SKRIPSI
OLEH
JUANTI LUSININGTYAS
J1A015042
i
Usulan Rencana Penelitian
sebagai Salah Satu Syarat untuk
Melakukan Penelitian
OLEH
JUANTI LUSININGTYAS
J1A015042
ii
HALAMAN PENGESAHAN
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat, taufik, hidayah, serta inayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan peroposal yang berjudul “Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap
Aktivitas Antioksidan Teh Daun Salam”
Dalam proses penyusunan peroposal ini, penulis banyak mendapat saran,
bantuan, dan masukan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis
ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Ibu Prof. Ir. Sri Widyastuti, M. App. Sc., Ph.D. Selaku Dekan Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas Mataram.
2. Bapak Ir. Mohammad Abbas Zaini, MP. Selaku dosen pembimbin utama dan
Ketua Program Studi Ilmu Teknologi Pangan dan Agroindustri Universitas
Mataram.
3. Orang Tua dan keluargaku tercinta yang selalu mendo’akan, memberikan
semangat, dorongan, dan bantuan.
4. Teman-teman yang selalu membantu selama ini dalam penyusunan peroposal,
terimakasih banyak atas semuanya.
Penulis menyadari bahwa penyusunan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun. Semoga dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pihak-
pihak yang membutuhkan pada umunya.
Mataram, 15 Januari 2019
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
3.3. Alat dan Bahan Penelitian ..............................................................29
3.3.1. Alat-alat Penelitian ..............................................................29
3.3.2. Bahan-bahan Penelitian .......................................................30
3.4. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................30
3.4.1. Pemetikan Bahan Baku ........................................................30
3.4.1.1. Pembuatan Teh Daun Salam .............................................30
3.5. Parameter dan Cara Pengamatan ...................................................33
3.5.1. Parameter Pengamatan.........................................................33
3.5.2. Cara Pengamatan .................................................................33
3.5.2.1. Uji Kadar Air ....................................................................33
3.5.2.2. Uji Aktivitas Antioksidan Metode DPPH.........................34
3.5.2.3. Uji Mutu Organoleptik Aroma, Rasa dan Warna .............34
DAFTAR PUSTAKA
vi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Teh ......................................................... 9
2. Daya Antioksidan Pada Daun Salam Segar ........................................... 12
3. Format Penilaian Aroma, Rasa dan Warna Teh Daun Salam Metode Afektif
............................................................................................................... 35
4. Format Penilaian Aroma, Rasa dan Warna Teh Daun Salam Metode Deskriptif
............................................................................................................... 35
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
viii
PENGARUH SUHU PENGERINGAN TERHADAP AKTIVITAS
ANTIOKSIDAN TEH DAUN SALAM (Eugenia polyantha)
ABSTRAK
ix
BAB I
PENDAHULUAN
dengan menyeduh daun atau pucuk daun Camellia sinensis menggunakan air panas
(Wikipedia, 2011). Aroma teh yang harum serta rasanya yang khas membuat
minuman ini banyak dikonsumsi. Teh telah menyebar dari Cina selatan hingga
Indonesia. Selain sebagai minuman yang menyegarkan, teh telah lama diyakini
memiliki banyak khasiat bagi kesehatan, karena memiliki kandungan zat bioaktif
Jepang dan Eropa mencapai hampir 2,5 kg/kapita/tahun. Sementara itu, konsumsi
kurang gemar mengkonsumsi teh. Akan tetapi lebih disebabkan oleh rendahnya
angka produksi teh dalam negeri dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia
Jenis teh yang beredar di pasaran sangat banyak, namun hanya beberapa yang
paling diminati masyarakat diantaranya teh hijau, teh oolong, teh hitam serta teh
herbal. Teh herbal merupakan minuman yang terbuat dari bunga, daun, biji ataupun
akar berbagai macam tanaman yang dikeringkan dan tidak mengandung daun teh
(Camellia sinensis) (Satriadi, 2014). Salah satu tanaman yang berpotensi untuk
1
dijadikan teh herbal adalah daun salam. Daun salam (Eugenia polyantha)
merupakan salah satu bumbu dapur atau rempah-rempah yaitu penyedap karena
memiliki aroma yang khas bisa menambah kelezatan masakan. Daun salam
atsiri dalam daun salam terdiri dari seskuiterpen, lakton dan fenol (Palupi, 2015).
dalam daun salam mampu menurunkan kadar trigliserida serum (Candra, 2017).
Secara tradisional daun salam dapat digunakan sebagai obat untuk mengobati
penyakit diare, kencing manis (diabetes mellitus), sakit maag, menurunkan kadar
mempengaruhi mutu teh selain proses pelayuan dan fermentasi. Menurut Yusmarini
dan Pato (2004), pengeringan merupakan salah satu cara pengawetan yang umum
kadar air bahan pangan sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang
dikeringkan. Jika bahan berasal dari akar, daun, bunga dan buah, maka suhu dan
metode pengeringan perlu diperhatikan. Apabila tidak ditangani secara benar akan
mengakibatkan berkurangnya kadar zat yang berkhasiat. Bahan yang berasal dari
bunga dan daun harus tidak mengubah warna dan aroma aslinya, karena daun dan
akan terjadi perubahan warna atau tercemar. Daun herba dan bunga dapat
dikeringkan dengan kisaran suhu 20-40 ºC, kulit batang dan akar masing masing
2
pada suhu 30-65 ºC (Hermani, 2009).
pindah panas ke bahan pangan dan semakin cepat pula penguapan air dari bahan
pangan. Semakin tinggi suhu udara, semakin banyak uap air yang dapat ditampung
oleh udara tersebut sebelum terjadi kejenuhan. Dapat disimpulkan bahwa udara
bersuhu tinggi lebih cepat mengambil air dari bahan pangan sehingga proses
pengeringan lebih cepat. Kecepatan aliran udara yang bergerak atau bersirkulasi
akan lebih cepat mengambil uap air dibandingkan udara diam. Pada proses
pergerakan udara, uap air dari bahan 6 akan diambil dan terjadi mobilitas yang
menyebabkan udara tidak pernah mencapai titik jenuh. Semakin cepat pergerakan
atau sirkulasi udara, proses pengeringan akan semakin cepat. Prinsip ini yang
terhadap antioksidan teh daun salam (Syzgium polyanthum), perlakuan terbaik yaitu
50 menit yang menghasilkan teh daun salam dari segi rasa aroma dan warna disukai
oleh panelis. Dari segi rasa, maka tingkat penerimaan rasa akan semakin menurun
dan juga lama pengeringan yang cukup akan menghasilkan rasa agak khas dari daun
salam itu sendiri. Persentase kadar air dan kadar abu tertinggi 7,77% sehingga
suhu 60°(±5)C yang paling efektif untuk mengeringkan rosela (Aloe barbadensis
3
Milleer). Menurut Rona (2012) tentang studi pembuatan teh daun kopi dengan lama
tersebut menunjukkan bahwa kadar tannin dan kadar air semakin rendah, sedangkan
semakin tinggi suhu yang digunakan maka kadar abu yang dihasilkan pada
parameter rasa, warna, dan warna ampas yaitu dimana pada parameter rasa dengan
suhu pengeringan dari 80, 85, dan 90ºC mengalami peningkatan dan mengalami
mudah rusak oleh panas, sehingga dalam proses pengeringan daun yang dibuat
dalam bentuk teh harus diperhatikan suhu pengeringan yang digunakan agar
komponen aktif yang terdapat dalam daun tetap terjaga. Pengolahan daun dengan
komposisi kimia yang terdapat pada produk yang dihasilkan. Suhu pengeringan
yang terlalu tinggi mengakibatkan kerusakan yang besar pada mutu produk yang
dihasilkan. Sejauh ini pengaruh variasi suhu pengeringan untuk produk teh daun
salam belum dilakukan. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian tentang
(sizygium polyanthum)”.
