Anda di halaman 1dari 11

A.

Topik
Schooling Pada Ikan
B. Tujuan
1. Mengetahui afinitas setiap spesies ikan.
2. Mengetahui pengaruh besar kelompok terhadap afinitas intraspesies.
C. Dasar Teori
Schooling ikan merupakan suatu fenomena ikan untuk berkumpul dan bergerak
seirama dan dalam jumlah yang banyak. Schooling ini merupakan tingkah laku ikan
untuk beradaptasi pada lingkungannya. Tingkah laku hewan dibagi menjadi dua yaitu
tingkah laku individu dan tingkah laku sosial. Tingkah laku individu dilakuakan sendiri
dan tingkah laku sosial dilakukan oleh secara bersama (Susilowati, 2001).
Tingkah laku sosial dimulai dengan adanya daya tarik dan pendekatan. Setelah
terjadi pendekatan dilanjutkan dengan pengelompokkan dan pada akhirnya melakukan
kerjasama (Susilowati, dkk., 2001). Ikan yang melakuakan schooling mendapatkan
manfaat yang banyak seperti pertahanan terhadap predator (melalui deteksi pemangsa
yang lebih baik), meningkatkan keberhasilan mencari makan dan keberhasilan yang lebih
tinggi dalam mencari pasangan (Pitcher, 1993).
Ikan berenang secara berkelompok merupakan suatu bentuk organisasi sosial.
Individu dalam suatu kelompok ikan terdiri atas satu spesies, memiliki ukuran yang
hampir sama, tidak memiliki pemimpin, dan semua individu melakukan aktivitas yang
sama dalam waktu yang sama (Susilo & Rahayu, 2007). Perilaku sosial ikan terdiri dari
perilaku “school” dan “shoal”. Istilah school mendiskripsikan kelompok ikan yang
berenang bersama-sama dengan kecepatan yang sam, berorientasi pararel dan memiliki
jarak dekat antar ikan yang konstan (Pitcher, 1993).
Perilaku schooling merupakan tingkah laku yang sangat kompleks. Pada schooling
terjadi komunikasi intraspesies yang menyebabkan pola berenang antar anggota
kelompok terlihat rapi dan dapat berubah-ubah dengan konfigurasi yang berbeda dalam
waktu yang singkat. Ketika ikan berenang dalam kelompok, pengaturan tingkah laku
ikan dilakukan oleh sistem penglihatan dan oleh sistem gurat sisi. Pada gurat ssi terdapat
garis sel neuromast khusus yang tersusun di kedua sisi badan ikan yang disebut dengan
acoustico-lateralis. Kedua garis lateral tersebut sangat peka terhadap gerakan dan
perpindahan air ketika ikan berenang dekat dengan anggota kelompok lain. Beberapa
ikan tidak memiliki garis sehingga bergantung pada penglihatan mereka. Namun pada
ikan yang tidak mengembangkan sistem penglihatan, garis lateral sangat berperan
penting dalam schooling (Prentice, 2000).
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Aquarium kecil
2. Aquarium besar
3. Jaring ikan
4. Stopwatch
5. Ember plastik
6. Alat tulis
7. Gelas kimia

Bahan
1. 4 spesies ikan masing-masing terdiri 10 ekor ikan.
E. Cara Kerja
1. Afinitas Spesies
2 spesies ikan yang berbeda dipilih, dilihat dari ukuran, corak warna dan
afinitasnya sama

Membuat garis vertical pada dinding luar akuarium sehingga menjadi 3


bagian

Memasukkan ikan ke dalam glass jar, setiap glass jar diisi dengan 9 ekor
ikan dari satu spesies

Meletakkan kedua glass jar ke dalam akuarium coba

Memasukkan ikan coba yang spesiesnya sama dengan salah satu


kelompok ikan pada salah satu glass jar kebagian tengah akuarium
sampai 2 menit baru kemudian glass jar diangkat pelan-pelan, sehingga
ikan terbebas.
2. Pengaruh besar kelompok terhadap afinitas intraspesies

Dari percobaan 2, memilih spesies ikan yang kecenderungannya


schooling paling kuat

Mengisi 2 glass jar dengan ikan dari spesies yang sama. Glass jar
pertama diisi dengan 2 ekor ikan, sedangkan glass jar kedua diisi dengan
6 ekor ikan

Kemudian memasukkan ikan coba dari spesies yang sama di bagian


tengah akuarium

Diamati selama 15 perilakunya dan diulangi dengan menukarkan posisi


glass jar
F. Data Pengamatan
1. Menggunakan Ikan Hitam-orange dan ikan cetol
Pengamatan 1.

