Anda di halaman 1dari 33

PENGARUH KOMPOS JERAMI JAGUNG DAN PUPUK K TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG MANIS


(Zea mays saccharata Sturt)

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH :

FITRI OKTAVIA
1710005301011

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA PADANG
2020
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Kompos Jerami Jagung dan Pupuk K Terhadap


Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays
saccharata Sturt)
Nama : Fitri Oktavia
Npm : 1710005301011
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Ir. Widodo Haryoko, MP Dr. Ediwirman, SP, MP

Mengetahui :

Dekan, Ketua Program Studi

Dr.Milda Ernita, S.Si. MP Dr. Zahanis, M.Si


iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala,

yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat

menyusun proposal penelitian dengan judul “Pengaruh Kompos Jerami Jagung

dan Pupuk K Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung Manis (Zea mays

saccharata Sturt)” yang akan dilaksanakan di Kelurahan Ampang, Kecamatan

Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat.

Proposal ini ditulis sebagai pedoman untuk melaksanakan penelitian

dalam rangka penyusunan skripsi yang menjadi salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pertanian pada Fakultas Pertanian Universitas

Tamansiswa Padang.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih yang

setulusnya kepada Bapak Dr. Ir. Widodo Haryoko, MP dan Bapak Dr. Ediwirman,

SP, MP selaku dosen pembimbing, yang telah memberikan bimbingan, kritik,

koreksi dan saran dalam penyusunan proposal penelitian ini. Ucapan terima kasih

juga penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah turut memberikan

bantuan. Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dalam

melaksanakan penelitian ini.

Padang, November 2020

Penulis
iv

DAFTAR ISI
Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................. iii


DAFTAR ISI................................................................................................ iv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................ v

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Tujuan Penelitian...................................................................... 3
C. Hipotesis.................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Jagung Manis................................................................. 5


B. Syarat Tumbuh Tnaman Jagung ............................................... 7
C. Kompos Jerami Jagung............................................................. 8
D. Pupuk KCl................................................................................. 9

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat.................................................................... 10


B. Bahan dan Alat.......................................................................... 10
C. Metode Penelitian ..................................................................... 10
D. Pelaksanaan............................................................................... 11
E. Pengamatan .............................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 18
LAMPIRAN................................................................................................. 20
v

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Jadwal kegiatan percobaan...................................................................... 20

2. Deskripsi jagung manis varietas Paragon................................................ 21

3. Analisis Statistik...................................................................................... 23

4. Denah plot percobaan di lapangan menurut Rancangan Acak


Lengkap (RAL) Faktorial........................................................................ 27

5. Denah tanaman jagung manis dalam 1 plot............................................ 28


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jagung manis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang paling

populer di Amerika Serikat dan Kanada. Jagung manis mulai dikenal di Indonesia

sejak tahun 1970-an (Syukur, 2013). Jagung manis semakin digemari oleh

masyarakat karena memiliki rasa yang lebih manis, aroma lebih harum dan

kandungan gizi yang lebih tinggi. Jagung manis biasanya disajikan dalam bentuk

jagung rebus, jagung bakar, gula jagung, susu jagung, perkedel dan keripik

jagung. Jagung manis juga sangat baik dikonsumsi penderita diabetes karena

mengandung kadar gula dan lemak yang rendah.

Permintaan jagung manis terus meningkat dan peluang pasar yang besar

belum dapat sepenuhnya dimanfaatkan petani dan pengusaha Indonesia karena

berbagai kendala produktivitas jagung manis masih rendah (Palungkun dan

Asiani, 2004). Produksi jagung manis di Indonesia pada tahun 2012 hingga 2015

mengalami fluktuatif dan tidak stabil. Produksi jagung manis pada tahun 2012

yaitu 19.377.030 ton, pada tahun 2013 yaitu 18.506.287 ton, tahun 2014 yaitu

19.033.00 ton dan tahun 2015 yaitu 19.610.000 ton (Anonim, 2016).

Produktivitas jagung manis dipengaruhi oleh pemupukan. Pemupukan

merupakan penambahan satu atau beberapa hara tanaman yang tersedia atau dapat

tersedia ke dalam tanah atau tanaman untuk mempertahankan kesuburan tanah

yang ditujukan untuk mencapai hasil yang tinggi (Anonim, 2015). Pemupukan

dilakukan secara berimbang sesuai kebutuhan tanaman dengan

mempertimbangkan kemampuan tanah menyediakan hara secara alami,


2

keberlanjutan sistem produksi dan keuntungan yang memadai bagi petani (Sirappa

dan Razak, 2010).

Salah satu pupuk yang dapat menjaga keseimbangan lingkungan yaitu

pupuk organik. Pupuk organik yang dapat mendukung produktivitas tanah dan

pertumbuhan tanaman salah satunya adalah kompos. Kompos adalah bahan-bahan

organik yang telah mengalami proses pelapukan karena interaksi berbagai

mikroorganisme. Salah satu jenis bahan organik yang dapat dikomposkan adalah

jerami jagung. Jerami jagung adalah bagian tanaman jagung yang tidak

dikonsumsi seperti daun dan batang yang tergolong limbah sehingga bisa didapat

dengan biaya yang rendah. Mikroorganisme yang diberikan bersama bahan

organik juga dapat meningkatkan mutu agregat tanah (Setyowati, 2003).

