Anda di halaman 1dari 8

Surah al-A’raaf ayat 187

artinya :“Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat: ‘Bilakah terjadinya?’ Katakanlah:


‘Sesungguhnya pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabbku; tidak seorang pun yang dapat
menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang
di langit dan di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.’ Mereka
bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: ‘Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.’”
(QS. al-A’raaf: 187)

Penafsiran kitab tafsir ibnu katsir :

Ayat tersebut turun berkenaan dengan orang-orang Quraisy. Mereka bertanya tentang waktu hari
kebangkitan, dengan maksud untuk menafikan terjadinya peristiwa tersebut dan untuk mendustakan
kejadiannya. Sebagaimana firman Allah yang artinya:

“Orang-orang yang tidak beriman kepada hari Kiamat meminta supaya hari itu segera didatangkan dan
orang-orang yang beriman merasa takut kepadanya dan mereka yakin bahwa Kiamat itu adalah benar
(akan terjadi). Ketahuilah bahwa sesungguhnya orang-orang yang membantah tentang terjadinya
Kiamat itu benar-benar dalam kesesatan yang jauh.” (QS. Asy-Syuura: 18)

Dan firman-Nya: ayyaana mursaaHaa (“Bilakah terjadinya?”) ‘Ali bin Thalhah mengatakan dari Ibnu
‘Abbas, ia berkata: “Berarti batas waktunya, maksudnya kapan berakhirnya dan kapan batas akhir masa
kehidupan dunia yang merupakan awal dari hari kebangkitan itu?”

Qul innamaa ‘ilmuHaa ‘inda rabbii laa yujalliiHaa liwaqtiHaa illaa Huwa (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya
pengetahuan tentang Kiamat itu adalah pada sisi Rabbku. Tidak seorang pun yang dapat menjelaskan
waktu kedatangannya selain Allah.’”) Allah memerintahkan Rasul-Nya, Muhammad saw, jika ditanya
tentang waktu datangnya Kiamat, agar mengembalikan ilmunya kepada Allah Ta’ala, karena hanya Allah
yang mampu menjelaskan waktunya, atau mengetahui kejelasan masalah itu. Dan mengenai waktunya
secara tepat, tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah semata.

Oleh karena itu, Allah berfirman: tsaqulat fis samaawaati wal ardli (“Kiamat itu amat berat [huru
haranya bagi makhluk] yang di langit dan di bumi.”) Mengenai firman-Nya ini, `Abdur Razzaq
mengatakan dari Ma’mar, dari Qatadah, ia berkata: “Ilmu mengenai hari Kiamat itu terasa berat
diketahui oleh penghuni langit dan bumi ini.” Sedangkan Ma’mar mengatakan dari al-Hasan, ia berkata:
“Jika hari Kiamat itu tiba, maka terasa berat bagi penghuni langit dan bumi.”

Sedangkan Ibnu Jarir memilih bahwa yang dimaksudkan adalah, terlalu berat ilmu tentang waktunya
untuk diketahui oleh penduduk langit dan bumi ini, sebagaimana dikatakan oleh Qatadah. Perkataan
keduanya sama seperti firman-Nya: laa ta’tiikum illaa baghtatan (“Kiamat itu tidak akan datang
kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.”) Dan hal itu tidak menafikan beratnya waktu kedatangannya
bagi penghuni langit dan bumi. Wallahu a’lam.

Dan firman-Nya: laa ta’tiikum illaa baghtatan (“Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan
dengan tiba-tiba.”) Hari Kiamat itu akan datang secara tiba-tiba dan mendatangi manusia ketika mereka
dalam keadaan lengah.

