Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PLANKTONOLOGI

PYRROPHYTA DAN EUGLENOPHYTA

Disusun Oleh :
Agni Nur Amalia 230110160068
Ayu Rizky W 230110160061
Dita Pratiwi 230110160022
Iqbal Muhammad Sidiq 230110160035
Muthiah Atsari H 230110160009
Rachmat Mahadika R 230110160062
Refky Priambodo 230110160061
Sucita Amanda Marsvia 230110160025

Kelompok 3
Perikanan-A

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNVERSITAS PADJADJARAN
2017

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas
pembuatan makalah tentang Pyrrophyta dan Euglenophyta.
Terimakasih juga kepada Dr. Ir. Zahidah M.S, Dr.Isni Nurruhwati S.Pi.,
M.Si, Heti Herawati M.Si, Asep Sahidin M.Si, Perdana Putra Kelana M.Si yang
telah mempercayai penulis untuk menyelesaikan tugas ini, dengan bantuan dan
bimbingannya, penulis telah selesai mengerjakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak pernah luput dari kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf jika dalam pembuatan
makalah ini maupun dalam pelaksanakan tugas ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Dan semoga dengan makalah ini mampu menambah kemampuan penulis
dalam meningkatkan ketelitian. Kritik dan saran demi makalah ini selanjutnya
sangat dinantikan.

Jatinangor, 09 April 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1
1.2 Tujuan................................................................................................
1

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
2
2.1 Pyrrophyta.........................................................................................
2
2.1.1 Pengertian Pyrrophyta...............................................................
2
2.1.2 Klasifikasi Pyrrophyta...............................................................
3
2.1.3 Ciri-Ciri Pyrrophyta...................................................................
4
2.1.4 Morfologi Pyrrophyta................................................................
5
2.1.5 Sistem Reproduksi Pyrrophyta..................................................
8
2.1.6 Fenomena yang Disebabkan oleh Pyrrophyta...........................
10
2.2 Euglenophyta.....................................................................................
13
2.2.1 Pengertian Euglenophyta...........................................................
13
2.2.2 Klasifikasi Euglenophyta...........................................................
14
2.2.3 Ciri-Ciri Euglenophyta..............................................................
16
2.2.4 Morfologi Euglenophyta............................................................
17

ii
2.2.5 Sistem Reproduksi Euglenophyta..............................................
18
2.2.6 Peranan Euglenophyta...............................................................
19

BAB III PENUTUP.............................................................................................


20
3.1 Kesimpulan........................................................................................
20
3.2 Saran .................................................................................................
20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
21

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut Sachlan (1980: 2), plankton ialah jasad-jasad renik yang
melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti
arus. Pada tahun 1887 Victor Hensen memperkenalkan istilah plankton. Plankton
merupakan organisme yang penting bagi penghidupan ikan, baik secara langsung
ataupun secara tidak langsung. Selain penting untuk penghidupan ikan, plankton
juga penting bagi kehidupan hewan air lainnya.
Atas dasar batasan biologi, plankton dikelompokkan menjadi fitoplankton
(plankton nabati) dan zooplankton (plankton hewani) (Asriyana dan Yuliana,
2012: 3). Fitoplankton merupakan produsen primer di perairan, karena itu tidak
mungkin adanya kehidupan hewan air apabila tidak ada fitoplankton. fitoplankton
dibagi menjadi 5 filum diantaranya adalah Cyanophyta, Chlorophyta,
Chrysophyta, Euglenophyta dan Pyrrhophyta.

