Disusun Oleh :
Fazriansyah
Nur Hikmatul Aulia
A. LATAR BELAKANG
Oleh sebab itu di dalam makalah ini akan kita bahas tentang sejarah
turunnya Al-Qur’an dan proses pembukuan serta pembakuan Al-qur’an. Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah pengetahuan bagi para
pembaca.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
Maksud dari Al – Qur’an yang turun sekaligus ialah turnnya Al- Qur’an
di dunia Baitul ‘Izzah ( langit dunia ) pada malam lailatul Qadar. Seperti yang
difirmankan Allah pada surat Al-Qadr ayat 1 : “Sesungguhnya kami telah
menurunkanya (Al- Qur’an ) pada malam kemulian” (QS. Al Qadr :1)
Ibnu Abbas berpendapat, bahwa “turunnya Alqur’an sekaligus ialah turunnya Al-
Qur’an ke Baitul Izzah dilangit dunia untuk menununjukkan kepada para malaikat
Nya bahwa betapa besar masalah ini.
Menurut Ibnu Abbas , “Al – Qur’an di turunkan pda lailatul qadr pada buan
Ramadhan kelangit dunia sekaligus; lalu di turunkan secara berangsur. Adapun
mengenai tanggal turunnya, dalam Al- Qur’an tidak di sebutkan secara jelas,
melainkan dikatakan bahwa Al – Qur’an itu diturunkaN pada yaumul furqan, yang
bertepatan dengan hari bertemunya dua pasukan di medan perang.
Allah berfirman :“…….jika betul – betul kamu beriman kepada Allah dan
kepada apa yang Kami turunkan kepada hamba kami Muhammad, pada yaumul
furqan, yaitu hari bertemunya dua pasukan”(Q.S Al – Anfal: 41). Kemudian
disebutkan oleh Al- Qur’an dalam ayat tersebut bahwa yaumul furqan itu
bersamaan jatuhnya dengan hari bertemunya dua golongan atau pasukan, yaitu
pasukan kaum muslimin dan pasukan musuh pada peristiwa perang Badar. Oleh
karena Al – Qur’an menyebutkan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada hari atau
tanggal yang sama dengan hari turunya Al – Qur’an pertama kali, yaitu Yaumul
Furqan. Turunnya seluruh ayat – ayat Al – Qur’an itu memakan waktu selama 22
tahun, 2 bulan, 22 hari. (ini menurut perhitungan ustaz Al – Khudhari dalam
bukunya “ Tarikhut – Tasyri “ ). Masa tersebut terbadi menjadi dua periode, yaitu;
Wahyu yang pertama tama di terima oleh Nabi ialah ayat 1 s/d 5 surah Al –
alaq, pada waktu Nabi sedang berada di gua Hira’. Sedang wahyu yanga terakhir
yang di terima Nabi adalah surat Al – maidah :3 pada waktu Nabi sedang berwukuf
di Arafah melakukan haji wada’ pada tanggal 9 Dzul Hijjah tahun kesepuluh
Hijriyah 7 maret 632 M.
kedua bibir dan lidahnya untuk membaca qur`an, ketika itu Jibril belum selesai
mengatakan wahyu tersebut, hanya demi dapat menghafal, hingga Nabi mendapat
semua surah.
Al-Qur’an atau tulisan Al-Qur’an ketika itu tidaklah memiliki titik ( huruf
Ba misalnya tidak ada titik dibawahnya dan begitu pula tidak memiliki
syakal:dhommah, fathah dan kasroh). Al-Qur’an yang yang ada pada kita sekarang
ini dengan huruf-huruf yang sudah ada titik ataupun sudah diberi harakat tentulah
sudah mengalami beberapa fase. Dan tentunya juhud (kesungguhan) para sahabat,
tabi’in dan ulama sesudahnya patut diacungin jempol. Karena dari merekalah
warisan Al-Qur’an tetap terjaga, mereka memegang amanah dan bahkan sangat
memudahkan kita saat ini untuk membaca dan memperolehnya di mana saja.
Pengumpulan Al-Qur’an dalam satu mushaf setidaknya memiliki tiga fase,
orang banyak dengan tekun dan tenang, sehingga mereka dapat membcanya dengan
baik, menghafal lafal-lafalnya, dan mampu memahami arti dan makna serta rahsia-
rahasinya.
