Anda di halaman 1dari 166

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Al-Qur‟ân yang merupakan pedoman hidup umat Islam, mampu

menjawab semua permasalahan yang dihadapi ummat manusia sampai akhir

zaman. Agar al-Qur‟ân bisa dipahami maksud dan kandungannya sangat

diperlukan suatu instrumen, yaitu tafsir. Tafsir merupakan hasil pemikiran

manusia untuk memahami isi dan maksud ayat-ayat al-Qur‟ân . Banyak sekali

definisi-definisi tafsir menurut para ulama. Di antaranya menurut az-Zarkasyiy,

tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada

Muhammad, menjelaskan makna-maknanya serta mengeluarkan hukum dan

hikmahnya.1 sedangkan menurut Abu Thalib Ats-Tsa‟labiy, tafsir adalah

menerangkan makna lapadz.2 Dari definisi-definisi di atas, maka dapat

disimpulkan, bahwa tafsir adalah makna-makna dari ayat al-Qur‟ân yang jelas

dilalahnya sesuai yang dikehendaki oleh Allah swt.

Metode untuk memahami ayat-ayat al-Qur‟ân selain dengan tafsir adalah

dengan ta‟wil. Menurut Ar-Raghîb Al-Asfahâni, ta‟wil adalah menetapkan makna

yang dikehendaki suatu lapadz yang dapat menerima banyak makna karena

didukung oleh dalil.3 Sedangkan menurut al-Jurjani, ta‟wil adalah mengalihkan

1
Manna Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Al-Qur‟ân , PT. Pustaka Litera AntarNusa, Bogor,
2001, hlm. 457
2
Kasih Ernawati, Skripsi, Universitas Islam Bandung, Bandung, tanpa halaman.
3
Ibid.
lapazd yang sesuai dengan al-Kitab dan as-Sunnah.4 Dari definisi-definisi di atas,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa ta‟wil adalah makna-makna ayat yang

samar, masih membutuhkan kepada pemikiran dan penggalian karena memilki

banyak arti. Mufassir mengunggulkan sebagian makna saja yang dianggap kuat.

Tafsir dan ta‟wil merupakan dua cara usaha manusia untuk memahami dan

menggali lebih dalam tentang kandungan isi dan maksud al-Qur‟ân . Tafsir

sudah berkembang sejak zaman Nabi Muhammad saw.

Sejarah tafsir al-Qur‟ân berlangsung melalui berbagai tahap dan kurun

waktu yang panjang sehingga mencapai bentuknya yang kita saksikan sekarang

ini berupa tulisan berjilid-jilid banyaknya, baik yang tercetak maupun yang masih

berupa tulisan tangan. Pertumbuhan tafsir al-Qur‟ân dimulai sejak dini, yaitu

sejak Rasulullah saw, beliau adalah orang pertama yang menguraikan Kitabullah

al-Qur‟ân dan menjelaskan kepada ummatnya wahyu yang diturunkan Allah

Azza wa Jalla ke dalam hatinya. Pada masa itu, tak seorang pun dari sahabat

beliau yang berani menafsirkan al-Qur‟ân , karena beliau masih berada ditengah-

tengah mereka. Beliau sendirilah yang memikul beban berat itu dan menunaikan

kewajiban tersebut sebagaimana mestinya. Setelah beliau kembali ke haribaan

Allah swt.

Tafsir yang diterima Nabi Muhammad saw. sangat sedikit. Menurut

Aisyah ra., Nabi Muhammad saw. disebut sebagai mufassirul awwal. Di bawah

ini Nabi Muhammad saw menafsirkan al-Qur‟ân al-Karîm dengan metode ayat

4
Ecep Ismail, Ad-Dâkhi fi al-Tafsîr, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, 2006, hlm. 1.

2
dengan ayat, ayat dengan as-Sunnah, dan as-Sunnah dijelaskan dengan

pendekatan qouliyah, fi‟liyah, dan taqrîriyyah.

Fase berikutnya adalah berlanjut kepada para sahabat. Di antara mufassir

sahabat yang terkenal adalah Ibn Abbâs, yang disebut dengan Tarjaman al-

Qur‟ân , karena beliau terkenal „alim dibidang tafsir. Selanjutnya berkembang ke

zaman tabi‟in. Pada masa ini, tabi‟in dibagi menjadi tiga, yaitu : Tabi‟in Makkah,

Tabi‟in Madinah, dan Tabi‟in Irak.

Perkembangan tafsir Selanjutnya kepada tabi‟ut Tabi‟in, yang ditandai

dengan hasil karyanya dari Sufyan bin Uyainah, Waky Ibn Jarrah, Syu‟bah bin al-

Hujjaj, Yazid bin Harun bin Ubadah dan lain-lain. Kemudian tafsir berkembang

ke abad VIII-XIV, misalnya tafsir Mafatih al-Ghaib karya Fahrur Razy (605 H.).

Kemudian tafsir berkembang ke abad XIX atau disebut dengan abad mutaakhirin,

di mana pada abad ini dunia Islam mengalami kemerosotan dan kemunduran,

banyak negara Islam yang diduduki bangsa asing, maka muncullah tokoh-tokoh

tafsir, seperti Jamaluddin al-Afghani (seorang mujaddid). Generasinya adalah

Muhammad Abduh dan diteruskan oleh Rasyid Ridha.

Sejak zaman Rasulullah saw. sampai sekarang tafsir mengalami

perkembangan. Ini menunjukan bahwa al-Qur‟ân itu dinamis dan akan sesuai

dengan zamannya sampai akhir kehidupan ini. Persoalan-persoalan yang dihadapi

manusia di alam dunia ini sebenarnya sudah ada penyelesaiannya dan jawabannya

dalam al-Qur‟ân dan as-Sunnah. Dan manusia akan mencoba terus-menerus

menggali dan mengkaji nilai – nilai dan pesan-pesan ilahi yang terkandung di

dalam al-Qur‟ân.

3
Pesan-pesan Ilahi yang terkandung di dalam al-Qur‟ân diantaranya adalah

harus meyakini adanya hari kiamat. Hari kiamat adalah hari yang sangat dahsyat,

yang manusia tidak akan kuat untuk melihatnya.

Manusia hidup berdasarkan keinginan dan kehendak Sang Pemberi dan

Pencipta kehidupan. Semua manusia dari zaman Nabi Adam as. sampai ummat

Nabi Muhammad saw. akan meninggalkan dunia yang fana ini. Tentunya ibarat

dalam sebuah perjalanan, menuju ke suatu tempat. Di dalam perjalanan itu harus

mempersiapkan bekal yang cukup.

Iman terhadap hari kiamat adalah salah satu dasar agama. Keimanan tidak

sempurna tanpa iman terhadap hari kiamat.5 Allah swt. berfirman :

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu


kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah,
hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta
yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin,
musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta;
dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat;

5
Umar Sulaiman Al-Asyqar, Kiamat Kecil dan Tanda-tanda Kiamat Besar, PT. Serambi Ilmu
Semesta, Jakarta, 2003, hlm. 107

4
dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang
yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa”6

“Tetapi orang-orang yang mendalam ilmunya di antara mereka dan

orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan

kepadamu (al-Qur‟ân), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-

orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada

Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada

mereka pahala yang besar”7

Al-Qur‟ân menyebutkan iman kepada hari akhir dengan gaya penjelasan

yang bervariasi agar keimanan itu benar – benar tertancap di dalam jiwa seorang

mukmin. Dalam beberapa ayat, Allah swt. menuturkan masalah ini dengan gaya

berita (khabar) tanpa penegas.8 Misalnya :

6
QS. Al-Baqarah [2] : 177
7
QS. An-Nisa [4] : 162
8
Umar Sulaiman al-Asyqar, op. cit.

5
“Allah menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian

mengembalikan (menghidupkan)nya kembali; kemudian kepadaNyalah kamu

dikembalikan”9

“Ketahuilah sesungguhnya kepunyaan Allahlah apa yang di langit dan di

bumi. Sesungguhnya Dia mengetahui keadaan yang kamu berada di dalamnya

(sekarang). Dan (mengetahui pula) hati (manusia) dikembalikan kepada-Nya, lalu

diterangkan-Nya kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan. Dan Allah

Maha mengehui segala sesuatu.”10

Terkadang Allah Azza Jalla menambahkan satu penegas (taukid) dengan

“INNA” : Sesungguhnya. Misalnya :

“Segungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan

(waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia

usahakan”11

Hari kiamat adalah hari berakhirnya seluruh kehidupan di dunia ini. orang-

orang yang beriman harus meyakini dan mengimani akan adanya hari kiamat.

9
QS. Ar-Rum [30] : 11
10
QS. An-Nur [24] : 64
11
QS. Thaaha [20] : 15.

6
Akhirat, adalah destinasi kehidupan makhluk-makhluk selama kehidupannya di

dunia. Sebelumnya, fase migrasi ke alam akhirat ditenggarai dengan peristiwa

peristiwa dahsyat yang dikenal dengan kiamat. Kapan waktunya, wallahu „alam.12

Kendati waktunya dirahasaikan, namun Maha Bijaksana Allah Rabbul

„Izzah yang telah mensosialisasikan kiamat dengan tanda-tandanya yang

disampaikan melalui ayat-ayat kauniyah dan firman-Nya, baik dalam al-Qur‟ân

maupun melalui sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.13

Hikmah yang terkandung, adalah agar manusia benar-benar

mempersiapkan bekal untuk kehidupan baru di akhirat kelak. Sebab itulah

kehidupan yang abadi. Di mana di akhirat yang ada hanya hisab bukan amal. Di

dunialah, saat yang tepat untuk beramal, mumpung hisab belum dikibarkan.14

Ayat –ayat al-Qur‟ân menerangkan kiamat dengan kedahsyatannya yang

sangat. Di antara contohnya adalah sebagai berikut :

Allah swt. berfirman dalam surat al-Hâjj [22] : 1-2 :

“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya

kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).

(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua
12
Ibnu Katsir, Huru-Hara Hari Kiamat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, 2005, hlm. Ix
13
Ibid.
14
Ibid.

7
wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah

kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan

mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu

sangat kerasnya.”15

Al-Qur‟ân banyak menjelaskan tentang kedahsyatan kiamat dalam al-

Qur‟ân al-Karîm, begitu juga banyak hadis-hadis Rasulullah Shallallahu Alaihi

wa Sallam menjelaskan tentang kiamat beserta tanda-tandanya.

Di dalam hadis diriwayatkan :

“Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah Zuhair ibn Harb dan
Ishaq ibn Ibrahim dan Ibn Abi Umar Almaki dan lapaz ini menurut Zuhair, Ishaq
berkata dan dia menghabarkan kepada kami dan dua yang lainnya berkata, telah
menceritakan kepada kami Supyan ibn Uyainah dari Purrat Alqazzaz dari Abu
Thufail dari Hudzaifah ibn Asid Alghifari ia berkata : Nabi Muhammad SAW
tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami sedang membincangkan kiamat,

15
QS. Al-Hajj [22] :1-2

8
beliau bersabda : “Apa yang kalian perbincangkan ?” Kami menjawab, “Kami
sedang memperbincangkan tentang kiamat.” Beliau bersabda : Sesungguhnya
kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda-tandanya : Asap,
Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin
Maryam, Ya‟juz dan Ma‟juz, tiga kali tanah tenggelam : Tanah tenggelam di
timur, tanah tenggelam di barat dan tanah tenggelam di jazirah Arab. Dan akhir
dari semua itu adalah api yang muncul dari arah timur, menggiring manusia
menuju tempat penghimpunan mereka.16

Di antara yang menarik bagi penulis adalah turunnya Nabi Isa as. perihal

turunnya Nabi Isa as. ini sebagai salah satu tanda-tanda dari kiamat, dalam hal ini

mufassir klasik dan kontemporer berbeda pendapat. Mufassir klasik misalnya,

mereka tetap meyakini bahwa Nabi Isa as. itu akan turun mengalahkan sang

dajjâl. Sedangkan mufassir kontemporer meyakini bahwa Nabi Isa as. itu tidak

akan turun lagi, karena sudah meninggal dunia, berdasarkan surat Ali‟imrân ayat

55.

Mufassir klasik seperti Ibn Katsîr memahami tentang Nabi Isa as. yang

tercantum dalam surah Âli Imrân ayat 55 sebagai berikut :

16
HR. Imam Muslim.

9
Mufassir kontemporer seperti M. Quraish Shihab, Aam Amiruddin,

memahami dan menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan dengan kiamat terutama

masalah tanda-tandanya banyak berbeda pandangan dengan ulama – ulama klasik

tadi, baik dengan ahli tafsir maupun ahli hadis. Metode penafsiran yang

digunakannya pun berbeda tentunya. Dan hal ini membuat penulis merasa perlu

untuk mengkaji lebih dalam bagaimana metodologi penafsiran yang mereka

gunakan

M. Quraish Shihab dalam memahami ayat-ayat al-Qur‟ân dalam Tafsîr

Al-Misbâh, menguatkan pemahamannya dengan mengutip beberapa pendapat dari

17
Abû Al-Fidâ Al-Hâfizh ibn Katsîr Al-Dimasyqiy, Tafsîr Al-Qur‟ân Al-„Azhîm, Dâr Al-Kutub
Al-„Ilmiyyah, Beirut-Libanon, 1999, jilid I, hlm. 350-351.

10
ulama klasik, dan kontemporer, yaitu : Muhammad Husein Thabâthabâ‟i,18 dan

Ibrâhîm Ibn „Umar Al-Baqâ„i. Thabathaba‟i adalah pengarang Tafsîr Al-Mîzân

18
Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i dilahirkan di Tabriz pada tahun 1321 H /1903.

Ketika usia duapuluh tahun berangkat ke Universitas Najaf untuk melanjutkan pelajarannya.
Disana ia mempelajari Syariat dan ushul al-fiqh dari dua diantara syaikh-syaikh terkemuka masa
itu yaitu Mirza Muhammad Husain Na‟ini dan Syaikh Muhammad Husain Isfahani.

Namun menjadi Mujtahid bukan tujuannya. Thabathaba'i lebih tertarik pada ilmu-ilmu aqliah, dan
mempelajari dengan tekun seluruh dasar matematika tradisional dari Sayyid Abul Qasim
Khwansari, dan filsafat Islam tradisional, termasuk naskah baku asy-Syifa karya Ibnu Sina dan al-
Asfar karya Sadr al-Din Syirazi serta Tamhid al-Qawa‟id karya Ibnu Turkah dari Sayyid Husain
Badkuba‟i.

Thabathaba'i juga mempelajari „ilm Hudhuri (ilmu-ilmu yang dipelajari langsung dari Allah
SWT), atau ma‟rifat, yang melaluinya pengetahuan menjelma menjadi penampakan hakekat-
hakekat supranatural. Gurunya, Mirza Ali Qadhi, yang mulai membimbingnya ke arah rahasia-
rahasia Ilahi dan menuntunnya dalam perjalananan menuju kesempurnaan spritual. Sebelum
berjumpa dengan Syaikh ini, Thabathaba'i mengira telah benar-benar mengerti buku Fushulli al-
Hikam karya Ibnu Arabi. Namun ketika bertemu dengan Syaikh besar ini, ia baru sadar bahwa
sebenarnya ia belum tahu apa-apa. Berkat sang Syaikh ini, tahun-tahun di Najaf tak hanya menjadi
kurun pencapaian intelektual, melainkan juga kezuhudan dan praktek-praktek spritual yang
memampukannya untuk mencapai keadaan realisasi spritual.

http://id.wikipedia.org/wiki/Sayyid_Muhammad_Husain_Thabathaba'i.

Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i adalah seorang ulama, pemikir, faqih, filosof, dan ahli
matematika. Dia banyak menelurkan karya-karya penting di bidang keislaman, antara lain Dasar-
dasar Filsafat dan Metode Realisme serta karya monumentalnya yakni Al-Mizan, yang sering
disebut tafsir Alquran dengan Alquran.

Di dalam dirinya telah terdapat sifat rendah hati dan ditambah pula dengan kemampuan analisis
intelektualnya. Dalam kelompok ulama tradisional Thabathaba'i memiliki kelebihan sebagai
seorang syaikh dalam bidang syariat dan ilmu-ilmu esoteris, sekaligus seorang hakim (filosof atau,
tepatnya, teosof Islam tradisional) yang terkemuka. Sejarah mencatat Thabathaba'i telah
membaktikan segenap hidupnya untuk mengkaji agama. Sebuah dedikasi tinggi terhadap
perkembangan ilmu-ilmu Islam dan ilmu pengetahuan pada umumnya.

Sayyid Muhammad Husain Thabathaba'i dilahirkan di Tabriz pada tahun 1321 H /1903 M, dari
suatu keluarga keturunan Nabi Muhammad SAW yang selama 14 generasi telah menghasilkan
ulama-ulama Islam terkemuka. Pendidikan awalnya dia peroleh di kota kediamannya dan dalam
usia muda telah berhasil menguasai unsur-unsur bahasa Arab dan ilmu-ilmu agama.

Ketika usianya menginjak 20 tahun, Thabathaba'i berangkat ke Universitas Najaf untuk


melanjutkan pelajarannya. Disana dia mempelajari ilmu syariat dan ushul al-fiqh dari dua di antara
syekh-syekh terkemuka pada masa itu yaitu Mirza Muhammad Husain Na'ini dan Muhammad
Husain Isfahani.

11
dan sebagai ulama syi‟ah. Ciri khas tafsîr karya Al-Biqa‟i adalah munasabah

dalam al-Qur‟ân.

Akan tetapi, bukanlah menjadi mujtahid tujuannya. Thabathaba'i lebih tertarik pada ilmu-ilmu
aqliah, dan mempelajari dengan tekun seluruh dasar matematika tradisional dari Sayyid Abul
Qasim Khwansari. Di samping itu dia pun mempelajari sejumlah ilmu lain yakni filsafat Islam
tradisional, termasuk naskah baku Asy-Syifa karya Ibnu Sina dan Al-Asfar karya Sadr al-Din
Syirazi, serta Tamhid al-Qawa'id karya Ibnu Turkah dari Sayyid Husain Badkuba'i.

Thabathaba'i juga mempelajari ilm Hudhuri (ilmu-ilmu yang dipelajari langsung dari Alquran),
atau makrifat, yang melaluinya pengetahuan menjelma menjadi penampakan hakekat-hakekat
supranatural. Gurunya, Mirza Ali Qadhi, yang mulai membimbingnya ke arah rahasia-rahasia Ilahi
dan menuntunnya dalam perjalananan menuju kesempurnaan spritual.

Sebelum berjumpa dengan syekh ini, Thabathaba'i mengira telah benar-benar mengerti buku
Fushulli al-Hikam karya Ibn Arabi. Namun ketika bertemu dengan syekh besar ini, dia baru
menyadari bahwa sebenarnya ia belum mengetahui apa-apa. Berkat sang syekh ini, tahun-tahun di
Najaf tak hanya menjadi kurun pencapaian intelektual, melainkan juga kezuhudan dan praktek-
praktek spritual yang memampukannya untuk mencapai keadaan realisasi spritual.

Pada 1934 Allamah Thabathaba'i kembali ke Tabriz dan menghabiskan beberapa tahun yang sunyi
di kota itu, mengajar sejumlah kecil murid. Kejadian-kejadian pada Perang Dunia II dan
pendudukan Rusia atas Persia-lah yang membawa Thabathaba'i dari Tabriz ke Qum (1945). Pada
waktu itu, dan seterusnya sampai sekarang, Qum merupakan pusat pengkajian keagamaan di
Persia. Ia mengajar tafsir Alquran serta filsafat dan teosofi tradisional, yang selama bertahun-tahun
sebelumnya tidak diajarkan di Qum.

Oleh karenanya Thabathaba'i telah memberikan pengaruh yang amat besar dalam bidang ilmu
pengetahuan, baik di dalam basis tradisional maupun modern. Dia telah mencoba untuk
menciptakan suatu elite intelektual baru di kalangan kelompok masyarakat berpendidikan modern
yang ingin menjadi akrab dengan intelektualitas Islam di samping dengan dunia modern.

Banyak murid tradisionalnya yang termasuk kelompok ulama telah mencoba untuk mengikuti
teladannya dalam upayanya yang amat penting ini. Beberapa muridnya seperti Sayyid Jalal al-Din
Asytiyani dari Universitas Masyhad dan Murtadha Muthahhari dari universitas Teheran juga
dikenal sebagai sarjana yang mempunyai reputasi istimewa.

Selain di kota Qum, ulama ini kerap mengunjugi Darakah, sebuah desa kecil di sisi pegunungan
dekat Teheran. Di tempat inilah Thabathaba'i menghabiskan bulan-bulan musim panas,
menyingkir dari panas Kota Qum, kediamannya. Di desa tersebut pula, pada satu hari, Profesor
Kenneth Morgan, seorang orientalis terkemuka berkunjung untuk memintanya menulis mengenai
pandangan-pandangan Islam Syiah untuk masyarakat intelektual Barat. Dengan kemampuannya
yang mumpuni dan penguasaan pada ilmu-ilmu Islam tradisional serta pengenalan terhadap
pemikiran Barat menjadikan Thabathaba'i memang orang yang tepat untuk menulis hal tersebut.

Kecintaannya pada ilmu telah mengejawantah dalam pribadinya. Dia menjadi lambang dari suatu
tradisi panjang kesarjanaan dan ilmu-ilmu tradisional Islam. Kehadirannya meniupkan suatu aroma
dari pribadi yang telah mendapatkan buah pengetahuan Ketuhanan.
Sumber ini dikutip dari internet : http://www.republika.co.id

12
Ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah kiamat di dalam al-Qur‟ân

perlu untuk dipahami dan dimengerti maksudnya, oleh karena itu perlu adanya

penafsiran. Para mufassir tentunya telah menafsirkan ayat-ayat tentang kiamat

dalam kitab-kitab tafsir karyanya. Dan dalam penafsirannya pasti ada perbedaan-

perbedaan yang disebabkan oleh latar belakang penafsir sendiri dan tentunya dari

segi metode penafsiran.

M. Quraish Shihab banyak memperkuat pemahamannya dengan mengutip

pendapat ulama syi‟ah „Muhammad Husein Thabâthabâ‟i‟, dalam Tafsîr Al-

Misbâh, doktrin Syi‟ah adalah bahwa Nabi Isa as. akan muncul lagi. Mirza Gulam

Ahmad pernah mengaku dirinya sebagai Nabi Isa al-Masîh, tetapi M. Quraish

Sihab dalam menafsirkan surah Ali-Imrân ayat 55 bertentangan dengan mufassir

klasik dan aliran Syi‟ah. Seharusnya ia sependapat dengan ulama Syi‟ah terutama

Muhammad Husein Thabâthabâ‟i, dalam hal Nabi Isa as.

Untuk lebih jelas penafsiran apa yang akan dipakai, penulis mencoba akan

menggunakan penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat dalam tafsir

Al-Misbah yang berjudul : “PENAFSIRAN M. QURAISY SHIHAB

TENTANG AYAT-AYAT KIAMAT DALAM KITAB TAFSIR AL-

MISBAH”

13
B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalahnya

dapat disusun sebagai berikut :

1. Bagaimana metodologi penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat

kiamat.

2. Bagaimana penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat dalam

tafsir Al-Misbâh.

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya dapat

disusun sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui metodologi penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-

ayat kiamat.

14
2. Untuk mengetahui penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat kiamat

dalam tafsir Al-Misbâh.

D. KEGUNAAN PENELITIAN

Ada beberapa hal yang dipandang sangat penting sebagai manfaat pisitif

dengan mengangkat penelitian ini, diantaraya sebagai berikut :

1. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi referensi bagi

pengembangan konsep dan teori tentang masalah tersebut.

2. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi sumber bacaan

masyarakat luas, dan untuk pengembangan wawasan keislaman dan

sebagai pemecahan masalah yang ada di masyarakat.

E. KERANGKA PEMIKIRAN

Al-Qur‟ân Al-Karîm adalah wahyu Allah yang ditirunkan kepada Nabi

Muhammad SAW yang mengandung petunjuk kepada seluruh ummat manusia.

Menjawab berbagai permasalahan ummat manusia dan menjadi pedoman dan

undang-undang kehidupan untuk kebahagiaan dan kesuksesan di dunia dan

akhirat.

Al-Qur‟ân selain menempati posisi sebagai mukjizat Islam yang

menggantikan mukjizat-mukjizat sebelumnya, juga merupakan respon atas

beberapa permintaan dan tuntutan orang-orang Arab ketika itu.19 Dalam Al-

Qur‟ân diterangkan :

19
Gamal al-Banna, Evolusi Tafsir, Qisthi Press, Jakarta, 2004, hlm. 3-4

15
“Dan orang-orang kafir Mekah berkata: "Mengapa tidak diturunkan
kepadanya mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?" Katakanlah: "Sesungguhnya
mukjizat- mukjizat itu terserah kepada Allah. Dan sesungguhnya aku hanya
seorang pemberi peringatan yang nyata. Dan apakah tidak cukup bagi mereka
bahwasanya Kami telah menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) sedang dia
dibacakan kepada mereka? Sesungguhnya dalam (Al Quran) itu terdapat rahmat
yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.”20

Al-Qur‟ân yang telah diterima dan diakui secara „aklamasi‟ sebagai

sumber ajaran Islam yang tidak diragukan keasliannya. 21

Al-Qur‟ân bersifat global, maka perlu ada suatu perincian. Maka hadis

Rasul adalah sebagai perinci dan penafsir al-Qur‟ân al-Karîm. Jadi al-Qur‟ân

dan Hadis merupakan dua sumber utama bagi kehidupan manusia seluruhnya

untuk menjawab semua permasalahan hidup.

Penelitian ini didasarkan pada kerangka berpikir sebagai berikut:

Pertama, Tafsir merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungan

dan pesan al-Qur‟ân. Tafsir itu ada dua macam; Tafsîr bi al-Ma‟tsû r dan tafsîr

bil ar-Ra‟yu. Adapun metode tafsir ada empat macam; metode maudhûiy, tahlîlî,

muqâran, dan ijmâliy. Penulis dalam meneliti Tafsir Al-Misbâh ini menggunakan

metode maudhûiy dan , tahlîlî. Kedua metode ini merupakan ciri khas dalam tafsir

20
QS. Al-Ankabut [29] : 50-51
21
M. Abdurrahman, Belajar dari Sunnah Nabi : Membangun Ijtihad Berwawasan Lingkungan,
UNISBA, Bandung, 2007, hlm. 2.