Alga berperan sebagai produsen dalam ekosistem. Pyrrophyta (Yunani,


pyrrhos = api) atau ganggang api adalah alga uniseluler yang menyebabkan air
laut tampak bercahaya (berpendar) di malam hari karena sel-selnya mengandung
fosfor. Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana pengertian, klasifikasi, ciri-ciri, morfologi, sistem reproduksi


dan peranan dari Pyrrophyta dan Euglenophyta?
1.3 Tujuan

Untuk mengetahui pengertian, klasifikasi, ciri-ciri, morfologi, sistem


reproduksi dan peranan dari Pyrrophyta dan Euglenophyta.
BAB II

1
PEMBAHASAN

2.1 Pyrrophyta

Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Pyrrophyta
berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang
berada di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari
autototropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan
ikan atau alga phagocytiza yang lain.
Mayoritas dari dinoflagellata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus
spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagellata adalah komponen yang
penting dari plankton, khususnya pada kondisi hangat sebagai penambahan,
beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik.
Dinoflagellata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenutu tropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat juga invertebrata parasit dan ikan atau alga
phagocyt yang lain. Dinoflagellata yang memiliki sistem fotosintesis dan
membutuhkan vitamin disebut autotrop dan yang membutuhkan energi disebut
heterotrof.

2.1.1 Pengertian Pyrrophyta


Pyrrophyta (Yunani, pyrrhos = api) atau ganggang api adalah alga
uniseluler yang menyebabkan air laut tampak bercahaya (berpendar) di malam
hari karena sel-selnya mengandung fosfor. Pyrrophyta atau Dinophyta disebut
juga Dynoflagellata (Yunani, dinos = berputar, flagel = cambuk) karena memiliki
flagella. Tubuh Pyrrophyta terdiri atas satu sel, memiliki dinding sel berupa
lempengan selulosa yang berbentuk poligonal dengan alur membujur dan
melintang, memiliki klorofil a, klorofil c, fikobilin, dinoxantin, dan xantofil, serta
dua flagela yang terletak di bagian samping atau ujung sel sehingga dapat
bergerak aktif.
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung

2
pigmen (klorofil A,C2 dan pirimidin, sementara yang lain memiliki klorofil
A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya Dynoflagellata yang
memiliki kemampuan untuk berfotosintesis.
Pyrophyta disebut juga Dynoflagellata dimana tubuhnya tersusun atas satu
sel, memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif serta habitat di laut,bersifat
fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan cahaya, yang
kemampuannya disebut bioluminescent (dapat menghasilkan cahaya sendiri).
Nama Dynoflagellata berasal dari gerakan berputar dari sel swimming. Meskipun
kebanyakan Dynoflagellata adalah flagellata uniselular, koloni dari sel flagellata,
sel non-flagellata, pengumpulan palmelloid, dan filamen telah diketahui.
Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak.
Dynoflagellata merupakan komponen penting dari fitoplankton laut dan air
tawar. Terdapat sekitar 3000 spesies, masing-masing memiliki bentuk yang khas.
Bentuk dari masing-masing spesies, ditentukan oleh plat selulosa keras yang
terletak di bawah vesikel membran plasma.
2.1.2 Klasifikasi Pyrrophyta
Berdasarkan letak flagella dan letak alur , pyrrophyta dibagi menjadi dua
kelas yaitu Desmophyceae dan Dinophyceae. Pada umumnya hidup di laut
beberapa diantaranya hidup di air tawar (Rahayu, 2014).
Para dinophyta (pyrrophyta) sebagian besar adalah organismee planktonik
uniseluler, dengan dinding khas dilengkapi dengan alur-alur longitudinal dan
transversal. Meskipun ada ultra karakteristik umum struktural untuk seluruh
divisi, dua kelas telah diakui oleh sebagian orang, Desmophyceae dan
Dinophyceae. Desmophyceae terkenal karena memiliki dinding sel yang terdiri
dari dua bagian seperti jam gelas. Ujung-ujungnya kadang-kadang diperpanjang
sebagai batas elaborasi, mungkin membantu pengapungan. Flagella yang berasal
di anterior dan sel. Meskipun dinophyceae mencakup beberapa bentuk amoeboid
parasit, biasanya dinding sel, terutama yang dari Dynoflagellata, diperkuat dengan
pelat heksagonal polisakarida, membentuk techa.
Taksonomi, dinoflagellates dipisahkan ke dalam Desmophyceae dan yang
Dinophyceae. Yang pertama adalah kelompok kecil di mana spesies ditandai

3
dengan memiliki kedua flagella yang timbul dari ujung anterior sel (Gambar a, b).
Dinding sel terdiri dari dua katup longitudinal yang terpisah selama pembelahan
aseksual untuk membentuk dua sel baru dengan ukuran yang sama (Gambar c).

