A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern banyak ditemui permasalahan
mengenai sejarah turunnya dan pemeliharaan Al-Qur’an sehingga perlu dikaji mengenai sejarah
dan bagaimana cara pemeliharaan Al-qur’an,Al-Qur’an adalah firman Allah yang diwahyukan
kepada Nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril dengan lafadz dan maknanya.
Pada zaman Rasulallah ayat Al-qur’an tidak dikumpulkan atau dibukukan seperti sekarang.
Namun disebabkan beberapa faktor, maka ayat al-qur’an mulai dibukukan atau dikumpulkan
didalam satu mushaf. Pengumpulan Al-qur’an pada masa Nabi hanya dilakukan paa dua cara
yaitu dituliskan melalui benda-benda seperti yang terbuat dari kulit binatang, batu yang tipis,
plepah krma, tulang binatang, dan lain-lain.
Pemeliharaan ayat-ayat Al-qur’an juga dilakukan melalui hafalan baik oleh Rasulallah
maupun oleh sahabat-sahabat beliau. Umat Islam diseluruh dunia meyakini bahwa Al-qur’an
seperti yang ada pada kita sekarang ini adalah otentik dari Allah SWT melalui Rasulallah SAW.
B. RUMUSAN MASALAH
Nabi Isa (dengan kitab injilnya) hanya di utus untuk kaum tertentu, yaitu Bani Israil
seperti dalam Al-Qur’an ayat 49 surah Ali Imran (3) yang berbunyi:
Yang artinya: "Dan (sebagai) Rasul kepada Bani Israil (yang berkata kepada mereka):
'Sesungguhnya, aku (Isa) telah datang kepadamu dengan membawa suatu tanda (mu'jizat) dari
Rabb-mu, yaitu aku membuat untuk kamu dari tanah berbentuk burung; kemudian aku
meniupnya, maka ia menjadi seekor burung dengan seijin Allah; dan aku menyembuhkan orang
yang buta sejak dari lahirnya dan orang yang berpenyakit sopak; dan aku menghidupkan orang
mati dengan seijin Allah; dan aku khabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang
kamu simpan di rumahmu. Sesungguhnya, pada yang demikian itu adalah suatu tanda (kebenaran
kerasulanku) bagimu, jika kamu sungguh-sungguh beriman'." – (QS.3:49)
Kedua, kitab weda adalah kitab untuk suatu golongan saja. Diantara pengikut weda, maka
membaca kitab weda itu menjadi hak yang khusus bagi kasta yang tinggi saja, tidak untuk kasta
yang lain. Agama Kong HuCu dan Zarathustra (di Persia) tidak berusaha untuk mengajarkan
ajaran-ajarannya ke seluruh dunia . orang hindu menganggap negeri india sebagai negeri pilihan
dari Tuhannya. Begitupun agama Kong HuCu menganggap Tiongkok satu-satunya kerajaan
Tuhan.
Dari keterangan pada alasan pertama dan kedua dapat di tarik kesimpulan Tuhan itu banyak
karena setiap agama mengakui punya tuhan sendiri. Ini bertentangan dengan kenyataan bahwa
alam yang satu ini tentu hanya di kuasai oleh Tuhan Yang Esa, bukan Tuhan yang banyak.[2]
Namun pada abad ke-5 dan abad ke-6 masehi, agama samawi terakhir, yaitu agama yang
meng-Esa-kan Allah, agama tauhid yang kitab sucinya injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa
AS, telah dalam keadaan rusak. Kitab sucinya telah rusak, dengan di ubah-ubah isinya, oleh para
pendeta Kristen tidak jauh setelah Nabi Isa wafat.
Itulah alasan mengapa Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman bagi seluruh umat
manusia dalam menjalani kehidupan mereka di dunia ini.
Alasan makkah menjadi tempat penurunan alquran adalah pada waktu itu masyarakat makkah
belu banyak di sentuh peradaban. Mereka juga belum mengenal kemunafikan, dan mereka keras
kepala, serta ucapan atau lidah mereka tajam seperti disebutkan dalam surah Al- Ahzab (33:19)
Yang artinya:” Mereka kikir terhadapmu. Apabila datang ketakutan (bahaya), kamu lihat mereka
itu memandang kepadamu dengan mata yang terbalik-balik seperti orang yang pingsan karena
akan mati, dan apabila ketakutan telah hilang, mereka mencaci kamu dengan lidah yang tajam
sedang mereka kikir untuk berbuat kebaikan. Mereka itu tidak beriman, maka Allah menghapus
amalnya. Dan yang demikian itu mudah bagi Allah.”
Disamping itu ada hal lain yang menjadi penentu yaitu suku yang paling berpengaruh di
makkah adalah suku Quraisy suku yang bahasa atau dialeknya sangat indah dan dominan.
Dialeknya juga mudah jelas dan halus, serta berbeda dengan dialek suku-suku ara yang lain,
karena mereka menyarap bahasa (kosa kata, struktur, dan kalimat yang indah) dari para
pendatang yang berkunjung ke makkah. Apalagi pada waktu itu kepandaian bersyair, berpuisi,
berpidato yang indah- indah sering dan biasa secara berkala di perlombakan di makkah.
