Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH QUR’AN HADITS

“Pokok-pokok isi Al-Quran”

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6

1. Dian Nur Aini (X-10 10)


2. Fathin Abyan Shabara (X-10 12)
3. Istaz Sakhi Floreta (X-10 14)
4. khoirun Nissa’ (X-10 15)
5. Lavida Faiza Azzahra (X-10 16)
6. Haidar Ali Abdullah (X-10 13)

KEMENTERIAN AGAMA ISLAM RI


MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 KUDUS
TAHUN PELAJARAN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulilah, atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah quran hadist dengan judul “Pokok Pokok Isi Al-quran”. Sholawat
serta salam senantiasa terucap kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah nanti, Aamiin.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari dukungan, bimbingan,
sumbangan gagasan, tenaga, finansial, motivasi dan kerjasama yang baik antar berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, penulis lewat lembar terbatas ini
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Taufik, M.Pd, selaku Kepala MAN 1 KUDUS yang telah memberikan
pengarah dan dorongan moral kepada kami.
2. Bapak Edy Rofi’i, S.Pd. M,Pd selaku pengampu mata Pelajaran Qura’an Hadits yang tak
pernah lelah memberikan motivasi kepada kami.
Semoga kegiatan yang telah dilaksanakan dapat memberikan sikap dan kesadaran bagi
kita semua dalam selalu menjaga kebersihan serta kerapian tempat ibadah di sekitar kita,
sehingga terciptanya suasana ibadah yang nyaman dan lebih khidmad nantinya. Semoga Allah
selalu memberikan keberkahan pada kita semua. Aamiin.
DAFTAR ISI

Halaman Judul …………………………………………………………………ii

Kata Pengantar ………………………………………………………………...iii

Daftar Isi ……………………………………………………………………….iv

BAB I

A. Latar Belakang………………………………………………………………v

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….v

C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….v

BAB II

A. Pengertian Al-quran………………………………………………………..vi

B. Kandungan dan isi Al-quran………………………………………………..vi

C. Pokok Pokok isi kadnungan Al-quran………………………………………vi

a.Aqidah………………………………………………………….

b.Ibadah…………………………………………

c.Akhlak………………………………………………………

d.Hukum………………………………………………..

e.Sejarah……………………………………………….

BAB III

Kesimpulan………………………………………………………………………vii

Saran………………………………………………………………………....vii

Daftar Pustaka …………………………………………………………………..viii


A. Latar belakang
Al-Qur’an adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah kepada umat
manusia melalui Nabi Muhammad saw untuk dijadikan sebagai pedoman hidup. Petunjuk-
petunjuk yang dibawanya pun dapat menyinari seluruh isi alam ini. Sebagai kitab bidayah
sepanjang zaman, al-Qur’an memuat informasi-informasi dasar tentang berbagai masalah,
baik informasi tentang hukum, etika, kedokteran dan sebagainya.
Hal ini merupakan salah satu bukti tentang keluasan dan keluwesan isi kandungan al-
Qur’an tersebut. Informasi yang diberikan itu merupakan dasar-dasarnya saja, dan manusia
lah yang akan menganalisis dan merincinya, membuat keautentikan teks al-Qur’an menjadi
lebih tampak bila berhadapan dengan konteks persoalan-persoalan kemanusiaan dan
kehidupan modern.
Al-Quran juga merupakan kitab suci agama islam untuk seluruh umat muslim di
seluruh dunia dari awal diturunkan hingga waktu penghabisan spesies manusia di dunia baik
di bumi maupun di luar angkasa akibat kiamat besar.
Al-Qur’an mempunyai arti yang sangat penting dalam islam. Al-Qur’an mempunyai
berbagai macam fungsi, salah satu fungsi itu adalah bahwa Al-Qur’an itu di jadikan sebagai
sumber ajaran dalam Islam.

Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa
ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat
disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan turun
sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan
hati orang yang menerimanya. Lama al-quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar
22 tahun 2 bulan dan 22 hari.

Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis
besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti
definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya.
Untuk itu dalam pembahasan kali ini saya akan memaparkan tentang apa pengertian
Al-Qur’an dan pokok-pokok isi kandungan A-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis akan merumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an ?
b. Apa yang dimaksud dengan kandungan Al-Qur’an?
c. Bagaimana pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan maalah, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui apa pengertian Al-Qur’an
b. Mengetahui maksud dari kandungan Al-Qur’an.
c. Untuk memahami pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an
PEMBAHASAN

A. Pengertian Al-Qur’an
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata
benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu
yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu
surah al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.

Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalam Allah swt, yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt
sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah
swt.1

Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi
Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al Qur'an
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam al Qur'an
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al Qur'an
merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang
terang.

Berikut ini pengertian al Qur'an menurut beberapa ahli :

a. Muhammad Ali ash-Shabuni


Al Qur'an adalah Firman Allah swt yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw penutup para nabi dan rasul dengan perantaraan malaikat Jibril as, ditulis
pada mushaf-mushaf kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, membaca dan

1
mempelajari al Qur'an adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat al Fatihah serta
ditutup dengan surat an Nas.

b. Dr. Subhi as-Salih


Al Qur'an adalah kalam Allah swt merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta
membacanya adalah ibadah.

c. Syekh Muhammad Khudari Beik


Al Qur'an adalah firman Allah yang berbahasa arab diturunkan kepada Nabi
Muhammad saw untuk dipahami isinya, disampaikan kepada kita secara mutawatir ditulis
dalam mushaf dimulai surat al Fatihah dan diakhiri dengan surat an Nas.2

Dari beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al Qur'an adalah
wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat
jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan
membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi
Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.

B. Kandungan dan Isi Al-Qur’an


Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak berbeda dengan
risalah yang dibawa olae Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada
Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah. Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-
Qur’an tidak berbeda dengan konsep ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah
utus didunia ini.hanya persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.

Bagaimanapun juga, kita sering membaca perbincangan Al-Qur’an mengeni bumi,


tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, jagat raya, fenomena alam, dan sejarah. Perbincangan
tersebut dalam kitab Suci ini, merupakan rangkaian pembelajaran bagi umat
manusiamengenai tauhid dan ketundukan kepada Allah.3
2

3
Sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Akan tetapi,
kebanyakan dari kita hanya membacanya saja tanpa mau memahami isi yang terkandung di
dalamnya. Di bulan Ramadhan, banyak orang-orang berlomba mengkhatamkan Al-Qur’an.
Sebenarnya bukan mengkhatamkan yang diutamakan akan tetapi menelaah dan mempelajari
Al-Qur’an yang sangat dianjurkan agar tidak terjadi kesalahpahaman memaknai Islam seperti
yang terjadi belakangan ini dimana banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan
Islam Ahlussunnah wal Jamaah.

Banyak timbul perpecahan di dalam umat Islam salah satunya adalah tidak
memahami kandungan ayat Al-Qur’an seperti yang telah penulis katakan di atas.
Kebanyakan dari mereka hanya membaca tapi tidak mempelajari. Itulah gambaran umum isi
kandungan Al-Qur’an. Para ahli telah banyak mengkaji dan memperinci kandungannya.
Hasil kajiannya menunjukan perbedaan-perbedaan, sesuai dengan sudut pandang mereka
masing-masing.

C. Pokok-Pokok Isi Kandungan Al-Qur’an


Sumber pokok ajaran Islam adalah Al-Qur’an. Segala pokok syariat dan dalil-dalil
syar’i yang mencakup seluruh aspek hukum bagi manusia dalam menjalankan hidup di
dunia dan akhirat terkandung dalam Al-Qur’an.
Adapun pokok-pokok ajarab yang ada dalam Al-Qur’an adalah sebagai berikut.
1. Aqidah
Sesungguhnya aqidah merupakan masalah yang paling pokok dan paling
mendasar bagi setiap mukmin. Aqidah menjadi pintu awal masuknya seseorang ke dalam
Islam dan aqidah pula yang harus dia pertahankan hingga akhir hidupnya. Seorang
mukmin dituntut untuk membawa serta kalimah tauhid, kalimat ikhlas ‘laa ilaaha illallah’
hingga menghembuskan napas yang terakhir agar dia dikategorikan ke dalam hamba-
hamba Allah yang husnul khatimah.