Al-Bukhari mengatakan dari Abu Hurairah ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Hari Kiamat itu tidak datang sehingga matahari terbit dari arah barat, maka apabila matahari itu telah
terbit dan manusia melihatnya, mereka akan beriman semuanya. Yang demikian itu tatkala tidak
bermanfaat lagi keimanan seseorang yang belum pernah beriman sebelumnya, atau belum berbuat
kebaikan dalam keimanannya. Hari Kiamat itu akan datang saat dua orang telah membentangkan
pakaian mereka, maka tidak sempat lagi mereka berjual-beli dan tidak juga sempat melipat pakaian itu.
Kiamat itu akan datang ketika ada seseorang telah kembali membawa susu perahannya dan ia tidak
sempat meminumnya. Kiamat akan datang ketika ada seseorang telah memperbaiki kolam aimya dan ia
tidak sempat mengairinya. Dan hari Kiamat akan datang pada saat seseorang telah mengangkat suapan
makanan ke mulutnya dan ia tidak sempat memakannya.” (HR. Al-Bukhari)

Dan firman-Nya: yas-aluunaka ka-annaka hafiyyun ‘anHaa (“Mereka bertanya kepadamu seakan-akan
kamu benar-benar mengetahuinnya.”) Abdurrahman bin Zaid bin Aslam mengatakan, seolah-olah
engkau (Muhammad) mengetahuinya, padahal Allah telah menyembunyikan ilmunya atas semua
makhluk-Nya. Lalu ia membaca firman-Nya: innallaaHa ‘indaHuu ‘ilmus saa’ati (“Sesungguhnya Allah,
hanya pada sisi-Nya saja pengetahuan tentang hari Kiamat.”) (QS. Luqman: 34)

Oleh karena itu, Allah berfirman: qul innamaa ilmuHaa ‘indallaaHi wa laakinna aktsaran naasi laa
ya’lamuun (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui.”)

Maka tatkala Jibril datang dengan menyerupai seorang Arab untuk mengajarkan kepada mereka tentang
agama mereka. la duduk di hadapan Rasulullah seperti duduknya orang yang bertanya sambil memohon
bimbingan. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah mengenai Islam, lalu iman, setelah itu ihsan,
kemudian ia bertanya: “Kapankah hari Kiamat tiba?” Lalu Rasulullah saw berkata kepadanya: “Yang
ditanya tidak lebih mengetahui daripada yang bertanya.”
Maksudnya, aku tidak lebih tahu darimu dan tidak seorang pun lebih tahu dari yang lainnya. Kemudian
Nabi membaca ayat: innallaaHa ‘indaHuu ‘ilmus saa’ati (“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya saja
pengetahuan tentang hari Kiamat.”) (QS. Luqman: 34)

Dalam riwayat lain disebutkan, lalu bertanya kepada beliau tentang tanda-tanda hari Kiamat. Maka
beliau menjelaskan tanda-tanda hari Kiamat, kemudian berkata: “Ada pada lima hal yang tidak
diketahui, kecuali hanya oleh Allah saja.” Selanjutnya beliau membacakan ayat tersebut. Setiap jawaban
yang disampaikan oleh Rasulullah saw, orang itu (Jibril) berkata: shadaqta (“Engkau benar”). Oleh karena
itu, Para Sahabat merasa heran terhadap orang yang bertanya kepada beliau ini, ia bertanya kepada
beliau dan ia pun membenarkannya. Kemudian setelah orang itu pergi, Rasulullah a bersabda: “la itu
adalah Jibril, yang datang untuk mengajarkan kepada kalian agama kalian.”

Dan dalam sebuah riwayat disebutkan, beliau bersabda: “la (Jibril) tidak mendatangiku dalam suatu
bentuk melainkan aku mengenalinya, kecuali dalam wujudnya yang ini.”

Hadits ini telah aku (Ibnu Katsir) sebutkan melalui beberapa jalan dan berbagai lafazh baik yang shahih,
maupun hasan, pada bagian awal Syarh al-Bukhari. Dan segala puji dan kebaikan hanya milik Allah.

