Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Turun dan Pemeliharaan Al-Qur'an

Nama Kelompok : 1. Annisa Dwi Lestari


2. Wardani
Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Nama Dosen : Ahmad Bahauddin, AM.

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM


UIN RADEN FATAH PALEMBANG
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern banyak ditemui permasalahan
mengenai sejarah turunnya dan pemeliharaan Al-Qur’an sehingga perlu dikaji mengenai sejarah
dan bagaimana cara pemeliharaan Al-qur’an,Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafadz dan maknanya.
Pada zaman Rasulallah ayat Al-qur’an tidak dikumpulkan atau dibukukan seperti sekarang.
Namun disebabkan beberapa faktor, maka ayat al-qur’an mulai dibukukan atau dikumpulkan
didalam satu mushaf. Pengumpulan Al-qur’an pada masa Nabi hanya dilakukan paa dua cara
yaitu dituliskan melalui benda-benda seperti yang terbuat dari kulit binatang, batu yang tipis,
plepah krma, tulang binatang, dan lain-lain.
Pemeliharaan ayat-ayat Al-qur’an juga dilakukan melalui hafalan baik oleh Rasulallah
maupun oleh sahabat-sahabat beliau. Umat Islam diseluruh dunia meyakini bahwa Al-qur’an
seperti yang ada pada kita sekarang ini adalah otentik dari Allah SWT melalui Rasulallah SAW.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian nuzulul Qur’an?


2. Bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an?
3. Bagaimana tahapan turunnya Al-Qur’an?
4. Bagaimana cara pemeliharaan Al-Qur’an dari masa ke masa?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian nuzulul Qur’an


Dari segi bahasa nuzul (‫ ) نزول‬berasal dari kata nazala (‫ )نزل‬yang berarti turun. Sedangkan
nuzulul adalah penerimaan Al-Qur’an oleh rosulullah. Diungkapkan turunnya Al-Quran kepada
Beliau itu memberikan pengertian turun dari atas ke bawah atau dari lauhul mahfudz ke bumi
melalalui malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Demikian itu karena ketinggian
kedudukan Al-Quran dan besarnnya ajaran-ajarannya yang dapat mengubah perjalanan hidup
manusia mendatang serta menyambung langit dan bumi,serta dunia dan akhirat.

B. Sejarah turunnya Al-Quran


Pada saat Al-quran diturunkan di dunia ini sudah terdapat banyak agama dan kitab
keagamaan yang dianggap suci oleh para pengikutnya. Banyak orang arab yang condong ke
agama Kristen. Dan diantara mereka ada juga yang memeluk agama yahudi. Dengan adanya
kitab-kitab yang dianggap suci oleh para pengikutnya Alqur’an turun dengan alasan: pertama

Nabi Isa (dengan kitab injilnya) hanya di utus untuk kaum tertentu, yaitu Bani Israil
seperti dalam Al-Qur’an ayat 49 surah Ali Imran (3) yang berbunyi:
Yang artinya: "Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka):
'Sesungguhnya, aku (Isa) telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) dari
Rabb-mu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seijin Allah; dan aku menyembuhkan orang
yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang
mati dengan seijin Allah; dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang
kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya, pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman'." – (QS.3:49)
Kedua, kitab weda adalah kitab untuk suatu golongan saja. Diantara pengikut weda, maka
membaca kitab weda itu menjadi hak yang khusus bagi kasta yang tinggi saja, tidak untuk kasta
yang lain. Agama Kong HuCu dan Zarathustra (di Persia) tidak berusaha untuk mengajarkan
ajaran-ajarannya ke seluruh dunia . orang hindu menganggap negeri india sebagai negeri pilihan
dari Tuhannya. Begitupun agama Kong HuCu menganggap Tiongkok satu-satunya kerajaan
Tuhan.
Dari keterangan pada alasan pertama dan kedua dapat di tarik kesimpulan Tuhan itu banyak
karena setiap agama mengakui punya tuhan sendiri. Ini bertentangan dengan kenyataan bahwa
alam yang satu ini tentu hanya di kuasai oleh Tuhan Yang Esa, bukan Tuhan yang banyak.[2]
Namun pada abad ke-5 dan abad ke-6 masehi, agama samawi terakhir, yaitu agama yang
meng-Esa-kan Allah, agama tauhid yang kitab sucinya injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa
AS, telah dalam keadaan rusak. Kitab sucinya telah rusak, dengan di ubah-ubah isinya, oleh para
pendeta Kristen tidak jauh setelah Nabi Isa wafat.
Itulah alasan mengapa Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman bagi seluruh umat
manusia dalam menjalani kehidupan mereka di dunia ini.
Alasan makkah menjadi tempat penurunan alquran adalah pada waktu itu masyarakat makkah
belu banyak di sentuh peradaban. Mereka juga belum mengenal kemunafikan, dan mereka keras
kepala, serta ucapan atau lidah mereka tajam seperti disebutkan dalam surah Al- Ahzab (33:19)
Yang artinya:” Mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka
itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena
akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam
sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus
amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.”

