Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH GREEN TEA DUST SEBAGAI PAKAN ADITIF

TERHADAP PERFORMA DAN KECERNAAN NUTRIEN


DOMBA LOKAL BETINA YANG DIINFEKSI NEMATODA
STRONGYLUS

Oleh:
ALDYANSAH PUTRA
UTAMA
200120200502

USULAN PENELITIAN

Sebagai syarat melaksanakan penelitian Tesis


Guna memperoleh gelar Magister Peternakan
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Konsentrasi Produksi Ternak

PROGRAM MAGISTER ILMU PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2022

i
LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH GREEN TEA DUST SEBAGAI PAKAN ADITIF


TERHADAP PERFORMA DAN KECERNAAN NUTRIEN
DOMBA LOKAL BETINA YANG DIINFEKSI NEMATODA
STRONGYLUS

Oleh
ALDYANSAH PUTRA
UTAMA
200120200502

USULAN PENELITIAN

Sebagai syarat melaksanakan penelitian Tesis


Guna memperoleh gelar Magister
Peternakan
Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas
Padjadjaran Telah disetujui oleh Tim Pembimbing pada tanggal
Seperti yang tertera dibawah

ini Sumedang, Juni 2022

Ir. Diky Ramdani, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D.,


IPM Pembimbing Utama

Novi Mayasari, S.Pt., M.Sc., Ph.D


Pembimbing Anggota

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Allah SWT. yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan usulan
penelitian dengan judul “Pengaruh Green Tea Dust sebagai Pakan Aditif terhadap
Performa dan Kecernaan Nutrien Domba Lokal Betina yang Diinfeksi Nematoda
Strongylus”.
Dalam penyusunan Usulan Penelitian ini penulis memperoleh banyak dukungan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :

1. Ir. Diky Ramdani, S.Pt., M.Anim.St., Ph.D. IPM, selaku dosen pembimbing
utama dan Novi Mayasari, S.Pt., M.Sc., Ph.D selaku dosen pembimbing
anggota yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan
masukan hingga tersusunnya Usulan Penelitian ini.
2. Pembahas yang akan memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan
usulan penelitian.
3. Dr. Agr. Ir. Asep Anang, M.Phil., IPU selaku Ketua Program Studi Magister
Ilmu Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.
4. Dr. Agr. Ir. Siti Darodjah Rasad, MS selaku Kepala Departemen Produksi
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
5. Ayahanda Rosa Utama dan Ibunda Yayan Srihernayanti, serta adik-adik tercinta
untuk semua dukungan moral dan materil yang telah diberikan.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala senantiasa melimpahkan karunia-Nya dan
membalas semua kebaikan dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam
penyusunan Usulan Penelitian ini. Penulis berharap Usulan Penelitian ini diharapkan

iii
dapat menjadi pedoman dalam pelaksanaan penelitian dan memberikan manfaat bagi
penulis dan pihak lain sebagai sumbangan informasi, dan pemikiran dalam dunia
pendidikan subsektor peternakan, amin.

Sumedang, Juni 2022

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Bab Halaman

LEMBAR SAMPUL ............................................................................... I

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................... Ii

KATA PENGANTAR............................................................................. Iii

DAFTAR ISI............................................................................................ V

DAFTAR TABEL ................................................................................... Vii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... Viii

I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ................................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................... 4

1.4 Kegunaan Penelitian ............................................................................... 4

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 4

II KAJIAN KEPUSTAKAAN, KERANGKA PEMIKIRAN


DAN HIPOTESIS ................................................................................... 5

2.1 Kajian Pustaka ........................................................................................ 5


2.1.1 Domba Lokal ............................................................................ 5
2.1.2 Green Tea dan Green Tea Dust................................................ 5
2.1.3 Jerami Padi ............................................................................... 6
2.1.4 Konsumsi Pakan ....................................................................... 8
2.1.5 Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik.......................... 8
2.1.6 Pertambahan Bobot Badan ....................................................... 10
V
2.2 Kerangka Pemikiran................................................................................ 11

2.3 Hipotesis ................................................................................................. 14

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN.............................................. 15

3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian............................................................... 15


3.1.1 Bahan Penelitian....................................................................... 15
3.1.2 Alat-Alat Penelitian .................................................................. 16

3.2 Metode Penelitian ................................................................................... 17


3.2.1 Prosedur Penelitian ................................................................... 17
3.2.2 Peubah yang Diamati................................................................ 20
3.2.3 Rancangan Percobaan............................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 23

LAMPIRAN.................................................................................................... 29

vi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Kandungan Nutrien Jerami Padi Tanpa Fermentasi, Konsentrat dan


Serbuk Teh Hijau ...................................................................................... 16

2 Analisis Ragam ......................................................................................... 21

vii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Data Bobot Badan Awal Penelitian dan Perhitungan Koefisien


Keragamannya (CV). .............................................................................. 29

2 Rencana Jadwal Penelitian...................................................................... 31

3 Ilustrasi Tahapan Pembuatasn Fermentasi Jerami Padi .......................... 32

4 Justifikasi Anggaran Riset ...................................................................... 32

viii
I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan protein hewani terus meningkat seiring dengan bertambahnya


populasi penduduk yang diikuti dengan semakin meningkatnya teknologi,
pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan protein hewani.
Domba merupakan salah satu ternak pilihan untuk pemenuhan sumber protein
hewani masyarakat. Populasi domba meningkat setiap tahunnya dari 17.611.392
ekor pada tahun 2018 menjadi 17.833.732 ekor pada tahun 2019 (BPS, 2020).
Populasi yang terus meningkat ini perlu diikuti dengan upaya peningkatan
produktivitas domba, salah satu caranya yaitu dengan cara meningkatkan kualitas
pakan yang diberikan.
Peternak masih memelihara domba dengan cara tradisional dimana pakan
yang diberikan hanya rumput yang ada di sekitar rumah mereka. Domba yang hanya
diberi pakan rumput saja, pertumbuhan dan perkembangannya akan lambat
dibandingkan dengan domba yang diberikan pakan tambahan berupa konsentrat.
Rumput yang didapat peternak tidak mencukupi, mengingat Indonesia beriklim
tropis dan pada saat musim kemarau rumput akan sulit dan bahkan tidak tersedia.
Jerami padi memiliki potensi cukup baik digunakan sebagai pakan alternatif
pengganti hijauan untuk ruminansia karena ketersediaanya cukup melimpah dan
relatif terjangkau oleh peternak.
Jerami padi sebagai salah satu bahan pakan ternak memiliki kandungan serat
kasar tinggi, sedangkan kandungan protein dan kecernaannya rendah. Penggunaan
jerami secara langsung atau sebagai pakan tunggal tidak dapat memenuhi pasokan

1
2

nutrien yang dibutuhkan ternak (Setiarto, 2013). Kualitas jerami padi dapat
ditingkatkan dengan teknologi fermentasi dengan bantuan probiotik. Probiotik
Efektif Mikroorganisme 4 (EM4) mengandung bakteri menguntungkan seperti
bakteri fotosintetik (Rhodopseudomonas sp.), Lactobacillus sp, Actinomycetes sp,
ragi/yeast (Saccharmyces cerevisiae) dan Aspergillus sp. Mikroba dapat
menghasilkan enzim selulase yang dapat membantu proses penguraian bahan
organik (Siti dkk., 2017).
Hambatan pengembangan usaha peternakan salah satunya yaitu pakan dan
persoalan penyakit yang merupakan faktor berpengaruh langsung terhadap
kehidupan ternak. Penyakit ternak (hewan) adalah gangguan kesehatan pada hewan
ternak yang disebabkan oleh cacat genetik, proses degeneratif, gangguan
metabolisme, trauma, keracunan, infestasi parasit, prion, dan infeksi mikroorganisme
patogen (Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2014). Infeksi parasit merupakan salah
satu penyebab terbesar penyakit dan turunnya produktivitas, sehingga mutlak perlu
dilakukan pengendalian (Purwaningsih dkk., 2017). Penyakit cacingan merupakan
salah satu penyakit yang sering terjadi pada domba dan menurunkan produktivitas
ternak. Pengobatan penyakit cacingan pada domba biasanya menggunakan obat
cacing komersil atau dengan antelmintik alami. Obat cacing yang biasa dipakai
peternak dari pabrikan memberi residu pada manusia dan apabila pemberiannya
secara terus menerus, maka akan menyebabkan resistensi.
Pakan aditif perlu ditambahkan untuk memenuhi kebutuhan nutrien dalam
pakan ternak. Tanaman fitofarmaka lokal seperti daun teh dapat dijadikan pakan
aditif untuk meningkatkan produktivitas dan vitalitas domba lokal (Ramdani dkk.,
2016). Ramdani dkk., (2013) menyimpulkan bahwa teh hijau dan teh hitam
mengandung protein, serat, mineral, dan zat bioaktif yang cukup tinggi, terutama
tanin dan saponin.
3