1. Apakah ikan berenang dalam kelompok yang terdiri atas spesies yang sama?
Jawaban: iya, ikan berenang dalam kelompok yang terdiri atas spesies yang sama.
2. Apakah ada tingkah laku agresif dalam satu school?
Jawaban: ada, tingkah laku agresif ditunjukkan oleh ikan yang memiliki warna hitam
orange.
3. Ketika school ikan bergerak, apakah ada ikan yang memisahkan diri dari
kelompoknya lebih dari 2 menit?
Jawaban: ada, salah satu ikan yang memiliki warna orange memisahkan diri dalam
waktu lebih dari 2 menit.
4. Bagaimana pengaruh pemberian makanan dan ketukan pada dinding akuarium
terhadap tingkah laku kelompok?
Jawaban: ikan cenderung menjauhi suara ketukan.
Pengamatan 2. Afinitas Spesies
Ikan Tes Jumlah menit di daerah
Conspesific No Fish Heterospesific
Tes 1 6 menit 41 detik 21 detik 4 menit 57 detik
Tes 2 10 menit 8 detik 24 detik 41 detik
Rata-rata 8 menit 40 detik 23 detik 3 menit 21 detik
Tes 3 3 menit 31 detik 56 detik 7 menit 14 detik
Tes 4 10 menit 21 detik 1 menit 19 detik 1 menit 1 detik
Rata-rata 7 menit 33 detik 1 menit 12 detik 6 menit 8 detik

Pengamatan afinitas ikan:

1. Apakah terjadi hubungan antara ikan coba dengan ikan didalam glass jar?
Jawaban: iya, ada hubungan antara ikan berwarna hitan-orange dengan akuarium
kecil.
2. Apakah gerakan ikan coba mengikuti gerakan kelompok ikan didalam glass jar?
Jawaban: iya, mengikuti gerakan kelompok ikan dalam akuarium kecil.
3. Pernahkan ikan coba menjauhi daerah conspesific lebih dari 3 menit?
Jawaban: tidak pernah.
4. Apakah avinitas yang tiba-tiba dari ikan-ikan didalam glass jar merangsang ikan coba
untuk mendekati glass jar tersebut?
Jawaban: iya.
Pengamatan 3. Pengaruh Besar Kelompok terhadap yang Kecenderungan

Jumlah menit di daerah


Ikan Tes
Kelompok 6 ekor No Fish Kelompok 2 ekor
Tes 1 6 menit 25 detik 2 menit 1 detik 5 menit 25 detik
Kelompok 6 ekor No Fish Kelompok 2 ekor
Tes 2 7 menit 22 detik 59 detik 2 menit 56 detik
4 menit 17
Rata-rata 7 menit 29 detik 1 menit 5 detik
detik
2. Menggunakan ikan orang dan bulat-gepeng
Pengamatan 2. Afinitas Spesies

Ikan Tes Jumlah detik di daerah


Conspesific No Fish Heterospesific
Tes 1 6 menit 30 detik 3 menit 70 detik 5 menit
Tes 2 7 menit 20 detik 4 menit 20 detik 2 menit 44 detik
Rata-rata 7 menit 13 detik 4 menit 23 detik 3 menit 52 detik
Tes 3 6 menit 15 detik 7 menit 20 detik 1 menit 25 detik
Tes 4 8 menit 20 detik 3 menit 3 menit 40 detik
Rata-rata 7 menit 17 detik 5 menit 10 detik 2 menit 32 detik