4
1.2 Tujuan
1.3. Manfaat
Percobaan ini diharapkan dapat menghasilkan produk teh daun salam bermutu
dengan kandungan antioksidan yang tinggi, selain itu penelitian ini dapat digunakan
1.4. Hipotesis
berikut: diduga bahwa pengaruh suhu pengeringan 50ºC akan menghasilkan teh
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Teh
penangkal radikal bebas. Teh juga merupakan minuman yang paling banyak
dikonsumsi setelah air. Aroma teh yang harum serta rasanya yang khas membuat
darah (Muzaki, 2015). Teh merupakan salah satu minuman non alkohol yang
menyegarkan, teh telah lama diyakini memiliki banyak khasiat bagi kesehatan.
Bila dibandingkan dengan jenis minuman lain, teh ternyata lebih banyak
manfaatnya. Manfaat yang dihasilkan dari minuman teh adalah memberikan rasa
segar. Khasiat yang dimiliki oleh minuman teh berasal dari kandungan zat
Menurut Bambang (1995), Teh terbagi menjadi dua jenis, yaitu teh non-
herbal dan teh herbal. Teh non-herbal berasal dari tanaman teh (Camelia sinensis).
Teh non-herbal dikelompokkan menjadi 3 golongan yaitu teh hitam, teh hijau, dan
teh oolong. Teh herbal biasanya terbuat dari akar, batang, bunga, daun, biji, dan
kulit buah dari tanaman yang memiliki manfaat sebagai tanaman obat, mudah larut
dalam air panas serta mudah dalam penyajian. Tidak seperti teh non-herbal, teh
6
herbal tidak mengandung kafein (Wahyuningsih, 2011). Manfaat teh herbal tersebut
dapat diperoleh dari berbagai tanaman, salah satu tanaman yang dapat dijadikan teh
herbal adalah pegagan. Teh herbal (bahasa Inggris: tisane, herbal tea) adalah
sebutan untuk ramuan bunga, daun, biji, akar, atau buah kering untuk membuat
minuman. Walaupun disebut "teh", ramuan atau minuman ini tidak mengandung
daun dari tanaman teh (Camellia sinensis) (Krisnawati, 2008). Teh herbal biasanya
diseduh dengan air panas untuk mendapatkan minuman yang beraroma harum.
Namun, teh herbal dari bahan biji tumbuhan atau akar sering perlu direbus lebih
1) Teh Hitam
penyediaan pucuk daun yang segar. Mutu teh hitam sebagian ditentukan oleh bahan
bakunya, yaitu daun segar hasil petikan. Pucuk yang bermutu adalah daun muda
yang utuh, segar dan berwarna kehijauan. Pelayuan bertujuan untuk mengurangi
kandungan air dan melemaskan daun agar mudah tergulung dengan lama pelayuan
dilakuakan fermentasi pada suhu ruang yaitu 26,7ºC dengan waktu 80 – 90 menit
7
sortasi. Proses fermentasi merubah komponen kimiawi teh yang bersifat sebagai
2) Teh Hijau
Proses pengolahan teh hijau sama seperti pengolahan teh hitam namun tidak
menggunakan pucuk daun (daun muda) dilakukan pelayuan daun teh yang
hari sehingga presentase layu sekitar 60% dengan tingkat kerataan layuan yang
antara 130 ºC - 135 ºC selama 25 menit dan proses terakhir sortasi. Sortasi kering
jenis mutu teh hijau dengan bentuk dan ukuran yang spesifik sesuai dengan standar
teh hijau.
3) Teh oolong
Teh oolong merupakan jenis peralihan antara teh hitam dan teh hijau yang
proses pengolahan teh hitam. Proses pengolahan teh oolong meliputi daun teh
Teh oolong ini tidak dikenal di Indonesia dan merupakan teh khas Cina dan
8
Taiwan. Teh oolong memiliki kandungan antioksidan yang lebih tinggi daripada
teh hitam namun lebih rendah daripada teh hijau karena teh oolong telah
mengalami oksidasi sebagian. Keunggulan teh oolong daripada teh hijau adalah
citarasa dan aroma yang dimilikinya lebih disukai daripada teh hijau yang
cenderung memiliki citarasa pahit. Teh oolong memiliki kandungan kafein yaitu
terbagi menjadi beberapa produk diantaranya yaitu, teh daun sirsak, teh daun kopi,
Organoleptik Teh Daun Sirsak (Annona muricata Linn.). Berdasarkan Variasi Lama
yeng diperoleh yaitu pada suhu 50 ºC dengan waktu 150 menit menghasilkan
aktifitas antioksidan tertinggi dengan nilai EC50 terendah yaitu 82,16 μg/mL.
daun kopi melalui proses yaitu penyiapan daun, pelayuan dan pengeringan namun
tanpa fermentasi. Berdasarkan hasil penelitian pada pengolahan teh daun kopi yang
terbaik adalah menggunakan jenis daun kopi robusta daun kopi dilayukan dengan
9
menggunakan perlakuan interaksi antara lama pelayuan 90 menit dan suhu
pengeringan 95 ºC.
daun tua, pencucian, sortasi, penirisan, pengeringan tidak dilakukan dengan sinar
matahari namun dikeringkan dengan oven atau cabinet dryer pada suhu stabil antara
30 - 35 ºC selama 2 hari sampai benar-benar kering atau kadar air kurang dari 5%
disimpan dalam ruang gelap serta kering. Untuk kualitas teh dengan
yang dilakukan sehingga menghasilkan rasa, aroma yang berbeda-beda setiap teh.
