Anda di halaman 1dari 16

EKOSISTEM

MAKALAH
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Ekologi
Yang Dibina oleh Bapak Prof. Dr. Ir. Suhadi, M.Si
dan Drs. Agus Dharmawan, M.Si

Oleh Kelompok 4 :
Offering : H
1. Anisya Purnamasari (160342606219)
2. Rika Nur Azizah (160342606265)
3. Nicholas Gerry A. (160342606297)
4. Sulistya Ika Ramadhani (160342606299)
5. Tasafima Tesari (160342606280)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN BIOLOGI
FEBRUARI 2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Didalam ekosistem terjadi hubungan saling ketergantungan antara
komponen satu dengan yang lain. Saling ketergantungan itu mencakup berbagai
kebutuhan untuk bereproduksi, makanan, energi, air, mineral dan udara. Adanya
saling ketergantungan menyebabkan di dalam ekosistem terjadi rantai makanan,
jaring-jaring makanan, aliran energi dan siklus biogeokimia.
Semua yang ada di bumi ini baik mahluk hidup maupun benda mati
tersusun oleh materi. Materi ini tersusun atas unsure-unsur kimia antara lain
karbon (C), Oksigen (O), Nitrogen (N), Hidrogen (H), dan Fosfor (P). Unsur-
unsur kimia tersebut atau yang umum disebut materi dimanfaatkan produsen
untuk membentuk bahan organik dengan bantuan matahari atau energi yang
berasal dari reaksi kimia. Bahan organik yang dihasilkan merupakan sumber
energi bagi organisme. Proses makan dan dimakan pada rantai makanan
menngakibatkan aliran materi dari mata rantai yang satu ke mata rantai yang lain.
Walaupun mahluk hidup dalam satu rantai makanan mati, aliran materi akan tetap
berlangsung terus. Karena mahluk yang mati tersebut diurai oleh dekomposer
yang akhirnya akan masuk lagi ke rantai makanan berikutnya.
Di alam, semua elemen-elemen kimiawi dapat masuk dan keluar dari
sistem untuk menjadi mata rantai siklus yang lebih luas dan bersifat global.
Namun demikian ada suatu kecenderungan sejumlah elemen beredar secara terus
menerus dalam ekosistem dan menciptakan suatu siklus internal. Siklus ini
dikenal sebagai siklus biogeokimia karena prosesnya menyangkut perpindahan
komponen bukan jasad (geo), ke komponen jasad (bio) dan kebalikannya. Siklus
biogeokimia pada akhirnya cenderung mempunyai mekanisme umpan-balik yang
dapat mengatur sendiri (self regulating) yang menjaga siklus itu dalam
keseimbangan.

1.2 Rumusan Masalah


a. Menjelaskan aliran energi ke dalam rantai makanan dan jaring-jaring
maakanan
b. Menjelaskan siklus biogeomikia

1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui proses aliran energy ke dalam rantai makanan dan
jarring-jaring makanan
b. Untuk mengetahui siklus biogeokimia
BAB II
PEMBAHASAN

Komponen biotik dan abiotik memiliki banyak peran dalam ekosistem.


Selain itu, kedua komponen tersebut berperan dalam proses aliran energi dan daur
biogeokimia. Aliran energi merupakan proses berpindahnya energi dari satu
organisme ke organisme lainnya. Aliran energi dapat berupa rantai makanan dan
jaring-jaring makanan. Daur biogeokimia merupakan daur perpindahan materi
dari komponen abiotik ke komponen biotik dan kembali lagi ke komponen
abiotik.
Telah kita ketahui bahwa antara komponen ekosistem senantiasa saling
berinteraksi. Tujuan utama interaksi antar komponen berkaitan erat dengan
kelangsungan hidup. Bertambahnya anggota populasi menyebabkan kepadatan
bertambah, sehingga antar individu harus bersaing untuk mencukupi
kebutuhannya. Persaingan antar individu dalam populasi memiliki intensitas yang
paling tinggi karena mereka memiliki persamaan kebutuhan hidup yang disebut
kompetisi intraspesifik. Di dalam suatu komunitas, populasi yang satu senantiasa
berinteraksi dengan populasi yang lain. Bentuk interaksi antar populasi dapat
berupa kompetisi, predasi, simbiosis, maupun antibiosis. Kompetisi antar populasi
dinamakan kompetisi interspesifik, yaitu bila kedua populasi menempati niche
yang sama pada habitat yang sama. Misalnya, rumput ilalang dengan tanaman
jagung di lahan petani. Interaksi mereka dapat menyebabkan terusirnya populasi
tertentu, migrasi, adaptasi, dan kematian sehingga mempengaruhi kepadatan
populasi pada suatu tempat.

