Disusun Oleh :
Agni Nur Amalia 230110160068
Ayu Rizky W 230110160061
Dita Pratiwi 230110160022
Iqbal Muhammad Sidiq 230110160035
Muthiah Atsari H 230110160009
Rachmat Mahadika R 230110160062
Refky Priambodo 230110160061
Sucita Amanda Marsvia 230110160025
Kelompok 3
Perikanan-A
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan rahmat-Nya penulis dapat melaksanakan dan menyelesaikan tugas
pembuatan makalah tentang Pyrrophyta dan Euglenophyta.
Terimakasih juga kepada Dr. Ir. Zahidah M.S, Dr.Isni Nurruhwati S.Pi.,
M.Si, Heti Herawati M.Si, Asep Sahidin M.Si, Perdana Putra Kelana M.Si yang
telah mempercayai penulis untuk menyelesaikan tugas ini, dengan bantuan dan
bimbingannya, penulis telah selesai mengerjakan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa setiap manusia tidak pernah luput dari kesalahan
dan kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf jika dalam pembuatan
makalah ini maupun dalam pelaksanakan tugas ini masih banyak kekurangan dan
kesalahan karena kesempurnaan hanya milik Tuhan Yang Maha Esa.
Dan semoga dengan makalah ini mampu menambah kemampuan penulis
dalam meningkatkan ketelitian. Kritik dan saran demi makalah ini selanjutnya
sangat dinantikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR..........................................................................................
i
DAFTAR ISI........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
1
1.1 Latar Belakang..................................................................................
1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................
1
1.2 Tujuan................................................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................
2
2.1 Pyrrophyta.........................................................................................
2
2.1.1 Pengertian Pyrrophyta...............................................................
2
2.1.2 Klasifikasi Pyrrophyta...............................................................
3
2.1.3 Ciri-Ciri Pyrrophyta...................................................................
4
2.1.4 Morfologi Pyrrophyta................................................................
5
2.1.5 Sistem Reproduksi Pyrrophyta..................................................
8
2.1.6 Fenomena yang Disebabkan oleh Pyrrophyta...........................
10
2.2 Euglenophyta.....................................................................................
13
2.2.1 Pengertian Euglenophyta...........................................................
13
2.2.2 Klasifikasi Euglenophyta...........................................................
14
2.2.3 Ciri-Ciri Euglenophyta..............................................................
16
2.2.4 Morfologi Euglenophyta............................................................
17
ii
2.2.5 Sistem Reproduksi Euglenophyta..............................................
18
2.2.6 Peranan Euglenophyta...............................................................
19
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................
21
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
PEMBAHASAN
2.1 Pyrrophyta
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Pyrrophyta
berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang
berada di air segar. Pyrrophyta memiliki variasi nutrisi yang besar dari
autototropik ke bentuk heterotropik yang mana terdapat vertebrata parasit dan
ikan atau alga phagocytiza yang lain.
Mayoritas dari dinoflagellata berasal dari lautan, tetapi ada beberapa ratus
spesies yang lain yang berada di air segar. Dinoflagellata adalah komponen yang
penting dari plankton, khususnya pada kondisi hangat sebagai penambahan,
beberapa spesies adalah benthic atau terjadi dalam peristiwa simbiotik.
Dinoflagellata memiliki variasi nutrisi yang besar, dari ragenutu tropik ke bentuk
heterotropik yang mana terdapat juga invertebrata parasit dan ikan atau alga
phagocyt yang lain. Dinoflagellata yang memiliki sistem fotosintesis dan
membutuhkan vitamin disebut autotrop dan yang membutuhkan energi disebut
heterotrof.
2
pigmen (klorofil A,C2 dan pirimidin, sementara yang lain memiliki klorofil
A,C1,C2 dan fucosantin) yang dapat berfotosintesis. Hanya Dynoflagellata yang
memiliki kemampuan untuk berfotosintesis.
