Anda di halaman 1dari 13

TURUNNYA AL-QUR’AN

Allah menurunkan Al-Qur'an kepada Rasul Muhammad untuk


membimbing manusia. Turunnya Al-Qur'an pada lailatul qadr
memberitahu para malaikat tentang kemuliaan umat Muhammad.
Umat ini dimuliakan agar menjadi yang terbaik bagi manusia.
Turunnya Al-Qur'an secara bertahap mengejutkan orang dan
menghadirkan keraguan sebelum rahasia hikmah Ilahi dijelaskan.
Rasulullah tidak menerima risalah ini sekali jadi, tapi wahyu
berangsur-angsur menguatkan hatinya, relevan dengan peristiwa
sampai Allah menyempurnakan agama ini.
TURUNNYA AL QUR’AN
SEKALIGUS
"Sesungguhnya, kami menurunkan Al-Qur'an pada malam Lailatul Qadar." (Al-Qadar: 1) di atas sejalan,
karena malam yang diberkahi dalam bulan Ramadhan adalah Lailatul Qadr. Namun, tampilan zhahir
ayat-ayat itu bertentangan dengan realitas kehidupan Rasulullah, di mana Al-Qur'an diturunkan selama
dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini ulama terbagi menjadi dua a pokok:

Madzhab kedua, yang diriwayatkan oleh Asy-


Madzhab pertama menyatakan bahwa Al-Qur'an turun Sya'bi, menyatakan bahwa turunnya Al-Qur'an
secara bertahap selama dua puluh tiga tahun, dimulai saat dalam ketiga ayat di atas dimulai pada Lailatul
Nabi tinggal di Makkah selama tiga belas tahun, dan Qadr di bulan Ramadhan, malam yang diberkahi.
setelah hijrah, turun selama sepuluh tahun di Madinah Turunnya Al-Qur'an berlangsung secara bertahap
hingga wafatnya. Pandangan ini didasarkan pada pendapat selama sekitar dua puluh tiga tahun, sesuai
Ibnu Abbas dan ulama lainnya. dengan berbagai peristiwa yang mengiringinya.
Dengan demikian, Al-Qur'an hanya turun dalam
satu macam cara, yaitu secara bertahap.
TURUNNYA AL QUR’AN
SECARA BERTAHAP
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman
”Dan Al-Qur'an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam; dia dibawa turun oleh Ar-
Ruhul Amin (Jibril) ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara
orang- orang yang memberi peringatan; dengan bahasa Arab yang jelas." (Asy-Syu'ara: 192-195)
Dan firman-Nya,"Katakanlah (hai Muhammad); Ruhul Qudus (Jibril) telah menurunkan Al-Qur'an
dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan hati orang-orang yang telah beriman dan menjadi
petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri kepada Allah.“ (An-Nahl: 102)
"Kitab ini diturunkan dari Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Bijaksana." (Al-Jatsiah: 2)
Ayat-ayat di atas menjelaskan, bahwa Al-Qur'an Al-Karim itu adalahKalam Allah dengan lafazhnya yang berbahasa
Arab. Jibril telahmenurunkannya ke dalam hati Rasulullah. Yang dimaksud turunnya itudi sini bukanlah turunnya yang
pertama kali ke langit dunia. Tetapiturunnya Al-Qur'an secara bertahap. Karena itu diungkapkan dengan kata-kata tanzil
dalam ayat-ayat di atas bukan inzal. Ini menunjukkan bahwa turunnya itu secara bertahap dan berangsur-angsur. Ulama
bahasa. membedakan antara inzal dengan tanzil. Tanzil berarti turun secara berangsur-angsur sedang inzal menunjuk
pada makna turun secara umum.
Al-Qur'an turun secara berangsur-angsur selama dua puluh tiga. tahun; Tiga belas tahun di Makkah menurut pendapat
yang kuat, dan sepuluh tahun di Madinah. Penjelasan tentang turunnya secara berangsur- angsur itu terdapat dalam
firman Allah,
"Dan Al-Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan
kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian." (Al-Israa': 106)
Maksudnya, Kami telah menjadikan turunnya Al-Qur'an itu secara berangsur-angsur agar kamu membacakannya
kepada manusia secara perlahan dan benar, juga Kami menurunkannya sesuai dengan berbagai peristiwa dan kejadian.
Adapun Firman-nya,
"Dan orang-orang kafir berkata, Mengapa Al-Qur'an itu tidakditurunkan kepadanya sekali turun saja? Yang Demikian
supayaKami dapat meneguhkan hatimu dengannya dan Kami membaca-kannya secara tartil." (Al-Furqan: 32)
Dalam hal ini Allah memberi jawaban khusus, yaitu dengan menjelaskan hikmah mengapa Al-Qur'an
