Anda di halaman 1dari 38

RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN TIN (Ficus

carica L) TERHADAP JENIS DAN FREKUENSI


PEMBERIAN ZPT ALAMI

PROPOSAL PENELITIAN

Oleh :

Lia Rahmi Anjani


NPM: 1850100013

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUIHAMMADIYAH BENGKULU
2021
HALAMAN PENGESAHAN

“RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN TIN (Ficus


carica L) TERHADAP JENIS DAN FREKUENSI
PEMBERIAN ZPT ALAMI

PROPOSAL PENELITIAN

OLEH:

LIA RAHMI ANJANI


NPM. 1850100013

Menyetujui
Komisi Pembimbing

Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing II

Ir. Usman, M.Si Ir. Jon Yawahar, M.Si


NIP.196510221991031002 NIP. 196608131993021001

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI


FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN
UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2021

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya bagi Allah SWT yang maha pengasih lagi maha

penyayang, berkat limpahan karunia nikmat-Nya =, sarta shalawat dan salam

kepada Rasulullah Muhammaad SAW sehingga dapat menyelesaikan proposal

penelitian yang berjudul “ RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN TIN

(Ficus carica L) TERHADAP JENIS DAN FREKUENSI PEMBERIAN ZPT

ALAMI’.

Penulis juga menyadari penyusunan proposal ini masih jauh dari kata

sempurna, baik dari segi isi maupun penulisan. Untuk itu oenulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang positif dan membangun demi perbaikan

dimasa yang akan datang. Atas bantuan, bimbingan serta dukungannya.

Bengkulu, Juli 2021

Lia Rahmi Anjani


NPM. 1850100013

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................ii
KATA PENGANTAR......................................................................................iii
DAFTAR ISI ...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................vi
I. PENDAHULUAN ..................................................................................1
I.1. Latar Balakang ..............................................................................1
I.2. Tujuan Penelitian...........................................................................5
I.3. Hipotesis Penelitian ......................................................................5
II. TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................6
II.1. Tanaman Tin..................................................................................6
II.1.1. Syarat Tumbuh...................................................................7
II.1.2............................................................................................... Mor
fologi Tanaman Tin..............................................................8
II.1.3. Manfaat Tanaman Tin .......................................................9
II.2. Perbanyakan Secara Vegetatif dengan Stek...................................11
II.3. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman ...................................................13
3.1.1. ZPT Air kelapa...................................................................14
3.1.2. ZPT Bonggol pisang..........................................................16
3.1.3. ZPT Rebung bambu ..........................................................16
3.1.4. Frekuensi Pemberian..........................................................17
III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................19
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian........................................................19
3.2. Alat dan Bahan ..............................................................................19
3.3. Rancangan Penelitian.....................................................................19
3.4. Model RAL...................................................................................20
3.5. Alisis Data......................................................................................21
3.6. Pelaksanaan Penelitian...................................................................22
3.6.1. Persiapan lahan..................................................................22
3.6.2. Pembuatan naungan...........................................................22
3.6.3. Persiapan media tanam.......................................................22
3.6.4. Persiapan bahan stek..........................................................22
3.6.5. Pembuatan larutan ZPT......................................................24
3.6.6. Perendaman bahan stek......................................................25
3.6.7. Penanaman Stek.................................................................25
3.6.8. Pemberian sungkup............................................................25
3.6.9. Pemeliharaan Tanamaan ...................................................26
3.7. Parameter yang diamati ...............................................................26
3.7.1. Panjang tunas per Stek (cm)...............................................26

iv
3.7.2. Jumlah Tunas per Batang...................................................27
3.7.3. Jumlah daun (Helai)...........................................................27
3.7.4. Panjang Akar (cm)............................................................27
3.7.5. Luas Daun (cm²)................................................................27

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................29

LAMPIRAN.....................................................................................................32

v
DAFTAR TABEL

Halaman

1. Jenis Nutrisi yang terdapat dalam buah tin dinyatakan dalam persen (%).......10

2. Kandungan ZPT Dalam Air Kelapa..................................................................15

3. Kandungan Gizi Bonggol Pisang dalam 100 g..................................................16

4. Kandungan gizi rebung per 100 Gram..............................................................17

vi
I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman tin (ficus carica L.) merupakan tanaman khas timur tengah yang saat

ini telah dibudidayakan diindonesia meskipun masih tergolong sedikit. Tanaman

Tin (Ficus carica L) sudah bisa ditanamn dan beradaptasi dengan kondisi iklim

tropis dan Indonesia memiliki tanah yang lebih subur (Iskandar, 2007). Tin atau

Ara ( ficus carica L.) sejenis tumbuhan penghasil buah-buahan yang dapat

dimakan dan merupakan tanaman hasil domestikasi yang dapat tumbuh di

Indonesia.

Tanaman tin komoditas yang bernilai komersial tinggi, kegunaannya tidak

hanya sebagain obat. Tetapi juga bisa menjadi tanaman hias pot dan taman

hingga perkebunan. Kandungan gizi yang begitu banyak terkandung dalam

tanaman ini juga yang membuat nilai ekonomi tinggi pada tanaman tin ini.

Menurut Michailides (2003), nutrisi pada buah dan organ tanaman tin lebih lebih

tinggi daripada pisang, anggur,jeruk,strawberry,dan apel. Tin akan kaya vitamin

C, vitamin E, karetenoid, fenolit, yang dapat mempengaruhi aktifitas metabolisme

dan menetralkan zat-zat pemicu kanker yang mengakibatkan tumbuhnya tumor

pada sel (Kader,2001). Tanaman ini memiliki khasiat dalam penyembuhan

berbagai penyakit. Buah tin dapat digunakan dalam beberapa tanaman herbal

karena mengadung senyawa bioaktif seperti fenol,benzaldehida, terpenoid,

flaponoid, alkoloid yang memiliki sifat antioksidan sebagai penghambat

proliferasi sel kanker. Daun tanaman tin dapat dibuat teh untuk mengobati

1
2

penyakit batu ginjal dan lalapan yang berfungsi untuk mencegah asam

urat,sedangkan akarnya dapat dikeringkan dan digunakan sebagai teh yang sering

disebut dengan teh akar ara. ( Joseph dan Raj,2011).

Tanaman tin dibudidayakan di Indonesia melihat lonjakan konsumen yang

cenderung mengalami peningkatan. Terlihat dari tren impor dari tahun 2009-

2018,dari 1,7 ton menjadi 21 ton sehingga menyerap devisa sebesar 109 ribu US$

atau setara 297 juta rupiah. Sebaran pengusaha tin di Indonesia yaitu Jawa Timur

enam orang, Jawa Tengah empat orang, Jawa Barat tiga orang, DKI Jakarta dan

Daerah Iatimewa Yogyakarta masing-masing dua orang (Rahimah and Pujiastuti

2016). Produsen tin di dunia yang tertinggi adalah negara Mediterania dengan

peringkat pertama Turki (298.914 ton)), diikuti Mesir (153.089 ton) dan Aljazair

(117.100 ton). Sampai saat ini belum didapatkan mengenai data produksi Tin di

Indonesia. Namun prospek budidaya tanaman tin di Indonesia terbilang

menjajikan, tanaman tin di indonesia belum banyak di ketahui. Oleh karena itu

dari keterangan diatas bisa ditingkatkan lagi budidaya tanaman tin di Indonesia.