Pyrophyta disebut juga Dynoflagellata dimana tubuhnya tersusun atas satu
sel, memiliki dinding sel dan dapat bergerak aktif serta habitat di laut,bersifat
fosforesensi yaitu memiliki fosfor yang memancarkan cahaya, yang
kemampuannya disebut bioluminescent (dapat menghasilkan cahaya sendiri).
Nama Dynoflagellata berasal dari gerakan berputar dari sel swimming. Meskipun
kebanyakan Dynoflagellata adalah flagellata uniselular, koloni dari sel flagellata,
sel non-flagellata, pengumpulan palmelloid, dan filamen telah diketahui.
Cadangan makanan berbentuk tepung atau minyak.
Dynoflagellata merupakan komponen penting dari fitoplankton laut dan air
tawar. Terdapat sekitar 3000 spesies, masing-masing memiliki bentuk yang khas.
Bentuk dari masing-masing spesies, ditentukan oleh plat selulosa keras yang
terletak di bawah vesikel membran plasma.
2.1.2 Klasifikasi Pyrrophyta
Berdasarkan letak flagella dan letak alur , pyrrophyta dibagi menjadi dua
kelas yaitu Desmophyceae dan Dinophyceae. Pada umumnya hidup di laut
beberapa diantaranya hidup di air tawar (Rahayu, 2014).
Para dinophyta (pyrrophyta) sebagian besar adalah organismee planktonik
uniseluler, dengan dinding khas dilengkapi dengan alur-alur longitudinal dan
transversal. Meskipun ada ultra karakteristik umum struktural untuk seluruh
divisi, dua kelas telah diakui oleh sebagian orang, Desmophyceae dan
Dinophyceae. Desmophyceae terkenal karena memiliki dinding sel yang terdiri
dari dua bagian seperti jam gelas. Ujung-ujungnya kadang-kadang diperpanjang
sebagai batas elaborasi, mungkin membantu pengapungan. Flagella yang berasal
di anterior dan sel. Meskipun dinophyceae mencakup beberapa bentuk amoeboid
parasit, biasanya dinding sel, terutama yang dari Dynoflagellata, diperkuat dengan
pelat heksagonal polisakarida, membentuk techa.
Taksonomi, dinoflagellates dipisahkan ke dalam Desmophyceae dan yang
Dinophyceae. Yang pertama adalah kelompok kecil di mana spesies ditandai
3
dengan memiliki kedua flagella yang timbul dari ujung anterior sel (Gambar a, b).
Dinding sel terdiri dari dua katup longitudinal yang terpisah selama pembelahan
aseksual untuk membentuk dua sel baru dengan ukuran yang sama (Gambar c).
Bersifat uniseluler
4
Memiliki dua flagela, satu terletak di lekukan longitudinal dekat tubuh
bagian tengah yang disebut dengan sulcus dan memanjang ke bagian
posterior. Sedangkan yang satunya ke arah transversial yang ditempatkan
dalam suatu lekukan (cingulum) melingkari tubuh atau bentuk spiral di
beberapa belokan.
Alga api ini berbentuk sel tunggal dan bentuk filamennya bercabang.
Anggota yang memiliki dinding sel terdiri dari selulosa dan lempeng-lempeng.
Contoh : Glenodinium danPeridinium terdapat lekukan pada tubuh selnya.
selain itu terdapat butir-butir kromatin yang berupa untaian (hal ini
merupakan ciri khas dari alga api). Dikelompokkan sebagai protista autotrof oleh
adanya klorofil a dan c, tetapi tidak mempunyai klorofil b pigmen xantofil yang
5
khas yaitu peridinin, neoperidinin, dinoxanthin dan neodinoxanthin) dan b karoten
yang memberikan warna coklat atau warna coklat emas.