Batang jagung mengandung lignin, hemiselulosa, dan selulosa yang dapat

dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi. Selulosa merupakan sumber

karbon yang dapat digunakan oleh mikroba sebagai substrat dalam proses

fermentasi yang menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi (Suprapto dan

Rasyid, 2002; Faesal dan Syuryawati, 2018).

Haitami dan Wahyudi (2019) menyatakan bahwa, pemberian kompos

jerami jagung manis 20 ton/ha dengan 100% pupuk anorganik pada tanah ultisol

dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi jagung dengan berat jagung

berkelobot 255,08 g/tanaman dan berat jagung tanpa kelobot 189,92 g/tanaman.

Selain penggunaan pupuk organik, penggunaan pupuk yang penting bagi

tanaman jagung muda adalah KCl sebagai sumber K. Kalium tergolong hara yang

mobil dalam tanaman baik dalam sel, dalam jaringan tanaman, maupun dalam

xylem dan floem. (Afandie dan Nasih, 2002). Kalium penting sebagai
3

penyeimbang apabila tanaman kelebihan nitrogen. Kalium meningkatkan sintesis

dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan ketebalan dinding sel dan

kekuatan batang. Kalium juga dapat meningkatkan kandungan gula (Hafsi et al.,

2014). Biji jagung memiliki kandungan kalium 25% dan selebihnya terdapat pada

batang dan tongkol. Kalium mulai dibutuhkan pada seluruh fase pertumbuhan

tanaman terutama pada fase pembukaan malai yaitu pada fase V6- V10 (Anonim,

2002). Menurut Mutaqin et al.,. (2018), pemberian kalium meningkatkan

pertumbuhan tinggi tanaman jagung manis pada 3, 4, 5, 6, dan 7 MST. Kalium

termasuk dalam hara makro yang sangat dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah

relatif banyak. Roli (2013) menyatakan bahwa, pemberian kalium berpengaruh

terhadap peningkatan diameter batang jagung varietas Pertiwi-2, NK-33 dan BISI-

2 pada 2-8 MST. Menurut Sarwono (2003), untuk mencukupi kekurangan unsur

hara dalam hal ini K perlu dilakukan pemupukan. Penggunaan pupuk organik dan

hara kalium belum banyak informasikan terutama terhadap pertumbuhan dan hasil

jagung muda.

Berdasarkan uraian di atas perlu dilakukan penelitian mengenai “Pengaruh

Pemberian Kompos Jerami Jagung dan Pupuk KCl Terhadap Pertumbuhan dan

Produksi Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt)”

B. Tujuan

1. Mendapatkan interaksi takaran kompos jerami jagung dengan KCl yang

terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.

2. Mendapatkan takaran kompos jerami jagung yang terbaik terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis.

3. Mendapatkan takaran KCl terbaik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman


4

jagung manis.

C. Hipotesis

1. Interaksi takaran kompos jerami jagung dengan KCl meningkatkan

pertumbuhan dan hasil jagung manis

2. Pemberian kompos jerami jagung dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil

jagung manis.

3. Pemberian KCl dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil jagung manis.


II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Jagung Manis

Menurut Purwono dan Hartono (2007) dalam taksonomi tumbuh-

tumbuhan tanaman jagung manis dapat diklasifikasikan kedalam: Kingdom:

Plantae, Divisi: Spermatophyta, Sub-divisi: Angiospermae, Kelas:

Monocotyledonae, Ordo: Graminales, Famili: Graminaceae, Genus: Zea, Spesies:

Zea mays sacharata Sturt.

Umur rata-rata jagung manis 60-70 hari namun pada daerah dataran tinggi

yaitu 400 m dpl, umurnya dapat mencapai 80 hari (Adisarwanto dan Yustina,

2002). Jagung manis mempunyai perbedaan dengan jagung biasa, pada jagung

manis bunga jatan berwarna putih, sedangkan jagung biasa bunga jantan berwarna

kuning kecoklatan. Jagung manis banyak mengandung gula dalam endospermnya

dibanding jagung biasa dan proses pematangan kadar gula yang tinggi

menyebabkan biji jagung manis keriput. Benih jagung manis berkembang dari

hibridasi antara jagung tipe dent (gigi kuda) dengan jagung tipe flint

(mutiara).Perbedaannya terlihat dari bentuk dan ukurannya, berat 100 biji jagung

biasa (arjuna) ± 27 g, sedangkan 100 biji jagung manis hanya 10 g (Subekti,2007).

Batang jagung manis berbentuk bulat agak pipih, beruas-ruas pada

umumnya tidak bercabang. Tanaman ini memiliki jenis bunga yang bersifat

monoceous (berumah satu) dengan bunga jantan berwarna putih keabuan dan

mengandung banyak bunga kecil pada ujung batangnya yang disebut tassel. Tiap

tassel tersebut terdapat 3 buah benang sari dan pistil rudimeter. Bunga betina juga

mengandung banyak bunga kecil yang ujungnya pendek dan datar, yang pada saat
6

masak disebut tongkol. Setiap bunga betina mempunyai satu putik dan stamen

rudimeter. Sistem perakaran jagung manis adalah akar serabut (Anonim, 2013).