16
Al-Misbâh. Penulis akan sajikan beberapa ayat al-Qur‟ân yang bekenaan dengan

masalah kiamat, karena yang penulis kaji dan teliti dalam kitab tafsir Al-Misbâh

ini adalah masalah kiamat. Sebagai berikut:

Kehidupan di dunia ini tidak akan selamanya. Suatu saat dunia ini akan

hancur.

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan yang dahsyat. Dan

bumi telah mengeluarkan beban-beban berat yang dikandungnya”22

“Pada hari itu manusia adalah seperti anai-anai yang bertebaran, dan

gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan”23

”Apabila matahari digulung. Dan apabila bintang-bintang berjatuhan.

Dan apabila gunung-gunung dihancurkan. Dan apabila unta-unta yang bunting

22
QS. Al-Zalzalah : 1-2
23
QS. Al-Qari‟ah : 4-5

17
ditinggalkan (tidak diperdulikan). Dan apabila binatang-binatang liar

dikumpulkan. Dan apabila lautan dijadikan meluap.”24

Surat at-Takwîr ini menggambarkan dengan amat jelas keadaan hari itu,

sedemikian jelasnya hingga ia bagaikan terlihat oleh pandangan mata,

sebagaimana sabda Nabi saw. : “Siapa yang ingin melihat hari kiamat dengan

pandangan mata, maka hendaklah ia membaca surah atl-Takwîr.” (HR. Ahmad,

at-Tirmidziy dan at-Thabraniy, melalui Ibn Umar.25

Pada hari itu semuanya akan hancur, manusia, binatang, tumbuhan, langit,

bumi, dan seluruh alam akan binasa dan tak akan tersisa. Yang tersisa hanyalah

Dzat yang Maha Tinggi dan Maha Kuasa.

“Setiap sesutu akan binasa kecuali wajah-Nya”26

Sebelum manusia meninggalkan alam dunia ini, maka harus

mempersiapkan bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Allah SWT menyuruh

kepada manusia untuk mempersiapkan bekal untuk hari esok :

24
QS. At-Talwir : 1-6
25
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Qur‟ân Al-Karim : Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan
Urutan Turunnya Wahyu, Pustaka Hidayah, Jakarta, 1997, hlm. 376
26
QS. Al-Qashash [28] : 88

18
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan

hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari

esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan”27

Begitu juga dalam hadis-hadis Rasulullah saw. yang menyuruh kepada

ummatnya untuk mempersiapkan amal perbuatan yang akan menyelamatkan di

akhirat kelak. Rasulullah saw. bersabda :

“Dari Abu Hurairah semoga Allah SWT meridoi kepadanya,

bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Apabila manusia meninggal dunia, maka

seluruh amalnya terputus, kecuali dari tiga perkara : Shadaqah jariyah, ilmu

yang dimanfaatkan orang, dan anak shaleh yang mendo‟akan kepada orang

tuanya”28

Hanyalah amal shaleh yang akan menyelamatkan manusia dari siksa Allah

Azza wa Jalla. Semua kekayaan, pangkat kedudukan tidak bisa menjamin manusia

27
QS. Al-Hasyr [59] : 18
28
HR. An-Nasa‟I dari Abu Hurairah

19
mendapatkan keridhoan Allah nanti di akhirat. Semua manusia akan

mempertanggung jawabkan dirinya masing-masing.

Allah Azza wa Jalla berfirman :

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya

dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan

sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”29

“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. maka

dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Dan adapun orang-orang yang

ringan timbangan (kebaikan)nya. maka tempat kembalinya adalah neraka

Hawiyah.”30

Al-Qur‟ân menggunakan istilah yang beraneka ragam tentang kiamat,

sekaligus sebagai penjelasan proses berlangsungnya, sehingga tidak kurang dari

32 nama yang digunakan Allah Azza wa Jalla untuk hari kiamat itu. Penulis

mencantumkan Nama-nama/istilah-istilah lain hari kiamat yang ada dalam al-

Qur‟ân adalah sebagai berikut :

29
QS. Al-Zalzalah : 7-8
30
QS. Al-Qâri‟ah [101] : 6-9.

20
(1) Hari kiamat (yaumul kiamat). (2) Hari akhir (yaumul akhir). (3) Hari

zalzalah (yaumul zalzalah). (4) Hari waqi‟ah (yaumul wâqi‟ah). (5) Hari Rajifah

(yaumul râjifah). (6) Hari haqqah (yaumul hâqqah). (7) Hari qari‟ah (yaumul

qâri‟ah). (8) Hari sa‟iqah (yaumul sa‟iqah). (9) Hari „asir (yaumun „asir). (10)

Hari lâ raiba fîhi (hari yang tidak disangsikan lagi terjadinya). (11) Hari

terpisahnya seseorang dari keluarganya. (12) Hari al-Ba‟s (yaumul ba‟s). (13)

Hari nusyur (yaumul an-nusyur). (14) Hari al-mahsyar (yaumul mahsyar). (15)

Hari al-Jam‟I (yaumul jam‟i). (16) Hari „arad (yaumul „arad). (17) Hari at-Tanad

(yaumul tanad). (18) Hari at-Thalaq atau hari liqa‟ (yaumul thalâq wa yaumul

liqa‟). (19) Hari at-tammah (yaumul tâmmah). (20) Hari al-Fasl (yaumul fasl).

(21) Hari al-Hisab (yaumul Hisâb). (22) Hari Al-Ghasyiyah (yaumul ghâsyiyah).

(23) Hari al-Wazni (yaumul wazn). (24) Hari ketika seseorang tidak dapat

memberi pertolongan kepada orang lain. (25) Hari ketika banyaknya anak dan

harta tidak bermanfa‟at. (26) Hari ketika seorang karib tidak memberi manfa‟at

kepada karibnya. (27) Hari ketika semua mata terbuka dan dapat melihat masing-

masing amalnya. (28) Hari al-din (yaumul dîn), yaitu hari keputusan untuk

memberi balasan yang setimpal. (29) Hari al-Wa‟id (yaumul wa‟îd). (30) Hari al-

Khizy (yaumul khizy). (31) Hari al-Khulud (yaumul khulûd). (32) Yaumul jazâ.31

Kedua, penelitian ini menggunakan metode content analisis atau analisis

ini terhadap penafsiran M. Quraish Shihab tetang ayat-ayat kiamat dalam tafsir

Al-Misbâh dengan cara menginventarisir ayat-ayat kiamat, menelusuri dan

31
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, Jilid
3, 1994. 3, hlm. 62-63

21
memahami keserasian/munasabah. Mengkaji pemahaman ayat-ayat tersebut dari

pemahaman berbagai aliran dan pendapat para mufassir dan ahli hadis yang klasik

maupun kontemporer. Dan mempelajari ayat-ayat tersebut secara tematis dan

menyeluruh dengan cara penalaran obyektif melalui kaidah tafsir yang mu‟tabar

serta didukung oleh argumen-argumen dari al-Qur‟ân. Hadis Nabi, atau fakta-

fakta sejarah yang dapat ditemukan.

F. LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN

1. Metode Penelitian

Suatu penelitian memerlukan suatu metode. Metode adalah cara yang

teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan yang

ditentukan.32 Sedangkan metodologi adalah ilmu tentang metode atau uraian

tentang metode.33 Adapun metode dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode conten- analysis, yaitu analisis isi.34

2. Jenis Data

32
T. Fatimah Djajasudarma, Metode Linguistik; Ancangan Metode Penelitian dan Kajian, PT.
Eresco, Bandung, 1993, hlm. 1.
33
Ibid.
34
Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi, PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm. 60.

22
Jenis data dalam penelitian ini adalah berupa data-data yang menyangkut

dengan ayat-ayat yang berhubungan dengan kiamat yang terdapat dalam tafsir Al-

Misbah.

3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua sumber yaitu sumber

data primer (sumber pokok atau tangan satu) dan sumber data sekunder (sumber

tambahan atau tangan 2). Sumber primer penelitian ini diambil dari kitab tafsir

dan buku-buku referensi lainnya. Sedangkan sumber data sekunder dalam

penelitian ini diambil dari wawancara dengan tokoh-tokoh ulama dan dosen yang

berkompeten dalam bidang tafsir dan memahami lebih dalam tentang penafsiran

ayat-ayat tentang kiamat dalam tafsir Al-Misbah.

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yaitu dengan studi

kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan buku-buku dan satu kitab tafsir Al-

Misbah yang berhubungan dengan ayat-ayat tentang kiamat, dan yang kedua

dengan wawancara, yaitu dengan mewawancarai tokoh-tokoh agama dan alim

ulama yang menguasai tafsir Al-Misbâh.

5. Analisis Data

Setelah data-data terkumpul, maka data-data itu dianalisis tahapannya,

yaitu dengan mengkategorisasi dan mengklasifikasi data-data yang ada, kemudian

23
menjelaskan secara terperinci dan jelas, setelah diambil kesimpulan-kesimpulan

untuk dideskripsikan sebagai bahan laporan.

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TERHADAP TAFSIR DAN AYAT-AYAT

KIAMAT

A. TAFSÎR

1. Definisi Tafsîr

Tafsir menurut bahasa berasal dari kata fassara-yufassiru-tafsîran yang

bearti menerangkan, menjelaskan.35

Sedangkan menurut istilah adalah :

35
A.W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia, Pustaka Progressif, Surabaya, 2002,
hlm. 1055.

24
“Tafsir adalah suatu ilmu yang memahami kitab Allah/al-Qur‟ân yang

diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta penjelasannya, makna-

maknanya, dan mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya.”36

Tafsir adalah suatu disiplin ilmu yang ada dalam „Ulûmul Qur‟ân. Tafsir

al-Qur‟ân menurut M. Quraisy Shihab adalah penjelasan tentang maksud firman-

firman Allah sesuai kemampuan manusia.37

Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa tafsîr

adalah suatu disiplin ilmu untuk mempelajari, memahami al-Qur‟ân dengan

menjelaskan makna-maknanya sesuai kemampuan manusia sehigga mampu

mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya yang terkandung dalam al-

Qur‟ân.

2. Jenis Tafsîr

Jenis tafsîr ada dua, yaitu :

a. Tafsîr bi al- ma’tsûr, adalah tafsir yang berdasarkan pada kutipan-

kutipan yang shahih yang menafsirkan al-Qur‟ân dengan al-Qur‟ân, dengan

sunnah karena ia berfungsi menjelaskan Kitabullah, dengan perkataan sahabat

karena merekalah yang paling mengetahui Kitabullah, atau dengan apa yang

36
Ecep Ismail, op. cit.
37
M. Quraisy Shihab, Tafsîr Al-Misbâh; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟â, Lentera Hati,
Jakarta, 2007, jilid, 1, hlm. Xvii.

25
dikatakan tokoh-tokoh besar tabi‟în karena umumnya mereka menerimanya dari

para sahabat.38

Contoh kitab tafsir ini adalah :

1. Tafsîr Ibn „Abbâs,

2. Jâmi‟ul bayân fî Tafsîr al-Qur‟ân, oleh at-Thabari,

3. Al-Muharrar al- Wajîz fî Tafsîr al-Kitâb al-„Azîz, oleh Ibn „Atiyah,

4. Tafsîr al-Qur‟ân al-„Adzîm, oleh Ibn Katsir.

b. tafsîr bi al- ra’y, adalah tafsîr yang di dalam menjelaskan maknanya

mufassir hanya berpegang pada pemahaman sendiri dan penyimpulan (istinbat)

yang didasarkan pada ra‟yu semata.39

Contoh kitab tafsir ini adalah :

1. Mafatih Ghaib, oleh ar-Razi,

2. Al-Bahr al-Muhît, oleh Ibn Hayyan,

3. Al-Kasysyaf „an haqa‟iq al-Tanzîl wa „Uyun al-Aqâwil fi Wujûh al-

Ta‟wîl, oleh az-Zamakhsyari.

3. Metode Tafsîr

Menurut al-Farmawi metode atau pendekatan tafsîr dibagi menjadi empat

macam, yaitu :

38
Manna Khalil al-Qattan, op. cit., hlm. 482.
39
Ibid.hlm. 488.

26
1. Metode tahlîliy/analisa, yaitu penjelasan ayat-ayat al-Qur‟ân dengan

menampilkan penjelasan dari berbagai aspeknya dan mengelaborasi unsur-


40
unsurnya. Tehnisnya adalah bahwa mufassir dalam menjelaskan al-

Qur‟ân mengikuti susunan mushâf Utsmâni ayat demi ayat dan surah

demi surah, diiringi dengan menjelaskan makna-makna mufradat dan

makna kalimat serta keseluruhan dengan melihat struktur kalimat yang

ditafsirkan, menuturkan korelasi antar ayat atau surah, menuturkan sebab-

sebab turunnya ayat, menuturkan informasi yang diterima dari Nabi

Muhammad saw., sahabat, tabi‟în dan terkadang mufassir menjelaskan

selruh ayat dengan pendekatan kebahasaan dan seterusnya.41

2. Metode Komparasi/perbandingan, yaitu membandingkan ayat Al-Quran

satu dengan lainnya, yaitu ayat-ayat yang memiliki persamaan/kemiripan

redaksi dalam dua masalah atau kasus yang berbeda atau lebih dan atau

yang memiliki redaksi yang berbeda bagi masalah/kasus yang sama atau

diduga sama, dan atau membandingkan ayat-ayat Al-Quran dengan hadis-

hadis Nabi SAW yang nampaknya bertentangan, serta membandingkan

pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-Quran.42

3. Tafsir Maudhu‟i/tematik, adalah menafsirkan al-Qur‟ân dengan cara

menghimpun seluruh / sebahagian ayat-ayat – dari beberapa surah – yang

berbicara tentang topic tersebut untuk kemudian dikaitkan satu dengan

40
Mamat Ruhimat, Penafsiran M. Quraish Shihab Tentang Ayat-ayat Dzikir dalam al-Qur‟ân,
UIN SGD, Skripsi, 2005, hlm. 32.
41
Ibid.
42
Ibid, hlm. 38.

27
lainnya sehingga pada akhirnya diambil kesimpulan menyeluruh tentang

masalah tersebut menurut pandangan al-Qur‟ân. 43

Dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kiamat, M. Quraisy

Shihab, beliau menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

4. Menetapkan masalah yang akan di bahas;

5. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyangkut dengan

masalah tersebut;

6. Menyusun urut-urutan ayat sesuai dengan masa turunnya, atau perincian

masalahnya, dengan memisahkan, misalnya antara periode Makkah dan

Madinah;

7. Memahami korelasi/munasabah ayat-ayat dalam surah-surahnya;

8. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang menyangkut dengan

masalah yang dibahas tersebut.

4. Tafsir Ijmali/global, adalah penjelasan ayat-ayat al-Qur‟ân dengan

menampilkan makna-maknanya secara global. Peneliti yang menggunakan

metode ini berperan pada susunan tertib tilawah dan mushâf „Utsmâni dan

diarahkan pula penafsirannya kepada makna-makna yang global saja

dengan menuturkan sasaran dan tujuannya secara umum. Dalam

43
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Qur‟ân dengan Methode Maudhû‟I, hlm. 33.

28
penyajiannya terkadang seorang mufassir menapilkan penafsiran ayatnya

dalam satu bingkai tersebut.44

B. KIAMAT

1. Definisi Kiamat

44
Mamat Ruhimat, op. cit.

29
Kiamat berasal dari bahasa Arab, (qiyâmah) yang artinya adalah

tegak, berdiri, bangkit.45 Hari Kiamat adalah hari akhir atau hari penghabisan dari

hari-hari di dunia.46.

Di dalam Kitabullah yakni al-Qur‟ân al-Karim dan Sunnah Rasulullah

saw., yakni Al-Hadis Asy-Syarif, seringkali persoalan itu disebutkan dengan nama

yaumul akhir artinya hari penghabisan. Maksudnya hari yang terakhir atau

penghabisan sekali dan oleh sebab hari itu adalah hari yang paling akhir sendiri,

maka tidak ada lagi hari yang seperti di dunia ini sesudahnya itu.47

Allah swt. memberi nama kiamat dengan hari, menjadi Hari Kiamat,

karena peristiwa kiamat itu tidak bisa ditunda sampai hari esok. Dan kiamat itu

akan terjadi pada suatu hari. Yang mana „Hari‟ itu hanyalah Allah yang Maha

Tahu. Berapa menit, jam. Yang pasti kiamat itu akan terjadi pada suatu hari.48

Yaum al-Qiyâmah juga berarti hari tegaknya apa yang dijanjikan Allah

tentang kehancuran alam semesta dan tegaknya segala ketetapan Allah atas

makhluk-Nya.49

45
A.W. Munawwir, op. cit., hlm. 1172
46
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru van Hoeve, Jakarta, Jilid
3, 1994., hlm. 62-63
47
Moh. Abdai Rathamy, Kiamat, PT. Alma‟arif , Bandung, 1993, cet. Ke IX, hlm. 64
48
Menurut H. Subhan dalam bukunya : Benarkah Isa dan Dajjal akan Turun?, diterangkan,
mengapa Allah menamai kiamat dengan hari? Alasannya, agar kita tahu bahwa kiamat tidak
mempunyai kata besok dan ditunda, karena belum sempurna kejadiannya dalam satu hari itu.
Namun hitungan itu akan terus berlangsung, dan peristiwa demi peristiwa hari kiamat tersebut
tetap terlaksana tuntas. Tidak ada selang waktu untuk istirahat, atau tanpa ada tempo sehingga
semua manusia sejak Adam sampai orang-orang yang menyaksikan kejadian kiamat dapat
menerima prosesi hukum saat itu juga. Mereka semua akan berdiri menghadap Allah, tak luput
seorang pun dari perhitungan-Nya.
49
Lihat majalah Risalah No. 3 TH. 45, PP. Persatuan Islam, Juni 2007, hlm. 51

30
Hari akhirat disebut yaum al-qiyâmah juga karena pada hari itu ditegakkan

segala ketetapan Allah sehingga tidak ada lagi manusia yang meragukan dan

mengingkari kebenarannya. Pada hari kiamat itu pula diputuskan segala perkara

yang diperselisihkan di antara manusia.

Dalam al-Qur‟ân Allah swt. berfirman :

“Sesungguhnya Tuhan kamu akan memutuskan antara mereka di hari

kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan itu.”50

Dari beberapa pengertian dan penjelasan di atas, dapat diambil kesimpulan

bahwa hari kiamat itu adalah hari berakhirnya kehidupan di dunia ini dengan

terjadinya goncangan dan hancurnya seluruh alam semesta untuk diperlihatkan

kepada mereka janji Allah yang meliputi keadilan, dan putusan Allah atas segala

perkara yang diperselisihkan di antara manusia.

2. Hakikat Kiamat

50
QS. Yunus [10] : 93

31
Kiamat yang merupakan rukun iman yang ke-6, wajib diyakini dan

percayai akan adanya suatu hari nanti. Banyak di dalam al-Qur‟ân maupun hadis

– hadis Nabi yang menjelaskan tentang pentingnya memperhatikan tanda-tanda

kiamat, sehingga tidak dianggap sempurna iman seseorang jika tidak meyakini

dan mengimani terhadap hari kiamat. Banyak juga dalam hadis – hadis Rasulullah

yang dalam redaksinya atau matannya, ketika disuruh beriman kepada Allah

selalu diikuti dengan iman kepada hari akhir.

Allah swt. berfirman :

“Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al-Qur‟ân ) yang telah

diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta

mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.”51

“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab

yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah,

51
QS. Al-Baqarah [2] ayat : 4.

32
malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian,

maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”52

Misalnya dalam hadis Rasulullah saw. tentang kewajiban menghormati

tetangga, tamu dan hendaklah diam :

“Telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibn Sa‟id telah


menceritakanepada kami Abul Ahwash dari Abu Hashin dari Abu Shalih dari Abu
Hurairah ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa yang beriman
kepada Allah dan Hari Akhir maka janganlah menyakiti tetangganya. Dan
barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka muliakanlah
tamunya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka
berkatalah yang baik atau lebih baik diam.”53

52
QS. Al-Nisa [4] ayat 136.
53
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, Fath al-Bâri bi al-Syarh Shahîh Al-Bukhâri, Dâr al-
Hadis, Mesir, 2004, jilid, 10, hlm. 502.

33
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibn Yusup, telah
menceritakan kepada kami Allaitsu, ia berkata : Telah menceritakan kepada kami
Sa‟id Al-Maqburi dari Abu Syuraih Al-Adawi ia berkata : Dua telingaku telah
mendengar dan kedua mataku melihat ketika Nabi Muhammad SAW berkata-kata,
kemudian ia bersabda : Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir
maka muliakanlah tetangganya. Dan barang siapa yang beriman kepada Allah
dan hari akhir maka muliakanlah tamunya, penuhi haknya. Abu Syuraih Al-
„Adawi bertanya : Apa hak tamu itu wahai Rasulullah? Rasul menjab : Sehari
semala, dan bertamu itu selama 3 hari, dan adapun setelah itu, maka menjadi
shadaqah bagi tamu itu. . Dan barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari
Akhir maka berkatalah yang baik atau lebih baik diam.54

Dua hadis di atas, Rasulullah saw. menerangkan, setelah beriman kepada

Allah, kemudian diikuti oleh beriman kepada hari Akhir. Ini menunjukan bahwa

Hari Akhir di sini adalah isyarat kepada orang yang beriman kepada Allah dengan

sebenar-benarnya, maka nanti di yaumul akhir akan dibalas oleh Allah.

Semua manusia dari zaman Adam sampai kepada ummat Nabi

Muhammad saw. akan menerima balasan dari Allah sesuai dengan amalannya

masing-masing. Segala tingkah laku manusia, akan diperhitungkan oleh Allah

swt.

54
Ibid, hlm. 503.

34
Dalam al-Qur‟ân surat Al-Zalzalah ayat 7-8 Allah SWT berfirman :

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya

dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan

sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.” 55

Hari kiamat banyak disebutkan dengan beberapa istilah dalam al-Qur‟ân,

diantaranya al-Hâqqah, al-Ghâsyiah, ash-Shâkhah dan ath-Thâmmah.

Bentuk pengulangan seperti di atas merupakan salah satu gaya bahasa Al-

Qur‟ân untuk mengundang perhatian pembaca. Pengulangan pada ayat-ayat

kiamat dimaksudkan agar pembaca memusatkan seluruh perhatian nya, karena

masalah yang akan dijelaskan merupakan peristiwa yang sangat penting, menarik,

dan penuh kedahsyatan.56

Manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, akan

mendapatkan keridhoan dari-Nya. Sedangkan bagi manusia yang kafir, mereka

akan melihat kedahsyatan hari kiamat sebagai adzab dan siksaan di dunia.

55
QS. Al-Zalzalah [99] : 7-8
56
Aam Amiruddin, Tafsir Al-Qur‟ân Kontemporer I Surat-surat Pendek, Percik Press, Bandung,
2004, cet. I, hlm. 178.

35
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya

kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).

(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua

wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah

kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan

mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu

sangat kerasnya.”57

3. Kategorisasi kiamat dalam Al-Qur’ân

Kiamat dapat diketegorisasikan menjadi tiga macam, yaitu :

57
QS. Al-Hajj [22] : 1-2

36
a. Nama-nama Kiamat;

b. Karakteristik/sifat Kiamat;

c. Situasi Kiamat.

Kategorisasi kiamat dapat dibagankan sebagai berikut :

Nomor Nama-nama kiamat Karakteristik/sifat Situasi kiamat

kiamat

1 Yaum al-Qiyâmah Hari waqi‟ah (yaumul Hari ketika semua


wâqi‟ah) mata terbuka dan
dapat melihat
masing-masing
amalnya.
2 Yaum al-Sâ‟ah Hari haqqah (yaumul Hari ketika seorang
hâqqah) karib tidak memberi
manfa‟at kepada
karibnya.
3 Yaum al-Âkhir Hari lâ raiba fîhi (hari Yaum al-Zalzalah
yang tidak disangsikan
lagi terjadinya)
Hari al-Ba‟s (yaumul Hari terpisahnya
ba‟s) seseorang dari
keluarganya
Hari at-tammah (yaumul Hari ketika
seseorang tidak
tâmmah)
dapat memberi
pertolongan kepada
orang lain
Hari al-Hisab (yaumul Hari ketika
Hisâb) banyaknya anak dan
harta tidak
bermanfa‟at
Hari Al-Ghasyiyah Hari nusyur (yaumul
(yaumul ghâsyiyah) an-nusyur)
Hari al-Wazni (yaumul Hari al-mahsyar
wazn) (yaumul mahsyar)
Hari al-din (yaumul Hari al-Jam‟I
dîn), yaitu hari (yaumul jam‟i)
keputusan untuk
memberi balasan yang
setimpal
Hari al-Wa‟id (yaumul Hari „arad (yaumul

37
wa‟îd) „arad)
Hari al-Khizy (yaumul Hari at-Tanad
khizy) (yaumul tanad)
) Hari al-Khulud Hari at-Thalaq atau
(yaumul khulûd) hari liqa‟ (yaumul
thalâq wa yaumul
liqa‟)
Yaumul jazâ Hari qari‟ah (yaumul
qâri‟ah)
Hari sa‟iqah (yaumul
sa‟iqah)
Hari „asir (yaumun
„asir)
Hari al-Fasl (yaumul
fasl)
Hari Rajifah (yaumul
râjifah)

Hari kiamat banyak disebutkan dengan beberapa istilah dalam al-Qur‟ân,

diantaranya al-Hâqqah, al-Ghâsyiah, ash-Shâkhah dan ath-Thâmmah dan

sebagainya.

Bentuk pengulangan seperti di atas merupakan salah satu gaya bahasa al-

Qur‟ân untuk mengundang perhatian pembaca. Pengulangan pada ayat-ayat

kiamat dimaksudkan agar kita memusatkan seluruh perhatiannya, karena masalah

yang akan dijelaskan merupakan peristiwa yang sangat penting, menarik, dan

penuh kedahsyatan.

Para ulama berbeda pendapat tentang jumlah istilah untuk hari kiamat.

