan standar dikalikan 100 %
rumus Rae yang digunakan sebagai berikut (Machay dkk, 1994 dalam
Pramono,dkk 2011) :

Hasilmulsa yang diuji−kontrol


RAE = x 100 %
Hasil mulsa standar−kontrol

Keterangan :

Nilai RAE ≥ 100% maka mulsa yang diuji efektif dibandingkan


perlakuan standar.

Pelaksanaan Penelitian

16
Persiapan Lahan Penelitian

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari sampah–


sampah dan tanaman pengganggu (gulma). Sisa tanaman dan kotoran tadi dapat di
buang keluar areal lokasi penelitian. Pembersihan lahan bertujuan untuk
mempermudah lokasi penelitian, mempnghidari serangan hama dan penyakit serta
menekan persaingan gulma dalam penyerapan pada tanaman.Pengolahan tanah
dapat dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan cara mencangkul tanah
sedalam 25-30 cm yang berguna untuk menggemburkan tanah dan membersihkan
akar-akar gulma yang berda di dalam tanah.

Pembuatan plot

Pembuatan plot penelitian dilakukan seetelah pengolahan tanah. Ukuran


Plot penelitian yaitu panjang 90 cm dan lebar 90 cm dengan jumlah plot
keseluruhan yaitu 39 plot. Kemudian jumlah ulanagn sebanyak 3 ulangan dan
jarak yang digunakan anatar plot ulangan 50 cm dan jarak antara plot 30 cm.

Persiapan mulsa

Persiapan mulsa dilakukan dengan menyediakan dua jenis mulsa yaitu


mulsa organik meliputi : jerami padi, ampas tebu dan tandan kosong kelapa sawit.
Persiapan mulsa organik ialah mulsa jerami padi dikumpulkan dalam kondisi
keringkan lalu dipotong-potong ukuran 30 cm, mulsa ampas tebu dikeringkan lalu
di potong-potong dengan ukuran 30 cm dan TKKS dikeringkan lalu di suir-suir.
Sedangkan mulsa anorganik ada beberapa macam seperti bebatuan dipersiapkan
dengan ukuran biji pinang sampai segenggam tangan dan pecahan batu bata di
persiapkan dengan bentuk pecah 2 dan 3 , sintesis seperti (MPHP, plastik hitam,
plastik transparan, stayrofoam) digunakan 1 lapis sedangkan stayrofoam
digunakan bekas ikan dan kertas seperti (kertas karton dan karton semen)
dikumpulkan dengan kondisi kering, kemudian kain bekas dikumpulkan dengan
kondisi kering.

Persiapan bibit kembang kol

17
Bibit yang digunakan dari varietas PM 126 F1. Bibit yang digunakan
berupa biji sehat dan sudah bersertifikasi yang siap tanam. Tempat persemaian
dibuat naungan dengan menggunakan paranet. Persemaian dilakukan dengan
menabur benih Kembang kol, selanjutnya ditutup dengan tanah sedalam 1 cm
kemudian dilakukan penyiraman, penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi
dan sore hari.
Penyemaian Benih

Penyemaian kembang kol dilakukan di tray semai, dengan menggunakan


kompos dan pasir sebagai media dengan perbandingan 2:1, dengan cara
memasukkan satu benih satu lubang traylalu letakkan dalam naungan untuk
menghindari masuknya cahaya matahari selama 3 minggu. Sebelum polibeg diisi,
terlebih dahulu polibeg dibalik agar nantinya dapat berdiri dengan baik saat
diletak dilapangan. Pengisian polibeg menggunakan campuran tanah topsoil,
bokashi ampas tebu dan pupuk kascing. Media ta anah dimasukkan kedalam baby
bag berukuran 10 x 15 cm.