Gambar 1. Desmophyceae Dinoflagellates. (a) Dua pandangan Prorocentrum marinum,


(b)Prorocentrum micans, (c) P. micans membagi. (bar skala mewakili 0,02 mm).

Mayoritas spesies Dynoflagellata planktonik membentuk Dinophyceae,


dan mayoritas dari mereka adalah thecate. Dalam semua dari mereka, sel dibagi
menjadi anterior (epitheca) dan setengah posterior (hypotheca) oleh alur
melintang dikenal sebagai korset atau cingulum. Flagella yang begitu diatur
bahwa salah satu meluas posterior dari sel, dan membungkus lainnya melintang di
sekitar sel di wilayah korset. Pada spesies dengan teka sebuah, dinding sel dibagi
menjadi beberapa pelat selulosa terpisah yang dihiasi dengan pori-pori dan / atau
duri kecil. Genera thecate umum meliputi Ceratium, Protoperidinium, Gonyaulax,
dan Dinophysis. Gymnodinium adalah umum telanjang dari kelas Dinophyceae.
2.1.3 Ciri-Ciri Pyrrophyta

Ciri-Ciri Pyrrophyta (Ganggang Api)

Bersifat uniseluler

Sel-sel yang mengandung fosfor.

Kecepatan pertumbuhan dipengaruhi oleh suhu, kadar garam, dan nutrisi


serta kedalaman air laut.

Tubuh primitif yang umumnya berbentuk ovoid tapi asimietri

4
Memiliki dua flagela, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh
bagian tengah yang disebut dengan sulcus dan memanjang ke bagian
posterior. Sedangkan yang satunya ke arah transversial yang ditempatkan
dalam suatu lekukan (cingulum) melingkari tubuh atau bentuk spiral di
beberapa belokan.

Cadangan makanan berupa amium dalam sitoplasma

Pada umumnya dinding sel mengandung selulosa

2.1.4 Morfologi Pyrrophyta


Pyrrophyta merupakan alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Mengandung
pigmen (klorofil A,C2 dan piridinin, sementara yang lain memiliki klorofil
A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya dinoflagellata yang
memiliki kemampuan untuk berfotosintesis.

Gambar 2. Morfologi pyrrophyta


(Sumber: liasary88.com)

Alga api ini berbentuk sel tunggal dan bentuk filamennya bercabang.
Anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng-lempeng.
Contoh : Glenodinium danPeridinium terdapat lekukan pada tubuh selnya.
selain itu terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini
merupakan ciri khas dari alga api). Dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh
adanya klorofil a dan c, tetapi tidak mempunyai klorofil b pigmen xantofil yang

5
khas yaitu peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten
yang memberikan warna coklat atau warna coklat emas.
Pyrrophyta memiliki alat gerak berupa flagel sebanyak 2 buah, satu buah
melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian posterior. Ada juga falgel yang
terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan
berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.
Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit,
hidup bersimbiosis atau holozoik. Karakteristik organisme ini dari eukariotik
lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal
dengan sifat mesokariotik.
Yang paling umum dinoflagellata fosil yaitu dalam bentuk kista. Namun,
beberapa spesies memiliki kista dinding sel terbuat dari selulosa, yang tidak
menjadi fosil. Spesies yang menjadi fosil biasanya memiliki dinding yang terbuat
dari bahan yang mirip dengan sporopollenin.

- Struktur Sel
Pembagian pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknya
penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai
penutup sel (theca). Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen
utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian
nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang
mengandung pigmen karetinoid.
Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi
asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat
tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior.
Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu
lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa
belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang sederhana dan
jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan

6
pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal
mengendalikan air ke arah posterior.
Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi
epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri yaitu apical
dan precingular. Pada beberapa genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna
pada permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior . Hipoteka tersusun
atas 2 seri transversal yaitu cingular dan antapikal juga sering terdapat seri yang
tidak sempurna yaitu interkalar posterior.