Disamping itu ada hal lain yang menjadi penentu yaitu suku yang paling berpengaruh di
makkah adalah suku Quraisy suku yang bahasa atau dialeknya sangat indah dan dominan.
Dialeknya juga mudah jelas dan halus, serta berbeda dengan dialek suku-suku ara yang lain,
karena mereka menyarap bahasa (kosa kata, struktur, dan kalimat yang indah) dari para
pendatang yang berkunjung ke makkah. Apalagi pada waktu itu kepandaian bersyair, berpuisi,
berpidato yang indah- indah sering dan biasa secara berkala di perlombakan di makkah.
Di kota makkah pada saat itu ada dua keluarga besar suku Quraisy yaitu keluarga Hasyim
dan Umayyah. Dua keluarga ini meskipun satu keturunan tetapi mempunyai banyak perbedaan
karakter dan sifat. Diantaranya , keluarga Hasyim di kenal Gagah, budiman, sangat beragama
sedangkan keluarga Umayyah di kenal sebagai pekerja yang ambisius tetapi tidak gagah. Maka,
dari keluarga mana di makkah itu yang patut dipilih untuk tugas kenabian, ya tentu saja dari
keluarga Hasyim, dan dari keluarga ini yang terpilih adalah Muhammad bin Abdillah. Beliau
bukan saja gagah, simpatik dan berwibawa, malah juga memiliki budi pekerti yang luhur. Hal ini
seperti di sebutkan dalam Al-Qur’an surah Ibrahim (14:4). Yang berbunyi:
(4) ‫ضلُّ هَّللا ُ َم ْن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي َم ْن يَ َشا ُء َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم‬ ِ ‫َو َما َأرْ َس ْلنَا ِم ْن َرسُو ٍل ِإاَّل بِلِ َس‬
ِ ُ‫ان قَوْ ِم ِه لِيُبَيِّنَ لَهُ ْم فَي‬
Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat
memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 14:4).

C. Tahapan turunnya Al-Qur’an


Dewasa ini setiap tanggal 17 bulan ramadhan umat islam memperingati hari atau malam
nuzulul qur’an atau turunnya Al-Qur’an. Ungkapan ini seakan akan mengisyaratkan bahwa Al-
Qur’an turun secara utuh padahal Ai-Qur’an asli nya turun secara berangsur – angsur selama
masa 23 tahun; 13 tahun di Makkah, dan 10 tahun di Madinah . berangsur-angsur artinya, tidak
secara utuh satu Al-Qur’an melainkan sedikit-sedikit. Dalam hal ini ada wahyu turun yang
menyampaikan satu surah utuh, seperti surah Al-Fatihah(1) atau surah-surah pendek lain ada
yang berupa beberapa ayat, seperi wahyu pertama yang menurunkan ayat pertama sampai ayat ke
lima surah Al-Alaq(96), dan ada pula yang hanya merupakan bagian dari satu ayat, seperti
wahyu terahir yang merupakan bagian dari ayat 3 surah Al-Maidah(5).

Para ulama ahli Al-Qur’an menyatakan bahwa ada beberapa sebab dan juga merupakan
hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur.
1. Agar lebih mudah di fahami dan di laksanakan, dalam hal ini Allah SWT menegaskan dalam
surah al israa (17:106) yang berbunyi:

‫ث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِزياًل‬ ِ َّ‫َوقُرْ آنًا فَ َر ْقنَاهُ ِلتَ ْق َرَأهُ َعلَى الن‬
ٍ ‫اس َعلَ ٰى ُم ْك‬