Semua mukmin meyakini bahwa barang siapa yang demikian adanya pasti meraih
ridha Allah Swt, rahmat-Nya dan surga-Nya. Oleh karena itu bahasan tentang aqidah
menjadi masalah paling urgen dan krusial bagi setiap mukmin.
Aqidah dari segi bahasa (etimologis) berasal dari Bahasa Arab (‫ )َع َقَد‬yang
bermakna 'ikatan' atau 'sangkutan' atau menyimpulkan sesuatu.4 Di antaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).5

Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama sendiri adalah berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada
Rasul.6 Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti
adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.

Secara terminologis terdapat beberapa definisi aqidah yang dikemukakan oleh


para ulama Islam, antara lain:

Menurut Hasan Al-Banna “Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa
perkara yang wajib di yakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.7

Menurut Abu bakar Jabir al-Jazairy “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaanya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.

Dari dua definisi di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka
mendapatkan suatu pemahaman mengenai aqidah yang lebih proporsional, yaitu:

a. Setiap manusia memiliki fitrah mengakui kebenaran, indra untuk mencari


kebenaran dan wahyu untuk menjadi pedoman dalam menentukan mana yang baik

7
dan mana yang buruk. Dalam beraqidah hendaknya manusia menempatkan fungsi
masing-masing instrumen tersebut pada posisi sebenarnya.

b. Keyakinan yang kokoh itu terbebas dari segala pencampur adukan dengan keragu-
raguan walaupun sedikit. Keyakinan hendaknya bulat dan penuh, tiada bercampur
dengan syak dan kesamaran. Oleh karena itu untuk sampai kepada keyakinan itu
manusia harus memiliki ilmu, yakni sikap menerima suatu kebenaran dengan
sepenuh hati setelah meyakini dalil-dalil kebenaran.

c. Aqidah tidak harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang yang
meyakininya. Dengan demikian, hal ini mensyaratkan adanya keselarasan dan
kesejahteraan antara keyakinan yang bersifat lahiriyah dan keyakinan yang bersifat
batiniyah. Sehingga tidak didapatkan padanya suatu pertentangan antara sikap
lahiriyah dan batiniah.

d. Apabila seseorang telah meyakini suatu kebenaran, konsekuensinya ia harus


sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang
diyakininya itu.8

Dari keterangan diatas penyusun dapat menyimpulkan bahwa aqidah adalah


perkara yang wajib dibenarkan oleh hati dan jiwa menjadi tenteram karenanya, sehingga
menjadi suatu kenyataan yang teguh dan kokoh, yang tidka tercampuri oleh keraguan dan
kebimbangan.

Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh allah dalam al-qur’an dan rasulullah dalam sunnah-nya wajib di imani,
diyakini, dan diamalkan.9 Ada beberapa dalil tentang aqidah, yaitu :

a. Dalil Aqli

9
Dalil ini dapat diterima apabila hasil keputusannya dipandang masuk akal atau
logis dan sesuai dengan perasaan, tentunya yang dapat menimbulkan adanya keyakinan
dan dapat memastikan adanya iman yang dimaksudkan. Dengan menggunakan akal
manusia merenungkan dirinya sendiri dan alam semesta, yang dengannya ia dapat
melihat bahwa dibalik semua itu terdapat adanya Tuhan pencipta yang satu.10

b. Dalil Naqli
Yaitu dalil yang bersumber dari al-Qur’an. Dan dalam hal ini, landasan hukum
aqidah yang bersumber dari al-Qur’an antara lain :

Surah al-Ikhlas, ayat 1-4

‫ َو َلْم َيُك ن َّل ۥُه ُكُفًو ا َأَح ٌۢد‬. ‫ َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلْد‬.‫ ٱُهَّلل ٱلَّص ُد‬. ‫۞ُقْل ُهَو ٱُهَّلل َأَح ٌد‬
‫َم‬

Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".