Pohon tin merupakan tanaman yang adaptif, di Indonesia tanaman tin merupakan

jenis Tin common yang dapat berbuah tanpa polinasi partenokarpi). Oleh karena

itu Tin di Indonesia tidak dapat diperbanyak dengan cara generatif ( Desi dan Eny,

2016).

Kota Bengkulu mempunyai kebun buah tin bernaman Ikhlasin Garden yang

berlokasi di Padang Serai, Kampung Melayu, Bengkulu. Nama pemilik kebun

tersebut adalah Bapak Basuki. Kebun ini memiliki luas 900m² yang dikelola

secara profesional. Jenis tin yang dikembangkan merupakan varian tin Merah,

Hitam dan Hijau antara lain Dslmstie Rusia, Red Palestine, Taiwan Gold Figs
3

Jumbo, Bojihong, Blue Giant, Brown Turkey, Sulthane, LSU Gold, Excel,Purple

Yordania, Red Libanon, dan varian lainnya. Bibit stek tin di kebun ini sudah

ribuan. Jenis buah tin yang paling bagus untuk stek yaitu Blue Giant dan Tgf

Jumbo (komunikasi Pribadi, Bapak Basuki).

Tanaman tin dapat dikembangbiakan secara vegetatif dan generatif. Salah satu

teknik perbanyakan bibit yang mudah dan banyak dilakukan yaitu teknik setek.

(Hartmann,et al. 1997). Pertumbuhan akar yang cepat memungkinkan sumber

stek memperoleh nutrisi untuk menunjang pertumbuhannya. Stek menghasilkan

tanaman baru yang mempunyai sifat sama seperti induknya, waktu perbanyakan

lebih singkat dan dengan bahan tanaman yang sedikit mampu menghasilkan

tanaman baru yang lebih banyak. Untuk mempercepat pertumbuhannya.

Untuk memepercepat pertumbuhan perakaran pada proses penyetekan, maka

perlu dipacu dengan pemberian zat pengatur tumbuh (ZPT) pemberian ZPT

pada proses penyetekan, bertujuan untuk memperoleh perakaran yang banyak

dalam waktu yang relatif cepat (Widianto, 1998). Dalam hal ini, ZPT yang

berperan penting dalam proses pertumbuhan akar, menghambat pertumbuhan

adalah ZPT dari golongan auksin. Auksin adalah zat zat pengatur tumbuh yang

berperan dalam proses pemanjangan sel,Merangsang pertumbuhan akar,

menghambat pertumbuhan tunas leteral, mecegah absisi daun dan buah

(Hartmann, et al. 1997). Pembentukan akar pada stek sangat dipengaruhi oleh

ZPT golongan auksin dan pertumbuhan tunas dipengaruhi oleh golongan

sitokinin.

Menurut Gardner et al (1991) bahwa penggunaan air kelapa mempunyai

hormon yang merangsang pertumbuhan tunas baru pada setek. Menurut Harjadi
4

(2009) hormon sitokinin yang terkandung dalam air kelapa memiliki fungsi yang

dapat meningkatkan pertumbuhan tunas. Peningkatan pertumbuhan tunas

memberikan dampak yang baik terhadap penambahan jumlah tunas. Sitokinin

memiliki fungsi sebagai sitokinensis yang dapat meningkatkan pertumbuhan pada

tunas.

Zat Pengatur Tumbuh sering digunakan untuk merangsang pembelahan sel

adalah hormon sitokinin. Sitokinin adalah hormon yang mampu mengatur

merangsang pembelahan sel dengan cepat, menginduksi pembelahan,

pertumbuhan sel dan penundaan penuaan sel (Krisnadi, 2015). Penggunaan ZPT

yang sering digunakan adalah sitokinin sintetis yang yang sulit diperoleh dan

harganya relatif mahal. Sebagai pengganti sitokinin dapat digunakan sitokinin

alami. Sitokinin alami diperoleh pada jaringan yang tumbuh aktif terutama

embrio, buah dan akar. Menurut Lindung (2014) sitokinin alami terdapat pada

bonggol pisang.

Rebung bambu diduga mempunyai kandungan hormon pertumbuhan yang

cukup tinggi (Kencana dkk, 2012). Rebung bambu juga lebih terjangkau di daerah

Bengkulu, mudah dan lebih murah.

Pertumbuhan akar dan tunas pada tanaman tin ini dapat di rangsang dengan

pemberian ZPT dengan metode Fekuensi Penyiraman karena dengan metode ini

akan memudahkan bagian akar tanaman untuk menyerap zat pengatur tumbuh.

Penggunaan air kelapa, bonggol pisang, dan rebung bambu untuk memacu

petumbuhan stek belum diketahui frekuensi penyiraman dan konsentrasi yang

tepat sehingga dikhawatirkan akan kelebihan atau kekurangan nutrisi yang dapat

mengakibatkan pertumbuhan terhambat, atau tumbuh kurang optimal.


5

Berdasarkan penjelasan dan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “RESPON PERTUMBUHAN TANAMAN TIN (Ficus

carica L) TERHADAP JENIS DAN FREKUENSI PEMBERIAN ZPT ALAMI”

1.2. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui perbedaan frekuensi penyiraman dan jenis ZPT alami pada

pertumbuhan stek tanaman tin (Ficus carica L)

2. Mengetahui perbedaan jenis ZPT alami dengan masing-masing frekuensi

penyiraman yang di berikan terhadap pertumbuhan stek tanaman tin (Ficus

carica L)

3. Mengetahui interaksi penyiraman dan jenis ZPT alami terhadap

petumbuhan stek tanaman tin (Ficus carica L)

1.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Pemberian Jenis-Jenis ZPT berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan stek

tanaman Tin (Ficus carica L).

2. Frekuensi Penyiraman ZPT berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan stek

tanaman Tin (Ficus carica L).

3. Interaksi Frekuensi Penyiraman dan Jenis ZPT Alami berpengaruh nyata

terhadap pertumbuhan stek Tanaman Tin (Ficus carica L).


6

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Tin (Ficus carica L)

Tanaman tin (Ficus carica L) merupakan tanaman hortikultura berasal

dari kawasan Moditeran yang kaya akan manfaat dan serat nutrisi, oleh karena itu

Allah SWT berfirman pada surat At-Tin ayat 1. Prospek dan peluang bisnis buah

tanaman tin berpotensi sebagai bahan baku Industriuntuk produk olahan baik

berupa makanan, minuman, obat dan kosmetik di Indonesia (Romaddhlon Ais

Mukhammad, Wiwik, Herry 2020). Tanaman tin di mancanegara telah

berkembang luas baik di iklim tropis seperti India dan Timur tengah serta iklim

subtropis seperti chili, brazil, floridina, italia dan lainnya. Turki merupakan negara

yang menjadikan tin sebagai produk utama mereka dan sekaligus eksporter

dengan total produksi 270,830t tin atau 36% total panen mereka di ekspor (26%

dari produksi dunia) (Polat dan Caliskan, 2012). Buah tin memiliki sumber serat

yang baik dan dapat membantu proses metabolisme fases dalam tubuh. Tanaman

ini dibudidayakan di negara timur tengah untuk dibuat manisan sebagai oleh-oleh

haji, semakin kering buah tin maka seratanya semakin banyak. Hal ini

dikarenakan buah tin segar hanya mengandung 1,2% serat, sedangkan yang kering

dan dapat mengandung 5,6% (Pipattanawong dkk, 2008).