Di kota makkah pada saat itu ada dua keluarga besar suku Quraisy yaitu keluarga Hasyim
dan Umayyah. Dua keluarga ini meskipun satu keturunan tetapi mempunyai banyak perbedaan
karakter dan sifat. Diantaranya , keluarga Hasyim di kenal Gagah, budiman, sangat beragama
sedangkan keluarga Umayyah di kenal sebagai pekerja yang ambisius tetapi tidak gagah. Maka,
dari keluarga mana di makkah itu yang patut dipilih untuk tugas kenabian, ya tentu saja dari
keluarga Hasyim, dan dari keluarga ini yang terpilih adalah Muhammad bin Abdillah. Beliau
bukan saja gagah, simpatik dan berwibawa, malah juga memiliki budi pekerti yang luhur. Hal ini
seperti di sebutkan dalam Al-Qur’an surah Ibrahim (14:4). Yang berbunyi:
(4) ضلُّ هَّللا ُ َم ْن يَ َشا ُء َويَ ْه ِدي َم ْن يَ َشا ُء َوه َُو ْال َع ِزي ُز ْال َح ِكي ُم ِ َو َما َأرْ َس ْلنَا ِم ْن َرسُو ٍل ِإاَّل بِلِ َس
ِ ُان قَوْ ِم ِه لِيُبَيِّنَ لَهُ ْم فَي
Kami tidak mengutus seorang rasul pun, melainkan dengan bahasa kaumnya, supaya ia dapat
memberi penjelasan dengan terang kepada mereka. Maka Allah menyesatkan siapa yang Dia
kehendaki, dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan Dia-lah Tuhan Yang
Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.(QS. 14:4).
Para ulama ahli Al-Qur’an menyatakan bahwa ada beberapa sebab dan juga merupakan
hikmah diturunkannya Al-Qur’an secara berangsur-angsur.
1. Agar lebih mudah di fahami dan di laksanakan, dalam hal ini Allah SWT menegaskan dalam
surah al israa (17:106) yang berbunyi:
ث َونَ َّز ْلنَاهُ تَ ْن ِزياًل ِ ََّوقُرْ آنًا فَ َر ْقنَاهُ ِلتَ ْق َرَأهُ َعلَى الن
ٍ اس َعلَ ٰى ُم ْك
Artinya :” Dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi
bagian.”
2. Memudahkan menghafalnya
3. Turunnya suatu ayat banyak berkaitan dengan adanya suatu kejadian atau peristiwa yang terjadi.
Seperti dalam FirmanNya surah Ali Imran(3:128)
4. Diantara ayat-ayat itu banyak yang merupakan jawaban dari suatu pertanyaan, penolakan
terhadap suatu pendapat atau adanya suatu kejadian misalnya: setelah turun surah At-Taubah
(9:28)
ا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا ِإنَّ َما ْال ُم ْش ِر ُكونَ نَ َجسٌ فَال يَ ْق َربُوا ْال َمس ِْج َد ْال َح َرا َم بَ ْع َد عَا ِم ِه ْم هَ َذا
Yang artinya: Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya orang-orang musyrik itu
najis, karena itu janganlah mereka mendekati Masjidilharam setelah tahun ini.
kemudian Allah menurunkan sambungan ayat (9:28)
وَِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َع ْيلَةً فَ َسوْ فَ يُ ْغنِي ُك ُم هَّللا ُ ِم ْن فَضْ لِ ِه ِإ ْن َشا َء ِإ َّن هَّللا َ َعلِي ٌم َح ِكيم
Yang artinya : Dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang),
maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karunia-Nya, jika Dia
menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
5. Ada ayat-ayat yang turun berupa teguran kepada nabi sebagai akibat sikap atu tindakan nabi
s.a.w yang tidak patut sebagai utusan Allah.
6. Ada ayat yang turun scara spontan, contoh: surah Al-Israa (17:85)
وح ۖقُ ِل الرُّ و ُح ِم ْن َأ ْم ِر َربِّي َو َما ُأوتِيتُ ْم ِمنَ ْال ِع ْل ِم ِإاَّل قَلِياًل َ ََويَ ْسَألُون
ِ ُّك َع ِن الر
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit".
Ada beberapa keadaan Rosulullah ketika wahyu di turunkan Allah melalui malaikat Jibril
diantaranya:
1. Malaikat memasukkan wahyu ke sanubarinya,dalam hal ini Nabi tidak melihat suatu apapun
hanya saja merasa bahwa wahyu itu sedang berada dalam kalbunya surah As-Syuraa (42:51).
2. Malaikat jibril menampakkan diri sebagai seorang laki-laki di hadapan Nabi s.a.w
3. Wahyu dating kepada Nabi seperti gemerincingnya lonceng.
4. Malaikat menampakkan wujud aslinya, hal ini hanya nabi yang tahu. Disebutkan dalam Al-
Qur’an surah An- Najm (53:13,14).
D. Pemeliharaan Al-Qur’an
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penulisan Al-qur’an pada masa Nabi SAW terkumpul dalam hafalan dan ingatan serta
catatan yang masih berserakan. Pada masa Abu Bakar disamping terkumpul dalam hafalan, juga
dikumpulkan dalam suhuf-suhuf yang masih terpisah-pisah. Kemudian pada masa Umar suhu-
suhuf dalam satu mushaf. Pada masa Usman semua hafalan sahabat dan mushaf yang diwariskan
oleh Umar ditata ulang dan dicatat dalam satu dialek. Yang melahirkan disebut mushaf imam.
Dapat dipahami bahwa penulisa teks-teks Al-qur’an pada masa Usman merupakan masa
pembentukan naskah resmi, yang dimaksudkan untuk meredam berbagai kefariasian
pembacaannya.
B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran
terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi. Penyelesaian makalah ini memerlukan berbagai
data, informasi serta pengarahan - pengarahan. Maka pada kesempatan ini, penulis
menyampaikan terimakasih atas segala bantuan yang telah diberikan.