Tanin dapat menurunkan tingkat solubilitas dan degradabilitas protein pakan di


dalam rumen ternak karena kemampuannya mengikat (melindungi) protein dari
degradasi mikroba rumen (Ramdani dkk., 2016). Konsekuensinya, produksi
ammonia (NH3) dalam rumen akan menurun tetapi ketersediaan suplai by-pass
protein yang akan diserap usus halus akan meningkat. Kecernaan yang tinggi pada
konsumsi ransum akan meningkatkan pertambahan bobot badan domba.
Green tea dust sangat berpotensi digunakan sebagai pakan aditif karena
kandungan nutrien dan zat bioaktifnya cukup tinggi, terutama tanin dan saponin.
Tanin Hasil penelitian Julaeha dkk., (2021) melaporkan bahwa daun Jarak Cina
mengandung 98% BK, 26,4% PK, 71,3% TDN, 36,5% total fenol dan 13,2% total
tanin. Pemberian daun Jarak Cina sebanyak 0,5% dalam konsentrat pada domba lokal
betina yang diinfeksi cacing, dapat meningkatkan pertambahan bobot badan dan
menurunkan jumlah telur cacing. Mekanisme kerja senyawa tanin adalah berikatan
dengan reseptor pada daerah kutikula secara agonis, sehingga fleksibilitas dan asupan
oksigen dari cacing tersebut terganggu yang menyebabkan aktivitasnya lebih lambat
dan cacing mengalami paralisis sebelum terjadinya kematian (Wirawan dkk., 2021).
Berdasarkan paparan tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai “Pengaruh Green Tea Dust sebagai Pakan Aditif terhadap Performa dan
Kecernaan Nutrien Domba Lokal Betina yang Diinfeksi nematoda Strongylus”

1.2 Identifikasi Masalah

(1) Adakah pengaruh pemberian green tea dust sebagai pakan aditif terhadap
konsumsi pakan, Pertambahan Bobot Badan Harian, Kecernaan Bahan
Kering dan Kecernaan Bahan Organik pada domba lokal betina yang
diinfeksi nematoda strongylus.
4

(2) Pada level berapa pengaruh pemberian green tea dust terbaik sebagai
pakan aditif terhadap konsumsi pakan, Pertambahan Bobot Badan Harian,
Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik pada domba lokal
betina yang diinfeksi nematoda strongylus.

1.3 Tujuan Penelitian

(1) Mengkaji pengaruh pemberian green tea dust sebagai pakan aditif terhadap
konsumsi pakan, Pertambahan Bobot Badan Harian, Kecernaan Bahan
Kering dan Kecernaan Bahan Organik pada domba lokal betina yang
diinfeksi nematoda strongylus.
(2) Mengkaji pada level berapa pengaruh pemberian green tea dust terbaik
sebagai pakan aditif terhadap konsumsi pakan, Pertambahan Bobot Badan
Harian, Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan Organik pada
domba lokal betina yang diinfeksi nematoda strongylus.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada


peternak domba lokal mengenai pengaruh pemberian green tea dust sebagai pakan
aditif terhadap konsumsi pakan, Pertambahan Bobot Badan Harian, Kecernaan Bahan
Kering dan Kecernaan Bahan Organik pada domba lokal betina yang diinfeksi
nematoda strongylus.

1.5 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Agustus 2021 – Juli 2022. Perlakuan


pemeliharaan dilakukan pada Agustus 2021 – Desember 2021 di peternakan domba
dan Laboratorium Kesehatan Hewan Jurusan Peternakan, Politeknik Pembangunan
Pertanian Bogor. Analisis sampel feses telah dilakukan pada Januari 2022 – Juli 2022
di Laboratorium Nutrisi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran.
II

KAJIAN KEPUSTAKAAN, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Domba Lokal

Domba lokal adalah ternak hasil persilangan atau introduksi dari luar
yang telah dikembangbiakan di Indonesia sampai generasi ke-5 atau lebih yang
beradaptasi pada lingkungan dan atau manajemen setempat (Kementrian
Pertanian, 2006). Domba Priangan menjadi salah satu domba lokal yang banyak
dipelihara di Indonesia. Domba ini sudah ditetapkan sebagai rumpun ternak
lokal Indonesia berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor
300/Kpts/SR.120/5/2017 tentang penetepan rumpun Domba Priangan.
Ciri khas dari Domba Priangan adalah memiliki kombinasi antara bentuk
kuping yang rubak (panjang lebih dari 8 sentimeter) dengan ekor ngabuntut
beurit atau ngabuntut bagong (Heriyadi, 2011). Rataan bobot badan Domba
Priangan betina umur 6 – 12 bulan adalah sebesar 19,1 ± 2,52 kilogram, untuk
umur lebih dari 12 – 24 bulan adalah sebesar 23,5 ± 3,6 kilogram, sedangkan
untuk umur lebih dari 24 – 48 bulan adalah sebesar 25,5 ± 4,1 kilogram
(Kementerian Pertanian, 2017).
2.1.2 Green Tea dan Green Tea Dust

Teh hijau mengandung senyawa flavonoid, flavanol dan asam fenolat


yang memiliki manfaat yang baik seperti antioksidan dan anti stress oksidatif
(Yan dkk., 2020). Senyawa yang paling penting dari teh hijau yaitu adanya
katekin yang merupakan antioksidan alami cukup tinggi yang memiliki peranan
penting

5
6

dalam mekanisme aktivitas antioksidan pada teh hijau. Kandungan katekin pada
daun teh berkisar antara 20 – 30% bahan kering (Anjarsari, 2016). Tepung daun
teh hijau dapat ditambahkan ke dalam ransum guna meningkatkan kualitas
ransum. Ramdani dkk., (2013) melaporkan bahwa teh hijau mengandung
protein, serat, mineral dan plant secondary metabolites semisal tanin yang
cukup tinggi dan bermanfaat bagi ternak ruminansia. Diantara fungsi tanin pada
ruminansia adalah dapat menurunkan tingkat solubilitas dan degradabilitas
protein pakan di dalam rumen karena kemampuannya mengikat (melindungi)
protein dari degradasi mikroba rumen (Tanuwiria dkk., 2019). Tanin dalam
pakan dapat meningkatkan kesehatan ternak melalui kemampuan tanin sebagai
anti-oksidan dalam mencegah bloat dan mengurangi endoparasit cacing
(Ishihara dkk., 2001 dan Mueller-Harvey, 2006).
Kandungan polifenol pada daun teh hijau lebih tinggi dibanding teh
hitam. Persentase kandungan polifenol pada daun teh hijau sebanyak 30-40 %,
sedangkan persentase kandungan polifenol pada daun teh hitam sebanyak 3-10
% (Zowail dkk., 2009). Pemberian serbuk teh hijau sebanyak 1,5% dalam
konsentrat dengan jerami padi kering sebagai sumber seratnya dapat
meningkatkan pertumbuhan bobot badan tanpa mempunyai efek yang
merugikan terhadap konsumsi pakan dan kecernaan nutrien pada domba lokal
fase penggemukan (Ramdani dkk., 2020).
2.1.3 Jerami Padi
Jerami padi adalah hasil sampingan dari tanaman padi yang dapat
digunakan untuk memenuhi kekurangan hijauan pakan ternak. Produksi jerami
padi di Indonesia mencapai 12-15 ton/ha/panen atau 4-5 ton bahan kering
7