pembuatan teh daun alpukat diawali dengan pemetikan daun alpukat, pencucian
daun hingga bersih dan dilayukan dengan cara diangin-anginkan pada suhu ruang
(30 ºC) selama 24 jam. Setelah pelayuan, daun dipotong-potong menjadi ukuran
yang lebih kecil. Proses selanjutnya adalah pengeringan daun dengan teknik sun-
dried teknik basket-fried dan oven dengan suhu 50 ºC, masing-masing dari teknik
tersebut dikeringkan selama 2 jam dan 3 jam. Aktivitas antioksidan tertinggi pada
teknik oven dengan lama pengeringan 2 jam sebesar 85,11%, sedangkan terendah
pada teknik sun-dried sebesar 58,64%. Produk teh memilki berbagai persyaratan
mutu untuk menjamin kualitas dari teh yang dihasilkan, adapun spesifikasi
10
Tabel 1. Spesifikasi Persyaratan Mutu Teh
Daun Salam merupakan tumbuhan tingkat tinggi yang mudah tumbuh pada
daerah tropis, serta banyak tumbuh di hutan dan dapat ditanam di perkarangan
permukaan laut. Pohon salam dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan
tumbuhan menahun atau tumbuhan keras karena dapat mencapai umur bertahun-
tahun (Sumono, 2009). Tinggi pohon daun salam mencapai 25 m, batang bulat,
permukaan licin, rimbun dan berakar tunggang. Daun salam berwarna hijau dan
kecokelatan jika sudah kering. Daun tunggang bertangkai pendek, panjang tangkai
daun 5 – 10 mm, helai daun berbentuk jorong memanjang, panjang 5 – 15 cm, ujung
daun dan pangkal daun meruncing, tepi rata, permukaan atas berwarna cokelat
kehijauan, licin, mengkilat, permukaan bawah cokelat tua, tulang daun menyirip
dan menonjol pada permukaan bawah dan tulang cabang halus. Arah tumbuh
11
batang tegak lurus dengan bentuk batang bulat dan permukaan beralur, batangnya
berkayu biasanya keras dan kuat. Cara percabangan batangnya monopodial, batang
pokok selalu tampak jelas. Memiliki arah tumbuh cabang yang tegak Fahrurozy,
mahkota masing-masing yang terdiri atas 4 – 5 daun kelopak dan jumlah daun
mahkota yang sama. Bunga tumbuhan salam memiliki banyak benang sari, kelopak
menjadi bagian bunga. Tumbuhan salam memiliki bunga majemuk yang tersusun
dari ujung ranting, berwarna putih dan beraroma harum (Dalimartha, 2000). Bakal
buah mempunyai 1 tangkai putik, dengan 1 – 8 bakal biji dalam tiap ruang. Biji
memiliki sedikit atau tanpa endosperm, lembaga lurus, bengkok atau melingkar.
Buahnya bernama buah buni, bulat berdiameter 8 – 9 mm, buah muda berwarna
hijau, setelah masak menjadi merah gelap, dengan rasa agak sepat (Depkes RI,
2008).
Daun salam memilki bentuk daun yang lonjong sampai elips atau bundar
telur dengan pangkal lancip, sedangkan ujungnya lancip sampai tumpul dengan
10 urat daun lateral. Panjang tangkai daun 5 mm sampai 12 mm (Dit Jen POM,
1989). Daun salam merupakan daun tunggal yang letaknya berhadapan. Permukaan
daunnya licin dan berwarna hijau mudadan jika diremas beraroma harum
(Dalimartha, 2000).
12
Gambar.1. Daun salam (Anonim, 2017)
Daun salam juga merupakan tumbuhan asli Indonesia yang telah ditetapkan
sebagai salah satu tumbuhan obat yang tergolong dalam klasifikasi berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Subkelas : Dialypetalae
Bangsa : Myrtales
Suku : Myrtaceae
Marga : Syzygium
(Tjitrosoepomo, 1994)
alkaloid, dan 0.2% minyak esensial yang terdiri dari tanin, flavonoid, lakton, dan
13
karbohidrat sederhana yang terdapat pada bermacam-macam tanaman. Saponin
memilki karakteristik berupa buih, sehingga ketika direaksikan dengan air dan
dikocok maka akan terbentuk buih yang dapat bertahan lama. Saponin mudah larut
dalam air dan tidak larut dalam eter, memiliki rasa pahit dan menyebabkan bersin
serta iritasi pada selaput lender. Saponin merupakan racun yang dapat
menghancurkan butir darah atau hemolysis pada darah, bersifat racun bagi hewan
1) Antioksidan
karena berfungsi sebagai penangkap radikal bebas yang banyak terbentuk dalam
proses oksidasi dari lemak dan minyak, memperkecil terjadinya proses kerusakan
makanan. Lipid peroksidase merupakan salah satu faktor yang cukup berperan
2005).
14
Sumber: Rohmani, 2006.
yang ada menjadi molekul yang berkurang dampak negatifnya sebelum senyawa
sekunder bekerja dengan cara mengkelat logam yang bertindak sebagai pro-
antialergenik properti, dan aktivitas antioksidan yang beberapa kali lebih kuat
15
kacang-kacangan, dan lain-lain terbukti efektif. Flavonoid disintesis oleh tanaman
untuk melindungi diri dari proses oksidatif dan selama evolusi jangka panjang
radikal bebas didalam tubuh. Senyawa antioksidan ini dapat menatralisir radikal
bebas yang merusak sel-sel dalam tubuh. Daun salam juga berkhasiat sebagai
anti hipertensi, diduga senyawa yang bertanggung jawab adalah karena daun
Flavonoid berasal dari kata flavon, yaitu nama dari salah satu jenis zat
dengan warna kuning, kuning jeruk dan merah yang dapat ditemukan pada buah,
sayuran, kacang, biji, batang, bunga, rempah-rempah, serta produk pangan dan obat
dari tumbuhan seperti minyak zaitun, teh, cokelat, anggur merah, dan obat herbal.
Senyawa ini berperan penting dalam menentukan warna, rasa, aroma serta kualitas
nutrisi makanan. Sifat dari senyawa flavonoid yaitu agak asam dan dapat larut
dalam basa, karena merupakan senyawa polihidriksi (gugus hidroksil) dan juga
bersifat polar sehingga dapat larut dalam pelarut polar seperti methanol, etanol,
aseton, air, butanol. Flavonoid juga merupakan suatu kelompok senyawa fenol
16
merah, ungu, dan biru yang ditemukan dalam tumbuh-tumhbuhan (Lenny, 2006
pelarut polar seperti etanol, menthanol, butanol, dan aseton. Flavonoid adalah
umumnya kelarutan zat aktif yang diekstrak akan bertambah besar dengan
bertambah tingginya suhu. Akan tetapi, peningkatan suhu ekstraksi juga perlu
diperhatikan, karena suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada
bahan yang sedang diproses (Margaretta et al., 2011). Komponen bioaktif seperti
flavonoid, tanin, dan fenol rusak pada suhu diatas 500C karena dapat mengalami
Sriherfyna, 2016). Semakin tinggi suhu yang digunakan dalam proses pengeringan
lain yaitu sebesar 3,77 mg/g, sedangkan perlakuan suhu pengeringan 50°C
diperoleh kadar flavonoid yang paling rendah yaitu sebesar 2,26 mg/g. Hal ini
senyawa aktif yang sensitif terhadap suhu (termolabil), sehingga pada proses
17
pengeringan dengan pemanasan cenderung menurunkan kadar flavonoid. Syafarina
struktur dasar fenol yang senyawanya memiliki sifat mudah teroksidasi dan sensitif
senyawa akan menurun seiring dengan peningkatan dan tinggi suhu yang digunakan
karena akan terjad dekomposisi fenol yang berpengaruh pada kandungan flavonoid.