2.1 Rantai Makanan dan Jaring Makanan


Dalam komunitas suatu ekosistem, terjadi proses-proses interaksi di antara
anggota populasi populasinya. Proses interaksi tersebut contohnya adalah proses
saling makan dan saling dimakan.
Proses makan dan dimakan pada serangkaian organisme disebut
sebagai rantai makanan. Dalam ekosistem, jumlah tingkatan konsumen yang
terlibat dalam rantai makanan biasanya terbatas, pada umumnya empat sampai
lima tingkat. Masing-masing tingkatan tersebut dinamakan tingkatan trofik.

Rantai makanan
Pada ekosistem, Setiap tingkat trofik merupakan kumpulan berbagai
organisme dengan sumber makanan tertentu. Tingkat trofik pertama adalah
kelompok organisme autotrop yang disebut produsen. Organisme autotrop adalah
organisme yang dapat membuat bahan organik sendiri dari bahan anorganik
dengan bantuan sumber energi. Bila dapat menggunakan energi cahaya seperti
cahaya, matahari disebut fotoautotrop, contohnya tumbuhan hijau dan
fitoplankton. Apabila menggunakan bantuan energi dari reaksi-reaksi kimia
disebut kemoautotrop, misalnya, bakteri sulfur, bakteri nitrit, dan bakteri nitrat.
hewan-hewan herbivora menempati tingkatan trofik kedua, hewan-hewan
karnivora menempati tingkatan trofik ketiga, dan demikian seterusnya.

Pembagian konsumen adalah sebagai berikut:


Produsen yang berupa tumbuhan merupakan makanan bagi hewan-hewan
herbivora. Hewan-hewan herbivora tersebut dinamakan konsumen primer.
Selanjutnya, hewan-hewan herbivora akan dimakan oleh hewan-hewan karnivora.
Hewan-hewan karnivora tersebut dinamakan konsumen sekunder. Hewan-hewan
karnivora dapat dijadikan makanan oleh hewan-hewan karnivora lainnya.
Kelompok hewan karnivora yang memakan hewan karnivora lainnya
disebut konsumen tersier. Dekomposer merupakan makhluk hidup yang
memperoleh makanannya dengan cara menguraikan senyawa-senyawa organii
yang berasal dari makhluk hidup yang telah mati (bangkai). Dalam hal ini,
dekomposer berperan mengembalikan materi ke lingkungan abiotik dan
digunakan kembali oleh tumbuhan hijatt Contoh dekomposer adalah jamur dan
bakteri.
Dalam ekosistem, aliran energi biasanya tidak sesederhana seperti yang
diuraikan dan digambarkan di atas. Proses makan dan dimakan pada umumnya
tidak terjadi dalam urutan yang linier, tetapi terjadi dalam proses yang kompleks.
Proses rantai makanan yang saling menjalin dan kompleks tersebut
dinamakan jaring makanan. Hal ini terjadi karena suatu organisme sering kali
memiliki jenis makanan yang banyak.

Contoh jaring-jaring makanan yang dapat terjadi di


alam.
Piramida Ekologi
Dalam rantai makanan, organisme pada tingkatan trofik rendah memiliki jumlah
individu lebih banyak. Makin tinggi tingkat trofik, makin sedikit jumlah
individunya dalam ekosistem.
a. Piramida jumlah
Jika jumlah individu per satuan luas untuk masing-masing tingkatan tropik
digambarkan dalam histogram, akan membentuk semacam piramida. Organisme
piramida jumlah mulai tingkat trofik terendah sampai puncak adalah sama seperti
piramida yang lain yaitu produsen, konsumen primer dan konsumen sekunder, dan
konsumen tertier. Artinya jumlah tumbuhan dalam taraf trofik pertama lebih
banyak dari pada hewan (konsumen primer) di taraf trofik kedua, jumlah
organisme kosumen sekunder lebih sedikit dari konsumen primer, serta jumlah
organisme konsumen tertier lebih sedikit dari organisme konsumen sekunder.