Pengamatan afinitas:

1. Apakah terjadi hubungan antara ikan coba dengan ikan didalam glass jar?
Jawaban: ikan coba terlihat ingin bergabung dengan kelompok ikan dalam glass jar.
2. Apakah gerakn ikan coba mengikuti gerakan kelompok ikan didalam glass jar?
Jawaban: pada beberapa saat, ikan coba terlihat mengikuti gerakan kelompok ikan
dalam glass jar.
3. Pernahkah ikan coba menjauhi daerah conspesific lebi dari 3 menit?
Jawaban: ikan coba tidak pernah berada di luar daerah sonspesific lebih dari 3 menit.
4. Apakah afinitas yang tiba-tiba dari ikan didalam glass jar merangsang ikan coba untuk
mndekati glass jar?
Jawaban: gerakannya yang tiba-tiba dari kelompok ikan dalam glass jar (dalam
spesies yang sama) dapat menarik perhatian ikan coba dan merangsang ikan coba
untuk mendekati kelompok ikan tersebut.

Pengamatan 3. Pengaruh Besar Kelompok terhadap Afinitas Intraspesies

Ikan Tes Jumlah menit di daerah


Kelompok 6 ekor No Fish Kelompok 2 ekor
Tes 1 5 menit 38 detik 6 menit 27 detik 2 menit 20 derik
Kelompok 2 ekor No fish Kelompok 6 ekor
Tes 2 5 menit 10 detik 6 menit 28 detik 1 menit 42 detik
Rata-rata 5 menit 24 detik 6 menit 28 detik 2 menit 1 detik