Salah satu contohnya yaitu adalah adanya perubahan senyawa tanin menjadi
senyawa kimia lain akibat adanya pengaruh suhu. Tanin salah satu jenis senyawa
18
merupakan komponen senyawa tannin dengan kandungan polifenol dalam jumlah
2) Tanin
Tanin sering ditemukan ditumbuhan yang terletak terpisah dari protein dan
enzin sitoplasma, tetapi bila jaringan rusak maka reaksi penyamakan dapat terjadi.
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman. Tanin merupakan
polifenol (dengan rasa pahit atau sepat) Tanin juga terdapat dalam bagian tanaman
tertentu, antara lain bagian daun, buah, kulit kayu dan batang. Pada buah yang muda
sering terdapat tannin, kadar tannin menurun sejalan dengan menuanya buah. Tanin
3) Minyak atsiri
dilakukan oleh Arintawati (2000), komponen pembentuk aroma daun salam yang
paling banyak adalah golongan terpenoid sebanyak 34,6% yang terdiri atas
1,8%. Minyak atsiri Berperan sebagai antibakteri dengan cara mengganggu enzim
Minyak atsiri dalam jumlah banyak dapat juga mendenaturasi protein (Nazzaro et
al., 2013). Minyak atsiri adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud
19
cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma
yang khas.
pelengkap bumbu dapur karena bau harum yang dimiliki daun salam dan dapat
pelengkap bumbu dapur saja. Secara empiris daun salam dapat digunakan dalam
terapi. Sebagai contoh, daun salam dapat digunakan untuk mengurangi hipertensi,
diabetes, diare, gastritis, mabuk, dan penyakit kulit. Tumbuhan ini juga
mempunyai efek diuretik dan analgesik (Sumono & Sd, 2008). Manfaat-manfaat
daun salam tersebut dihasilkan oleh kandungan senyawa kimia yang dimilikinya.
Senyawa kimia yang terkandung dalam daun salam adalah flavonoid, tanin,
minyak atsiri, triterpenoid, alkaloid, dan steroid. Flavonoid, tanin, minyak atsiri,
dan alkaloid memiliki efek antibakteri sedangkan steroid triterpenoid dan steroid
memiliki efek analgesik (Dalimartha 2000; Kusuma et al., 2011). Selain itu
(Harismah, 2017). Dari BPOM (1989), daun salam ditetapkan sebagai salah satu
dari Sembilan tanaman obat unggulan yang telah diteliti atau diuji secara klinis
dimanfaatkan dari tumbuhan salam adalah daun. Daun salam juga dapat
digunakan untuk mengobati kolestrol tinggi, kencing manis, tekanan darah tinggi,
20
2.5.Pengeringan
Pengeringan adalah proses pengeluaran air atau pemisahan air dalam jumlah
yang relatif kecil dari bahan dengan menggunakan enersi panas. Hasil dari proses
pengeringan adalah bahan kering yang mempunyai kadar air setara dengan kadar
air keseimbangan udara (atmosfir) normal atau setara dengan nilai aktivitas air (aw)
yang aman dari kerusakan mikrobiologis, enzimatis dan kimiawi. Pengertian proses
evaporasi adalah proses pemisahan uap air dalam bentuk murni dari suatu campuran
berupa larutan (cairan) yang mengandung air dalam jumlah yang relatif banyak.
Pengeringan merupakan salah satu proses pengolahan pangan yang sudah lama
dikenal. Tujuan dari proses pengeringan adalah menurunkan kadar air bahan
Di samping itu banyak bahan hasil pertanian yang hanya digunakan setelah
dikeringkan terlebih dahulu seperti tembakau, kopi, the dan biji-bijian. Meskipun
perubahan sifat fisik dan kimiawi bahan serta terjadinya penurunan mutu bahan.
berhubungan dengan udara pengering dan faktor yang berhubungan dengan sifat
21
bahan yang dikeringkan. Faktor yang termasuk golongan pertama adalah suhu,
kecepatan volume aliran udara pengering dan kelembaban udara. Faktor golongan
kedua adalah ukuran bahan dan kadar air awal di dalam bahan. Waktu dapat
menyebabkan penurunan kadar air karena energi panas yang diberikan akan
semakin besar sehingga kandungan air di dalam bahan akan menguap ke udara
dikeringkan,
5. Prinsip pengeringan biasanya akan melibatkan dua kejadian, yaitu panas harus
diberikan pada bahan yang akan dikeringkan, dan air harus dikeluarkan dari
22
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam kecepatan pengeringan adalah:
dengan bahan pangan semakin cepat pindah panas ke bahan pangan dan semakin
cepat pula penguapan air dari bahan pangan. Semakin tinggi suhu udara, semakin
banyak uap air yang dapat ditampung oleh udara tersebut sebelum terjadi
kejenuhan. Dapat disimpulkan bahwa udara bersuhu tinggi lebih cepat mengambil
air dari bahan pangan sehingga proses pengeringan lebih cepat. Herbal dapat
dikeringkan pada suhu 30 - 90ºC. Berdasarkan ketentuan tersebut, maka suhu dan
senyawa yang tidak tahan terhadap pemanasan pada suhu tinggi seperti protein.
Herbal yang mengandung senyawa aktif yang tidak tahan terhadap panas atau
mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin atau dengan cara
pengeringan vakum.
Menurut Adri (2013), suhu yang digunakan pada pengeringan teh daun
Menurut Delvi (2013), pengolahan teh herbal daun sirsak dengan suhu dan
23
suhu dan waktu yang digunakan maka akan semakin berkurang zat gizi
rasa.
sebesar 10,9%, sehingga dinyatakan memenuhi SNI kadar air teh hijau
Menurut hasil penelitian Rona (2012), memanfaatkan daun kopi sebagai teh
suhu maka kadar air pada kulit manggis semakin rendah namun berbanding
terbalik dengan kadar abu, semakin tinggi suhu maka kadar abu yang
rasa dan aroma, dapat dilihat bahwa perlakuan yang banyak diterima panelis
24
perlakuan suhu pengeringan 90°C karena the yang dihasilkan sangat pekat
sehingga memerlukan suhu dan lama pengeringan yang terlalu tinggi maka akan
mempengaruhi penurunan zat kandungan lain yang terdapat dalam daun salam.
