DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 6
Syukur Alhamdulilah, atas segala nikmat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah quran hadist dengan judul “Pokok Pokok Isi Al-quran”. Sholawat
serta salam senantiasa terucap kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
nantikan syafaatnya di yaumul qiyamah nanti, Aamiin.
Dalam penyusunan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari dukungan, bimbingan,
sumbangan gagasan, tenaga, finansial, motivasi dan kerjasama yang baik antar berbagai pihak
baik secara langsung maupun tidak. Oleh karena itu, penulis lewat lembar terbatas ini
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Taufik, M.Pd, selaku Kepala MAN 1 KUDUS yang telah memberikan
pengarah dan dorongan moral kepada kami.
2. Bapak Edy Rofi’i, S.Pd. M,Pd selaku pengampu mata Pelajaran Qura’an Hadits yang tak
pernah lelah memberikan motivasi kepada kami.
Semoga kegiatan yang telah dilaksanakan dapat memberikan sikap dan kesadaran bagi
kita semua dalam selalu menjaga kebersihan serta kerapian tempat ibadah di sekitar kita,
sehingga terciptanya suasana ibadah yang nyaman dan lebih khidmad nantinya. Semoga Allah
selalu memberikan keberkahan pada kita semua. Aamiin.
DAFTAR ISI
BAB I
A. Latar Belakang………………………………………………………………v
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….v
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………………….v
BAB II
A. Pengertian Al-quran………………………………………………………..vi
a.Aqidah………………………………………………………….
b.Ibadah…………………………………………
c.Akhlak………………………………………………………
d.Hukum………………………………………………..
e.Sejarah……………………………………………….
BAB III
Kesimpulan………………………………………………………………………vii
Saran………………………………………………………………………....vii
Al-Qur’an turun tidak secara sekaligus, namun sedikit demi sedikit baik beberapa
ayat, langsung satu surat, potongan ayat, dan sebagainya. Turunnya ayat dan surat
disesuaikan dengan kejadian yang ada atau sesuai dengan keperluan. Selain itu dengan turun
sedikit demi sedikit, Nabi Muhammad SAW akan lebih mudah menghafal serta meneguhkan
hati orang yang menerimanya. Lama al-quran diturunkan ke bumi adalah kurang lebih sekitar
22 tahun 2 bulan dan 22 hari.
Di dalam surat-surat dan ayat-ayat alquran terkandung kandungan yang secara garis
besar dapat kita bagi menjadi beberapa hal pokok atau hal utama beserta pengertian atau arti
definisi dari masing-masing kandungan inti sarinya.
Untuk itu dalam pembahasan kali ini saya akan memaparkan tentang apa pengertian
Al-Qur’an dan pokok-pokok isi kandungan A-Qur’an.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan deskripsi diatas, maka penulis akan merumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Apa yang dimaksud dengan Al-Qur’an ?
b. Apa yang dimaksud dengan kandungan Al-Qur’an?
c. Bagaimana pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan maalah, maka tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
a. Untuk mengetahui apa pengertian Al-Qur’an
b. Mengetahui maksud dari kandungan Al-Qur’an.
c. Untuk memahami pokok-pokok isi kandungan Al-Qur’an
PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Ditinjau dari bahasa, Al Qur'an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata
benda (masdar) dari kata kerja qara'a - yaqra'u - qur'anan yang berarti bacaan atau sesuatu
yang dibaca berulang-ulang. Konsep pemakaian kata tersebut dapat dijumpai pada salah satu
surah al Qur'an yaitu pada surat al Qiyamah ayat 17 - 18.
Secara istilah, al Qur'an diartikan sebagai kalam Allah swt, yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad saw sebagai mukjizat, disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah swt
sendiri dengan perantara malaikat jibril dan mambaca al Qur'an dinilai ibadah kepada Allah
swt.1
Al Qur'an adalah murni wahyu dari Allah swt, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi
Muhammad saw. Al Qur'an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia. Al Qur'an
merupakan petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertaqwa. Di dalam al Qur'an
terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Al Qur'an
merupakan petunjuk yang dapat mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju jalan yang
terang.
1
mempelajari al Qur'an adalah ibadah, dan al Qur'an dimulai dengan surat al Fatihah serta
ditutup dengan surat an Nas.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat kita simpulkan bahawa al Qur'an adalah
wahyu Allah swt. yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dengan perantara malaikat
jibril, disampaikan dengan jalan mutawatir kepada kita, ditulis dalam mushaf dan
membacanya termasuk ibadah. Al Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur kepada Nabi
Muhammad saw selama kurang lebih 22 tahun.
3
Sebenarnya banyak ilmu pengetahuan yang diajarkan dalam Al-Qur’an. Akan tetapi,
kebanyakan dari kita hanya membacanya saja tanpa mau memahami isi yang terkandung di
dalamnya. Di bulan Ramadhan, banyak orang-orang berlomba mengkhatamkan Al-Qur’an.