Aplikasi Mulsa

Pada aplikasi mulsa organik diberikan 2 hari sebelum penanaman bibit


dengan ketebalan 5 cm cara mengukur ketebalan dengan menggunakan pancang
disudut plot lalu tarik tali rafia atau benang nilon dipinggir dan menyilang lalu
diberikan mulsa organik sampai batas ketinggian tali sekitar 5 cm setelah mulsa
diserak lalu ditutup dengan jaringan. Kemudian mulsa anorganik yaitu mulsa
plastik digelarkan satu lapis penuh dipermukaan plot seperti mulsa MPHP dengan
ketentuan, palstik hitam, plastik transparan dan stayrofoam. Kemudian mulsa
bebatuan baik batu koral atau batu bata ditutup dengan ketebalan 5 cm diserak
yang menutup semua permukaan tanah dengan ketebalan 5 cm. Mulsa karton
semen dan kertas menggunakan 3 lapis dan mulsa kain 3 lapis dan apabila mulsa
hancur akan tetap di tambah sebelum tanaman panen.

18
Pemindahan Bibit

Pemindahan bibit dilakukan ketika bibit sudah memiliki dua helai daun,
pemindahan bibit dilakukan dengan dua tahap. Bibit dipindahkan dari baby bag ke
plot selama dua minggu.

Penanaman

Penanaman dilakukan saat bibit berumur 3 Minggu dengan menanam 1 bibit


tanaman per baby bag ke plot dengan kedalaman 0,5 cm dan penanaman bibit
dilakukan pada sore hari. Kemudian pemindahan bibit dilakukan ketika bibit
sudah memiliki dua helai daun, pemindahan bibit dilakukan dengan dua tahap.
Bibit dipindahkan dari baby bag ke plot selama dua minggu.

Pemupukan

Pemberian pupuk NPK majemuk diberikan 15 hari sekali setelah tanam


dengan dosis 0,5 gram dengan secara tugal.

Pemeliharaan kembang kol

Penyiraman

Kembang kol perlu pengairan yang rutin,terutama di musim kemarau dan

menjaga agar tanah tidak kering atau kekurangan air. Penyiraman dilakukan

padapagidan sorehari. Pada musim kemarau, penyiraman perlu dilakukan 1–2

kali sehari, terutama pada fase awal pertumbuhan dan pembentukan bunga.

Penyisipan

Penyisipan dilakukan dengan mengganti tanaman kembang kol yang rusak


(tidak sehat) atau yang mati dengan tanaman baru. Pada penelitian ini ada lima
tanaman yang disisip. Penyisipan dilakukan hingga tanaman berumur 2 minggu.
Penyiangan Penyiangan dilakukan dengan interval seminggu sekali sampai
tanaman mulai berbunga. Setelah memasuki fase pembentukan krop bunga,
penyiangan dilakukan tiga hari sekali apabila memasuki musim hujan, sehingga

19
gulma tumbuh dengan cepat. Penyiangan pada areal plot penelitian dilakukan
dengan menggunakan cangkul.

Pengendalian Hama, Penyakit Tanaman

Untuk mengendalikan hama dan penyakit terhadap tanaman kembang kol.

Dapat dikendalikan secara mekanis apabila hama sudah diambang batas maka

dapat menggunakan insektisida dan penyakit menggunakan fungisida sesuai

dosis anjuran.

Panen

Panen kembang kol dilakukan saat tanaman berumur 45-50 setelah

pindah tanam dengan ciri-ciri bunga berbentuk kubahdan bunga kompak dan

berwarna putih.

Parameter Pengamatan

Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur menggunakan penggaris dan meteran kain.


Dilakukan pengamatan pada umur 1 MST hingga4 MST, cara mengukur
tanamandari pangkal batang hingga ujung daun tertinggi. 13 Jumlah daun (helai).

Jumlah daun

Dihitung terhadap daun yang telah membuka sempurna dihitung semua


daun dan daun yang diamati adalah daun yang segar dan utuh dilakukan pada
umur 1 MST hingga 4 MST.

Bobot Brangkasan Tanaman (g)

Bobot brangkasan ditimbang keseluruhan bagian tanaman yang sudah di


bersihkan dari kotoran.

Diameter Bunga (cm)

20
Pengamatan diameterbunga dilakukan dengan cara menggunakan scalifer
(jangka sorong), metode pengukurannya sama dengan pengukuran diameter
batang.pada saat panen kemudian dilakukan pengamatan.