Tapi di sini penyusun akan mengambil pendapat dari buku ensiklopedi Islam yang

jumlahnya ada 32 nama. Yaitu sebagai berikut :

1. Hari Kiamat (yaum al-Qiyâmah).

38
Kata ini paling banyak digunakan Allah swt. untuk hari tersebut. Istilah ini

di antaranya ditemukan dalam beberapa ayat. Pembicaraan ataupun sebutan hari

kiamat (yaum al-Qiyâmah) dalam al-Qur‟ân ditemukan dalam 71 tempat.58 Ayat-

ayat yang menggunakan istilah ini pada umumnya menjelaskan kepastian

datangnya hari kiamat, suatu hari yang ditentukan untuk melangsungkan

pengadilan bagi setiap makhluk dan selanjutnya mendapat keputusan yang Maha

Benar dari Allah swt.59

Berikut ini adalah ayat-ayat menggunakan yaum al-Qiyâmah :

A. Surat Al-Baqarah [2] : 85, 113, 174, dan 212.

“dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat

berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat”60

58
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, op. cit. , hlm.61.
59
Ibid, hlm. 62.
60
QS. Al-Baqarah [2] : 85.

39
“……..Maka Allah akan mengadili diantara mereka pada hari Kiamat,

tentang apa-apa yang mereka berselisih padanya.”61

“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah

diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit

(murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam

perutnya melainkan api[109], dan Allah tidak akan berbicara[110] kepada

mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa

yang amat pedih.”62

“Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir,

dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang

yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari kiamat. Dan Allah

memberi rezki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.”63

61
Ibid, ayat : 113
62
Ibid, ayat : 174.
63
Ibid, ayat : 212.

40
B. Surat Ali-Imran [3] ayat : 55, 77, 161, 180, 185, dan 194.

“(Ingatlah), ketika Allah berfirman: "Hai Isa, sesungguhnya Aku akan

menyampaikan kamu kepada akhir ajalmu dan mengangkat kamu kepada-Ku

serta membersihkan kamu dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-

orang yang mengikuti kamu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.

Kemudian hanya kepada Akulah kembalimu, lalu Aku memutuskan diantaramu

tentang hal-hal yang selalu kamu berselisih padanya".64

“Sesungguhnya orang-orang yang menukar janji (nya dengan) Allah dan

sumpah-sumpah mereka dengan harga yang sedikit, mereka itu tidak mendapat

bahagian (pahala) di akhirat, dan Allah tidak akan berkata-kata dengan mereka

64
QS. Ali-Imran [3] : 55.

41
dan tidak akan melihat kepada mereka pada hari kiamat dan tidak (pula) akan

mensucikan mereka. Bagi mereka azab yang pedih.”65

“Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan

perang. Barangsiapa yang berkhianat dalam urusan rampasan perang itu, maka

pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu,

kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan

dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya.”66

“Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang

Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu

baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta

yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat.

Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan

Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”67

65
Ibid, ayat : 77.
66
Ibid, ayat : 161.
67
Ibid, ayat : 180.

42
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada

hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari

neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh ia telah beruntung.

Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”68

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada

kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan

kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji."69

C. Surat An-Nisâ [4] ayat : 87, 109, 141, 159.

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.

Sesungguhnya Dia akan mengumpulkan kamu di hari kiamat, yang tidak ada

keraguan terjadinya. Dan siapakah orang yang lebih benar perkataan(nya) dari

pada Allah ?”70

68
Ibid, ayat : 185.
69
Ibid, ayat : 194.
70
QS. An-Nisa [4] : 87.

43
“Beginilah kamu, kamu sekalian adalah orang-orang yang berdebat

untuk (membela) mereka dalam kehidupan dunia ini. Maka siapakah yang akan

mendebat Allah untuk (membela) mereka pada hari kiamat? Atau siapakah yang

menjadi pelindung mereka (terhadap siksa Allah)?”71

“(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan


terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu
kemenangan dari Allah mereka berkata: "Bukankah kami (turut berperang)
beserta kamu ?" Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan
(kemenangan) mereka berkata: "Bukankah kami turut memenangkanmu[363], dan
membela kamu dari orang-orang mukmin?" Maka Allah akan memberi keputusan
di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan
kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.”72

71
QS. An-Nisa [4] :109
72
QS. An-Nisa [4] : 141

44
“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman

kepadanya (Isa) sebelum kematiannya[380]. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan

menjadi saksi terhadap mereka.”73

D. QS. Al-Mâidah [5] ayat : 14, 36, dan 64.

“Dan diantara orang-orang yang mengatakan: "Sesungguhnya kami ini orang-

orang Nasrani", ada yang telah kami ambil perjanjian mereka, tetapi mereka

(sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diberi peringatan

dengannya; maka Kami timbulkan di antara mereka permusuhan dan kebencian

sampai hari kiamat. Dan kelak Allah akan memberitakan kepada mereka apa

yang mereka kerjakan.”74

73
QS. An-Nisa [4] : 159
74
QS. Al-Maidah [5] : 14.

45
“Sesungguhnya orang-orang yang kafir sekiranya mereka mempunyai

apa yang dibumi ini seluruhnya dan mempunyai yang sebanyak itu (pula) untuk

menebusi diri mereka dengan itu dari azab hari kiamat, niscaya (tebusan itu)

tidak akan diterima dari mereka, dan mereka beroleh azab yang pedih.”75

“Orang-orang Yahudi berkata: "Tangan Allah terbelenggu"[426],


sebenarnya tangan merekalah yang dibelenggu[427] dan merekalah yang dila'nat
disebabkan apa yang telah mereka katakan itu. (Tidak demikian), tetapi kedua-
dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki. Dan Al
Quran yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sungguh-sungguh akan
menambah kedurhakaan dan kekafiran bagi kebanyakan di antara mereka. Dan
Kami telah timbulkan permusuhan dan kebencian di antara mereka sampai hari
kiamat. Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan
mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang
yang membuat kerusakan.”76

E. QS. Al-‘An’âm [6] ayat : 12

75
Ibid, ayat : 36
76
QS. Al-Maidah [5] : 64

46
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di

bumi." Katakanlah: "Kepunyaan Allah." Dia telah menetapkan atas Diri-Nya

kasih sayang[462]. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang

tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu

tidak beriman[463].”

F. QS. Al-A’râf [7] ayat : 32, 167, dan 172.

“Katakanlah: "Siapakah yang mengharamkan perhiasan dari Allah yang

telah dikeluarkan-Nya untuk hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang

mengharamkan) rezki yang baik?" Katakanlah: "Semuanya itu (disediakan) bagi

orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia, khusus (untuk mereka saja)

di hari kiamat[536]." Demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu bagi orang-

orang yang mengetahui.”77

77
QS. Al-A‟raf [7] : 32.

47
“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu memberitahukan, bahwa sesungguhnya

Dia akan mengirim kepada mereka (orang-orang Yahudi) sampai hari kiamat

orang-orang yang akan menimpakan kepada mereka azab yang seburuk-

buruknya. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksa-Nya, dan sesungguhnya Dia

adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

“Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak

Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka

(seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul

(Engkau Tuban kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu)

agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam)

adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".78

78
Ibid, ayat : 172.

48
G. QS. Yunus [10] ayat : 60 dan 93.

“Apakah dugaan orang-orang yang mengada-adakan kebohongan

terhadap Allah pada hari kiamat ? Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai

karunia (yang dilimpahkan) atas manusia, tetapi kebanyakan mereka tidak

mensyukuri(nya)”

“Dan sesungguhnya Kami telah menempatkan Bani Israil di ternpat

kediaman yang bagus[705] dan Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik.

Maka mereka tidak berselisih, kecuali setelah datang kepada mereka

pengetahuan (yang tersebut dalam Taurat). Sesungguhnya Tuhan kamu akan

memutuskan antara mereka di hari kiamat tentang apa yang mereka perselisihkan

itu.”

H. QS. Hûd [11] ayat : 60, 98, dan 99.

49
“Dan mereka selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu

pula) di hari kiamat. Ingatlah, sesungguhnya kaum 'Ad itu kafir kepada Tuhan

mereka. Ingatlah kebinasaanlah bagi kaum 'Ad (yaitu) kaum Huud itu.”

“Ia berjalan di muka kaumnya di hari kiamat lalu memasukkan mereka

ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk tempat yang didatangi. Dan mereka

selalu diikuti dengan kutukan di dunia ini dan (begitu pula) di hari kiamat. La'nat

itu seburuk-buruk pemberian yang diberikan.”

I. QS. An-Nahl [16] ayat : 25, 27, 92, dan 124

“(ucapan mereka) menyebabkan mereka memikul dosa-dosanya dengan

sepenuh-penuhnya pada hari kiamat, dan sebahagian dosa-dosa orang yang

mereka sesatkan yang tidak mengetahui sedikitpun (bahwa mereka disesatkan).

Ingatlah, amat buruklah dosa yang mereka pikul itu.”

50
“Kemudian Allah menghinakan mereka di hari kiamat, dan berfirman:

"Di manakah sekutu-sekutu-Ku itu (yang karena membelanya) kamu selalu

memusuhi mereka (nabi-nabi dan orang-orang mukmin)?" Berkatalah orang-

orang yang telah diberi ilmu:[821] "Sesungguhnya kehinaan dan azab hari ini

ditimpakan atas orang-orang yang kafir"

“Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan


benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu
menjadikan sumpah (perjanjian) mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan
adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang
lain[838]. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan
sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu
kamu perselisihkan itu.”

51
“Sesungguhnya diwajibkan (menghormati)[844] hari Sabtu atas orang-

orang (Yahudi) yang berselisih padanya. Dan sesungguhnya Tuhanmu benar-

benar akan memberi putusan di antara mereka di hari kiamat terhadap apa yang

telah mereka perselisihkan itu.”

J. QS. Al-Isrâ [17] ayat : 13, 58, 62, dan 97

“Dan tiap-tiap manusia itu telah Kami tetapkan amal perbuatannya

(sebagaimana tetapnya kalung) pada lehernya. Dan Kami keluarkan baginya

pada hari kiamat sebuah kitab yang dijumpainya terbuka.”

“Tak ada suatu negeripun (yang durhaka penduduknya), melainkan

Kami membinasakannya sebelum hari kiamat atau Kami azab (penduduknya)

dengan azab yang sangat keras. Yang demikian itu telah tertulis di dalam kitab

(Lauh Mahfuzh).”

52
“Dia (iblis) berkata:"Terangkanlah kepadaku inikah orangnya yang

Engkau muliakan atas diriku Sesungguhnya jika Engkau memberi tangguh

kepadaku sampai hari kiamat, niscaya benar-benar akan aku sesatkan

keturunannya, kecuali sebahagian kecil"

“Dan barangsiapa yang ditunjuki Allah, dialah yang mendapat petunjuk

dan barangsiapa yang Dia sesatkan maka sekali-kali kamu tidak akan mendapat

penolong-penolong bagi mereka selain dari Dia. Dan Kami akan mengumpulkan

mereka pada hari kiamat (diseret) atas muka mereka dalam keadaan buta, bisu

dan pekak. Tempat kediaman mereka adalah neraka jahanam. Tiap-tiap kali

nyala api jahanam itu akan padam, Kami tambah lagi bagi mereka nyalanya”

K. QS. Al-Kahfi [18] ayat : 105

53
“Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka

dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan

mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada

hari kiamat”

L. QS. Maryam [19] ayat 95

“Dan tiap-tiap mereka akan datang kepada Allah pada hari kiamat

dengan sendiri-sendir”i

M. QS. Thaha [20] ayat : 100, 101, dan 124

“Barangsiapa yang berpaling daripada al-Qur‟ân maka sesungguhnya

ia akan memikul dosa yang besar di hari kiamat. Mereka kekal di dalam keadaan

itu. Dan amat buruklah dosa itu sebagai beban bagi mereka di hari kiamat,”

54
“Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka

sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan

menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta"

N. QS. Al-Anbiyâ [21] ayat : 47

“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari kiamat, maka

tidaklah dirugikan seseorang barang sedikitpun. Dan jika (amalan itu) hanya

seberat biji sawipun pasti kami mendatangkan (pahala)nya. Dan cukuplah Kami

sebagai Pembuat perhitungan.”

O. QS. Al-Hâjj [22] ayat : 9, 17, dan 69

« Dengan memalingkan lambungnya untuk menyesatkan manusia dari

jalan Allah. Ia mendapat kehinaan di dunia dan di hari kiamat Kami merasakan

kepadanya azab neraka yang membakar. »

55
“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi, orang-

orang Shaabi-iin, orang-orang Nasrani, orang-orang Majusi dan orang-orang

musyrik, Allah akan memberi keputusan di antara mereka pada hari kiamat.

Sesungguhnya Allah menyaksikan segala sesuatu”

“Allah akan mengadili di antara kamu pada hari kiamat tentang apa yang

kamu dahulu selalu berselisih padanya”

P. QS. Al-Mu’minûn [23] ayat : 16

“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari

kuburmu) di hari kiamat”

Q. QS. Al-Furqân [25] ayat : 69

“(yakni) akan dilipat gandakan azab untuknya pada hari kiamat dan dia

akan kekal dalam azab itu, dalam keadaan terhina.”

R. QS. Al-Qasas [28] ayat : 41, 42, 61, 71, dan 72

“Dan Kami jadikan mereka pemimpin-pemimpin yang menyeru

(manusia) ke neraka dan pada hari kiamat mereka tidak akan ditolong. Dan Kami

56
ikutkan la'nat kepada mereka di dunia ini; dan pada hari kiamat mereka termasuk

orang-orang yang dijauhkan (dari rahmat Allah).”

“Maka apakah orang yang Kami janjikan kepadanya suatu janji yang

baik (surga) lalu ia memperolehnya, sama dengan orang yang Kami berikan

kepadanya kenikmatan hidup duniawi; kemudian dia pada hari kiamat termasuk

orang-orang yang diseret (ke dalam neraka)?”

« Katakanlah:"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu


malam itu terus-memerus sampai hari kiamat, siapakah Ilah selain Allah yang
akan mendatangkan sinar terang kepadamu Maka apakah kamu tidak
mendengar?. Katakanlah:"Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan
untukmu siang itu terus-menerus sampai hari kiamat, siapakah Ilah selain Allah
yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya
Maka apakah kamu tidak memperhatikan? »

S. QS. Al-‘Ankabût [29] ayat : 13 dan 25

57
“Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka, dan

beban-beban (dosa yang lain) disamping beban-beban mereka sendiri, dan

sesungguhnya mereka akan ditanya pada hari kiamat tentang apa yang selalu

mereka ada-adakan”

“Dan berkata Ibrahim:"Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu

sembah selain Allah adalah untuk menciptakan perasaan kasih sayang di antara

kamu dalm kehidupan dunia ini kemudian di hari kiamat sebagian kamu

mengingkari sebagian (yang lain) dan sebagian kamu melaknati sebagian (yang

lain); dan tempat kembalimu adalah neraka, dan sekali-kali tidak ada bagimu

para penolongpun”

T. QS. As-Sajdah [32] ayat : 25

58
“Sesungguhnya Rabbmu Dialah yang memberikan keputusan di antara

mereka pada Hari Kiamat tentang apa yang selalu mereka perselisihkan

padanya.”

U. QS. Fâtir [35] ayat : 14

“Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada menmendengar seruanmu;

dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan

permintaanmu.Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan

tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagai yang diberikan

oleh Yang Maha Mengetahui”

V. QS. Az-Zumâr [39] Ayat : 15, 24, 31, 47, 60, dan 67

“Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu

kehendaki selain Dia.Katakanlah:"Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah

orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari

kiamat".Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.”

59
“Maka apakah orang-orang yang menoleh dengan mukanya

menghindari azab yang buruk pada hari kiamat (sama dengan orang mu'min yang

tidak kena azab) Dan dikatakan kepada orang-orang yang zalim:"Rasakanlah

olehmu balasan apa yang telah kamu kerjakan"

“ Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-

bantah di hadapan Rabbmu.”

“Dan sekiranya orang-orang yang zalim mempunyai apa yang di bumi

semuanya dan (ada pula) sebanyak itu besertanya, niscaya mereka akan menebus

dirinya dengan itu dari siksa yang buruk pada hari kiamat.Dan jelaslah bagi

mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan”

60
“Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat

dusta terhadap Allah, mukanya menjadi hitam.Bukankahdalam neraka Jahannam

itu ada tempat bagi orang-orang yang menyombongkan diri?”

“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang

semestinya pada hal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat

dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya.Maha Suci Dia dan Maha Tinggi

Dia dari apa yang mereka persekutukan”

W. QS. Asy-Syura [42] ayat : 45

“Dan kamu akan melihat mereka dihadapkan ke neraka dalam keadaan

tunduk karena (merasa) terhina, mereka melihat dengan pandangan yang

lesu.Dan orang-orang yang beriman berkata:"Sesungguhnya orang-orang yang

merugi ialah orang-orang yang kehilangan diri mereka sendiri dan (kehilangan)

61
keluarga mereka pada hari kiamat.Ingatlah, sesungguhnya orang-orang yang

zalim itu berada dalam azab yang kekal”

X. QS. Fushilat [41] ayat : 40

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka

tidak tersembunyi dari Kami.Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke

dalam neraka lebih baik ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa

pada hari kiamat Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; sesungguhnya Dia Maha

Melihat apa yang kamu kerjakan.”

Y. QS. Al-Jatsiyah [45] ayat : 17 dan 26

“Dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata

tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang

kepada mereka pengetahuan karena kedengkian (yang ada) di antara

mereka.Sesungguhnya Rabbmu akan memutuskan antara mereka pada hari

kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya.”

62
“Katakanlah:"Allah-lah yang menghidupkan kamu kemudian mematikan

kamu, setelah itu mengumpulkan kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan

padanya; akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”

Z. QS. Al-Ahqâf [46] ayat : 5

“Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang menyembah

sembahan-sembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan (do'anya)

sampai hari kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka”

28. QS. Al-Mujâdilah [58] ayat : 7

“Tidakkan kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa


yang ada di langit dan apa yang ada di bumi Tiada pembicaraan rahasia antara

63
tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya.Dan tiada (pembicaraan antara)
lima orang, melainkan Dia-lah yang keenamnya.Dan tiadak (pula) pembicaraan
antara (jumlah) yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia ada
bersama mereka di manapun mereka berada.Kemudian Dia akan
memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka
kerjakan.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”

29. QS. Al-Mumtahanah [60] ayat : 3

“Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfa'at bagimu

pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat

apa yang kamu kerjakan.”

30. QS. Al-Qalâm [68] ayat : 39

“Atau apakah kamu memperoleh janji-janji yang diperkuat dengan

sumpah dari Kami, yang tetap berlaku sampai hari kiamat; sesungguhnya kamu

benar-benar dapat mengambil keputusan (sekehendakmu)”

31. QS. Al-Qiyâmah [75] ayat : 1 dan 6

64
“Aku bersumpah dengan hari kiamat.”

“Ia bertanya:"Bilakah hari kiamat itu"

2. Hari Akhîr (yaum al-akhîr),

Karena pada hari itu adalah hari yang paling akhir dari sejarah makhluk

sebelum kembali ke alam baka, Syurga dan neraka. 79

Dalam al-Qur‟ân Allah swt berfirman dalam surat Al-Ankabût ayat : 36;

Al-Ahzâb ayat 21 dan Al-Mumtahânah ayat 6 :

“Dan (Kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan, saudara

mereka Syu'aib, maka ia berkata:"Hai kaumku, sembahlah olehmu Allah

harapkanlah (pahala) hari akhir, dan jangan kamu berkeliaran di muka bumi

berbuat kerusakan"

79
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, loc. cit, hlm. 62.

65
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang

baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan

(kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah”

“Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan umatnya) ada teladan

yang baik bagimu; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan

(keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka

sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha terpuji.”

3. Hari Zalzalah (yaum al-Zalzalah)

Yaum al-Zalzalah berarti kegoncangan, keruntuhan, karena pada saat itu

terjadi kegoncangan yang sangat dahsyat di bumi.80

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hajj ayat 1 dan Al-Zalzalah ayat 1 :

“Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya

kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar

(dahsyat).”

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangannya (yang dahsyat)”


4. Hari Waqi’ah (yaum al-Wâqiah)

80
Ibid.

66
Hari yang sangat dahsyat, sehingga pada waktu semua manusia tidak ada

dapat mendustakannya.

Allah swt. berfirman dalam surat Al-Waqi‟ah ayat 1-2

“Apabila terjadi hari kiamat. terjadinya kiamat itu tidak dapat

didustakan (disangkal)”

5. Hari râjifah (yaum ar-râjifah)

Yang berarti hari gempa yang besar, karena merupakan hari yang

mengoncangkan alam, sehingga gunung-gunung menjadi tumpukan-tumpukan

pasir yang berterbangan.81

Allah swt. berfirman dalam surat Al-MuZzammil ayat 14 dan Al-Nâzi‟at

ayat 6

“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah

gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan”

“(Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan) pada hari ketika tiupan

pertama menggoncangkan alam.”

81
Ibid.

67
6. Hari Hâqqah (yaum al-hâqqah)

Hari kebenaran, karena hari ini benar-benar terjadi dan Allah swt. akan

membuktikan janji-janji-Nya.

Allah swt. berfirman dalam surat al-Hâqqah ayat 1-3

“Hari kiamat. apakah hari kiamat itu?. Dan tahukah kamu apakah hari

kiamat itu?”

7. Hari Qâri’ah (yaum al-qâri’ah)

Hari peritiwa membingungkan, karena ketika terjadi hari kiamat manusia

berada dalam kebingungan.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Qari‟ah ayat 1-3

“Hari Kiamat. Apakah hari Kiamat itu. Tahukah kamu apakah hari

Kiamat itu.”

8. Hari sa’iqah (yaum al-sa’iqah)

Yang berarti pada waktu terjadi kiamat nanti akan ada suara yang

bergemuruh.

Allah SWT berfirman dalam surat az-Zumar ayat 68

68
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di

bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Kemudian ditiup sangkakala itu sekali

lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnyamasing-masing)”

9. Hari ‘asîr (yaum ‘asîr)

Pada hari kiamat nanti, manusia penuh dengan kesulitan dan kesengsaraan.

Allah swt. berfirman dalam surat Al-Mudatsir ayat 9

“maka waktu itu adalah waktu (datangnya) hari yang sulit.”

10. Hari lâ raiba fîhi

Maksudanya hari yang tidak bisa diragukan lagi adanya. Hari kiamat pasti

terjadi. Allah swt. pasti melaksanakan janji-janji-Nya.

Allah swt. berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 21

“Dan demikian (pula) Kami mempertemukan (manusia) dengan mereka,


agar manusia itu mengetahui, bahwa janji Allah itu benar, dan bahwa
kedatangan hari kiamat tidak ada keraguan padanya. Ketika orang-orang itu
berselisih tentang urusan mereka, orang-orang itu berkata:"Dirikanlah sebuah
bangunan diatas (gua) mereka, Rabb mereka lebih mengetahui tentang mereka".
Orang-orang yang berkuasa atas urusan mereka berkata:"Sesungguhnya kami
akan mendirikan sebuah rumah peribadatan di atasnya"

69
11. Hari terpisahnya seseorang dari keluarganya, sebab pada hari itu setiap

orang akan terpisah dari Ibu-Bapaknya, suami-istrinya, dan anak-anaknya.

Allah swt berfirman dalam surat „Abasa ayat 34-36

“pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. dari ibu dan bapaknya.

dari isteri dan anak-anaknya.”

12. Hari al-Ba’st (yaum al-Ba’st)

Disebut juga hari berbangkit, maksudnya hari kiamat merupakan salah

satu tahap yang dilalui oleh manusia, yakni hari manusia dibangkitkan dari

kuburnya.

Allah swt. berfirman dalam surat al-Mu‟minûn ayat 16 dan al-Infithâr ayat

4-5.

“Kemudian, sesungguhnya kamu sekalian akan dibangkitkan (dari

kuburmu) di hari kiamat”

“dan apabila kuburan-kuburan dibongkar. maka tiap-tiap jiwa akan

mengetahui apa yang telah dikerjakan dan yang dilalaikannya.”

Pada hari itu juga para malaikat dibangkitkan untuk melaksanakan

perintah Allah swt. Mengatur umat manusia. Allah swt. berfirman dalam surat an-

Nabâ ayat 38.

70
“Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf, mereka

tidak berkata-kata, kecuali siapa yang diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang

Maha Pemurah; dan ia mengucapkan kata yang benar”

13. Hari nusyur (yaum al- Nusyur)

Disebut demikian karena seluruh manusia hidup setelah mereka mati.

Allah swt. berfirman dalam surat Fâthir ayat 9.

“Dan Allah, Dialah yang mengirimkan angin; lalu angin itu

menggerakkan awan, maka kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati lalu

kami hidupkan bumi setelah matinya dengan hujan itu.Demikianklah kebangkitan

itu”

14. Hari al-Mahsyar (yaum al-Mahsyar)

Maksudnya adalah hari tempat berkumpul seluruh manusia dari zaman

Nabi Adam as. sampai Nabi akhir zaman Muhammad saw. Di padang yang sangat

luas tanpa batas.

Allah swt. berfirman dalam surat al-An‟âm ayat 128 dan Maryam ayat 39.

71
“Dan (ingatlah) hari di waktu Allah menghimpunkan mereka semuanya,
(dan Allah berfirman):"Hai golongan jin (syaitan), sesungguhnya kamu telah
banyak (menyesatkan) manusia", lalu berkatalah kawan-kawan mereka dari
golongan manusia:"Ya Rabb kami, sesungguhnya sebahagian dari pada kami
telah dapat kesenangan dari sebahagian (yang lain) dan kami telah sampai
kepada waktu yang telah Engkau tentukan bagi kami". Allah berfirman:"Neraka
itulah tempat diam kamu, sedang kamu kekal didalamnya, kecuali kalau Allah
menghendaki (yang lain)". Sesungguhnya Rabbmu Maha Bijaksana lagi Maha
Mengetahui.”

“Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika

segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak

(pula) beriman.”

15. Hari al-Jam’I (yaum al-jam’i)

Hari kiamat disebut juga hari al-jam‟I, karena seluruh makhluk

dikumpulkan.

Allah swt. berfriman dalam surat at-taghâbun ayat 9

72
“(Ingatlah) hari (yang diwaktu itu) Allah mengumpulkan kamu pada hari

pengumpulan (untuk dihisab), itulah hari (waktu itu) ditampakkan kesalahan-

kesalahan. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan mengerjakan amal

saleh niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan memasukkannya

ke dalam surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai, mereka kekal di

dalamnya selama-lamanya. Itulah keberuntungan yang besar”

16. Hari ‘arad (yaum ‘arad)

Yaitu hari yang diperlihatkan kepada manusia seluruh amal perbuatannya

sewaktu di dunia.

