PROPOSAL PENELITIAN
OLEH
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL PENELITIAN
Disetujui Oleh :
Drs. H. Khairijon, MS
Dr. rer. nat. Radith Mahatma, M.Si
NIP. 195901141986031003
NIP. 197303291998021001
Mengetahui:
Ketua Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Riau
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kelimpahan
proposal ini dalam bentuk maupun isinya dengan sebaik-baiknya berkat kerjasama
dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya sampaikan banyak terima
kasih kepada segenap pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam
penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini dapat dipergunakan sebagai salah
satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam menambah wawasan
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal ini, baik
dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati, saya selaku penulis menerima segala kritik dan saran yang
ini.
Lampiran 1 ................................................................................................ 20
I. PENDAHULUAN
berkisar antara 6,55- 7,2. Ekosistem mangrove menyediakan nutrisi bagi hewan
yang hidup, seperti detrivor yang mendominasi ekosistem mangrove, salah satu
Genus Uca. Kepiting Biola Genus Uca memiliki karakter dwimorfisme dimana
kepiting jantan memiliki capit yang lebih besar dibandingkan dengan kepiting
betina. (
mangrove memiliki beberapa fungsi ekologis salah satunya adalah sebagai rantai
mempengaruhi kesuburan tanah dan jumlah bahan organik didalamnya yang akan
terurai.
Desa sungai rawa memiliki wilayah pantai dan daratan yang cukup luas
sehingga perlu kajian mengenai karakteristik habitat dari kepiting Biola genus
Uca, penelitian yang dilakukan di kawasan ini penting dilakukan karena dapat
1.3 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik habitat dari
faktor Biotik dan Abiotiknya di Desa Sungai Rawa, Kabupaten Siak, Riau
1.4 Manfaat
20’ 49” Lintang Utara dan 100 54’ 21” 102° 10’ 59” Bujur Timur. Secara fisik
Bentang alam Kabupaten Siak sebagian besar terdiri dari dataran rendah di
bagian Timur dan sebagian dataran tinggi di sebelah barat. Pada umumnya
struktur tanah terdiri dan tanah podsolik merah kuning dan batuan dan alluvial
serta tanah organosol dan gley humus dalam bentuk rawa-rawa atau tanah basah.
perikanan. Daerah ini beriklim tropis dengan suhu udara antara 25-32 derajat
celcius dengan kelembaban dan curah hujan yang cukup tinggi. Selain dikenal
dengan Sungai Siak yang membelah wilayah Kabupaten Siak, daerah ini juga
terdapat pada daerah sepanjang Sungai Siak, karena morfologinya relatif datar.
Selain Sungai Siak, daerah ini juga dialiri sungai-sungai lain, yaitu: Sungai
Mandau, Sungai Gasib, Sungai Apit, Sungai Tengah, Sungai Rawa, Sungai
tersebar di daerah ini adalah: Danau Ketialau, Danau Air Hitam, Danau Besi,
Danau Tembatu Sonsang, Danau Pulau Besar, Danau Zamrud, Danau Pulau
Berdasarkan perhitungan sikius hidrologi, 15% surplus air dan curah hujan
banjir musiman pada bulan-bulan basah. Dan analisis data curah hujan diketahui
bahwa bulan basah berlangsung pada bulan Oktober hingga Desember, sedangkan
bulan kering pada bulan Juni hingga Agustus. Distribusi curah hujan semakin
Riau.
Desa Sungai Rawa, Kawasan ini yang dulunya rusak akibat penebangan liar
wisata setempat sejak 2013 ditetapkan sebagai area konservasi dan edukasi bagi
melibatkan unsur-unsur biotik dan faktor-faktor fisik yang saling berinteraksi satu
sama lainnya. Unsur-unsur biotik yang berupa organisme dan faktor fisik berupa
lingkungan abiotik yang meliputi suhu, kelembaban, pH, dan intensitas cahaya
mikroba) dengan komponen abiotik (cahaya, udara, air, tanah, dsb.) di alam,
sistem. Ini berarti bahwa baik dalam struktur maupun dalam fungsi komponen
Sistem alam ini oleh Transley disebutnya sistem ekologi yang kemudian disingkat
Ekosistem adalah suatu konsep sentral dalam ekologi yang terbentuk oleh
hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya, yang terdiri
atas komponen-komponen hidup dan tak hidup yang bekerja secara teratur sebagai
sama dengan baik, keteraturan ekosistem itu pun terjaga (Somarwanto, 2014).