Pyrrophyta memiliki alat gerak berupa flagel sebanyak 2 buah, satu buah
melingkar sedangkan satu lagi berada dibagian posterior. Ada juga falgel yang
terletak di bagian lateral. Bila flagel yang melingkar bergerak, maka sel akan
berputar dan bila flagel bagian posterior yang bergerak maka sel akan maju.
Pyrrophyta bersifat fotoautotrof atau heterotrof, sebagai saprofit, parasit,
hidup bersimbiosis atau holozoik. Karakteristik organisme ini dari eukariotik
lainnya adalah tetap memadatnya kromosom pada semua stadia sehingga dikenal
dengan sifat mesokariotik.
Yang paling umum dinoflagellata fosil yaitu dalam bentuk kista. Namun,
beberapa spesies memiliki kista dinding sel terbuat dari selulosa, yang tidak
menjadi fosil. Spesies yang menjadi fosil biasanya memiliki dinding yang terbuat
dari bahan yang mirip dengan sporopollenin.
- Struktur Sel
Pembagian pyrrophyta dalam 2 golongan berdasarkan pada ada tidaknya
penutup sel (ampiesma) yaitu yang telanjang (unarmored) dan mempunyai
penutup sel (theca). Pada theca terdapat pelat-pelat seperti baja dengan komponen
utama sellulosa. Jumlah dan letak pelat digunakan sebagai dasar dalam pemberian
nama Peridinium.
Mempunyai bintik mata (stigma), berupa kumpulan butir lipid yang
mengandung pigmen karetinoid.
Tubuh dinoflagellata primitif pada umumnya berbentuk ovoid tapi
asimetri, mempunyai dua flagella, satu terletak di lekukan longitudinal dekat
tubuh bagian tengah yang disebut sulcus dan memanjang ke bagian posterior.
Sedangkan flagella yang lain ke arah transversal dan ditempatkan dalam suatu
lekukan (cingulum) yang melingkari tubuh atau bentuk spiral pada beberapa
belokan. Lekukan tranversal disebut girdle, merupakan cincin yang sederhana dan
jika berbentuk spiral disebut annulus. Flagellum transversal menyebabkan
6
pergerakan rotasi dan pergerakan kedepan, sedangkan flagellum longitudinal
mengendalikan air ke arah posterior.
Sel Dinoflagellata terbagai secara transversal oleh cingulum menjadi
epiteka dan hipoteka. Pada Peridinium, epiteka tersusun atas 2 seri yaitu apical
dan precingular. Pada beberapa genus terdapat seri pelat yang tidak sempurna
pada permukaan dorsal dengan 1-3 pelat interkalar anterior . Hipoteka tersusun
atas 2 seri transversal yaitu cingular dan antapikal juga sering terdapat seri yang
tidak sempurna yaitu interkalar posterior.
Ceratium hidup di air laut ataupun air tawar, mempunyai tiga prosesus
dinding sehingga berbentuk seperti terompet, yang satu pada akhir tubuh, sedang
yang dua ditempat tubuh lain yang tidak digunakan untuk berlabuh. Histiophysis
7
mempunyai bentuk seperti kendi dan Ornithocercus mempunyai bentuk seperti
layar atau sayap.
8
Reproduksi pada Dynoflagellata biasanya dengan cara pembelahan
aseksual sederhana dan mereka memiliki kapasitas untuk mereproduksi sampai
beberapa kali per hari, dengan sel membelah miring untuk membentuk dua sel
dengan ukuran yang sama. Techa mungkin membelah, dengan masing-masing sel
baru membentuk setengah baru, atau techa mungkin hilang sebelum pembagian,
dalam hal masing-masing sel baru membentuk dinding sel yang baru.
Reproduksi seksual juga terjadi pada beberapa spesies Dynoflagellata. Hal
ini dapat menyebabkan pembentukan berdinding tebal, kista aktif yang menetap di
dasar laut, di mana mereka dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun. Ketika
dipicu oleh perubahan lingkungan, kista tumbuh dan berkembang untuk
menghasilkan sel baru yang kemudian bebas berenang.
