Anda di halaman 1dari 10

I.

Pengertian Al Qur`an

Secara harfiyah, Al Qur`an yang berasal dari bahasa Arab, yang kata kerjanya
adalah qara`a - yaqra`u, yang berarti membaca.3 Jadi qur`an berarti bacaan. Pengertian
tersebut sesuai dengan firman Allah pada surah Al Qiyamah, ayat 17 dan 18 sebagai
berikut:4

Artinya: Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan


(membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai
membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.

Sejalan dengan pengertian di atas, Cyril Glasse dalam Ensiklopedi Islam


menyebutkan bahwa pada suatu malam di akhir Ramadhan tahun 610 Masehi saat itu,
Jibril datang kepada Nabi Muhammad saw menyampaikan wahyu pertama, yakni awal
surat Al `Alaq ayat 1 sampai dengan 5 sebagai berikut:5

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia


mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Al Qur`an disamping merupakan dasar dan sumber utama ajaran dalam Islam
selain al hadits/sunnah Nabi Muhammad saw, juga memberikan barakah baik bagi
mereka yang membaca maupun bagi pihak yang mendengarkannya.
Menurut Saidus Syahar, Al Qur`an secara tehnis (fiqh) berarti: ”Kitab Suci
Islam berasal dari wayu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad saw semasa
kenabiannya”.6 Sedangkan Nasruddin Razak mengatakan bahwa Al Qur`an itu adalah:
”Kalam Allah swt yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul terakhir Muhammad saw.,
sebagai mu`jizat, membacanya adalah ibadah”7 Kemudian Dr. H.A. Athaillah, M.Ag
dalam bukunya Sejarah Al Qur`an, mengutip pendapatnya Salim Muhsin dalam Tarikh
Al Qur`an Al Karim, Al Qur`an ialah:
Dari beberapa pengertian di atas dapatlah disimpulkan, bahwa Al Qur`an
adalah kalam Allah swt dalam bentuk bahasa Arab yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad saw, dengan perantaraan malaikat Jibril as. Dan selanjutnya dari Nabi
Muhammad saw disampaikan kepada para sahabat secara mutawatir. Bagi orang yang
membaca Al Qur`an tersebut akan diberikan pahala oleh Allah swt, karena membaca Al
Qur`an itu dianggap sebagai ibadah kepada Allah swt.
Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat difahami, bahwa kalam Allah swt
yang disampaikan kepada para Nabi dan Rasul terdahulu sebelum Nabi

Muhammad saw, tidaklah dapat dinamakan Al Qur`an. Seperti Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa as, atau Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as, atau Injil yang
diturunkan kepada nabi `Isa as. Begitu pula, kalam Allah swt yang diturunkan secara
langsung, tanpa melalui malaikat Jibril as kepada Nabi Muhammad saw, seperti Hadis
Qudsi tidak dapat dinamakan Al Qur`an. Dan membaca Hadis Qudsi tersebut tidak
termasuk dalam katagore ibadah.
II. Proses dan Cara Diturunkan Al Qur`an.

Al Qur`an diturunkan bersamaan dengan dinobatkannya Nabi Muhammad saw


sebagai Rasul Allah swt. Ketika itu, Rasulullah saw berusia 40 tahun. Ayat-ayat yang
pertama diturunkan oleh Allah swt tercantum pada surah Al `Alaq, sebagai berikut:

Artinya: Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah
menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang

Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia


mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat-ayat tersebut diturunkan pada hari Senin pada tanggal 17 Ramadhan atau 6
Agustus 610 Masehi, ketika Rasulullah saw sedang berkhalwat di Gua Hira. Namun
dalam bukunya Dr.H.A. Athaillah, M.Ag, peristiwa bersejarah ini terjadi pada malam
Senin tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari usia Nabi Muhammad saw atau 13 tahun
sebelum beliau berhijrah ke Madinah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 610 M.
Malam pertama kali Al
Qur`an diturunkan ini disebut oleh Al Qur`an sendiri dengan Lailat al Qadr (malam
kemuliaan) atau Lailat al Mubarakah (malam yang diberkahi). Masing- masing dari
bedua nama tersebut terdapat di surat Al Qadr ayat 1 dan surat ad Dukhan, ayat 3-4:

Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam


kemuliaan.