Tanaman tin merupakan tanaman hortikultura tahunan yang sangat dikenal

oleh umat islam karena disebut dalam Al-qur’an sebagaiman bauh kurma,

gandum, jagung, zaitun dan lainnya. Hingga saat ini tanaman tin di Indonesia

yang mudah yang mudah berbuah ada varietas Green Yordan (GY), Purple
7

Yordan (PY) dan Brown Turkey (BT), (Romaddhlon Ais Mukhammad, Wiwik,

Herry 2020).

Berdasarkan taksonomi menurut (Meteria Medika, 2014) tanaman tin

diklasifikasikan sebagai berikut:

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super divisi : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Dilleniidae
Ordo : Rosales
Famili : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus carica L.

2.1.1. Syarat tumbuh

Tanaman tin dapat tumbuh pada suhu 21˚-27˚C dengan kondisi curah

hujan sedang dengan kelembapan tinggi ( Sobir dan Mega,2013). Tanaman tin

adalah tanaman subtropis yang termasuk dalam genus Ficus dan keluarga dari

Moraceae. Tanaman ini dapat tumbuh di beberapa belahan dunia termasuk

wilayah Mediterania, Asia Tenggara, Amerika Selatan, Caucasia dan

Astraulia(Meders Adnan, 2008). Ketika tumbuh di area dingin, pohon tin sering

terluka oleh embun yang merontokan cabang muda dan dapatmerusak puncuk

tumbuhan. Tanman tin mampu beradaptasi pada lingkungan yang minim unsur

hara serta toleran terhadap tanah basa, tanah salin dan tanah kering tetapi idealnya

tumbuh pada tanah yang memiliki drainase baik sedikitnya dengan ketinggian satu

meter dengan pH antara 5-8 (Adnan, 2008). Varietas tin yang adaptif tumbuh di

Indonesia yaitu brown turkey, green yordan, purple yordan, panache, conadra,

dan red israel (Vebriansyah dan Angkasa, 2016).


8

2.1.2. Morfologi tanaman Tin

a. Akar

Perakaran dari tanaman tin ini sendiri merupakan perakaran dangkal yang

relatif sensitif akan kekeringan (Swadaya, 2016). Tanaman tin toleran terhadap

tanah yang kurang nutrisi dan tanah salin akar agar peka terhadap nematoda

Meloidogyne incognita, terutama saatpohon ditanam di tanah berpasir (Starr et al.,

2013).

b. Batang

Tanaman tin dapat mencapai ketinggian 3-10 m dengan batang yang

kurang kokoh dan cabang yang tersebar dengan diameter batang sekitar 17,5 cm,

tanaman tin perlu disangga pada setiap percabangannya agar tidak mudah roboh.

Tanaman tin tumbuh dengan banyak percabangan yang lebat. Batang dan cabang

sangat sensitive terhadap panas dan sinar matahari. Kerusakan yang terjadi dapat

berupa bercak-bercak putih. Jika terluka, batang menghasilkan getah yang

berwarna putih. Batang muda bewarna putih. Batang muda dan bertukar menjadi

kelabu apabila matang. Sebagian varietas mempunyai batang yang berjalur-jalur

antara hijau dan kelabu (Starr et al., 2003)

c. Daun

Daunnya berwarna hijau dan terdiri atas 3-7 cuping yang bagian

permukaan atasnya memiliki bulu-bulu kasar sedangkan permukaan bawah

berbulu halus. Umumnya daun pada tanamn tin ini tumbuh berselang-seling, agak

tebal, memiliki panjang yang mencapai 30cm dan bergerigi bagian pinggirnya.

(Inneke winda wardani, 2019).


9

d. Bunga

Bunga tin tidak tampak karena terlindung oleh dasar bunga yang menutup

sehingga dekira buah. Penyerbukan dilakukan oleh sejenis tawon khusus, sama

seperti serangga yang menyerbuki jenis-jenis Ficus lainnya, yang disebut buah

sebetulnya adalah dasar bunga yang membentuk bulatan. Tipe ini khas untuk

semua suku khas ara-araan (Moraceae) (Starr, et al., 2003).

e. Buah

Buah tin adalah buah semu, bukan buah sejati, malainkan bunga yang

terdiri dari ratusan tangkai sari dan putik. Ada dua jenis buah tin yaitu jenis

common dan Smyrna. Buah dan sistem reproduksi dari setiap setiap jenis dari

genus Ficus sangat unik (Maredes, 2008). Bagian buah adalah bagian yang

memiliki cukup banyak khasiat. Bauh pada tanaman tin ini memiliki warna hijau

ketika masih muda dan warna ungu kehitaman bila sudah matang. Buah tin sendiri

buah yang mengandung sedikit air dan memiliki air dan berbiji yang banyak.

Pertumbuhan buah biasanya pada pertengahan musim panas hingga musim gugur.

(Inneke winda wardani, 2019).

2.1.3. Manfaat tanaman tin

Organ dari tanaman tin yang berguna sebagai obat untuk mengatasi

berbagai macam penyakit adalah daun, buah dan akarnya. Akar dari tanaman

sendiri dapat berguna dalam pengobatan leucoderma dan ringwoms secara

tradisional (Joseph, 2011). Menurut khasiatnya, beberapa organ tanamannya

kecuali batangnya memiliki kegunaan yang berbeda-beda dalam mengatasi

berbagai penyakit. Secara empiris daun pada tanaman tin digunakan dalam

pengobatan batu ginjal. Kandungan senyawa diuretik pada daun tin yang
10

membantu dalam menggerus batu yang mengendap di saluran kemih dan ginjal

dan kandungan anti radangnyalah yang mengurangi rasa nyeri (Swadaya, 2016).

Rebusan dari daun tanaman tin juga berguna untuk mengobati penyakit diabetes

karena diyakini dapat mengurangi jumlah asupan insulin. Ekstraksi daun tin yang

dihasilkan juga dapat mengobati penyakit jantung dan dapat berguna sebagai anti

malaria.

Kandungan kalium, omega 3 dan omega 6 bersama fenol dan megnesium

pada buah tin / ara membantu untuk menurunkan tekanan darah tinggi dan

menjaga seseorang dari serangan jantung koroner. Buah tin/ara baik untuk wanita

pasca-menopause dan perlindungan dari kanker (Swadaya, 2016). Buah tin yang

manis ini memiliki anti piretik dan telah terbukti dalam radang dan kelumpuhan

(Joseph, 2011). Buah tin mengandung zat sejenis alkalin yang mampu

menghilangkan kemasaman pada tubuh, mengobati luka luar, merangsang

pembentukan hemoglobin darah, serta mengandung kadar glukosa yang cukup

tinggi tanpa menyebabkan diabetes (Sobir, 2011). F. Carica telah dilaporkan

termasuk antioksidan, antibakteri, dan penekan kanker (Joseph, 2011:8).