Kebanyakan Dynoflagellata memperlihatkan reproduksi secara aseksual
atau pembelahan sel mitosis. Proses ini membagi organismee menjadi kembaran
identik, theca mereka mungkin pecah, terbagi pada tiap-tiap kembarannya, jadi
tiap kembaran menerima separuh dan meregenerasi separuhnya. Beberapa
generasi tumbuh sebagai filament ketika sel mereka tidak terpisah setelah
pembelahan. Dinoflgellata dewasa bersifat haploid, jadi ketika reproduksi seksual
dimulai, gamet mengalami mitosis, mungkin tumbuh dengan atau tanpa dinding,
terlihat sebagai individu tua dalam versi kecil. Gamet jantan dan betina tidak jelas
dibedakan, tetapi dapat berenang bebas. Setelah penggabungan dua gamet, lalu
menjadi zigot yang aktif berenang, pada kondisi yang tidak menguntungkan, sel
akan membentuk hystrichosphere, ini adalah dorman kapsul yang melindungi
dinoflagelata sampai keadaan menguntungkan kembali.
9
(Sumber: www.quasargroupconsulting.com)
10
Dalam hal kontribusi ekologi, Dynoflagellata adalah salah satu kelompok
paling penting dari produsen dalam ekosistem laut. Beberapa Dynoflagellata
diketahui memiliki ledakan populasi atau mekar. Ledakan populasi ini, yang
dikenal sebagai red tides atau pasang merah, seringkali warna air menjadi oren,
merah, bahkan menjadi coklat. Keadaan lingkungan ledakan populasi ini tidak
diketahui kapan mulai terjadi, tetapi pada umumnya hal ini terjadi ketika suhu air
menjadi hangat atau pada musim panas. Beberapa spesies Dynoflagellata yang
menyebabkan red tides menghasilkan racun untuk menyerang sistem saraf ikan
yang mengakibatkan kematian pada ikan (Berg, 2008).
Red tides sering dipicu oleh pengenalan gizi ke dalam air permukaan, baik
dari atas permukaan air yang lebih dalam atau dari limpasan pertanian yang
mengandung pupuk ternak. Termasuk angin yang menggerakkan fitoplankton
lebih dekat ke pantai, suhu air yang tinggi di dekat permukaan, dan hari yang
cerah. Sebagai hasilnya, keracunan ikan dan hewan lainnya biasanya terjadi
selama musim panas (Nabors, 2004).
11
atau menyebabkan keracunan manusia yang makan makanan yang terkontaminasi
oleh moluska atau ikan (Susyawati, 2011).
Red tide merupakan blooming Pyrrophyta dengan 1- 20 juta sel per liter.
Red tide dapat menyebabkan:
a) Kematian ikan dan invertebrata, jika yang blooming adalah Ptychodiscus
brevis.
b) Kematian invertebrata jika yang blooming adalah Gonyaulax, Ceratium dan
Cochlodinium.
c) Kematian organismee laut, yang lebih dikenal sebagai paralytic shellfish
poisoning, jika yang blooming adalah Gonyaulax.
- Fenomena Bioluminescens
Bioluminescence adalah pembentukan dan pemancaran cahaya oleh makhluk
hidup. Bioluminescence biasanya terbentuk karena reaksi kimia yang dihasilkan
oleh makhluk hidup. Reaksi kimia tersebut bisa terjadi baik di dalam sel, maupun
di luar sel. Bioluminescence bisa ditemui pada bermacam-macam hewan laut
dalam, beberapa jenis serangga, cacing, keong, mikroorganismee, dan juga jamur,
kunang-kunang menyala ( Prakasita, 2012).