tergantung pada lokasi dan varietas yang digunakan (Yunilas, 2009). Jerami
padi dicirikan dengan rendahnya kandungan protein, mineral dan energi.
Sebagai akibatnya, mempunyai nilai gizi yang rendah untuk pakan ternak
ruminansia (Martawidjaja, 2003). Kandungan protein jerami padi bervariasi
antara 3-5% (Sitorus, 1989). Kandungan phospor dan kalsium yang tersedia
dari jerami padi juga rendah. Selain kandungan protein rendah, jerami padi
juga mempunyai nilai KcBK (34 – 52%) dan KcBO (42 – 59%) yang rendah
(Winugroho dkk., 1983). Rendahnya kecernaan menyebabkan rendahnya
kemampuan konsumsi bahan kering, yaitu hanya 2% dari bobot badan (Utomo
dkk., 1998).
Kualitas jerami padi dapat ditingkatkan dengan teknologi fermentasi
dengan bantuan probiotik. Mikroba di dalam probiotik terdiri dari bakteri
lactobacillus, Rhodopseudomonas sp., kapang dan khamir dapat menghasilkan
enzim selulase yang dapat membantu proses penguraian bahan organik (Siti
dkk., 2017). Hasil penelitian Amin dkk., (2015) menunjukkan bahwa fermentasi
jerami padi yang difermentasi dengan probiotik Bacillus sp. selama 30 jam
mampu meningkatkan kadar PK (9,31%), KcBK (38,40%), dan KcBO
(42,93%), serta menurunkan neutral detergent fiber (NDF, 73,45%), acid
detergent fiber (ADF, 55,45%), selulosa (13,81%), hemiselulosa (18,00%) dan
lignin (16,77%). Perlakuan fermentasi jerami padi menggunakan probion,
jerami padi fermentasi 60% + 40% Konsentrat memberikan respon yang bagus
terhadap pertambahan bobot badan domba lokal jantan dapat mencapai 127,11
g/ekor/hari (Suryani, 2016).
8

2.1.4 Konsumsi Pakan

Hewan pada umumnya mempunyai sifat seleksi terhadap bahan pakan


yang tersedia. Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal
dan mendekati pakan, proses memilih pakan dan proses mengonsumsi pakan
(Kusumorini, 2014). Jumlah konsumsi pakan yang tinggi menunjukkan tingkat
palatabilitas pakan yang baik, sebaliknya jika jumlah konsumsi pakan rendah
maka tingkat palatabilitas pakan tidak baik (Pamungkas, 2013). Menurut
Parakkasi (1990), faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi pakan antara lain
kandungan nutrien, palatabilitas, suhu, umur, bobot badan dan kapasitas
lambung. Palatabilitas pakan ditentukan oleh bentuk, ukuran, rasa, bau, aroma
dan warna yang merupakan faktor fisik dan kimia pakan.
2.1.5 Kecernaan Bahan Kering dan Bahan Organik

Kecernaan dapat diartikan banyaknya atau jumlah proporsional zat-zat


makanan yang ditahan atau diserap oleh tubuh (Tillman dkk., 1998). Kecernaan
juga merupakan persentasi nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan yang
hasilnya akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrien yang
dimakan dan jumlah nutrien yang dikeluarkan dalam feses (Anggorodi, 2005).
Jadi jumlah nutrien dalam bahan pakan yang dapat dimanfaatkan oleh ternak
dapat diketahui dari nilai kecernaan. Tinggi dan rendahnya nilai persentase
kecernaan bahan pakan memiliki arti seberapa besar bahan pakan itu
mengandung zat-zat makanan dalam bentuk yang dapat dicerna di saluran
pencernaan. Kecernaan pakan erat dipengaruhi komposisi kimia bahan pakan,
komposisi pakan, penyediaan pakan, faktor ternak, dan jumlah masukan pakan
(Schneider dan Flat, 1975).
9

Besarnya jumlah zat makanan yang dicerna oleh ternak dapat dilakukan
dengan mengukur kecernaan bahan kering (KcBK) dan kecernaan bahan
organik (KcBO). Kecernaan bahan kering diukur untuk mengetahui jumlah zat
makanan yang diserap tubuh berdasarkan jumlah bahan kering dalam ransum
maupun dalam feses. Nilai kecernaan bahan kering ini diperoleh dari selisih
jumlah bahan kering yang dikonsumsi dan jumlah bahan kering yang
diekskresikan (Ranjhan, 1980).
Bahan kering terdiri atas bahan organik yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, serta bahan anorganik yaitu mineral. Kandungan bahan kering dalam
suatu bahan pakan mempengaruhi nilai gizi. Semakin tinggi kandungan bahan
keringnya, maka nilai gizi bahan pakan tersebut semakin baik (Tillman dkk.,
1998). Faktor-faktor yang memengaruhi kecernaan suatu pakan adalah laju
perjalanan melalui alat pencernaan, bentuk fisik pakan, dan komposisi ransum
(Anggorodi, 2005). Pengukuran nilai kecernaan pada dasarnya adalah suatu
usaha untuk menentukan jumlah zat yang dapat diserap oleh saluran
pencernaan, dengan mengukur jumlah pakan yang dikonsumsi dan jumlah
pakan yang dikeluarkan melalui feses (Boangmanalu, 2016). Bahan kering
terdiri dari bahan organik yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta
bahan anorganik yaitu mineral. Bahan kering yang sudah dikurangi abu
merupakan bahan organik.
KcBO dalam saluran pencernaan ternak meliputi kecernaan zat-zat
makanan berupa komponen bahan organik seperti karbohidrat, protein, lemak,
dan vitamin (Tillman dkk., 1998). KcBO berhubungan dengan KcBK. Bahan
pakan yang mempunyai kandungan nutrien yang sama memungkinkan KcBO
mengikuti KcBK, walaupun terkadang sering juga terjadi perbedaan.
10

Peningkatan KcBK sejalan dengan meningkatnya KcBO, karena sebagian dari


bahan kering terdiri dari bahan organik dan faktor-faktor yang memengaruhi
tingkat KcBK akan ikut memengaruhi tingkat KcBO (Syaro dkk., 2005).
2.1.6 Pertambahan Bobot Badan

Pertambahan bobot badan merupakan cermin kualitas pakan yang


diberikan, semakin tinggi bahan kering yang dikonsumsi oleh domba, maka
akan semakin tinggi pula pertambahan bobot badannya. (Wulandari dkk.,
2014). Konsumsi ransum dapat dipengaruhi oleh kandungan lemak dan energi
ransum serta palatabilitas ransum yang berpengaruh terhadap pertambahan
bobot badan (Sudarman dkk., 2008).
Pertumbuhan ternak pada awalnya lambat dari umur 2,5 bulan, kemudian
berubah menjadi lebih cepat sampai umur 3 - 4 bulan dan akan kembali
melambat saat ternak mendekati kedewasaannya. Kurva pertumbuhan
merupakan cerminan kemampuan suatu individu ternak untuk menampilkan
potensi genetik dan sebagai ukuran, akan berkembangnya bagian-bagian tubuh
sampai ukuran tubuh maksimal (dewasa). Umur 2,5 bulan sampai dengan masa
pubertas (6 - 8 bulan) pertumbuhan domba akan berjalan maksimal dan terjadi
perlambatan pertumbuhan, sehingga kurva akan kembali menjadi landai pada
umur 40 - 70 minggu atau diatas 10 bulan (Rusdiana dkk., 2020).
11