Gambar 3. Struktur Sel Dinoflagelata


(Sumber: jeevz.tripod.com)

Gambar 4. Contoh Struktur Sel Dinoflagelata


(Sumber: http://www.biologydiscussion.com)

Ceratium hidup di air laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus
dinding sehingga berbentuk seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang
yang dua ditempat tubuh lain yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis

7
mempunyai bentuk seperti kendi dan Ornithocercus mempunyai bentuk seperti
layar atau sayap.

Gambar 5. Struktur Sel Ceratium


(Sumber: www.biologydiscussion.com)

Gymnodinium merupakan contoh Dinoflagellata yang tubuhnya tidak


tersusun oleh pelat-pelat. Banyak dijumpai hidup di air tawar dan air laut,
merupakan dinoflagellata yang cingulumnya terletak di tengah-tengah dan
melingkari sel dengan sempurna dan berakhir pada permukaan ventral.

2.1.5 Sistem Reproduksi Pyrrophyta

Reproduksi pada Dynoflagellata pada umumnya yang utama adalah secara


aseksual, namun ada beberapa spesies bereproduksi secara seksual. Nukleus
Dynoflagellata merupakan nukleus yang tidak biasa karena kromosom mengalami
kondensasi dan selalu terlihat jelas. Pembelahan meosis dan mitosis pada
Dynoflagellata sangat unik karena sisa membran inti seluruhnya membelah dan
benang spindle berada di luar nukleus (Berg, 2008).

8
Reproduksi pada Dynoflagellata biasanya dengan cara pembelahan
aseksual sederhana dan mereka memiliki kapasitas untuk mereproduksi sampai
beberapa kali per hari, dengan sel membelah miring untuk membentuk dua sel
dengan ukuran yang sama. Techa mungkin membelah, dengan masing-masing sel
baru membentuk setengah baru, atau techa mungkin hilang sebelum pembagian,
dalam hal masing-masing sel baru membentuk dinding sel yang baru.
Reproduksi seksual juga terjadi pada beberapa spesies Dynoflagellata. Hal
ini dapat menyebabkan pembentukan berdinding tebal, kista aktif yang menetap di
dasar laut, di mana mereka dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun. Ketika
dipicu oleh perubahan lingkungan, kista tumbuh dan berkembang untuk
menghasilkan sel baru yang kemudian bebas berenang.
Kebanyakan Dynoflagellata memperlihatkan reproduksi secara aseksual
atau pembelahan sel mitosis. Proses ini membagi organismee menjadi kembaran
identik, theca mereka mungkin pecah, terbagi pada tiap-tiap kembarannya, jadi
tiap kembaran menerima separuh dan meregenerasi separuhnya. Beberapa
generasi tumbuh sebagai filament ketika sel mereka tidak terpisah setelah
pembelahan. Dinoflgellata dewasa bersifat haploid, jadi ketika reproduksi seksual
dimulai, gamet mengalami mitosis, mungkin tumbuh dengan atau tanpa dinding,
terlihat sebagai individu tua dalam versi kecil. Gamet jantan dan betina tidak jelas
dibedakan, tetapi dapat berenang bebas. Setelah penggabungan dua gamet, lalu
menjadi zigot yang aktif berenang, pada kondisi yang tidak menguntungkan, sel
akan membentuk hystrichosphere, ini adalah dorman kapsul yang melindungi
dinoflagelata sampai keadaan menguntungkan kembali.