Piramida biomassa.
Piramida biomassa yaitu suatu piramida yang menggambarkan
berkurangnya transfer energi pada setiap tingkat trofik dalam suatu
ekosistem. Pada piramida biomassa setiap tingkat trofik menunjukkan berat kering
dari seluruh organisme di tingkat trofik yang dinyatakan dalam gram/m2.
Umumnya bentuk piramida biomassa akan mengecil ke arah puncak, karena
perpindahan energi antara tingkat trofik tidak efisien. Tetapi piramida biomassa
dapat berbentuk terbalik.
Misalnya di lautan terbuka produsennya adalah fitoplankton mikroskopik,
sedangkan konsumennya adalah makhluk mikroskopik sampai makhluk besar
seperti paus biru dimana biomassa paus biru melebihi produsennya.Puncak
piramida biomassa memiliki biomassa terendah yang berarti jumlah individunya
sedikit, dan umumnya individu karnivora pada puncak piramida bertubuh besar.
a) Piramida jumlah dan
b) piramida biomassa.

Dari Gambar tersebut, dapat diartikan bahwa semakin rendah tingkatan trofik,
makin besar biomassanya. Suatu biomassa produsen yang besar, dapat
menyokong hidup herbivora dengan biomassa yang lebih kecil.
Piramida energi
Dibuat berdasarkan penelitian yang mendalam mengenai aliran energi dan
mampu memberikan gambaran akurat mengenai aliran energi.
Dalam piramida energi terdapat pengurangan energi dalam tiap tingkat
trofik yang terjadi karena beberapa makanan tidak dicerna sempurna menjadi
energi. Hanya bagian tertentu dari makanan yang dapat dimakan dan hanya
sebagian makanan yang disimpan dalam tubuh karena sisanya digunakan sebagai
energi.
Pada piramida energi terdapat energi yang
hilang akibat digunakan pada setiap tingkat trofik.

2.2 Siklus Biogeokimia


Semua unsur kimia di alam akan beredar melalui jalan tertentu dari
lingkungan ke organisme atau makhluk hidup dan kembali lagi ke lingkungan.
Semua bahan kimia dapat beredar berulang-ulang melewati ekosistem secara tak
terbatas. Jika suatu organisme itu mati, maka bahan organik yang terdapat pada
tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi komponen abiotik dan
dikembalikan lagi ke dalam lingkungan. Peredaran bahan abiotik dari lingkungan
melalui komponen biotik dan kembali lagi ke lingkungan dikenal sebagai siklus
biogeokimia.
Unsur-unsur kimia yang ada di alam kemungkinan terdapat dalam bentuk
padat berupa garam-garam mineral dalam bentuk cair dan gas yang dapat
disintesis oleh tumbuhan menjadi berbagai senyawa organi seperti karbohidrat,
protein, nukleoprotein, asam dioksiribonukleat (DNA), asam ribonukleat (RNA),
dan senyawa lainnya yang menyusun tubuh organisme. Unsur abiotik tersebut
memasuki sel melalui media air yang berperan sebagai pembawa semua gas dan
garam mineral yang larut. Banyaknya air lebih kurang 20%-99% dari bobot segar
tumbuhan yang masuk ke dalam tubuh tumbuhan melalui sistem perakaran yang
membawa unsur-unsur hara yang berguna untuk pertumbuhan. Di dalam tubuh
tumbuhan, setiap bentuk hasil metabolisme juga diangkut melalui media air.
Dengan demikian, air mempunyai peranan penting dalam proses kehidupan di
dalam ekosistem
Siklus biogeokimia dikelompokan ke dalam tipe siklus gas (gas karbon,
nitrogen, belerang), siklus padatan/sedimen (fosfor) dan siklus air (hidrologi).