Surah an-Nahl, ayat 51 :

‫َّٰي‬ ‫َٰل‬ ‫۟ا َٰل‬


‫۞َو َقاَل ٱُهَّلل اَل َتَّتِخ ُذ ٓو ِإ َهْيِن ٱْثَنْيِن ِإَّنَم ا ُهَو ِإ ٌۭه َٰو ِحٌۭد َفِإ َى َفٱْر َهُبوِن‬

Allah berfirman: "Janganlah kamu menyembah dua tuhan; sesungguhnya Dia-lah


Tuhan Yang Maha Esa, maka hendaklah kepada-Ku saja kamu takut".

Surah al-Baqarah, ayat 163 :

‫۞َو ِإَٰل ُهُك ْم ِإَٰل ٌۭه َٰو ِحٌۭد ٓاَّل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو ٱلَّرْح َٰم ُن ٱلَّر ِح يُم‬

“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.11”

2. Ibadah

10

11
Ibadah (‫ )عبادة‬secara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di
dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi ibadah itu antara lain :

1. Ibadah ialah taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya


(yang digariskan) melalui lisan para Rasul-Nya,

2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah , yaitu tingkatan ketundukan


yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan) yang paling
tinggi,

3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini
adalah definisi ibadah yang paling lengkap.

Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan
hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati,
lisan dan badan.12

Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia, Allah


berfirman, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. Aku tidak menghendaki rizki sedikitpun dari mereka dan Aku tidak
menghendaki supaya mereka memberi Aku makan. Sesungguhnya Allah, Dia-lah
Maha Pemberi rizki yang mempunyai kekuatan lagi Sangat Kokoh.” (QS. Adz-
Dzariyat: 56-58)

Allah memberitahukan, hikmah penciptaan jin dan manusia adalah agar


mereka melaksanakan ibadah kepada Allah . Dan Allah Maha Kaya, tidak
membutuhkan ibadah mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya.
Karena ketergantungan mereka kepada Allah , maka mereka menyembah-Nya sesuai

12
dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia
adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya
menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid
(yang mengesakan Allah).

Perintah menyembah kepada Allah banyak diterangkan dalam Al-Qur’an


salah satunya didalam Q.S Al-Baqarah ayat 21.

Artinya: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan


orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa”.(Q.S Al-Baqarah/2:21)

3. Akhlak
Menurut bahasa, akhlak berasal dari kata khuluqun atau khulqun. Khuluqun
artinya budi, yaitu sesuatu yang tersimpan dalam hati, sangat halus, sulit diketahui
orang lain, namun memiliki kekuatan yang sangat besar terhadap tingkah laku
perbuatan manusia. Khulqun artinya perbuatan-perbuatan lahir.

Menurut istilah, akhlak artinya tingkah laku lahiriah yang diperbuat oleh
seseorang secara spontan sebagai cerminan hati seseorang yang menciptakan
hubungan baik antarpribadi dengan pribadi dan antarmasyarakat dengan sesamanya.13

Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang
memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka dasar lainnya.
Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah.
Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah
fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada
diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Nabi Muhammad
Saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi
ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia. Nabi
bersabda:

13
Artinya: ”Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia”. (HR. Ahmad).14

Apa yang dinyatakan Nabi sebagai misi utama kehadirannya bukanlah suatu
yang mengada-ada, tetapi memang sesuatu yang nyata dan Nabi benar-benar menjadi
panutan dan teladan bagi umatnya dan bagi setiap manusia yang mau menjadi
manusia berkarakter atau berakhlak mulia. Pengakuan akan akhlak Nabi yang sangat
agung bukan hanya dari manusia, tetapi dari Allah Swt. seperti dalam firmannya:

Artinya: “Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.”


(QS. al-Qalam [68]: 4).

Karena keluhuran akhlak dan budi Nabi itulah, Allah Swt. menjadikannya
sebagai teladan yang terbaik bagi manusia, khususnya bagi umat Islam. Allah Swt.
berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).