Artinya:
Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan
sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu
dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah,10

Bersamaan dengan diturunkannya Al Qur`an tersebut, telah terjadi kontak


senjata antara kaum muslimin dengan kaum kafir quraisy. Peristiwa itu diceritakan oleh
Allah dalam Al Qur`an pada surah Al Anfal, ayat 41 sebagai berikut:

Artinya:….jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa yang Kami turunkan
kepada hamba Kami (Muhammad) di hari Furqaan…Ketahuilah, sesungguhnya
apa saja yang dapat kamu peroleh sebagai rampasan perang, maka
sesungguhnya seperlima untuk Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim,
orang-orang miskin dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan
kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha Kuasa atas
segala sesuatu.

Sedang ayat Al Qur`an yang terakhir yang diturunkan oleh Allah swt adalah
ketika kepada Nabi Muhammad saw menunaikan ibadah haji wada’ di
`Aarafah. Saat itu, hari Jum`at tanggal 9 Zulhijah 10 H., atau bertepatan dengan bulan
Maret 632 M. Ayat tersebut tercantum dalam surat Al Ma`idah ayat 5 sebagai berikut:

Artinya: ….Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-
cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama
bagimu…

Diturunkannya Al Qur`an (wahyu Allah) kepada Nabi Muhammad saw melalui


malaikat Jibril as, untuk dijadikan sebagai pedoman hidup ummat manusia sepanjang
zaman. Oleh karena itu, sebagai kitab suci yang dijadikan sebagai pedoman hidup Al
Qur`an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah, baik informasi
tentang teknologi, etika, hukum, ekonomi, biologi, kedokteran dan lain sebagainya.
Adapun proses diturunkannya Al Qur`an (wahyu Allah) tersebut kepada Nabi
Muhammad saw adalah secara berangsur-angsur sesuai dengan firman Allah swt sebagai
berikut:

Artinya: Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan
kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).

Dari ayat di atas, dapat diketahui bahwa hikmah yang pertama diturunkannya
Al Qur`an itu tidak sekaligus atau secara berangsur-angsur adalah untuk memperkokoh
ketahanan mental atau memperkuat hati Nabi Muhammad saw. Itulah sebabnya, ayat-ayat
Al Qur`an atau surat-surat yang diturunkan tidak sama jumlah dan panjang pendeknya,
terkadang dalam satu rumah itu diturunkan sekaligus secara penuh dan terkadang hanya
sebagian saja. Surat- surat pendek (qishar) yang diturunkan sekaligus secara penuh,
antara lain al Fatihah, al Ikhlash, al Kaustar, al Lahab, al Bayyinah, dan an Nashr.
Adapun surat-surat panjang (thiwal) yang diturunkan sekaligus secara penuh, antara lain
surat al Mursalat. Surat-surat yang yang tidak diturunkan sekaligus secara penuh
bervariasi pula, ada yang hanya lima ayat atau lebih, dan ada pula yang hanya sepuluh
ayat atau lebih, dan ada pula yang hanya diturunkan sebagian saja dari sepotong ayat.11
Salah satu contoh, ayat 28 dari surah al Taubah yang diturunkan tidak sekaligus.
Artinya, ayat itu diturunkan secara bertahap. Seperti surah al Mu`minun, dari 118
ayatnya, diantaranya ada yang diturunkan sekaligus 10 ayat,
yakni dari ayat 11 sampai ayat 21 yang menerangkan tentang kesucian `Aisyah
dari tuduhan berzina oleh orang-orang munafik. Ada contoh lain yang satu ayat, tapi
diturunkan sebagian-sebagian saja, dan sebagian yang lainnya diturunkan belakangan.
Seperti antara lain, ayat 65 dari surah an Nisa, ayat 28 dari surah al Taubah.12
Hikmah kedua dari diturunkannya Al Qur`an secara berangsur-angsur tersebut
adalah untuk memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk menyimak,
mempelajari, memahami dan menghafal Al Qur`an. Sedang hikmah yang ketiga adalah
agar setiap ayat yang diturunkan sesuai dengan situasi, kondisi dan perkembangan
masyarakat muslim saat itu, sehingga ajaran–ajaran dan perubahan-perubahan yang
dibawanya tidak menimbulkan rasa anti pati dan kegoncangan dalam masyarakat Islam
yang baru tumbuh.13 Sebab kalau diturunkan sekaligus, akan menyulitkan dalam
penghafalan, penulisan, penghayatan dan pengamalannya.
Selanjutnya, mengenai proses turunnya Al Qur`an melalui beberapa macam
cara, antara lain:
1. Malaikat Jibril datang menampakkan dirinya seperti seorang laki-laki kemudian
membacakan firman Allah swt dan Nabi Muhammad saw langsung menangkap dan
memahami bacaan itu dengan baik serta menghafalnya dengan sempurna.
2. Dalam bentuk bunyi seperti suara genta (gemerincing lonceng, pen.), namun dapat
ditangkap maksudnya dengan baik oleh Rasulullah saw.