1. Siklus Karbon
Karbon merupakan salah satu unsur yang mengalami daur dalam
ekosistem. Dimulai dari karbon yang ada di atmosfer berpindah melalui tumbuhan
hijau, konsumen, dan organisme pengurai, kemudian kembali ke atmosfer. Di
atmosfer karbon terikat dalam bentuk senyawa karbondioksida (CO2).
Karbondioksida merupakan bagian udara esensial yang dapat
mempengaruhi radiasi panas dari bumi, dan dapat membentuk persediaan karbon
anorganik. Proses fotosintesis yang terjadi pada tumbuhan hijau merupakan proses
pengubahan karbondioksida sebagai karbon anorganik menjadi karbohidrat
sebagai senyawa hidrokarbon yang dalam hal pengubahan karbon disebut juga
senyawa karbon organik dalam tubuh tumbuhan disertai dengan penyimpanan
energi yang bersumber dari radiasi matahari, sehingga dalam tubuh tumbuhan
tersimpan energi yang disebut energi biokimia tersimpan bersama dengan
senyawa organic kompleks.
Dalam aktivitas fisiologi tumbuhan, sebagian karbon organic akan terurai
dan CO2 dibebaskan lagi ke udara melalui respirasi, sebagian karbon organik
lainnya diubah menjadi senyawa organik kompleks dalam tubuh tumbuhan selama
pertumbuhannya. Senyawa organik tersebut akan ditransfer ke dalam tubuh
konsumen melalui proses interaksi dalam rantai maupun jaring makanan, sehingga
sebagian dari senyawa karbon organik akan tetap berada dalam tubuh konsumen
(manusia, binatang/hewan) sampai mati.
Setelah produsen dan konsumen mati, maka senyawa organik akan segera
terurai lagi melalui proses penguraian/dekomposisi oleh organisme pengurai dan
karbon akan dilepas sebagai CO2 ke alam dan masuk ke udara atau ke dalam air.
Akan tetapi ada sebagian bahan organik yang kadang-kadang tidak bisa terurai
dalam proses dekomposisi sehingga memerlukan waktu yang sangat lama dan
kemudian akan berubah menjadi batu kapur, arang dan minyak yang dalam hal ini
disebut bahan bakar fosil.

Gambar 1 : Siklus Karbon


Pada setiap ekosistem jumlah karbon yang tersimpan berbeda-beda, hal ini
disebabkan perbedaan keanekaragaman dan kompleksitas komponen yang
menyusun ekosistem. Kompleksitas ekosistem akan berpengaruh kepada cepat
atau lambatnya siklus karbon yang melalui setiap komponennya. Pada ekosistem
hutan hujan tropis keanekaragaman biota (termasuk spesies tumbuhan ) sangat
tinggi, sehingga pengembalian karbon organik ke dalam tanah berjalan dengan
cepat, dan karbon yang tersimpan dalam biomassa tumbuhan lebih besar
dibandingkan dengan ekosistem lainnya (ekosistem hutan iklim sedang, padang
rumput iklim sedang, dan ekosistem gurun).
Pada ekosistem dengan komunitas tumbuhannya sempurna dan
keanekaragaman spesies tumbuhannya tinggi, maka produksi karbondioksida baik
oleh organisme pengurai, proses respirasi, maupun penggunaan bahan bakar fosil
akan diimbangi oleh proses pengikatan/fiksasi karbondioksida oleh tetumbuhan.
Hal demikian menyebabkan ekosistem hutan hujan tropis memiliki kemampuan
yang lebih besar dalam mereduksi pencemaran udara khususnya yang disebabkan
gas karbon di udara. Telah diketahui bahwa meningkatnya kandungan
karbondioksida di udara akan menyebabkan kenaikan suhu bumi yang terjadi
karena efek rumah kaca, panas yang dilepaskan dari bumi diserap oleh
karbondioksida di udara dan dipancarkan kembali ke permukaan bumi, sehingga
proses tersebut akan memanaskan bumi.
Oleh karena itu, keberadaan ekosistem hutan memiliki peranan penting dalam
mengurangi gas karbondioksida yang ada di udara melalui pemanfaatan gas
karbondioksida dalam proses fotosintesis oleh komunitas tumbuhan hutan.