Beragam kandungan bermanfaat dapat kita temukan pada buah tin,

menurut El-Shoki et al (2010) kandungan nutrisi didalam buah tin adalah sebagai

berikut:

Tabel 1. Jenis Nutrisi yang terdapat dalam buah tin dinyatakan dalam persen (%)

Jenis nutrisi Persentase (%) dalam buah tin


Air 82,20
Protein 1,001
Lemak 1,70
Serat 1,55
Karbohidrat 12,90
11

2.2 Perbanyakan Secara Vegetatif dengan Stek

Perbanyakan dengan cara stek lebih mudah dan cepat dilakukan

dibandingkandengan cara perbanyakan vegetatif lainnya namun, pengakaran

tanaman hasil stek tidak memiliki akar tunggang oleh sebab itu pengakarannya

kurang kuat. Bahan stek berupa batang dengan warna kulit bagian dalam yang

terlihat kehijauan menandakan adanya kandungan auksin, nitrogen dan

karbohidrat yang tinggi sehingga akan cepat menimbulkan akar oleh karena itu,

pemilihan bahan stek penting dilakukan karena berhubungan dengan kecepatan

tumbuh akar. Batang yang tua akan mempersulit proses tumbuh akar dan

memerlukan perlakuan khusus seperti pemberian zat pengatur tumbuh yang dapat

menginisiasi pengakaran (Hariyadi, 2017).

Stek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cottage (bahasa Inggris)

yang artinya potongan. Berdasarkan dari namanya perbanyak ini dilakukan

dengan cara menanam potongan tanaman induk kedalam media agar tumbuh

menjadi individu baru. Stek dibedakan menjadi stek cabang atau batang, stek

daun, stek akar, stek mata tunas, stek pucuk dan stek umbi Adinugraha (2007).

Pembentukan akar pada stek merupakan akibat dari kegiatan rizokalin. Rizokalin

termasuk dalam kelompok auksin golongan endogen yaitu IAA (Asam Indol

Asetat) Rismunandar (1995) dalam (Alimudin, 2017).

Untuk perbanyakan tanaman buah lebih sering digunakan stek cabang atau

batang. Kelebihan perbanyakan tanaman dengan cara stek batang adalah sifat

sama seperti induknya, dengan bahan tanam yang sedikit dapat menghasilkan

tanaman baru yang lebih banyak, umur tanaman seragam, ketinggian relatif

seragam, waktu yang dibutuhkan lebih singkat, sedangkan kekurangan teknik stek
12

adalah tidak terdapat akar tunggang sehingga perakaran dangka yang

mengakibatkan tidak tahan terhadap kekeringan dan tanaman menjadi mudah

roboh (Wijaya dan Budiana, 2014).

Menurut pakar tanaman tin dan seler bibit tanaman tin Jogja Edi Wibowo,

kriteria stek tanaman tin yang siap tanam untuk dipindahkan ke media pot atau

lahan adalah ketinggian tunas mencapai 10-15 cm sudah memiliki perakaran

dalam jumlah yang banyak yang ditandai dengan kokohnya cengkraman pada

media tanam, biasanya berumur 45 hari atau sekitar 7 minggu.

Bahan stek di ambil dari induk yang tidak terserang penyakit. Cabang

tanaman Tin yang digunakan adalah cabang yang berumur ± satu tahun,

mempunyai cabang dan ranting yang banyak. Cabang yang terlalu tua akan sulit

untuk berakar sedangkan cabang yang terlalu muda akan cepat mengalami

transpirasi. Cabang yang digunakan harus mempunyai mata tunas yang akan

menjadi tempat tumbuhnya daun atau tunas baru (Wijaya dan Budiana, 2014).

Waktu pemotongan cabang dilakukan pada sore hari karena pada waktu

sore hari akan mengurangi transpirasi. Pemotongan dilakukan dengan panjang 10

– 15 cm dengan bentuk potongan miring dengan tujuan agar diperoleh permukaan

yang lebih luas sehingga ruang tumbuh akar yang akan tumbuh lebih banyak.

Pemotongan dilakukan dengan pisau yang tajam agar permukaan potongan halus

dan kulit tidak sobek. Potongan yang kasar akan mempersulit terbentuknya kalus,

sedangkan kulit cabang yang sobek akan mempermudah serangan penyakit.

Perlakuan pemberian ZPT diperlukan untuk mempercepat pertumbuhan akar

maupun tunas. Kemudian setelah bahan tanam siap mempersiapkan media dan
13

membuat lubang tanam dengan kedalaman 7 cm dan stek siap ditanam kedalam

media (Wijaya dan Budiana, 2014).

2.3. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman

Zat pengatur tumbuh kadang kala perlu diberikan untuk mendapatkan

produksi atau hasil suatu tanaman lebih baik. Misalnya saja pada

perkembangbiakan yang dilakukan secara vegetatif baik itu secara stek pucuk

maupun stek batang (Supriyanto dan Prakarsa, 2011). Tujuan dari pemberian ZPT

yaitu untuk mempercepat pertumbuhan, dimana diharapkan pertumbuhan tanaman

menjadi seragam dengan kualitas yang relatif sama. Dalam pemberian zat

pengatur tumbuh dapat disesuaikan dengan jenis dari tanaman itu sendiri. Ada

tanaman yang mudah tumbuh walau hanya diberi ZPT sedikit saja. Namun, jika

jenis tanaman yang sukar atau sulit dalam pertumbuhannya maka dosis yang

diberikan dapat ditambah atau lebih tinggi (Ardisela, 2010).

Di dalam metode kultur jaringan tumbuhan dikenal 5 kelompok zat

pengatur tumbuh yaitu auksin, giberelin, sitokinin, asam absisat (ABA), dan etilen

(Zulkarnain, 2009). Auksin sangat luas dipergunakan terutama untuk

pertumbuhan kalus, suspensi sel dan pertumbuhan akar. Penggunaan auksin dan

sitokinin secara bersamaan dapat mengatur tipe morfogenesis yang dikehendaki.

Sinar (cahaya) dapat merusak auksin dan dapat pula menyebabkan auksin tumbuh

ke arah yang menjauhi sinar (Putri, 2008). Auksin merupakan sekelompok

senyawa yang fungsinya untuk merangsang pemanjangan sel-sel pucuk. Pada

umumnya auksin meningkatkan pemanjangan sel, pembelahan sel dan

pembentukan akar adventif (Zulkarnain, 2009). Auksin berpengaruh pula untuk

menghambat pembentukan tunas adventif dan tunas aksilar, namun kehadirannya


14

dalam medium kultur dibutuhkan untuk meningkatkan embryogenesis somatik

pada kultur suspensi sel. Konsentrasi auksin yang rendah akan meningkatkan

pembentukan akar adventif, sedangkan auksin yang tinggi akan merangsang

pembentukan kallus dan menekan morfogenesis (Zulkarnain, 2009).

Sitokinin adalah senyawa yang dapat meningkatkan pembelahan sel pada

jaringan tanaman serta mengatur pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pemberian sitokinin ke dalam media kultur jaringan penting untuk menginduksi

perkembangan dan pertumbuhan eksplan. Senyawa tersebut dapat meningkatkan

pembelahan sel, proliferasi pucuk dan morfogenesis pucuk. Peranan auksin dan

sitokinin sangat penting dalam pengaturan pembelahan sel, pemanjangan sel,

diferensiasi sel, dan pembentukan organ (Zulkarnain, 2009).