3. Malaikat Jibril menampakkan dirinya dalam rupa yang asli, sebagaimana


diungkapkan dalam surah al Najm ayat 13-14 sebagai berikut:

Artinya: Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang
asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha.

4. Nabi saw menerima wahyu dengan tanpa melihat sesuatu pun, namun beliau
merasakan bahwa wahyu sudah berada dalam qalbunya, sebagaimana disebutkan
dalam Al Qur`an pada surah al Syura ayat 51 sebagai berikut:14

Artinya: Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata
dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan
kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia
Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.

Al Qur`an yang dibagi dalam 30 juz, terdiri dari 6326 ayat atau 114 surah, 74437 kalimat
atau 325345 huruf itu diturunkan dalam dua periode: Makkah dan Madinah,
dengan kurun waktu 22 tahun 2 bulan 22 hari terhitung mulai tanggal 17
Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi saw sampai dengan turunnya ayat
yang terakhir tanggal 9 Zulhijah tahun ke 63 dari usia Nabi Muhammad saw.
Surah atau ayat yang diturunkan di Mekkah disebut dengan surah atau ayat
Makkiyah, Sedang surah atau ayat yang diturunkan di Madinah disebut dengan
surah atau ayat Madaniyah.

III. Kedudukan Al Qur`an sebagai Sumber Hukum Islam

Berbicara tentang sumber hukum Islam, pada ulama sepakat bahwa Al Qur`an menempati
urutan yang pertama dan utama, setelah Al Qur`an adalah Al Hadis yang kemudian
disusul dengan ijma` dan qiyas. Saidus Syahar menyebutkan bahwa sumber-sumber
syari`at dapat dibagi dalam dua bagian, yaitu sumber utama dan deduction atau
kesimpulan. Sumber utama adalah wahyu, yang dapat dibagi kepada wahyu langsung (Al
Qur`an) dan wahyu tidak langsung (sunnah). Sedangkan deduction atau kesimpulan yang
ditarik dari wahyu juga terbagi kepada:
1. Qiyas (analogi), yakni penarikan kesimpulan seseorang mujtahid.

2. Ijma` (persamaan pendapat dari beberapa mujtahid)

3. Dan lain-lain.20

Dalam sebuah riwayat, terjadi dialog antara Rasulullah saw dengan sahabatnya
yang bernama Mu`az bin Jabal sebelum mengutusnya untuk menjadi Gubernur di negeri
Yaman, yang dikenal dengan hadis Mu`az bin Jabal sebagai berikut:
‫ أﻗضﻰ ﺑﻜﺘﺎب اﷲ فإن ﻟﻢ أجﺪ فﺒسﻨﺔ رﺳﻮل‬:‫كﻴﻒ ﺗﻘضﻰ إذا ﻋﺮض ﻟك ﻗضﺎء؟ ﻗﺎل ﻣﻌﺎذ‬
‫اﷲ فإن ﻟﻢ أجﺪ أجﺘهﺪ ﺑﺮأيﻰ‬

Artinya: Bagaimana engkau akan memutuskan hukum jika disodorkan perkara


kepadamu? Mu`az menjawab, “Saya akan memutuskan perkara itu sesuai
dengan hukum Al Qur`an (Kitabullah). Apabila aku tidak jumpai di dalam
Kitabullah, aku akan memutuskan dengan Sunnah Rasulullah, jika tidak ada
di dalam Sunnah Rasulullah, saya akan melakukan ijtihad dengan
kemampuanku”.21