Dan tatkala ada seorang Arab Badui menanyakan hal tersebut kepada Rasulullah saw. dan memanggil
beliau dengan suara lantang: “Hai Muhammad!” Lalu beliau mengatakan kepadanya: “Ya, apa?” Dengan
suara selantang suaranya. Kemudian orang itu bertanya: “Kapan hari Kiamat itu tiba?” Maka Rasulullah
AW, berkata kepadanya: “Celaka engkau, sesungguhnya hari Kiamat itu pasti datang, lalu apa yang
sudah engkau persiapkan untuk menyambutnya?” la menjawab: “Aku tidak mempersiapkan untuknya
berupa shalat dan puasa yang banyak, tetapi aku mencintai Allah dan Rasul-Nya.” Setelah itu, Rasulullah
berkata kepadanya: “Seseorang itu akan bersama dengan yang dicintai.”

Dan tidaklah kaum muslimin berbahagia dengan sesuatu, sebagaimana bahagianya mereka dengan
hadits tersebut. (Hadits ini mempunyai berbagai jalan dalam ash-Shahihain [Shahih al-Bukhari dan
Shahih Muslim] dan kitab-kitab lainnya, dari sejumlah Sahabat, dari Rasulullah saw., di mana beliau
bersabda: “Seseorang itu akan bersama dengan yang dicintai.” Menurut para huffazh yang teliti, hadits
tersebut mutawatir.

Di dalamnya disebutkan, bahwa Rasulullah jika ditanya tentang hal ini (Kiamat), yang mana mereka tidak
perlu mengetahui tentang ilmunya, maka beliau akan membimbing mereka kepada suatu yang lebih
penting bagi mereka, yaitu mempersiapkan diri untuk menghadapi hart Kiamat itu sebelum tibanya,
meskipun mereka tidak mengetahui waktu kedatangannya secara pasti.

Oleh karena itu Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahihnya, dari ‘Aisyah, ia berkata: “Ketika
orang-orang Arab Badui menghadapRasulullah saw, mereka bertanya kepada beliau mengenai hari
Kiamat: ‘Kapankah hari Kiamat itu tiba?’ Lalu beliau melihat ke arah orang yang paling muda di antara
mereka, lalu beliau bersabda: ‘Jika orang ini hidup, maka ia belum mencapai masa tua sehingga telah
tiba Kiamat kalian kepada kalian.’”

Maksud dari kata “Kiamat kalian” adalah, kematian mereka yang membawa mereka ke alam barzakh,
alam akhirat.

Selanjutnya Muslim meriwayatkan dari Anas bin Malik, bahwasanya ada seseorang yang bertanya
kepada Rasulullah saw mengenai hari Kiamat, maka Rasulullah menjawab: “Jika anak ini hidup, mudah-
mudahan ia belum mencapai usia tua sehingga telah datang Kiamat.” (Hanya Muslim saja yang
meriwayatkannya)

Diriwayatkan pula dari Anas bin Malik, ia berkata: Ada seorang budak milik al-Mughirah bin Syu’bah
yang sebaya denganku sedang lewat, lalu Nabi saw. bersabda: “Jika dia ini dipanjangkan umurnya, maka
dia belum mencapai usia tua sehingga datang Kiamat.” (Hadits ini diriwayatkan al-Bukhari dalam kitab
[bab] al-Adab dalam Shahihnya)
Penyebutan Kiamat secara mutlak dalam riwayat-riwayat tadi, hendaklah dipahami secara muqayyad
(terbatas). Yaitu, “Kiamat kalian.” Sebagaimana dalam hadits `Aisyah ra.

Inilah Nabi yang ummi, penghulu dan penutup para Rasul, Muhammad shalawaatullaah alaihi wa
Salaamuh. Seorang Nabi pembawa rahmat dan pintu taubat, Nabi yang mengobarkan perjuangan, Nabi
terakhir dan yang dimuliakan, dihadapannya dikumpulkan umat manusia. Di mana beliau menyatakan.
dalam hadits shahih dari Arias, dan Sahl bin Sa’ad:
“Jarak waktu antara aku diutus dan terjadinya Kiamat, adalah seperti ini.” Seraya beliau mendekatkan
kedua jarinya, jari telunjuk dan jari tengah.