Allah swt. berfriman dalam surat al-Zalzalah ayat 6-8

“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang

bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan

mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya

dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan

seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”

17. Hari at-Tanad (yaum at-tanad)

yaum at-tanad adalah hari panggil – memanggil, sebab pada hari itu setiap

orang yang menemui kesulitan dan penderitaan, akan memanggil orang lain untuk

mohon pertolongan sementara yang lain menghiraukannya.

73
Allah swt. berfriman dalam surat al-Mukmin ayat 32

“Hai kaumku, sesungguhnya aku khawatir terhadapmu akan siksaan hari

panggil-memanggil”

18. Hari at-talaq atau liqa

Yaum at-talaq adalah hari pertemuan dan perjumpaan dengan Allah swt.

Allah swt. berfriman dalam surat al-Mu‟min ayat 15

“(Dialah) Yang Maha Tinggi derajat-Nya, Yang mempunyai 'Arsy, Yang

mengutus Jibril dengan (membawa) perintah-Nya kepada siapa yang

dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya, supaya dia memperingatkan

(manusia) tentang hari pertemuan (hari kiamat).”

19. Hari ath-Thâmmah (yaum ath-thâmmah)

Yaum ath-thâmmah hari bencana yang agung, sebab manusia teringat akan

apa yang dikerjakannya setelah mengalami bencana tersebut.

Allah swt. berfirman dalam surat an-Nâzi‟at ayat 34-35

“Maka apabila malapetaka yang sangat besar (hari kiamat) telah

datang. Pada hari (ketika) manusia teringat akan apa yang telah dikerjakannya.”

74
20. Hari al-Fashl (yaum al-fashl)

Yaum al-fashl adalah hari pemisahan, yang merupakan suatu proses yang

dilalui oleh makhluk, suatu hari pemisahan keputusan yang benar dan yang salah.

Pada hari itu Allah swt. memberi keputusan yang benar dan adil kepada hamba-

hamba-Nya.

Allah swt. berfirman dalam surat ash-Shâffat ayat 21, ad-Dukhân ayat 40,

al-Mursalat ayat 12-13 dan an-Nabâ ayat 17.

“Inilah hari keputusan yang kamu selalu mendustakannya.”

“Sesungguhnya hari keputusan (hari kiamat) itu adalah hari yang

dijanjikan bagi mereka semuanya.”

“(niscaya dikatakan kepada mereka:)"Sampai hari apakah ditangguhkan

(mengazab orang-orang kafir itu). Sampai hari keputusan.”

“Sesungguhnya Hari Keputusan adalah suatu waktu yang ditetapkan.”

21. Hari Al-Hisâb (yaum al-hisâb)

Yaum al-hisâb adalah hari perhitungan amal perbuatan manusia. Pada hari

itu, seluruh manusia akan diadili oleh Allah swt.

75
Allah swt. berfirman dalam surat Ibrahîm ayat 41, dan Shâd ayat 26 dan

53.

“Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku dan sekalian

orang-orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)"

“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa)

di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil

dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu

dari jalan Allah.sesungguhnya orang-orang yang sesat dari jalan Allah akan

mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan.”

“Inilah apa yang dijanjikan kepadamu pada hari berhisab.”

22. Hari Al-Ghâsyiyah (yaum al-ghâsyiyah)

Yaum al-ghâsyiyah adalah pada hari itu manusia akan dibalas oleh Allah

sesuai dengan amal-amal yang mereka telah kerjakan di dunia dulu. Amal yang

baik akan dibalas dengan kebaikan dan amal yang jelek akan dibalas dengan

kejelekan juga.

76
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Ghasyiyah ayat 1

“Sudah datangkah kepadamu (tentang) hari pembalasan.”

23. Hari al-Wazni (yaum al-wazn)

Yaum al-wazn adalah hari penimbangan antara amal yang baik dan buruk.

Yang akan menentukan seseorang masuk syurga dan nereka.

Allah swt. berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 105 dan al-A‟râf ayat 8.

“Mereka itu orang-orang yang kufur terhadap ayat-ayat Rabb mereka

dan (kufur terhadap) perjumpaan dengan Dia, maka hapuslah amalan-amalan

mereka, dan Kami tidak mengadakan suatu penilaian bagi (amalan) mereka pada

hari kiamat.”

“Timbangan pada hari itu ialah kebenaran (keadilan), maka

barangsiapa berat timbangan kebaikannya, maka mereka itulah orang-orang

yang beruntung.”

77
24. Hari ketika seseorang tidak dapat memberi pertolongan kepada orang

lain.

Adalah pada hari kiamat nanti, manusia tidak akan saling tolong-

menolong. Mereka sibuk memikirkan dirinya sendiri, bagaimana caranya

menyelamatkan diri dan di mana bersembunyi.

Allah swt. berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 48

“Dan jagalah dirimu dari ('azab) hari (kiamat, yang pada hari itu)

seseorang tidak dapat membela orang lain, walau seikitpun; dan (begitu pula)

tidak diterima syafa'at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan

ditolong.”

25. Hari ketika banyaknya anak dan harta tidak bermanfaat, kecuali bagi

orang-orang yang menghadap kepada Allah dengan hati yang sejahtera.

Allah swt. berfirman dalam surat asy-Syu‟ara ayat 88 – 89

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. kecuali

orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

26. Hari ketika seorang karib tidak dapat memberi manfa’at kepada

karibnya.

Allah swt. berfirman dalam surat ad-Dukhân ayat 41

78
“yaitu hari yang seorang karib tidak dapat memberi manfa'at kepada

karibnya sedikitpun, dan mereka tidak akan mendapat pertolongan.”

27. Hari ketika semua mata terbuka dan dapat melihat masing-masing

amalnya.

Allah swt. berfirman dalam surat Ibrahîm ayat 42

“Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah

lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim.Sesungguhnya Allah

memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka)

terbelalak.”

28. Yaum al-Dîn

Yaum al-Dîn adalah hari keputusan untuk memberi balasan yang setimpal

kepada seluruh manusia . Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hijr ayat 35, Asy-

Syu‟ara ayat 82, Ash-Shaffat ayat 20 dan Shad ayat 78.

“dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat"

79
“dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari

kiamat"

“Dan mereka berkata:"Aduhai celakalah kita!" Inilah hari pembalasan.”

“Sesungguhnya kutukan-Ku tetap atasmu sampai hari pembalasan"

29. Hari al-Wa’îd (yaum al-wa’îd)

Yaum al-wa‟îd adalah ketika Allah melaksanakan ancaman-ancaman-Nya

berupa azab/siksaan kepada setiap makhluk yang mengingkari perintah-perintah-

Nya.

Allah swt. berfirman dalam surat Qaf ayat 14, 20 dan 45; Ibrâhîm ayat 14.

‫و‬

“dan penduduk Aikah serta kaum Tubba', semuanya telah mendustakan

rasul-rasul maka sudah semestinyalah mereka mendapat hukuman yang sudah

diancamkan.”

“Dan ditiuplah sangkakala.Itulah hari terlaksananya ancaman.”

80
“Kami lebih mengetahui tentang apa yang mereka katakan, dan kamu

sekali-kali bukanlah seorang pemaksa terhadap mereka.Maka beri peringatanlah

dengan al-Qur‟ân orang yang takut kepada ancaman-Ku.”

“””dan Kami pasti akan menempatkan kamu dinegeri-negeri itu

sesudah mereka.Yang demikian itu (adalah untuk) orang-orang yang takut (akan

menghadap) kehadirat-Ku dan yang takut kepada ancaman-Ku"

30. Hari Al-Khizy (yaum al-khizy)

Yaum al-khizy adalah pada hari kiamat nanti orang-orang yang durhaka

kepada Allah swt. akan dihinakan sehingga mereka akan bersedih.

Allah swt. berfirman dalam surat Hûd ayat 66

“Maka tatkala datang azab Kami, Kami selamatkan Shaleh beserta

orang-orang yang beriman bersama dia dengan rahmat dari Kami dan dari

81
kehinaan di hari itu. Sesungguhnya Rabbmu Dia-lah Yang Maha Kuat lagi Maha

Perkasa.”

31. Hari al-Khulûd (yaum al-khulûd)

Yaum al-khulûd adalah, penentuan dan ketetapan Allah untuk kekal di

syurga dan neraka.

Allah swt. berfirman dalam surat Hûd ayat 34

“masukilah surga itu dengan aman, itulah hari kekekalan.”

32. Yaum al-Jazâ

Yaum al-Jazâ adalah hari pembalasan terhadap manusia dari amal-

amalnya, yang baik maupun yang buruk.

Allah swt. berfirman dalam surat al-Mâidah ayat 29 dan asy-Syu‟ara ayat

40.

“Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa

(membunuh) ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni nereka,

dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim"

C. Tanda – tanda kiamat

Hari kiamat pasti akan terjadi. Semua makhluk Allah swt. tidak

mengetahui kapan kiamat akan terjadi. Bahkan Nabi saja yang merupakan hamba

82
pilihan Allah, tidak mengetahui kapan kiamat akan terjadi. Terjadinya hari kiamat

dirahasiakan oleh Allah swt. Agar manusia mendapatkan balasan dari Allah swt.

terhadap amal perbuatan yang mereka telah lakukan di dunia. Di dalam al-Qur‟ân

Allah swt. berfirman :

“Sesungguhnya hari kiamat itu akan datang Aku merahasiakan

(waktunya) agar supaya tiap-tiap diri itu dibalas dengan apa yang ia

usahakan.”82

“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang

Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang

ada dalam rahim.Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti)

apa yang akan diusahakannya besok.Dan tiada seorangpun yang dapat

mengetahui di bumi mana dia akan mati.Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui

lagi Maha Mengenal.”83

82
QS. Thaha [20] ayat 15.
83
QS. Lukman [31] ayat 34.

83
Walaupun manusia tidak mengetahui kapan terjadinya hari kiamat, tapi

hari kiamat bisa diketahui tanda-tandanya baik dalam al-Qur‟ân maupun sabda

Rasulullah saw. yang tercantum di dalam hadits-haditsnya.

Kiamat akan terjadi karena dua faktor:

Pertama, perilaku manusia.

Adapun tanda-tanda kiamat karena perilaku manusia dapat dibagi ke

dalam 3 kategori; yaitu tanda kiamat yang sudah terjadi, tanda kiamat yang sedang

terjadi dan tanda kiamat yang belum terjadi.

Adapun tanda kiamat yang sudah terjadi adalah :

1. Diutusnya Nabi Muhammad SAW

“ “Telah menceritakan kepada kami Ali ibn Abdillah, telah

menceritakan kepada kami Supyan, Abu Hazim berkata, aku telah mendengarnya

dari Sahl ibn Sa‟ad Al-Sa‟idi seorang sahabat Rasulullah SAW ia berkata,

Rasulullah SAW bersabda : Aku diutus seiring dengan waktu kiamat itu seperti ini

dari ini, atau keduanya. Dan beliau mendekatkan antara jari telunjuk dan jari

tengahnya.”

2. Terbelahnya bulan.

Di dalam al-Qur‟ân al-Karîm Allah swt. berfirman :

84
“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan.”84

3. Api Hijaz menerangi Punuk Unta di Basrah85

“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah mengkhabarkan

kepada kami Syu‟aib dari Az-Zuhri. Telah berkata Sa‟id ibn Musayab, telah

mengkhabarkan kepada kami Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah SAW telah

bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai muncul api dari tanah Hijaz yang

memerangi punuk-punuk unta di Basrah.”86

Menurut Umar Sulaiman Al-Asyqar dalam bukunya “Ensiklopedi Kiamat”

mengatakan : Tanda kiamat yang diberitakan oleh Nabi SAW akan terjadi pada

masa yang akan datang ini benar-benar terjadi persis seperti yang digambarkan

oleh Nabi saw. Api tersebut muncul pada tahun 654 H.87

4. Terhapusnya Jizyah dan Pajak

84
QS Al-Qamar [54] ayat 1.
85
Umar Sulaiman Al-Asyqar, Ensiklopedia Kiamat, PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta, 2005,
hlm. 135.
86
HR. Bukhari dalam kitab al-Fitan, bab Khurûj an-Nâr, no. hadis : 6585.
87
Untuk lebih jelasnya, lihat buku Ensiklopedi Kiamat karya Umar Sulaiman Al-Asyqar halaman
135.

85
“Telah menceritakan kepada kami Ubaidah ibn Ya‟is dan Ishaq ibn
Ibrahim dan lapadz hadis ini untuk „Ubaid, ia berkata telah menceritakan kepada
kami Yahya ibn Adam ibn Sulaiman majikan Khalid ibn Khalid, telah
menceritakan kepada kami Zuhair dari Suhail ibn Abi Shalih dari ayahnya dari
Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya ia berkata : Rasulullah SAW
telah bersabda : “Iraq akan terhalang dari dirham, dan qafiz-nya.88 Syam
terhalang dari Mudd89 dan dinarnya. Mesir terhalang dari Irdib90 dan dinarnya
Kalian akan kembali seperti semula.” Ini disaksikan sendiri oleh Abu
Hurairah.”91

Jizyah yang dibayar oleh kafir zimi di negara kekuasaan Islam, dan pajak

yang dikeluarkan oleh pengelola tanah yang dibuka dinegara kekuasaan Islam

adalah dua sumber pemasukan bagi baitul mal kaum muslimin. Rasulullah saw.

88
Timbangan orang Iraq.
89
Timbangan orang Syam. Satu mudd sama dengan 18 liter.
90
Timbangan orang Mesir yang setara dengan 20 sha‟.
91
Shahih Muslim, dalam kitab al-Fitân wa Asyrât as-Sâ‟at, bab, lâ taqum as-sâ‟at hattâ yuhsir
afirât „an al-jabal min dzahabin, no. hadis 5156.

86
memberitahukan bahwa hal itu akan terhenti, dan karenanya kaum muslimin akan

kehilangan sumber pemasukan yang sangat penting.92

Sedangkan tanda kiamat yang sedang terjadi di antaranya adalah :

1. Banyak anak yang durhaka kepada orang tuanya dan banyak orang yang

berlomba-lomba membangun gedung dan bermewah-mewah

“Dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya ia berkata :

“……..Malak Jibril bertanya kepada Nabi Muhammad SAW : “Kapan terjadinya

kiamat itu ?” Nabi Muhammad SAW menjawab : “Yang ditanya tentang kiamat

itu tidak lebih tahu dari yang bertanya, tetapi aku akan memberi tahu kepadamu

tentang tanda-tandanya : Apabila budak wanita melahirkan tuannya, dan apabila

pengembala kambing berlomba-lomba dalam kemegahan bangunan……93

2. Penaklukan dan Peperangan

92
Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit.,, hlm. 143.
93
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., jilid, I, hlm. 142.

87
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah menghabarkan

kepada kami Syu‟aib, telah menceritakan kepada Abu Al-Zinad dari Al-A‟raj dari

Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya dari Nabi Muhammad SAW ia

bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai kalian memerangi kaum yang

memakai sandal yang terbuat dari bulu, dan memerangi bangsa Turki.”94

Kenyataan yang terjadi sesuai dengan isi hadis Rasulullah SAW kaum

muslim berperang dengan bangsa Turki lebih dari sekali.

Begitu juga zaman sekarang, peperangan antar negara, suku, etnis

perebutan kekuasaan, sekarang sedang terjadi. Dan memang benar hadis

Rasulullah SAW sesuai dengan realitas sekarang ini..

3. Munculnya Dajal-dajal yang Mengaku Nabi

Maksudnya adalah bahwa dari umat Nabi Muhammad SAW akan muncul

dajal-dajal yang mengaku sebagai Nabi. Rasulullah mengkhabarkan bahwa jumlah

mereka kira-kira tiga puluh, atau dua puluh tujuh menurut sebagian hadis. Maksud

orang yang mengaku Nabi adalah orang yang menimbulkan fitnah dan diikuti oleh

orang (massa) yang tertipu oleh kebatilan Nabi-nabi palsu itu.

Rasulullah saw. bersabda :

94
Shahih Al-Bukhari, kitab al-Manâkib, bab, tanda-tanda kenabian menurut Islam, No. hadis.
3322.

88
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah mengkabarkan

kepada kami Syu‟aib, telah menceritakan kepada kami Abu Al-Zinad dari Abdu

Rahman dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Kiamat

tidak akan terjadi sampai diutus dajal-dajal pendusta yang jumlahnya hampir

tiga puluh, dan masing-masing mengaku bahwa dirinya adalah utusan Allah.”95

4. Banyak fitnah-fitnah

Banyak peristiwa – peristiwa yang menggoyahkan akidah muslim. Banyak

umat Islam yang masih beriman di pagi hari, tetapi sore harinya menjadi

kafir/murtad. Karena mereka menjual agamanya dengan harga sebagian kecil dari

dunia. Mereka tergiur oleh kehidupan dunia yang kesenangannya hanyalah

sementara.

Selain itu, banyak pembunuhan-pembunuhan yang merajalela.

Pembunuhan terjadi karena akibat balas dendam, masalah sepele.

Semua ini terjadi karena kurangnya ilmu, meninggalkan Islam,

mengakibatkan tampaknya kebodohan.

95
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., hlm. 97.

89
“Telah menceritakan kepada kami Al-Maki ibn Ibrahim, ia berkata telah

menceritakan kepada kami Handlalah ibn Abi Supyan dari Salim ia berkata aku

telah mendengar Abu Hurairah dari Nabi SAW berkata : Ilmu dicabut, dan

tampaknya kebodohan dan pitnah-pitnah dan banyak terjadi haraj, ya Rasulullah

Apa itu haraj, Rasul menjawab : haraj adalah pembunuhan.”96

“Telah menceritakan kami Musaddad ia berkata, telah menceritakan


kepada Yahya dari Syu‟bah dari Qatadah dari Anas ibn Malik ia berkata : Aku
akan menceritakan kepada kamu tentang sesuatu hadis. Aku tidak menceritakan
sebelumnya kepada seseorang sebelumku. Aku mendengar Rasulullah SAW

96
Shahih Al-Bukhari, kitab al-„Ilmu, bab, min ajab al-fitya bi isyarat al-yadi wa al-ra‟s, no. hadis
: 83.

90
bersabda : Di antara tanda-tanda kiamat adalah kurangnya ilmu, tampaknya
kebodohan, tampaknya perzinahan, banyaknya wanita daripada laki-laki,
sehingga lima puluh orang perempuan dipimpin oleh seorang laki-laki.”

5. Ucapan salam hanya kepada yang dikenal, meluasnya perdagangan, dan

putusnya silaturahim.

“telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Adam telah mengkhabarkan


kepada kami Basyir Abu Isma‟il dari Sayyat Abi Al-Hakam dari Thariq dari
Abdillah ia berkata kepadanya, wahai Abu Abdurrahman taslim laki-laki
kepadanya, maka kamu mengatakan : Maha benar Allah dan Rasul-Nya. ia
berkata : Rasulullah SAW bersabda : menjelang hari kiamat, mengucapkan salam
hanya kepada yang dikenal saja, meluasnya perdagangan sehingga istrinya
membantu suaminya dalam perdagangannya itu dan putusnya shilaturahim.”97

Adapun tanda-tanda kiamat yang belum terjadi adalah :

1. Kabut

“Maka tunggulah hari ketika langit membawa kabut yang nyata. Yang

meliputi manusia.Inilah azab yang pedih.”98

Dalam Sabda Rasulullah SAW :

97
Musnad Ahmad, no. hadis : 3785.
98
QS Ad-Dukhan [44] ayat 10-11.

91
“Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah Zuhair ibn Harb dan
Ishaq ibn Ibrahim dan Ibn Abi Umar Almaki dan lapaz ini menurut Zuhair, Ishaq
berkata dan dia menghabarkan kepada kami dan dua yang lainnya berkata, telah
menceritakan kepada kami Supyan ibn Uyainah dari Purrat Alqazzaz dari Abu
Thufail dari Hudzaifah ibn Asid Alghifari ia berkata : Nabi Muhammad SAW
tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami sedang membincangkan kiamat,
beliau bersabda : “Apa yang kalian perbincangkan ?” Kami menjawab, “Kami
sedang memperbincangkan tentang kiamat.” Beliau bersabda : Sesungguhnya
kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda-tandanya : Asap,
Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin
Maryam, Ya‟juz dan Ma‟juz, tiga kali tanah tenggelam : Tanah tenggelam di
timur, tanah tenggelam di barat dan tanah tenggelam di jazirah Arab. Dan akhir
dari semua itu adalah api yang muncul dari arah timur, menggiring manusia
menuju tempat penghimpunan mereka.99

2. Fitnah Dajjal

99
HR. Imam Muslim.

92
Fitnah dajjal berada di akhir zaman, dan merupakan salah satu tanda

kiamat yang besar. Dalam kamus Al-Munawwir Dajjal berarti Al-Kadz-dzab yang

artinya adalah pendusta, pembohong.100

Menurut Ibn Katsir; dalam Tafsir al-Qur‟ân al-„Adzim, berpendapat

bahwa dalam hadis-hadis Rasulullah saw. banyak mengisyaratkan berita-berita

tentang bakal munculnya para pendusta dan dajjal yang besar dan kecil.101

Rasulullah saw. bersabda :


“Telah menceritakan kepada kami Yahya ibn Yahya dan Abu Bakar ibn
Abi Syaibah, berkata Yahya, telah mengkhabarkan kepada kami. Dan Abu Bakar
berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Al-Ahwash, telah menceritakan
kepada kami Abu Kamil Al-Jahdari, telah menceritakan kepada kami Abu
„Awanah, keduanya dari Samak dari Jabir ibn Samrah ia berkata : Saya telah
mendengar Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya menjelang hari kiamat
muncul para pendusta.”102

100
A. W. Munawwir, Kamus Al-Munawwir Arab Indonesia, Pustaka Progressip, Surabaya, 2002,
cet.kedua puluh lima, hlm. 389.
101
Ibnu Katsir, op. cit., hlm. 77.
102
HR. Muslim, Kitab Fitnah-fitnah dan Tanda-tanda kiamat, bab, tidak akan terjadi kiamat
sampai seseorang melewati kuburan saudaranya kemudian ia berangan-angan, no. hadis : 5204.

93
.

“Telah menceritakan kepada kami Mahmud ibn Ghailan, telah

menceritakan kepada kami Abdul Razak, telah mengkhabarkan kepada kami

Ma‟mar dari Hammam ibn Munabbih dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah

SAW bersabda : Kiamat tidak akan terjadi sampai dibangkitkannya para dajjal,

yakni para pendusta, yang jumlahnya hampir tiga puluh orang. Masing-masing

mengaku dirinya sebagai utusan Allah…..”103

3. Turunnya Isa Al-Masih

103
Sunan Tirmidzi, kitab Fitnah-fitnah yang diramalkan oleh Rasulullah SAW, bab, tidak akan
terjadi kiamat sampai keluar para pendusta, no. hadis : 2144.

94
“Telah menceritakan kepada kami Ishaq, telah mengkhabarkan kepada

kami Ya‟kub ibn Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ayahku, dari Shalih

dari Ibnu Shihab, bahwasanya Sa‟id ibn Musayyab mendengar Abu Hurairah

RA. Berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW : Demi jiwaku yang berada dalam

genggaman-Nya, pasti dalam waktu yang dekat akan turun putra Maryam (Isa

ibn Mayam) yang akan menjadi seorang hakim yang adil, menghancurkan salib

dan membunuh babi…”104

“Tetapi (yang sebenarnya), Allah telah mengangkat Isa kepada-Nya.

Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Tidak ada seorangpun

dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan

di hari kiamat nanti Isa itu akan menjadi saksi terhadap mereka.”105

4. Keluarnya Ya’juj dan Ma’juj

104
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., jilid, 6, hlm. 552.
105
QS. An-Nisa [4] ayat 158-159.

95
Ya‟juz dan Ma‟juz adalah dua bangsa yang banyak jumlahnya. Mereka

adalah keturunan Adam as. Mereka berasal dari keturunan Yafits bin Nuh, dan

mereka tidak hidup di alam ghaib(metafisika) seperti halnya malaikat dan jin.106

Allah swt. telah berfirman bahwa dinding yang dibangun oleh Zulqarnain

mencegah Ya‟juj dan Ma‟juj untuk keluar.

Allah swt. berfirman :

“Mereka berkata:"Hai Dzulqarnain, sesungguhnya Ya'juj dan Ma'juj itu


orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi, maka dapatkah kami
memberikan sesuatu pembayaran kepadamu, supaya kamu membuat dinding
antara kami dan mereka. Dzulqarnain berkata:"Apa yang telah dikuasakan oleh
Rabbku kepadaku terhadapnya adalah lebih baik, maka tolonglah aku dengan
kekuatan (manusia dan alat-alat), agar aku membuatkan dinding antara kamu
dan mereka. berilah aku potongan-potongan besi". Hingga apabila besi itu telah
sama rata dengan kedua (puncak) gunung itu, berkatalah Dzulqarnain:"Tiuplah
(api itu)". Hingga apabila besi itu sudah menjadi (merah seperti ) api, diapun
berkata:"Berilah aku tembaga (yang mendidih) agar ku tuangkan ke atas besi
panas itu. Maka mereka tidak bisa mendakinya dan mereka tidak bisa (pula)
melobanginya.”107

106
Abdurrahman As-Sa‟di, Sudah Munculkah Dajjal Ya‟juz dan Ma‟juj, Wacana Ilmiah Press,
Solo, 2006, hlm. 68.
107
QS. Al-Kahfi [18] ayat 94-97.

96
“Dzulqarnain berkata:"Ini (dinding) adalah rahmat dari Rabbku, maka

apabila sudah datang janji Rabbku. Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan

janji Rabbku itu adalah benar. Kami biarkan mereka di hari itu bercampur aduk

antara satu dengan yang lain, kemudian ditiup lagi sangkakala, lalu Kami

kumpulkan mereka itu semuanya.”108

“Hingga apabila dibukakan (tembok) Ya'juj dan Ma'juj, dan mereka

turun dengan cepat dari seluruh tempat yang tinggi. Dan telah dekatlah

kedatangan janji yang benar(hari berbangkit),maka tiba-tiba terbelalaklah mata

orang-orang kafir. (Mereka berkata):"Aduhai,celakalah kami,sesungguhnya kami

108
Ibid, ayat 98-99.

97
adalah dalam kelalaian tentang ini, bahkan kami adalah orang-orang yang

zalim.”109

Rasulullah SAW mengabarkan bahwa pada zaman beliau, tembok Ya‟juj

dan Ma‟juj telah terbuka sebesar lingkaran ibu jari dan telunjuk.