2.3.1. ZPT air kelapa

Volume dan komposisi kimia air kelapa muda dan tua berbeda. Perbedaan

ini dikarenakan volume air kelapa berubah selama pemasakan buah. Volume air

kelapa berkurang dan berganti menjadi daging buah. Menurut Banson (1982)

dalam (Ranoraya, 2009) volume air kelapa tergantung pada kelapa yang masak

maksimal dalam arti daging buah memenuhi seluruh rongga buahnya yaitu pada

kelapa yang berumur 7 bulan.

Air kelapa merupakan senyawa organik yang mengandung 1,3 difeneluera

atau sitokinin, zeatin, zeatin glukosida, zeatin ribosida, kadar K dan Cl tinggi,

sukrosa, fluktosa, dlukosa, protein, karbohidrat, mineral, vitamin, sedikit lemak,

Ca dan P Young et all (2009) dalam (Eliza dkk, 2016) Zeatin , zeatin glukosida,

zeatin ribosida merupakan ZPT yang dapat meningkatkan pembelahan sel dan

pemanjangan sel. Asam amino, gula dan vitamin dapat meningkatkan


15

metabolisme sel dan berperan sebagai energi, enzim dan co-faktor. Kinetin

berperan penting dalam meningkatkan kandungan klorofil dalam daun sehingga

memacu aktifitas fotosintesis dan meningkatkan pertumbuhan tanaman serta

produksi dan dapat meningkatkan perkecambahan benih (Eliza dkk, 2016).

Tabel 2. Kandungan ZPT Dalam Air Kelapa

Komposisi Konsentrasi
Folate acid 0,003 mg/I
Nico Tinate acid 0,64 mg/I
Panthotenate acid 0,52 mg/l
Bio Tin 0,02 mg/I
Phridoxine Verry little
Hyboflavine 0,01 mg/I
Tyamin Verry little
Giberelat acid Verry little
Auxins 0,07 mg/l
1.3-difeniluera/Sitokinin feniluera 5,8000 mg/I
M-inisiol 0,01 mg/I
Silo-inisitol 0,05 mg/I
Sorbitol 15 mg/I
C1 183mg/100 gram
CU 0,40 mg/100 gram
Fe 0,1 mg/100 gram
K 312 mg/100 gram
Mg 30 mg/100gram
Na 105 mg/100 gram
P 37 mg/100 gram
S 15mg/100 gram
Sumber : Tulecke dalam Ranoraya, 2009
Dalam air kelapa muda mengandung zeatin yang diketahui termasuk

dalam kelompok sitokinin. Sitokinin mempunyai kemampuan mendorong

terjadinya pembelahan sel dan deferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan

tunas pucuk dan pertumbuhan akar. Namun demikian peranan sitokinin dalam

pembelahan sel tergantung pada adanya fitohormon lain terutama auksin. Air

kelapa muda merupakan endosperm cair yang terbentuk setelah terjadi pembuahan

atau peleburan inti sperma dengan inti sel telur. Oleh karena itu, di dalam air

kelapa muda tergantung zat yang mempunyai aktivitas pembelahan sel seperti
16

sitokinin, yang dapat dijadikan regulator bagi pertumbuhan. Air kelapa muda

selain memiliki komposisi gizi yang baik, juga memiliki hormon pertumbuhan

seperti giberlin Hendaryono dan Wijayani 1994 dalam Ranoraya (2009).

2.3.3. ZPT bongol pisang

Zat Pengatur Tumbuh yang sering digunakan untuk merangsang

pembelahan sel adalah hormon sitokinin. Sitokinin adalah hormon yang mampu

mengatur merangsang pembelahan sel dengan cepat, menginduksi pembelahan,

pertumbuhan sel dan penundaan penuaan sel (Krisnadi, 2015). Penggunaan ZPT

yang sering digunakan adalah sitokinin sintetis yang yang sulit diperoleh dan

harganya relatif mahal. Sebagai pengganti sitokinin dapat digunakan sitokinin

alami. Sitokinin alami diperoleh pada jaringan yang tumbuh aktif terutama

embrio, buah dan akar. Menurut Lindung (2014) sitokinin alami terdapat pada

bongol pisang.

Tabel 3. Kandungan Gizi Bonggol Pisang dalam 100 g

Kandungan Gizi Bonggol Basah Bonggol Kering


Kalori (kkal) 43,00 245,00
Protein (g) 0,60 3,40
Lemak (g) 0,00 0,00
Karbohidrat (g) 11,60 66,20
Kalsium (mg) 15,00 60,00
Fospor (mg) 60,00 150,00
Zat Besi (mg) 1,00 2,00
Vitamin B1 (mg) 0,01 0,04
Vitamin C (mg) 12,0 4,0
Bagian yang dapat 100 100
dimakan
Sumber: Direktorat Jendral kesehatan Masyarakan, 2018

2.3.4. ZPT rebung bambu

Rebung bambu adalah tunas muda dari pohon bambu yang tumbuh dari

akar pohon bambu. Rebung tumbuh dibagian pangkal rumpun bambu dan
17

biasanya dipenuhi rambut bambu yang galat. Morfologi rebung bambu berbentuk

kerucut dan warnanya coklat.

Tabel 4. Kandungan gizi rebung per 100 Gram


Komposisi Jumlah
Air 85,63 gram
Protein 2,50 gram
Lemak 0,20 gram
Glukosa 2,00 gram
Serat 9,10 gram
Posfor 50,00 (mg)
Kalsium 28,00 (mg)
Vitamin A 0,10 (mg)
Vitamin B1 1,74 (mg)
Vitamin B2 0,08 (mg)
Vitamin C 7,00 (mg)
Sumber : Handoko 2003

Menurut Maretza (2009) bahan tanaman yang bisa dijadikan sebagai

sumber gibrelin adalah rebung bambu. Hasil penelitian Maretza (2009),

menunjukan bahwa pemberian ZPT ekstrak rebung bambu dengan dosis 50

ml/bibit menunjukan hasil tertinggi pada tanaman sengon dibandingkan dengan

kontrol untuk meningkatkan pertumbuhan akar, pemanjangan batang, dan

perkembangan daun.

2.3.5. Frekuensi pemberian

Frekuensi pemberian ZPT sebanyak 4 kali menunjukkan tanaman tertinggi

yaitu 61,50 cm, lebih tinggi dibandingkan frekuensi 2 kali (59,67 cm), frekuensi 6

kali (60,33 cm) dan frekuensi 8 kali (59,17 cm). Frekuensi pemberian ZPT

sebanyak 2 kali cenderung meningkatkan pertumbuhan tinggi tanaman, diduga

bahwa pemberian ZPT tersebut telah dapat merangsang pertumbuhan tinggi

tanaman. Hasil penelitian Jumini dan Marliah (2009), menunjukkan bahwa

pemberian ZPT dengankonsentrasi 1 cc/liter air cenderung lebih baik

dibandingkan perlakuan lain. Auksin paling banyak terdapat dibagian ujung dari
18

tanaman, semakin kebawah atau semakin jauh dari ujung tanaman maka

kandungan auksin berkurang (Remadan Vani Rizki, niken, dan sumeru , 2016).