Batang tanaman jagung manis tidak bercabang, beruas-ruas dengan jumlah

ruas bervariasi antara 10-40 cm. Pada buku ruas muncul tunas yang berkembang

menjadi tongkol. Tinggi tanaman jagung berkisar antara 60-300 cm atau lebih

tergantung tipe dan jenis jagung. Ruas bagian batang bawah berbentuk bulat agak

pipih dan ruas bagian batang atas berbentuk silinder. Tunas batang yang telah

berkembang menghasilkan tajuk bunga betina (Hasibuan,2006).

Biji jagung manis kaya karbohidrat, yang berada pada endospermium.

Kandungan karbohidrat mencapai 80% seluruh bahan kuning biji. Pada jagung

manis, ketan sebagian besar atau seluruh patinya merupakan amilopektin.

Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada kandungan gizi tetapi lebih berarti

dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis tidak mampu

memproduksi pati sehingga bijinya terasa manis ketika masih muda (Anonim,

2013).

Daun jagung manis memanjang dan keluar dari buku-buku batang. Jumlah

daun terdiri dari 10-20 helai tiap tanaman tergantung varietasnya. Daun terdiri

atas pelepah daun dan helaian daun. Helaian daun memanjang dengan ujung

meruncing dan pelepah daun berselang seling yang berasal dari setiap buku.

Antara kelopak dan helaian terdapat lidah daun yang disebut ligula, fungsi ligula

adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang. Epidermis daun

bagian atas biasanya berambut halus. Kemiringan daun sangat bervariasi antar

genotipe dan kedudukan daun dari datar sampai tegak (Rukmana,2007).


7

B. Syarat Tumbuh Tanaman Jagung Manis

Tanaman jagung manis berasal daerah Tropis yang dapat menyesuaikan

diri dengan lingkungan diluar daerah tersebut. Jagung manis tidak menuntut

persyaratan lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam

tanah bahkan pada kondisi tanah yang agak kering, tetapi untuk pertumbuhan

optimalnya, jagung manis menghendaki beberapa persyaratan (Anonim, 2010).

Pertumbuhan tanaman jagung manis sangat membutuhkan sinar matahari.

Tanaman jagung manis yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan

memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak dapat membentuk buah.

Sedangkan suhu yang dikehendaki tanaman jagung manis antara 21º-34ºC, akan

tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu optimum antara

23º-27ºC. Pada proses perkecambahan benih jagung manis memerlukan suhu yang

cocok sekitar 30ºC (Anonim, 2010).

Tanaman jagung manis toleran terhadap berbagai jenis tanah. Jenis tanah

yang dapat ditanami jagung manis antara lain: andosol berasal dari gunung berapi,

latosol, grumosol, tanah berpasir. Demikian pula, tanah-tanah berat, misalnya

tanah grumosol, dapat ditanami jagung manis dengan pertumbuhan yang normal

bila drainase tanah diatur cukup baik. Sedangkan untuk tanah lempung/liat adalah

tanah yang terbaik untuk pertumbuhannya. Keasaman tanah erat hubungannya

dengan ketersediaan unsur-unsur hara tanaman (Anonim, 2010).

Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung manis

adalah pH antara 5,5-7,5. Tingkat keasaman tanah yang paling baik untuk

tanaman jagung manis adalah pada pH 6,8. Bila lahan kering ber-pH masam (pH

kurang dari 5,5) dialokasikan untuk penanaman jagung manis, perlu dilakukan
8

pengapuran lebih dahulu. Pengapuran bertujuan untuk menaikkan pH tanah,

menambah hara-hara tanaman, seperti Kalsium (Ca) dan fospor (P). Kalsium

merupakan komponen utama dinding sel dan berpengaruh baik terhadap

kemampuan akar untuk menyerap zat-zat hara (Anonim, 2010).

C. Kompos Jerami Jagung

Kompos merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikroba dengan

hasil akhir adalah kompos. Jerami jagung adalah bagian batang dan daun jagung

yang telah dibiarkan mengering di ladang dan dipanen ketika tongkol jagung

dipetik. Jerami jagung seperti ini banyak diperoleh di daerah sentra tanaman

jagung dengan tujuan untuk menghasilkan jagung bibit atau jagung untuk

keperluan industri pakan, bukan untuk dikonsumsi sebagai sayur (Mariyono et al.

2004). Kompos jerami jagung mengandung beberapa unsur hara makro dan mikro

yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman, sedangakan C-organik dari

kompos ini tergolong tinggi dan sudah memenuhi syarat untuk pupuk organik.

Selain sebagai pakan ternak, sisa tanaman ini dapat dikembalikan ke tanah untuk

mengganti bahan organik tanah yang dalam banyak kasus kadarnya terus menurun

sepanjang waktu. Menurut Sevinda dkk (2015) Pemberian kompos limbah jagung

5.1 ton/ha dapat meningkatkan tinggi tanaman dan jumlah daun. Menurut

Bambang, Andareas, Nasriati, dan Kiswanto, (2010), telah menguji unsur hara

makro terhadap kompos jerami jagung, hasil uji memperlihatkan kandungan unsur

hara sebagai berikut; C-Organik 15.91, N 0,67 %, P 1,05 %, K 1,18 % dan C/N

23,75 %.