Jika ditinjau dari segi kekuatannya, sumber hukum tersebut dapat digolongkan atas
sumber yang disepakati dan sumber yang tidak disepakati oleh para ulama. Sumber
hukum yang disepakati oleh ulama sebagai sumber utama ajaran Islam adalah Al Qur`an
dan Al Sunnah/Hadis.
Sebagaimana telah dikemukakan di atas, para ulama sepakat bahwa Al Qur`an
adalah sumber hukum Islam yang pertama dan utama. Pada umumnya isi kandungan Al
Qur`an bersifat kully, umum atau global dalam mengemukakan satu persoalan. Itulah
sebabnya Al Qur`an memerlukan interpritasi sebagai upaya untuk mencari ayat yang
sifatnya kully, umum atau global tersebut. Untuk merinci kandungan Al Qur`an
diperlukan hadis Nabi saw, sebab tanpa adanya hadis Nabi tersebut, banyak ayat Al
Qur`an yang sulit dipahami secara jelas. Karena itulah hadis-hadis berfungsi untuk
memberikan penjelasan atau menafsirkan (hadis tafsir) terhadap ayat-ayat yang bersifat
global tersebut. Karena hadis-hadis Nabi saw juga jumlahnya terbatas, maka dianjurkan
kepada para ulama yang mempunyai kemampuan ijtihad untuk menafsirkan Al Qur`an,
agar kandungan Al Qur`an dapat dipahami secara utuh.
Kecuali hal-hal yang bersifat kully, umum atau global, Al Qur`an sebagai
sumber pokok ajaran Islam juga menjelaskan secara rinci atau mendetail terhadap hal-hal
yang berhubungan dengan aqidah, kewarisan, cara menyatakan li`an antara suami istri,
beberapa macam hukum jarimah hudud dan wanita-wanita yang dilarang dikawin.22
Sedang menurut Drs. Hasbullah Bakry, hukum-hukum yang ada dalam Al Qur`an pada
pokoknya terbagi dua macam, yaitu:

a. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan manusia terhadap Tuhannya,


Hubungan tersebut ialah menyangkut tatacara peribadatan seperti shalat, puasa dan
lain-lain.
b. Hukum-hukum yang mengatur bagaimana hubungan antar sesama manusia.
Hukum-hukum yang dimaksud disebut dengan hukum mu`amalat. Hukum Al
Qur`an yang mengatur tentang mu`amalat tersebut terdiri dari 4 empat macam,
yaitu:
1) Yang berhubungan dengan masalah rumah tangga seperti perkawinan,
perceraian, pembagian harta peninggalan dan lain-lain.
2) Yang berhubungan dengan jihad seperti hukum berperang, syarat wajib
berperang, urusan tawanan, hal-hal kesopanan dalam berperang, dan pembagian
harta rampasan.
3) Yang berhubungan dengan mu`amalat perdagangan seperti jual beli, sewa-
menyewa dan lain-lain.
4) Yang berhubungan dengan hukuman terhadap tindak kejahatan seperti qishas
dan hudud.23
IV. Perbedaan Pemahaman tentang turunnya Al Qur`an

Sebagaimana telah diuraikan terdahulu, bahwa Al Qur`an itu diturunkan kepada


Nabi Muhammad saw oleh Allah swt melalui malaikat Jibril as secara berangsur-angsur
atau bertahap, tidak sekaligus. Sehingga masa atau waktu turunnya Al Qur`an itu dari
ayat yang pertama sampai dengan ayat terakhir dalam kurun waktu 22 tahun 2 bulan
22 hari sebagaimana telah disebutkan di
atas. Namun menurut sementara ulama sebagaimana yang dikutip oleh Dr. H.A
Athaillah, M.Ag, bahwa Al Qur`an tersebut diturunkan dalam tiga tahapan: (1)
Diturunkan ke Lauh Mahfuzh. (2) Ke Bait al `Izzah di langit dunia dan yang ke (3) (baru)
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw secara berangsur-angsur sesuai dengan
keperluan yang ada dan kasus-kasus yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw dan kaum
muslimin. Al Zarkasi dalam kitabnya al Burhan fi ’ulum al Qur`an, dan Ibnu Jahar
dalam ktabnya Fath al Bari menyatakan bahwa penadapat tersebut adalah pendapat yang
benar dan diperpegangi oleh mayoritas `ulama.
Sedangkan Dr. Muhammad Subhi Shalih dalam kitabnya Mabahis fi

`Ulum al Qur`an menolak pendapat tersebut dengan alasan-alasan sebagai berikut:


1. Keshahihan sanad yang dijadikan dasar belum cukup menjadi dasar untuk wajib
dipercayai, kecuali jika sanad-sanad tersebut sudah mutawatir.
2. Al Qur`an sendiri tidak pernah menyebutkan tentang adanya tahapan- tahapan
tersebut, kecuali hanya sebagaimana dimaksud pada surah al Furqan ayat 32 tersebut
di atas.
V.

Anda mungkin juga menyukai