Sedangkan pada suhu dan lama pengeringan yang terlalu rendah akan menyebabkan
daya simpan teh herbal daun salam akan semakin cepat. Menurut SNI (1995) kadar
2. Luas permukaan
baik dengan cara diiris, dipotong, atau digiling. Proses pengecilan ukuran dapat
yang tinggi atau ukuran bahan yang semakin kecil menyebabkan permukaan
b. Luas permukaan yang tinggi juga menyebabkan air lebih mudah berdifusi
atau menguap dari bahan pangan sehingga kecepatan penguapan air lebih
c. Ukuran yang kecil menyebabkan penurunan jarak yang harus ditempuh oleh
panas. panas harus bergerak menuju pusat bahan pangan yang dikeringkan.
Demikian juga jarak pergerakan air dari pusat bahan pangan ke permukaan
25
3. Kecepatan aliran udara, Udara yang bergerak atau bersirkulasi akan lebih cepat
mengambil uap air dibandingkan udara diam. Pada proses pergerakan udara,
uap air dari bahan akan diambil dan terjadi mobilitas yang menyebabkan udara
tidak pernah mencapai titik jenuh. Semakin cepat pergerakan atau sirkulasi
udara, proses pengeringan akan semakin cepat. Prinsip ini yang menyebabkan
4. Kelembaban Udara
uap air tinggi atau lembab, maka kecepatan penyerapan uap air oleh bahan
pangan tersebut akan semakin cepat. Proses penyerapan akan terhenti sampai
tertentu dimana tidak terjadi penguapan air dari bahan pangan ke udara dan
tidak terjadi penguapan air dari bahan pangan ke udara dan tidak terjadi
5. Lama Pengeringan
sebagian besar bahan pangan sensitif terhadap panas maka waktu pengeringan
yang digunakan harus maksimum, yaitu kadar air bahan akhir yang diinginkan
suhu yang tinggi dan waktu yang pendek dapat lebih menekan kerusakan bahan
26
pangan dibandingkan dengan waktu pengeringan yang lebih lama dan suhu
lebih rendah.
merupakan salah satu cara pengawetan yang umum dilakukan pada bahan pangan.
Tujuan pengeringan yaitu mengurangi kandungan kadar air bahan pangan sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikroba yang tidak diinginkan. Selain itu, proses
aktivitas enzim polfenol oksidase terhambat karena berkurangnya kadar air hingga
mencapai 2,5-3%, membentuk warna dan cita rasa yang dikehendaki (Temple et.al,
2001). Reaksi oksidasi enzimatis harus dihentikan karena apabila reaksi tersebut
tidak dihentikan akan terjadi oksidasi enzimatis lanjutan yang akan mengakibatkan
mutu teh yang dihasilkan menurun atau maksimal sehingga warna teh tidak cerah
dan rasanya sepat atau pahit. Pengeringan dilakukan sebagai tahap akhir dapat
Proses perpindahan panas terjadi karena suhu bahan lebih rendah pada suhu
udara yang dialirkan di sekelilingnya. Panas yang diberikan akan menaikkan suhu
bahan yang menyebabkan tekanan uap air udara, sehingga terjadi perpindahan uap
air dari bahan ke udara yang merupakan perpindahan massa. Sebelum proses
27
pengeringan berlangsung, tekanan uap air di dalam bahan berada dalam
permukaan bahan akan menaikkan tekanan uap air, terutama di daerah permukaan,
sejalan dengan kenaikan suhunya. Saat proses ini terjadi, perpindahan massa dari
bahan ke udara dalam bentuk uap air berlangsung atau terjadi pengeringan pada
permukaan bahan, kemudian tekanan uap air pada permukaan bahan akan menurun.
Setelah kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian bahan, maka terjadi pergerakan
air secara difusi dari bahan ke permukaannya dan seterusnya proses penguapan
pada permukaan bahan diulang kembali. Kemudian setelah air bahan berkurang,
tekanan uap air bahan akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara
a. Proses perpindahan panas, yaitu proses menguapkan air dari dalam bahan atau
b. Proses perpindahan massa, yaitu proses perpindahan massa uap air dari
mengendalikan suhu masuk (inlet) dan keluar (outlet). Bubuk teh yang diharapkan
diantaranya adalah bubuk teh kering berwarna coklat mengkilap, partikel bubuk teh
28
ringan dan saling terpisah. Selain itu, setelah proses pengeringan akan terbentuk
aroma yang kuat dari bubuk teh yang dihasilkan (Dewi, 2015).
proses fermentasi masih bisa berlangsung. Selain itu, waktu pengeringan yang
pengeringan yang terlalu cepat menyebabkan kadar air masih tinggi. Beberapa
penelitian sebelumnya tentang suhu dan lama pengeringan daun yang memiliki
karakteristik hampir sama dengan daun kakao dapat menghasilkan teh dengan
kualitas yang cukup baik seperti pada penelitian Mulachella (2017) pengeringan
daun salam pada suhu 50 oC selama 50 menit menghasilkan teh daun salam dengan
kadar air 7,77% dan aktivitas antioksidan tertinggi yaitu 89,78% serta dari segi
organoleptik teh daun salam dapat diterima dengan nilai agak suka baik pada rasa,
pengeringan dan lama pelayuan pada mutu apel celup sangat berpengaruh
a) Vitamin C
adanya peningkatan suhu pengeringan dan lama pelayuan. Semakin tinggi suhu
mudah rusak akibat panas. Semakin tinggi suhu menyebabkan semakin banyak air
29
yang menguap. Vitamin C merupakan senyawa yang larut air sehingga ikut hilang
bersama hilangnya air dari bahan. Semakin lama proses pelayuan maka semakin
lama juga reaksi oksidasi vitamin C yang terjadi karena bahan lebih lama terpapar
oksigen. Asam askorbat bersifat sangat sensitif terhadap pengaruh luar penyebab
kerusakan seperti suhu, oksigen, kadar air, dan katalisator logam. Asam askorbat
sebagai vitamin C. Asam L-dehidroaskorbat secara kimia sangat labil dan dapat
b) Kadar Air
tingginya suhu pengeringan dan lama pelayuan yang digunakan. Semakin tinggi
suhun yang diterapkan dalam pengeringan semakin cepat pula panas yang
terbentuk untuk menguapkan air dalam bahan. Semakin tinggi panas yang
diterima oleh bahan saat pengeringan menyebabkan semakin banyak air dalam
bahan yang menguap. Pada proses pelayuan terjadi proses pengeluaran air dari
jaringan buah. Pengeluaran air ini terjadi karena apel sudah mengalami proses
pemotongan sehingga luas permukaan apel menjadi lebih besar hal ini
mengakibatkan air dari dalam bahan keluar karena perbedaan tekanan di dalam
dan di luar jaringan. Semakin lama proses pengeluaran air ini berlangsung
menyebabkan banyak air yang keluar dalam bentuk air bebas sehingga
30
mempermudah proses penguapan air saat proses pengeringan. Sehingga semakin
c) Total Fenol
Penurunan total fenol apel celup Anna seiring dengan semakin lama waktu
pelayuan yang diterapkan. Hal ini dikarenakan pada proses pelayuan terjadi reaksi
fenolik pada apel menghasilkan pigmen melanin atau senyawa penghasil warna
Apabila enzim tersebut mengalami kontak dengan oksigen di udara, fenolase akan
mengkatalisis konversi biokimia dari komponen fenolik yang ada pada apel
d) Kecerahan Seduhan
seiring dengan semakin tingginya suhu pengeringan yang digunakan dan semakin
lama waktu pelayuan. Hal tersebut disebabkan karena Semakin tinggi suhu
semakin cepatnya waktu seduh akibat semakin tinggi suhu yang digunakan dalam
pembuatan apel celup. Pada proses pelayuan terjadi proses terbentuknya pigmen
melanin yaitu pigmen coklat dari hasil reaksi oksidasi fenol. Fenol yang
teroksidasi akan membentuk o-quinon dan pigmen coklat. Semakin lama waktu
31
sehingga kecerahan semakin menurun dan kecepatan seduhan apel celup semakin
cepat.