2.2 Kerangka Pemikiran

Domba Lokal merupakan ternak pedaging yang mudah beradaptasi, sehingga


banyak masyarakat yang memilih domba lokal untuk dikembangkan. Rumpun domba
lokal yang banyak dipelihara di masyarakat adalah Domba Priangan. Domba ini
mempunyai posisi strategis di masyarakat, karena mempunyai fungsi sosial,
ekonomis, dan budaya serta mempunyai gen yang khas untuk dipelihara. Domba
Priangan menjadi pilihan dengan harga yang relatif lebih murah dengan rataan bobot
badan Domba Priangan betina umur 6 – 12 bulan adalah sebesar 19,1 ± 2,52
kilogram, untuk umur lebih dari 12 – 24 bulan adalah sebesar 23,5 ± 3,6 kilogram,
sedangkan untuk umur lebih dari 24 – 48 bulan adalah sebesar 25,5 ± 4,1 kilogram
(Kementerian Pertanian, 2017).
Usaha ternak domba di Indonesia kebanyakan hanya sebagai sampingan,
sehingga tidak jarang ditemukan pakan, kandang, dan perawatan yang diberikan
seadanya. Hal ini yang membuat perkembangan peternakan di Indonesia tidak pesat
seperti negara luar, manajemen yang buruk juga bisa menjadi penyebab munculnya
penyakit yang mengganggu produktivitas domba, penyakit cacingan pada domba
menjadi salah satu faktornya. Permasalahan cacingan merupakan yang sering terjadi,
karena kondisi di negara Indonesia yang beriklim tropis dan berhubungan dengan
kelembaban serta kondisi sanitasi yang buruk (Widiarso, 2020). Pemeliharaan domba
secara tradisional dan budaya menggembalakan domba di masyarakat, menjadi faktor
lain yang membuat domba lebih rentan terkena cacingan. Domba yang terinfeksi
cacing akan terjadi gejala klinis seperti: diare, dehidrasi, dan terjadi akumulasi cairan
pada jaringan sub mandibular (bottle jaw). Infeksi cacing ini juga dapat menyebabkan
tingkat pertumbuhan domba yang lebih rendah, mengurangi kinerja reproduksi yang
terlihat nyata, memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap paparan
penyakit dan menyebabkan kematian (Browning, 2006 ).
12

Jerami padi yang keberadaannya melimpah belum banyak dimanfaatkan


peternak untuk pakan domba, dikarenakan pakan jerami padi memiliki kualitas yang
kurang baik untuk ternak. Jerami padi dicirikan dengan rendahnya kandungan protein,
mineral dan energi. Sebagai akibatnya, jerami padi mempunyai nilai gizi yang rendah
untuk pakan ternak ruminansia (Martawidjaja, 2003). Nilai KcBK jerami padi hanya
mencapai 35-37% dan kandungan protein kasarnya hanya sekitar 3-4% (Antonius,
2009). Bahan kering adalah suatu bahan pakan yang dipanaskan dalam oven pada
temperatur 105°C dengan pemanasan yang terus menerus sampai berat bahan pakan
tersebut konstan. Bahan kering terdiri atas bahan organik yaitu karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, serta bahan anorganik yaitu mineral.
Kecernaan dapat diartikan banyaknya atau jumlah proporsional zat-zat makanan
yang ditahan atau diserap oleh tubuh (Tillman dkk., 1998). Kecernaan juga
merupakan persentasi nutrien yang diserap dalam saluran pencernaan yang hasilnya
akan diketahui dengan melihat selisih antara jumlah nutrien yang dimakan dan jumlah
nutrien yang dikeluarkan dalam feses (Anggorodi, 2005). Faktor-faktor yang
memengaruhi kecernaan suatu pakan adalah laju perjalanan melalui alat pencernaan,
bentuk fisik pakan, dan komposisi ransum (Anggorodi, 2005). Besarnya jumlah zat
makanan yang dicerna oleh ternak dapat dilakukan dengan mengukur KcBK dan
KcBO. Konsumsi pakan dipengaruhi oleh bobot badan, individu hewan, jenis pakan,
dan faktor lingkungan. Hewan pada umumnya mempunyai sifat seleksi terhadap
bahan pakan yang tersedia.
13

Aktivitas konsumsi meliputi proses mencari makan, mengenal dan mendekati


pakan, proses memilih pakan dan proses mengkonsumsi pakan (Kusumorini, 2014).
Jumlah konsumsi pakan yang tinggi menunjukkan tingkat palatabilitas pakan yang
baik, sebaliknya jika jumlah konsumsi pakan rendah maka tingkat palatabilitas pakan
tidak baik (Pamungkas, 2013). Menurut Parakkasi (1990), faktor-faktor yang
mempengaruhi konsumsi pakan antara lain kandungan nutrien, palatabilitas, suhu,
umur, bobot badan dan kapasitas lambung. Palatabilitas pakan ditentukan oleh
bentuk, ukuran, rasa, bau, aroma dan warna yang merupakan faktor fisik dan kimia
pakan. Pertambahan berat badan merupakan cermin kualitas pakan yang diberikan,
semakin tinggi bahan kering yang dikonsumsi oleh domba, maka akan semakin tinggi
pula pertambahan bobot badannya (Wulandari dkk., 2014). Konsumsi ransum dapat
dipengaruhi oleh kandungan lemak dan energi ransum serta palatabilitas ransum yang
berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan (Sudarman dkk., 2008).
Green Tea mengandung senyawa polifenol yang bermanfaat sebagai
antioksidan. Kandungan polifenol dalam Green Tea antara lain flavanol, flavonoid
dan asam fenolik (hingga 30% dari berat kering). Flavonoid yang paling penting
adalah katekin (kandungan sekitar 10% dari berat kering) (Cahyani, 2015). Green Tea
yang ditambahkan ke dalam ransum dapat meningkatkan kualitas ransum tersebut.
Ramdani dkk., (2013) melaporkan bahwa teh hijau mengandung protein, serat,
mineral dan plant secondary metabolites semisal tanin yang cukup tinggi dan
bermanfaat bagi ternak ruminansia. Diantara fungsi tanin pada ruminansia adalah
dapat menurunkan tingkat solubilitas dan degradabilitas protein pakan di dalam
rumen karena kemampuannya mengikat (melindungi) protein dari degradasi mikroba
rumen (Tanuwiria dkk., 2019). Tanin dalam pakan dapat meningkatkan kesehatan
ternak melalui kemampuan tanin
14

sebagai anti-oksidan dalam mencegah bloat dan mengurangi endoparasit cacing


(Ishihara dkk., 2001 dan Mueller-Harvey, 2006).
Green tea dust merupakan produk sampingan nongrade yang dihasilkan dari
proses pembuatan teh hijau di pabrik pengolahan teh (Ramdani dkk., 2020). Green
Tea Dust sangat berpotensi digunakan sebagai pakan aditif dan anthelmintik karena
kandungan nutrien dan zat bioaktifnya cukup tinggi. Ramdani dkk., (2020)
melaporkan bahwa serbuk teh hijau mengandung 98,1 % bahan kering (BK), 20,1%
protein kasar (PK), 63% total digestible nutrients (TDN), 25,6% total fenol dan 23%
total tanin. Ramdani dkk., (2020) menyimpulkan bahwa pemberian green tea dust
sebanyak 1,5% dalam konsentrat dengan jerami padi kering sebagai sumber
seratnya dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH, g/ekor/hari)
domba lokal tanpa memberikan efek negatif terhadap konsumsi pakan dan kecernaan
nutrien. Green tea dust diharapkan dapat meningkatkan PBBH pada domba lokal
betina yearling (umur sekitar 12 bulan) tanpa memberikan efek negatif terhadap
konsumsi pakan dan kecernaan bahan kering (KcBK) dan bahan organik (KcBO).