Bobot bunga tanaman sampel (g)

Bobot bunga per tanaman sampel diamati dengan menggunakan


timbangandilakukan pada umur 6 MST, dengan cara menimbang seluruh bagian
bunga dan sudah dibersihkan dari kotoran yang menempel pada bunga.

Bobot produksi bunga kol/Ha (g)

Bobot bunga tanaman/Ha diamati pada umur 6 MSPT, dengan cara


menimbang menggunakan timbangan analitik. bagian yang ditimbang merupakan
bunga yang telah di potong hingga pangkal bunga.

21
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2015. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang dan Kapur Dolomit


Terhadap Pertumbuhan dan hasil Tanaman Kubis Bunga (Brassica
oleracea var botrytis L.) Pada Tanah Gambut, Skiripsi. Universitas
Muhammadiyah Palangkaraya, pdf 123, vol76.

Akbar, R. A, Sudiarso, dan A. Nugroho.2014. Pengaruh Mulsa Organik pada


Gulma dan Tanaman Kedelai (Glycin max L.) Var. Gema. J.

Apriliani, I. N., S. Heddy dan N. E. Suminarti. 2016. Pengaruh Kalium pada


Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Tanaman Ubi Jalar (Ipomea batatas
(L.) Lamb). Produksi Tanaman, 4(4): 264 – 270.

Andriyanti, W. 2011. Optimasi Pembuatan Selulosa dari Ampas Tebu sebagai


Dasar Pembuatan Polimer Superabsorben. Universitas Islam
Indonesia.Yogyakarta.

Bhardwaj, R. L. (2013). Effect Of Mulching On Crop Production Under Rainfed


Condition - A Review Organic Mulches : Organic Mulches Are
DerivedAgri.Reviews, 34(3), 188–197. https://doi.org/10.5958/j.0976-
0741.34.3.003

Cahyani, N., Kharisun, Saparso. 2012. Respon Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Kubis Bunga(Brassica oleracea var botrylis L.) Dengan Pemberian Jenis
Mulsa dan Dosis Pupuk Nitrogen di Lahan Pasir Pantai Ketawang.Skripisi
Sarjana Universitas Jendral Soedirman.

Cahyono, B. 2001. Kubis Bunga Dan Broccoli. Kanisius. Yogyakarta.

Damanik, 2010. Pengaruh Pemakaian Mulsa Jerami terhadap Sifat - Sifat Fisik
Tanah. Pengaruh Pemakaian Mulsa Jerami Terhadap Sifat-Sifat Fisik
Tanah. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

22
Edi, S dan Bobihoe, J. 2010. Budidaya Tanaman Sayuran. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian. Jambi.

Endriani. 2010. Sifat Fisika dan Kadar Air Tanah Akibat Penerapan Olah Tanah
Konservasi. Jurnal Hadrolitan, 1(1): 26-34

EAST WEST. 2010. Deskripsi Kembang Kol (Brassica oleraceae L. var. botrytis
sub var.cauliflora DC kultivar PM 126 F1.

Fatemi, H., Hossein, A dan Hossein N. 2013.influenced of Quality Of Light


REFLECTED Of Colored Mulch On Cucurbita Pepo Var Radaunder Field
Condition . International journal of agriculture. 3 (2) : 374-380.

Harsono, Puji. 2012. Mulsa Organik : Pengaruhnya terhadap Lingkungan Mikro,


Sifat Kimia Tanah dan Keragaman Cabai Merah di Tanah Vertisol
Sukoharjo pada Musim Kemarau. J. Hort. Indonesia 3 (1) : 35-41. April
2012.

Hannim. 2014. Pengaruh Pemberian Mulsa Jerami Padi dan Kepadatan Tanah
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Gogo ( Oryza sativa L.).
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan. Fakultas Pertanian Institut
Pertanian Bogor. Bogor.

Irawan, P., 2012. Komponen Proksimat Pada Kombinasi Jerami Padi Dan Jerami
Jagung Yang Difermentasi Dengan Berbagai Aras Isi Rumen
Kerbau.Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro,
Semarang.