e) Organoleptik Aroma
Daun salam dalam keadaan utuh tidak menimbulkan aroma khasnya. Ketika
diremas-remas aroma khas daun salam baru tercium. Proses meremas ini
akibat teroksidasi oleh udara atau reaksi enzimatis akibat aktivitas enzim yang
terkandung dalam daun sehingga memunculkan flavor. Aroma khas daun salam
akan meningkat ketika direbus hingga air mendidih. Hal ini disebabkan karena
komponen yang dominan dalam daun salam yakni (Z)-4-decenal, fatty acid ester,
dan decanal tidak berada dalam keadaan bebas, masih diduga dalam bentuk
volatilitas tinggi, sehingga mengurangi aroma khas daun salam itu sendiri akibat
yang menyebabkan daun salam segar memiliki aroma cita rasa gurih yang lebih
kuat semakin meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu pelayuan. Hal
ini dikarenakan semakin lama pelayuan semakin banyak ester yang terbentuk dan
menghasilkan aroma apel. Pada buah apel terdapat asam-asam fenolik yang
mempengaruhi rasa asam apel, asam –asam fenolik pada apel seperti asam cafeic
dan asam p-coumaric dapat bereaksi dengan asam quinic yang merupakan hasil
32
oksidasi komponen fenolik membentuk ester. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa
kesukaan panelis terhadap aroma apel celup Anna. Hal ini dikarenakan suhu tidak
f) Organoleptik Warna
semakin meningkat seiring dengan semakin lamanya waktu pelayuan. Hal ini
pigmen coklat yang terbentuk akibat reaksi oksidasi enzimatis senyawa fenolik.
tinggi kadar kuinon maka semakin coklat warna sari apel dari apel celup Anna.
Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu pengeringan tidak
memberikan pengaruh terhadap nilai kesukaan panelis terhadap warna apel celup
g) Organoleptik Rasa
Nilai kesukaan panelis terhadap rasa apel celup Anna cenderung semakin
pelayuan terjadi perubahan senyawa katekin pada apel akibat oksidasi polifenol
menghasilkan rasa yang lebih enak. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin
33
panelis terhadap warna apel celup Anna. Hal ini dikarenakan suhu tidak
celup Anna.
naiknya kadar zat gizi di dalam massa yang tertinggal. Sebagian besar bahan pangan
kering bila direkonstitusi atau rehidrasi tetap berbeda dengan bahan pangan segar.
Pada bahan pangan yang kering terdapat vitamin-vitamin yang hilang. Vitamin
yang larut dalam air, sangat peka terhadap panas dan dapat diperkirakan akan
bahan pangan yang dikeringkan, proses dehidrasi yang dipilih, kehati-hatian dalam
Potensi Daun Alpukat (Persea American Miller) sebagai Minuman Teh Herbal yang
Kaya Antioksidan yang dilakukan pada suhu pengeringan 40ºC, 50ºC, 60ºC, 70ºC
dan 80ºC dengan waktu pengeringan : 30, 50, 70, 90 dan 110 menit diperoleh hasil
bahwa semakin kecil suhu dan waktu pengeringan maka semakin besar aktivitas
mengakibatkan meningkatkan zat aktif yang terkandung dalam the, selain itu
34
2.6.2. Pengaruh Pengeringan Terhadap Sifat Bahan Pangan
mempunyai nilai gizi yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan segar, selama
pengeringan dapat terjadi perubahan warna, aroma, tekstur dan lain sebagainya.
karbohidrat, lemak dan mineral dalam konsentrasi yang lebih tinggi, akan tetapi lain
halnya untuk vitamin-vitamin dan zat warna pada umumnya akan menjadi rusak
atau berkurang. Reaksi pencoklatan pada bahan pangan dapat dibagi menjadi dua
enzimatis adalah proses reaksi kimia yang terjadi pada bahan pangan terutama
Pencoklatan enzimatis dipicu oleh enzim oksidase dan oksigen (1,2 benzenediol,
phenolase, monophenol oxidase, diphenol oxidase dan tyrosinase. Reaksi ini dapat
terjadi bila jaringan tanaman terpotong, terkupas dan karena kerusakan secara
(pemanasan gula sukrosa menjadi caramel). Reaksi Maillard adalah reaksi antara
karbohidrat khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer pada bahan
Ada satu hal yang perlu diperhatikan dalam pengeringan yaitu penggunaan
panas, jika pengeringan dilakukan dengan suhu yang terlalu tinggi, maka akan
35
menyebabkan case hardening yaitu keadaan bahan dibagian luar sudah kering
tetapi dibagian dalam masih basah, hal ini terjadi karena penggunaan suhu yang
terlalu tinggi menyebabkan permukaan bahan menjadi cepat kering dan mengeras,
karena terhalang oleh bagian luar yang sudah mengeras, case hardening juga biasa
dekstrin dari pati yang jika dikeringkan akan menjadi bahan yang massif (keras).
Untuk case hardening adalah dengan menggunakan suhu yang tidak terlalu panas
air dan hilangnya komponen pangan yang bersifat mudah menguap, sehingga bahan
tergantung pada suhu, tekanan uap dari komponen yang mudah menguap,
kandungan air dalam bahan pangan dan kelarutan komponen yang mudah menguap
dalam air. Oleh karena itu komponen yang tingkat menguapnya tinggi akan lebih
dilakukan pada suhu rendah. Aroma pada bahan pangan dapat hilang apabila
struktur terbuka pada bahan pangan yang dikeringkan berkontak dengan oksigen.
Hilangnya aroma terjadi karena dalam proses oksidasi dan komponen akan mudah
36
BAB III
METODE PEMECAHAN MASALAH
Laboratorium.