2. Siklus Nitrogen
Nitrogen merupakan unsur yang penting dalam kehidupan. Unsur dari
asam amino yang membentuk protein dan nukleotida, serta sebagai bahan penting
yang membentuk asam inti di dalam sel.
Sumber utama nitrogen (N2) adalah udara, sedangkan organisme hidup
memperoleh nitrogen dalam bentuk garam nitrat kemudian diasimilasikan pada
sitoplasma dalam bentuk protein sebagai cadangan pangan (Odum, 1993).
Menurut Turk (1985) dan Kilham (1996) bahwa di alam ini terdapat tiga gudang
nitrogen yaitu udara, senyawa anorganik (misalnya nitrat, nitrit, dan amonial), dan
senyawa organik (protein, urine, dan asam urine). Cadangan nitrogen anorganik
adalah gas N2 di udara yang merupakan komponen terbanyak di udara (78%).
Organisme yang bisa memanfaatkan secara langsung nitrogen udara sangat
sedikit. Tumbuhan dapat mengisap nitrogen dalam bentuk nitrat (NO3).
Pengubahan nitrogen dari nitrogen bebas di udara menjadi nitrat dapat
berlangsung baik secara biologi maupun secara kimia dan prose ini disebut
pengikatan (fiksasi) nitrogen.
Pengikatan nitrogen secara biologi dapat dilakukan oleh bakteri
nonsimbiotik, bakteri simbiotik, dan ganggang hijau biru. Nitrat (NO3) yang
terdapat di dalam tanah dan air pada umumnya terjadi karena pengikatan nitrogen
secara biologi. Bakteri nonsimbiotik (bakteri bebas) yang berperan dalam
pengikatan nitrogen secara biologi, misalnya Azotobacter chroococcu,
A.beijerinckii, sedangkan ganggang hijau biru yang berperan dalam pengikatan
nitrogen secara biologi adalah Nostoc dan Anabaena. Menurut Kilham (1996)
pengikatan nitrogen oleh organisme tersebut dapat memberikan masukan nitrogen
ke dalam tanah kurang lebih sebesar 5-30 kg/ha/tahun.
Bakteri simbiotik yang berperan dalam pengikatan nitrogen secara biologi
adalah genus Rhizobium misalnya : Rhizobium trifolii, R. meliloti, R.
leguminosarum, R. phaseoli, R. japonikum, dan R. speciosa. Bakteri pengikat
nitrogen tersebut hidup bersimbiosis dengan akar tumbuhan polong–polongan
membentuk bintil akar. Bakteri Rhizobium, selain bersimbiosis dengan akar
polong–polongan, juga bersimbiosis dengan akar Pinus spp., Ginkyo biloba,
Araucaria spp., Alnus spp., Casuarinas pp., Myrica spp., Ceanothus spp.,
Coriaria spp., Eleagnus spp., Hippophae spp., Phycotria spp., dan Sheperdia spp.
Menurut Kilham (1996 ) pengikatan nitrogen oleh organisme tersebut dapat
memberikan masukan nitrogen ke dalam tanah kurang lebih sebesar 400 kg/ha/thn
terutama yang bersimbiosis dengan tumbuhan polong– polongan tropis.
Nitrat (NO3) yang telah diabsorpsi oleh akar tanaman, maka selanjutnya
nitrogen akan disintesis menjadi protein tanaman kemudian hewan herbivora yang
makan tumbuhan akan mengubah protein tersebut menjadi protein hewani.
Tumbuhan dan hewan yang telah mati akan terdekomposisi sehingga protein
nabati dan protein hewani diuraikan menjadi amonia dan asam amino. Demikian
pula kotoran–kotoran binatang akan diuraikan menjadi amonia dan asam amino.
Penguraian protein pada bahan organik yang terdekomposisi menjadi asam
amino dan amonia disebut amonifikasi. Organisme yang bertanggung jawab
dalam amonifikasi pada umumnya adalah golongan cendawan pelapuk dan
bakteri, yaitu Bacillus subtilis dan Bacillus mesenterilus.
Gambar 2 : Siklus Nitrogen
Pengubahan ammonia menjadi nitrit dan nitrat disebut nitrifikasi.
Nitrifikasi melibatkan bakteri Nitrosomonas, Nitrospira, Nitrosogloea,
Nitrococcus, Nitrocystis, dan Nitrobacter. Proses selanjutnya adalah denitrifikasi,
yaitu pengubahan nitrat menjadi gas nitrogen yang melibatkan peran beberapa
bakteri antara lain Bacillus cereus, B.licheniformis, Pseudomonas denitrificans,
Thiobacillus denitrificans, Micrococcus, dan Achromobacter.
Adapun pengikatan nitrogen secara kimiawi dikenal sebagai proses
pengikatan elektrokimia yang memerlukan energi dari halilintar. Pada proses ini
halilintar melalui udara memberikan energi yang cukup untuk menyatukan
nitrogen dan oksigen sehingga terbentuk nitrogen dioksida (NO2), kemudian gas
nitrogen dioksida bereaksi dengan air membentuk asam nitrat. Sebagian ion nitrat
(NO3-) diserap oleh akar tanaman, sebagian asam nitrat akan mengalami
denitrifikasi, dan sebagian asam nitrat yang lainnya menumpuk pada endapan.