2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas dapat diambil hipotesis bahwa pemberian Green Tea
Dust sebanyak 1,5% dalam ransum dapat meningkatkan konsumsi pakan,
Pertambahan Bobot Badan Harian, Kecernaan Bahan Kering dan Kecernaan Bahan
Organik pada domba lokal betina yang diinfeksi nematoda Strongylus.
III

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1 Bahan dan Peralatan Penelitian

3.1.1 Bahan Penelitian

1. Ternak Penelitian

Objek penelitian yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah 18 ekor

domba lokal betina yearling (umur 12 – 18 bulan) dengan bobot rata-rata

15,66 kg dengan nilai koefisien variasi < 13% (Lampiran 1). Masing-masing

domba telah diberikan penomoran menggunakan neck tag dan ditempatkan

pada kandang individu yang telah diberi nomor perlakuan agar

mempermudah pengontrolan dalam pemeliharaan. Penelitian in vivo

menggunakan hewan percobaan ini sudah mendapatkan persetujuan dari

Komisi Etik Penelitian Universitas Padjadjaran Nomor :

307/UN6.KEP/EC/2021.

2. Probiotik
Probiotik yang telah digunakan adalah produk komersil EM4 yang
merupakan mikroorganisme hasil fermentasi dari bahan-bahan organik yang
berwarna coklat kekuning-kuningan berwujud cair. Penggunaan EM4 sesuai
takaran pada kemasan, yaitu sebanyak 1 cc/liter dicampurkan ke dalam
media molasses yang telah diencerkan dengan perbandingan 1 liter molasses
: 9 liter aquadest.

3. Ransum Pakan penelitian

Bahan pakan yang telah digunakan terdiri dari 3 jenis, yaitu serbuk daun teh

hijau yang dibeli dari toko, konsentrat, dan jerami padi


15
16

Tabel 1. Kandungan Nutrien Jerami Padi Tanpa Fermentasi, Konsentrat


dan Serbuk teh hijau.
Fermentasi Konsentrat Green Tea
Jerami Padi Dust
(%) (%) (%)
Bahan Kering 26,4 93,6 98,1
Abu Kasar 21,4 23,3 16,7
Protein Kasar 6,88 14,2 20,1
Serat Kasar 26,1 10,9 17,2
Ekstrak Eter (Lemak Kasar) 2,29 7,53 2,53
Bahan Ektra Tanpa Nitrogen 43,3 44,1 43,5
Total Digestible Nutrien 42,2 78 63,0
Kalsium (Ca) 0,26 0,72 0,56
Fosfor (P) 0,49 0,5 0,55
Total Fenol 1,24 0,58 25,6
Total Tanin 0,22 0,18 23,0
Sumber : Hasil Uji Lab Ramdani dkk., (2020). Hasil Uji Lab Nutrisi Makanan Ternak
(2022)
3.1.2 Alat-Alat Penelitian

1) Chopper untuk memperkecil ukuran jerami padi.

2) Timbangan untuk mengukur bobot badan domba.

3) Timbangan digital untuk menimbang banyaknya pakan yang akan digunakan.

4) Timbangan analitik, digunakan untuk menimbang jumlah pemberian pakan


dan sisa pakan, serta digunakan untuk menimbang jumlah feses dan berat
feses setelah dikeringkan.
5) Label identitas.

6) Tong sebagai media penyimpanan fermentasi jerami.

7) Celana, digunakan untuk menampung feses domba.

8) Plastik transparan, digunakan untuk menyimpan sampel feses yang telah


dikeringkan.
9) Oven listrik untuk mengeringkan feses.
17

10) Cawan alumunium (18 buah) sebagai wadah feses saat proses pengovenan.

11) Seperangkat alat untuk analisis proksimat bahan kering dan bahan organik di
laboratorium.
12) Alat tulis kantor, digunakan untuk mencatat data.

3.2 Metode Penelitian

3.2.1 Prosedur Penelitian

1) Tahap pembuatan fermentasi jerami padi

Pembuatan fermentasi jerami padi dibuat dengan menggunakan starter


Probiotik yang sudah dijelaskan di atas. Sebanyak 1 cc Probiotik EM4
dicampurkan dengan 1 liter molases yang telah di encerkan dengan
perbandingan 1:9. Tahapan pembuatan fermentasi jerami padi yaitu jerami
padi dicacah menggunakan chopper untuk memperkecil ukuran, kemudian
ditimbang sebanyak 100 kg. Sebanyak 4 liter campuran probiotik di atas
(4%) ditambahkan ke dalam 100 kg jerami tersebut secara merata lalu
dimasukan ke dalam tong secara perlahan hingga penuh dan padat, pastikan
tidak akan ada celah oksigen yang akan masuk. Setelah penuh, tutup tong
tersebut dengan rapat menggunakan klep dan pastikan kembali kondisi
didalam an aerob. Setelah itu fermentasi dilakukan selama minimal 14 hari.
2) Persiapan Kandang

Kandang dibersihkan dari sisa kotoran-kotoran, serta pembersihan tempat


pakan domba dari sisa pakan sebelumnya. Selanjutnya dibersihkan dengan
menggunakan disinfektan komersial yaitu Intercide dengan dosis 1 ml untuk
2 liter air, setelah itu disinfektan disemprotkan di area kandang dan
18

lingkungan sekitar kandang agar terhindar dari virus, bakteri, jamur,


protozoa, dan mikroplasma.
3) Persiapan Ternak

Sebelum dilakukannya penelitian, domba diadaptasikan terhadap ransum


penelitian maupun lingkungan selama 21 hari dengan waktu pemberian
pakan tiga kali sehari (pagi, siang dan sore), dimana sebelum periode
adaptasi, ternak diberi obat cacing komersial Ivomec dengan dosis 0,5 ml/20
kg bobot badan, tiga hari selanjutnya setelah domba diberi obat cacing
ivomec dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas dan kuantitas telur cacing.
Jika pemeriksaan feses menunjukkan semua ternak telah bersih dari cacing
maka dilakukan infestasi larva infektif (L3) Strongylus (nematoda

gastrointestinal). Adaptasi domba baik pakan maupun lingkungan bertujuan

untuk menghilangkan pengaruh pakan dan lingkungan sebelumnya.


4) Tahap perlakuan

a) Penginfeksian Strongylus.

Selama masa adaptasi dilakukan pemeriksaan terhadap kualitas telur


cacing pada feses. Jika pemeriksaan feses menunjukkan semua ternak
telah bersih dari cacing maka dilakukan infestasi larva infektif (L3)
Strongylus (nematoda gastrointestinal) secara oral sebanyak 5.000 larva
per ekor domba menggunakan drenching gun. Pemberian larva dilakukan
3 kali dan pemeriksaan jumlah telur cacing dilakukan pada minggu ke-3,
bila telah ditemukan jumlah telur cacing 1000-2000/g tinja, maka domba -
domba tersebut sudah siap digunakan untuk penelitian selanjutnya.
19

b) Pemberian Pakan Percobaan

Penelitian dilaksanakan selama 114 hari, dengan rincian 21 hari masa


adaptasi domba, 85 hari masa pemeliharaan, dan 8 hari kolektif feses.
Pemberian pakan percobaan diberikan 3 kali dalam sehari pada waktu
pagi pukul 07.00, siang pukul 13.00 dan pada sore hari pukul 16.00 WIB.
Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum.
c) Penimbangan bobot badan domba dan konsumsi pakan

Penimbangan menggunakan alat timbang gantung dan dilakukan setiap 14


hari sekali.
Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) dihitung dengan persamaan

sebagai berikut :

𝑃𝐵𝐵𝐻 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟 (𝑘𝑔) − 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑎𝑤𝑎𝑙 (𝑘𝑔)