12
Dynoflagellata dalam jumlah yang kecil sebagai penyusun komunitas
plankton laut, tetapi lebih melimpah di perairan tawar. Fenomena yang menarik
yang dihasilkan oleh pyrrophyta adalah kemampuan bioluminescens (emisi
cahaya oleh arganisme), seperti yang dihasilkan oleh Noctiluna, Gonyaulax,
Pyrrocystis, Pyrodinium, dan Peridinium sehingga menyebabkan laut tampak
bersinar pada malam hari ( Arianti, 2010).
Noctiluca scintillans atau disebut juga Sea Sparkle, merupakan jenis
dinoflagelata yang memiliki bioluminescence (kemampuan mengeluarkan cahaya
secara alami). Bioluminescence ini diproduksi oleh luciferin-luciferase system
yang terletak di ribuan organel-organel berbentuk bola atau microsources,
lokasinya berada di sitoplasma pada protista bersel tunggal. Ukuran organismee
ini sekitar 200 hingga 2000 m ( Prakasita, 2012).
2.2 Euglenophyta
Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas. Filum ini hidup dalam air tawar yang mengandung banyak bahan organik.
2.2.1 Pengertian Euglenophyta
Euglenophyta atau Euglenoid (Yunani, eu = sejati, gleen = mata) adalah
divisi kecil dari kerajaan Protista, terdiri dari ganggang air yang sebagian besar
uniseluler, memiliki bintik mata berwarna merah (stigma), tidak memiliki dinding
sel, memiliki flagela, dan dapat bergerak aktif (motil) seperti hewan, tetapi
memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis seperti tumbuhan.
13
Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas. Mirip tumbuhan karena memiliki klorofil dan mampu berfotosintesis.
Hidup di air tawar, dalam tanah dan tempat lembab, contohnya: Euglena.
Filum ini hidup dalam air tawar yang mengandung banyak bahan organik.
Pada permukaan perairan yang tidak bergerak, beberapa genus dari golongan
Euglenacae dapat membuat kista yang menutupi seluruh permukaan perairan dan
berwarna hijau, merah,kuning, atau warna campuran dari ketiganya.
Euglena terdapat di air tawar, misal di sawah. Bentuk tubuh sel oval
memanjang, pada mulut sel terdapat cambuk atau flagel dan digunakan untuk
bergerak. Dekat mulut terdapat bintik mata (stigma) yang gunanya untuk
membedakan gelap dan terang. Di dalam sitoplasmanya terdapat butir kloroplas
yang berisi klorofil. Oleh karena itu Euglena berwarna hijau. Contohnya Euglena
viridis.
Euglena dapat membuat makanan sendiri dengan cara fotosintesis dan juga
dapat memakan zat-zat organik. Karena Euglena mampu melakukan fotosintesis
maka dikatakan hidup secara fotoautotrof. Di samping itu dikatakan juga sebagai
heterotrof karena memakan bahan organik yang tersedia. Cara berkembang biak
yaitu dengan membelah diri yang disebut pembelahan biner. Euglenophyta
meliputi sekitar 1.000 jenis ganggang uniseluler yang bergerak aktif dengan
flagela. Ganggang ini tersebar luas di perairan maupun di tanah-tanah lembab
membentuk selaput seperti beludru. Ganggang ini melakukan reproduksi aseksual
dengan pembelahan biner membujur.
2.2.2 Klasifikasi Euglenophyta
14
Gambar 10. Phacus pleuronectes
(Sumber: discoverlive.org)
2) Order: Peranemales/Eutreptiales
Family: Eutreptiaceae
Genus: Astacia, Peranema, Hyalophacus
3) Order: Rhabdomonadales
Family: Rhabdomonadaceae
Genus: Colacium, Petalomonas
15
Gambar 12 . Petalomonas
(Sumber: youtube.com)
16
15) Cadangan makanan berupa paramilum yaitu bentuk antara dari polisakarida
16) Ujung anterior dari sel berupa sitostom dan dibawahnya berupa
kerongkongan / gullet
- Gullet terdiri atas leher yang sempit (cytopharynx) dan bagian posterior yang
membesar berupa waduk (reservoir).