Gambar 6. Reproduksi Dinoflagelata

9
(Sumber: www.quasargroupconsulting.com)

Pyrrophyta atau Dynoflagellata memiliki 2 cara perkembangbiakan, yaitu


secara:
Vegetatif, yaitu dengan pembelahan sel yang bergerak, jika sel memiliki
panser, maka selubung akan pecah. Dapat juga dengan cara protoplas membelah
membujur, lalu keluarlah dua sel telanjang yang dapat mengembara yang
kemudian masing masing membuat panser lagi. Setelah mengalami waktu
istirahat zigot yang mempunyai dinding mengadakan pembelahan reduksi,
mengeluarkan sel kembar yang telanjang
Sexual, dalam sel terbentuk 4 isogamet yang masing-masing dapat
mengadakan perkawinan dengan isogamet dari individu lain Sporik, yaitu dengan
zoospora (contohnya Gloeonidium) dan aplanospora (contohnya Glenodinium)
(Susyawati, 2011).
Pada Alexandrium sp, cara perkembangbiakannya yaitu :Kista-kista tidur
dalam dasar laut, tertimbun oleh sedimen. Jika tak terganggu oleh kekuatan fisik
atau alam, mereka dapat berada di dasar laut dalam kondisi tertidur untuk waktu
bertahun-tahun. Jika terdapat kandungan oksigen dan kondisi memungkinkan,
mereka daapt melakukan proses perkecambahan. Jika suhu hangat dan banyak
cahaya yang merangsang perkecambahan ini, kista akan pecah dan mengeluarkan
sel yang dapat berenang. Sel ini direproduksi oleh pembelahan sederhana dalam
beberapa hari pengeraman.
Jika kondisi tetap optimal, sel akan terus membelah diri secara berlipat,
dari dua menjadi empat, empat menjadi delapan, dan seterusnya. Setiap satu sel
dapat menghasilkan beberapa ratus sel dalam se minggu. Pada saat nutrisi telah
habis, pertumbuhan sel berhenti dan terbentuklah sel-sel gamet. Setiap dua sel
gamet yang berbeda bersatu membentuk satu sel baru yang berkembang menjadi
sebuah zigot dan akhirnya menjadi kista. Kista ini lalu jatuh ke dasar laut dan
dapat berbiak pada tahun berikutnya.
2.1.6 Fenomena yang Disebabkan oleh Pyrrophyta

- Fenomena Red Tide

10
Dalam hal kontribusi ekologi, Dynoflagellata adalah salah satu kelompok
paling penting dari produsen dalam ekosistem laut. Beberapa Dynoflagellata
diketahui memiliki ledakan populasi atau mekar. Ledakan populasi ini, yang
dikenal sebagai red tides atau pasang merah, seringkali warna air menjadi oren,
merah, bahkan menjadi coklat. Keadaan lingkungan ledakan populasi ini tidak
diketahui kapan mulai terjadi, tetapi pada umumnya hal ini terjadi ketika suhu air
menjadi hangat atau pada musim panas. Beberapa spesies Dynoflagellata yang
menyebabkan red tides menghasilkan racun untuk menyerang sistem saraf ikan
yang mengakibatkan kematian pada ikan (Berg, 2008).
Red tides sering dipicu oleh pengenalan gizi ke dalam air permukaan, baik
dari atas permukaan air yang lebih dalam atau dari limpasan pertanian yang
mengandung pupuk ternak. Termasuk angin yang menggerakkan fitoplankton
lebih dekat ke pantai, suhu air yang tinggi di dekat permukaan, dan hari yang
cerah. Sebagai hasilnya, keracunan ikan dan hewan lainnya biasanya terjadi
selama musim panas (Nabors, 2004).

Gambar 7. Red Tide


(Sumber: otlibrary.com)
Pertumbuhan yang cepat dari plankton Dynoflagellata mungkin akan
menghasilkan warna coklat atau merah dimana perubahan wama air disebut red
tide. Red tide biasanya terjadi pada air pesisir pantai dan muara. Beberapa
Dynoflagellata menghasilkan red tide adalah Luminescent, spesies lain mungkin
mengandung racun yang dapat dilepaskan kedalam air atau terakumulasi dalam
rantai makanan. Dalam beberapa kasus, racun dapat menyebabkan kematian ikan

11
atau menyebabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi
oleh moluska atau ikan (Susyawati, 2011).

Red tide merupakan blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter.
Red tide dapat menyebabkan:
a) Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus
brevis.
b) Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan
Cochlodinium.
c) Kematian organismee laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish
poisoning, jika yang blooming adalah Gonyaulax.