Effective Microorganisme 4 (EM4) merupakan mikroorganisme (bakteri)

pengurai yang dapat membantu dalam pembusukan sampah organik. EM4


9

mengandung Azotobacter sp, Lactobacillus sp, ragi, bakteri fotosintetik, dan

jamur pengurai selullosa. EM4 dapat mempercepat proses fermentasi bahan

organik sehingga kandungan unsur hara cepat terserap dan tersedia bagi tanaman

(Hadisuwito, 2012).

D. Pupuk KCL

Kalium merupakan unsur hara yang paling dibutuhkan bagi pertumbuhan

tanaman jagung setelah nitrogen. Untuk setiap ton hasil biji, tanaman jagung

membutuhkan lebih dari 15 kg K (Murni, 2008). Kalium mempunyai pengaruh

sebagai penyeimbang keadaan bila tanaman kelebihan nitrogen. Unsur ini

meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat, sehingga meningkatkan

ketebalan dinding sel dan kekuatan batang. Kalium juga dapat meningkatkan

kandungan gula (Hafsi et al .2014).

Sekitar 25% kalium terdapat di dalam biji jagung dan selebihnya terdapat

pada batang dan tongkol. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian bahwa tanaman

muda belum terlalu banyak membutuhkan kalium, tetapi kebutuhan akan cepat

menanjak terutama pada saat menjelang keluarnya malai. Kalium mulai

dibutuhkan pada seluruh fase pertumbuhan tanaman terutama pada fase

pembukaan malai yaitu pada fase V6-V10 (Anonim, 2002). Tanaman yang

kekurangan unsur kalium akan memperlihankan gejala-gejala yaitu daun

mengerut atau keriting terutama pada duan tua walaupun tidak merata dan pada

daun akan timbul bercak-bercak merah cokelat. Selanjutnya daun akan mengering,

lalu mati. Pada batang, batangnya lemah dan pendek-pendek, sehingga tanaman

tampak kerdil ( Mulyani, 2002).


III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat

Percobaan ini akan dilaksanakan di Lahan Kering Kelurahan Ampang,

Kecamatan Kuranji, Kota Padang, Sumatera Barat penelitian akan berlangsung

dari November 2020 - Maret 2021. Jadwal kegiatan percobaan disajikan pada

Lampiran 1.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah benih jagung manis

varietas Paragon, (deskripsi disajikan pada Lampiran 2) jerami jagung, EM4,

kotoran sapi, Urea, SP36, dan KCl. Peralatan yang digunakan adalah cangkul,

parang, tugal, timbangan analitik, gelas ukur, meteran, ember, gembor, gunting,

pisau cutter, ajir, papan label dan alat tulis.

C. Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

Faktorial dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah kompos jerami jagung (P)

dengan 3 taraf (ton/ha-1) yakni ; 0 (P0), 7,5 (P1), dan 15 (P2). Faktor kedua adalah

pemberian KCl (K) dengan 3 taraf (kg/ha-1) yakni; 0 (K0), 50 (K1), dan 100 (K2).

Kedua faktor dikombinasikan menjadi 9 kombinasi perlakuan. Data hasil terkahir

dirata-ratakan disidik ragam dan jika F hitung lebih besar dari F tabel pada taraf

nyata 5 % dilanjutkan dengan uji Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) pada

taraf nyata 5%.


11

D. Pelaksanaan

1. Pembuatan kompos

Pembuatan kompos diawali dengan mencacah jerami jagung kemudian

ditimbang sebanyak 25 kg dan dicampur dengan 20 kg kotoran sapi dan 10 kg

dedak. Dekomposer yang digunakan adalah 30 ml EM4, 15 g gula merah, dan 3

liter air. Selanjutnya diaduk rata semua bahan dan letakkan di atas terpal dan

ditutup rapat, kemudian difermentasi selama 4 minggu.

2. Persiapan lahan

Lahan yang digunakan diukur menggunakan meteran dengan panjang 12

meter dan lebar 10 meter dan dibersihkan dari gulma dan sisa tanaman pada lahan

dilakukan secara manual dengan menggunakan alat cangkul. Tanah selanjutnya

diolah dengan mencangkul sedalam 30 cm, diratakan dan digemburkan dengan

cara membalikkan tanah sehingga tidak ada tanah yang menggumpal.

3. Pembuatan plot

Plot untuk penelitian dibuat setelah pengolahan tanah dengan ukuran 12 x

10 meter sebanyak 27 plot. Plot berukuran 300 cm x 100 cm dengan jarak antar

plot 30 cm, dan kedalaman 20 cm.

4. Pemasangan label dan ajir

Pemasangan label pada setiap plot sesuai dengan rancangan yang telah

ditetapkan (Denah penempatan plot disajikan pada Lampiran 2). Ajir dipasang

pada setiap tanaman sampel setinggi 20 cm dari permukaan tanah yang

ditancapkan disamping tanaman sampel.


12

5. Penanaman

Penanaman dilakukan secara tugal dengan kedalaman ±5 cm, dan setiap

lubang diisi dengan 2 benih jagung manis dan ditutup kembali dengan tanah.