3. Siklus Sulfur (Belerang)


Di atmosfer,belerang terdapat dalam bentuk gas SO2 yang dibentuk selama
ada aktivitas vulkanis dan pembakaran bahan bakar fosil. Selain itu, belerang juga
terdapat dalam bentuk gas H2S yang dibentuk sebagai akibat proses pembusukan
bahan organik atau proses pembusukan yang terjadi dalam tanah atau air. Unsur
belerang dapat tersedia bagi tumbuhan dalam bentuk anion sulfat (SO42-) di tanah.
di dalam tanah, belerang di dapat dalam bentuk sulfat, sulfida dan belerang
anorganik. Sumber belerang yang memasuki atmosfer berasal dari aktivitas
vulkanis (misalnya gunung meletus), penggunaan bahan bakar fosil untuk
kepentingan industry, transportasi, atau rumah tangga (misalnya penggunaan batu
bara dan minyak bumi) serta dari proses pembusukan bahan organik oleh
organisme mikro.

Gambar 3 : Siklus Sulfur


Aktivitas vulkanis dan penggunaan bahan bakar fosil akan melepaskan
belerang ke atmosfer dalam bentuk gas SO2. Gas SO2 di udara akan mengalami
oksidasi membentuk gas sulfat ( SO4 ). Adapun dalam proses pembusukan bahan
organic yang dilakukan oleh organisme mikro akan melepaskan belerang, baik ke
atmosfer maupun ke dalam tanah dalam bentuk H2S.
Organisme pengurai yang berperan merombak protein dalam bahan
organic dan melepaskan H2S adalah Aspergillus spp., Neurospora spp.,
Escherichia spp., dan Proteus spp., sedangkan organisme pengurai yang berperan
merombak karbohidrat dalam bahan organic adalah Vibrio desulphuricans,
Aerobacter, dan Desulphovibrio. Gas H2S tersebut akan mengalami oksidasi di
atmosfer membentuk gas sulfat SO4. Gas sulfat akan kembali memasuki system
tanah bersama dengan presipitasi. Oleh karena itu, jika kandungan gas sulfat di
udara sangat banyak, maka presipitasi yang dihasilkan akan sangat asam dan
disebut sebagai hujan asam.

4. Siklus Fosfor
Fosfor merupakan bagian penting dari protoplasma. Unsur tersebut
biasanya diserap tanaman dalam bentuk H2PO4-, HPO42-, dan PO43-. Unsur fosfor
merupakan salah satu unsur utama dalam pupuk komersial, sehingga industry
pupuk fosfat sangat berperan dalam menjalankan siklus fosfor karena bahan baku
pupuk fosfat adalah batu-batuan fosfat yang tersedia di alam.
Secara alami, keberadaan fosfor di alam berasal dari pelapukan batuan
mineral atau batuan fosfat, sebagian lagi berasal dari pelapukan bahan organik.
Namun demikian pada kondisi alami, fosfor yang tersedia bagi organisme
khususnya yang dapat dimanfaatkan oleh tetumbuhan jauh lebih rendah daripada
nitrogen. Rasio fosfor terhadap nitrogen dalam air adalah 1 : 23, sehingga fosfor
sering menjadi factor pembatas bagi pertumbuhan tetumbuhan dan organisme
lainnya.
Gambar : Siklus Fosfor
Selain batu-batuan fosfat, terdapat juga deposit-deposit fosfat dalam
jumlah banyak yang bersumber dari kotoran maupun tulang-tulang hewan,
misalnya ikan laut dan burung-burung merupakan hewan yang ikut bertanggung
jawab terhadap terbentuknya deposit fosfat. Meskipun sumber fosfor di alam
cukup banyak, akan tetapi tetumbuhan masih dapat mengalami kekurangan fosfor
karena sebagian besar fosfor terikat secara kimia oleh unsur lainnya dan sukar
larut di dalam air, sehingga diperkirakan hanya 1% fosfor yang dapat
dimanfaatkan oleh tetumbuhan.
Fosfor terdapat dalam seluruh sel tumbuhan yang fungsinya antara lain
membentuk asam nukleat untuk menyimpan dan memindahkan energi, Adenosine
Tri Fosfat dan Adenosin Di Fosfat untuk merangsang pembelahan sel, membantu
proses asimilasi dan respirasi.