- Fenomena Bioluminescens
Bioluminescence adalah pembentukan dan pemancaran cahaya oleh makhluk
hidup. Bioluminescence biasanya terbentuk karena reaksi kimia yang dihasilkan
oleh makhluk hidup. Reaksi kimia tersebut bisa terjadi baik di dalam sel, maupun
di luar sel. Bioluminescence bisa ditemui pada bermacam-macam hewan laut
dalam, beberapa jenis serangga, cacing, keong, mikroorganismee, dan juga jamur,
kunang-kunang menyala ( Prakasita, 2012).

Gambar 8. Bioluminescence Dynoflagellata


(Sumber: cnn.com)
Kata bioluminescence terdiri dari dua bahasa, bio (=hidup, Yunani) dan
lumen (=cahaya, Latin). Bioluminescence adalah salah satu bentuk pemancaran
cahaya, yang menghasilkan cahaya dingin. Hanya 20% dari total cahaya yang
menghasilkan panas. Jadi, karakteristik bioluminescence bebeda dengan
fluorescence atau phosphorescence ( Prakasita, 2012).

12
Dynoflagellata dalam jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas
plankton laut, tetapi lebih melimpah di perairan tawar. Fenomena yang menarik
yang dihasilkan oleh pyrrophyta adalah kemampuan bioluminescens (emisi
cahaya oleh arganisme), seperti yang dihasilkan oleh Noctiluna, Gonyaulax,
Pyrrocystis, Pyrodinium, dan Peridinium sehingga menyebabkan laut tampak
bersinar pada malam hari ( Arianti, 2010).
Noctiluca scintillans atau disebut juga Sea Sparkle, merupakan jenis
dinoflagelata yang memiliki bioluminescence (kemampuan mengeluarkan cahaya
secara alami). Bioluminescence ini diproduksi oleh luciferin-luciferase system
yang terletak di ribuan organel-organel berbentuk bola atau microsources,
lokasinya berada di sitoplasma pada protista bersel tunggal. Ukuran organismee
ini sekitar 200 hingga 2000 m ( Prakasita, 2012).

Gambar 9. Noctiluca scintillans


(Sumber: turbosquid.com)

2.2 Euglenophyta
Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas. Filum ini hidup dalam air tawar yang mengandung banyak bahan organik.
2.2.1 Pengertian Euglenophyta
Euglenophyta atau Euglenoid (Yunani, eu = sejati, gleen = mata) adalah
divisi kecil dari kerajaan Protista, terdiri dari ganggang air yang sebagian besar
uniseluler, memiliki bintik mata berwarna merah (stigma), tidak memiliki dinding
sel, memiliki flagela, dan dapat bergerak aktif (motil) seperti hewan, tetapi
memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis seperti tumbuhan.

13
Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas. Mirip tumbuhan karena memiliki klorofil dan mampu berfotosintesis.
Hidup di air tawar, dalam tanah dan tempat lembab, contohnya: Euglena.
Filum ini hidup dalam air tawar yang mengandung banyak bahan organik.
Pada permukaan perairan yang tidak bergerak, beberapa genus dari golongan
Euglenacae dapat membuat kista yang menutupi seluruh permukaan perairan dan
berwarna hijau, merah,kuning, atau warna campuran dari ketiganya.
Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel oval
memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk
bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk
membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas
yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena
viridis.
Euglena dapat membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis dan juga
dapat memakan zat-zat organik. Karena Euglena mampu melakukan fotosintesis
maka dikatakan hidup secara fotoautotrof. Di samping itu dikatakan juga sebagai
heterotrof karena memakan bahan organik yang tersedia. Cara berkembang biak
yaitu dengan membelah diri yang disebut pembelahan biner. Euglenophyta
meliputi sekitar 1.000 jenis ganggang uniseluler yang bergerak aktif dengan
flagela. Ganggang ini tersebar luas di perairan maupun di tanah-tanah lembab
membentuk selaput seperti beludru. Ganggang ini melakukan reproduksi aseksual
dengan pembelahan biner membujur.
2.2.2 Klasifikasi Euglenophyta

Divisi Euglenophyta terdiri hanya satu kelas yaitu Euglenophyceae.