Tipe-tipe ekosistem secara umum ada tiga tipe ekosistem yaitu ekosistem air
komponen abiotik yang terdiri dari bagian tak hidup dan komponen biotik sebagai
komponen hidup. Kedua komponen ini mempunyai peran yang sama pentingnya
terhadap ekosistem, tanpa salah satu diantaranya maka ekosistem tidak akan
A. Komponen Biotik
jenis fauna yang dapat hidup di habitat tersebut, karena ada hewan-hewan tertentu
yang hidupnya membutuhkan perlindungan yang dapat diberikan oleh kanopi dari
1) Produsen
2) Konsumen
Organisme yang tidak mampu membuat makanan sendiri. Konsumen
kepiting biola Genus Uca yang memanfaatkan sisa sisa hasil pembakaran yang
nantinya akan dimanfaatkan oleh bakteri sebagai suplai makanan, dan memberi
3) Pengurai
yang memperoleh energi dari detritus, yang merupakan material organik tak
hidup, seperti sisa-sisa organisme mati, feses, dedaunan yang gugur, dan kayu
B. Komponen Abiotik
molekul organik yang kompleks tanpa energi sinar matahari atau tanpa adanya
keterkaitan dan membentuk suatu sistem di alam, sisitem tersebut menjadi satu
1) Suhu
mempunyai batasan-batasan pada suhu dimana makhluk itu dapat tetap hidup
dalam pertumbuhan dan kehidupan kepiting Bola (Uca spp). Suhu yang sesuai
2) pH
Derajat keasaman lebih dikenal dengan istilah pH. Nilai pH < 7 bersifat
asam, sedangkan > 7 bersifat basa (Hammer 1975:150: Goldman & Horne
1983:98 dalam Lestari, 2015). Derajat keasaman atau range PH 6,55 – 7,2
genus Uca dikarnakan baik untuk masa berreproduksi dan pemijahan telur,
apabila kadar PH terlalu asam <7 maka tidak baik bagi telur kepiting dan apabila
terlalu basa >7 maka tidak baik bagi tubuh kepiting pada saat melakukan molting
(Bronmark & Hansson, 2005:34-35; Kordi & Tancung, 2007:47 dalam Lesrai,
2015).
3) Kelembaban
Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori pori
tanah yang berada di atas water table (Jamulya dan Suratman, 2010 dalam
menyatakan jumlah air yang tersimpan di antara pori – pori tanah. kelembaban
tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan
tanah, transpirasi dan perkolasi (Sartohadi et al, 2012). Kelembaban tanah
memiliki peranan yang penting bagi kelangsungan hidup kepiting Biola (Uca spp)
sepanjang garis pantai tropika dan subtropika yang terlindung dan memiliki
semacam bentuk lahan pantai dengan tipe tanah anaerob. Hutan mangrove adalah
hutan dengan vegetasi yang hidup di muara sungai, daerah pasang surut, dan tepi
intertidal tropika dan subtropika, berupa rawa atau hamparan lumpur yang
terbasahi oleh pasang surut (Arief, 2003). Hutan mangrove yang disebut pula
hutan bakau atau hutan payau, terdapat di seluruh indonesia, baik di daerah
beriklim basah maupun daerah beriklim kering musiman. Lebih dari 75% hutan
lain, terutama di pantai sumatra dan kalimantan. Hutan mangrove tumbuh pada
habitat basah dan masin di sepanjang pantai, terutama pantai berlumpur di muara-
muara sungai besar, dan dapa membentang sepanjang sungai besar jauh sampai ke
seluruhnya hanya sekitar 60, termasuk 38 jenis yang berupa pohon mangrove
sampai ratusan meter lebih. Indonesia yang terdiri atas 13.677 pulau memiliki
garis pantai sepanjang lebih kurang 81.000 km, sebagian besar ditumbuhi hutan
dengan luas kawasan yang berbeda secara spesifik. Wilayah hutan mangrove yang
paling luas terdapat di Irian Jaya, Kalimantan Timur, Sumatra Selatan, Riau, dan
Maluku (Arief, 2003). Meski wilayah sebaran hutan mangrove cukup luas, hanya
mangrove tropis yang memiliki densitas spesies tinggi. Lebih dari sepertiga luasan
mangrove tropis ada di Asia Tenggara. Dari jumlah itu yang masuk wilayah
Indonesia mencapai lebih dari 80%. Sehingga Indonesia menjadi negara dengan
aluvial di daerah pantai atau muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air laut.
tumbuh di sepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut
dengan variasi lingkungan yang besar. Ketersediaan berbagai jenis makanan yang
terdapat pada ekosistem ini telah menjadikan keberadannya sangat penting karena
selain sebagai sumber energi bagi berbagai jenis biota laut seperti ikan, udang,
kerang, kepiting dan berbagai jenis biota lainnyam juga merupakan tempat
kemampuan untuk memerangkap sedimen lumpur yang di bawa dari arah daratan.