G. Analisis Data
Pada praktikum ini menggunakan 3 jenis spesies ikan yaitu ikan hitam-orange, ikan
orange, dan ikan cetol. Pada pengamatan pertama, ikan sejumlah 9 dengan 2 spesies yang
berbeda diletakkan dalam 2 glass jar dan satu ekor ikan dari hitam-orange di letakkan
ditenggah. Kemudian diamati afinitas spesiesnya dan hasilnya 6 menit 41 detik pada
daerah conspesific, 21 detik di daerah no fish dan 4 menit 57 detik di daerah
heterospesific. Kemudian dibalik posisinya antara ikan hitam-orange dan ikan cetol
hasilnya yaitu 10 menit 8 detik di daerah conspesifik, 24 detik di daerah no fish dan 41
detik di daerah heterospesific. Sehingga jika dilihat dari rata-rata waktu maka nilai
terbesar berada di daerah conspesific dan ikan memiliki schooling yang tinggi.
Kemudian perlakuan kedua perilaku ikan cetol yang diamati. Hasil dari pengamatan
waktu yaitu di daerah conspesific selama 3 menit 31 detik, 56 detik di daerah no fish dan
7 menit 14 detik di daerah heterospesific. Kemudian ikan dalam glass jar diubah
posisinya dan diamati kembali perilaku ikan cetol. Hasilnya yaitu 10 menit 21 detik di
daerah conspesific, 1 menit 19 detik di daerah no fish dan 1 menit 1 detik di daerah
heterospesific. Ikan cetol ini memiliki schooling yang tidak cukup kuat, karena rata-rata
waktu di daerah conspesific dan heterospesific tidak terlalu beda jauh.
Pada spesies ikan orange dan ikan cetol juga sama pada perlakuan pertama
dihasilkan 6 menit 30 detik di daerah conspesific, 3 menit 70 detik di daerah no fish dan
5 menit di daerah heterospesific. Kemudian ikan di dalam glass jar di ubah posisinya
kemudian diamati kembali dan hasilnya 7 menit 56 detik di daerah conspesific, 4 menit
20 detik di daerah no fish dan 5 menit di daerah heterospesific. Dari hasil tersebut ikan
orange memiliki schooling yang kuat karena rata-rata waktu yang paling banyak berada
pada daerah conspesific. Kemudian dengan prosedur yang sama ikan yang diamati
selanjutnya adalah ikan cetol diamati tingkah lakunya dan hasilnya 6 menit 15 detik di
daerah conspesific, 7 menit 20 detik di daerah no fish dan 1 menit 25 detik di daerah
heterospesific. Kemudian posisi dibalik dan hasilnya 8 menit 20 detik di daerah
conspesific, 3 menit di daerah no fish dan 3 menit 40 detik di daerah heterospesific.
Dapat disimpulkan bahwa untuk ikan cetol memiliki schooling yang kuat dan dapat juga
hidup mandiri.
Pada pengamatan ketiga yaitu untuk melihat pengaruh besar kelompok terhadap
afinitas intraspesies pada ikan hitam-orange dan ikan cetol didapatkan hasil pada tes 1
yaitu 6 menit 25 detik di daerah kelompok 6 ekor, 2 menit 1 detik di daerah no fish dan 5
menit 25 detik di daerah kelompok 2 ekor. Sehingga ikan hitam-orange lebih banyak
berada pada jumlah anggotanya yang banyak. Kemudian posisi ikan didalam glass jar
diubah posisinya dan hasilnya adalah 7 menit 29 detik di daerah kelompok 2 ekor, 1
menit 5 detik di daerah no fish dan 4 menit 17 detik di daerah kelompok 2 ekor. Pada
perlakuan ini, ikan lebih banyak menghabiskan waktu di daerah kelompok 2 ekor. Pada
pengamatan ketiga yang menggunakan ikan cetol didapatkan hasil 5 menit 38 detik di
daerah kelompok 6 ekor, 6 menit 27 detik di daerah no fish dan 2 menit 20 detik di
daerah kelompok 2 ekor. Sehingga ikan cetol ini dikatakan tidak selalu berkelompok dan
cenderung individual. Kemudian posisi ikan didalam glass jar di balik dan hasilnya 5
menit 10 detik di daerah conspesific, 6 menit 20 detik di daerah no fish dan 1 menit 42
detik didaerah heterospesific. ikan cetol tetap banyak menghabiskan waktu di daerah no
fish.
H. Pembahasan
Dari hasil pengamatan dan analisis data diatas, ketika dua spesies ikan dicampur
pada satu akuarium, semua spesies ikan bercampur. Namun, dari ikan yang bercampur
tersebut, suatu spesies ikan dapat dibedakan melakukan schooling atau tidak berdasarkan
jarak antar anggota kelompok dalam satu spesies. Apabila jarak antar individu dekat,
maka tingkat schoolingnya besar, sedangkan ikan yang jarak antar anggota kelompok