Namun demikian, Allah telah memerintahkan beliau agar mengembalikan ilmu tentang waktu hari
Kiamat itu kepada-Nya, jika ditanya oleh umatnya. Allah berfirman: qul innamaa ilmuHaa ‘indallaaHi wa
laakinna aktsaran naasi laa ya’lamuun (“Katakanlah: ‘Sesungguhnya pengetahuan tentang hari Kiamat
itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”)
Surah al-hajj ayat 1-2

Artinya : “Dengan menyebut Nama Allah Yang Mahapemurah lagi Mahapenyayang.”


“1. Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu
adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). 2. (ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat
kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan
gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu Lihat manusia dalam Keadaan mabuk,
Padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya.” (al-Hajj: 1-
2)

Penafsiran kitab tafsir ibnu katsir:

Allah Ta’ala berfirman memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk bertakwa kepada-Nya serta


mengabarkan kepada mereka tentang huru-hara, kegoncangan dan peristiwa hari kiamat yang akan
mereka hadapi. Para ahli tafsir berbeda pendapat tentang kegoncangan hari kiamat, apakah terjadi
setelah bangkitnya manusia dari kubur mereka di hari penggiringan mereka ke tempat
perkumpulan kiamat, atau hal itu hanya ungkapan tentang kegoncangan bumi sebelum bangkitnya
manusia dari kubur mereka. Sebagaimana Allah berfirman: idzaa zulzilatil ardlu zilzaalaHaa wa
akhrajatil ardlu atsqaalaHaa (“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya yang dahsyat.
Dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya.”)(al-Zalzalah: 1-2)
Allah Ta’ala berfirman: wa humilatil ardlu wal jibaalu fadukkatan dakkataw waahidatan fa yauma-
idziw waqa’atil waaqi’atu (“Dan diangkatlah bumi dan gunung-gunung, lalu dibenturkan keduanya
sekali bentur. Maka pada hari itu terjadilah hari kiamat.”) dan ayat seterusnya (al-Haaqqah: 14-15)
Allah berfirman: idzaa rujjatil ardlu rajjan. Wa bussatil jibaalu bassan (“Apabila bumi digoncangkan
sedahsyat-dahsyatnya. Dan gunung-gunung dihancurluluhkan sehancur-hancurnya.”) dan ayat
seterusnya. (al-Waaqi’ah: 4-5). Beberapa orang berpendapat bahwa sesungguhnya keconcangan ini
terjadi di akhir umur dunia dan di awal peristiwa kiamat.

Ibnu Jarir berkata dari ‘Alqamah tentang firman-Nya: inna zalzalatas saa’ati syai-un ‘adhiim
(“Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat
besar.”) yaitu sebelum hari kiamat.

Diriwayatkan pula oleh Abi Hatim dari hadits ats-Tsauri, dari Manshur dan al-A’masy, dari Ibrahim,
dari ‘Alqamah dengan menyebutkan hadits tersebut. Diriwayatkan pula pendapat yang serupa dari
asy-Sya’bi, Ibrahim dan ‘Abd bin ‘Umair. Abu Kadinah berkata dari ‘Atha’, bahwa ‘Amir bin asy-
Sya’bi berkata tentang: yaa ayyuHan naasut taquu rabbakum inna zalzalatas saa’ati syai-un ‘adhiim
(“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb-mu; Sesungguhnya kegoncangan hari kiamat hari kiamat
itu adalah suatu kejadian yang sangat besar.”) ia berkata: “Ini terjadi di dunia sebelum hari kiamat.”
Imam Abu Ja’far bin Jarir memberikan dukungan dalil bagi orang yang berpendapat demikian
dengan hadits tiupan terompet, bahwa Abu Hurairah berkata: Rasulullah saw. bersabda:
“Sesungguhnya ketika Allah telah menyelsaikan penciptaan langit dan bumi, Dia menciptakan
terompet dan meletakkannya di mulut Israfil dengan menengadahkan matanya ke atas ‘Arsy guna
menunggu kapan diperintahkan [peniupannya].”)