diturunkan secara bertahap dengan firman-Nya, "Demikianlah supaya Kami dapat meneguhkan
hatimu." Maksudnya, demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an secara bertahap dan terpisah-pisah
karena suatu hikmah, yaitu untuk meneguhkan hati Rasulullah. "Dan kami membacakannya secara
tartil." Maksudnya, Kami menurunkannya seayat demi seayat atau sebagian demi sebagian. Kami
menjelaskannya dengan sejelas mungkin, karena sesungguhnya cara penurunan bertahap yang sesuai
dengan peristiwa- peristiwa itu lebih dapat memudahkan hafalan dan pemahaman. Yang demikian
merupakan salah satu penyebab kemantapan hati.
Adapun Firman-nya,
"Dan orang-orang kafir berkata, Mengapa Al-Qur'an itu tidakditurunkan kepadanya sekali turun saja?
Yang Demikian supayaKami dapat meneguhkan hatimu dengannya dan Kami membaca-kannya secara
tartil." (Al-Furqan: 32)
Dalam hal ini Allah memberi jawaban khusus, yaitu dengan menjelaskan hikmah mengapa Al-Qur'an diturunkan
secara bertahap dengan firman-Nya, "Demikianlah supaya Kami dapat meneguhkan hatimu." Maksudnya,
demikianlah Kami menurunkan Al-Qur'an secara bertahap dan terpisah-pisah karena suatu hikmah, yaitu untuk
meneguhkan hati Rasulullah. "Dan kami membacakannya secara tartil." Maksudnya, Kami menurunkannya seayat
demi seayat atau sebagian demi sebagian. Kami menjelaskannya dengan sejelas mungkin, karena sesungguhnya
cara penurunan bertahap yang sesuai dengan peristiwa- peristiwa itu lebih dapat memudahkan hafalan dan
pemahaman. Yang demikian merupakan salah satu penyebab kemantapan hati.
HIKMAH TURUNNYA AL QUR’AN
SECARA BERTAHAP
1. Hikmah pertama; Meneguhkan hati Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Rasululllah telah menyampaikan dakwahnya kepada manusia, tetapi beliau meanghadapi satu kaum
yang memiliki sikap dan watak yang begitu keras. Beliau ditantang oleh orang-orang yang berhati
batu, berperangai kasar dan keras kepala. Mereka senantiasa menganggu dengan berbagai macam
gangguan dan kekerasan. Wahyu turun kepada Rasulullah dari waktu ke waktu sehingga dapat
meneguhkan hatinya terhadap kebenaran dan memperkokoh azamnya. untuk tetap melangkahkan
kaki di jalan dakwahnya tanpa ambil peduli. akan perlakuan jahil yang ia hadapinya dari
masyarakatnya sendiri, karenayang demikian itu hanyalah kabut di musim panas yang segera lenyap.
Kaum Rasulullah itu pada dasarnya, mendustakannya hanya karena kesombongan mereka. Di sini
beliau menemukan suatu "Sunnah Ilahi" dalam perjalanan para nabi sepanjang sejarah, yang dapat
menjadi hiburan. dan penerang baginya dalam menghadapi gangguan, cobaan dan sikap mereka
yang selalu mendustakan dan menolaknya.
"Sesungguhnya Kami telah mengetahui bahwasanya apa yang mereka katakan itu menyedihkan
hatimu. Janganlah bersedih hati, karena sebenarnya mereka bukan mendustakan kamu, tetapi
orang-orang yang zhalim itu mengingkari ayat-ayat Allah. Rasul-rasul sebelum kamu juga telah
didustakan, tetapi mereka bersabar terhadap pendustaan dan penganiayaan yang dilakukan
terhadap mereka, sampai datang pertolongan Kami kepada mereka." (Al-An'am: 33-34)
Al-Qur'an juga memerintahkan Rasul agar bersabar seperti para rasul sebelumnya,
"Maka bersabarlah kamu seperti bersabarnya para rasul yang memiliki ulul azmi." (Al-Ahqaf:
35)
Demikianlah, ayat-ayat Al-Qur'an itu turun kepada Rasulullah secara berkesinambungan sebagai
penghibur dan pendukung sehingga iatidak dirundung kesedihan dan dihinggapi rasa putus asa.
Di dalam kisah nabi itu terdapat teladan baginya. Dalam nasib yang menimpa orang-orang yang
mendustakan terdapat hiburan baginya. Dan dalam janjiakan memperoleh pertolongan Allah
terdapat berita gembira baginya.Setiap kali ia merasa sedih sesuai dengan sifat-sifat
kemanusiaannya,ayat-ayat penghibur pun datang berulang kali, sehingga hatinya mantapuntuk
melanjutkan dakwah, dan merasa tenteram dengan pertolongan Allah.
2. Hikmah kedua: Tantangan dan Mukjizat.