dalam satu spesies besar, maka spesies ikan tersebut cenderung tidak melakukan
schooling. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pitcher dalam Bone, dkk. (1995), yang
menjelaskan bahwa perilaku social ikan terdiri atas perilaku “school” dan “shoal”. Istilah
school untuk mendeskripsikan kelompok ikan yang berenang bersama-sama dengan
kecepatan sama, berorientasi pararel, dan memiliki jarak terdekat antar ikan (NND=
nearest-neighbar-distance) yang konstan. Jadi, dari pernyataan tersebut dapat diartikan
bahwa semakin dekat jarak antar anggota kelompok, maka afinitas spesies dan tingkat
kerjasama antar anggota kelompok juga semakin tinggi.
Ketukan yang diberikan pada dinding akuarium merupakan suatu stimulus
eksternal. Ketika diberi ketukan, ikan menjadi tersebar. Hal itu sesuai dengan pernyataan
Price dalam Susilowati, dan Rahayu (2007), yang menyatakan bahwa terbentuknya
school tersebut karena adanya respon social yang positif antara individu yang satu
dengan yang lain, bukan karena sama-sama merespon suatu faktor lingkungan. Jadi
kelompok ikan yang terbentuk ketika beberapa ekor ikan mendekati suatu stimulus
eksternal (misalnya ketukan) bukanlah suatu school, karena kelompok ini akan bubar
begitu stimulusnya hilang.
Pada pengamatan afinitas spesies menunjukkan hubungan antara ikan uji dengan
ikan yang ada di dalam akuarium kecil. Ikan uji cenderung berada di daerah conspesifik
daripada di daerah heterospesifik dan daerah no fish. Hal ini disebabkan karena adanya
daya tarik ikan yang berada di dalam akuarium terhadap ikan uji. Menurut Susilowati,
dkk. (2001), daya tarik merupakan factor pertama untuk mengawali suatu tingkah laku
social, yang kemudian dilanjutkan dengan pendekatan. Setelah terjadi pendekatan
dilanjutkan dengan agregasi/ pengelompokan, dan akhirnya dilakukan kerjasama.
Tingkah laku social dalam hal ini adalah schooling, dilakukan oleh individu yang
memiliki corak, ukuran yang hampir sama dan berada dalam satu spesies, sehingga
meskipun kelompok ikan yang berada di daerah heterospesifik juga melakukan suatu
pola tingkah laku, ikan uji cenderung tidak merespon stimulus daya tarik tersebut.
Namun, kadangkala aktivitas yang tiba-tiba dari kelompok ikan di daerah heterospesifik
merangsang ikan uji untuk mendekat ke daerah heterospesifik, tetapi tidak begitu lama
ikan uji kembali lagi ke daerah conspesifik atau ke daerah no fish.
Menurut Partridge (1983), pada suatu schooling, terjadi suatu komunikasi
intraspesies. Komunikasi tersebut dapat berupa gelombang bunyi maupun pola gerakan
tertentu. Komunikasi intraspesies juga ditunjukkan oleh ikan uji melalui gerakan. Ketika
ikan di daerah conspesifik melakukan suatu pola gerakan, maka ikan uji juga mengikuti
pola gerakan tersebut, sehingga seakan-akan gerakan tersebut merupakan sarana
komunikasi antara ikan uji dengan ikan yang berada di daerah conspesifik. Suatu pola
gerakan yang dilakukan oleh kelompok ikan yang berada di dalam akuarium kecil
ternyata menstimulus ikan uji untuk mendekat ke akuarium kecil dan melakukan gerakan
yang sama. Sehingga, dapat dikatakan bahwa selain factor satu spesies dan memiliki
corak warna yang sama, factor lain yang menyebabkan ikan uji cenderung berada di
daerah conspesifik adalah adanya daya tarik berupa gerakan yang diperlihatkan oleh
kelompok ikan di daerah conspesifik, yang merangsang ikan uji untuk berlama-lama di
daerah conspesifik.
Pada uji pengaruh besar kelompok, diketahui bahwa ikan uji cenderung untuk
mendekati kelompok ikan yang jumlah anggotanya banyak. Hal ini dikarenakan jumlah
anggota kelompok yang banyak, menyebabkan daya tarik yang dimunculkan oleh
masing-masing individu anggota kelompok juga semakin besar, sehingga stimulus yang
dihasilkan juga semakin kuat untuk merangsang ikan uji untuk mendekat.
Selain factor daya tarik, ikan uji mendekat pada kelompok yang jumlah anggotanya
banyak karena factor untuk perlindungan diri. Hal ini sesuai dengan konsep "keamanan
dalam jumlah”. Menurut Prentice (2000), keamanan dalam jumlah berkaitan dengan