Para sahabat saat itu memiliki kemampuan menghafal yang sangat baik
sehingga hanya sebagian dari mereka yang menulis Al-qur’an, karena pada saat itu
kebanyakan dari para sahabat tidak bisa membaca dan menulis, disamping itu alat-
alat tulis waktu itu sulit ditemukan, belum ada kertas dan pena. Sehingga pada saat
itu Al-qur’an ditulis di pelepah kurma, kepingan batu, kulit binatang atau tulang
binatang. Rasulullah menyuruh Zaid bin Tsabit untuk menulisnya agar mudah
dihafal karena Zaid merupakan orang yang paling berpotensi dengan penulisan,
sebagian dari mereka dengan sendirinya menulis teks Al-qur’an untuk di milikinya
sendiri diantara sahabat tadi. meskipun al-qur’an sudah tertuliskan pada masa
rasulullah tapi al-qur’an masih berserakan tidak terkumpul menjadi satu mushaf,
Pada saat itu memang sengaja dibentuk dengan hafalan yang tertanam didalam dada
para sahat dan penulisan teks Al-Qur’an yang di lakukan oleh para sahabat. Dan
wahyu yang akan turun selanjutnya, dan sebagian ayat-ayat Al-Qur’an ada yang
dimansukh oleh ayat yang lain, jika umpama Al-Qur’an segera dibukukan pada
masa rasulullah, tentunya ada perubahan ketika ada ayat yang turun lagi atau ada
Setelah Nabi wafat dan Abu Bakar di pilih sebagai khalifah, terjadilah
gerakan pembangkangan membayar zakat dan gerakan keluar dari agama islam di
khalifah Abu Bakar menindak para gerakan tersebut dengan mengirimkan pasukan
di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Terjadilah peperangan yang tidak bisa di
hindarkan lagi hingga menimbulkan banyak korban dari tentara muslim sendiri
yang mana diantara mereka terdapat 70 sahabat yang hafidz qur`an terbunuh
sebagai syuhada`.
kepada khalifah agar segera menghimpun ayat-ayat al-qur`an dalam satu mushaf,
karena umar khawatir kehilangan sebagian Al-Qur`an dengan wafatnya para hafidz
qur`an yang Mati syuhada`. Ide umar pun akhirnya di setujui oleh para dewan
setelah mengadakan diskusi. Saat itulah khalifah mengutus Zaid bin Tsabit agar
segera mengumpulkan semua ayat-ayat suci Al-Qur`an yang pernah di tulis dan di
masih hidup dan ada di tengah sahabat. Sehingga setiap ada permasalahan para
sahabat langsung bertanya kepada Nabi Saw. Begitu pula Nabi yang ketika itu
Sebab utama Al-Qur’an belum disatukan menjadi satu buku utuh di masa
Nabi, disebabkan wahyu belum terputus. Dan belum merasa perlu dibukukan
Qari ini menjadi sebab pula keharusan pembentukan komisi pengumpul Al-Qur’an
secepat mungkin. Karena pembukuan A-Qur’an ini harus didasarkan pada hafalan
karena dunia
dibantu 25 orang sahabat lainnya, maka bekerjalah tim ini dengan menggunakan
metode yaitu:
Pada saat pemerintahan khalifah Usman bin Affan, mulai terjadi banyak
kejanggalan dan perbedaan bacaan dalam Al-Qur`an di kalangan umat islam yang
membuat kkhalifah Usman bin Affan sendiri semakin cemas, hingga Hudzaifah
dan jika masih ada saja perbedaan dalam bacaannya, di usahakan masih dalam
turunkan dengan memakai tujuh dialek bahasa arab yang hidup pada waktu itu.
Setelah adanya musyawarah antara khalifah dan sahabat lainnya, maka sang
penyalinan ulang lembaran-lembaran yang sudah ada , yaitu Mushaf Abu Bakar
dengan menyempurnakan bacaan pada satu huruf saja (satu qira’ah saja).Dengan
demikian mulailah pencatatan Al-Qur’an untuk kedua kalinya di era pemerintahan
kesepakatan ini adalah membukukan mushaf baru dari contoh mushaf yang ada,
penulisannya hanya menggunakan satu bentuk bacaan saja. Mushaf ini tidak saja
dibukukan dalam satu buku, namun beberapa buah yang akan disebar ke setiap
golongan, yaitu dari kalangan Quraisy, yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit dan dari
Dalam satu riwayat hanya terdapat 9 nama dalam tim yang berjumlah 12
orang yaitu:
1) Berpegang teguh pada mushaf Qur’an yang sudah ada, yaitu Mushaf Abu
khalifah.
Qur’an, hafalan atau apa saja yang memudahkan proses pencatatan Qur’an ini agar
Quraisy.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Ditinjau dari segi kebahasaan, Al-Qur’an berasal dari bahasa Arab yang
berarti "bacaan" atau "sesuatu yang dibaca berulang-ulang". Kata Al-Qur’an adalah
bentuk kata benda (masdar) dari kata kerja qara'a yang artinya membaca.Al-Qur'an
adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW penutup para Nabi dan Rasul, dengan perantaraanMalaikat Jibril a.s. dan
ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita
secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang
dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas.
Pada zaman Abu Bakar r.a Al-qur’an mulai ditulis dan dikumpulkan. Hal
ini disebabkan karena banyaknya para penghafal Al-qur’an yang gugur pada saat
perang,
DAFTAR PUSTAKA
Al- Qaththan, Manna’. 2006. Pengantar Studi Ilmu Al – Qur’an, :Pustaka Al-
Kautsar,
AW, Liliek Chana, dkk. 2014. Ulum Al- Qur’an dan Pembelajarannya, Surabaya :
Kopertais IV Press
Gufron, Muhammad, dkk. 2013.Ulumul Qur’an, Yogyakarta : Teras
Hakim, M Fikri , dkk. 2014.Membumikan Al- Qur’an, Kediri : Lirboyo press
Syadali, Ahmad, dkk. 2000.Ulumul Quran, Bandung : Pustaka Setia
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. Surabaya. Dunia Ilmu. 1998