Euglenophyceae yang terdiri atas 3 ordo, yaitu:
1) Order: Euglenales
Family: Euglenaceae
Genus: Euglena, Phacus, Trachelomonas

14
Gambar 10. Phacus pleuronectes
(Sumber: discoverlive.org)

2) Order: Peranemales/Eutreptiales
Family: Eutreptiaceae
Genus: Astacia, Peranema, Hyalophacus

Gambar 11. Hyalophacus


(Sumber: discoverlive.org)

3) Order: Rhabdomonadales
Family: Rhabdomonadaceae
Genus: Colacium, Petalomonas

15
Gambar 12 . Petalomonas
(Sumber: youtube.com)

2.2.3 Ciri-Ciri Euglenophyta

Ciri-ciri umum Euglenophyta


1) Unicelullar
2) Pada umumnya memiliki flagel yang tidak sama panjang (Heterokontae)
jumlah flagel 2 atau 4
3) Umumnya hidup di air tawar yang kaya bahan organik (di laut sangat
sedikit)
4) Bersifat autorof, karena memiliki klorofil a dan b, karoten dan beberapa
xanthofil yaitu astaxanthin
5) Bersifat heterotrof karena memakan bahan organic/ bakteri yang tersedia.
6) Ada yang memiliki kloroplast (dapat berfotosintesis) ada juga yang tidak
dapat berfotosintesis.
7) Yang berfotosintesis disebut Phototrophic
8) Yang tidak berfotosintesis disebut Osmotrophic (makan dengan cara diffusi)
9) Kelompok yang ketiga disebut Phagotrophic (makan dengan cara
menangkap makanan)
10) Dinding sel tidak terbuat dari selulosa namun membran tipis tersusun atas
lapisan-lapisan protein berbentuk spiral, yang disebut "pellicle
11) Jumlah genus hanya 40 dan jumlah spesies - /+ 800
12) Memiliki bintik mata yang disebut stigma
13) Eyespot (stigma) merah terang yang sensitive terhadap cahaya. Pigmen
merah ini merupakan astaxanthin
14) Juga disebut Euglenozoa, euglenoids, euglenophytes

16
15) Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakarida
16) Ujung anterior dari sel berupa sitostom dan dibawahnya berupa
kerongkongan / gullet
- Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang
membesar berupa waduk (reservoir).
- Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil
17) Sistem pergerakan
- Dengan flagellum
Prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling. Pergerakan flagellum
pada atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau sentakan.
- Metaboly (menggunakan dinding sel yang mengandung protein)
2.2.4 Morfologi Euglenophyta

Euglenoida memiliki tubuh yang menyerupai gelendong dan diselimuti


oleh pelikel Euglena viridis. Ukuran tubuhnya 35 60 mikron dimana ujung
tubuhnya meruncing dengan satu bulu cambuk. Hewan ini memilki stigma (bintik
mata berwarna merah) yang digunakan untuk membedakan gelap dan
terang.Euglena juga memiliki kloroplas yang mengandung klorofil untuk
berfotosintesis. Euglena memasukkan makanannnya melalui sitofaring menuju
vakuola dan ditempat inilah makanan yang berupa hewan hewan kecil dicerna.
- Struktur Sel Euglenophyta

Gambar 13. Struktur Euglena


(Sumber: biologydiscussian.com)

17
Euglena memiliki satu flagella yaitu ekor sebagai alat gerak, satu panjang
dan satu pendek organieme ini dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang
tertentu dan tubuhnya dapat memancarkan sinar bila terkena rangsangan mekanik.
Untuk reproduksi Euglena berkembang biak secara vegetatif, yaitu dengan
pembelahan biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan
membelahnya nukleus menjadi dua.Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta
selaput sel juga terbagi menjadi dua.Akhirnya terbentuklah dua sel euglena
baru.Sistem sirkulasi euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya.
Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel.
Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.

