Anda di halaman 1dari 9

A.

Topik
Tingkah Laku Sosial Semut Mencari Makan
B. Tujuan
Mengetahui tingkah laku social semut saat mencari makan.
C. Dasar Teori
Semut merupakan hewan berukuran kecil dengan populasi terpadat di dunia,
bersifat sosial yang hidup berkoloni dengan tatanan yang terorganisir dengan baik
sehingga memiliki tingkah laku/prilaku yang unik. Dalam komposisi biomassa serangga
di dunia, setidaknya sepertiganya terdiri atas semut. Jumlah tersebut cukup besar
mengingat jumlah total spesies semut kurang dari 2% jumlah total spesies serangga
(Suhara, 2010).
Semut merupakan hewan berukuran kecil dengan populasi terpadat di dunia,
bersifat sosial yang hidup berkoloni dengan tatanan yang terorganisir dengan baik
sehingga memiliki tingkah laku/prilaku yang unik jika dilihat dari caranya mencari
makan kemudian membawa makanannya, mempertahankan diri dari ganguang musuh,
cara komunikasi dengan semut lain, dan masih banyak lagi keunikan-keunikan prilaku
yang terdapat pada hewan yang satu ini. Sehingga mempelajari tingkah laku semut
merupakan salah satu aspek yang menarik dalam ekologi. Semut memiliki peran yang
beragam di alam. Menurut Abbott et al (2005), semut dapat berperan sebagai
dekomposer bagi berbagai sisa tubuh hewan dan tumbuhan. Melalui aktivitas ini, semut
mendapatkan protein yang diperlukan bagi ratu untuk bereproduksi (O’dowd et al, 1999).
Selain melalui aktivitas dekomposisi, semut juga mendapatkan protein melalui proses
memangsa.
Aktivitas makan oleh semut dalam beberapa hal menguntungkan manusia,
contohnya predasi terhadap Homoptera yang bersifat hama (Way dan Khoo 1992).
Tetapi terdapat pula aktivitas makan semut yang menyebabkan gangguan bagi manusia
karena peningkatan populasi semut di pemukiman. Semut sebagai serangga sosial
memiliki koloni yang terdiri dari kasta pekerja dan reproduktif (terdiri dari ratu serta
jantan dan betina produktif). Ratu dalam suatu koloni semut umumnya merupakan ratu
tunggal. Dalam komunitas semut terdapat sistem komunikasi yang rumit. Dengan sistem
ini, semut dapat membedakan anggota koloni mereka dengan pendatang. Kemampuan ini
berfungsi sebagai "sistem pertahanan bersama". Namun, serangga pendatang dapat
masuk ke sarang semut dengan berbagai cara. Hal ini menunjukkan bahwa mereka telah
berhasil memecahkan sandi komunikasi dan identifikasi yang digunakan semut. Dengan
kata lain, mereka mampu berkomunikasi dengan bahasa semut, baik secara mekanik
maupun kimiawi (Yahya, 2004).
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor. Semut, layaknya serangga
lainnya, memiliki mata majemuk yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil
dan tergabung untuk mendeteksi gerakan dengan sangat baik. Mereka juga punya tiga
oselus di bagian puncak kepalanya untuk mendeteksi perubahan cahaya dan polarisasi.
Kebanyakan semut umumnya memiliki penglihatan yang buruk, bahkan beberapa jenis
dari mereka buta. Pada kepalanya juga terdapat sepasang antena yang membantu semut
mendeteksi rangsangan kimiawi. Antena semut juga digunakan untuk berkomunikasi
satu sama lain dan mendeteksi feromon yang dikeluarkan oleh semut lain. Selain itu,
antena semut juga berguna sebagai alat peraba untuk mendeteksi segala sesuatu yang
berada di depannya. Pada bagian depan kepala semut juga terdapat sepasang rahang atau
mandibula yang digunakan untuk membawa makanan, memanipulasi objek, membangun
sarang, dan untuk pertahanan. Pada beberapa spesies, di bagian dalam mulutnya terdapat
semacam kantung kecil untuk menyimpan makanan untuk sementara waktu sebelum
dipindahkan ke semut lain atau larvanya.
D. Alat dan Bahan
Alat :
1. Alat indra penglihatan
2. Kaca pembesar
Bahan :
1. Hewan semut
2. Makanan (roti, gula, nasi atau lainnya)
E. Cara Kerja