Orang-orang musyrik senantiasa dalam kesesatan. Mereka seringmengajukan pertanyaan-pertanyaan


dengan maksud melemahkan danmenantang, untuk menguji kenabian Rasulullah, mengajukan hal-hal
yang batil dan tidak masuk akal, seperti menanyakan tentang Hari Kiamat,
"Mereka menanyakan kepadamu tentang Kiamat." (Al-A'raf: 187); Minta disegerakannya adzab, "Dan
mereka meminta kepadamu agar adzab itu disegerakan." (Al-Hajj: 47) Maka turunlah Al-Qur'an untuk
menjelaskan kepada mereka suatu kebenaran dan jawaban yang amat tegas atas pertanyaan mereka itu,
misalnya firman Allah,

"Dan orang-orang kafir itu tidak datang kepadamu dengan membawa sesuatu yang ganjil, melainkan
Kami datangkan kepadamu sesuatu yang benar dan yang paling baik penjelasannya." (Al-Furqan: 33).

Maksudnya, setiap kali mereka datang kepadamu dengan pertanyaan-pertanyaan yang aneh-aneh, Kami
datangkan kepadamu jawaban yang benar dan lebih berbobot daripada pertanyaan-pertanyaan yang
merupakan contoh daripada kebatilan.
3. Hikmah ketiga: Memudahkan Hafalan dan Pemahamannnya.
Al-Qur'an Karim turun di tengah-tengah umat yang ummi, yang tidak pandai membaca dan menulis. Yang menjadi
catatan mereka adalah hafalan dan daya ingatnya. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tatacara penulisan
dan pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya, kemudian menghafal dan
memahaminya.

"Dialah yang mengutus kepada kaum yang ummi seorang rasul yang berasal dari antara mereka, yang membacakan
ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah.
Sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-jumu'ah: 2)

Juga firman-Nya,
"(Yaitu) orang-orang yang mengikuti Rasul, Nabi yang ummi..." (Al- A'raf: 157)

Umat yang buta huruf itu tidak akan mudah untuk menghafal seluruh Al-Qur'an, seandainya ia diturunkan sekaligus,
dan tidak mudah pula bagi mereka untuk memahami maknanya, dan merenungkan ayat-ayatnya. Jelasnya bahwa
turunya Al-Qur'an secara berangsur-angsur itu merupakan bantuan terbaik bagi mereka untuk menghafal dan
memahami ayat- ayatnya. Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segera. menghafalnya, merenungkan
maknanya dan mempelajari hukum- hukumnya. Tradisi demikian itu menjadi suatu metode pengajaran dalam
kehidupan para tabi'in.
4. Hikmah Keempat: Relevan dengan Peristiwa, dan Pentahapan dalam Penetapan
Hukum.

Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama. baru ini, jika Al-Qur'an tidak memberikan strategi jitu
yang dalam merekonstruksi kerusakan dan kerendahan martabat mereka. Setiap kali terjadi suatu peristiwa di tengah-
tengah mereka, maka turunlah hukum. mengenai peristiwa itu yang memberikan kejelasan statusnya, membimbing
mereka, dan meletakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka, sesuai dengan situasi dan kondisinya.

Yang demikian ini menjadi terapi mujarab bagi hati mereka.


Pada mulanya, Al-Qur'an meletakkan dasar-dasar keimanan kepada Allah, malaikat-malaikat Nya, kitab-kitabNya, rasul-
rasulNya dan Hari Kiamat serta apa yang ada pada Hari Kiamat itu seperti kebangkitan, hisab, balasan, surga dan neraka.
Untuk itu, Al-Qur'an memberikan bukti-bukti argumentatif sehingga akar-akar keyakinan keberhalaan tercabut dari
jiwaorang-orang musyrik, dan sebagai gantinya, akidah Islam bersemi..
5.Hikmah ke lima: Tanpa diragukan Al quran Al karim diturunkan dari sisi
yang maha bijaksana dan maha terpuji
Al-Qur'an yang turun secara berangsur-angsur kepada Rasulullah dalam waktu lebih dari dua puluh tahun
ini, ayat-ayatnya turun dalam waktu-waktu tertentu, orang-orang membacanya dan mengkajinya surat demi
surat. Ketika itu mereka mendapati rangkaiannya yang tersusun cermat sekali dengan makna yang saling
bertaut, dengan gaya redaksi yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat demi surat yang saling terjalin bagaikan
ontaian mutiara yang indah yang belum pernah ada bandinganya dalam perkataan manusia,

" Inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi dan dijelaskan secara terperinci, yang
diturunkan dari sisi Allah yang Maha Bijaksana dan Mahatahu ." (Hud: 1)
Faedah turunnya Al-Qur'an Secara Bertahap dalam
Pendidikan dan Pengajaran
Proses belajar mengajar itu berlandaskan dua asas: perhatian terhadap tingkat pemikiran siswa, pengembangan potensi
akal, jiwa dan jasmaniahnya dengan metode yang dapat membawanya ke arah kebaikan. dan keterbimbingan.

Dalam hikmah turunnya Al-Qur'an secara bertahap itu kita melihat adanya suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam
mengaplikasikan kedua asas tersebut seperti yang kami sebutkan tadi. Sebab turunnya Al- Qur'an itu telah meningkatkan
pendidikan umat islam secara bertahap dan bersifat alami untuk memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya,
membentuk kepribadian dan menyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh di atas pilar-pilar yang
kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia seluruhnyadengan izin Tuhannya.

pentingnya tahapan pendidikan dalam Islam, dengan turunnya ayat-ayat Al-Qur'an secara bertahap untuk mengajarkan
nilai-nilai hukum seperti riba, warisan, dan peperangan. Sistem belajar yang tidak memperhatikan tingkat pemikiran
siswa dianggap gagal, begitu pula guru yang tidak memberikan materi sesuai atau memperhatikan kebutuhan siswa.
Buku pelajaran yang tidak sistematis dan tidak relevan juga dianggap tidak memberikan manfaat. Petunjuk Ilahi dari
Al-Qur'an dianggap sebagai contoh terbaik dalam menyusun kurikulum, metode pengajaran, dan buku pelajaran.

Anda mungkin juga menyukai