pertahanan terhadap predator. Apabila jumlah individu dalam suatu kelompok banyak,
maka akan menimbulkan suatu kesan kelompok ikan yang sangat besar dalam wilayah
yang luas, sehingga membingungkan predator untuk menangkap sasaran. Apabila
dihubungkan dengan reproduksi, banyaknya individu memungkinkan masing-masing
individu untuk memilih pasangan sehingga keberhasilan kawin lebih besar.
Ketika jumlah ikan dalam dua akuarium kecil sama, ternyata ikan uji cenderung
lebih mendekat ke daerah kelompok ikan yang individunya memperlihatkan pola gerakan
yang agresif. Pola gerakan yang dilakukan tiba-tiba oleh individu dalam akuarium 1
menyebabkan ikan uji tertarik dan mendekati kelompok tersebut. Sehingga, selain karena
faktor jumlah anggota kelompok, spesies sama, ukuran dan corak warna sama, ternyata
tingkah laku agresif yang diperlihatkan oleh anggota kelompok yang lain, juga
berpengaruh terhadap schooling ikan.
I. Diskusi
1. Apakah ikan coba menghabiskan banyak waktu di daerah conspesific atau
heterospesific? Jelaskan !
Jawaban :
Ikan coba lebih cenderung menghabiskan banyak waktu di daerah conspesific, hal ini
dikarenakan adanya daya tarik ikan yang berada di dalam akuarium terhadap ikan uji.
Menurut Susilowati, dkk. (2001), daya tarik merupakan factor pertama untuk
mengawali suatu tingkah laku social, yang kemudian dilanjutkan dengan pendekatan.
Setelah terjadi pendekatan dilanjutkan dengan agregasi/ pengelompokan, dan
akhirnya dilakukan kerjasama.
2. Apakah ikan coba menghabiskan banyak waktu di school ikan yang besar atau kecil?
Jelaskan!
Jawaban :
Ikan uji cenderung untuk mendekati kelompok ikan yang jumlah anggotanya banyak
atau besar. Hal ini dikarenakan jumlah anggota kelompok yang banyak,
menyebabkan daya tarik yang dimunculkan oleh masing-masing individu anggota
kelompok juga semakin besar, sehingga stimulus yang dihasilkan juga semakin kuat
untuk merangsang ikan uji untuk mendekat. Selain factor daya tarik, ikan uji
mendekat pada kelompok yang jumlah anggotanya banyak karena factor untuk
perlindungan diri. Hal ini sesuai dengan konsep "keamanan dalam jumlah”,
keamanan dalam jumlah berkaitan dengan pertahanan terhadap predator.
3. Apakah yang mempengaruhi schooling pada ikan?
Jawaban :
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya schooling yaitu :
 Perlindungan diri dari pemangsa atau predator
 Mencari dan menangkap mangsa
 Pemijahan
 Ruaya dan pergerakan
 Untuk mengurangigesekan air dengan tubuh ikan
4. Mengapa ikan coba harus diadaptasikan selama 2 menit sebelum di amati?
Jawaban :
Hal ini bertujuan untuk ikan tersebut dapat mengetahui lingkungan sekitar serta
meneysuaikan diri dengan lingkungan yang baru unt k mengetahui apa yang akan
dilakukan dalam keadaan terancam serta apa yang harus dilakukan dengan
lingkungan yang baru tersebut.
J. Kesimpulan
1. Afinitas pada masing-masing spesies memiliki afinitas yang tinggi, hal ini
dikarenakan afinitas sendiri ini merupakan suatu daya tarik ika yang memiliki
kemiripan baik dari segi corak, ukuran. Jadi ikan yang dalam satu spesies memiliki
afinitas yang tinggi, sebaliknya untuk ikan yang berbeda spesies memiliki tingkat
afinitas yang rendah.
2. Besar kelompok itu mempengaruhi dalam hal schooling, kelompok ikan yang
memiliki populasi yang lebih banyak yang lebih menraik perhatian, hal ini
dikarenakan jumlah anggota kelompok yang banyak, menyebabkan daya tarik yang
dimunculkan oleh masing-masing individu anggota kelompok juga semakin besar,
sehingga stimulus yang dihasilkan juga semakin kuat untuk merangsang ikan uji
untuk mendekat.
Daftar Rujukan

Pithcer, T. 1993. (Online), (http://seagrant.org/wiki/schooling_(fish)) diakses tanggal 31


Oktober 2018.
Prentice, K. 2000. Schooling. (http://en.wikipedia.org/wiki/schooling_fish), diakses tanggal
31 oktober 2018
Susilowati & Rahayu, S. 2007. Petunjuk Kegiatan Praktikum Tingkah Laku Hewan. Malang:
FMIPA UM
Susilowati. 2001. Tingkah Laku Hewan. Malang: FMIPA UM

Anda mungkin juga menyukai