Jarak tanam 75 cm x 25 cm, sehingga setiap plot terdapat sebanyak 16 tanaman

dan 3 tanaman dijadikan sebagai tanaman sampel.

6. Perlakuan pemupukan

Perlakuan kompos jerami jagung diberikan 1 minggu sebelum tanam

dengan takaran sesuai perlakuan yaitu : 0 ton/ha −1 setara dengan 0 kg/plot−1, 7,5

ton/ha−1 setara dengan 2,25 kg/plot−1, dan 15 ton/ha−1 setara dengan 4,5 kg/plot−1

dengan cara di aduk dengan tanah di plot.

Pemberian KCl dilakukan pada saat tanam dengan takaran sesuai

perlakuan yaitu ; taraf 0 kg/ha−1 setara dengan 0 g/plot−1, 50 kg/ha−1 setara dengan

15 g/plot−1, dan 100 kg/ha−1 setara dengan 30 g/plot−1. Pemberian pupuk dilakukan

dengan cara dicampurkan selapis tanah yang tipis dalam plot.

Pemupukan dasar yang digunakan sesuai dengan rekomendasi untuk

tanaman jagung yaitu Urea sebanyak 300 kg/ha−1. Pemberian Urea pada umur

tanaman 7 HST sebanyak 150 kg/ha −1 setara dengan 45 g/plot −1. SP36 diberikan

sebanyak 200 kg/ha−1 setara dengan 60 g/plot−1. Pupuk diberikan pada barisan

tanaman secara larikan dengan jarak 10 cm dari batang, Urea sebagai pupuk

susulan diberikan saat tanaman berumur 30 HST dengan dosis yang sama.
13

7. Pemeliharaan

a. Pengairan

Pengairan dilakukan dengan menyiram areal tanaman pada sore hari

kecuali hari hujan tidak dilakukan penyiraman. Penyiraman dilakukan hingga

tanah areal tanaman menjadi lembab.

b. Penjarangan

Penjarangan tanaman jagung dilakukan dengan mempertahankan 1

tanaman yang memiliki pertumbuhan yang sehat dan seragam dengan memotong

tanaman. Penjarangan dilakukan saat umur tanaman 14 hari setelah tanam.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan terhadap gulma yang tumbuh di areal pertanaman. .

Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dengan tangan. Agar

penyiangan tidak mengganggu perakaran tanaman maka dilakukan setelah

tanaman berumur 15 hari.

d. Pembumbunan

Pembumbunan adalah kegiatan menimbun bagian akar tanaman dengan

menaikkan tanah yang ada di sekitar plot percobaan hingga menutupi perakaran

tanaman. Pembumbunan dilakukan pada saat umur tanaman 2 minggu sampai 10

minggu setelah tanam dengan interval 3 minggu.

e. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit dilakukan secara preventif dengan cara

mencampurkan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaksil 35% seperti

Saromyl 35 SD dan Dimetomorf 60% seperti Demorf 60 WP. Fungisida ini


14

berperan untuk mencegah serangan cendawan Peronosclero spora, penyebab

penyakit bulai. Dosis dan cara pencampurannya sesuai dengan kemasan fungisida.

f. Panen

Jagung manis dipanen saat muda atau matang susu. Umur panen pada

kondisi tersebut adalah 64-82 HST, tergantung varietas dan ketinggian tempat.

Kriteria panen jagung manis yaitu daunnya sudah mulai menguning, kelobot

berwarna hijau kekuningan, dan rambut tongkol berwarna kecoklatan, tongkol

telah terisi penuh, dan bila biji ditekan akan mengeluarkan cairan putih. Cara

panen jagung yaitu dipuntir dengan tangan atau sabit dengan memotong tangkai

buah.

E. Pengamatan

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dengan menggunakan meteran dari ajir dengan

ketinggian 10 cm dari permukaan tanah, sampai ujung tanaman dengan cara

mengurut daun keatas. Pengukuran dimulai dari umur 2 minggu, dan dilanjutkan

dengan interval 1 minggu sampai tessel muncul.

2. Indeks Luas Daun (ILD)

Indeks luas daun dihitung mulai 4 minggu setelah tanam dengan inteval

waktu tiap dua minggu sekali sampai muncul bunga jantan, dihitung dengan

membagi luas daun tanaman per plot dibagi dengan luas plot atau luas daun

pertanaman dibagi dengan luas jarak tanam.

Total Luas Daun


ILD =
Jarak Tanam
15

Pengukuran terhadap luas daun dilakukan dengan menggunakan rumus

sebagai beikut : ÝT = K x (P x L) i dimana ÝT = total luas daun, K = Konstanta

(Tabel 1), P = Panjang daun ke i, L = Lebar daun ke i (daun paling atas

merupakan posisi pertama). Nilai konstanta yang digunakan pada tabel:

Tabel 1. Harga konstanta K dan jumlah serta posisi daun yang diukur

Jumlah Daun / Posisi ke i Harga K (Konstanta)

8/5 4.1844
9/5 5.0390
10 / 6 5.4416
11 / 7 6.3911
12 / 7 6.7134
13 / 8 6.7892
14 / 9 7.1199
15 / 9 7.7282
Sumber : Sutoro (1985)

3. Umur muncul bunga jantan

Pengamatan umur muncul bunga jantan dilakukan dengan menghitung

jumlah hari mulai saat tanam sampai muncul bunga jantan dan bunga betina

minimal 75% dari seluruh tanaman sampel. Kriteria bunga jantan adalah mulai

muncul tassel diantara daun pembungkusnya minimal 5 cm.