Abu Hurairah berkata: “Ya Rasulullah, apakah ash-Shuur itu?” Beliau menjawab: “Sebuah
terompet.” Dia bertanya lagi: “Bagaimana hakekatnya?” Beliau menjawab: “Sebuah terompet besar
yang ditiup sebanyak tiga kali; pertama, tiupan al-Faza’ [kekagetan]; kedua; tiupan ash-Sha’q
[kematian]; dan ketiga, tiupan kebangkitan manusia menujur Rabb seluruh alam. Allah
memerintahkan pada Israfil untuk tiupan yang pertama dengan berfirman: “Tiuplah tiupan al-
Faza’.” Maka kagetlah seluruh penghuni langit dan bumi kecuali orang-orang yang dikehendaki
Allah, dan diperintahkan-Nya untuk melebarkan dan memanjangkannya serta dia pun tidak merasa
lelah. Itulah yang difirmankan oleh Allah: wa maa yandhuru Haa-ulaa-i illaa shaihataw waahidatam
maa laHaa min fawaaq (“Tidaklah yang mereka tunggu melainkan hanya satu teriakan saja yang
tidak ada baginya saat berselang.”)(Shaad: 15). Lalu gunung-gunung hancur bertebaran menjadi
debu dan bumi menggoncangkan penghuninya dengan amat dahsyat. Itulah yang difirmankan oleh
Allah: yauma rarjufur raajifatu tatba’uHar raadifatu quluubuy yauma-idziw waajifatun
(“Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan pada hari ketika tiupan pertama menggoncangkan alam,
tiupan pertama itu diiringi oleh tiupan kedua. Hati manusia pada waktu itu sangat takut.”) (an-
Naazi’aat: 6-8). Lalu bumi itu menjadi perahu yang hancur di lautan akibat terpaan badai yang
melenyapkan para penumpangnya , juga seperti lampu-lampu yang tergantung di ‘Arsy sebagai
tempat bergelantungannya ruh-ruh, lalu manusia bergelantungan di permukaannya, maka paniklah
wanita-wanita yang menyusui, wanita-wanita yang hamil pun melahirkan, anak-anak kecil menjadi
beruban dan syaitan-syaitan melarikan diri ke berbagai pelosok. Lalu para malaikat lari mundur
mundur belakang dimana sebagian mereka memanggil sebagian yang lain. Itulah yang difirmankan
oleh Allah yang artinya: “Hari panggil memanggil. Yaitu hari ketika kamu lari berpaling ke belakang,
tidak ada bagimu seorang penolong pun yang menyelamatkanmu dari adzab Allah, dan siapa yang
disesatkan oleh Allah niscaya tidak ada baginya seorang pun yang akan memberi petunjuk.” (al-
Mu’min: 32-33)

Di saat mereka dalam keadaan demikian, tiba-tiba bumi pecah dari satu sudut ke sudut lainnya.
Mereka melihat suatu peristiwa besar, sehingga kesulitan yang mereka alami saat itupun telah
mampu menyiksanya. Kemudian mereka memandang ke langit, dimana bumi seperti besi yang
mendidih. Kemudian pudarlah sinar matahari dan bulan serta bertebaranlah binta-bintang. Lalu
bumi mencabik-cabik mereka –Rasulullah saw.- mengucapkannya: “Sedangkan orang-orang yang
mati tidak mengetahui hal itu sedikitpun.” Abu Hurairah berkata: “Siapakah orang yang
dikecualikan Allah dalam firman-Nya [yang artinya]: ‘Maka terkejutlah segala yang di langit dan
segala yang dibumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.’ (an-Naml: 87)?”

Beliau menjawab: “Mereka adalah orang-orang yang mati syahid. Karena keterkejutan hanya
sampai pada orang-orang yang hidup. Mereka adalah orang-orang yang hidup di sisi Rabb mereka
dengan mendapatkan rizky dan Allah menjaga mereka dari keburukan hari tersebut serta
mengamankan mereka. Itulah adzab Allah yang hanya ditimpakan kepada hamba-hamba-Nya yang
jahat. Itulah yang difirmankan oleh Allah [yang artinya]: ‘Hai manusia, bertakwalah kepada
Rabbmu; sesungguhnya keguncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar
[dahsyat]. [ingatlah] pada hari [ketika] kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah semua kandungan wanita yang hamil,
dan kamu melihat semua manusia dalam keadaan mabuk, padahal mereka sebenarnya tidak
mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras.’” Hadits ini diriwayatkan oleh ath-Thabrani, Ibnu
Jarir, Ibnu Abi Hatim dan lain-lain dengan uraian yang panjang sekali. wallaHu a’lam.