Jordan, B. R, Anthony and P. E. James. 2010. Control of Floral Morphogenesis in


Cauliflower (Brassica oleraceae L. var. botrytis) : the Role of Homeotic
Genes pp. 17-30. Cambridge Books Online. Cambridge University Press.
Inggris.

Kusmiawati, A., dan R. Windiarti. 2011. Analisis Wilayah Komoditas Kopi di


Indonesia. J-sep, 5: 47-58.

Mahmudi S,Rianto H. Historiwati.2017. Pengaruh Mulsa Plastik Hitam Perak


Dan Jarak Tanam Pada Hasil Bawang Merah ( Allium cepa fa ascalonicum
L.) varietas biru loncar . vigor 2(2):60-62.

Mansyur, Nur Indah. 2011. Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi

23
Etnik Toraja di Pulau Tarakan. Prosiding Seminar Nasional Budidaya
Pertanian Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian. Fakultas Pertanian
Universitas Borneo Tarakan. Bengkulu.

Mardianti. U., N. Moch, dan D. M. Moch. 2016. Respon Tanaman Kubis Bunga
(Brassicaoleraceavar. botrytis L.). Yang Di Tanam Pada Lahan Setelah
Tanaman Terong (SolanummelongenaL.). Yang Di Perlakukan
DenganAplikasi Berbagai Kombinasi Sumber N Dan EM4. Jurnal
ProduksiTanaman. Vol. 4 No.7, Oktober 2016: 520-527 ISSN : 2527-8452.

Marliah, A., Nurhayati, Risma Riana. 2013. Pengaruh Varietas Dan Konsentrasi
Pupuk Majemuk Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kubis Bunga
(Brassica Oleracea L.) Prodi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas
Syiah Kuala, Banda Aceh.

Marliah, A, Nurhayati dan Risma, R. 2013. Pengaruh Varietas dan Konsentrasi


Pupuk Majemuk terhadap Pertumbuhn dan Hasil Tanaman Kubis Bunga
(Brassicia oleracea L.). Jurnal Floratek 8: 118-126.

Multazam, A.M. 2014. Pengaruh Macam Pupuk Organik dan Mulsa pada
Tanaman Brokoli (Brassica oleraceae L. Var. Italica). Jurna Produksi
Tanaman. 2(2). 154-161.

Perwitasari B, Tripatmasari M, Wasonowati C. 2012. Pengaruh media tanam dan


nutrisi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman pakchoi (Brassica juncea)
dengan system hidroponik. J Agrivor 5(1): 14-25

Pracaya. 2012. Bertanam Sayur Organik di Kebun, Pot dan Polibag. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Pratiwi, R., D. Rahayu dan M.I. Barliana., 2016. Pemanfaatan Selulosa dari
Limbah Jerami Padi (Oryza sativa) sebagai Bahan Bioplastik. Fakultas
Farmasi Universitas Padjadjaran, Bandung.

Puspita, Gusti Reza., Nurul Fauziah., Amelia Rahmawati., Fitri Yani Noor
Medinan dan Mega Puspita Wangi. 2013. Pengeruh Pemberian Mulsa
Arachis pintoi Terhadap Produksi Tanaman Buncis Tegak. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Rahma, A, R., Purnomo, A. S. 2016. Pengaruh Campuran Ampas Tebu dan Sabut
Kelapa sebagai Media Pertumbuhan Alternatif terhadap Kandungan Jamur
Tiram (Pleurotus ostreatus). Jurnal Agroteknologi. 5 (2) : 10-24.

24
Samiati, Andi. Bahrun, dan La ode Safuan. 2012. Pengaruh Takaran Mulsa
terhadap Pertumbuhan dan Produksi Sawi (Brassica JunceaL) Berkala
Penelitian Agronomi 1 (2) : 121-125.

Santika, T.V. 2012. Mulsa. http://blog.ub.ac.id/virgasantika/2012/06 diakses


tanggal 12 Maret 2016.