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan percobaan faktor tunggal yaitu Suhu
T1 : Suhu pengeringan 40 ºC
T2 : Suhu pengeringan 50 ºC
T3 : Suhu pengeringan 60 ºC
T4 : Suhu pengeringan 70 ºC
T5 : Suhu pengeringan 80 ºC
Apabila ada perbedaan maka dilanjutkan dengan uji lanjut menggunakan Uji
37
3.3. Alat dan Bahan yang Digunakan
3.3.1. Alat
jenis UNB 400, timbangan digital, colormeter (MSEZ user manual) , cawan
porselin, labu ukur, Erlenmeyer, pipet volume, tabung reaksi, gelas plastic, rak
3.3.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun salam, air
Proses pembuatan teh daun salam meliputi beberapa tahapan yaitu persiapan
bahan baku meliputi pembuatan teh daun salam diantaranya proses penyiapan daun
berikut:
Proses pemetikan daun salam dilakukan dari tangkai dengan cara manual.
Pohon salam dipetik sebanyak 3 pohon yang berusia kurang lebih 5 tahun dengan
Daun salam dipilih dengan kondisi masih segar, berwarna hijau muda, belum
38
terserang hama, tidak robek dan tidak berwarna kekuningan atau kecoklatan.
Daun salam segar dipisahkan dari ranting dan tangkainya dengan cara manual.
3. Sortasi daun
Daun salam diseleksi, dengan kondisi daun yaitu berwarna hijau tua dan masih
segar.
4. Pencucian
Daun salam dicuci dengan air mengalir untuk menghilangkan kotoran dan debu
5. Penirisan
Daun salam diletakkan di rak penirisan agar air yang masih menempel pada
6. Pelayuan
Proses pelayuan bertujuan untuk mengurangi kadar air dalam daun salam, agar
drying cabinet tidak ada yang turut terbawa. Pelayuan dilakukan dengan cara
7. Perajangan
39
8. Pengeringan
suhu 40 ºC, 50 ºC, 60C, 70 ºC dan 80ºC dan waktu pengeringan semua
Daun salam dianalisis kadar air, kadar abu, dan aktivitas antioksidan.
40
Daun Salam Hijau Tua
Sortasi
Pencucian
Penirisan
Pelayuan 4 menit s
Perajangan
Perlakuan Suhu
Pengeringan: Penimbangan ( 50 g) tiap ulangan
T1 = 40 ºC
Pengeringan dengan (oven) 50 menit Analisis Mutu Teh:
T2 = 50 ºC
1. Kadar air
T3 = 60 ºC 2. Aktivitas Antioksidan
Teh Daun Salam Kering
T4 = 70 ºC 3. Kadar Abu
4. Kadar Abu Tidak Larut
T5 = 80 ºC Dalam Asam
5. Alkalinitas Abu Larut
Dalam Air
41
3.5. Parameter dan Cara Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah kualitas teh daun
salam meliputi sifat kimia dan organoleptik. Sifat kimia meliputi Kadar air,
Aktivitas Antioksidan, Kadar Abu, Kadar Abu Tidak Larut Dalam Asam
1. Cawan kosong tertutup dipanaskan dalam oven dengan suhu 105ºC selama 1
jam.
selama 30 menit
4. Daun salam kering ditimbang sebanyak 3 g pada cawan yang telah di tetapkan
bobot konstannya.
42
8. Pemanasan cawan yang berisi sampel uji diulang selama satu jam
9. Kadar air dinyatakan sebagai % (b/b), dihitung sampai dua desimal dengan
menggunakan rumus:
(B-C)
Kadar air = ×100%
(B-A)
Dengan:
1981). Prinsip analisa ini yaitu senyawa antioksidan dalam sampel bereaksi
menyebabkan terjadinya peluruhan warna DPPH dari ungu menjaddi pudar yang
diukur dengan panjang gelombang 517 nm (Blois, 1958). Semakin pudar warna
sebagai berikut :
dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml methanol dan 1 ml 0,1 Mm DPPH lalu
43
divortex (5000 rpm).
Absorbansi sampel
Aktivitas antioksidan (%) = (1 − ) x 100%
Absorbansi kontrol
10%.
3. Selanjutnya saring larutan dengan kertas saring tak berabu dan cuci dengan
Perhitungan :
W1-W2
Kadar abu tak larut dalam asam = ×100%
W
Dimana :
44
3.5.2.4. Alkalinitas Abu Larut Dalam Air (SNI 01-2891-1992)
1. Tambahkan 1 tetes-2 tetes H2O2 3% kedalam abu (dari sisa penetapan abu).
2. Pipet 20 ml HCL 0,5 N dan masukkan kedalam cawan berisi abu tersebut,
5. Kerjakan blanko
(V1-V2) x N x 1
Kealkalian abu = ml N NaOH/100 g
W
Dimana :
N : Normalitas NaOH
Uji organoleptik meliputi parameter warna, aroma, dan rasa yang dilakukan
dilakukan dengan menggunakan metode uji hedonik dan uji skoring (SNI 01- 2346-
2006).
1. Sampel (teh daun salam) disiapkan di atas gelas yang telah diberi notasi angka
2. Panelis standar sebanyak 20 orang dari mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan
diminta untuk memberikan penilaian terhadap warna, aroma, dan rasa dengan
45
3. Untuk metode hedonik, panelis diminta memberikan penilaian berdasarkan
tingkat kesukaan. Skor uji hedonik meliputi warna, aroma, dan rasa dinyatakan
berdasarkan sifat bahan pangan. Skor uji Skoring meliputi warna, aroma dan
Tabel.3. Format Penilaian Aroma, Rasa dan Warna Teh Daun Salam Metode
Afektif
Parameter
Aroma Rasa Warna
1 = Sangat Tidak Suka 1 = Sangat Tidak Suka 1 = Sangat Tidak Suka
2 = Tidak Suka 2 = Tidak Suka 2 = Tidak Suka
3 = Agak Suka 3 = Agak Suka 3 = Agak Suka
4 = Suka 4 = Suka 4 = Suka
5 = Sangat Suka 5 = Sangat Suka 5 = Sangat Suka
46
Tabel.4. Format Penilaian Aroma, Rasa dan Warna Teh Daun Salam dengan
Metode Deskriptif
Skala Nilai
Warna Aroma Rasa
1 = Kuning 1 = Sangat Tidak 1 = Sangat
2 = Kuning keemasan Beraroma Daun Tidak Berasa
3 = Kuning kemerahan Salam Daun Salam
4 = Merah 2 = Tidak Beraroma Daun 2 = Tidak
5 = Merah Kehitaman Salam Berasa Daun
3 = Agak Tidak Salam
Beraroma Daun 3 = Agak Berasa Daun
Salam Salam
4 = Beraroma Daun
4 = Berasa Daun Salam
Salam
5 = Sangat Beraroma 5 = Sangat Berasa Daun
Salam
Daun Salam
47
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
terhadap aktivitas antioksidan teh daun salam dapat dilihat pada Lampiran 2a
mutu kimia (Antioksidan, alkalinitas larut dalam air, Abu tidak larut dalam asam,
kadar air dan kadar abu) dan organoleptik (warna, rasa, dan aroma) secara hedonic
dan skoring dapat dilihat pada Tabel 4.3 sampai Tabel 4.7.
