Anda di halaman 1dari 6

Filum Platyhelminthes dan Aschelminthes

Phylum Platyhelminthes and Aschelminthes


Agustina Rahayu
agustina_r@mhs.unsyiah.ac.id
Abstrak
Platyhelminthes berasal dari bahasa yunani, platy artinya pipih dan helminthes artinya cacing, oleh
sebab itulah filum Platyhelminthes sering disebut cacing Pipih. Platyhelminthes adalah filum ketiga dari
kingdom animalia setelah porifera dan coelenterata. Platyhelminthes adalah hewan triploblastik yang
paling sederhana. Aschelminthes adalah hewan yang tidak memiliki coelom (selom) yang sebenarnya,
tetapi masih berupa pseudocoelom. Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengamati berbagai ciri
morfologi struktur dari anggota filum platyhelminthes kemudian untuk mengetahui berbagai spesies yang
termasuk dalam filum platyhelminthes mengetahui berbagai anggota dari filum annelida dan mengenal
ciri masing-masing kelas. Metode yang digunakan dalam pratikum yang dilakukan ini dengan
pengamatan langsung. Hasil dari praktikum ini adalah filum Platyhelminthes belum memiliki coelom
(selom) yang sebenarnya kemudian, filum Aschelminthes merupakan cacing yang tidak memiliki coelom
(selom) yang sebenarnya, tetapi masih berupa pseudocoelom.
kata kunci : platyhelminthes, aschelminthes
Abstract
Platyhelminthes comes from the Greek, Platy means flat and Helminthes means worm. That's why
the phylum Platyhelminthes is often called flatworms. Platyhelminthes is the third phylum of the animal
kingdom after Porifera and Coelenterata. Platyhelminthes is the simplest triploblastic animal.
Aschelminthes are animals that do not have a true coelom (coelom), but are still a pseudocoelom. The
purpose of this practicum is to observe various structural morphological characteristics of members of
the phylum Platyhelminthes and then to find out the various species belonging to the phylum
Platyhelminthes to know the various members of the phylum annelida and to recognize the characteristics
of each class. The method used in this practicum is by direct observation. The result of this practicum is
that the phylum Platyhelminthes does not yet have a true coelom (coelom), then, the phylum
Aschelminthes is a worm that does not have a true coelom (coelom), but is still a pseudocoelom.
keywords: platyhelminthes, aschelminthes

1
Agustina Rahayu : Filum Annelida

Pendahuluan macam. Dua hal lain yang berhubungan dengan


Zoologi berasal dari dua kata Yunani taksonomi, yaitu “sistematika” dan “klasifikasi”.
diantaranya zoion, yang artinya adalah “hewan” Hubungan yang tepat untuk taksonomi juga
sedangkan logos, yang artinya “studi tentang”. bervariasi dari sumber ke sumber karena
Jadi dapat disimpulkan bahwa defenisi zoologi penggunaan tiga istilah dalam biologi. Prinsip
ini ialah salah satu ilmu yang mempelajari taksonomi adalah metode ilmiah untuk
mengenai hewan, seperti perkembangan embrio, mengklasifikasi organisme sesuai dengan
evolusi, distribusi ekologi, prilaku, serta hubungan alam dengan cara yang terstruktur.
klasifikasi hewan. Zoologi ini adalah Dalam biologi dan zoologi, struktur hirarkis
mempelajari struktur, fungsi, perilaku, dan juga biasanya, dimulai dengan “kerajaan” dan
evolusi hewan. Ilmu ini antara lain melingkupi bekerja ke bawah untuk “spesies.”(Lutfhi, 2017,
biologi molekular, anatomi perbandingan, p.24).
etologi, psikologi hewan, biologi evolusioner, Platyhelminthes merupakan hewan yang
ekologi perilaku, paleontology serta taksonomi tidak memiliki rongga tubuh sehingga disebut
(Sri Maya, 2020, p.1). hewan aselomata. Tubuhnya tersusun oleh
Invertebrata merupakan kelompok hewan tiga lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar
yang tidak memiliki tulang belakang, (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm) dan
invertebrata merangkum 95% spesies hewan lapisan dalam (endoderm). Dinding tubuh
yang diketahui. Invertebrata menempati hampir bagian luar disebut epidermis dan ditutupi
setiap habitat bumi, mulai dari air mendidih oleh sel halus yang bersilia. Lapisan dalam
yang dilepaskan oleh lubang sembur hidrotermal tersusun oleh otot yang berkembang dengan
laut dalam hingga ke tanah antartika yang baik, pada ujung tubuhnya terdapat kepala
berbatu dan beku. Invertebrata beradaptasi yang tumpul atau membulat, sedangkan
dengan sangat bervariasi, sehingga pada ujung lainnya terdapat bagian ekor yang
menghasilkan keanekaragaman bentuk yang luar meruncing, dan pada bagian tengah melebar
biasa, dari spesies yang hanya terdiri dari sel-sel kesamping dengan tebal yang tipis (Andrian,
lapisan ganda yang pipih hingga spesies- spesies 2021, pp. 76-56.)
lain dengan kelenjar pemintal sutra, duri-duri
yang berputar, lusinan kaki yang berbuku, atau Metode/Cara Kerja
tantakel yang ditutupi dengan mangkok Waktu dan Tempat
penghisap (Utojo, 2020, p.9). Praktikum zoologi invertebrata ini,
Platyhelmintes (cacing pipih) adalah membahas tentang filum platyhelminthes pada
phylum keempat setelah Protozoa, Porifera dan thari jumat tanggal 11 Maret 2022 bertempatan
Coelenterata dalam regnum Animalia yang dilaboratorium Biologi Fakultas Keguruan dan
bersifat tripoblastik yang hidup parasit dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah
memiliki bentuk tubuh yang rata (pipih). Kuala, dimulai dari jam 15.50-selesai.
Terdapat 18.500 spesies dari Platyhelmintes
(cacing pipih). Platyhelminthes adalah Target/Objek/Populasi/Sampel
kelompok cacing yang tubuhnya berbentuk Target pratikum ini yaitu untuk
pipih. Secara bahasa platyhelminthes berasal mengamati berbagai ciri morfologi struktur dari
dari dua kata bahasa yunani , yaitu “Platy” anggota filum Platyhelminthes kemudian untuk
yang artinya pipih dan “helminthes” yang mengetahui berbagai spesies yang termasuk
artinya cacing. Platyheminthes biasanya hidup dalam filum Platyhelminthes mengetahui
bebas di laut atau di air tawar, adapula yang berbagai anggota dari filum annelida dan
hidupnya parasite (Bejo, 2020, pp.54-67). mengenal ciri masing-masing kelas
Habitat invertebrata meliputi air, maupun Prosedur
darat, dengan ukuran tubuh yang bermacam-
2
Agustina Rahayu : Filum Annelida