Artinya :” Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian.”
2. Memudahkan menghafalnya
3. Turunnya suatu ayat banyak berkaitan dengan adanya suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi.
Seperti dalam FirmanNya surah Ali Imran(3:128)
4. Diantara ayat-ayat itu banyak yang merupakan jawaban dari suatu pertanyaan, penolakan
terhadap suatu pendapat atau adanya suatu kejadian misalnya: setelah turun surah At-Taubah
(9:28)
‫ا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال ُم ْش ِر ُكونَ نَ َجسٌ فَال يَ ْق َربُوا ْال َمس ِْج َد ْال َح َرا َم بَ ْع َد عَا ِم ِه ْم هَ َذا‬
Yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu
najis, karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam setelah tahun ini.
kemudian Allah menurunkan sambungan ayat (9:28)
‫وَِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َع ْيلَةً فَ َسوْ فَ يُ ْغنِي ُك ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه ِإ ْن َشا َء ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َح ِكيم‬
Yang artinya : Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang),
maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.

5. Ada ayat-ayat yang turun berupa teguran kepada nabi sebagai akibat sikap atu tindakan nabi
s.a.w yang tidak patut sebagai utusan Allah.
6. Ada ayat yang turun scara spontan, contoh: surah Al-Israa (17:85)

‫وح ۖقُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن َأ ْم ِر َربِّي َو َما ُأوتِيتُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم ِإاَّل قَلِياًل‬ َ َ‫َويَ ْسَألُون‬
ِ ُّ‫ك َع ِن الر‬

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".

Ada beberapa keadaan Rosulullah ketika wahyu di turunkan Allah melalui malaikat Jibril
diantaranya:
1. Malaikat memasukkan wahyu ke sanubarinya,dalam hal ini Nabi tidak melihat suatu apapun
hanya saja merasa bahwa wahyu itu sedang berada dalam kalbunya surah As-Syuraa (42:51).
2. Malaikat jibril menampakkan diri sebagai seorang laki-laki di hadapan Nabi s.a.w
3. Wahyu dating kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng.
4. Malaikat menampakkan wujud aslinya, hal ini hanya nabi yang tahu. Disebutkan dalam Al-
Qur’an surah An- Najm (53:13,14).