Rasulullah SAW bersabda :

“Bahwasanya Rasulullah SAW datang kepada Zaenab dalam keadaan

kaget dan bersabda : Laa ilaha Illallah, celakalah orang Arab karena kejahatan

yang sudah dekat! Tembok Ya‟juj dan Ma‟juj sudah terbuka sebesar ini, dan

beliau membuat lingkaran dengan jarinya, ibu jari dan telunjuknya. Zainab

109
QS. Al-Anbiya [21] ayat : 96-97.

98
bertanya : Wahai Rasulullah, apakah kita akan binasa, padahal ada orang –

orang shaleh di antara kita ? beliau menjawab : Ya, jika kekejian telah

merajalela.”110

5. Hapusnya Islam, Hilangnya Al-Qur’ân , dan Musnahnya orang-orang

shaleh

Setelah Islam tersebar sedemikian rupa meliputi timur dan barat, Islam

kembai redup, kejahatan berkembang, agam agung ini dan al-Qur‟ân hilang, ilmu

lenyap, dan Allah mencabut nyawa orang-orang yang dalam jiwanya masih ada

iman. Dengan demikian, tidak tersisa di bumi kecuali makhluk-makhluk yang

paling jahat, dan atas merekalah kiamat terjadi.111

Rasulullah saw. bersabda :

“Telah menceritakan kepada kami Zuhair ibn Harb, telah menceritakan

kepada kami „Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad, telah

mengkhabarkan kepada kami Tsabit dari Anas bahwasanya Rasulullah SAW

110
Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., 2005, hlm. 235-236.
111
Ibid, hlm. 239

99
bersabda : Kiamat tak akan terjadi sehingga di bumi tidak disebut nama Allah-

Allah.”112

Ibnu Majah dan Al-Hakim menyampaikan dari Hudzaifah ibn Al-Yaman

bahwa Rasulullah saw bersabda : Islam dihapuskan seperti hilangnya warna baju,

sampai tidak diketahui apa itu puasa, apa itu shalat, haji, dan sedekah. Kitabullah

dimusnahkan dalam satu malam sampai tidak tersisa satu ayat pun, dan yang

tersisa adalah kakek-kakek dan nenek-nenek yang mengatakan, „Kami melihat

orang tua kami mengatakan Lâ ilâha illâ llâh, maka kami pun mengatakannya.113

6. Manusia kembali kepada kejahiliyahan dan penyembahan berhala

Kalau Islam dihapuskan, al-Qur‟ân dihilangkan, dan angin yang sejuk

mencabut nyawa semua orang yang dihatinya ada iman sekecil apapun, maka

kemanusiaan akan kembali kepada kejahiliyyahan, bahkan lebih dahsyat dari

padanya, syetan dipatuhi dan berhala diibadahi.114

112
Shahih Muslim, kitab al-Îman, bab, Îman akan hilang di akhir zaman, no. hadis : 211.
113
Umar Sulaiman Al-Asyqar, loc. cit.
114
Ibid, hlm. 241.

100
“Telah menceritakan kepada kami Abu Al-Yaman, telah menceritakan

kepada kami Syu‟aib dari Al-Zuhri ia berkata : Telah berkata Sa‟id ibn

Musayyab, telah mengkhabarkan kepadaku Abu Hurairah semoga Allah meridoi

kepadanya bahwasanya Rasulullah SAW bersabda : Kiamat tidak akan terjadi

sampai tangan dan kaki perempuan suku Daus menari di hadapan Dzulkhilshah,

yaitu berhala yang disembah di zaman jahiliyyah.”115

7. Penghancuan Ka’bah oleh Dzussuwaiqatain

Dalam shahih al-Bukhâri dan dan Musnad Ahmad diriwayatkan dari Ibn

Abbas bahwa Rasulullah saw. bersabda : “Seakan-akan saya melihat ka‟bah

sedang diruntuhkan batu demi batu.”116

Dalam hadis lain Rasulullah saw. bersabda :

“Telah menceritakan kepada kami Ali ibn Abdillah, telah menceritakan

kepada kami Supyan, telah menceritakan kepada kami Ziyad ibn Sa‟ad dari Al-

Zuhri dari Sa‟id ibn Al-Musayyab dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi

115
Ahmad ibn Ali ibn Hajar Al-„Asqalani, op. cit., jilid 13, hlm. 89.
116
Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., hlm. 242.

101
kepadanya dari Nabi SAW ia bersabda : Dzussuwaiqatain akan meruntuhkan

ka‟bah dari Habasyah.”117

Pada suatu saat nanti Ka‟bah akan dirobohkan oleh seorang manusia

terkutuk bernama Dzussuwaiqatain. Ketika itu Nabi Isa AS mengirim pasukannya

untuk memerangi balatentara Dzussuwaiqatain. Mereka berkekuatan antara 700

sampai 800 orang. Namun ketika mereka berjalan, Allah mengirimkan angin sejuk

dari arah negeri Yaman. Angin itu mencabut nyawa setiap orang yang beriman.

Dan sisanya tinggal manusia-manusia jahat. Mereka bersetubuh bebas seperti

binatang.118

8. Matahari terbit dari Barat

Rasulullah SAW bersabda :

117
Shahih Al-Bukhari, kitab, Haji, bab, Allah ta‟ala menjadikan ka‟bah sebagai Baitul Haram
sebagai arah kiblat dalam shalat, no. hadis, 1488.
118
Ibnu Katsir, op. cit., hlm. 146.

102
“………Rasulullah SAW bersabda : Kiamat tak akan terjadi sebelum

matahari terbit dari barat. Apabila manusia telah melihatnya (terbit dari barat),

maka berimanlah seluruh penduduk bumi. Tetapi pada saat itu tidak bermanfaat

lagi iman seseorang bagi dirinya, yang sebelumnya tidak beriman.”119

Di antara tanda-tanda yang jelas menunjukan terjadinya kiamat adalah

terbitnya matahari dari tempat terbenamnya. Karena pada waktu itu manusia

melihat dengan jelas, mereka menjadi beriman dan percaya kepada Allah, tapi

sayang, keimanan mereka tidak diterima oleh Allah swt., karena sebelumnya

mereka tidak beriman dan tidak mematuhi syari‟at Islam.

Dalam kisah Fir‟aun juga disebutkan. Ketika Fir‟aun mengejar Nabi Musa

as., dia sangat sombong dan berani mengakui bahwa dirinya adalah sebagai

Tuhan. Ketika melewati lautan, oleh Allah ditenggelamkan, kemudian dia

mengakui dan beriman kepada Tuhannya Nabi Musa AS, tapi sayang, keimanan d

dan taubatnya ditolak oleh Allah swt.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟ân :

119
Shahih Al-Bukhari, kitab, Tafsir al-Qur‟ân , bab, Tidak bermanfaat bagi dirinya, no. hadis,
4269.

103
“Yang mereka nanti-nanti tidak lain hanyalah kedatangan malaikat

kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan Rabbmu atau

kedatangan sebagian tanda-tanda Rabbmu tidaklah bermanfa'at lagi iman

seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelum itu, atau dia (belum)

mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. Katakanlah:"Tunggulah olehmu

sesungguhnya kamipun menunggu(pula)"120

9. keluarnya binatang melata

Allah Ta‟ala berfirman :

“Dan apabila perkataan telah jatuh atas mereka, Kami keluarkan sejenis

binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa

sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”121

120
QS. Al-An‟am [6] ayat : 158.
121
QS. Al-Naml [27] ayat : 82.

104
Rasulullah SAW bersabda :

“……..Dari Abu Hurairah semoga Allah meridoi kepadanya ia berkata :

Rasulullah SAW bersabda : Ada tiga perkara yang apabila turun ketiganya itu

setiap jiwa tidak akan berguna lagi keimanannya karena sebelumnya tidak

beriman. ( yaitu ), matahari terbit dari barat, turunnya dajjal sang pendusta dan

binatang melata yang keluar dari bumi.” 122

122
Shahih Al-Bukhari, kitab, al-Îman, bab, penjelasan waktu, apabila iman tidak berguna lagi, no.
hadis : 227.

105
“…………Rasulullah SAW bersabda : Sesungguhnya perkara kiamat

yang pertama muncul ialah terbitnya matahari dari Barat dan keluarnya binatang

melata mendatangi manusia pada waktu dhuha. Manapun yang keduanya yang

lebih dulu terjadi, maka yang lainnya tidak lama lagi akan terjadi pula.”123

Binatang melata tersebut, menurut sebagian ulama bisa berbicara kepada

manusia. Tapi kalau melihat firman Allah ta‟ala yang tercantum dalam surat al-

Naml ayat 82, dengan jelas disebutkan, bahwa binatang melata tersebut akan

berbicara kepada manusia.

Menurut Ibnu Katsir, bahwa dengan adanya binatang melata yang keluar

dari bumi, ini sangat menakjubkan dan sangat luar biasa. Binatang melata itu

pandai berbicara dengan manusia dan menandai siapa yang mukmin dan siapa

yang kafir. Ini memang luar biasa. Wallahu „alam bish-shawwab.

10. Api yang menghimpun manusia

Ini adalah tanda terakhir sebelum kiamat terjadi. Dalam hadis Rasulullah

SAW., disebutkan, api yang menghimpun manusia, adalah urutan terakhir dalam

tanda-tanda kiamat.

123
Shahih Muslim, kitab, Fitnah-fitnah dan Tanda-tanda kiamat akan terjadi, bab, Turunnya
Dajjal dan turunnya Nabi Isa as. No. hadis :5234

106
“Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah Zuhair ibn Harb dan

Ishaq ibn Ibrahim dan Ibn Abi Umar Almaki dan lapaz ini menurut Zuhair, Ishaq

berkata dan dia menghabarkan kepada kami dan dua yang lainnya berkata, telah

menceritakan kepada kami Supyan ibn Uyainah dari Purrat Alqazzaz dari Abu

Thufail dari Hudzaifah ibn Asid Alghifari ia berkata : Nabi Muhammad SAW

tiba-tiba muncul dihadapan kami ketika kami sedang membincangkan kiamat,

beliau bersabda : “Apa yang kalian perbincangkan ?” Kami menjawab, “Kami

sedang memperbincangkan tentang kiamat.” Beliau bersabda : Sesungguhnya

kiamat takkan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda-tandanya : Asap,

Dajjal, binatang melata, terbitnya matahari dari barat, turunnya Nabi Isa bin

Maryam, Ya‟juz dan Ma‟juz, tiga kali tanah tenggelam : Tanah tenggelam di

timur, tanah tenggelam di barat dan tanah tenggelam di jazirah Arab. Dan akhir

107
dari semua itu adalah api yang muncul dari arah timur, menggiring manusia

menuju tempat penghimpunan mereka.124

Dalam shahih Al-Bukhari, dari Anas semoga Allah meridoi kepadanya

disebutkan bahwa Abdullah ibn Salam mengetahui kedatangan Rasulullah SAW

ke Madinah (Hijrah). Ia pun menermui Nabi untuk menanyakan beberapa hal. Dia

berkata : Saya akan menanyakan tiga masalah : Apa tanda kiamat pertama?

Rasulullah SAW menjawab : Tanda pertamanya adalah api yang menghimpunkan

manusia dari timur ke Barat.125

Kedua, karena perilaku alam. Penulis mengutip dari internet tentang

pemanasan global. Pemanasan global adalah salah satu perilaku alam yang

megakibatkan bumi menjadi panas dan mengakibatkan kehancuran.

Temperatur rata-rata global 1856 sampai 2005

124
HR. Imam Muslim.
125
Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., hlm. 244.

108
Anomali temperatur permukaan rata-rata selama periode 1995 sampai 2004
dengan dibandingkan pada temperatur rata-rata dari 1940 sampai 1980

Pemanasan global adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata


atmosfer, laut dan daratan Bumi. Planet Bumi telah menghangat (dan juga
mendingin) berkali-kali selama 4,65 milyar tahun sejarahnya. Pada saat ini,
Bumi menghadapi pemanasan yang cepat, yang oleh para ilmuan dianggap
disebabkan aktifitas manusia. Penyebab utama pemanasan ini adalah
pembakaran bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak bumi, dan gas
alam, yang melepas karbondioksida dan gas-gas lainnya yang dikenal
sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Ketika atmosfer semakin kaya akan
gas-gas rumah kaca ini, ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih
banyak panas dari Matahari yang dipancarkan ke Bumi.126

Rata-rata temperatur permukaan Bumi sekitar 15°C (59°F). Selama seratus


tahun terakhir, rata-rata temperatur ini telah meningkat sebesar 0,6 derajat
Celsius (1 derajat Fahrenheit). Para ilmuan memperkirakan pemanasan lebih
jauh hingga 1,4 - 5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit) pada
tahun 2100. Kenaikan temperatur ini akan mengakibatkan mencairnya es di
kutub dan menghangatkan lautan, yang mengakibatkan meningkatnya
volume lautan serta menaikkan permukaannya sekitar 9 - 100 cm (4 - 40
inchi), menimbulkan banjir di daerah pantai, bahkan dapat menenggelamkan
pulau-pulau. Beberapa daerah dengan iklim yang hangat akan menerima
curah hujan yang lebih tinggi, tetapi tanah juga akan lebih cepat kering.
Kekeringan tanah ini akan merusak tanaman bahkan menghancurkan suplai
makanan di beberapa tempat di dunia. Hewan dan tanaman akan bermigrasi
ke arah kutub yang lebih dingin dan spesies yang tidak mampu berpindah
akan musnah. Potensi kerusakan yang ditimbulkan oleh pemanasan global
ini sangat besar sehingga ilmuan-ilmuan ternama dunia menyerukan
perlunya kerjasama internasional serta reaksi yang cepat untuk mengatasi
masalah ini.127

126
http://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global.
127
Ibid.

109

Efek rumah kaca


Artikel utama: Efek rumah kaca

Energi yang menerangi Bumi datang dari Matahari. Sebagian besar energi
yang membanjiri planet kita ini adalah radiasi gelombang pendek, termasuk
cahaya tampak. Ketika energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah
dari cahaya menjadi panas dan menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi,
akan memantulkan kembali sebagian dari panas ini sebagai radiasi infra
merah gelombang panjang ke angkasa luar; walaupun sebagian tetap
terperangkap di atmosfer Bumi. Gas-gas tertentu di atmosfer termasuk uap
air, karbondioksida, dan metana, menjadi perangkap radiasi ini. Gas-gas ini
menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan
Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.
Gas-gas tersebut berfungsi sebagaimana kaca dalam rumah kaca sehingga
gas-gas ini dikenal sebagai gas rumah kaca. Dengan semakin meningkatnya
konsentrasi gas-gas ini di atmosfer, semakin banyak panas yang
terperangkap di bawahnya.128

Semua kehidupan di Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena
tanpanya, planet ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh
permukaan Bumi. Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer,
akibatnya adalah pemanasan Bumi yang terus berlanjut.129

Mengukur pemanasan global

128
Ibid.
129
Ibid.

110
Hasil pengukuran konsentrasi CO2 di Mauna Loa

Pada awal 1896, para ilmuan beranggapan bahwa membakar bahan bakar
fosil akan mengubah komposisi atmosfer dan dapat meningkatkan
temperatur rata-rata global. Hipotesis ini dikonfirmasi tahun 1957 ketika
para peneliti yang bekerja pada program penelitian global yaitu International
Geophysical Year, mengambil sampel atmosfer dari puncak gunung Mauna
Loa di Hawai. Hasil pengukurannya menunjukkan terjadi peningkatan
konsentrasi karbondioksida di atmosfer. Setelah itu, komposisi dari atmosfer
terus diukur dengan cermat. Data-data yang dikumpulkan menunjukkan
bahwa memang terjadi peningkatan konsentrasi dari gas-gas rumah kaca di
atmosfer.130

Para ilmuan juga telah lama menduga bahwa iklim global semakin
menghangat, tetapi mereka tidak mampu memberikan bukti-bukti yang
tepat. Temperatur terus bervariasi dari waktu ke waktu dan dari lokasi yang
satu ke lokasi lainnya. Perlu bertahun-tahun pengamatan iklim untuk
memperoleh data-data yang menunjukkan suatu kecenderungan (trend) yang
jelas. Catatan pada akhir 1980-an agak memperlihatkan kecenderungan
penghangatan ini, akan tetapi data statistik ini hanya sedikit dan tidak dapat
dipercaya. Stasiun cuaca pada awalnya, terletak dekat dengan daerah
perkotaan sehingga pengukuran temperatur akan dipengaruhi oleh panas
yang dipancarkan oleh bangunan dan kendaraan dan juga panas yang
disimpan oleh material bangunan dan jalan. Sejak 1957, data-data diperoleh
dari stasiun cuaca yang terpercaya (terletak jauh dari perkotaan), serta dari
satelit. Data-data ini memberikan pengukuran yang lebih akurat, terutama
pada 70 persen permukaan planet yang tertutup lautan. Data-data yang lebih
akurat ini menunjukkan bahwa kecenderungan menghangatnya permukaan
Bumi benar-benar terjadi. Jika dilihat pada akhir abad ke-20, tercatat bahwa
sepuluh tahun terhangat selama seratus tahun terakhir terjadi setelah tahun
1980, dan tiga tahun terpanas terjadi setelah tahun 1990, dengan 1998
menjadi yang paling panas.131

Dalam laporan yang dikeluarkannya tahun 2001, Intergovernmental Panel


on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa temperatur udara global
telah meningkat 0,6 derajat Celsius (1 derajat Fahrenheit) sejak 1861. Panel
setuju bahwa pemanasan tersebut terutama disebabkan oleh aktifitas
manusia yang menambah gas-gas rumah kaca ke atmosfer. IPCC
memprediksi peningkatan temperatur rata-rata global akan meningkat 1,4 -
5,8 derajat Celsius (2,5 - 10,4 derajat Fahrenheit) pada tahun 2100.132

IPCC panel juga memperingatkan, bahwa meskipun konsentrasi gas di


atmosfer tidak bertambah lagi sejak tahun 2100, iklim tetap terus
130
Ibid.
131
Ibid.
132
Ibid.

111
menghangat selama periode tertentu akibat emisi yang telah dilepaskan
sebelumnya. Karbondioksida akan tetap berada di atmosfer selama seratus
tahun atau lebih sebelum alam mampu menyerapnya kembali. Jika emisi gas
rumah kaca terus meningkat, para ahli memprediksi, konsentrasi
karbondioksioda di atmosfer dapat meningkat hingga tiga kali lipat pada
awal abad ke-22 bila dibandingkan masa sebelum era industri. Akibatnya,
akan terjadi perubahan iklim secara dramatis. Walaupun sebenarnya
peristiwa perubahan iklim ini telah terjadi beberapa kali sepanjang sejarah
Bumi, manusia akan menghadapi masalah ini dengan resiko populasi yang
sangat besar.133

Dampak pemanasan global


Para ilmuan menggunakan model komputer dari temperatur, pola presipitasi,
dan sirkulasi atmosfer untuk mempelajari pemanasan global. Berdasarkan
model tersebut, para ilmuan telah membuat beberapa prakiraan mengenai
dampak pemanasan global terhadap cuaca, tinggi permukaan air laut, pantai,
pertanian, kehidupan hewan liar dan kesehatan manusia.134

Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian


Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih
dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan
mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di
perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju
ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah
subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih
cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area.
Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.135

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air yang
menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah kelembaban
tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih
jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air merupakan gas rumah kaca,
sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada atmosfer.
Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang
lebih banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke
angkasa luar, di mana hal ini akan menurunkan proses pemanasan (lihat
siklus air). Kelembaban yang tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara
rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah

133
Ibid.
134
Ibid.
135
Ibid.

112
hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun
terakhir ini). Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat
menguap dari tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering
dari sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan
pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya
dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan
terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.136

Tinggi muka laut

Artikel utama: Kenaikan permukaan laut

Perubahan tinggi rata-rata muka laut diukur dari daerah dengan lingkungan yang
stabil secara geologi.

Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan


menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi
permukaan laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub,
terutama sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut.
Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi)
selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih
lanjut 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.137

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah


pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah
Belanda, 17,5 persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari
tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan
mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di daratan.
Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin
hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.138

136
Ibid.
137
Ibid.
138
Ibid.

113
Bahkan sedikit kenaikan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi
ekosistem pantai. Kenaikan 50 cm (20 inchi) akan menenggelamkan separuh
dari rawa-rawa pantai di Amerika Serikat. Rawa-rawa baru juga akan
terbentuk, tetapi tidak di area perkotaan dan daerah yang sudah dibangun.
Kenaikan muka laut ini akan menutupi sebagian besar dari Florida
Everglades.139

Pertanian

Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan


lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama
di beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya
masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika
snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir
alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang
lebih hebat.140

Hewan dan tumbuhan

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota
atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang
tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan
musnah.141

Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang
yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit
yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan
nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena
mereka dapat berpindah ke daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi
mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah di mana

139
Ibid.
140
Ibid.
141
Ibid.

114
mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu
akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-
penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria, seperti demam
dengue, demam kuning, dan encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi
meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang
lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.142

BAB III

PEMAHAMAN M. QURAISY SHIHAB TENTANG AYAT-AYAT

KIAMAT

A. Biografi M. Quraisy Shihab

Merupakan sesuatu yang sangat penting, dalam mengkaji atau meneliti

buku-buku karya orang besar atau „ulama sebelum kepada kajian materi itu, di

paparkan dulu biografi pengarangnya. Ini penting sekali, untuk mengetahui isi

buku dan memberikan gambaran secara umum kualitas buku tersebut.

Biografi yang akan penulis paparkan adalah biografi mufassir Indonesia

yang sangat terkenal, yaitu Prof. Dr. H. M. Quraisy Shihab, MA. Yang

mengarang. Sebuah karya yang paling monumental yaitu Tafsir Al-Misbah;

Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟ân, yang sedang penulis sedang bahas ini.

1. Kelahirannya

142
Ibid.

115
Muhammad Quraisy Shihab lahir di Rappang, Sulawesi Selatan, pada 16

Februari 1944. Ayahnya bernama Abdurrahman Shihab (1905-1986), ia berasal

dari keturunan Arab yang terpelajar. Sebagaimana ayahnya, M. Quraish Shihab

mewarisi kecintaannya terhadap tafsir al-Qur‟ân. Menurut pengakuannya,

Abdurrahman Shihab (ayahnya) adalah guru besar dalam bidang tafsir.143

Menurut M. Quraish Shihab minat ayahnya terhadap ilmu sangat besar.

Walaupun sibuk berwiraswasta, beliau selalu berusaha menyisihkan waktunya

untuk berdakwah dan mengajar, baik di masjid maupun perguruan tinggi. Bahkan

sebagian hartanya itu benar-benar dipergunakan untuk kepentingan ilmu, baik

dengan cara menyumbangkan buku-buku bacaan maupun membiayai lembaga-

lembaga pendidikan. Dari kecintaan sang ayah terhadap ilmu inilah yang

memotivasi M. Quraish Shihab dalam studinya. 144

Ia sangat termotivasi belajar studi al-Qur‟ân karena pengaruh ayahnya,

karena sejak usia enam sampai tujuh tahun M. Quraish Shihab sudah harus ikut

mendengar ayahya mengaji. Selain menyuruh mengaji, ayahnya juga menjelaskan

secara sepintas kisah-kisah yang tertera dalam al-Qur‟ân dan memberikan petuah-

petuah keagamaan.145

2. Pendidikannya

Muhammad Quraisy Shihab menyelesaikan pendidikan Dasarnya di Ujung

Pandang, ia melanjutkan pendidikan menengahnya di Malang, sambil “Nyantri” di

Pondok Pesantren Darul-Hadis Al-Faqihiyyah. Pada tahun 1958, ia berangkat ke


143
Mamat Ruhimat, op. cit., hlm. 48.
144
Ibid.
145
Ibid.

116
Kaira, Mesir, dan diterima di kelas II Tsanawiyah Al-Azhar. Pada 1967, ia meraih

gelas Lc (S-1) pada fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir dan Hadis Universitas Al-

Azhar. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di fakultas yang sama, dan pada

tahun 1969 meraih gelar MA untuk spesialisasi bidang tafsir Al-Qur‟ân dengan

tesis berjudul Al-I‟jaz Al-Tasyri‟iy li Al-Qur‟ân Al-Karim.

Sekembalinya ke Ujung Pandang, M. Quraisy Shihab dipercayakan untuk

menjabat Wakil Rektor bidang Akademis dan Kemahasiswaan pada IAIN

Alaudin. Selain itu, ia juga diserahi jabatan-jabatan lain, baik di dalam kampus

seperti kordinator Perguruan Tinggi Swasta (Wilayah VII Indonesia Bagian

Timur), maupun di luar kampus seperti Pembantu Pimpinan Kepolisian Indonesia

Timur dalam bidang pembinaan mental. Selama di Ujung Pandang ini, ia juga

sempat melakukan berbagai penelitian; antara lain, penelitian dengan tema

“Penerapan Kerukunan Hidup Beragama di Indonesia Timur” (1975) dan

“Masalah Wakaf Sulawesi Selatan” (1978).

Pada tahun 1980, Quraisy Shihab kembali ke Kaira dan melanjutkan

pendidikannya di almamaternya yang lama, Universitas Al-Azhar. Pada tahun

1982, dengan disertasi berjudul Nazhm Al-Durar li Al-Biqa‟iy, Tahqîq wa

Dirâsah, ia berhasil meraih gelar doctor dalam ilmu-ilmu al-Qur‟ân dengan

yudisium Summa Cum Laude disertai penghargaan I (mumtâz ma‟a martab al-

syaraf al-„ula).

Sekembalinya ke Indonesia, sejak 1984, M. Quraisy Shihab ditugaskan di

Fakultas Ushuluddin dan Fakultas Pasca-Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah,

Jakarta. Selain itu, di luar kampus, ia juga dipercayakan untuk menduduki

117
berbagai jabatan. Antara lain : Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pusat (sejak

1984); Anggota Lajnah Pentashih al-Qur‟ân Departemen Agama (sejak 1989);

Anggota Badan Pertimbangan Pendidikan Nasional (sejak 1989), dan Ketua

Lembaga Pengembangan. Ia juga banyak terlibat dalam beberapa organisasi

professional; antara lain: Pengurus Perhimpunan Ilmu-ilmu Syari‟ah; Pengurus

Konsorsium Ilmu-ilmu Agama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan; dan

Asisten Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Imdonesia (ICMI).