Cara kerja yang dilakukan dalam tanpa melalui fase larva (George & Hademenos
praktikum ini adalah langkah awal dengan 2019).
menyiapkan masing-masing objek dari kelas Planaria sp adalah invertebrata berupa
yang hendak diamati, kemudian diletakan pada cacing pipih gelap yang menarik untuk diamati
nampan bedah, setelah itu perhatikan ciri baik morfologi maupun perilakunya. Planaria sp
morfologi, anatomi, fisiologi, atau ciri habitat menunjukkan berbagai perilaku sebagai respon
dari masing-masing kelas sebagai berikut. terhadap berbagai macam rangsang yang
Catatlah apa saja yang perlu dicatat kemudian meliputi cahaya, sentuhan, aroma, dan rasa.
sajikan didalam laporan dan gambarkan. Selain itu daya regenerasi Planaria sp sangan
unik. Dimana Planaria sp mampu memperbaiki
Data, Instrumen, dan Teknik Pengumpulan Data tubuh yang tidak sempurna menjadi bagian yang
Data diperoleh melalui metode utuh seperti semula dalam waktu yang relatif
pengamatan langsung dengan mengamati ciri, singkat. Planaria sp merupakan hewan yang
struktur tubuh dari masing-masing filum dan hidup bebas dengan habitat yang berbeda-beda,
kelas nya berupa data tertulis dan gambar., beragam, dari perairan yang berarus lambat
adapun instrument yang digunakan pada sampai pada perairan danau yang ditutupi oleh
praktikum ini adalah buku penuntun praktikum bebatuan dan dedaunan (Fernando, 2010).
zoologi invertebrate. Cacing pita Taenia dewasa hidup dalam
usus manusia yang merupakan induk semang
Teknik Analisis Data definitif. Segmen tubuh Taenia telah matang dan
Data yang ditampilkan dalam uraian mengandung telur keluar secara aktif dari anus
adalah deskriptif dan gambar secara kualitatif, manusia atau secara pasif bersama-sama feses
dari semua objek yang telah diamati secara manusia. Bila inang definitif (manusia) maupun
langsung. Gambar yang dilampirkan ialah dari inang antara (sapi dan babi) menelan telur, maka
objek yang terdapat dalam lingkungan dan telur akan menetas dan mengeluarkan embrio
pembahasan yang didapatkan melalui (onchosphere) yang kemudia akan menembus
pengamatan langsung. dinding usus. Embrio cacing yang mengikuti
sirkulasi darah limfe berangsung-angsur
Hasil dan Pembahasan berkembang menjadi sistiserkosis yang efektif
Platyhelminthes dibedakan menjadi tiga didalam otot tertentu. Otot yang paling sering
kelas, yaitu Turbellaria (cacing berambut getar), terserang sistiserkosis yaitu jantung, diafragma,
Trematoda (cacing isap), dan Cestoda (cacing lidah, otot pengunyah, daerah esofagus, leher,
pita). Turbellaria adalah platyhelminthes yang dan otot antara tulang rusuk (Anonim, 2012).
memiliki silia pada permukaan tubuhnya yang Trematoda disebut cacing isap karena
berfungsi sebagai alat gerak. Salah satu contoh cacing ini memiliki alat pengisap di bagian
turbellaria adalah dugesia. Bentuk tubuh bagian depan (anterior) tubuhnya. Alat penghisap
depan (anterior) dugesia berbentuk segitiga dan digunakan untuk menempel pada tubuh inang.
terdapat sepasang bintik mata. Bintik mata itu Trematoda merupakan hewan parasit, dia
berfungsi sebagai pembeda keadaan gelap dan mengambil mekanan berupa cairan tubuh atau
terang. Dugesia juga memiliki indera pembau jaringan inangnya saat ia menempel. Salah satu
yang disebut aurikel. Aurikel ini di gunakan contoh trematoda adalah Fasciola hepatica.
Dugesia saat mencari makananya. Dugesia Fasciola hepatica memiliki Daur hidup yang
merupakan hewan hermafrodit, namun kompleks karena melibatkan setidaknya dua
reproduksi seksual Dugesia harus dilakukan dua inang. Inang utama dan inang perantara
individu. Zigot yang terbentuk berkembang (Juwana, 2014).
Daur hidup  Fasciola hepatica, cacing
dewasa yang hidup di ternak bersifat
3
Agustina Rahayu : Filum Annelida