- Waduk berhubungan dengan vakoula kontraktil
17) Sistem pergerakan
- Dengan flagellum
Prinsipnya sama dengan pergerakan baling-baling. Pergerakan flagellum
pada atau 2 bidang digunakan untuk dorongan atau sentakan.
- Metaboly (menggunakan dinding sel yang mengandung protein)
2.2.4 Morfologi Euglenophyta
17
Euglena memiliki satu flagella yaitu ekor sebagai alat gerak, satu panjang
dan satu pendek organieme ini dapat melakukan simbiosis dengan jenis ganggang
tertentu dan tubuhnya dapat memancarkan sinar bila terkena rangsangan mekanik.
Untuk reproduksi Euglena berkembang biak secara vegetatif, yaitu dengan
pembelahan biner secara membujur. Pembelahan ini dimulai dengan
membelahnya nukleus menjadi dua.Selanjutnya flagel dan sitoplasma serta
selaput sel juga terbagi menjadi dua.Akhirnya terbentuklah dua sel euglena
baru.Sistem sirkulasi euglena mengambil zat organik yang terlarut di sekitarnya.
Pengambilan zat organik dilakukan dengan cara absorbsi melalui membran sel.
Selanjutnya, zat makanan itu dicernakan secara enzimatis di dalam sitoplasma.
18
membawa satu flagella dan kemudian masing-masing menghasilkan satu flagella
lagi.
Pembelahan sel pada yang tidak bergerak aktif dapat berlangsung dalam
keadaan dibungkus oleh selaput lendir.Kadang-kadang protoplast anakan tidak
keluar dari selaput pembungkusnya sebelum membelah lagi. Dalam kasus seperti
ini akan terbentuk koloni yang tidak permanen, yang pada waktu tertentu selnya
akan bergerak aktif kembali. Pada banyak genera dijumpai bentuk berupa siste
berdinding tebal.Bentuk siste ada yang menyerupai sel vegetatifnya, tetapi
kebanyakan bentuknya berbeda, bulat atau polygonal.Protoplast dapat
menghasilkan sangat banyak euglenarhodone, sehingga berwarna sangat
merah.Biasanya siste berkecambah dengan keluarnya protoplast dari dalam
dinding yang tebal dan tumbuh manjadi sel baru yang bergerak aktif.
2. Seksual
Adanya konjugasi/penggabungan sel vegetatif pernah dijumpai pada
beberapa euglenoid, tetapi kasus ini masih sangat kabur.Autogami (penggabungan
dua inti anakan dalam sel), Inti hasil fusi kemudian membelah meiosis
membentuk empat nukleus yang masing-masing berkembang menjadi sel
vegetatif.Hal ini pernah dijumpai pada Phacus.
2.2.6 Peranan Euglenophyta
19
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
Pyrrophyta adalah alga uniselular (bersel satu) dengan dua flagel yang
berlainan, berbentuk pita, keluar dari sisi perut dalam suatu saluran. Pyrrophyta
berasal dari lautan (dominan) tetapi ada beberapa ratus spesies yang lain yang
berada di air segar. Fenomena bioluminescens dan red tide ditimbulkan oleh
Pyrrophyta.
Euglenophyta adalah organisme bersel satu yang mirip hewan karena tidak
berdinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel sehingga dapat bergerak
bebas. Filum ini hidup dalam air tawar yang mengandung banyak bahan organik.
Berfungsi sebagai makanan ikan.
3.2 Saran
Untuk mahasiswa agar lebih giat dan rajin dalam mengerjakan tugas
kelompok.
20
DAFTAR PUSTAKA
Berg, Linda. 2008. Introductory Botany Plants, People, and The Environment.
USA : Brooks/Cole.
Rahayu, Sofia Ery. 2014. Bahan Ajar Protista Mirip Tumbuhan. Malang :
Universitas Negeri Malang.
21