Sedangkan ulama lain berkata: “Bahkan itulah sebuah goncangan yang mengagetkan, getaran dan
kehancurannya yang terjadi pada hari kiamat di lapangan hisab setelah bangkit dari kubur.” Ibnu
Jarir memilih pendapat tersebut dan berdalil dengan beberapa hadits.

Sedangkan ulama yang lain berkata: “Bahkan, itulah sebuah goncangan yang mengagetkan, getaran
dan kehancuran yang terjadi pada hari Kiamat dilapangan hisab setelah bangkit dari kubur.” Ibnu
Jarir memilih pendapat tersebut dan berdalil dengan beberapa hadits.

Al-Bukhari berkata ketika menafsirkan ayat ini, bahwa Abu Sa’id berkata: Rasulullah bersabda:
“Allah Ta’ala berfirman pada hari Kiamat: `Hai Adam.’ Dia menjawab: `Labbaika wa sa’daika.’ Lalu
dia diseru dengan suara: `Sesungguhnya Allah memerintahkanmu untuk mengeluarkan sekelompok
dari keturunanmu ke neraka.’ Dia bertanya: `Wahai Rabbku, apakah kelompok neraka itu?’ Penyeru
tadi menjawab: `Dari setiap seribu orang [Ibnu Katsir berpendapat, Penyeru tadi men-jawab]:
`Terdapat 999 orang. Di saat itu wanita hamil melahirkan dan anak-anak kecil beruban (dan kamu
lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi adzab
Allah itu sangat keras), maka hal tersebut amat memberatkan manusia, hingga wajah-wajah mereka
tampak berubah.’”

Diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda: “Di antara Ya’juj dan Ma’juj terdapat 999, dan di antara
kalian terdapat satu orang. Kalian di antara manusia seperti rambut hitam di punggung sapi putih
atau seperti rambut putih di punggung sapi hitam. Sesungguhnya aku berharap kalian menjadi
seperempat penghuni surga [lalu kami bertakbir kemudian beliau melanjutkan] sepertiga penghuni
surga [lalu kami bertakbir kemudian beliau melanjutkan] separuh penghuni surga. Lalu kami
bertakbir.” (Al-Bukhari meriwayatkan tidak hanya di satu tempat, serta Muslim dan an-Nasa’i
didalam Tafsirnya dari berbagai jalan yang berasal dari al-A’masy.)