Di sela-sela kesibukannya itu, ia juga terlibat dalam berbagai kegiatan

ilmiah di dalam maupun luar negeri.

Yang tidak kalah pentingnya, M. Quraish Shihab juga aktif dalam kegiatan

tulis-menulis. Di surat kabar Pelita, pada setiap hari Rabu ia menulis dalam rubric

“Pelita Hati”. Ia juga mengasuh rubric “Tafsir Al-Amanah” dalam majalah dua

mingguan yang terbit di Jakarta, Amanah. Selain itu, ia juga tercatat sebagai

anggota Dewan Redaksi majalah Ulumul Qur‟an dan Mimbar Ulama, keduanya

terbit di Jakarta. Selain kontribusinya untuk berbagai buku suntingan dan jurnal-

jurnal ilmiah, hingga kini sudah banyak karya-karya beliau yang sudah

diterbitkan.

3. Karya-karyanya

Adapun karya-karya M. Quraisy Shihab adalah :

1. Tafsir Al-Manar, Keistimewaan dan Kelemahannya (Ujung Pandang:

IAIN Alauddin, 1984);

2. Filsafat Hukum Islam (Jakarta: Departemen Agama, 1987);

118
3. Mahkota Tuntunan Ilahi (Tafsir Surat Al-Fatihah) (Jakarta: Untagma,

1988);

4. Membumikan Al-Qur‟ân (Bandung: Mizan, 1992);

5. Wawasan Al-Qur‟ân ; Tafsir Maudhu‟I atas Pelbagai Persoalan Umat

(Bandung: Mizan, 1996);

6. Tafsir Al-Qur‟ân Al-Karim; Tafsir atas Surat-surat Pendek Berdasarkan

Urutan Turunnya Wahyu (Bandung: Pustaka Hidayah, 1997);

7. Yang Tersembunyi; Jin, Iblis, Setan dan Malaikat (Jakarta: Lentera Hati,

1999);

8. Tafsir Al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟ân (Jakarta:

Lentera Hati, 2000)

4. Metodologi Penafsiran M. Quraisy Shihab

Penafsiran M. Quraish Shihab dalam Tafsîr Al-Misbâh tidak semuanya

berdasarkan ijtihad beliau, tetapi banyak mengutip dari hasil karya-karya ulama

terdahulu dan kontemporer, serta pandangan-pandangannya, khususnya

pandangan pakar tafsir Ibrâhîm Ibn „Umar al-Biqâ„i (w. 885 H.-1480 M.), Sayyid

Muhammad Thanthâwi, Syekh Mutawalli asy-Sya‟râwi, Sayyid Quthub,

Muhammad Thâhir Ibn „Âsyũr, Sayyid Muhammad Husein Thabâthabâ‟i. serta

beberapa pakar tafsir yang lain.146

146
M. Quraish Shihab, op. cit., jili I, hlm. xiii.

119
Penulis akan menguraikan metodologi penafsiran M. Quraisy Shihab

dalam dua kategori; yakni, “Metodologi penafasiran secara umum yakni dalam

Tafsir al-Misbâh dan yang kedua adalah secara khusus, yakni yang berkaitan

dengan ayat-ayat kiamat dalam tafsir al-Misbâh.”

a. Dalam Tafsir al-Misbâh

M. Quraisy Shihab mengemukakan, Bahwa al-Qua‟ân memiliki tiga aspek

1) Aqidah, 2) Syari‟ah dan 3) Akhlak. Pencapaian ketiga tujuan pokok ini

diusahakan oleh al-Qur‟ân melalui empat cara :

a. Perintah memperhatikan alam raya,

b. Perintah mengamati pertumbuhan dan perkembangan manusia,

c. Kisah-kisah, dan

d. Janji serta ancaman duniawi atau ukhrawi.

Sebagai pengarang buku Membumikan al-Qur‟ân, ia menambahkan

bahwa, “Dicelah-celah uraian tentang tujuan dan cara al-Qur‟ân itu, ditemukan

pula kemukjizatan/keistimewaan al-Qur‟ân, paling tidak dalam tiga aspek :

a. Ketelitian dan keindahan redaksinya,

b. Isyarat-isyarat ilmiahnya, dan

c. Pemberitaan hal gaib masa lalu dan datang yang diungkapnya.

Pada tahun 1997, penerbit Pustaka Hidayah menerbitkan karya buku M.

Quraisy Shihab “Tafsir al-Qur‟ân al-Karîm”. Ada 24 surah yang dihidangkan

dalam buku itu. M. Quraisy Shihab dalam uraiannya banyak merujuk kepada al-

Qur‟ân dan as-Sunnah dengan menggunakan metode taĥlîlî, yakni menafsirkan

ayat demi ayat sesuai dengan susunannya dalam setiap surah. Penekanan dalam

120
uraian-uraian tafsir itu adalah pada pengertian kosa kata dan ungkapan-ungkapan

al-Qur‟ân dengan merujuk kepada pandangan pakar bahasa, kemudian

memperhatikan bagaimana kosa kata atau ungkapan itu digunakan oleh al-

Qur‟ân.

Dalam buku itu, ia berupaya mendasarkannya pada urutan masa turun

surah-surah tersebut. Dimulai dengan al-Fâtiĥah sebagai induk al-Qur‟ân, disusul

dengan surah yang memuat wahyu pertama Iqra‟, selanjutnya al-Muddatstsir, al-

Muzzammil, dan seterusnya hingga surah al-Thâriq.

Menghidangkan tafsir al-Qur‟ân berdasar urutan-urutan turunnya

diharapkan dapat mengantarkan pembaca mengetahui rentetan petunjuk Ilahi yang

dianugerahkan kepada Nabi Muhammad saw. dan umatnya. Di sisi lain,

menguraikan tafsir al-Qur‟ân berdasarkan urutan surah-surah dalam mushaf

sering kali menimbulkan banyak pengulangan, jika kandungan kosa kata atau

pesan ayat atau surahnya sama atau mirip dengan surah atau ayat yang telah

ditafsirkan. Ini mengakibatkan diperlukannya waktu yang cukup banyak untuk

memahami dan mempelajari kitab suci. Karena itu, dalam tafsir tersebut, M.

Quraisy Shihab memaparkan makna kosa kata sebanyak mungkin dan kaidah-

kaidah tafsir yang menjelaskan makna ayat yang sekaligus dapat digunakan untuk

memahami ayat-ayat lainnya yang tidak ditafsirkan.

Dalam konteks memperkenalkan al-Qur‟ân, dalam tafsir al-Misbâh ini, M.

Quraisy Shihab menghidangkan bahasan setiap surah pada apa yang dinamai

tujuan surah, atau tema pokok surah. Memang menurut para pakar, setiap surah

ada tema pokoknya. Pada tema itulah berkisar uraian ayat-ayatnya. Jika seseorang

121
mampu memperkenalkan tema-tema pokok itu, maka secara umum dapat

memperkenalkan pesan utama setiap surah, dan dengan memperkenalkan ke 114

surah, kitab suci ini akan lebih dikenal lebih dekat dan mudah.

Dari beberapa uraian M. Quraisy Shihab di atas, maka dapat di simpulkan

bahwa beliau dalam menafsirkan al-Qur‟ân dalam tafsir al-Misbâh adalah sebagai

berikut :

2. Metode/pendekatan taĥlili;

Hal ini bisa dilihat ketika M. Quraisy Shihab menafsirkan Ar-Raĥmân Ar-

Raĥîm dalam surah al-Fâtiĥah ayat 3 sebagai berikut :

Apabila seorang mengucapkan kata “Allah” maka akan terlintas atau


seyogianya terlintas dalam benaknya segala sifat Kesempurnaan. Dia Maha Kuat,
Maha Bijaksana, Maha Kaya, Maha Berkreasi, Maha Pengampun, Maha Indah,
Maha suci, dan lain sebagainya. Seseorang yang mempercayai Tuhan, pasti
meyakini bahwa Tuhannya Maha Sempurna dalam segala hal, serta Maha Suci
dari segala sifat kekurangan. Sifat-sifat Tuhan yang diperkenalkan cukup banyak.
Dalam salah satu hadis dikatakan bahwa sifat atau nama-nama Tuhan berjumlah
sembilan puluh sembilan nama/sifat.
Demikian banyak sifat/nama Tuhan, namun yang terpilih dalam Basmallah
hanya dua sifat, yaitu Ar-Raĥmân dan Ar-Raĥîm yang keduanya terambil dari akar
kata yang sama. Agaknya kedua sifat ini dipilih, karena sifat itulah yang paling
dominant. Dalam hal ini Allah dalam Al-Qur‟ân menegaskan: “Rahmat-Ku
mencakup segala sesuatu” (QS. Al-A‟râf [7]: 156)
Kedua kata tersebut Ar-Raĥmân dan Ar-Raĥîm berakar dari kata raĥîm
yang juga telah masuk dalam perbendaharaan Bahasa Indonesia, dalam arti
“peranakan”. Apabila disebut kata raĥîm, maka yang dapat terlintas di dalam
benak adalah “ibu dan anak” dan ketika itu dapat terbayang betapa besar kasih
saying yang dicurahkan sang ibu kepada anaknya. Tetapi, jangan disimpulkan
bahwa sifat Rahmat Tuhan sepadan dengan sifat rahmat ibu, betapapun besarnya
kasih saying ibu. Karena telah menjadi keyakinan kita bahwa Allah SWT. Adalah
wujud yang tidak memiliki persamaan, dalam dzat, sifat dan perbuatan-Nya,
dengan apapun, baik yang nyata atau dalam khayalan, dan dengan demikian
hakikat dan kapasitas rahmat-Nya, tidak dapat dipersamakan dengan hakikat dan
kapasitas rahmat siapa pun. Rasulullah SAW., “mendekatkan” gambaran besarnya

122
rahmat Tuhan dengan sabdanya “Allah SWT menjadikan rahmat seratus bagian.
Dia menyimpan di sisi-Nya sembilan puluh sembilan bagian dan diturunkan-Nya
ke bumi ini satu bagian. Satu bagian inilah yang dibagi pada seluruh makhluk.
(begitu meratanya sampai-sampai satu bagian yang dibagikan itu diperoleh pula
oleh) seekor binatang yang mengangkat kakinya karena dorongan kasih sayang,
khawatir jangan sampai menginjak anaknya” (HR. Muslim).
Curahan rahmat Tuhan secara actual dilukiskan dengan kata Raĥmân,
sedang sifat yang dimiliki-Nya seperti yang tergambar dalam hadis di atas,
dilukiskan dengan kata Raĥîm. Gabungan kedua itu menyiratkan bahwa Allah
mencurahkan rahmat kepada makhluk-Nya karena memang Dia merupakan Dzat
yang memilki sifat itu. Sesekali boleh jadi seorang yang berwatak pemurah,
enggan mengulurkan tangan bantuan kepada orang lain. Namun, keengganan
ketika itu, tidak mengubah wataknya karena lahir dari satu dan lain sebab.
Dengan kata Ar-Raĥmân digambarkan bahwa Tuhan mencurahkan rahmat-
Nya, sedangkan dengan kata Ar-Raĥîm dinyatakan bahwa Dia memiliki sifat
rahmat yang melekat pada diri-Nya.
Ada juga ulama yang memahami kata Ar-Raĥmân sebagai sifat Allah
SWT. Yang mencurahkan rahmat yang bersifat sementara di dunia ini, sedangkan
Ar-Raĥîm adalah rahmat-Nya yang bersifat kekal. Rahmat-Nya di dunia yang
sementara ini meliputi seluruh makhluk, tanpa kecuali dan tanpa membedakan
antara mukmin dan kafir. Sedangkan rahmat yang kekal adalah rahmat-Nya di
akhirat, tempat kehidupan yang kekal, yang hanya akan dinikmati oleh makhluk-
makhluk yang mengabdi kepada-Nya.147

3. Dengan memaparkan kosa kata sebanyak mungkin;

Hal ini bisa dilihat ketika M. Quraisy Shihab menafsirkan kata

dalam surah al-Fâtiĥah ayat 7 sebagai berikut :

Kata ( ) adh-dhâllîn berasal dari kata dhalla. Tidak kurang


dari 190 kali kata dhalla dalam berbagai bentuknya terulang dalam al-Qur‟ân.
Kata ini pada mulanya berarti kehilangan jalan, bingung, tidak mengetahui arah.
Mskna-makna ini berkembang sehingga kata tersebut juga dipahami dalam arti
binasa, terkubur, dan dalam arti immaterial ia berarti sesat dari jalan kebajikan,
atau lawan dari petunjuk. Dari penggunaan al-Qur‟ân yang beraneka ragam, dapat
disimpulkan bahwa kata ini dalam berbagai bentuknya mengadung makna
tindakan atau ucapan yang tidak menyentuh kebenaran.

147
M. Quraisy Shihab, Tafsir Al-Misbâĥ; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur‟ân, Lentera Hati :
Jakarta, 2007, jilid, 1, hlm. 21-22.

123
Anda dapat memahami kata adh-dhâllîn dalam ayat ini adalah orang-
orang Nasrani, sebagaimana informasi sebuah riwayat yagng dinisbahkan kepada
Nabi saw. Tetapi tanpa menolak informasi itu, di sini dapat diulangi penjelasan
yang dikemukakan di atas tentang arti al-magdhũb „alaihim yakni bahwa
penafsiran ini adalah contoh yang diangkat Nabi dari masyarakat beliau ketika itu.
Kata adh-dhâllîn ditemukan dalam al-Qur‟ân sebanyak delapan kali dan
kata adh-dhâllũn sebanyak lima kali. Paling sedikit ada tiga ayat dari ayat-ayat
yang menggunakan kata adh-dhâllîn dan adh-dhâllũn yang dapat membantu
memahami apa yang dimaksud oleh al-Qur‟ân dengan kata tersebut.148

4. Metode munasabah/Keserasian hubungan bagian-bagian Al-

Qur’ân dalam beberapa keserasian, paling tidak dalam enam

hal :

1. Keserasian kata demi kata dalam satu surah;

M. Quraisy Shihab menerangkan bahwa dalam studi al-Qur‟ân ada

yang dinamai „ilmu al-munâsabah, yang intinya menjawab pertanyaan “Mengapa

ayat atau surah itu ditempatkan setelah ayat atau surah ini?

Ayat-ayat al-Qur‟ân merupakan serat yang membentuk tenunan hidup

seorang muslim. Karena itu, sering kali pada saat al-Qur‟ân berbicara tentang

aspek dan dimensi lain yang secara sepintas terkesan tidak saling berkaitan. Bagi

yang tekun mempelajarinya akan menemukan keserasian yang amat

mengagumkan, serupa dengan keserasian hubungan yang memadukan bisikan-

bisikan hati manusia yang saling berbeda, sehingga pada akhirnya dimensi dan

148
Ibid, hlm. 77.

124
aspek yang tadinya terkesan kacau menjadi terangkai dan terpadu indah, bagai

kalung mutiara yang tidak diketahui di mana ujung di mana pangkalnya, atau

seperti vas bunga yang dihiasi oleh aneka kembang berbeda-beda dan berwarna-

warni, tetapi pada akhirnya menghasilkan pemandangan yang sangat indah.

Kata-kata yang terdapat dalam tiap ayat, akan ditemukan keserasian

yang sangat menakjubkan. Hal ini adalah pembuktian bahwa al-Qur‟ân itu

mukjizat, dari segi kata-kata, ayat-ayat sampai surah mengandung keserasian yang

sangat mempesona.

2. Keserasian kandungan ayat dengan fâshilat yakni penutup

surat;

Hal ini bisa dilihat dalam surat al-Mâ‟ûn sebagai berikut :

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama. Itulah orang yang

menghardik anak yatim. dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin.

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (yaitu) orang-orang yang

lalai dari shalatnya. orang-orang yang berbuat riya. dan enggan (menolong

dengan) barang berguna.”

M. Quraisy Shihab menyimpulkan dari surah ini bahwa kewajiban dan

tuntunan agama yang ditetapkan Allah, sedikit pun tidak bertujuan kecuali untuk

kemaslahatan seluruh makhluk, khsusnya umat manusia. Allah menghendaki di

125
balik kewajiban dan tuntunan itu, keharmonisan hubungan antar seluruh makhluk-

Nya demi kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.149

Awal surah ini menjelaskan kecelakaan orang-orang yang mendustakan

agama dan mengingkari hari kemudian, sedang akhirnya menguraikan tandanya

yaitu pamrih dalam shalat dan enggan memberi bantuan. Demikian bertemu awal

dan akhir surah ini. Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya. Wa Allâh

A‟lam150.

3. Keserasian hubungan ayat dengan ayat berikutnya;

Hal ini bisa dilihat dalam surat al-Fâtiĥah ayat 2-3 :

“Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha

Penyayang.”

Mengapa pada ayat kedua surah al-Fâtiĥah, ketika Allah dipuji, disifati
dengan Rabb al-„âlamîn (Pemelihara seluruh alam)? Ini untuk menjelaskan bahwa
pujian tersebut wajar bagi-Nya, karena Dia adalah Pemelihara seluruh alam.
Mengapa ayat kedua itu disusul oleh ar-raĥmân ar-raĥîm (Yang Maha Pengasih
lagi Maha Penyayang)? Karena boleh jadi ada yang menduga bahwa
pemeliharaan-Nya, bukan lahir dari kasih sayang yang melekat pada diri-Nya,
tetapi karena kepentingan. Bukankah ada yang memelihara atau mendidik dengan
tujuan memperoleh keuntungan? Bukankah banyak perusahaan yang mendidik
para pegawainya dengan tujuan agar kelak mereka menjadi sumber peningkatan
mutu produk yang pada gilirannya menghasilkan keuntungan bagi perusahaan?
Bukankah ada yang memelihara ayam, bukan atas dorongan kasih padanya, tetapi
agar ayam –ayamnya sehat dan banyak bertelur, sehingga si pemelihara
memperoleh keuntungan?151

149
Ibid, jilid 15, hlm. 554.
150
Ibid, jilid 15, hlm. 554.
151
Ibid, hlm. xxii-xxiii.

126
4. Keserasian uraian awal (mukadimah) satu surah dengan

penutupnya;

Hal ini bisa dilihat dalam awal surah al-„Alaq dan akhir surat al-„Alaq :

“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan.”

“sekali-kali jangan, janganlah kamu patuh kepadanya; dan sujudlah dan

dekatkanlah (dirimu kepada Rabb).”

M. Quraisy Shihab mengatakan diakhir penafsiran ayat ini,

Demikian surah ini ditutup oleh Allah swt. Dengan perintah


mendekatkan diri kepada-Nya dengan melakukan berbagai aktivitas yang
menunjang. Dan dengan demikian bertemulah ayat pertama surah ini dan ayat
terakhirnya dalams atu keserasian. Ayat pertama memerintahkan membaca demi
karena Allah, yang merupakan salah satu contoh upaya mendekatkan diri kepada-
Nya, sedangkan ayat terakhir menekankan perintah mendekatkan diri secara
umum sambil melarang taat kepada siapa pun yang memerintahkan sesuatu yang
bertentangan dengan ketetapan Allah.152

5. Keserasian penutup surah dengan uraian awal (mukadimah)

surah sesudahnya;

Hal ini bisa dilihat dalam akhir surah al-mursalât dan awal surah an-

nabâ ayat 1-5 :

152
Ibid, jilid 15, hlm. 418.

127
“(Dikatakan kepada orang-orang kafir):"Makanlah dan bersenang-
senanglah kamu (di dunia dalam waktu) yang pendek; sesungguhnya kamu
adalah orang-orang yang berdosa. Kecelakaan yang besarlah pada hari itu bagi
orang-orang yang mendustakan. Dan apabila dikatakan kepada
mereka:"Ruku'lah, niscaya mereka tidak mau ruku'. Kecelakaan yang besarlah
pada hari itu bagi orang-orang yang mendustakan. Maka kepada perkataan
apakah selain al-Qur'an ini mereka akan beriman.”

Ayat-ayat di atas kembali berbicara tentang kaum musyrikin Makkah yang


sebelum ini telah ditujukan kepada mereka firman-Nya pada ayat 7
“Sesungguhnya apa yang dijanjikan kepada kamu pasti terjadi”. Uraian
yang dikemukakan oleh ayat-ayat yang lalu tentang kenikmatan yang akan
diperoleh orang-orang bertakwa menjadikan mereka bagaikan berkata: Itu
hanya janji yang tidak bakal terbukti, sedang kami sekarang benar-benar
dalam kenikmatan. Menanggapi ucapan itu, ayat di atas menyatakan
kepada mereka yang tidak memandang kebahagiaan kecuali pada makanan
dan bersenang-senang bahwa “Makan dan bersenang-senanglah”
sekarang di dunia ini, kesenangan yang segera akan sirna dan yang
kadarnya sedikit, sesungguhnya kamu adalah pendurhaka-pendurhaka
yang mantap kedurhakaannya sehingga kamu kelak di hari kemudian pasti
akan tersiksa. Kecelakaan besar dan langgeng pada hari itu bagi para
pengingkar153.
Lalu sambil berpaling dari mereka guna menunjuk murka-Nya, Allah
bagaikan berfirman bahwa: Sungguh para pendurhaka itu apabila diajak
beriman, mereka enggan beriman, dan apabila dikatakan kepada mereka:
“Ruku‟lah” yakni shalatlah atau patuhlah kepada Allah, niscaya mereka
tidak mau ruku‟, karena itu kecelakaan besar dan langgeng pada hari itu
bagi para pengingkar. Sungguh telah berulang-ulang al-Qur‟ân
menasihati dan memperingatkan mereka, tetapi mereka tetap saja menolak,
maka kepada perkataan apakah sesudahnya yakni selain al-Qur‟ân ini
mereka akan beriman? Pasti tidak ada lagi, karena al-Qur‟ân adalah
puncak yang tidak ada puncak lagi sesudahnya. Jika demikian memang
wajar mereka mendapat siksa di hari kemudian.154

153
Ibid, jilid 14, hlm. 694.
154
Ibid, hlm. 695.

128
“Tentang apakah mereka saling bertanya-tanya ?. Tentang berita yang

besar. yang mereka perselisihkan tentang ini. Sekali-kali tidak; kelak mereka

akan mengetahui. Kemudian sekali-kali tidak; kelak mereka akan mengetahui.”

Pada surah yang lalu - al-mursalât-diuraikan pengingkaran kaum


musyrikin terhadap keniscayaan Kiamat, dank arena itu mereka wajar
mendapat kecelakaan yang berlipat ganda. Surah itu diakhiri dengan
pertanyaan bahwa kalau mereka tidak mempercayai informasi al-Qur‟ân,
maka tidak ada lagi selainnya yang dapat mereka percayai. Ternyata
mereka tetap bersikeras meragukan dan menolak bahkan saling
membicarakan hal tersebut baik dengan tujuan mengejek, atau senda gurau
atau menampakkan kemustahilannya. Karena itulah awal surah ini
mengajukan pertanyaan yang tujuannya adalah menampakkan keheranan
atas sikap mereka itu, serta memperingatkan dan mengancam mereka.155

6. Keserasian tema surah dengan nama surah.

Hal ini bisa dilihat dalam surah al-Baqarah ayat 67-74 :

155
Ibid, op. cit, hlm. 5.

129
“Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya:"Sesungguhnya
Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina". Mereka berkata:"Apakah
kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?". Musa menjawab:"Aku berlindung
kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil. Mereka
menjawab:"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami, agar dia menerangkan
kepada kami, sapi betina apakah itu?". Musa menjawab:"sesungguhnya Allah
berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi yang tidak tua dan tidak muda;
pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu.
Mereka berkata:"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami apa warnanya". Musa menjawab:"Sesungguhnya
Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang
kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.
Mereka berkata:"Mohonkanlah kepada Rabb-mu untuk kami agar Dia
menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena
sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya
Allah akan mendapat petunjuk. Musa berkata:"Sesungguhnya Allah berfirman
bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk
membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak
ada belangnya". Mereka berkata:"Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat
sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir
saja mereka tidak melaksanakan perintah itu. Dan (ingatlah), ketika kamu
membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh-menuduh tentang itu. Dan
Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan. Lalu Kami
berfirman:"Pukullah mayat itu dengan sebagian anggota sapi betina itu!".
Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan
memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi.
Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai

130
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air
daripadanya dan di antaranya sungguh ada yangmeluncur jatuh, karena takut
kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.”

M. Quraisy Shihab mengatakan :

Surah ini dinamai al-Baqarah karena tema pokoknya adalah inti ayat-ayat
yang menguraikan kisah al-Baqarah, yakni kisah Banî Isrâ‟îl dengan seekor
sapi. Ada seorang yang terbunuh dan tidak diketahui siapa pembunuhnya.
Masyarakat Banî Isrâ‟îl saling mencurigai bahkan tuduh menuduh tentang
pelaku pembunuhan tanpa ada bukti, sehingga mereka tidak memperoleh
kepastian. Menghadapi hal tersebut mereka menoleh kepada Nabi Mûsâ as.
Meminta beliau berdo‟a agar Allah menunjukan siapa pembunuhnya. Maka
Allag memerintahkan menyembelih seekor sapi. Dari sini dimulai kisah al-
Baqarah. Akhir dari kisah itu adalah, mereka menyembelihnya –setelah
dialog tentang sapi berkepanjangan- dan dengan memukulkan bagian sapi
itu kepada mayat yang terbunuh, maka atas kuadrat Allah SWT. Korban
hidup kembali dan menyampaikan siapa pembunuhnya.156

b. Tentang ayat-ayat kiamat dalam Tafsir Al-Misbâh

M. Quraisy Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan

masalah Kiamat, beliau menggunakan metode tahlîlî dan metode maudhû‟i.

Metode tahlîlî adalah menafsirkan al-Qur‟ân secara terperinci, dengan

menguraikan kajian bahasa yang banyak.

156
Ibid, jilid I, hlm. 83-84.

131
Kemudian denga menggunakan metode maudhû‟I. metode maudhu‟I

adalah menafsirkan al-Qur‟ân dengan cara menghimpun seluruh / sebahagian

ayat-ayat – dari beberapa surah – yang berbicara tentang topic tersebut untuk

kemudian dikaitkan satu dengan lainnya sehingga pada akhirnya diambil

kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut pandangan al-Qur‟ân.