𝐿𝑎𝑚𝑎 𝑝𝑒𝑚𝑒𝑙𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑎𝑛 (ℎ𝑎𝑟𝑖)

Pengukuran konsumsi pakan dihitung setiap hari, dengan menghitung


jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan selama 24 jam.
d) Kecernaan bahan kering dan bahan organik

Pengukuran data dengan mengambil sampel feses selama 7 hari pada


akhir penelitian, domba dipasangkan popok untuk menampung feses yang
dikeluarkan selama 24 jam dan feses ditimbang setiap harinya. Feses yang
terkumpul dari setiap objek penelitian dan sudah ditimbang diambil
sampel sebanyak 10% lalu dikeringkan. Feses yang sudah kering
selanjutnya dimasukan ke dalam kantong plastik yang sudah diberi label
sesuai perlakuan, selanjutnya dianalisa kandungan bahan kering dan
bahan organiknya. Nilai KcBK dan KcBO dapat dihitung berdasarkan
rumus :
20

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝐾 − 𝐵𝐾 𝐹𝑒𝑠𝑒𝑠
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑟𝑛𝑎𝑎𝑛 𝐵𝐾(%) = 𝑋 100%
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝐾

𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂 − 𝐵𝑂 𝐹𝑒𝑠𝑒𝑠
𝐾𝑒𝑐𝑒𝑟𝑛𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑂(%) = 𝑋 100%
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑢𝑚𝑠𝑖 𝐵𝑂

5) Tahap pengumpulan data

Pada tahap ini proses pengumpulan data didapatkan secara langsung dari
objek penelitian dengan menghitung pengukuran bobot badan dan nilai
konsumsi pakan, KcBK dan KcBO yang didapatkan selama penelitian
berlangsung.

3.2.2 Peubah yang Diamati

1) Pertambahan Bobot Badan Harian

2) Konsumsi Pakan

3) Kecernaan Bahan Kering

4) Kecernaan Bahan Organik

3.2.3 Rancangan Percobaan

Penelitian akan dilakukan dengan metode eksperimental menggunakan


rancangan acak lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 6 pengulangan yang terdiri
dari
:

P0 : Jerami Padi Difermentasi 60% + Konsentrat 40%

P1 : Jerami Padi Difermentasi 60% + Konsentrat 40% + serbuk teh hijau 0,75%
P2 : Jerami Padi Difermentasi 60% + Konsentrat 40% + serbuk teh hijau 1,5%
21

Data yang diperoleh dianalisis dengan Analisis Ragam dan menggunakan

software SPSS 20, dengan model matematika sebagai berikut:


Yij = μ + 𝑎𝑗 + ε𝑖𝑗

Keterangan :

Yij = Respon terhadap pengukuran ke-i ulangan ke-j Μ =Rata-rata populasi


αi = Pengaruh perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
εij = Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke-j i=Perlakuan (1,2,3)
j = Ulangan (1,2,3,4,5,6,7)

Tabel 2. Analisis Ragam.


SK DB JK KT Fhit F 0,05
Perlakuan (P) (t-1) JKP KTP KTP/KTG
Galat (G) t(r-1) JKG KTG
Total t(r-1) JKT

Ket: SK = Sumber Keragaman ; DB = Derajat Bebas ; JK = Jumlah Kuadrat ; KT=


Kuadrat Tengah

Hipotesis yang diuji :


H0 : P1 = P2 = P3
H1 : P1 ≠ P2 ≠ P3 atau paling sedikit ada sepasang perlakuan yang tidak sama.

Kaidah keputusan :

Jika Fhitung ≤ Ftabel 0,05 artinya tidak berbeda nyata (non significant), tolak
H1 dan terima H0.
Jika Fhitung > Ftabel 0,05 artinya berbeda nyata (significant), terima H1 dan
tolak H0.
22

Apabila hasil analisis ragam berbeda nyata, maka untuk mengetahui perbedaan
atau perlakuan mana yang terbaik dilakukan uji Jarak Berganda Duncan dengan
rumus sebagai berikut.

Keterangan :

Sx = Standard error

KT Galat = Kuadrat tengah galat


SSR = Studentized Significant Range

LSR = Least Significant Range

r = Ulangan

Apabila selisih antar perlakuan (d) dibandingkan dengan LSR, kaidah


keputusannya adalah sebagai berikut :
1. Bila d ≤ LSR, terima H0 (tidak berbeda nyata)
2. Bila d > LSR, tolak H0 (berb`eda nyata) d = Selisih rata-rata perlaku
DAFTAR PUSTAKA

Amin, M., Hasan, S. D., Yanuarianto, O., and Iqbal, M. 2015. Pengaruh Lama
Fermentasi Terhadap Kualitas Jerami Padi Amoniasi yang Ditambah Probiotik
Bacillus Sp. Jurnal Ilmu dan Teknologi Peternakan Indonesia. 1(1) :8 – 13.

Anjarsari, I. R. D. 2016. Katekin teh Indonesia : prospek dan manfaatnya. Jurnal


Kultivasi.S 15(2): 99 – 106.

Antonius. 2009. Pemanfaatan Jerami Padi Fermentasi sebagai Subtitusi Rumput


Gajah dalam Ransum Sapi. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. 14(4) : 270.

Badan Pusat Statistik. Produksi Daging Domba Menurut Provinsi 2017-2019.


https://www.bps.go.id/indicator/24/483/1/produksi-daging-domba-menurut-
provinsi.html (diakses pada tanggal 12 Desember 2020).

Badan Pusat Statistik. Populasi Domba Menurut Provinsi 2009-2019.


https://www.bps.go.id/dynamictable/2015/12/17%2000:00:00/1024/populasi-
domba-menurut-provinsi-2009-2018.html (diakses pada tanggal 12 Desember
2020). Diakses pada tanggal 4 Mei 2021.

Browning, M.L.L. (2006). Haemonchus contortus (Barber Pole Worm) Infestation in


Goats. Extension Animal Scientist. Brazil (US): Alabama A & M University.

Dewi, K. 2008. Pengaruh Ekstrak Teh Hijau (Camellia Sinensis var.


Assamica)terhadap Penurunan Berat Badan, Kadar Trigliserida dan Kolesterol
Total pada Tikus Jantan Galur Wistar. JKM. 7(2): 1-11.

Haryanto, B. 2012. Perkembangan Penelitian Nutrisi Ruminansia. Wartazoa. 22(4):


169-177.

Heni, S. G., Zulfikar, S., dan Edhy, M. 2013. Pengaruh Pemberian Jerami Padi
dengan Berbagai Perlakuan (Fisik, Kimia, Biologi dan Kombinasi) Terhadap
Performans Domba Lokal Jantan. Jurnal Peternakan Integratif. 1(2): 155-164.

Heriyadi, D., Husmy, Y., and Dicky, R. 2019. The Effect of Green Tea (Camellia
Sinensis) and Turmeric (Curcuma Longa) as Feed Additives on Performance of
Local Sheep. Earth and Environmental Science 334.

23
24

. 2011. Pernak-Pernik Senarai Domba Garut. Unpad press. Bandung. 1-


20.
Ishihara, N., Chu, D. C., Akachi, S., dan Juneja, L. R. 2001. Improvement of
Intestinal Microflora Balance and Prevention of Digestive and Respiratory
Organ Diseases in Calves by Green Tea Extracts. Livestock Production
Science, 68, 217-229.

Julaeha, J., Diky, R., dan Endang, Y. S. 2021. The Effect of Jatropha Multisfida L. as
a Natural Dietary Additive on Anthelmintic Activity and Performance in Lambs
Infected by Trichostrongylus spp. Turkish Journal of Veterinary and Animal
Sciences. 45: 21-27.

Kesumaningwati, R. 2015. Penggunaan MOL Bonggol Pisang (Musa paradisiaca)


sebagai Dekomposer untuk Pengomposan Tandan Kosong Kelapa Sawit.
Zira’ah. 40 (1) : 40-45.