Untuk memahami akhlak Nabi yang lebih rinci di samping ditegaskan dalam
hadis-hadisnya, juga bisa dilihat dari keseluruhan ayat yang berisi perintah-perintah
Allah dan larangan-larangan-Nya. Apa saja yang diperintahkan Allah dalam al-Quran
pasti dilakukan oleh Nabi, dan apa saja yang dilarang Allah dalam al-Quran pasti
ditinggalkan dan dijauhi Nabi. Maka sangat tepat ketika ‘Aisyah (isteri Nabi) ditanya
oleh sahabat bagaimana tentang akhlak Nabi? ‘Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi
adalah al-Quran.” Artinya sikap dan perilaku Nabi sehari-hari tidak ada yang keluar
dan menyimpang dari semua aturan yang ada dalam al-Quran. 15

Karena itu, siapa pun yang bermaksud meneladani Nabi atau bersikap dan
berperilaku seperti Nabi, maka ia harus tunduk dan patuh terhadap seluruh aturan
yang ada dalam al-Quran, baik yang berupa perintah-perintah Allah maupun

14

15
larangan-larangan-Nya. Di sinilah pentingnya umat Islam memahami isi kandungan
al-Quran.

4. Hukum
Secara garis besar hukum yang diperbincangkan dalam Al-Qur’an meliputi dua
hal yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah meiputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Dan
muamalah meliputi hukum keluarga, jinayah, politik dan ekonomi. Ini menunjukan
bahwa hukum islam sangat komprehensif, tidak ada aspek kehidupan manusia tata aturan
hukumnya. Inilah salah satu karakter khusus hukum islam, yang tidak ada dalam hukum
buatan manusia. J.N.D Anderson, seorang orientalis, mengakui hal ini. Dia mengatakan
‘hukum islam jauh lebih luas cakupannya dari hukum barat, hukum islam mencakup
segala lapangan hukum sekaligus, yaitu hukum publik, hukum privat, hukum nasional,
dan hukum internasional dimana Barat tidak menganggapnya sebagai hukum.16

Beberapa contoh ayat-ayat Al-Qur’an yang mengatur tentang ketentuan hukum-


hukum tersebut antara lain.

‫ِإَّنا َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك اْلِكَتاَب ِباْلَح ِّق ِلَتْح ُك َم َبْيَن الَّناِس ِبَم ا َأَر اَك ُهَّللاۚ َو اَل َتُك ْن ِلْلَخ اِئِنيَن َخ ِص يًم ا‬

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab kepadamu dengan


membawa kebenaran, supaya kamu mengadili antara manusia dengan apa yang telah
Allah wahyukan kepadamu, dan janganlah kamu menjadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena (membela) orang-orang yang khianat”. (Q.S An-Nisa /4:105)

‫َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَأْلْنَص اُب َو اَأْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِم ْن َع َمِل الَّشْيَطاِن َفاْج َتِنُبوُه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن‬

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar,


berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat
keberuntungan.”(Q.S Al-Maidah /5:90)

5. Dasar-Dasar Ilmu Pengetahuan (Sains)


Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam

16
alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmu diperoleh dari keterbatasannya.

Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan


pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji
dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari
sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai
pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.

Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-
Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi
dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali. Sains merupakan salah satu
kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah
selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan
shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-
waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi.17

Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-
waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat
dengan sains dan teknologi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah
menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah
meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia
hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.

Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).

17
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara
ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh
Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan
kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama
adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era
mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus
angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan
teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan
pelanet -pelanet lainnya.

Menurut Quraish Shihab pemaparan ayat-ayat Al-Qur’an tentang ”Kebenaran


Ilmiah” tersebut lebih bertujuan untuk menunjukkan tentang kebesaran Tuhan dan ke
Esa-an Nya, serta mendorong manusia seluruhnya mengadakan observasi dan penelitian
demi lebih menguatkan iman dan kepercayaan KepadaNya.18

Al-Quran demikian menghormati kedudukan ilmu dengan penghormatan yang


tidak ditemukan bandingannya dalam kitabkitab suci yang lain. Sebagai bukti, Al-Quran
menyifati masa Arab pra-Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat
beratus-ratus ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan. Di dalam sebagian
besar ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.