Salah satu upaya peningkatan auksin agar tidak berkurang pada stek dilakukan

dengan adanya frekuensi pemberian ZPT alami rebung bambu, bonggol pisang,

dan air kelapa.


19

III METEDOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian

dan Peternakan Universitas Muhammadiyah Bengkulu yang berlokasi di Desa

Tanjung Terdana, Kecamatan Pondok Kubang, Kabupaten Bengkulu Tengah,

Provinsi Bengkulu. Dengan ketinggian tempat ±50 mdpl. Penelitian ini akan

dilakukan pada bulan September-November2021.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain cangkul, Ph meter,

gelas ukur, kalkulator, alat tulis, kamera hp, cutter, meteran, penggaris,

handsprayer, timbangan digital, paranet 50%,label, gunting stek, blender, kain

penyaring, plastik transfaran, selang, botol aqua, paku, bambu, serta kertas HVS.

Sedangkan bahan yang digunakan adalah stek tanaman tin varietas Blue

Giant, polybag ukuran 15 x 20 cm kapasitas 1 kg, lalu media tanam berupa tanah

top soil, pupuk kandang sapi dan sekam bakar, selanjutnya yaitu air kelapa,

bonggol pisang, rebung bambu, air, Furadan, aquades.

3.3. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial

dengan dua faktor perlakuan yaitu:

Faktor pertama adalah adalh jenis-jenis ZPT (Z) dengan 4 taraf, yaitu:

Z0 = Air (kontrol)

Z1 = Air Kelapa

Z2 = Larutan Bonggol Pisang


20

Z3 = Larutan Rebung Bambu

Faktor kedua adalah Frekuensi Pemberian ZPT (F) dengan 3 Taraf, yaitu:

F1 = Frekuensi Pemberian 7 hari

F2 = Frekuensi Pemberian 14 hari

F3 = Frekuensi Pemberian 21 hari

Diperoleh kombinasi perlakuan sebanyak 15 kombinasi perlakuan dan di

ulang 3 ulangan, sehingga diperoleh 45 satuan percobaan, setiap satuan percobaan

terdapat 4 tanaman, sehingga di peroleh 180 unit tanaman.

3.4. Model RAL

Menurut (Syahny dan Nelly, 2017) model linier aditif untuk rancangan

faktorial dengan dua faktor dimana rancanagan lingkungannya adalah RAL

sebagai berikut:

Yᵢjk = µ + zᵢ + f + (zf)ᵢj + ɛᵢjk

keterangan :

Yijk = nilai pengamatan pada satuan percobaan yang memperoleh

perlakuan taraf ke-i dari faktor jenis-jenis ZPT, taraf ke-j dari frekuensi

pemberian ZPT, dan ulangan ke-k

µ = nilai tengah umum

zi = pengaruh taraf ke-i dari faktor jenis-jenis ZPT alami

zf = pengaruh taraf ke-j dari faktor faktor frekuensi pemberian ZPT

(zf)ij = pengaruh interaksi dan taraf ke-i dari faktor jenis-jenis ZPT dan

taraf ke-j dari fator frekuensi pemberian ZPT


21

∑ijk = pengaruh galat pada satuan percobaan yang memperoleh

perlakuan taraf ke-i dari faktor jenis-jenis ZPT, taraf ke-j dari faktor

frekuensi pemberian, dan ulangan yang ke-k.

3.5. Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisa sidik ragam

Rancangan Scak Lengkap Faktorial yang disajikan dalam Tabel 5. Di bawah ini:

Tabel 5. Sidik Ragam Rancangan Acak Lengkap Faktorial

SK DB JK KT F-Hitung F-Tabel
Z z-1 JKZ KTZ KTZ/KTG F(α, db-Z, db-G)
F F-1 JKF KTF KTF/KTG F(α, db-F, db-G)
ZF (z-1)(f-1) JKZF KTZF KTZF/KTG F(α, db-ZF, db-G)
Galat Zf-1(r-1) JKG KTG
TOTAL abr- 1 JKT
Sumber : (Syahni dan Nelly, 2017)
Keterangan:
SK : Sumber Keragaman
DB : Derajat Bebas
JK : Jumlah Kuadrat
JKG : Jumlah Kuadrat Galat
JKT : Jumlah Kuadrat Total
KT : Kuadrat Tengah
z : Faktor ZPT (Z)
f : Faktor Frekuensi Pemberian (F)
r : Ulangan

Hasil data yang diperoleh setelah di analisis secara statistik menggunakan

analisis ragam apabila berpengaruh nyata atau sangat nyata, dilanjutkan dengan

uju Duncan’s New Multipe Range Test (DNMRT) pada taraf 5%.
22

3.6. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian meliputi beberapa tahap kegiatan yaitu:

3.6.1. Persiapan lahan

Area penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa

tanaman yang dapat menjadi inang hama dan penyakit dengan disemprot

menggunakan herbisisda Turadan. Kemudian tanah diratakan agar posisi polybag

tidak mirang.

3.6.2. Pembuatan naungan

Ada 2 naungan yang digunakan yaitu dipasangkan naungan dari kayu dan

bambu dengan ketinggian 1,5 m dari permukaan tanah, ukuran panjang naungan

yaitu 12 m dan lebar naungan yaitu 7 m. Selanjutnya penggunaan naungan paranet

bervolume 50%.

3.6.3. Persiapan media tanam

Media tanam yang gunakan adalah tanah top soil : pupuk kandang sapi :

sekam bakar = 8:4:1. Sebelumnya media tanam tersebut dibersihkan dari yang lain

seperti dedaunan dan akar-akar yang masih ada pada media tanam tersebut.

Kemudian media tanam tersebut dicampurkan agar homogen, selanjutnya

dimasukan ke dalam polybag 15 × 20 cm kapasitas 1 kg. Polybag yang telah diisi

1
tanah lalu disterilisasikan dengan cara berikan furada sendok makan lalu
2

diletakan di sekeliling polybag yang telah terisi tanah. Seminggu sebelum tanam

memberikan Furadan pada tanah.

3.6.4. Persiapan bahan stek

Batang tanaman tin dari varietas Blue giant dengan ciri khas buah

berukuran kecil, bobot per buahnya bisa mencapai 70 hingga 80 gram. Memiliki
23

warna merah dengan garis kebiruan. Rasa buahnya manis, pohonnya produktif,

dan mampu berhadaptasi di iklim Indonesia. Dengan perwatan tentunya. Bahan

stek dari induk tanaman tin yang unggul. Tanaman induk yang dijadikan bahan

stek batang tanaman tin dalam penelitian ini berasal dari kolektor tanaman tin

yang berlokasi.

Bahan stek diambil dari induk yang tidak terserang penyakit cabang

tanaman tin yang digunakan adalah cabang yang berumur ± 1 tahun, mempunyai

cabang dan ranting yang banyak. Cabang yang terlalau tua akan sulit untuk

berakar sedangkan cabang yang terlalu mudah akan cepat mengalami transpirasi.

Cabang yang digunakan harus mempunyai mata tunas yang akan menjadi tempat

tumbuhnya daun atau tunas baru (Wijaya dan Budiana, 2014).