Mencari semut yang hidup di habitatnya (dekat sarangnya)

Membuat potongan makanan berupa tiga butir nasi, enam butir nasi, dan sembilan
butir nasi

Meletakkan makanan tersebut sekitar 50 cm dari sarang semut

Mengamati perilaku semut

Menghitung berapa lama seekor semut menemukan makanan tersebut

Menghitung berapa lama waktu yang diperlukan untuk membentuk agregasi semut

Menghitung jumlah semut dalam setiap agregasi

Mengamati makanan tersebut akan dibawa menuju/menjauhi sarang

Mengulangi kegiatan diatas sebanyak tiga kali ulangan. Setiap ulangan dilakukan pada
hari berbeda

F. Data Pengamatan
Makanan,
Waktu Waktu
Jumlah gerak semut
Jumlah Nasi Ulangan menemukan membentuk
semut menuju
makanan agregat
sarang
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
U1 5 : 25 4 : 15 13
sesuai saat
menemukan
makanan.
3 Nasi
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
U2 5 : 30 4 : 05 11
sesuai saat
menemukan
makanan
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
U3 6 : 15 3 : 50 16
sesuai saat
menemukan
makanan
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
U1 5 : 35 03 : 40 19
sesuai saat
menemukan
makanan
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
6 Nasi U2 6 : 05 04 : 01 21
sesuai saat
menemukan
makanan
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
U3 5 : 20 03 : 57 18
sesuai saat
menemukan
makanan
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
U1 5 : 15 03 : 10 26
sesuai saat
menemukan
makanan
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
9 Nasi U2 05 : 32 02 : 49 24
sesuai saat
menemukan
makanan
Makanan di
bawa ke
sarang, jalur
U3 05 : 45 03 : 09 28
sesuai saat
menemukan
makanan