Imam Ahmad berkata dari ‘Aisyah, bahwa Nabi saw. bersabda : “Sesungguhnya kalian digiring
kepada Allah pada hari Kiamat dalam keadaan tanpa alas kaki, telanjang dan tidak berkhitan.”
`Aisyah bertanya: “YaRasulullah, laki-laki dan wanita akan saling memandang satu dengan yang
lainnya?” Beliau menjawab: “Hai `Aisyah, urusan di saat itu lebih dahsyat daripada memperhatikan
mereka.” (Ditakhrij di dalam ash-Shahihain).
Imam Ahmad meriwayatkan bahwa ‘Aisyah berkata: “Aku bertanya: `Ya Rasulullah, apakah seorang
kekasih akan mengingat kekasihnya pada hari Kiamat?’ Beliau menjawab: ‘Hai ‘Aisyah, adapun
ketika dalam tiga situasi, hal itu tidak mungkin. Ketika dalam timbangan, hingga berat atau ringan,
juga tidak. Ketika ditebarkannya kitab-kitab catatan, baik diberikan pada tangan kanannya atau
pada tangan kirinya, juga tidak. Sedangkan ketika leher keluar dari api neraka, lalu ia gulung dan
membantai mereka, lalu leher itu berkata: `Aku diserahkan untuk tiga orang, aku diserahkan untuk
tiga orang, aku diserahkan untuk tiga orang. Aku diserahkan kepada orang yang mengaku ilah lain
bersama Allah, aku diserahkan kepada orang yang tidak beriman kepada hari perhitungan dan aku
diserahkan kepada para raja sombong dan melampaui batas.’ Lalu, tergulunglah mereka dan
dilemparkan ke dalam lembah-lembah Jahannam. Sedangkan Jahannam memiliki jembatan yang
lebih halus daripada rambut dan lebih tajam daripada pedang serta di atasnya terdapat kalaaliib
(pengait-pengait) dan pohon-pohon berduri yang akan mengambil siapa yang dikehendaki oleh
Allah. Manusia di atasnya ada yang melewatinya seperti kilat, seperti kejapan mata, seperti angin,
seperti larinya kuda pacu dan kuda terbang. Mereka dan para Malaikat berkata: `Ya Rabbi,
selamatkanlah, selamatkanlah!’ Maka seorang muslim ada yang selamat, seorang muslim ada yang
dicabik-cabik dan terjerembab wajahnya di neraka.’”

Hadits-hadits dan atsat-atsar tentang huru-hara hari Kiamat cukup banyak dan memiliki tempat
lain untuk dibahas lebih lanjut. Untuk itu, Allah Ta’ala berfirman: inna zalzalatas saa’ati syai-un
‘adhiim (“Sesungguhnya kegoncangan hari Kiamat itu adalah suatu kejadian yang amat dahsyat,”)
yaitu urusan besar, pembicaraan agung, cerita mengerikan, peristiwa dahsyat dan kejadian
mengherankan.

Az-zilzal adalah sesuatu yang ketakutan dan kekagetan yang terjadi dalam jiwa. Sebagaimana Allah
Ta’ala berfirman: Hunaalikab tuliyal mu’minuuna wa zulziluu zilzaalan syadiidan (“Di situlah diuji
orang-orang mukmin dan digoncangkan hatinya dengan goncangan yang sangat.”) (QS. Al-
Ahzab:11).

Kemudian Allah Ta’ala berfirman: yauma taraunaHaa (“Dada hari kamu melihat kegoncangan itu,”)
ini termasuk dhamir sya’n (yang menggambarkan keadaan).Untuk itu Dia berfirman
menafsirkannya: tadzHalu kullu murdli’atin ‘ammaa ardla’at (“Lalailah semua wanita yang
menyusui anaknya dari anak yang disusuinya,”) yaitu kesibukannya terhadap huru-hara tersebut
membuatnya tidak melihat lagi manusia yang amat dicintainya. Padahal ia adalah termasuk
manusia yang paling lembut dan sangat perhatian terhadap kondisi anak yang disusuinya.

Untuk itu, Dia berfirman: kullum mur-dli’atin (“Semua wanita yang menyusui anaknya,”) dan tidak
mengatakan “mur-dli’in” (bentuk mudzakkar). Dia berfirman: ‘ammaa ardla’at (“Dari anak yang
disusuinya,”) yaitu dari anak yang disusuinya sebelum disapih.

Firman-Nya: wa tadla’u kullu dzaati hamlin hamlaHaa (“Dan gugurlah kandungan semua wanita
yang hamil,”) yaitu sebelum sempurna kehamilannya karena dahsyatnya huru-hara tersebut. Wa
taran naasa sukaaraa (“Dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk,”) dibaca “su”aaraa”, yaitu
disebabkan kedahsyatan urusan yang menjadikan akal-akal mereka goncang dan rasio-rasio
mereka lenyap. Barangsiapa yang melihat mereka, dia pasti mengira bahwa mereka dalam keadaan
mabuk;

Wa maa Hum bisukaaraa wa lakinna ‘adzaaballaaHi syadiid (“Padahal sebenarnya mereka tidak
mabuk, akan tetapi adzab Allah itu sangat keras.”)

Anda mungkin juga menyukai