4. Umur muncul bunga betina

Pengamatan umur muncul bunga betina dihitung sejak tanam sampai

muncul bunga jantan dan bunga betina minimal 50% dari seluruh tanaman

disetiap petak percobaan dan 75% dari malai. Kriteria bunga betina adalah mulai

muncul rambut minimal sepanjang 5 cm dari kelobot yang membungkusnya.


16

5. Umur panen

Pengamatan umur panen pertama dilakukan setelah panen, tongkol yang

akan diukur telah dikupas klobotnya dengan mengukur dari pangkal tongkol

sampai ke ujung tongkol.

6. Panjang tongkol tanpa kelobot

Pengukuran panjang tongkol dilakukan setelah panen, tongkol yang

akan diukur telah dikupas klobotnya dengan mengukur dari pangkal tongkol

sampai ke ujung tongkol.

7. Bobot tongkol berkelobot

Pengamatan bobot tongkol berkelobot dihitung dengan cara menimbang

setiap tongkol berkelobot dari tanaman sampel dalam setiap petak percobaan,

dilakukan setelah tanaman jagung manis dipanen.

8. Bobot tongkol tanpa kelobot

Bobot tongkol tanpa kelobot dihitung dengan cara menimbang setiap

tongkol yang telah dikupas seluruh kelobotnya dan dibersihkan dari

rambutnya.

9. Diameter tongkol tanpa kelobot

Diameter tongkol diukur menggunakan jangka sorong pada pertengahan

tongkol, pengamatan dilakukan pada semua tanaman sampel setelah tanaman

jagung manis dipanen.

10. Produksi per plot dan produksi / ha

Produksi per plot dilakukan dengan cara menimbang semua tongkol

pada setiap plot. Tongkol yang ditimbang sebelumnya telah dikupas klobotnya,

Sedangkan produksi / ha dihitung dengan rumus :


17

luas1 ha x produksi / plot


Produksi / ha =
luas plot

11. Kadar Gula

Kadar gula buah pada setiap sampel tanaman diukur dengan hand

refractometer. Caranya yaitu, haluskan biji jagung, kemudian 1 tetes cairan

ekstrak biji diletakkan di lensa alat tersebut dan ditutup, tetapkan skala hingga

batas gelap dan terang pada alat hingga dapat dibaca, kadar gula ditunjukkan

dalam bentuk 5 brix.


DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T dan E. W. Yustina. 2002Meningkatkan Produksi Jagung


DilahanKering, Sawah dan PadangRumput. Penebar Swadaya. Jakarta.56
hal.
Afandie, R dan Nasih, W.Y. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
224 halaman.

Anonim, 2002. Sweet Corn Baby Corn. Penebar Swadaya. Jakarta.

Anonim, 2010. Pedoman Bertanam Jagung. Nuansa Aulia, Bandung. Tim Karya
Tani Mandiri.

Anonim. 2015. Teknologi Budidaya Tanaman Pangan Jagung Manis.


http://www.iptek.net.id. Diakses tanggal 8 Februari 2015.
Anonim. 2013. 1000 Tanaman Khasiat dan Manfaatnya .www.indonews.co.id.
Diakses tanggal 2 Desember 2015.
Anonim. 2016. “Petunjuk Teknis Gerakan Pengembangan Jagung Hibrida.”
Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian: 1.

Hadisuwito, sukamto. 2012. “Membuat Pupuk Cair”. PT. Ago Media Pustaka.
Jakarta.

Haitami, A. dan Wahyudi. 2019. Pemanfaatan Pupuk Kompos Jagung Manis


Dalam Meningkatkan Produksi Tanaman Jagung Pada Tanah Ultisol.
Jurnal Agronomi Tanaman Tropika Vol.1 No.2.

Hasibuan, B. E. 2006. Pupuk dan Pemupukan. USU Press. Medan.


Mariyono,U.Umiyasih,Y.Anggraeny dan M.Zulbardi. 2004. Pengaruh substitusi
konsentrat komersial dengan tumpi jagung terhadap performans sapi PO
bunting muda. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan
Veteriner. Bogor, 4 – 5 Agustus 2004. Puslitbang Peternakan, Bogor.
97 – 101.
Mulyani. dan sutedjo. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta: Rineka Cipta.

Murni, A.M. 2008. Teknologi Budidaya Jagung. Balai Besar Pengkajian dan
Pembangunan Pertanian. Bogor.
Nurdin, Maspeke P., Illahude Z., dan F. Zakaria.2009. Pertumbuhan dan Hasil
Jagung yang Dipupuk N, P, dan K pada Tanah Vertisol Isimu Utara
Kabupaten Gorontalo. Jurnal Tanah Trop. 14 (1): 49-56.
19

Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004. Sweet corn –Baby corn : Peluang Bisnis,
Pembudidayaan dan Penanganan Pasca Panen. Penebar Swadaya. Jakarta.
80 Hal.
Purwono, M. dan Hartono, R. 2007. Bertanam Jagung Manis. Penebar Swadaya.
Bogor. 68 hal

Roli I. 2013. Respon beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida
pada berbagai dosis pupuk kalium terhadap pertumbuhan dan hasil
beberapa varietas tanaman jagung (Zea mays L.) hibrida. Gorontalo.