hermaprodit, berkembangbiak secara seksual


dengan pembuahan silang atau pembuahan
sendiri. Embrio berkembang dalam uterus, satu
cacing dewasa dapat menghasilkan sekitar
500.000 larva, embrio keluar bersama feses dan
pada tempat yang basah akan tumbuh menjadi
larva bersilia (Mirasidium). Mirasidium masuk
ke tubuh siput Lymnea dan terbentuklah
sporokis. Sporokis secara partenogenesis
menghasilkan redia. Redia secara partenogenesis
menjadi serkaria. Serkaria meninggalkan tubuh
siput menjadi metaserkaria. Metaserkaria
menempel pada tanaman atau rumput yang
Gambar 1. Planaria sp sumber internet
selanjutnya termakan oleh ternak (Pandhu,2010)
Berdasarkan hasil Pratik yang telah
Planaria adalah salah satu dari
dilakukan pada praktikum zoologi invertebrata
kelompok cacing pipih yang termasuk kelas
mengenai filum Platyhelminthes dan filum
Turbellaria (filum Platyhelminthes),  tubuh
Aschelminthes, Diperoleh adanya ciri-ciri yang
ditutupi epidermis yang bersintium dilengkapi
menonjol terhadap tiga kelas Turbellaria cacing
sel-sel yang menghasil kkan mukosa, kemudian
yang memiliki berambut getar, Trematoda
tidak mempunyai anus, maka sistem ekskresi
cacing memiliki alat isap, dan Cestoda adalah
yang terjadi pada cacing ini, jadi terbilang lebih
cacing pita, adapun kelas rotifera memiliki
sederhana. sebagai alat geraknya cacing
kuping bersilia dan kelas nematoda bentuk
menggunakan bulu. Salah satu contohnya adalah
tubuh seperti benang yang dilapisi oleh kutikula.
Planaria.
Organisme ini hidup didalam tempat-tempat
lembab dan berair tersebut dan organisme
tersebut dapat berkembang biak dengan baik
seperti halnya organisme pada umumnya karena
disebabkan tersedianya makanan yang cukup
dan mudah untuk didapatkan, mengakibatkan
filum Platyhelminthes ini dapat berkembang
biak dengan baik, adapun hasil pengamatan
antara lain sebagai berikut.

Gambar 2. Ascaris lumbricoides sp sumber


internet.
Ascaris lumbricoides ini memiliki tubuh
yang ditutupi oleh kutikula yang licin dengan
garis melingkar yang sangat halus. Mulut
anterior dikelilingi oleh 3 bibir yaitu satu bagia
dorsal dan dua dibagian ventral. Jantan memiliki
anus dekat ujung posterior bersatu dengan
lubang genetikal dan dilubangi terdapat bentuk
sepasang spicula sebagai alat kopulasi betina
4
Agustina Rahayu : Filum Annelida

memiliki anus dekta ujung posterior yang terdapat jari kaki dan biasanya berjumlah
terpisah dari lubang genetikal atau vulva yang pasangan.
berada di ventral kira-kira sepertiga bagian
tubuh dari depan. Kesimpulan dan saran
Kesimpulan
Hasil pengamatan yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan bahwa pada kelas
Oligochaeta memiliki sedikit rambut contohnya
Pharetima sp, pada kelas Polichaeta memiliki
banyak rambut spesiesnya Neanthes sp, dan
pada kelas Hirudinea tidak memiliki seta
contohnya Hirudinaria sp.