G. Analisis Data
Dari pengamatan yang telah dilakukan selama tiga hari (tiga kali ulangan)
didapatkan hasil sebagai berikut, pada ulangan satu dengan tiga butir nasi hasil yang
diperoleh yaitu semut memerlukan waktu 5 menit 25 detik untuk menemukan makanan
dan memerlukan waktu 4 menit 15 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam
agregat tersebut yaitu 13 ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke
sarang sesuai dengan jalur yang digunakan saat menemukan makanan.
Pada ulangan dua dengan tiga butir nasi hasil yang diperoleh yaitu semut
memerlukan waktu 5 menit 30 detik untuk menemukan makanan dan memerlukan waktu
4 menit 5 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam agregat tersebut yaitu 11
ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke sarang sesuai dengan jalur
yang digunakan saat menemukan makanan.
Pada ulangan tiga dengan tiga butir nasi hasil yang diperoleh yaitu semut
memerlukan waktu 6 menit 15 detik untuk menemukan makanan dan memerlukan waktu
3 menit 50 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam agregat tersebut yaitu
16 ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke sarang sesuai dengan jalur
yang digunakan saat menemukan makanan.
Selanjutnya pada ulangan satu dengan enam butir nasi hasil yang diperoleh yaitu
semut memerlukan waktu 5 menit 35 detik untuk menemukan makanan dan memerlukan
waktu 3 menit 40 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam agregat tersebut
yaitu 19 ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke sarang sesuai dengan
jalur yang digunakan saat menemukan makanan.
Pada ulangan dua dengan enam butir nasi hasil yang diperoleh yaitu semut
memerlukan waktu 6 menit 5 detik untuk menemukan makanan dan memerlukan waktu
4 menit 1 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam agregat tersebut yaitu 21
ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke sarang sesuai dengan jalur
yang digunakan saat menemukan makanan.
Pada ulangan tiga dengan enam butir nasi hasil yang diperoleh yaitu semut
memerlukan waktu 5 menit 20 detik untuk menemukan makanan dan memerlukan waktu
3 menit 57 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam agregat tersebut yaitu
18 ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke sarang sesuai dengan jalur
yang digunakan saat menemukan makanan.
Pengamatan terakhir pada ulangan satu dengan sembilan butir nasi hasil yang
diperoleh yaitu semut memerlukan waktu 5 menit 15 detik untuk menemukan makanan
dan memerlukan waktu 3 menit 10 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam
agregat tersebut yaitu 26 ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke
sarang sesuai dengan jalur yang digunakan saat menemukan makanan.
Pada ulangan dua dengan sembilan butir nasi hasil yang diperoleh yaitu semut
memerlukan waktu 5 menit 32 detik untuk menemukan makanan dan memerlukan waktu
2 menit 49 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam agregat tersebut yaitu
24 ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke sarang sesuai dengan jalur
yang digunakan saat menemukan makanan.
Pada ulangan tiga dengan sembilan butir nasi hasil yang diperoleh yaitu semut
memerlukan waktu 5 menit 45 detik untuk menemukan makanan dan memerlukan waktu
3 menit 9 detik untuk membentuk agregat. Jumlah semut dalam agregat tersebut yaitu 28
ekor. Semut pada agregat tersebut membawa makanan ke sarang sesuai dengan jalur
yang digunakan saat menemukan makanan.
H. Pembahasan
Semua organisme memiliki perilaku. Perilaku merupakan bentuk respon terhadap
kondisi internal dan eksternalnya. Menurut Suhara (2010), perilaku diartikan sebagai
aktivitas organisme akibat adanya suatu stimulus. Suatu respon disebut perilaku apabila
respon tersebut berpola, yaitu memberikan respon tertentu terhadap stimulus tertentu.
Pola perilaku tersebut akan memperlihatkan kemampuan hewan untuk bertahan di dalam
kehidupannya. Setiap spesies hewan memiliki pola perilaku yang khas yang disesuaikan
dengan struktur anatomi tubuhnya (Hardiyanti et al., 2015). Semut merupakan hewan
yang hidup berkoloni dan memiliki tiga jenis tingkatan yaitu semut pekerja, semut ratu
dan semut pejantan. Dalam praktikum ini, semut diamati perilaku mencari makan dan
yang diamati adalah semut pekerja.
Berdasarkan data pengamatan waktu semut menemukan makanan antara 2-4
menit dan membentuk agregat 3 sampai 4 menit dan semakin banyak nasi yang
digunakan semakin banyak semut yang berkumpul hal ini dikarenakan semut dapat
berkomunikasi antar semut pekerja yang satu dengan semut pekerja yang lainnya.
Komunikasi tersebut dapat dilakukan melalui kontak antena dan juga jejak hormon