Kusumorini, A., Sekarwati, S., dan Risna, O. 2014. Uji Konsumsi Pakan dan
Aktivitas Makan pada Kukang (Nycticebuscoucang) Secara Ex situ. E-Journal
of Sunan Gunung Djati State Islamic University. 8(1): 6.

Martawidjaja, M. 2003. Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pengganti Rumput untuk


Ternak Ruminansia Kecil. Balai Penelitian Ternak. 13(3): 120.

Manin, F., Ella. H., Yatno., Pudji. R. 2014. Dampak Pemberian Probiotik FM
Terhadap Status Kesehatan Ternak Itik Kelinci. Jurnal Imu Ternak. 7(2): 7-11.

Mentri Pertanian Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Pertanian Nomor :


57/Permentan/OT.140/10/2006, Tentang Pedoman Pembibitan Kambing
dan Domba yang Baik. Jakarta. Kementerian Pertanian, 5;10.
2017. Keputusan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor
300/Kpts/Sr.120/5/2017, Tentang Penetapan Rumpun Domba Priangan.
Jakarta : Kementrian Pertanian Republik Indonesia, 3-6.

Menteri Pertanian. 2006. Lampiran Peraturan Mentan No.


57/Permentan/OT.160/10/2006 Tentang Pedoman Perbibitan Kambing dan
Domba Yang Baik. Jakarta

Min, B. R. dan Hart, S. P. 2003. Tannins for suppression of internal parasites. Journal
of Animal Science, 81(14_suppl_2):E102–E109. doi:
/2003.8114_suppl_2E102x.
25

Mueller-Harvey, I. 2006. Unravelling the Conundrum of Tannins in Animal Nutrition


and heath. Journal of the Science of Food and Agriculture. 86, 2010-2037.

Nisa, M., Sarwar, M. and Khan, M. A., 2004. Nutritive Value of Urea Treated Wheat
Straw Ensiled with or without corn Steep Liqour for Lactating Nili- Ravi
Buffaloes Asian-Aust. Journal of Animal Science. 17(6) : 825-829.

Pamungkas, W. 2013. Uji Palatabilitas Tepung Bungkil Kelapa Sawit yang


Dihidrolisis dengan Enzim Rumen dan Efek terhadap Respon Pertumbuhan
Benih Ikan Patin Siam. Berita Biologi. 12(3): 360.

Parakkasi A. 1990. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Monogastrik. 230. UI-Press,
Jakarta.

Purbowati, E., Adiwinarti, R., dan Eko. E. 2005. Pemanfaatan Ampas Tahu Kering
sebagai Pakan Pengganti Konsentrat untuk Domba Garut Jantan yang
Mendapat Pakan Basal Rumput Gadjah. Sains Peternakan. 2(2): 49-54.

Purwaningsih, Tri, A. K., dan Bambang, S. 2017. Analisis kelayakan finansial


pengobatan pedet parasitiasis pada usaha pembibitan sapi potong rakyat di
kabupaten magelang provinsi jawa tengah.Buletin Peternakan, 41(2):197–202.
doi: 10.21059/buletinpeternak.v41i2.15730.

Rahmayanti, B., Tri, H. W., dan Sayed, U. 2016. Kecernaan Bahan Kering, Bahan
Organik dan Protein Kasar Ransum yang Mengandung Tepung Limbah Ikan
Gambus Pasir (Butis amboinensis) sebagai Subtitusi Tepung Ikan pada Broiler.
Jurnal Peternakan Integratif. 4(3): 330.

Ramdani, D., Chaudhry, A. S., and Seal, C. J. 2013. Chemical Composition, Plant
Secondary Metabolites, and Minerals of Green and Black Teas and the Effect of
Different Tea- to-Water Ratios during Their Extraction on the Composition of
Their Spent Leaves as Potential Additives for Ruminants. Journal of
Agricultural and Food Chemistry. 61(20): 4961-4967.

Ramdani, D., Hernaman, I., Nurmeidiansyah, A. A., dan Heryadi, D. 2016. Potensi
Nutriens, Fenol, dan Tanin dalam Kulit Pisang Ambon dengan Tingkat
Kematangan Berbeda untuk Pakan Domba. Proseding Seminar Nasional
Peternakan Berkelanjutan 8. 885.

Ramdani, D., Yurmiaty, H., dan Setyowati, E. Y. 2016. Evaluasi In Vitro


Penggunaan Daun Teh Hijau dalam Ransum Domba Lokal. Jurnal Ilmu
Ternak. 16(2): 16.
26

Ramdani, D. Budinuryanto, D.C. and Mayasari, N. 2020. The Effect of Paddy Straw
and Concentrate Containing Serbuk teh hijau on Performance and Nutrient
Digestibility in Feedlot Lambs. Turkish Journal of Veterinary and Animal
Sciences. 44: 668- 674.

Ranjhan, S.K. 1980. Animal Nutrion and Feeding Practice In India. New Delhi.
Vikan Pub. House P.U.T. Ltd.

Rianto, E., Anggalina, D., Dartosukarno, S., dan Purnomoadi, A. 2006. Pengaruh
metode pemberian pakan terhadap produktivitas domba ekor tipis. Prosiding
Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner. Puslitbang Peternakan – Badan
Litbang Pertanian. Bogor.

Rusdiana, S., dan Adiati, U. 2020. Perbanyakan dan Penyebaran Bibit Ternak
Domba Compass Agrinak Mendukung Perekonomian Peternak. Jurnal Sain
Peternakan Indonesia. 15(1): 71.

Sarnklong, C., Cone, J. W., Pellikaan, W., and Hendriks, W. H. 2010. Utilization of
Rice Straw and Different Treatments to Improve Its Feed Value for Ruminants:
A Review. Asian-Australasian Journal of Animal Science. 23(5): 680-692.

Setiarto, R. H. B. 2013. Prospek dan Potensi Pemanfaatan Lignoselulosa Jerami


Padi Menjadi Kompos Silase dan Biogas melalui Fermentasi Mikroba. Jurnal
Selulosa. 3(2): 53.

Siti, N, W., Witariadi, N. N., Candraasih, K., Puja, N., Sukmawati, N. M. S., dan Roni,
N. G. K. 2017. Biofermentasi Jerami Padi dengan Probiotik Mikro Organisme
Efektif menjadi Pakan Ternak Sapi di Desa Kerta Kecamatan Payangan
Gianyar. Buletin Udayana Mengabdi. 16(1): 20-24.

Sitorus, S.S. 1989. Pemberian jerami padi dengan dan tanpa perlakuan urea pada
kerbau yang diberi suplementasi ampas kecap dan molasse. Pros. Pertemuan
Ilmiah Ruminansia. Jilid 1. Ruminansia Besar. Puslitbangnak, Bogor. hlm.
52−55

Somanjaya, R., Heriyadi, D., dan Hernaman, I. 2015. Performa Domba Lokal Betina
Dewasa Pada Berbagai Variasi Lamanya Penggembalaan Dan Potensi
Hijauan Di Daerah Irigasi Rentang Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu
Pertanian dan Peternakan. 3(2): 1-11.

. 2015. Performa Domba Lokal Betina


Dewasa pada Berbagai Variasi Lamanya Penggembalaan di Daerah Irigasi
Rentang Kabupaten Majalengka. Jurnal Ilmu Ternak. 15(1): 41-49.
27

Standar Nasional Indonesia. 2015. Bibit Domba-Bagian 1:Garut.

Sudarman, A., Wiryawan, K. G., dan Markhamah, H. 2008. Penambahan Sabun-


Kalsium dari Minyak Ikan Lemuru dalam Ransum: 1. Pengaruhnya terhadap
Tampilan Produksi Domba. Media Peternakan. 31(3): 168.

Sumantri, C., Einstiana, Salamena, dan Inounu, I. 2007. Keragaan dan Hubungan
Phylogenic antar domba local Indonesia melalui pendekatan analisis
morfologi. Journal Ilmu Ternak Veteriner. 12(1): 42-54.