Rukmana, R., dan H. Yudirachman. 2007. Jagung : Budidaya, Pascapanen, dan


Penganekaragaman Pangan. CV. Aneka Ilmu. Semarang.

Sarwono.2003. Klasifikasi tanah dan pedogenesis. Akademik pressindo, Jakarta.

Setyowati. 2003. Penurunan Penyakit Busuk dan Akar Pertumbuhan Gulma


Selada yang di Pupuk Mikroba. Jurnal Pertanian Indonesia.

Sirappa, M.P., Razak, N. 2010. Peningkatan produktivitas jagung melalui


pemberian pupuk N, P, K dan pupuk kandang pada lahan kering di
Maluku. Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010: 277-286.

Subekti, N.A.,. 2007. Morfologi Tanaman dan Fase Pertumbuhan Jagung dalam
Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian
Tanaman Serealia. Maros. Sumatera Utara, Medan, Hal: 175.

Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S. 2002. Bertanam Jagung. Jakarta : Penebar
Swadaya.

Sutoro. 1986. Metode Pendugaan Luas Daun Pada Tanaman Jagung Palawija I.
Seminar Tanaman Pangan. Bogor.

Syukur, M., A. Rifianto. 2013. Jagung Manis dan Solusi Permasalahan Budidaya.
Jakarta. Penebar Swadaya. 123.
20

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Percobaan

Tahun 2020/2021
N November Desember Januari Februari Maret
Kegiatan
O
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembuatan
1 kompos jerami
jagung
Persiapan
2
Lahan
Pembuatan
3
Plot
Pemasangan
4
label/ajir
Pemberian
5
kompos
6 Penanaman
Pemberian
7
dosis KCl
8 Pemeliharaan

9 Pengamatan

10 Panen
Analisis Data
11
dan Penulisan

Lampiran 2. Deskripsi Jagung Manis


21

Deskripsi Jagung Manis Varietas paragon


Asal : Dalam negeri
Silsilah : JMP 07 F x JMP 07 M
Golongan varietas : Hibrida silang tunggal
Tinggi tanaman : 185,0 – 215,7 cm
Bentuk penampang batang : Bulat
Diameter batang : 2,16 – 2,17 cm
Warna batang : Hijau (Green Group RHS 143 A)
Bentuk daun : Panjang agak melengkung
Ukuran daun : Panjang 87,7 – 88,2 cm,
Lebar 9,11 – 9,19 cm
Warna daun : Hijau tua
Bentuk malai (tassel) : Tegak bersusun
Warna malai (anther) : Hijau (Green Group RHS 143 B)
Warna rambut : Hijau kekuningan
Umur berbunga : 53 – 55 hari setelah tanam
Umur panen : 67 – 67 hari setelah tanam
Bentuk tongkol : Silindris ujung tumpul
Ukuran tongkol : Panjang 16,18 – 20,17 cm.
Diameter 5,09 – 5,23 cm
Warna tongkol : Hijau (Green Group RHS 143 A)
Bentuk biji : Seperti gigi
Warna biji : Kuning muda (Yellow Group RHS 13 C)
Baris biji : Lurus rapat
UKuran biji : Panjang 14,08 mm, Lebar 11,24 – 11,27
mm
Rasa biji : Manis
Kadar gula : 11,47 – 11,77 obrix
Jumlah baris biji : 14 – 16
Berat 1.000 biji : 129,20 – 131,30 gram
22

Berat per tongkol : 371,31 – 431,49 gram


Jumlah tongkol per tanaman :1
Berat tongkol per tanaman : 294,17 – 433,81 gram
Daya simpan pada suhu ruang : 3 hari setelah panen
Hasil tongkol per hektar : 19,61 – 28,77 ton
Populasi per hektar : 66.666 tanaman
Kebutuhan benih per hektar : 9,474 – 9,628 kg
Penciri utama : Terdapat daun tongkol,warna rambut hijau
kekuningan, warna kelobot hijau agak tua
Keunggulan varietas : Hasil tinggi, diameter tongkol besar,
ukuran biji besar
Wilayah adaptasi : Sesuai di dataran rendah
Pemohon : PT. Agri Makmur Pertiwi
Pemulia : Moedjiono
Peneliti : Puji Winarko, Galob Darmawan, Dwianto
Nugroho.

Lampiran 3. Analisis Statistik


23

Hasil penelitian akan dianalisis dengan motode percobaan factorial dengan

Rancangan Acak Lengkap (RAL), apabila f hitung besar dari f tabel 5%, maka

dilanjutkan Duncan’s Multiple Range Test (DRMT) dengan taraf 5%.