D. Pemeliharaan Al-Qur’an

1. Pemeliharaan Al-qur’an Dimasa Nabi Muhammad SAW


Al-qur’an Al-karim turun kepada Nabi yang ummi (tidak bisa baca tulis). Karena itu
perhatian Nabi hanyalah dituangkan untuk sekedar menghafal dan menghayati, agar ia dapat
menguasai Al-qur’an yang diturunkan. Setelah ia membacakannya kepada orang-orang dengan
berita terang agar mereka pun dapat menghafalnya serta memantapkannya. Yang jelas bahwa
Nabi adalah seorang yang ummi dan diutus Allah dikalangan orang-orang yang ummi pula.
Allah berfirman :
Artinya : ” Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang rosul diantara mereka
yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dengan mengajarkan
kepada mereka kitab dan hikmah.”
Bangsa Arab pada saat itu belum yang dapat membaca dan menulis, namun pada
umumnya mereka memiliki daya ingatan yang sangat kuat. Pada setiap kali Rasullallah SAW
menerima wahyu yang berupa ayat-ayat Al-qur’an beliau membacanya didepan para sahabat
kemudian para sahabat menghafalkan ayat-ayat tersebut sampai hafal diluar kepala. Namun
kemudian beliau menyuruh Kuttab (penulis wahyu) untuk menuliskan ayat-ayat yang baru
diterimanya itu. Mereka yang termasyhur adalah :
1. Abu Bakar As-Siddiq
2. Umar bin Khattab
3. Usman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib
5. Ubay bin Ka’ab bin Qays
6. Zayd bin Tsabit
7. Az-Zubayr bin Awwam
8. Mu’awiyah bin Abi Sufyan
9. Al-Arqam bin Maslamah
10. Muhammad bin Maslamah
11. Abban bin Sa’id bin Al-‘As
12. Khalid bin Sa’id (saudara Abban)
13. Tsabir bin Qays
14. Hanzalah bin Rabi
15. Khalid bin Al-Walid
16. Abdullah bin Al-Arqam
17. Al-A’la bin Utbah
18. Syurahbil bin Hasanah
Diantara mereka yang paling banyak menulis wahyu adalah Zayd bin Tsabit. Tulisan
yang ditulis para penulis wahyu itu disimpan dirumah rasul. Disampin itu mereka juga menulis
untuk merea sendiri. Disaat Rasulallah masih hidup Al-qur’an belum dikumpulkan dalam
mushaf. Adapun caranya mereka menuis Al-qur’an yaitu mereka menulisnya pada plepah-plepah
kurma, kepingan batu, kulit atau daun kayu, tulang binatang dan sebagainya. Hal itu karena
pabbrik dan perusahaan kertas dikalangan bangsa Arab belum ada. Yang ada baru di Negeri-
negeri lain seperti Persia, dan Romawi, tetapi masih kurang dan tidak disebarkan. Orang-orang
Arab menulis sesuai dengan perlengkapan yang dimiliki dan pantas dipergunakan untuk menulis.
Bangsa Arab pada masa turunnya Al-qur’an, mereka berada dalam budaya Arab yang begitu
tinggi, ingatan mereka sangat kuat dan hafalannya cepat serta daya fikirannya begitu terbuka.
Orang-orang Arab banyak yang hafal beratus-ratus ribu syair dan mengetahui silsilah serta nasaf
keturunannya. Mereka dapat mengungkapkan diluar kepala dan mengetahui sejarahnya. Jarang
sekali diantara mereka yang tidak bisa mengungkapkan silsilah dan nasaf tersebut atau tidak
hafal. ‘Al-Mu’allaqat Al-Asyar” yang begitu banyak syairnya lagi pula sulit dalam
menghafalnya.
Begitu Al-qur’an datang kepada mereka dengan jelas, tegas ketentuannya dan
kekuasaannya yang luhur, mereka merasa kagum, akal fikiran mereka tertimpa dengan Al-
qur’an, sehingga perhatiannya dicurahkan kepada Al-qur’an. Mereka menghafalnya ayat demi
ayat dan surat demi surat. Mereka tinggalkan syair-syair karena merasa memperoleh ruh atau
jiwa dari Al-qur’an.
Para sahabat banyak terkenal hafal Al-qur’an dan Rasulallah SAW telah membakar
semangat mereka untuk mengidupkan semangat menghafal Al-qur’an. Banyak diantara mereka
yang hafal seluruh Al-qur’an, antara lain :
1. Abu Bakar As-Siddiq
2. Umar bin Khattab
3. Usman bin Affan
4. Ali bin Abi Thalib
5. Talhah
6. Sa’ad
7. Hudzaifah
8. Salim
9. Abi Hurairah
10. Abdullah bin Mas’ud
11. Abdullah bin Umar
12. Abdullah bin Abbas
13. Amr bin Ash
14. Abdullah bin Amr bin Ash
15. Mu’awiyah
16. Ibn Zubair
17. Abdulah bin Saib
18. ‘Aisyah Um Al-Mukminin
19. Hafshah Um Al-Mukminin
20. Ummu Salamah Um Al-Mukminin
21. Ubay bin Ka’ab
22. Mu’adz bin Jabal
23. Zaid bin Tsabit
24. Abu Darda’
25. Abu Zaid (Qais bin Sakan)
26. Majma’ bin Jariyah (Haritsah)
27. Anas bin Malik
28. Ubadah bin Shamit
29. Fudhalah bin Ubaid
30. Maslamah bin Khalid
31. Qais bin Shasha’ah
32. Tamim Al-Dari
33. Salamah bin Makhalad
34. Abu Musa Al-Asy’ari
35. Uqbah bin Amir
36. Ummu Faraqah binti Abdillah binti Harits
Para sahabat diakala Islam masih disembunyikan, mempelajari Al-qur’an disuatu rumah
(rumah Zaid bin Al-Arqam), disanalah mereka berkumpul mempelajari serta memahamkan
kandungan ayat-ayat yang telah diturunkan itu dengan jalan bermudarasah, bertadarus dan dikala
umat Islam telah berhijrah ke Madinah, dan Islam telah tersebar ke kabilah-kabilah Arab,
mulailah sahabat yang dapat menghafal Al-qur’an pergi ke kampung-kampung, ke dusun-dusun
menemui kabilah-kabilah yang telah Islam untuk mengajarkan Al-qur’an kemudian pada tia-tiap
mereka telah mempelajari, dibebankan mengajari teman-temannya yang belum mengetahui.
Sahabat-sahabat yang mengajarkan itu pergi ke kabilah-kabilah yang lain untuk menyebarkan
Al-qur’an seterusnya.
Diantara para sahabat yang terkenal sebagai guru mengajar Al-qur’an kepada sesamanya dan
kepada para tabi’in adalah :
1. Usman bin Affan
2. Ali bin Abi Thalib
3. Ubay bin Ka’ab
4. Zaid bin Tsabit
5. Ibnu Mas’ud
6. Abu Darda’
7. Abu Musa Al-Asy’ari.
Ada beberapa faktor yang menjamin kemurnian Al-qur’an pada masa itu, diantaranya hafalan
yang sangat kuat dari para sahabat, naskah Al-qur’an yang ditulis untuk Nabi, naskah yang
ditulis para penulis wahyu untuk diri mereka sendiri, dan tadarus Al-qur’an yang dilakukan oleh
malaikan Jibril dan Nabi setiap tahun sekali.[7]