Siti, H. 2015.Pengaruh Pupuk Organik Cair Terhadap Pertumbuhan, Hasil, dan


Kualitas Tiga Varietas Bunga Kol (Brassicaoleraceaevar.botrytisL.).
Skripsi. UniversitasJember.

Sudarmini, N. K. Kartini, N. L. dan Sudarma, I. M. 2015 Pengaruh Kompos


Kotoran Sapi dan Mulsa Jerami Padi terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Polong Muda Kedelai Edamame.

Sunarjono, H. 2013. Kubis Bunga (Brassica oleracea var botrytis L.) Nuansa
Aulia. Bandung

Syukur M., R. Yunianti, dan Darmawan. 2016. Sukses Panen Cabai Tiap Hari.
Penebar Swadaya Jakarta.

Tinambunan. Setobudi dan Suryanto. 2014. Penggunaan beberapa jenis mulsa


terhadap produksi baby wortel (Daucus corota) varietas hibrida. J. Prod
Tan. 2 (1). 25-30.

Tswanya, M.N., Olaniyi, J.O., Adewumi, AA., & Babatunde, OO.


(2017).Influence of mulch material and mulching rate on fruit yield
andmicroorganism of tomato variety (Lycopersicon lycopersicum Mill) in
Ogbomosho and Mokwa, Nigeria. Advance Biotech & Micro, 6(3), 47-57.

Widyasari, Lia., Titin Sumarni dan Ariffin. 2011. Pengaruh Sistem Olah Tanah
Dan Mulsa Jerami Padi Pada Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai
(Glycine max (L.) Merr.). Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian
Universitas Brawijaya.

25
Lampiran 1. Tata Letak Bagan Susunan Percobaan di Lapangan

Ulangan I Ulangan II Ulangan III

M3 M0 M2

M10 M7 M3

M7 M9 M1

M1 M6 M8

M5 M8 M11

M11 M2 M5
30 cm
M2 M1 M0

M6 M10 M6

M8 M12 M12

M12 M2 M4

M9 M11 M10

M4 M5 M7

26
M0 M4 M9

50 cm

Keterangan :
 Jarak Antar Ulangan : 50 cm

 Jarak Antar Plot : 30 cm


Lampiran 2. Gambar Plot Tanaman Tanaman

15 cm

30 cm 30 cm 30 cm 15 15 cm

30 cm

30 cm 30 cm
90 cm
30 cm
90 cm

30 cm 30 cm

15 cm

Keterangan :

Ukuran Plot : 90 cm x 90 cm

Jarak Tanam : 30 cm x 30 cm

: Tanaman sampel

27
Lampiran 3. Deskripsi Kembang Kol Varietas PM 126 F1

Nama varietas : PM 126 F1

Nama komoditas : Kubis bunga

Bentuk Tanaman : Tegak

Umur berbunga : 30-35 hari setelah tanam

Umur panen : 45-50 HST

Bentuk daun : Eliptik

Permukaan daun : Hijau kebiru-biruan

Bentuk bunga : Semi dome

Warna bunga : putih

Bobot tanaman : > 1000 gram

Kepadatan bunga : padat

Tekstur bunga :Renyah

Hasil panen :18-25 ton/ha

Keterangan : Beradaptasi baik pada dataran rendah.

Sumber : PT. East West Seed Indonesia (2013)

28
JADWAL PENELITIAN SKRIPSI TANAMAN KEMBANG KOL TAHUN 2021-2022
  Bulan
No Kegiatan Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret April
    1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi dengan dosen
pembimbing                                                                        
2 Penyusunan rencana
penelitian                                                                        
3 Seminar proposal
penelitian                                                                        
4 Persiapan lahan dan
peletakan mulsa                                                                        
5 Penanaman                                                                        
6 Pemeliharaan                                                                        
7 Pengamatan                                                                        
8 Panen                                                                        
9 Analisis data                                                                        
10 Penulisan skripsi                                                                        
11 Seminar hasil penelitian                                                                        
12 Perbaikan skripsi                                                                        
13 Sidang sarjana                                                                        

29

Anda mungkin juga menyukai