Waktu pemotongan cabang dilakukan pada sore hari karena pada waktu

sore hari akan mengurangi transpirasi. Pemotongan dilakukan dengan panjang 10

– 15 cm dengan bentung potongan miring dengan tujuan agar diperoleh

permukaan yang lebih luas sehingga ruang tumbuh akar yang akan tumbuh lebih

banyak. Pemotongan dilakukan dengan pisau yang tajam agar permukaan

potongan halus dan kulit tidak sobek dengan diameter ± 1,5 cm. Potongan yang

kasar akan mempersulit terbentuknya kalus, sedangkan kulit cabang yang sobek

akan mempertmudah serangan penyakit. Perlakuan pemberian ZPT diperlukan

untuk mempercepat pertumbuhan akar maupun tunas. Kemudian setelah bahan

tanam siap mempersiapkan media dan membuat lubang tanam dengan kedalaman

7 cm dan stek siap ditanam kedalam media (Wijaya dan Budiana, 2014).
24

3.6.5. Pembuatan Larutan ZPT

ZPT air kelapa, bonggol pisang, rebung bambu dan air (kontrol) di ukur

dengan menggunakan gelas ukur. ZPT Rootone-F ditimbang menggunakan

timbangan digital.

Proses pembuatan ZPT dapat dilakukan sebagai berikut:

a.Air Kelapa

Sebelum membuat larutan ZPT air kelapa terlebih dahulu memilih kelapa tua

yang berwarna coklat, yang baik (tidak busuk) kemudian dibukak. Menyiapkan air

kelapa sebanyak 1 liter, botol air mineral ukuran besar, timba dan pengaduk. Air

kelapa kemudian masukkan larutan ke dalam botol dan tutup rapat. Dalam dua

hari sekali dibuka dan tutup kembali agar botol tidak menggembung karena

adanya tekanan gas. Pada frekuensi pemberian, larutan air kelapa dibuat sebelum

pemberian pada tanaman.

b. Bonggol pisang

Sebelum pembuatan larutan ZPT bonggol pisang terlebih dahulu dibersihkan

dari akar-akar kecilnya. Haluskan bonggol pisang, dengan cara ditumbuk setelah

ditumbuk lalu diblender. Larutan selanjutnya dimasukan kedalam botol aqua,

kemudian langsung diaplikasikan pada tanaman hingga basa.

c. Rebung bambu

Rebung bambu yang digunakan mempunyai ciri-ciri pelepah berwarna coklat

muda, daging rebung bambu berwarna putih dan lunak (rebung bambu betung).

Membutuhkan 1 kg Rebung bambu dihaluskan dengan blender. Digunakan larutan

tersebut disaring terlebih dahulu dari ampas-ampas rebung bambu agar terpisah

dari larutannya. yang tidak halus menggunakan kain penyaring, setelah itu
25

kosentrasi yang digunakan pada perlakuan ZPT Rebung bambu yaitu sampai

daunnya lembab.

3.6.6. Perendaman bahan stek

Pengaplikasian ZPT dilakukkan pada saat sebelum penanaman 2 kali.

Bahan stek direndam, sebelumnya diikat sedalam 7 cm di dalam wadah yang

berisi larutan air kelapa, bonggol pisang, dan rebung bambu, dan air (kontrol) .

Tiap batang stek direndam selama 12-24 jam (Nurus Sofwan, dkk.(2018),

kemuadian dianginkan selam 10 menit.

3.6.7. Penanaman stek

Bahan stek yang sudah di rendam, secepatnya ditanam pada media tanam

yang telah disiapkan. Terlebih dahulu buat lubang tanam, setelah itu benamkan

pangkal stek. Pangkal stek yang dibenamkan sepanjang 7 cm. Stek yang sudah

ditanam lalu disiram sampai kondisi media tanam tersebut menjadi lembab.

3.6.8. Pemberian sungkup

Selesai penanaman stek tanaman tin, selanjutnya pemberian sungkup.

Mempertahankan kelembapan media tanam dan mengurangi terjadinya

transpirasi, bahan stek disungkup plastik bening berbentuk setengah lingkaran dari

permukaan tanah dengan kerangka dari bambu yang telah dibentuk. Sungkup

dibukak stelah tanaman berumur ± 3 MST.

3.6.9. Pemeliharaan tanaman

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 1 kali sehari, pada sore hari atau sesuai dengan

kondisi lapangan. Penyiraman dilakukan sampai media tanam lembab.


26

b. Penyiangan

Rumput yang ada di polybag penyiangannya dilakukan secara manual

dengan mencabut dan menggunakan cangkul untuk gulma yang berapa pada plot

dan dilakukan sesuai dengan kondisi dilapangan.

d. Pengendalian hama dan penyakit

Penyakit yang menyerang tanaman tin selama penelitian yaitu penyakit

karat daun dan penyakit kanker bakteri. Penyakit karat daun ini disebabkan oleh

jamur Puccinia polysora Pengendalian tumbuhnya jamur adalah dengan cara

menyemprotkan fungisida dengan merek dagang Dithane M-45 dengan dosis 3

gr/liter air pada tanaman tin. Penyakit kanker bakteri disebabkan oleh bakteri

panthogen Xanthomonas axonopodis pv.citri. cara pengendaliannya yaitu dengan

cara memotong dan membuang bagian yang terserang. Hama yang menyerang

tanaman tin yaitu kumbang penggerek batang, sifut dan ulat daun. Cara

menegdalikannya cukup dibasmi dengan cara manual dengan tangan. Untuk

pengendalian gulma cukup dilakukan dengan pencabutan gulma secara manual.

3.7. Parameter yang Diamati

3.7.1. Panjang tunas per stek (cm)

Pengukuran panjang tunas (cm) dimulai dari panggal ttunas sampai titik

tumbuh dengan menggunakan penggaris. Penggukurannya panjang tunas

dilakukan pada tunas yang terpanjang dan diamati dari 3 minggu sekali dari umur

3 MST sampai dengan 12 MST.


27

3.7.2. Jumlah tunas per batang

Pengamatan jumlah tunas diamati dengan cara menghitung setiap tunas

yang tumbuh dari stek. Jumlah tunas diperhitungkan 3 minggu sekali mulai dari 3

MST sampai dengan 12 MST.

3.7.3. Jumlah daun (helai)

Akar stek diukur panjangnya pada umur tanaman 12 MST. Jumlah yang

diukur panjangnya akar tiap perlakuan tersiri dari 3 sampel. Panjang akar di ukur

mulai pangkal hingga ujung akar menggunakan penggaris. Pengukuran panjang

akar dilakukan pada akar yang terpanjang.

3.7.4. Panjang akar (cm)

Persentase pengamatan stek hidup (%) pada umur 12 MST dilakukan.

Adapun ciri stek yang hidup adalah daun tetap segar dan batang stek tetap segar.

Persentase stek hidup dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

jumlah stek yang hidup


Persentase Stek hidup = × 100%
jumlah stek yang ditanam seluruhnya

3.7.6. Luas daun (cm²)

Pengukuran luas daun dilakukan pada umur 12 MST. Luas daun (LD)

diukur dengan menggunakan aplikasi ImageJ. Bahannya foto daun tanaman yang

disusun diatas kertas HVS tapi jangan sampai bersentuhan karena itu akan tidak

terbaca atau tidak terdektesi oleh aplikasi tersebut.