2.2.5 Sistem Reproduksi Euglenophyta

Gambar 14 . Reproduksi Euglenophyta


(Sumber: biologydiscussion.com)
1. Aseksual
Dengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam
keadaan istirahat.Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel)
protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast keluar
dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang yang satu tetap di dalam lorika
lamanya dan tumbuh menjadi sel baru.Pada sel yang bergerak aktif, pembelahan
memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung anterior.
Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula-mula blepharoplast
membelah menjadi dua, satu membawa flagelanya dan satu lagi akan
menghasilkan flagella baru. Pada yang mempunyai dua flagella, dapat terjadi
salah satu sel anakan membawa dua flagel lamanya dan sel anakan yang lain akan
menghasilkan dua flagella baru atau dapat terjadi masing-masing sel anakan

18
membawa satu flagella dan kemudian masing-masing menghasilkan satu flagella
lagi.
Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam
keadaan dibungkus oleh selaput lendir.Kadang-kadang protoplast anakan tidak
keluar dari selaput pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus seperti
ini akan terbentuk koloni yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya
akan bergerak aktif kembali. Pada banyak genera dijumpai bentuk berupa siste
berdinding tebal.Bentuk siste ada yang menyerupai sel vegetatifnya, tetapi
kebanyakan bentuknya berbeda, bulat atau polygonal.Protoplast dapat
menghasilkan sangat banyak euglenarhodone, sehingga berwarna sangat
merah.Biasanya siste berkecambah dengan keluarnya protoplast dari dalam
dinding yang tebal dan tumbuh manjadi sel baru yang bergerak aktif.
2. Seksual
Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada
beberapa euglenoid, tetapi kasus ini masih sangat kabur.Autogami (penggabungan
dua inti anakan dalam sel), Inti hasil fusi kemudian membelah meiosis
membentuk empat nukleus yang masing-masing berkembang menjadi sel
vegetatif.Hal ini pernah dijumpai pada Phacus.
2.2.6 Peranan Euglenophyta

Peran positif Euglenophyta adalah sebagai berikut:


- Bidang Perikanan Ganggang merupakan fitoplankton (plankton tumbuhan;
plankton hewan disebut zooplankton) yang berfungsi sebagai makanan ikan.
- Dalam ekosistem perairan, ganggang merupakan produsen primer, yaitu sebagai
penyedia bahan organik dan oksigen bagi hewan-hewan air seperti ikan, udang
dan serangga air.
- Dalam dunia sains, Euglena sering dijadikan sebagi objek karena ganggang ini
mudah didapat dan dibiakkan dan sebagai indikator adanya pencemaran organik.
Peran negative Euglenophyta adalah sebagai berikut:
- Mencemari sumber air
- Penimbunan endapan tanah pada dasar kolam dan danau.

19
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Pyrrophyta
berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang
berada di air segar. Fenomena bioluminescens dan red tide ditimbulkan oleh
Pyrrophyta.
Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas. Filum ini hidup dalam air tawar yang mengandung banyak bahan organik.
Berfungsi sebagai makanan ikan.
3.2 Saran
Untuk mahasiswa agar lebih giat dan rajin dalam mengerjakan tugas
kelompok.

20
DAFTAR PUSTAKA

Berg, Linda. 2008. Introductory Botany Plants, People, and The Environment.
USA : Brooks/Cole.

Biology Discussion. 2016. Euglenophyta. www.biologydiscussion.com (diakses


09 April2017)

Biology Discussion. 2016. Phyrrophyta. www.biologydiscussion.com (diakses 09


April2017)

Karmana, Oman. 2007. Cerdas Belajar Biologi. Bandung : Grafindo.

Nabors, Murray W. 2004. Introduction to Botany. New York : Pearson.

Phylum Dinoflagellata. http://www.quasargroupconsulting.com (diakses 09


April2017)

Rahayu, Sofia Ery. 2014. Bahan Ajar Protista Mirip Tumbuhan. Malang :
Universitas Negeri Malang.

21

Anda mungkin juga menyukai