A. Tabel dasar

Tabel dasar menurut Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

Faktor perlakuan Ulangan


Kompos Jumlah Rata- rata
Pupuk
jerami I II II
KCl
jagung
P0 K0 P0K0 1 P0K0 2 P0K0 3    
K1 P0K1 1 P0K1 2 P0K1 3    
K2 P0K2 1 P0K2 2 P0K2 3    
Sub total
P1 K0 P1K0 1 P1K0 2 P1K0 3    
K1 P1K1 1 P1K1 2 P1K1 3    
  K2 P1K2 1 P1K2 2 P1K2 3    
Sub total
P2 K0 P2K0 1 P2K0 2 P2K0 3    
  K1 P2K1 1 P2K1 2 P2K1 3    
  K2 P2K2 1 P2K2 2 P2K2 3    
Sub total

Keterangan :

P0 = Kompos Jerami Jagung 0 ton/ ha−1


P1 = Kompos Jerami Jagung 7,5 ton/ ha−1
P2 = Kompos Jerami Jagung 15 ton/ ha−1
K0 = Pupuk KCl 0 kg/ha−1
K1 = Pupuk KCl 50 kg/ha−1
K2 = Pupuk KCl 100 kg/ ha−1
1, 2, 3 = Ulangan
B. Prosedur Analisis
24

1. Faktor koreksi(fk) =

2. Jumlah Kuadrat Total ( JKT ) = ƩYijk2-fk

3. Jumlah Kuadrat Faktor T ( JKFT ) = . ƩYi..2-FK

4. Jumlah Kuadrat Galat( JKG ) = JKT-JKTF

5. KTP =

6. Fhitung=

Kemungkinan akan diperoleh :

1. Jika F hitung ˃ F tabel 5 % = berbeda nyata

2. Jika F hitung ˃ F tabel 1% = berbeda sangat nyata

3. Jika F hitung< F tabel 5% = berbeda tidak nyata

Koefsien Keragaman (KK) dapat dicari dengan rumus: KK = x 100%

C. Tabel Sidik Ragam

Sumber Db JK KT F. HITUNG F. TABEL


Keragaman
Faktor A (a – 1) JKA JKA/DbA KTA/KTG 5% 1%

Faktor B (b – 1) JKB JKB/DbB KTB/KTG

Int. (AB) (a-1)(b-1) JKAB JKAB/DbAB KTAB/KTG

Galat a.b (r-1) JKG JKS /(DbS)


Total (abr) – 1 JKT

D. Uji lanjut DMRT pada taraf nyata 5%


25

1. Menghitung Simpanan Baku Dengan Rumus Sx =

2. Hitung beda nyata LSSRp dengan menggunakan tableL SSRp untuk perlakuan

1,2,3,4 pada tabel 5%

Perlakuan Rata-rata perlakuan


P0K0
P0K1
P0K2
P1K0
P1K1
P1K2
P2K0
P2K1
P2K2

3. Susun rata-rata perlakuan dari yang terbesar sampai yang terkecil

4. Hitung selisih nilai rata - rata perlakuan, kemudian bandingkan dengan nilai

LSSRp 5%. Bila selisih nilai rata-rata besar dari nilai LSSRp berarti berbeda

nyata dan apabila nilai rata- rata perlakuan kecil dari LSSRp 5% Berarti

perlakuan tersebut berbeda tidak nyata.

Selisih rata-rata
Nilai LSSRp 5% Kesimpulan
perlakuan

E. Tabel Kesimpulan

Perlakuan Rata – rata *)

KK =............(%)
*) Angka selajur sama diikuti huruf kecil yang sama adalah berbeda tidak nyata
menurut DMRT pada taraf 5%.
26

F. Tabel 2 arah

Pupuk KCL
Kompos jerami jagung Jumlah
K0 K1 K2
P0 P0K0 P0K1 P0K2

P1 P1K0 P1K1 P1K2


P2 P2K0 P2K1 P2K2
Jumlah
27

Lampiran 4. Denah plot percobaan di lapangan yang disusun menurut

Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

P1K2 P2K0 P0K0


3 2 3

P2K2 P2K2 P1K1 U


3 2 1

P2K0 P0K2 P2K0


3 2 1

P0K1 P1K2 P2K1


1 2 1

P1K1 P1K0 P0K0


2 1 2

P2K1 P1K1 P1K2


3 3 1

P0K1 P0K0 P0K2


2 1 3
S

P2K1 P1K0 P0K1


2 3 3

P2K2 P1K0 P1K2


1 2 1

Keterangan :

P0 = Kompos Jerami Jagung 0 kg/ plot−1


P1 = Kompos Jerami Jagung 7,5 kg/ plot−1
P2 = Kompos Jerami Jagung 15 kg/ plot−1
K0 = Pupuk KCl 0 g/ plot−1
K1 = Pupuk KCl 50 g/ plot−1
K2 = Pupuk KCl 100 g/ plot−1
1, 2, 3 = Ulangan
28

Lampiran 5. Denah tanaman dalam 1 (satu) plot percobaan

300 cm

12,5 cm

75 cm

X X X X 37,5 cm U
25 cm

X X X X
100 cm
CMCC
X X X X

X X X X S

Keterangan
X : Tanaman
X : Tanaman sampel

75 cm : Jarak tanam dalam baris


25 cm : Jarak tanam antar baris
300 cm : Panjang plot
100 cm : Lebar plot

Anda mungkin juga menyukai