2. Pemeliharaan Al-qur’an Dimasa Abu Bakar dan Usman


Rasulallah SAW wafat, sedang Al-qur’an seluruhnya telah ditulis pada plepah-plepah
kurma, batu-batu tipis dan tulang-tulang belikat disamping Al-qur’an itu telah dihafal di dada
kaum muslimin.
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, diantara kaum muslimin yang lemah
imannya banyak yang murtad dan banyak pula yang menolak untuk mengeluarkan zakat karena
pengaruh Musailamah Al-Kadzab yang mengaku dirinya sebagai Nabi, dimana ia berhasil
mempengaruhi Bani Hanifah dari penduduk Yamamah. Setelah Abu Bakar mengetahui tindakan
Musailamah itu, beliau menyiapkan pasukan yang dipimpin oleh Khalid
bin Walid, yang terkenal dengan nama perang Yamamah. Dalam peprangan itu, banyak sekali
Hafidz Al-qur’an yang gugur sekitar 70 penghafal Al-qur’an.
Melihat banyaknya penghafal Al-qur’an yang gugur dalam peperangan, maka Umar bin
Khatab khawatr akan lenyapnya Al-qur’an dari muka bumi bersama dengan gugurnya para
penghafal itu. Beliau mendesak kepada Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-qur’a menjadi
mushaf.
Dalam penyalinan kembali Al-qur’an, Abu Bakar menetapkan pedoman sebagai berikut :
1. Penulisan berdasarkan pada sumber tulisan Al-qur’an yang pernah ditulis pada masa rasul yang
tersimpan dikediaman rasul SAW
2. Penulisan berdasarkan kepada sumber hafalan para sahabat penghafal Al-qur’an.
Hal ini menunjukkan ketelitian beliau dalam menuliskan Al-qur’an sehingga ia tidak
menerima ayat yang akan dituliskannya sehingga disaksikan oleh dua orang saksi. Pekerjaan ini
dapat diselesaikan dalam waktu satu tahun yaitu pada tahun ke-13 H dibawah pengawasan Abu
Bakar, Umar dan para tokoh sahabat lainnya. Setelah sempurna, kemudian berdasarkan hasil
musyawarah maka tulisan Al-qur’an itu dinamakan “mushaf”.
Setelah Abu Bakar wafat suhuf-suhuf Al-qur’an itu, disimpan oleh khalifah Umar, dan
setelah Umar wafat disimpan Hafsyah. Sebab disimpan oleh Hafsyah tidak oleh Usman sebagai
khalifah adalah karena :
a. Hafsyah adalah istri rasul dan anaknya khalifah
b. Hafsyah itu pandai menulis dan membaca.
Usman menjabat khaliah, wilayah kaum muslimin menjadi luas sampai ke Mesir, Irak,
Persia dan lain-lain. Dan tentu saja daerah luas ini memiliki bahasa dan dialek yang bereda-beda
karena banyaknya mushaf yang beredar dan mereka memandang bahwa riwayat qira’at atau
bacaan mereka lebih baik dari yang lain. Diantara mereka terdapat perbedaan tentang bunyi
huruf dan bentuk bacaan. Masalah ini membawa mereka kepada pintu pertikaian dan perpecahan
sesamanya. Hampir satu sam lainnya saling mengufurkan karena berbeda pendapat dalam
bacaan.
Diriwayatkan dari Abi Qilabah bahwasanya ia berkata “pada masa pemerintahan Usman,
guru (pengajar) menyampaikan kepada anak didiknya, guru yang lain juga menyampaikan
kepada anak didiknya. Dua kelompok murid tersebut bertemu dan bacaannya berbeda. Akhirnya
masalah tersebut sampai kepada guru sehingga satu sama lain mengufurkan. Berita tersebut
sampai kepada Usman. Usman berpidato seraya mengatakan :”Kalian yang ada dihadapanku
berbeda pendapat, apalagi orang-orang yang bertempat tinggal jauh dariku pasti lebih-lebih lagi
perbedaannya.
Kemudian Usman mengirimkan surat kepada Hafsyah binti Umar, istri rasul meminta
suhuf yang disimpannya. Upaya Usman dalam mengumpulkan tidak berhenti sampai disini,