157

Dalam menafsirkan ayat-ayat yang berkaitan dengan kiamat, M. Quraisy

Shihab, beliau menempuh langkah-langkah sebagai berikut :

1. Menetapkan masalah yang akan di bahas;

2. Menghimpun dan menetapkan ayat-ayat yang menyangkut dengan

masalah tersebut;

3. Menyusun urut-urutan ayat sesuai dengan masa turunnya, atau perincian

masalahnya, dengan memisahkan, misalnya antara periode Makkah dan

Madinah;

4. Memahami korelasi/munasabah ayat-ayat dalam surah-surahnya;

5. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis yang menyangkut dengan

masalah yang dibahas tersebut.

C. Pemahaman M. Quraisy Shihab Tentang Ayat-ayat Kiamat dalam Tafsir

Al-Misbah

Dalam menerangkan penafsiran M. Quraisy Shihab tentang ayat-ayat

kiamat, penulis akan membagi ke dalam tiga bagian. Pertama, membahas tentang

157
M. Quraisy Shihab, op. cit.,, hlm. 33.

132
masalah tanda-tanda Kiamat. Kedua, kedahsyatan Kiamat, dan yang ketiga adalah

tanggung jawab manusia setelah hari Kiamat.

1. Pemahaman M. Quraisy Shihab yang Berhubungan dengan Tanda-tanda

Kiamat

Tanda-tanda Kiamat banyak sekali. Selama penulis teliti, ternyata tanda-

tanda Kiamat banyak diterangkan dan diramalkan oleh Rasulullah saw. dalam

hadis-hadisnya. Sedangkan dalam al-Qur‟ân, menggambarkan kedahsyatan dan

kengerian kehancuran alam semesta ini.

Di antara tanda Kiamat yang sampai sekarang – menurut penyusun masih

banyak perbedaan pemahaman – yang hangat diperbincangkan adalah masalah

Nabi Isa as. Apakah Nabi Isa as. di akhir zaman nanti akan turun lagi, atau tidak?

Tentunya sebelum membahas jawaban tentang itu, perhatikan bagaimana

penafsiran/pendapat M. Quraisy Shihab tentang Nabi Isa as. Ia menerangkan :

Di antara tanda hari kiamat di akhir zaman nanti adalah turunnya Nabi Isa

as. M. Quraisy Shihab menafsirkan surat Ali-Imran ayat 55. pada kata

beliau mamaknai dengan sempurna. al-Qur‟ân menggunakannya antara lain untuk

makna mati dan tidur. Dia bermakna mati, karena siapa yang wafat, maka

umurnya di dunia telah sempurna, dan karena tidur mirip dengan mati, karena

siapa yang wafat, maka umurnya di dunia tela sempurna. Dan karena tidur mirip

dengan mati, dari sisi hilangnya kesadaran, maka tidur pun di namai mati oleh Al-

Qur‟ân dan as-Sunnah.158

158
M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 2, hlm. 103.

133
Hal tersebut diterangkan dalam surat Al-An‟âm [6] ayat : 60

“an Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui

apa yang kamu kerjakan di siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada

siang hari untuk disempurnakan umur(mu) yang telah ditentukan, kemudian

kepada Allah-lah kamu kembali, lalu Dia memberitahukan kepadamu apa yang

dahulu kamu kerjakan.”

M. Quraisy Shihab menerangkan :

Allah swt. menyampaikan kepada Nabi Isa as. Bahwa aku akan

menyempurnakan dalam arti mengambilmu secara sempurna, tidak sedikit pun

dari tubuhmu yang rusak atau berkurang.159

Hadis –hadis yang menerangkan tentang turunnya Nabi Isa as

diperselisihkan nilainya, bahkan sementara peneliti berpendapat bahwa walaupun

hadisnya banyak, tetapi kesemuanya bersumber dari dua orang yaitu Ka‟ab al-

Ahbar dan Wahb Ibn Munabbih. Sementara ulama meragukan loyalitasnya. Atau

paling tidak kedua tokoh itu tanpa sadar terpengaruholeh kepercayaan orang-

orang Kristen yang meyakini bahwa Isa as hidup di langit dan satu ketika akan

turun ke bumi.

159
Ibid, hlm. 104.

134
Tetapi dari uraian selanjutnya dapat diambil pelajaran, bahwa Allah,

membersihkanmu wahai Isa dari orang-orang yang kafir, dan menjadikan orang-

orang yang mengikutimu di atas orang-orang yang kafir hingga hari kiamat.160

Dalam surah an-Nisâ ayat 159 :

“Tidak ada seorangpun dari Ahli Kitab, kecuali akan beriman

kepadanya (Isa) sebelum kematiannya. Dan di hari kiamat nanti Isa itu akan

menjadi saksi terhadap mereka”

M. Quraisy Shihab menafsirkan :

Kesudahan yang akan dialami oleh Ahlu Kitab, baik Yahudi yang tidak

mempercayai kenabiannya, maupun Nasrani yang tidak percaya bahwa Nabi Isa

as adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, tetapi Tuhan dan anaknya. Ini ditegaskan

bahwa, “Tidak seorang pun dari Ahlu Kitab, kecuali pasti akan beriman

kepadanya, yakni kepada Nabi Isa as selaku utusan dan hamba Allah sebelum

kematiannya, yakni sebelum kematian masing-masing Ahlu Kitab itu.

Pada hari kiamat nanti yakni Isa as akan menjadi saksi terhadap mereka.

160
Ibid, hlm. 105.

135
= Sebelum kematian Ahlu Kitab. Pendapat ini dikuatkan oleh

bacaan yang diterima Ubay Ibn Ka‟ab, yaitu : yakni sebelum

kematian mereka. Penggunaan bentuk jamak “mereka” menjadi jelas bahwa

kematian yang dimaksud bukan kematian Isa as., tetapi Ahlu Kitab.161

Untuk memperkuat pendapat di atas, di sini tercantum dalam surat al-

Mâidah ayat 117 :

“Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau

perintahkan kepadaku (mengatakannya) yaitu:"Sembahlah Allah, Rabbku dan

Rabbmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka. Maka setelah Engkau

wafatkan (angkat) aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah

Maha Meyaksikan atas segala sesuatu.”

Nabi Isa as menegaskan bahwa: Dan adalah aku menjadi saksi terhadap

mereka, yakni bersungguh-sungguh memberi keteladanan yang dapat mereka

161
Ibid, hlm. 653.

136
saksikan dalam sikap dan perilaku yang aku tampilkan serta selalu berusaha

meluruskan kesalahpahaman dan kekeliruan mereka selama aku berada, yakni

hidup diantara mereka, maka setelah engkau wafatkan aku, sehingga aku tidak

lagi berada ditengah-tengah mereka, maka Engkaulah yang mengawasi mereka.

Bahkan melarang mereka mempertuhan siapa pun selain Allah SWT dengan jalan

memaparkan aneka bukti keesaan –Mu, dan mengutus Nabi Muhammad dan

Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu, sehingga tidak ada sekecil

apapun yang luput dari pengetahuan-Mu.162

2. Pemahaman M. Quraisy Shihab yang Berhubungan dengan Dahsyatnya

Hari Kiamat

Pada hari kiamat terjadi perhitungan dan pembalasan Allah, dan juga

karena ketika itu semua makhluk tanpa kecuali menampakkan ketaatannya kepada

Allah dalam bentuk yang sangat nyata.

Terjadinya pembalasan, tak seorang pun yang tahu, al-Qur‟ân hanya

menginformasikan :

“Dan Allah Maha cepat perhitungannya”163

Al-Qur‟ân berbicara tentang hari pembalasan, paling tidak ada dua makna

yang dikandung oleh penegasan ini, yaitu :

162
Ibid, jilid 3, hlm. 251.
163
QS. Al-Baqarah [2] :202.

137
1. Allah yang menentukan dan Dia pula salah satunya yang mengetahui

kapan tibanya hari kiamat;

2. Allah mengetahui segala sesuatu yang terjadi, dan apapun yang terdapat

ketika itu adalah kekuasaannya. Sedemikian besar sampai-sampai

jangankan bertindak atau bersikap menentang-Nya, berbicara pun harus

dengan sizing-Nya.

Jadi menurut M. Quraisy Shihab kata dalam surat al-Fâtihah ayat 4

penjelasannya adalah dalam surat Sabâ [34] : 3-4 :

“Dan orang-orang yang kafir berkata:"Hari berbangkit itu tidak akan


datang kepada kami".Katakanlah:"Pasti datang, demi Rabb-ku yang mengetahui
yang ghaib, sesungguhnya kiamat itu pasti akan datang kepadamu.Tidak ada
tersembunyi daripada-Nya seberat zarrahpun yang ada dilangit dan yang ada di
bumi dan tidak ada (pula) yang lebih kecil dari itu dan yang lebih besar,
melainkan tersebut dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh). Supaya Allah
menberi balasan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang
saleh.Mereka itu adalah orang-orang yang baginya ampunan dan rezki yang
mulia.”

Menurut M. Quraisy Shihab hari pembalasan ini mempunyai dua makna :

138
1. Makna lahiriyah; yaitu hari tampak secara jelas. kemandirian Allah dalam

memberi balasan, kemandirian yang menjadikan semua pihak yang tadinya

ragu atau menduga memiliki kemampuan menjadi tidak berkutik sama sekali.

2. Makna bathiniyah; yaitu hari pembalasan bermula sejak saat seseorang

melakukan pelanggaran, pada saat itu pulalah terjadi pembalasan Tuhan.

Pembalasan Allah itu tidak ditunda, hanya saja terkadang ia tidak nampak atau

tidak dirasakan manusia. Dan di sinilah letak “bathiniyahnya”. Dalam

konsteks ini Nabi SAW bersabda : “Apabila seseorang berdosa, diteteskan ke

dalam hatinya suatu titik hitam”. (HR. Tirmidzi, An-Nasa‟I, Ibn Hibban

melalui Abu Hurairah).164

Titik hitam ini adalah pembalasan Tuhan.

Firman Allah ta‟ala :

M. Quraisy Shihab menafsirkan bahwa amal kebaikan dan kejahatan

masing-masing orang akan ditimbang pada hari kemudian, dan mana yang berat

itulah yang menentukan kebahagiaan dan kesengsaraan manuisa.165

Sebagaimana yang tercantum dalam surah Al-A‟raf [7] : 9

164
Ibid, op. cit.jilid 2, hlm. 103.
165
Ibid.

139
“Dan siapa yang ringan timbangan kebaikannya, maka itulah orang-

orang yang merugikan dirinya sendiri, disebabkan mereka selalu mengingkari

ayat-ayat Kami.”

“Kemudian sesungguhnya kamu pada hari kiamat akan berbantah-

bantah di hadapan Rabbmu.”

Maksudnya semua kamu yang pernah berselisih, saling berbeda pendapat

atau menganiaya dan saling teraniaya akan berbantah-bantahan untuk menuntut

haknya masing-masing.166

Dalam surat al-Mumtahânah [60] : 3

“Karib kerabat dan anak-anakmu sekali-kali tiada bermanfa'at bagimu

pada hari Kiamat. Dia akan memisahkan antara kamu. Dan Allah Maha Melihat

apa yang kamu kerjakan.”

Pada hari kiamat nanti kerabat dan anak-anak itu - apalagi orang lain –

tidak akan bermanfaat dan pada hari itu juga dipisahkan antara kamu dengan

mereka. Kamu atas anugerah Allah berada di surga dan mereka berdasar keadilan-

Nya – jika tetap kafir – akan tersiksa di neraka. Allah Maha kuasa melakukan itu

166
Ibid, jild. 12, hlm. 226.

140
dan Allah terhadap apa yang kamu dari saat ke saat kerjakan Maha Melihat

sehingga atas dasarnya Dia melakukan pemisahan itu.167

Yaum al-qiyâmah dapat dikaitkan dengan kata-kata sekali-kali tidak

bermanfaat, dengan demikian ayat ini menafikan manfaat keluarga di hari kiamat.

Dapat juga kata majmuk itu dikaitkan dengan kata dipisahkan, sehingga ayat ini

menginformasikan bahwa pada hari kiamat nanti, akan terjadi pemisahan antar

keluarga. Tentu saja ini, bila sebagian mukmin dan sebagiannya kafir. Karena jika

semuanya beriman mereka akan menyatu.168

Keniscayaan hari kiamat mestinya disambut dengan pembenaran oleh

seluruh makhluk, tetapi ada yang enggan percaya. Mengapa demikian ? Apakah

manusia mengira, bahwa kami tidak akan mengumpulkan kembali tulang-

belulangnya yang telah terserak setelah kematiannya? Bukan demikian, sungguh

Kami kuasa bukan saja menghimpun tulang-belulangnya, Kami bahkan kuasa

menyempurnakan yakni menyusun kembali jari – jemarinya dengan sempurna.169

Sebenarnya keniscayaan hari kiamat sudah demikian jelas, sehingga Allah

tidak perlu bersumpah tentang keniscayaannya. Manusia bukannya tidak mengira

bahwa Allah tidak kuasa mewujudkannya, bahkan yakni tetapi manusia hendak

melampiaskan hawa nafsunya agar ia terus – menerus melakukan kedurhakaan

pada masa datangnya.

167
Ibid,jilid 14, hlm. 160.
168
Lihat surat at-Thûr [52] : 21.

Artinya : “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti mereka dalam
keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi
sedikitpun dari pahala amal mereka.Tiap-tiap manusia terikat dengan apayang dikerjakannya.”
169
M. Quraisy Shihab, loc. Cit., hlm. 160.

141
ia bertanya : “Bilakah hari kiamat itu?” adalah

sebagai penjelasan tentang keinginan yang bersangkutan untuk terus-menerus

melakukan kedurhakaan atau bukti kedurhakaan itu, dapat juga merupakan uraian

baru yang berfungsi menggambarkan keheranan tentang pertanyaan itu.170

Manusia diperintah oleh Allah swt untuk bertaqwa agar terhindar dari

ancaman hari kiamat yang pasti akan terjadi. Dalam surah al-Hâjj ayat 1 dan 2

menyatakan : Hai seluruh manusia yang sudah dekat datangnya perhitungan

mereka, seperti dinyatakan awal surah al-Anbiya, bertaqwalah kepada Tuhan

Pembimbing dan pemelihara kamu dengan jalan melaksanakan perintah-perintah-

Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya dan ketahuilah bahwa; sesungguhnya

goncangan bumi menjelang hari kiamat serta sesaat sebelum terbitnya matahari

dari sebelah barat adalah suatu peristiwa yang sangat agung dan dahsyat

sehingga tidak terjangkau oleh akal, tidak juga digambarkan hakikatnya dengan

kata-kata yang kamu gunakan. Pada hari kamu melihatnya yakni goncangan

kiamat itu menyebabkan lengah tanpa kecuali – semua wanita yang sedang

menyusui – dari anak yang disusuinya dan kamu melihat juga semua orang

ketakutan sampai-sampai semua wanita yang memilki kandungan sedemikian

takut sehingga ketakutan itu menggugurkan kandungannya yakni anak yang

dikandungnya dan engkau melihat semua manusia dalam keadaan mabuk,

170
Ibid,

142
padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat keras

sehingga mereka terlihat bagaikan mabuk tak sadarkan diri.171

Kata zilzalah agaknya terambil dari kata zalla yang berarti jatuh

terrgelincir. Pengulangan kata zalla mengesankan ketergelinciran yang berulang-

ulang dan penambahan ta‟ marbuthah mengisyaratkan besar dan hebatnya

ketergelinciran itu, dalam hal ini adalah penyebabnya yaitu gerakan yang sangat

dahsyat/gempa.172

Sebenarnya yang bergerak dan bergoncang adalah bumi atau bersama

dengan planet-planet yang lain, tetapi ayat ini menisbahkan goncangan itu kepada

kiamat. Hal itu disebabkan karena goncangan / gempa tersebut merupakan tanda

datangnya kiamat, atau terjadi pada saat kiamat.173

Bisa juga kata zalzalah pada ayat ini dipahami dalam arti kegoncangan

jiwa akibat kedahsyatan dan kengerian yang terjadi menjelang atau saat kiamat.

Sama artinya dengan makna kata serupa pada firman-Nya yang melukiskan aneka

ujian yang dialami oleh umat beriman generasi lalu, yakni :

M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 9, hlm. 6.


172
Ibid, jilid 15. hlm.
173
Ibid, op. cit.

143
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum

datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum

kamu Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan

(dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang

yang beriman bersamanya:"Bilakah datangnya pertolongan Allah". Ingatlah,

sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.”174

Ketakwaan yang diperintahkan oleh ayat ini disebabkan karena adanya

zalzalah yakni kedahsyatan goncangan hari kiamat, di mana semua orang akan

merasa takut dan khawatir. Bahkan bagi yang tidak bertakwa, kekhawatirannya

berlanjut tanpa henti disertai oleh siksa yang amat pedih.

Ayat ini di samping menggarisbawahi rasa takut sebagai dorongan

bertakwa, juga mengisyaratkan kewajaran Allah swt. untuk dipatuhi, berdasar

anugerah pemeliharaan-Nya. Dengan demikian, motivasi ketakwaan dapat muncul

dari rasa takut atau mengharap anugerah-Nya bahkan oleh dorongan syukur,

terima kasih dan cinta kepada-Nya.

Al-Wâqi‟ah nama lain hari kiamat, kata itu mempunyai arti kejadian /

peristiwa. Karena kejadiannya sedemkian jelas dan pasti, sehingga walaupun tidak

dijelaskan peristiwa apa itu, seharusnya semua manusia telah mengetahuinya.

Kata yang digunakan ayat di atas dibubuhi ( ) al pada awalnya yang dinamai

al-kamâl dan dibubuhi pula ( ) ta‟ marbuthah pada akhirnya yang dinamai ta‟ al-

174
QS, al-Baqarah [2] ayat : 214.

144
mubâlaghah untuk mengisyaratkan betapa hebat dan sempurnanya peristiwa itu.

Tidak ada peristiwa lain yang menyamainya.175

Ayat-ayat yang lalu di awal surah al-muzzammil menggambarkan

beberapa alat penyiksaan terhadap para pendurhaka. Ayat ini :

“Pada hari bumi dan gunung-gunung bergoncangan, dan menjadilah

gunung-gunung itu tumpukan pasir yang beterbangan.”

Ayat ini menjelaskan kapan siksaan itu akan terlaksana. Allah berfirman:

Siksa yang diancamkan itu pasti akan terjadi pada hari yang bermula ketika bumi

dan gunung-gunung bergoncangan dengan sangat kerasnya. Menjadilah bumi

ketika itu datar sama sekali dan menjadilah gunung-gunung itu tumpukan pasir

yang beterbangan.

Kata yaum dalam bentuk tunggal dan berdiri sendiri terulang di dalam al-

Qur‟ân sebanyak 365 kali (sebanyak hari-hari sepanjang tahun). Kata ini biasa

diterjemahkan dengan hari.176

Hari atau sesaat yang singkat atau periode yang panjang begitulah

Quraisy Shihab menerangkan istilah hari/yaum yang terdapat dalam ayat di atas

dengan penggunaan al-Qur‟ân. Kegoncangan itu tidak diketahui berapa menit,

jam dan berapa lama terjadinya, karena kalau kita perhatikan ukuran hari di sisi

Allah dengan ukuran manusia itu jauh berbeda. Quraisy Shihab memberikan dalil

175
Ibid, jilid 13, hlm. 544.
176
Ibid, jilid 14, hlm. 528.

145
al-Qur‟ân tentang ukuran hari ini yang tercantum dalam surat al-Hâjj [22] ayat 47

“Sesungguhnya sehari di sisi Rabbmu adalah seperti seribu tahun dari

tahun-tahun yang kamu hitung.”

Kemudian kata katsîban dari segi bahasa berarti tumpukan pasir, sedang

kata mahîlan berarti runtuh. Ini bisa di terangkan lagi oleh ayat al-Qur‟ân dalam

surat al-Qâri‟ah [101] ayat 5 :

“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”

Yang pada intinya gunung-gunung itu nanti ketika terjadi kiamat akan

seperti bulu-bulu yang dihambur-hamburkan.

Penafsiran M. Quraisy Shihab tentang penggunaan istilah kiamat dengan

al-Hâqqah sebagai berikut :

Surah al-Qalam diantara isinya antara lain adalah membantah kaum


musyrikin yang mempersamakan orang yang taat kepada Allah dan yang
durhaka. Di sana dijelaskan pula tentang hari disingkapkan betis yakni
kedahsyatan setuasi pada hari Kiamat. Disebutkan juga dalam surah yang
lalu itu, keagungan al-Qur‟ân dan fungsinya sebagai peringatan untuk
seluruh alam. Al-Qur‟ân antara lain mengingatkan tentang adanya Kiamat
di mana akan tampak ketika itu dampak segala amal – yang baik dan yang
buruk. Jika demikian, sangat wajar jika awal surah ini menekankan tentang
keniscayaan dan kepastian Kiamat itu serta kedahsyatannya yang tidak
tergambar dalam benak. Ayat di atas menyatakan : Al-Ĥâqqah yakni yang
pasti kehadirannya yaitu Hari Kiamat, apakah al-Ĥâqqah itu yang
sungguh dahsyat itu? Dan apakah yang telah menjadikanmu tahu tentang
hakikat al-Ĥâqqah dan kedahsyatannya itu?.

146
Kata Al-Ĥâqqah terambil dari kata ĥaqqa yang berarti pasti terjadinya.
Kata yang digunakan ayat ini dapat dipahami sebagai adjective dari
sesuatu yang tidak disebutkan yakni peristiwa atau situasi, dengan
demkiaan ia dapat dipahami dalam arti “satu peristiwa atau situasi yang
pasti”. Tidak ada satu peristiwa dan situasi yang lebih pasti dari pada
kehadiran hari Kiamat. Atas dasar itu al-Ĥâqqah dipahami dalam arti hari
kiamat.
Bisa juga kata al-Ĥâqqah terambil dari kata aĥuqquhu yang berarti saya
mengetahui hakikatnya. Dengan demikian, kata al-Ĥâqqah berarti “Yang
mengetahui semua persoalan sesuai hakikatnya.” Tentu saja yang
mengetahui itu bukan peristiwa atau situasi itu, tetapi siapa yang melihat
peritiwa atau yang berada dalam peritiwa itu. Yang berada dan melihatnya
adalah seluruh makhluk. Jika demikian, pada saat terjadinya peristiwa itu
semua pihak mengetahui hakikat segala sesuatu. Tiada lagi yang
tersembunyi atau dapat disembunyikan. Ini pun menunjuk kepada hari
Kiamat.
Pakar bahasa al-Azhari berkata, bahwa bila anda berkata Ĥâqaqtuhu
fahaqaqtuhu maka itu berarti Aku melawan (menuntutnya) sehingga aku
berhasil mengalahkannya. Di sini peristiwa atau situasi yang dimaksud
ayat ini adalah peristiwa dikalahkannya segala penentang kebenaran. Hari
Kiamat memang demikian itu halnya terhadap pendurhaka.
Kalimat wa mâ adrâka digunakan al-Qur‟ân untuk menggambarkan
sesuatu yang sangat agung dan yang amat sulit bahkan mustahil dijangkau
hakikatnya oleh manusia - tanpa bantuan Allah – karena pada umumnya
redaksi tersebut dikaitkan dengan alam metafisika (ghaib), seperti surga,
neraka dalam berbagai namanya dan hal-hal yang amat luar biasa, seperti
Lailah al-Qadr dan al-„Aqabah (jalan mendaki menuju kejayaan). Pada
ayat ini kalimat tersebut dikaitkan dengan hari kiamat yang memang
hakikat dan waktunya tidak diketahui kecuali oleh Allah SWT.
Ada yang menyatakan bahwa ayat-ayat yang menggunakan istilah mâ adr
âka pada akhirnya disampaikan juga oleh Allah persoalannya kepada
Nabi Muhammad SAW., berbeda dengan istilah serupa tetapi
menggunakan bentuk mudhâri‟ (kata kerja bentuk masa kini dan datang)
yakni wa mâ yudrîka. Istilah ini digunakan al-Qur‟ân menyangkut waktu
kedatangan kiamat. Ini sama sekali tidak dijelaskan Allah kepada beliau
bahkan siapa pun. Pendapat ini dinisbahkan dalam beberapa riwayat
kepada sahabat Nabi SAW., Ibn „Abbâs ra.177

Hari kiamat dengan menggunakan al-Hâqqah, menekankan kepada kita

bahwa kiamat itu memang sesuatu yang hak, pasti benar akan datang. M. Quraisy

177
Ibid, jilid, 14, hlm. 409-410.

147
Shihab menyajikan pemahamannya dengan sangat terperinci dan dapat dipahami.

Disertai pendapat para ulama dan kosa kata yang padat maknanya.

Penggunaan istilah al-Hâqqah untuk hari Kiamat sebenarnya untuk orang-

orang yang durhaka dan mengingkari terhadap adanya hari Kiamat, sehingga

ketika mereka melihat dan merasakan akan timbul keyakinan dalam hati bahwa

Kiamat itu memang benar adanya.

Kemudian penyusun lanjutkan, untuk istilah kiamat ini adalah dengan

menggunakan al-Qâri‟ah bagaimana kata ini menurut M. Quraisy Shihab? kata

ini terambil dari kata qara‟a yang berarti mengetuk178.

Mengetuk dengan sangat keras, sehingga memekakkan telinga. Begitupun

hari kiamat nanti. Di antara ciri kiamat yang terantum dalam al-Qur‟ân adalah

datangnya secara tiba-tiba. Mari kita perhatikan ayat berikut ini :

“Kiamat itu amat berat (huru-haranya bagi makhluk) yang di langit dan

di bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.”179

Datangnya kiamat secara tiba-tiba itulah yang dlukiskan oleh al-Qur‟ân,

makhluk yang ada di langit dan bumi tidak akan tahan meihat kiamat itu.

Pada waktu itu manusia seperti binatang, pergaulan bebas, tidak mengenal

etika yang baik. Mereka sudah tidak mengenal Allah lagi. Ketika itu langsung

oleh Allah memperlihatkan kekuasaan-Nya, yaitu al-Qâri‟ah (kiamat).

178
Ibid, jilid, 15, hlm. 477.
179
QS. Al-A‟raf [7] : 187

148
Kemudian penafsiran M. Quraisy Shihab tentang kiamat yang

menggunakan dengan istilah sha‟iqah sebagai berikut dari surat az-Zumar [39]

ayat 68 :

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di

bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Kemudian ditiup sangkakala itu sekali

lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnyamasing-masing).”