Saran
Gambar 3. Fasciola hepatica sp sumber internet. Diharapkan agar laporan ini diberi
masukan dan saran dari asisten laboratorium
Fasciola hepatica ini hidup dihati atau yang membangun. Agar kedepannya bisa
empedu kerbau atau biri biri dan kadang-kadang membuat laporan menjadi lebih baik dan
pada manusia tubuh. Berbentuk pipih seperti akurat, dan dapat dijadikan sebagai
daun dengan bentuk bahu yang khas, karena pembelajaran kedepannya sehingga data yang
adanya cephalic cone (tonjolan konis), diperoleh lebih berkualitas.
sedangkan bagian posterior lebih besar. Ukuran :
panjang 20 – 30 mm dan lebar 8 – 13 mm. Daftar Pustaka
hewan ini seperti daun yang dilengkapi dengar Andriana, W. 2021. Keterkaitan Struktur
succer (alat isap) dan tidak memiliki silia tubuh Komunitas Makrozoobentos sebagai
juga ditutupi kutikula. Indikator Keberadaan Bahan Organik di
Perairan Hulu Sungai Cisadane Bogor
Jawa Barat. Bogor: jurnal Institut
Petanian Bogor, 8:2, 76-56.
Sri Maya, N. 2020. Zoologi Invertebrata. In
Journal of Chemical Information and
Modeling 5:3, 1.
Bejo, A., Winaruddin, W., Bakri, M., Hambal,
M., Farida, F., & Daud, R. (2017). 19.
Identification of Ectoparasites in the Mud
Crab (Scylla serrata) from Alue Naga
Coastal Waters Banda Aceh. Jurnal
Medika Veterinaria, 11:2, 114-117.
Gambar 4. Philodina sp sumber internet.
Utojo, & Ratnawati, E. 2013. Kajian Kesesuaian
Philodina sp memiliki bentuk tubuh yang
Lahan Budidaya Tambak Di Wilayah
kurus dan memanjang seperti peluru senapan,
Pesisir Kabupaten Pangkep, Sulawesi
pada permukaan bagian anterior terdapat trochus
Selatan dengan Aplikasi Sistem Informasi
dan cingulum (gelang/sabuk) dan dibawah
Geografis. Jurnal Ris. Akuakultur, 8:3, 9.
cingulum terdapat mastax, dibagian bawah
Fernando, N., & Nofisulastri, N. 2018.
terdapat kaki yang hamper serupa buku tebu dan
Identifikasi Jenis Annelida pada Habitat
dapat memendek atau memanjang, ujung kaki
Sungai Jangkok Kota Mataram.
5
Agustina Rahayu : Filum Annelida

Bioscientist: Jurnal Ilmiah Biologi, 6:2,


130-137.
Andriana, W. 2021. Keterkaitan Struktur
Komunitas Makrozoobentos sebagai
Indikator Keberadaan Bahan Organik di
Perairan Hulu Sungai Cisadane Bogor
Jawa Barat. Bogor: jurnal Institut
Petanian Bogor, 8:2, 76-56.
Kusnadi, A. 2015. Struktur Komunitas Annelida
Sebagai Bioindikator Pencemaran Sungai
Ancar Kota Mataram dan Upaya
Pembuatan Poster untuk Pendidikan
Masyarakat Tahun 2013. Jurnal Nasional
Pendidikan Biologi, 2:1, 56-88.
George et.al. 2016. Efficacy of Jalukavarchana
in the Management Yuvanapidika W.S.R
to Acne Vulgaris –Pilot Study.
Internasional Ayurveda Medical
Journal 4:10. 2933-2938.
Kumar, et.al2012. A Clinical Review on
Historical Aspects of Jalaukavacharan
(Hirudotherapy). International Journal of
Research Ayurveda and Pharmaceutical
3:1. 47-49.
Luthfi, O. M., Saputra, A., NF, R. M., Sinaga, J.
K., RS, M. B., MP, H. M., & Naufal, A.
2017. Pemantaun Kondisi Invertebrata
Menggunakan Metode Reef Check, Di
Perairan Selat Sempu, Kabupaten
Malang. Jurnal Kelautan: Indonesian
Journal of Marine Science and
Technology, 10:2, 129-135.

Anda mungkin juga menyukai