bahkan memanggil kaum muslimin seorang demi seorang dan mengajukan pertanyaan. “ Apakah
anda telah mendengar wahyu yang didiktekan rasul? Mereka menjawab: Ya”. Setelah selesai
wawancara ia bertanya” Siapakah diantara mereka yang paling baik tulisannya?, ,erreka
menjawab: Zaid bin Tsabit, penulis Rasulallah, Selanjutnya Usman bertanya “Siapa diantara
mereka yang menguasai Bahasa Arab? Mereka menjawab “Sa’id bin Al-‘As dialeknya paling
banyak persamaannya dengan dialek Rasulallah. Kemudian Usman berkata “Sebaiknya Sa’id
yang mendiktekan dan Sa’id yang menulisnya.
Disamping itu Usman juga mengadakan penelitian terhadap suhuf yang telah sempurna
pengumpulannya pada zaman Abu Bakar dan Umar. Suhuf yang disimpan Hafsyah itulah yang
mewarnai mushaf pertama yang dijadikan sebagai pegangan.
Dengan demikian khalifah dapat mengatasi benih-benih perpecahan dikalangan umat
dalam masalah bacaan Al-qur’an. Ada beberapa keistimwaan mushaf Usman ini diantaranya :
1. Mushaf ini ditulis berdasarkan kepada riwayat yang mutawatir bukan riwayat ahad
2. Mushaf meninggalkan ayat yang dinasakh bacaannya
3. Tertib susunannya (ayat dan surat) sesuai dengan tertib ayat dan surat yang dikenal sekarang ini
4. Penulisannya berdasarkan cara yang dapat menghimpun segi bacaan yang berbeda-beda dan
huruf-hurufnya sesuai dengan diturunkannya Al-qur’an
5. Menjauhkan segala sesuatu yang bukan Al-qur’an seperti tafsiran yang ditulis oleh sebagian
orang (sahabat) dalam mushaf pribadinya.
Dari mushaf Usman itulah kaum muslimin diseluruh plosok dunia menyalin Al-qur’an.
Abu Bakar dan Umar pada waktu itu tidak menyuruh untuk menyalin suhuf-suhuf itu sebagai
suhuf yang asli bukan untuk dipergunakan oleh orang-orang yang mau menghafalnya. Karena
para sahabat yang telah belajar Al-qur’an dari Nabi masih banyak yang hidup bahkan yang hafal
seluruh Al-qur’an pun masih banyak. Badan yang dibentuk oleh Usman untuk menyalin mushaf
itu menjalankan tugasnya hingga selesai sekitar tahun 25 H sampai 30 H. Dengan uraian diatas
kita ketahui bahwa tujuan pengumpulan Al-qur’an pada zaman Abu Bakar adalah
mengumpulkan Al-qur’an menjadi satu mushaf agar jangan sampai ada ayat atau kalimat yang
hilang. Sedang tujuan pembukuan Al-qur’an pada masa Usman adalah menyatukan kaum
muslimin pada satu macam mushaf yang seragam tulisan dan ejaannya, penyeragaman sistem
bacaan dan tertib susunan surat-suratnya. [8]

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penulisan Al-qur’an pada masa Nabi SAW terkumpul dalam hafalan dan ingatan serta
catatan yang masih berserakan. Pada masa Abu Bakar disamping terkumpul dalam hafalan, juga
dikumpulkan dalam suhuf-suhuf yang masih terpisah-pisah. Kemudian pada masa Umar suhu-
suhuf dalam satu mushaf. Pada masa Usman semua hafalan sahabat dan mushaf yang diwariskan
oleh Umar ditata ulang dan dicatat dalam satu dialek. Yang melahirkan disebut mushaf imam.
Dapat dipahami bahwa penulisa teks-teks Al-qur’an pada masa Usman merupakan masa
pembentukan naskah resmi, yang dimaksudkan untuk meredam berbagai kefariasian
pembacaannya.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi. Penyelesaian makalah ini memerlukan berbagai
data, informasi serta pengarahan - pengarahan. Maka pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan.

Anda mungkin juga menyukai