feromon. Banyak spesies dari semut menggunakan feromon untuk menandai rute dari
makanan ke sarang (Wilson, 1971). Setelah menemukan sarang makanan maka semut
akan kembali ke sarang berhenti sejenak selama perjalanan untuk menempatkan penanda
feromon pada jalan yang dilewati. Kemudian semut tersemut melakukan perjalanan yang
berulang dari sarang ke tempat makanan untuk lebih menguatkan jejak yang tadinya
telah dibuat. Semut yang lain tidak tau tentang makanan tersebut tetapi hanya mengikuti
jejak feromon yang telah dibuat oleh semut sebelumnya (Anita, 2017). Setelah
mengumpulkan makanan, semut yang lain juga melepaskan feromon saat kembalinya.
Feromon ini juga yang menyebabkan semut berjalan dalam barisan yang lurus. Jejak
feromon merupakan basis dari sistem informasi lokal. Dimulai dengan satu individu atau
grup kecildari semut yang meresponadanya makanan yang kemudian dibantu oleh semut
lain yang mengikuti jejak feromon (Pasteels et al., 1987).
Pada kepala semut terdapat banyak organ sensor yang terdapat mata majemuk
yang terdiri dari kumpulan lensa mata yang lebih kecil dan tergabung untuk mendeteksi
gerakan dengan sangat baik. Selain itu, antena semut juga berguna sebagai alat peraba
untuk mendeteksi segala sesuatu yang berada di depannya. Hal inilah yang digunakan
semut sehingga dapat menemukan makanannya. Pengaruh feromon akan semakin kuat
sejalan dengan banyaknya semut yang mengambil makan dan menyebabkan semut
terlihat berbaris atau terbentuknya agregasi. Antena dan feromon merupakan alat
komunikasi fisik dan kimia yang dilakukan oleh semut sehingga semut tersebut
terorganisir dengan baik dengan menyesuaikan jumlah pengikut dengan jumlah makanan
yang ada.
I. Diskusi
1. Faktor apakah yang menyebabkan terbentuknya agregasi semut?
Jawab :
Faktor yang mempengaruhi yaitu cuaca, jalur, jumlah umpan, ukuran umpan, serta
kandungan umpan dengan protein tinggi
2. Organ reseptor apakah yang berperan dalam perilaku agregasi tersebut? Bagaimana
struktur dari organ reseptor tersebut?
Jawab :
Organ yang berpean adalah antena semut, serta organ yang menghasilkan feromon.
Struktur dari antenna sendiri terdiri scape, pediel dan antenna. Dalam pedicel terdapat
organ Johnston yang merespon gerakan dari arah antenna. Rambut – rambut halus
disekujur antenna disebut sebagai flagellum yang mampu menangkap senyawa
kimianya.
3. Agregasi yang terbentuk tersebut bersifat temporer atau permanen?
Jawab :
Temporer tergantung kondisi lingkungan dan perlakuannya
J. Kesimpulan
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku social semut saat mencari makan yaitu :
1. Umpan atau makanan yang memiliki ukuran serta jumlah yang maksimal dapat
mempengaruhi tingkah laku sosial semut saat mencari makan.
2. Antenna, antenna ini digunakan sebagai alat komunikasi antar semut sehingga semut
pekerja dapat berkomunikasi dengan semut pekerja yang lain untuk dapat
mengumpulkan makanan yang telah ditemukan.
3. Perilaku mengikuti jejak Pheromone yang digunakan oleh koloni semut untuk
mengetahui rute untuk mencapai sarang atau sumber makanan berdasarkan jejak-
jejak Pheromone yang ditinggalkan oleh masing-masing semut.
Daftar Rujukan
Abbott K , Harris R, Lester P. 2005. Anoplolepis gracilipes [kajian]. Online:
http://mpi.govt.nz. Diakses pada 2 desember 2018. Ministry of Primary Industries
New Zeland.
Anita. 2017. Perilaku Semu Ranrang dalamMembangun Sarang sebagai Referensi yang
Bernilai pada Matakuliah Entomologi. Banda Aceh: Universitas Islam Negeri Ar-
Raniry Darussalam, Banda Aceh.
Hardiyanti, Hala, Y., Tenriawaru, E.P., 2015. Identifikasi Pola Perilaku pada Semut Jepang
Dewasa. Jurnal Bionature, Vol. 16, No. 2, Hal. 63-68.
Suhara. 2010. Modul Pembelajaran Ilmu Kelakuan Hewan (Animal Behaviour). Bandung:
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI
O’Dowd DJ, Green PT, Lake PS. 1999. Status, impact, and recommendations for research
and management of exotic invasive ants in christmas island national park [kajian].
Online: http://www.issg.org Diakses pada 2 Desember 2018. Centre for The Analysis
and Management of Biological Invasion. Monash University.
Pasteels, J.M. Deneubourg, J.L., and Goss,S. 1987. Individual to Collestive Behavior in
Social Insects: Self Organization Mechanisms in ant Societies (I): Trail Recruitment
to Newly Discovered Food Sources. Basel: Les Treilles Workshop Birkhauser.
Way MJ, Khoo KC. 1992. Role of ants in pest management. Ann Rev Entomol. (37): 479-
503.
Wilson, E.O. 1971. The Insect Societies. Cambridge, MA: Belknap Press of Harvard
University Press.
Yahya. H. 2004. Menjelajah Dunia Semut. Harun Yahya Internasional.

Anda mungkin juga menyukai