Ayat di atas menyatakan bahwa : Dan telah ditiuplah oleh malaikat Isrâfîl
sangkakala yakni pasti akan ditiup olehnya maka yang pasti juga saat itu
matilah siapa yang di langit dan siapa yang di bumi kecuali siapa yang
dikehenadaki Allah untuk mati pada waktu yang lain sesudahnya.
Kemudian setelah sekian lama ditiup sangkakala itu sekali lagi, yakni
untuk kedua kalinya, maka tiba-tiba dan dengan serta merta mereka
semua yang tadinya telah mati pada peniupan pertama, kini berdiri
menunggu putusannya masing-masing.
Ayat di atas mengisyaratkan bahwa peniupan sangkakala terjadi dua kali.
Peniupan pertama mengakibatkan ketakutan dan kematian serta
kehancuran alam raya, sedang peniupan kedua adalah kebangkitan, atau
dengan kata lain perpindahan manusia dari alam kubur/barzakh kea lam
perhitungan, surga dan nereka. Sementara ulama menyatakan tiga kali,
yang pertama menjadikan hati semua makhluk gentar180, kali kedua
menjadikan mereka mati bergelimpangan, dan kali ketiga menjadikan
semua bangkit bagaikan belalang beterbangan.
Berbeda – beda pendapat ulama tentang siapa yang dikecualikan oleh
firman-Nya: Illâ man syâ‟a Allah / kecuali siapa yang dikehendaki Allah.
Ada yang berkata, dia adalah malaikat peniup sangkakala yakni Isrâfîl,

180
Perhatikan ayat berikut ini :

Artinya : Dan (ingatlah) hari (ketika) ditiup sangkakala, maka terkejutlah segala yang di langit
dan segala yang di bumi, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Dan semua mereka datang
menghadap-Nya dengan merendahkan diri.

149
atau para malaikat pemikul „Arsy, atau malaikat penjaga surga, penjaga
neraka dan para bidadari. Ada juga yang berpendapat bahwa mereka
adalah para Nabi dan syuhada. Pendapat yang terbaik adalah tidak
menetapkan siapa mereka, karena tidak ada pijakan yang kuat untuk
menentukan siapa yang dimaksud.
Imâm al-Bukhâri misalnya meriwayatkan hadis yang menyebut bahwa
makhluk pertama yang mengangkat kepala menyambut seruan peniupan
kedua itu adalah Nabi Muhammad SAW., tetapi – lanjut riwayat itu –
ketika beliau mengangkat kepala, beliau menemukan Nabi Musâ as.
Sedang berdiri berpegangan pada kaki singgasana Allah. Rasul SAW
berkomentar: “Saya tidak tahu apakah saya lebih dahulu bangki ataukah
dia.” Ada juga sekian riwayat yang menjelaskan tentang sangkakala yang
digunakan itu, demikian juga riwayat yang menguraikan keadaan Isrâfîl
yang telah meletakkan sangkakala di mulutnya menunggu perintah atau
melukiskan bagaimana kedua matanya bagaikan dua bintang yang
menyala.
Kata shûr dari segi bahasa berarti sangkakala atau terompet yakni alat
yang biasa digunakan untuk memanggil atau mengumpulkan sekelompok
orang. Sementara ulama membahas hakikat sangkakala yang dimaksud
ayat di atas. Mereka berbeda pendapat apakah itu benar-benar ada
wujudnya ataukah yang dimaksud adalah sesuatu yang bersifat metaforis.
Hemat penulis, hal itu tidak penting untuk diketahui atau dibahas, karena
tidak ada riwayat menyangkut hal itu yang dinilai kesahihannya
memuaskan. Yang penting dan wajib dipercaya oleh setiap muslim adalah
bahwa ada waktu yang telah ditentukan Allah – yang tidak satu makhluk
pun mengetahui kapan datangnya – di mana manusia akan dibangkitkan
Allah untuk mempertanggungjawabkan amal masing-masing lalu
menerima balasan dan ganjarannya.181
Ibn Hajar al-„Asqalâlani mengatakan, “Telah di kenal luas bahwa peniup

sangkakala adalah Isrâfîl as. Al-Halimi menukil bahwa pandangang ini

merupakan ijmak.182

Sangkakala yang ditiup, menurut hemat penyusun adalah dua kali, ini

berdasar kepada firman Allah yang tercantum dalam QS. Al-A‟raf [7] : 187.

Dalam Al-Quran istilah untuk hari Kiamat adalah dengan menggunakan

kata „asîr. M. Quraisy Shihab memaknai kata ini dengan sulit antonym dari Yusr.

181
M. Quraisy Shihab, op. cit., , jilid, 12, hlm. 265-266.
182
Umar Sulaiman Al-Asyqar, op. cit., hlm. 268.

150
Al-Qur‟ân menggunakan kata ini dan diartikan dengan “Kesulitan jalan buntu

dalam perundingan.”183 Begitulah M. Qurasiy Shihab menerangkan.

Pada hari itu, ketika sangkakala ditiup, semua makhluk yang ada dilangit

dan bumi akan mengalami kesulitan yang sangat luar biasa. M. Quraisy Shihab

menambahkan, bahwa yang mengalami kesulitan itu adalah orang-orang kafir.

Orang kafir yang menolak dan mengingkari al-Qur‟ân. Penyusun

memahami bahwa yang mengalami kesulitan itu adalah orang-orang yang

perbuatannya seperti kaum jahiliyyah. Perbuatan mereka seperti binatang, bahkan

lebih sesat lagi dari binatang. Sedangkan bagi orang-orang yang beriman, oleh

Allah akan diberi kemudahan.

Pada hari kiamat nanti, ketika ditiup sangkakala yang pertama, maka

manusia lari dari saudaranya, dan dari ibu dan bapaknya, serta dari teman dan

anak-anaknya. Para ulama berpendapat bahwa semua yang disebut di ataslari

183
Perhatikan surat ath-Thalâq [65]: 6 dan at-Taubah [9]: 117

Artinya : “Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut
kemampuanmu dan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk menyempitkan (hati) mereka.
Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah di talaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada
mereka itu nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu
untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya; dan musyawarahkanlah di antara kamu
(segala sesuatu), dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh
menyusukan (anak itu) untuknya”

Artinya : “Sesungguhnya Allah telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-
orang Anshar, yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka
hampir berpaling, kemudian Allah menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Allah Maha
Pengasih lagi Maha Penyayang kepada mereka.”

151
enggan bertemu karena semua khawatir dituntut walau oleh orang yang terdekat

kepadanya.

Dapat dibayangkan, jika terjadi gempa bumi, tsunami dan lain sebagainya,

manusia pada waktu itu berhamburan meninggalkan sanak keluarga, harta benda

dan sebagainya. Yang di pikirkannya adalah bagaimana menyelamatkan diri dari

gal itu. Dia

Hari kiamat juga dalam al-Qur‟ân disebut dengan istilah ath-Thâmmah al-

Kubrâ, M. Quraisy Shihab mengartikannya dengan mengatasi. Segala sesuatu

yang mengalahkan dan mengatasi lainnya dilukiskan dengan kata tersebut.

Kemudian kata ini dipahami dalam arti petaka yang mengatasi segala petaka. Dan

al-Kubrâ yang menyifatinya menjadikan malapetaka.184

Bisa diambil kesimpulan bahwa arti dari kata ath-Thâmmah al-Kubrâ

adalah malapetaka yang sangat besar, sehingga tidak ada lagi malapetaka sesudah

itu. Maksudnya adalah kiamat.

Hari kiamat bisa disebut dengan istilah al-Ghâsyiyah. M. Quraisy Shihab

menerangkan pemahamannya : Kata al-Ghâsyiyah terambil dari kata yaghsyâ

yang pada mulanya berarti menutup. al-Ghâsyiyah adalah sesuatu yang menutup

secara mantap. Yang dimaksud adalah peristiwa hari Kiamat mengakibatkan

tertutupnya akal dan kesadaran manusia akibat rasa takut yang demikian

mencekam.185 Dalam QS. Al-Hâjj [22]: 1-2 dinyatakan :

164 M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 15, hlm. 47.


185
Ibid, hlm. 228.

152
“Hai manusia, bertaqwalah kepada Rabbmu; sesungguhnya

kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat).

(Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua

wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah segala

kandungan wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk,

padahal mereka sebenarnya tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat

keras.”

Ayat kedua dari surah al-Hâjj, manusia seperti orang yang mabuk, orang

yang sedang mabuk itu tidak sadar. Pada hari kiamat nanti semua manusia akan

mabuk, karena mereka menerima siksaan dan adzab dari Allah yang sangat keras.

Begitulah siksaan Allah yang diberikan kepada orang-orang kafir. Mereka akan

mendapatkan siksaan tidak hanya di akhirat nanti, tetapi di dunia dan ketika

kiamat terjadi pun, siksaan Allah mereka dapatkan.

Pada hari Kiamat nanti orang-orang tidak akan bisa menolong dan

membela orang lain. Ini tercantum dalam surat al-Baqarah [2] ayat 48 :

153
“Dan jagalah dirimu dari ('azab) hari (kiamat, yang pada hari itu)

seseorang tidak dapat membela orang lain, walau seikitpun; dan (begitu pula)

tidak diterima syafa'at dan tebusan daripadanya, dan tidaklah mereka akan

ditolong.”

Pada saat itu semua orang akan memikirkan dirinya masing-masing.

Teman-teman, anak-anak, istri, ayah – ibu, karib kerabat, semuanya tidak akan

bisa membela dan meolong satu sama lain. Begitulah hari Kiamat yang sangat

dahsyat.

Harta benda, kekayaan yang melimpah, tidak berguna lagi, tak ada artinya

ketika peristiwa itu terjadi. Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh

akan menghadap kepada Allah dengan hati yang bersih. Ini diterangkan dalam al-

Qur‟ân surat asy-Syu‟arâ‟ [26] ayat 88-89 :

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali

orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

M. Quraisy Shihab menafsrikan ayat di atas sebagai berikut :

Ayat ini dan ayat-ayat berikut dipahami oleh sementara ulama sebagai
komentar dan bukan lanjutan dari ucapan dan permohonan Nabi Ibrâhîm
as. Ia adalah pemberitaan dari Allah swt.tentang hari kebangkitan yang
disinggung sebelumnya oleh Nabi Ibrâhîm as. Dalam doanya yang disebut
pada akhir ayat yang lalu. Namun demikian banyak ulama yang
menilainya masih merupakan ucapan Nabi Ibrâhîm as.
Al-Biqâ‟I menulis bahwa setelah ayat yang lalu Nabi Ibrâhîm as.
Mengingatkan tentang arah yang hendaknya dituju, yakni akhirat, maka
pada ayat ini, beliau menegaskan tentang perlunya hidup zuhud, tidak
memberi perhatian yang besar terhadap kenikmatan duniawi.
Dapat juga dikatakan bahwa setelah ayat yang lalu menyebutkan
permohonan Nabi Ibrâhîm as. Untuk tidak dipermalukan pada hari

154
kebangkitan, maka di sini beliau menegaskan kepada semua pihak –
termasuk para penyembah berhala dari kaumnya- bahwa pada hari itu,
tidak ada sesuatu pun yang dapat diandalkan. Semua sebab yang
diandalkan manusia dalam kehidupan dunia, tidak lagi bermanfaat. Pada
hari kebangkitan itu harta walau sebanyak apapun yang bersedia
dikeluarkan dan demikian juga anak-anak laki-laki dan juga anak-anak
perempuan yang merupakan kelanjutan wujud seseorang dalam kehidupan
dunia ini dan yang biasa diandalkan berapapun berdayanya anak-anak itu –
lebih-lebih selain mereka- yang ingin memberi bantuan kepada seseorang,
demikian juga hal-hal lain yang biasa dapat berpengaruh dalam kehidupan
dunia ini, semuanya tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap
Allah dengan hati yang selamat, yakni bersih dari kemusyrikan, sikap
pamrih dan kedurhakaan.
Ayat di atas hanya menyebut harta dan anak-anak lelaki, sejalan dengan
kebiasaan dan pandangan masyarakat jahiliah. Dengan harta mereka
menebus kesalahan atau membeli pembelaan, dan hanya anak-anak laki-
laki yang mereka andalkan pertolongannya. Anak perempuan menurut
ungkapan masyarakat Jahiliah : “Pembelaannya adalah tangis dan
pengabdiannya adalah mencuri.” Yakni mencuri harta suami untuk
diberikan kepada orang tuanya. Nah, kalau harta dan anak-anak lelaki saja
sudah tidak dapat diandalkan, maka apalagi selain keduanya.
Ayat di atas menginformasikan bahwa semua sebab dan factor yang biasa
diandalkan dalam kehidupan dunia ini, tidak akan berdampak positive di
hari kemudian. Keahlian, ilmu pengetahuan, kecantikan, kedudukan social,
dan apa pun semua tidak bermanfaat. Ini karena semua manusia datang
sendiri-sendiri menanggalkan segala atributnya kecuali dirinya sendiri:

Artinya : “Dan sesungguhnya kamu datang kepada kami sendiri-sendiri


kami ciptakan pada mulanya, dan kamu tinggalkan dibelakangmu (di
dunia) apa yang telah kamu kurniakan kepadamu; dan kami tiada melihat
besertamu pemberi syafaat yang kamu anggap bahwa mereka itu sekutu-
sekutu Allah di antara kamu. Sungguh telah terputuslah (pertalian) di
antara kamu dan telah lenyap dari pada kamu apa yang dahulu kamu
anggap sekutu Allah.”186

186
QS. Al-An‟am [6]: 94.

155
Artinya : “Apabila sangkakala ditiup maka tidaklah ada lagi pertalian
nasab di antara mereka pada hari itu, dan tidak ada pula mereka saling
bertanya.”187

Artinya : “pada hari ketika manusia lari dari saudaranya. Dari ibu dan
bapaknya. Dari isteri dan anak-anaknya.”

Kata salîm yang menyifati qalb pada mulanya berarti selamat,yakni


terhindar dari kekurangan dan bencana, baik lahir maupun batin. Sedang
qalb/hati dapat dipahami dalam arti wadah, atau alat meraih pengetahuan.
Kalbu yang bersifat salîm adalah yang terpelihara kesucian fitrahnya,
yakni yang pemiliknya mempertahankan keyakinanTauhid, serta selalu
cenderung kepada kebenaran dan kebajikan. Kalbu yang salîm adalah
kalbu yang tidak sakit, sehingga pemiliknya senantiasa merasa tenang,
terhindar dari keraguan dan kebimbangan, tidak juga dipenuhi sikap
angkuh,benci, dendam, fanatisme buta, loba, kikir dan sifat-sifat buruk
yang lain.188

Begitulah uraian dan penafsiran M. Quraisy Shihab dalam memahami

ayat-ayat yang berhubungan dengan salah satu masalah metafisika, yakni masalah

kiamat. Yang sangat terperinci dan kita dapat memahami pemikiran-pemikiran

yang beliau paparkan. Walaupun beliau kebanyakan mengutip pendapat-pendapat

mufassir yang bukan salaf, yakni banyak mengutip mufasir Al-Biqâ‟I dan

mufassir yang beraliran syi‟ah, yakni Thabâthabâ‟i. tapi yang dipaparkan oleh

beliau sangat menarik dan membuat kita penasaran untuk mengkaji lebih

mendalam lagi.

3. Penafsiran M. Quraisy Shihab yang Berhubungan dengan Tanggung

Jawab Manusia setelah Hari Kiamat.

187
QS. Al-Mu‟minûn [23]: 101.
188
M. Quraisy Shihab, op. cit., jilid, 10, hlm. 80-82.

156
Setelah manusia melewati fase kedahsyatan hari Kiamat, yaitu dengan

tiupan sangkakala yang pertama, yang menghancurkan seluruh alam semesta,

semua makhluk hidup mati. Kemudian setelah seluruh makhluk hidup mati, maka

akan ada tiupan yang kedua, yaitu kebangkitan seluruh makhluk untuk menerima

perhitungan dari Allah swt. Semua amal mereka yang dilakukan di dunia akan

dipertanggungjawabkan di hadapan Allah swt.

Allah SWT berfirman :

“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di

bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah.Kemudian ditiup sangkakala itu sekali

lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannnya masing-masing).”189

Sebelum mereka berdiri menunggu putusan tentang amal-amal perbuatan

mereka di dunia.

Dalam surat az-Zalzalah [99] ayat 6 :

“Pada hari itu manusia keluar dari kuburnya dalam keadaan yang

bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan

mereka.”

189
QS. Az-Zumar : 68.

157
M. Quraisy Shihab menerangkan :

Pada hari itu manusia kembali yakni bangkit dengan cepat dari kuburnya

menuju Tuhan untuk dillakukan perhitungan di satu tempat yang ditentukan,

yakni Padang Mahsyar. Dalam keadaan yang bermacam-macam sesuai dengan

tingkat keimanan dan kekufuran mereka serta sesuai dengan amal-amal mereka.

Itu agar supaya diperlihatkan kepada mereka masing-masing catatan amal-amal

mereka.190

Orang-orang yang beriman dan beramal shaleh ketika bangkit dari kubur

mereka menampakkan wajah – wajah dan rupa-rupa yang sangat indah dan bagus,

karena mereka akan mendapatkan syurga. Sedangkan orang-orang yang kafir,

wajah-wajah mereka akan kelihatan buruk, karena perbuatan mereka yang buruk

sewaktu di dunia. Mereka layak masuk neraka, karena mereka ingkar terhadap

Allah SWT.

Setelah mereka berkumpul di Padang Mahsyar, kemudian akan

diperlihatkan kepada mereka amal-amal mereka sewaktu di dunia.

“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya

dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan

seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.”

190
M. Quraisy Shihab, op. cit.,jilid. 15, hlm. 453.

158
Pada ayat di atas kata yarah (u) terambil dari kata ra‟a yang pada mulanya

berarti melihat dengan mata kepala. Tetapi ia juga digunakan dalam arti

mengetahui191.

Quraisy Shihab memperkuatkan dua ayat di atas, dengan surat Ali-Imran

[3] ayat 30 :

“Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan

(dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau

kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh; dan Allah

memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan Allah sangat Penyayang

kepada hamba-hamba-Nya”

Balasan dan ganjaran Allah SWT sangat Adil. Berbeda dengan di dunia.

Bila timbangan amal kebaikannya berat maka dia akan beruntung dan mereka

mendapatkan semua apa yang mereka dambakan. Tetapi bagi mereka yang amal

timbangan berat kepada keburukan, maka mereka akan jauh dari rahmat Allah dan

mereka akan mendapatkan siksaan. Ini sesuai dengan firman Allah yang

tercantum dalam surat Al-Qari‟ah ayat 6-8 :

191
Ibid, hlm. 456.

159
“Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya. Maka

dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. Adapun orang-orang yang ringan

timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.”

D. Analisis Kritis Terhadap Pemahaman M. Quraish Shihab Tentang Ayat-

ayat Kiamat

M. Quraish Shihab adalah mufassir Indonesia yang terkenal. Karya-

karyanya yang banyak dan menarik minat pembaca. Karya-karyanya adalah hasil

pemikiran dan pemahamannya dan sebagian mengutip pemikiran-pemikiran

ulama terdahulu dan kontemporer. Penulis menemukan, khususnya dalam Tafsîr

Al-Misbâh M. Quraish Shihab banyak mengutip pendapat dari Al-Biqâ„I dan

Thabâthabâ‟i.

M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-ayat yang berhubungan

dengan kiamat berpegang kepada pendapat mufassir modern dan kontemporer,

sedangkan pemahaman-pemahaman mufassir klasik sedikit beliau kutip. Syarat-

syarat bagi mufassir perlu diketahui untuk menilai kualitas mufassir itu. Penulis

akan menjelaskan syarat-syarat mufassir menurut Mannâ„ Khalîl al-Qattân,

sebagai berikut :

Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki setiap


mufassir sebagai berikut :
1. Akidah yang benar, sebab akidah sangat berpengaruh terhadap jiwa
pemiliknya dan seringkali mendorongnya untuk mengubah nas-nas dan
berkhianat dalam penyampaian berita.
2. Bersih dari hawa nafsu, sebab hawa nafsu akan mendorong pemiliknya
umtuk membela kepentingan madzhabnya sehingga ia menipu manusia
dengan kata-kata halus dan keterangan menarik seperti dilakukan

160
goolongan Qadiriah, Syi‟ah Rafidah, Mu‟tazilah dan para pendukung
fanatik mazhab sejenis lainnya.
3. Menafsirkan, lebih dahulu, Qur‟an dengan Qur‟an, karena sesuatu
yang masih global pada satu tempat telah diperinci ditempat lain dan
sesuatu yang dikemukakan secara ringkas di suatu tempat telah
diuraikan ditempat lain.
4. Mencari penafsiran dari sunnah, karena sunnah berfungsi sebagai
pensyarah Qur‟an dan penjelasnya.192
5. Apabila tidak didapatkan penafsiran dalam sunnah, hendaklah
meninjau pendapat para sahabat karena mereka lebih mengetahui
tentang tafsir Qur‟an; mengingat merekalah yang menyaksikan
qarînah dan kondisi ketika Qur‟an diturunkan di samping mereka
mempunyai pemahaman (penalaran) sempurna, ilmu yang shahih dan
amal yang saleh.
6. Apabila tidak ditemukan juga penafsiran dalam Qur‟an, sunnah
maupun dalam pendapat para sahabat maka sebagian besar ulama,
dalam hal ini, memeriksa pendapat para tabi‟in (generasi setelah
sahabat).
7. Pengetahuan bahasa Arab dengan segala cabangnya, karena Qur‟an
diturunkan dalam bahasa Arab dan pemahaman tentangnya amat
tergantung pada penguraian mufradât (kosa kata) lapazh-lapazh dan
pengertian-pengertian yang ditunjukkannya menurut letak kata-kata
dalam rangkaian kalimat.
8. Pengetahuan tentang pokok-pokok ilmu yang berkaitan dengan
Qur‟an, seperti ilmu qira‟ah, ilmu tauhid, ilmu usul terutama usulut
tafsir dengan mendalami masalah-masalah (kaidah-kaidah) yang dapat
memperjelas sesuatu makna dan meluruskan maksud-maksud Qur‟an,
seperti pengetahuan tentang as-babun nuzul, nasikh-mansukh dan lain
sebagainya.
9. Pemahaman yang cermat sehingga mufassir dapat mengukuhkan
sesuatu makna atas yang lain atau menyimpulkan makna yang sejalan
dengan nas-nas syari‟at.193

192
Dalam Al-Qur‟ân surah An-Nisâ ayat 105 dan An-Nahl ayat 44:

Artinya : “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran,
supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan kepadamu, dan
janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak bersalah), karena (membela) orang-orang
yang khianat.”

Artinya : “Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat
manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan.”
193
Mannâ„ Khalîl al-Qattân, loc. cit., hlm. 462-465.

161
Penulis memahami bahwa M. Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat-

ayat kiamat bertentangan dengan syarat-syarat mufassir nomor empat sampai

enam. Khususnya perihal turunnya Nabi Isa as. Penulis memahami, seharusnya

mufassir; M. Quraish Shihab menafsirkan surah Ali-Imrân ayat 55 berdasarkan

hadis-hadis Rasulullah saw. atau sunnahnya, kemudian mengutip pendapat

sahabat, tabi‟in, dan ulama-ulama klasik.

Hadis-hadis yang menerangkan tentang turunnya Nabi Isa as. Sebelum

kiamat terjadi cukup banyak. Bahkan para ulama ada yang berpendapat hadis-

hadis tentang turunnya Nabi Isa as. mencapai derajat mutawatir. Penulis akan

menguraikan dalil-dalil naqli ( al-Qur‟ân dan al-Sunnah) untuk membuktikan

bahwa hadis-hadis tentang turunnya Nabi Isa as. Sumber rowinya tidak hanya

bersumber dari Ka’ab al-Ahbâr dan Wahb Ibn Munabbih.

162
M. Quraisy Shihab mengatakan dalam Tafsîr Al-Misbâh pada jilid dua

halaman seratus lima, bahwa …………….hadis-hadis tersebut diperselisihkan

nilainya, bahkan sementara peneliti berpendapat bahwa walaupun hadisnya

banyak, tetapi kesemuanya bersumber dari dua orang yaitu Ka’ab al-Ahbâr dan

Wahb Ibn Munabbih.

Argumentasi yang penulis paparkan mudah-mudahan menjadi bahan

pertimbangan dan dapat dijadikan renungan dan pemikiran, karena perihal

turunnya Nabi Isa as. di akhir zaman adalah masalah keimanan kepada Allah swt.

dan kepada para Rasul-Nya.

163
BAB IV

KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

Pada bab sebelumnya telah dikemukakan penafsiran M. Quraisy Shihab

tentang ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah Kiamat. Ayat-ayat tentang

kiamat itu banyak sekali, dalam al-Qur‟ân di samping ayat-ayatnya menggunakan

164
istilah Kiamat, di ayat-ayat lain juga menggunakan istilah yang berbeda sampai

para ulama untuk istilah Kiamat ada tiga puluh dua istilah.

Di dalam bab berikut ini akan dikemukakan kesimpulan dari seluruh hasil

penafsiran M. Quraisy Shihab terhadap ayat-ayat yang berhubunga dengan

masalah Kiamat. Kemudian dilanjutkan kepada saran-saran dan penutup.

A. Kesimpulan

Dari beberapa penjelasan dan uraian Quraisy Shihab tentang ayat-ayat

Kiamat dalam Tafsir Al-Misbah, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Penafsiran terhadap ayat-ayat yang berhubungan dengan masalah Kiamat,

Quraisy Shihab menggunakan metode Tahlili dan Maudhu‟i.

2. Al-Qur‟ân banyak menerangkan tentang dahsyatnya hari kiamat agar

manusia memperhatikan dan mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa

hari kiamat itu pasti akan terjadi. Dan yang mengetahui kapan terjadinya,

hanyalah Allah swt. semata.

B. Saran-saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

- Dalam mengkaji tafsir Al-Misbâh, tentunya hasil penelitian yang

penulis paparkan masih kurang sempurna dan kepada para peneliti

165
selanjutnya agar lebih bersungguh-sungguh dalam melakukan

penelitian, agar masalah yang penulis kaji menjadi sempurna.

2. Bagi Fakultas Ushuluddin

- Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan telaah ulang, dan dapat

dijadikan sumber referensi untuk menambah khazanah keislaman yang

berkaitan dengan penafsiran tentang kiamat.

166

Anda mungkin juga menyukai