48
DAFTAR PUSTAKA
Angraiyati, 2017. Lama Pengeringan Pada Pembuatan Teh Herbal Daun Pandan
Wangi (Pandanus Amarylifolius Roxb.,) Terhadap Aktivitas Antioksidan. Jom
Faperta Ur. 4 (1).
Badan Pengawasan Obat dan Makanan, 1989. Vedemekum Bahan Obat Alam.
Depertemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. Hlm 249.
Badan Standarisasi Nasional, 1995. Standar Persyaratan Mutu Produk Teh. Dewan
Standarisasi Nasional. Jakarta.
Bambang, 1995.prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Bambang, T., 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Gizi. PAU Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
49
Candra, Elisabeth, C. Yuwono Dan B. Mardiono, 2017. Perancangan Buku
Interaktif Pengenalan Dan Pemanfaatan Tanaman Obat Tradisional Menjadi
Minuman Teh Herbal. Program Studi Desain Komunikasi Visual, Fakultas Seni
Dan Desain, Universitas Kristen Petra.
Dalimarta, H. S., 2000. Kajian Stabilitas Beberapa Formulasi Bir Pletok (Minuman
Khas Betawi) dan Pengaruhnya Selama Penyimpanan. Skripsi. Fakultas
Pertanian IPB. Bogor.
De Guzman, C.C., dan Siemonsma, J.S. (1991). Spices. Plant Resources of South-
East Livingstone Elsevier: Beijing: 383, 385.
Delvi Adri, 2013. Pengolahan Teh Herbal Daun Sirsak. Skripsi. Universitas
Muhammadiyah Semarang.
Desroiser, 2008. Kimia Organik.. Houngton Mifflin Co. Michigan State University.
USA. (Terjemahan S. Achmadi). Erlangga. Jakarta.
Dewi, Amalia Sinta. 2015. Laporan Praktek Kerja Lapang Proses Pengeringan Bubuk
Teh Padapengolahan Teh Hitam Ctc (Crushing,Tearing, Curling ) Di Pt.
Perkebunannusantara Xii (Persero) Kebunkertowono Lumajang Jawa Timur.
Universitas Brawijaya. Malang.
Elbie Dwi Kencana, 2013. Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap
Karakteristik Teh Herbal Daun Katuk (Sauropus androgunus L. Merr). Jurnal
Penelitian Tugas Akhir. Teknologi Pangan Universitas Pasundan.
Elsa 2017. Pengaruh Suhu Pengeringan Terhadap Teh Daun Sambilito. Fakultas
Teknologi Pangan dan Agroindustri. Skripsi . Universitas Mataram. Mataram.
Farrel, K.T., 1990. Spices, Condiments, and Seasonings. 2nd edition. The AVI
Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut.
Fellow,. A.p., 2000. Food Procesion Technolog, Principles and Practise. 2nd ed
Woodread. Pub. Lim Crimbridge. England. (Terjemahan Risnanto. W dan
Agus Purnomo).
50
Hanafiah, K. A., 2014. Rancangan Percobaan: Teori dan Aplikasi. Edisi Ketiga.
PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Jakarta.
Harun, N., S. Efendi, dan L. Simanjuntak., 2014. Penerimaan Panelis Terhadap Teh
Herbal Dari Kulit Buah Manggis ( Garcinia Mangostana L. ) Dengan
Perlakuan Suhu Pengeringan. Sagu. 13 (2) : 7-18.
Krisnawati, Inti. (2014). 45 Resep Mujarab Minuman Teh Herba: Membantu Atasi
35 Penyakit. Surabaya : Gramedia Pustaka.
Mei Ambarsari, 2015. Aktivitas Antioksidan Teh Daun Alpukat (Persea Americana
Mill) Dengan Variasi Teknik Dan Lama Pengeringan. Skripsi Surakarta. :
Universitas Muhammadiyah Surakarta
51
Palupi Dan Tri Dewanti Widyaningsih, 2015. Pembuatan Minuman Fungsional
Liang Teh Daun Salam (Eugenia Polyantha) Dengan Penambahan Filtrat Jahe
Dan Filtrat Kayu Secang. Jurnal Pangan Dan Agroindustri Vol. 3 No 4 P.1458-
1464.
Raharjo, M. 2005. Tanaman Berkhasiat Antioksidan. Jakarta : Penebar Swadaya
Rahmad, Samsu U. Nurdin Dan Sussi Astuti, 2016. Pengaruh Ekstrak Daun Salam
(Syzygium Polyanthum (Wight.) Walp.) Terhadap Tingkat Hidrolisis Pati,
Aktivitas Antioksidan Dan Sifat Sensori Nasi Instan. Jurnal Teknologi Industri
& Hasil Pertanian. 21 (1).
Rofiah, D. 2015. Aktivitas Antioksidan Dan Sifat Organoleptik Teh Daun Kelor
Dengan Variasi Lama Pengeringan Dan Penambahan Jahe Serta Lengkuas
Sebagai Perasa Alami.Skripsi. Surakarta : Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Rohdiana, D., 2006. Menyeduh Teh Dengan Baik, Benar Dan Menyehatkan.
http://www.pikiranrakyat.com.cetak/2006.122006/07/cakrawala/lainnya.02.
htm. (Diakses pada tanggal 26 April 2018).
Saragih, 2014. Uji Kesukaan Panelis Pada Teh Daun Torbangun (Coleus
Amboinicus). E-Journal Widya Kesehatan Dan Lingkungan 1 (1).
Satriadi, Luh Putu Wrasiati, I Gusti Ayu Lani Triani, 2014. Pengaruh Suhu
Pengeringan Dan Ukuran Potongan Terhadap Karakteristik Teh Kulit Lidah
Buaya (Aloe Barbadensis Milleer). Skripsi. Jurusan Teknologi Pangan.
Universitas Udayana. Bali.
Sembiring, B.S., Winarti, C., dan Baribing, B., 2003. Identifikasi Komponen Kimia
Minyak Daun Salam (Eugenia polyantha) dari Sukabumi dan Bogor. Buletin
Tanaman Rempah dan Obat. 14 (2) : 9-16.
Siringoringo, F.H.T., Z. Lubis. dan. R.J. Nainggolan., 2012. Studi Pembuatan Teh
Daun Kopi. J.Rekayasa Pangan Dan Pert., 1 (1): 1-5.
52
Sofiana, S., C., Winarti, dan Bringbing, 2013. Identifikasi Kandungan Kimia
Minyak Daun Salam dari Sukabumi dan Bogor. Jurnal Balai Penelitian
Tanaman Rempah dan Obat. 14 (02). 9-10.
Yusmarini dkk., 2003. Evaluasi Mutu Susu yang Dibuat dari Beberapa Varietas
Kedelai. 2 (2): 29-34.
53