Suningsih, N. Ibrahim, W. Liandris, O. dan Yulianti, R. 2019. Kualitas Fisik dan


Nutrisi Jerami Padi Fermentasi pada Berbagai Penambahan Starter. Jurnal
Sain Peternakan Indonesia. 14(2): 191-200.

Suryani. 2016. Penggunaan Probion Pada Jerami Fermentasi Yang Di Imbangi


Pakan Konsentrat Terhadap Pertambahan Bobot Badan Domba Lokal Jantan.
Lentera. 16(18): 51-56.

Susiloningsih, I. Megakusuma, Soedarsono, E. Rianto, A. Purnomoadi. 2008.


Pemanfaatan Protein Pada Domba Lokal Akibat Perbedaan Suhu Lingkungan.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. 477-482.

Syamsu, J. A. 2001. Fermentasi Jerami Padi Dengan Probiotik Sebagai Pakan


Ternak Ruminansia. Jurnal Agrista. 5(3): 280-283.

Syaro, A. A., Jamarun, N., Saladin, R., dan Zain, M. 2005. Pengaruh Fermentasi dan
Defaunasi Tandam Kosong Sawit terhadap Kandungan Gizi, Kecernaan dan
Karakteristik Cairan Rumen (In Vitro). Jurnal Ilmu Peternakan. Vol 11: 140-
141.

Tanuwiria, U. H., dan Hidayat, R. 2019. Efek Level Tanin pada Proteksi Protein
Tepung Keong Mas (Pomaceacanaliculata) terhadap Fermentabilitas dan
Kecernaan in vitro. Jurnal Ilmu Ternak. (2):122-130.

Tillman, D. A., Hartadi, H., Reksohadiprodjo, S., dan Lebdosoekojo, S. 1998. Ilmu
Makanan Ternak. Gadjah Madan University Press, Yogyakarta.

Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas UndangUndang


Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan. Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 338.
28

Utomo, R. S., Reksodiprodjo, Widyobroto, B. P., Baachrudin, Z., and Suhartanto, B.


1998. Determination of nutrients digestibility, rumen fermentation parameters,
and microbial protein concentration on Onggole Crossbred cattle fed rice
straw. Bull. Of Anim. Sci. Supplement edition. Faculty of Animal Science,
Gadjah Mada University. pp. 82–88.

Widiarso, B. P., Rephatilaga, G., Zulfikhar, R., Shafa, S. T. A. 2020. Pengobatan


Penyakit Cacing (Haemonchus Contortus) pada Ternak Domba menggunakan
Serbuk Daun Mangga (Manggo Foliorum). Prosiding Seminar Nasional
Polbangtan Yogyakarta Magelang Jurusan Peternakan. 367.

Winugroho, M., Bakri, B., Panggabean, T., dan Yaters, N. G. 1983. Pengaruh
panjang pemotongan dan perlakuan kimia terhadap jumlah konsumsi dan daya
cerna jerami padi. pros. Pertemuan Ilmiah Ruminansia Besar. Puslitbangnak,
Bogor. hlm. 16−20.
Wirawan, I. G. K. O., Aholiab, A., Jois, M.J. 2021. Perbandingan Efektivitas antara
Ekstrak Daun Muda Acacia nilotica dengan Desmanthus virgatus terhadap
Daya Vermisidal Haemonchus contortus secara In-vitro. Jurnal Sain Veteriner.
39(2):175.

Wulandari, S., Agus, A., Soejono, M., Cahyanto, M. N., dan Utomo, R. 2014.
Performa Produksi Domba yang Diberi Complete Feed Fermentasi Berbasis
POD Kakao serta Nilai Nutrien Tercernanya secara In Vivo. Buletin
Peternakan. 38(1): 48.

Yan, Z., Zhong, Y., Duan, Y., Chen, Q., and Li, F. 2020. Antioxidant mechanism of
tea polyphenols and its impact on health benefits. Animal Nutrition. 6: 115 –
123.

Yanuartono, Purnamaningsih, H., Indarjulianto, S., dan Nururrozi, A. 2017. Potensi


jerami sebagai pakan ternak ruminansia. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan. 27(1):
40-62.

Yunilas. 2009. Karya Ilmiah, Bioteknologi Jerami Padi Melalui Fermentasi sebagai
Bahan Pakan Ternak Ruminansia. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera
Utara. Medan.

Zowail, M., Khater, E.M., and Elasrag, M. 2009. Protective effect of green tea extract
against cytotoxicity induced by enrofloxacin in rat Egypt. Acad. J. biolog. Sci.,
1 (1): 45-64
LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Bobot Badan Awal Penelitian dan Perhitungan


Koefisien Keragamannya (CV).
No. Bobot Badan Simpangan Jumlah Kuadrat
Simpangan
1 18,05 2,4 5,7
2 17,96 2,3 5,2
3 15,25 -0,4 0,2
4 12,47 -3,2 10,2
5 14,48 -1,2 1,4
6 19,19 3,5 12,4
7 15,51 -0,2 0,0
8 16,41 0,7 0,5
9 14,27 -1,4 2,0
10 15,59 -0,1 0,0
11 14,07 -1,6 2,6
12 15,24 -0,4 0,2
13 15,07 -0,6 0,4
14 17,95 2,3 5,2
15 11,74 -3,9 15,4
16 13,94 -1,7 3,0
17 17,46 0,8 0,6
18 18,39 2,7 7,4
Rata-rata 15,67 Jumlah 72,4

29
30

72,4
JK =√ = 2,06
S = √n − 17
1

S 2,06
CV (Koefisien Keragaman) × 100% = × 100% = 13%
= Rata − 15,67
rata
31

Lampiran 2. Rencana Jadwal Penelitian


Bulan Kegiatan (Tahun 2021-2022)
No Nama Kegiatan Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober
1 Persiapan 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
A. Studi Kepustakaan
B. Bimbingan Up
2 Seminar UP
3 Pelaksanaan Penelitian
A. Pengambilan Data
B. Analisis Data
4 Bimbingan Tesis
5 Sidang Tesis
32

Lampiran 3. Ilustrasi Tahapan Pembuatan Fermentasi Jerami Padi


Jerami Padi

Chopper

10 cc EM4 + 9 liter air Campuran Probiotik 4%


+ 1 liter molases

Masukkan kedalam tong secara


perlahan hingga penuh dan padat

Fermentasi selama minimal 14 hari An aerob

Fermentasi Jerami Padi


33

Lampiran 4. Justifikasi Anggaran Riset


Harga Total
No Materi Jumlah Satuan
(Rp.) (Rp.)
Domba Garut betina muda umur (12-
1 18 Ekor 1.200.000 21.600.000
24 bulan)
Konsentrat 0,3 kg/ekor/hari (18 ekor,
2 615,6 Kg 3.500 2.154.600
114 hari penelitian)
Obat cacing, vitamin b-complex,
3 1 Paket 800.000 800.000
suntikan
Timbangan gantung digital untuk
4 1 Buah 50.000 50.000
domba
5 Nampan 21 Buah 25.000 525.000
Peralatan kandang seperti ember,
6 gunting kuku, selang, cangkul, dan 2 Paket 750.000 1.500.000
sekop
Analisis proximate komplit bahan
7 21 Sample 100.000 2.100.000
pakan dan feses
8 Green Tea Dust 15 Kg 30.000 450.000
9 Publikasi 1 Paket 7.500.000 7.500.000
10 Probiotik Jerami Padi 30 Liter 25.000 750.000
fermentasi Jerami padi 1 kg/ekor/hr (18
11
ekor, 114 hari penelitian) 2052 Kg 1500 3.078.000
12 uji lab analisis telur cacing 1 Paket 3.000.000 3.000.000
Total 43.507.600

Anda mungkin juga menyukai