ditinjau dari aspek ekologi maupun sosial ekonomi. Besarnya peranan ekosistem
mangrove bagi kehidupan dapat diketahui dari banyaknya jenis organisme yang
mangrove tidak hanya melengkapi pangan bagi kepiting Genus Uca, akan tetapi
tersebut hidup dengan baik dan aman di daerah tersebut. Bentuk akar mangrove
yang khas dari jenis rhizophora, Avecennia dan sonneratia serta kondisi substrat
kepiting Genus Uca. Karena suplai makanannya yang tersedia dan terlindung dari
organik dalam ekosistem mangrove, dari vegetasi kedalam tanah. Unsur hara yang
dihasilkan dari proses dekomposisi serasah di dalam tanah sangat penting dalam
pertumbuhan mangrove sebagai sumber detritus bagi ekosistem laut dan estuaria
Ranting, bunga dan buah dari tanaman mangrove yang mati dimanfaatkan oleh
berbagai jenis mikroba yang melekat di dasar mangrove dan secara bersama-sama
akuantik yang mempunyai tingkat lebih tinggi seperti bivalvia, gastropoda, ikan
Uca spp merupakan salah satu jenis kepiting yang memiliki habitat di
Beberapa jenis Uca spp ditemukan dalam jumlah yang melimpah dalam habitat
mangrove (Crane, dalam Hasan, 2014). Jumlah kepiting biola yang ada di dunia
Indonesia, salah satunya adalah Uca triangularis yang merupakan kepiting biola
yang paling banyak dijumpai di setiap zonasi pada ekosistem mangrove karena
pada ukuran capitnya dimana ukuran salah satu capit jantan dewasa yang sangat
besar dan bisa mencapai dua kali ukuran karapasnya (ukuran karapas jantan
dewasa dapat mencapai 30 mm). Salah satu fungsi capit yang besar yaitu untuk
untuk makan (Rosenberg, dalam Hasan 2014). Sumber utama makanan Uca spp.
adalah bakteri yang perombak yang tumbuh pada sisa-sisa tumbuhan (Kochl &
Kepiting Uca spp dan bakteri memiliki hubungan timbal balik yang saling
sehingga populasi Uca spp juga tinggi. Produktifitas yang tinggi dan metabolisme
produksi bakteri meskipun hingga saat jenis bakteri yang menjadi sumber
makanan kepiting Uca spp. belum diketahui secara pasti (Kochl & Wolff, dalam
Murniati 2010). Siklus karbon dimulai dari konsumen pertama (contoh: Ucides
makanan yang diambil tidak seluruhnya dicerna (sekitar 10%) sehingga sisa-sisa
keuntungan lebih bagi kepiting Uca spp. sebagai pemakan detritus (Murniati,
2010).
tawar, payau dan laut. Jenis-jenisnya sangat beragam dan dapat hidup di berbagai
kolom di setiap perairan. Sebagaian besar kepiting yang kita kenal banyak hidup
hidup dalam ekosistem ini adalah Hermit Crab, Uca sp, Mud Lobster dan kepiting
bakau. Sebagian besar kepiting merupakan fauna yang aktif mencari makan di
Kepiting Uca spp yang hidup dalam lingkungan yang mendukung dapat
Uca spp yang berusia 12-14 bulan telah dapat melakukan proses
spp biasanya terjadi antara bulan Juni-Agustus. Kondisi siklus kawin kepiting Uca
2013)
III. METODE
penelitian ±1 km2 dan dibagi kedalam 4 zonasi mangrove (Zona Avicennia, Zona
Rhizophora, Zona Bruguiera, Zona Nypa ), luas masing masing stasiun 100 meter
atau seluruh batas zonasi. Pada masing masing stasiun di obeservasi komponen
Biotik (kepiting Uca spp dan vegetasi) dan komponen Abiotik (Suhu air, pH
Pada setiap stasiun diambil kepiting Uca spp dan diobservasi vegetasi yang
terdapat di kawasan tersebut. Pengambilan sampel kepiting Uca spp, dibuat 3 plot
dengan ukuran 5x5 m. Uca spp yang ditemukan kemudian diidentifikasi untuk
mengetahui nama ilmiahnya. Selain itu juga diukur faktor abiotiknya yaitu suhu
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilhat pada tabel
3.1 berikut :
Mangrove
merupakan zona yang terbuka lebih dekat dengan laut dan didominasi dengan
dan pada zona ini didominasi dengan tumbuhan Rhizophora, zonasi 3 terletak
merupakan zona yang paling belakang dan berbatasan dengan daratan biasanya
didominasi dengan tumbuhan Nypa, kemudian setiap stasiun atau zonasi di ambil
sampel Biotik dan abiotik nya, Untuk pengambilan sampel Biotik kepiting Uca
dibuat 3 transek berukuran 5x5 meter dan di lihat vegetasinya, kepiting Uca yang
menggunakan segitiga tekstur tanah. Data yang telah diperoleh dari hasil
persentase keseluruhan ketiga fraksi (pasir, debu, dan liat) kemudian ditabulasikan
dan disajikan dalam bentuk diagram segitiga tekstur untuk menentukan kelas
tekstur tanah.
Gambar 3.2 diagram segitiga tekstur tanah
DAFTAR PUSTAKA
Kegiatan
1 2 3 4 5
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengarahan
oleh
pembimbing
2 Observasi
3 Penulisan
Proposal
4 Seminar
Proposal
5 Persiapan
alat dan
bahan
6 Wawancara
7 Penelitian
dilapangan
8. Analisis
Data
10. Studi
Literatur
11. Penulisan
Skripsi