Mengukur luas daun menggunakan aplikasi imageJ yaitu gambar yang

digunakan harus HD dan memiliki latar belakang berwarna merah agar

mendapatkan hasil yang akurat dan pada saat di zoom gambar tidak blur atau

pecah.
28

DAFTAR PUSTAKA

Adinugraha, 2007. Teknik Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Hias.


Bogor. World Agroforestry Centre.
Gardner 1991 Fisiologi Tanaman Budidaya Indonesia University Press Jakarta.
Hariyadi, B. W., Ali, M., & Nurlina, N. 2017. Demage Status Assessment Of
Agricultural Land As A Result Of Biomass Productions In Probolinggo
Regency Eats Java. Adri Internasional Journal Of Agricuture, 1(1): 27-47.
Harjadi, S. S. 2009. Zat Pengatur Tumbuhan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Hartman, HT.,Kester. D.E., & Devies, R.T.(1997). Plant propagation. Principles
and practies. Englewood Cliffs, New Yersey:Regent Prentice Hall.
Iskandar, F. (2007) . Pohon Buah Tin, Gampang Budidayanya, Besar Faedahnya.
http://.majalahpengusaha.com/. Diakses pada senin 26 Desember 2017.
Joseph, B, and S.J. Raj.2011. pharmacognostic and Phytochemical Properties of
Ficus carica Linn-an Overview. International Journal of Pham Tech
Researc, 3(1):08-12 hal.
Kader, A., 2001. Fig (Ficus carica L.) Postharvest Biology and Technology of
Tropical and Subtropical Fruits, Italy. 7:134-160.
Kencana D., W. Widia dan N. S. Anatara. 2012. Kandungan nutrisi dan senyawa
bioaktif rebung bambu tabah yang dibudidayakan di Desa Pupuan Tabahan.
Artikel Penelitian Fakultas Pertanian. Universitas Udayana.
Lindung. 2014. Teknologi Aplikasi Zat Pengatur Tumbu. Balai pelatihan
pertanian. Jambi.
Maretza, D. T. 2009. Pengaruh Dosis Ekstrak rebung bambu betung
(Dentrocalams asper Backer ex Heyne) Terhadap Pertumbuhan semai
sengon (Poroserianthes falcotorio (I’) Niesen). Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Michaelides, A. (2003) Structures and Thermodynamic Phase Transitions nfor
Oxygen and Silver Oxide Phases on Ag (111), Elsevier Science B.V.,
Chemical Physich Letters 367. 344-350.

Polat, A. A., dan O. Caliskan. 2008. Fruit Characteristics of Table Fig (Ficus
carica) Cuyltivars in Subtropical Climate Conditions of the Mediterranean
Region. New Zealand Journal of Crop and Horticultural scine, 36:107-115
hal.
Putri, A.I. 2008. Pengaruh media organik terhadap indeks mutu bibit cendana.
Jurnal Pemuliaan Tanaman Hutan, 21(1) :1-8.
29

Rahimah DS dan Pujiastuti E, 2016. Prospek Bisnis Buah Tin, Trubus, Jakarta,
[online]. (Diunduh tanggal 15 Oktober 2017), Tersedia dari:
Https://books.google.co.id/books?
id=mhtHDgAAQBAJ&pg=PA10&dg=ekstrak+buah+yin&hl=en&sa=X&re
dir_esc=y#v=onepage&q=ekstrak%20buah%20tin&f=false.
Rismunandar, Paiman, F.B., 2001, Kayu Manis Budidaya dan Pengolahan Edisi
Revisi, Penerbitpenebar swadaya, Jakarta.
Santoso, A. 2011. Serat Pangan (Distary Fiber) dan Manfaatnya bagi kesehatan.
Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Uniwidha
Klaten.

Sobir dan Mega Amalya, 2013. 20 Tanaman Buah Koleksi Eksklusif. Jakarta;
Penebar Swadaya.
Sulastri Y. S. 2004. Pengaruh Konsentrasi Indole Butyric Acid (IBA) dan Lama
Perendaman Terhadap Pertumbuhan Stek Pucuk Jambu Air (syzygium
samarangense Burm. F. Alst). Jurnal Penelitian Bidang Ilmu Pertanian,
Volume 2 No 3, Hal 25-34. Medan.

Vebriansyah, Angkasa, 2016. Peluang Kebunkan Tin. PT Trunus Swadaya.


Wijaya, and N.S. Budiana. 2014. Membuat Setek, Cangkok, Sambung dan
Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wudianto, R. 1998. Membuat Stek, cangkok dan okulasi. Jakarta. Penebar
Swadaya.
Wudianto, R. 1998. Membuat Stek. Cangkok dan Okulasi. Jakarta Penebar
Swadaya.
Zulkarnain. 2009. Dasar-dasar Hortikultura. Bumi Aksara. Jakarta.
30

Lampiran 1. Denah Percobaan di Lapangan

Z0F2(2) Z0F1(3) Z0F3(2) T


Z3F2(2) Z3F2(3) Z3F3(3)

Z2F1(3) Z2F3(1) Z2F3(2)


U S
Z2F1(2) Z1F2(1) Z1F2(2)

Z2F2(1) Z2F2(2) Z3F3(1)

Z3F1(1) Z0F2(3) Z3F2(1) B


Z0F3(3) Z2F2(3) Z2F1(1)

Z1F1(3) Z2F3(3) Z1F3(3) Faktor pertama adalah jenis-jenis


ZPT (Z) alami dengan 4 taraf,
Z0F3(1) Z1F2(3) Z1F3(2)
yaitu :
Z3F1(3) Z0FI(1) Z0F1(2) Z0= Air (Kontrol)

Z3F3(2) Z0F2(1) Z3F1(2) Z1= Air Kelapa


Z2= Larutan Bonggol Pisang
Z1F3(1) Z1F1(2) Z1F1(1)
Z3= Larutan Rebung Bambu

Faktor kedua adalah Frekuensi


Pemberian (F) DENGAN 3 taraf,
yaitu :
F1= Pemberian 7 Haro
F2= Pemberian 14 Hari
F3= Pemberian 21 Hari
Jarak antar ulangan 30 cm,
sedangkan jarak antar plot 30 cm.
31

Lampiran 2. Deskripsi Tanaman Tin Varieatas Blue Giant

No Kriteria Keterangan
1. Tinggi tanaman 6-10 meter
2. Tekstur batang Lunak
3. Warna batang Abu-abu kecoklatan
4. Warna buah muda Berwarna hijau
5. Warna buah tua Berwarna kuning, ungu, coklat
6. Rasa Manis, sedikit berair
7. Struktur biji Bijinya kecil-kecil dan berserabut
8. Bentuk daun Tunggal seperti jari sebanyak 3 atau
lima ruas
9. Warna daun Berwarna hijau terang
10. Panjang daun 12-25cm
11. Lebar daun 10-18 cm
12. Permukaan daun Berbulu halus
13. Masa berbuah Berbuah sepanjang tahun
14. Sumber Dinas Pertanian dan Pangan Kota
Magelang
32

Lampiran 3. Jadwal Pemberian ZPT Alami.

7 14 21

  

 x x

  x

 x 

  x

 x x

  

 x x

  x

 x 

  x

 x x

  

Keterangan:

 = Pemberian ZPT

X = Tidak diberikan ZPT

Anda mungkin juga menyukai