5. Siklus Hidrogen
Gudang air terbesar di alam adalah samudra, akan tetapi masih banyak
gudang-gudang air lainnya di permukaan bumi yang berupa badan-badan perairan
seperti danau, rawa, waduk dan sungai. Dari gudang-gudang air tersebut air akan
menguap ke udara (Evaporasi) kemudian membentuk awan, dan akhirnya turun
lagi ke bumi dalam bentuk presipitasi (hujan), sehingga air akan mencapai ke
seluruh permukaan bumi melalui presipitasi dan terus akan bergerak lagi masuk
ke bumi, mengalir ke sungai, ke danau, ke laut, menguap, dan seterusnya sesuai
dengan siklusnya.
Di dalam siklus air (siklus hidrologi), air akan berpindah melalui berbagai
tahap proses yang sangat kompleks, apalagi pada permukaan bumi yang
bervegetasi seperti hutan maka proses hidrologi menjadi lebih kompleks. Dalam
siklus air, pohon merupakan media pemindahan (transfer) air hujan ke tanah
melalui proses penahanan sementara air hujan oleh tajuk pohon, aliran batang, dan
air lolos, serta sebagai pemindahan air dari dalam tanah ke vegetasi dan ke
atmosfer melalui evapotranspirasi.
Butir-butir air hujan yang jatuh ditahan oleh tajuk pohon, sehingga tidak
langsung menimpa tanah. penahanan air hujan oleh tajuk pohon akan mengurangi
resiko tetesan langsung ke tanah, sehingga aliran permukaan (air yang mengalir
di permukaan tanah) dapat dikendalikan. Air hujan yang ditahan oleh tajuk pohon,
sebagian dialirkan perlahan-lahan melalui batang yang disebut sebagai aliran
batang (stem flow), sebagian jatuh langsung dari tajuk atau melalui penetesan dari
daun dan cabang-cabang pohon yang disebut sebagai air lolos (through fall ), dan
sebagaian lagi tertahan sementara oleh tajuk kemudian diuapkan kembali ke udara
yang disebut sebagai air intersepsi. Pada daerah yang bervegetasi pohon, air lolos
dan aliran batang merupakan bagian dari presipitasi yang sampai ke permukaan
tanah dan masuk ke dalam tanah melalui proses infiltrasi.

Gambar 5 : Siklus Hidrogen


Infiltrasi air hujan pada daerah bervegetasi akan lebih besar bila
dibandingkan dengan daerah yang tidak bervegetasi, sebab vegetasi tersebut
menghasilkan serasah yang dapat meningkatkan porositas tanah. meningkatnya
infiltrasi dan perkolasi tanah (peristiwa bergeraknya air ke bawah dalam profil
tanah) berdampak positif terhadap meningkatnya muka air tanah. jika muka air
meningkat, maka akan mengurangi kekeringan dan mencegah terjadinya
kekeringan pada musim kemarau, sedangkan berkurangnya aliran permukaan
menyebabkan berkurangnya erosi, berkurangnya sedimentasi, mencegah tanah
lonsor dan bahaya banjir dapat terkendali.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Proses makan dan dimakan pada serangkaian organisme disebut
sebagai rantai makanan. Dimana ada beberapa komponen yaitu produsen,
konsumen, dan dekomposer. Sedangkan, proses rantai makanan yang
saling menjalin dan kompleks tersebut dinamakan jaring makanan.
b. Semua unsur kimia di alam akan beredar melalui jalan tertentu dari
lingkungan ke organisme atau makhluk hidup dan kembali lagi ke
lingkungan. Suatu organisme akan mati sehingga bahan organik yang
terdapat pada tubuh organisme tersebut akan dirombak menjadi komponen
abiotik dan dikembalikan lagi ke dalam lingkungan yang dinamakan siklus
biogeokimia.

3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna,
ke depannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di
pertanggung jawabkan.
Daftar Rujukan

Odum, E.P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Terjemahan Tjahjono Samingan. Edisi


Ketiga. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Hadisubroto, Tisno. 1989. Ekologi Dasar. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan. Jakarta
Irwan, Djama. 2015. Prinsip Ekologi Ekosistem, Lingkungan dan Pelestariannya.
Dicetak : Sinar Grafika Offset
Hadi, Nasir. Tanpa tahun. Buku Ajar Ekologi Tumbuhan. pdf

Anda mungkin juga menyukai