6. Sejarah
Istilah sejarah adalah terjemahan dari kata tarikh (bahasa arab) dan history
(bahasa inggris). Semua kata tersebut berasal dari bahasa yunani yaitu istoria yang berarti
ilmu. Istoria digunakan untuk penjelasan mengenai gejala-gejala manusia dalam urutan
kronologis.19 Sedangkan secara terminologi menurut Al-Maqrizi membatasi sejarah ia
memberikan informasi tentang sesuatu yang pernah terjadi di dunia.

18

19
Definisi sejarah lebih umum adalah semasa lampau manusia, baik yang
berhubungan dengan peristiwa politik, sosial, ekonomi, maupun gejala alam. Definisi ini
memberi pengertian bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa
lampau manusia dengan segala sisinya.

Dalam kamus umum bahasa Indonesia W.J.S Poerwadinata mengatakan sejarah


adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lalu.20

Penuturan kisah-kisah dalam Al-Qur’an sarat dengan muatan edukatif bagi


manusia, khususnya pembaca dan pendengarnya. Kisah-kisah tersebut menjadi bagian
dari metode pendidikan yang efektif bagi pembentukan jiwa yang mentauhidkan Allah
SWT. Karena itu ditegaskan Allah SWT.

(QS. Al-A’raf : 176 ) ‫َفاْقُص ِص اْلَقَص َص َلَع َّلُهْم َيَتَفَّك ُرون‬........

Artinya: Maka kisahkanlah kisah-kisah agar mereka berfikir.

Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta akibat yang dialami bagi
orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku tidak baik secara tidak langsung
mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah di balik kisah tersebut. Kisah menjadi
sarana yang lembut untuk merubah kesalahan dan kekufuran suatu komunitas
masyarakat, dengan tidak secara langsung menyalahkan atau menggurui mereka.

Ayat-ayat tentang kisah dan sejarah dalam Al-Qur’an sebagai berikut.

(QS. At-Thaaha: 99) ‫َك َذ ِلَك َنُقُّص َع َلْيَك ِم ْن َأْنَبآِء َم ا َقْد َسَبَق َو َقْد آَتْيَناَك ِم ْن َلُد َّنا ِذ ْك ًرا‬

Artinya: Demikianlah kami kisahkan kepadamu (Muhammad) sebagian kisah


(umat) yang telah lalu, dan sungguh, telah kami berikan kepadamu suatu peringatan (Al-
Qur’an) dari sisi kami.

‫ُقْل ِس يُروا ِفي األْر ِض َفاْنُظُروا َكْيَف َك اَن َعاِقَبُة اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبُل َك اَن َأْكَثُر ُهْم ُم ْش ِرِكين‬

20
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah
bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum: 42)

PENUTUP

A. Kesimpulan
Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat
diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang
maupun masa yang akan datang.

Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak berbeda dengan
risalah yang dibawa olae Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada
Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah. Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-
Qur’an tidak berbeda dengan konsep ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah
utus didunia ini.hanya persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.

Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah)
umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).
B. Saran
Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar penulis dapat
memperbaiki makalah yang selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ghofur Abdul, Al-Qur’an Hadis Kelas VII, (Penerbit dan Percetakan Mediatama, Surakarta,
April 2010)
Al-Qathathan Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Cet III (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2008)
M. Yusuf Kadar, Studi Al-Qur’an,( Amzah: Jakarta, 2009)
Sudjana Ohan, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan Sunnah, ( Jakarta : Media
Dakwah , 1994)

Razak Nasruddin, Dienul Islam, Penafsiran kembali islam sebagai suatu Aqidah & way of line,(
Bandung : PT Al-Ma’arif, 1989)

Fazhur Ranchman, Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, cetakan ke-2, 1992)

Effendi Satria, Ushul Fiqh, Cet III (Jakarta: Kencana, 2009)


Syafe’i Rachmat, Al-Hadis Aqidah, Akhlak, Social, Dan Hukum, (Bandung : Pustaka Setia, 2000)

Karman, Materi Al-Qur’an, (Cetakan Pertama, Hilliana Press, Jakarta, 2014)

Andeson J.N.D, Hukum Islam di Dunia Modern (Terjemah oleh: Machum Husein), Surabaya:
Amarpress, 1990

Hakim Atang Abdul, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)

Anda mungkin juga menyukai