Sebenarnya bukan mengkhatamkan yang diutamakan akan tetapi menelaah dan mempelajari
Al-Qur’an yang sangat dianjurkan agar tidak terjadi kesalahpahaman memaknai Islam seperti
yang terjadi belakangan ini dimana banyak timbul aliran-aliran sesat yang mengatasnamakan
Islam Ahlussunnah wal Jamaah.
Banyak timbul perpecahan di dalam umat Islam salah satunya adalah tidak
memahami kandungan ayat Al-Qur’an seperti yang telah penulis katakan di atas.
Kebanyakan dari mereka hanya membaca tapi tidak mempelajari. Itulah gambaran umum isi
kandungan Al-Qur’an. Para ahli telah banyak mengkaji dan memperinci kandungannya.
Hasil kajiannya menunjukan perbedaan-perbedaan, sesuai dengan sudut pandang mereka
masing-masing.
Semua mukmin meyakini bahwa barang siapa yang demikian adanya pasti meraih
ridha Allah Swt, rahmat-Nya dan surga-Nya. Oleh karena itu bahasan tentang aqidah
menjadi masalah paling urgen dan krusial bagi setiap mukmin.
Aqidah dari segi bahasa (etimologis) berasal dari Bahasa Arab ( )َع َقَدyang
bermakna 'ikatan' atau 'sangkutan' atau menyimpulkan sesuatu.4 Di antaranya juga
mempunyai arti al-yaqiin(keyakinan) dan al-jazmu(penetapan).5
Aqidah artinya ketetapan yang tidak ada keraguan pada orang yang mengambil
keputusan. Sedang pengertian aqidah dalam agama sendiri adalah berkaitan dengan
keyakinan bukan perbuatan. Seperti aqidah dengan adanya Allah dan diutusnya pada
Rasul.6 Jadi kesimpulannya, apa yang telah menjadi ketetapan hati seorang secara pasti
adalah aqidah; baik itu benar ataupun salah.
Menurut Hasan Al-Banna “Aqaid (bentuk jamak dari aqidah) adalah beberapa
perkara yang wajib di yakini kebenaranya oleh hati, mendatangkan ketentraman jiwa,
menjadi keyakinan yang tidak bercampur sedikit pun dengan keragu-raguan”.7
Menurut Abu bakar Jabir al-Jazairy “Aqidah adalah sejumlah kebenaran yang
dapat diterima secara umum (aksioma) oleh manusia berdasarkan akal, wahyu dan fitrah.
Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati serta diyakini kesahihan dan keberadaanya secara
pasti dan ditolak segala sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu”.
Dari dua definisi di atas, ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam rangka
mendapatkan suatu pemahaman mengenai aqidah yang lebih proporsional, yaitu:
7
dan mana yang buruk. Dalam beraqidah hendaknya manusia menempatkan fungsi
masing-masing instrumen tersebut pada posisi sebenarnya.
b. Keyakinan yang kokoh itu terbebas dari segala pencampur adukan dengan keragu-
raguan walaupun sedikit. Keyakinan hendaknya bulat dan penuh, tiada bercampur
dengan syak dan kesamaran. Oleh karena itu untuk sampai kepada keyakinan itu
manusia harus memiliki ilmu, yakni sikap menerima suatu kebenaran dengan
sepenuh hati setelah meyakini dalil-dalil kebenaran.
c. Aqidah tidak harus mampu mendatangkan ketentraman jiwa kepada orang yang
meyakininya. Dengan demikian, hal ini mensyaratkan adanya keselarasan dan
kesejahteraan antara keyakinan yang bersifat lahiriyah dan keyakinan yang bersifat
batiniyah. Sehingga tidak didapatkan padanya suatu pertentangan antara sikap
lahiriyah dan batiniah.
Sumber aqidah Islam adalah al-Qur’an dan as-sunnah. Artinya apa saja yang
disampaikan oleh allah dalam al-qur’an dan rasulullah dalam sunnah-nya wajib di imani,
diyakini, dan diamalkan.9 Ada beberapa dalil tentang aqidah, yaitu :
a. Dalil Aqli
9
Dalil ini dapat diterima apabila hasil keputusannya dipandang masuk akal atau
logis dan sesuai dengan perasaan, tentunya yang dapat menimbulkan adanya keyakinan
dan dapat memastikan adanya iman yang dimaksudkan. Dengan menggunakan akal
manusia merenungkan dirinya sendiri dan alam semesta, yang dengannya ia dapat
melihat bahwa dibalik semua itu terdapat adanya Tuhan pencipta yang satu.10
b. Dalil Naqli
Yaitu dalil yang bersumber dari al-Qur’an. Dan dalam hal ini, landasan hukum
aqidah yang bersumber dari al-Qur’an antara lain :
َو َلْم َيُك ن َّل ۥُه ُكُفًو ا َأَح ٌۢد. َلْم َيِلْد َو َلْم ُيوَلْد. ٱُهَّلل ٱلَّص ُد. ۞ُقْل ُهَو ٱُهَّلل َأَح ٌد
َم
Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang
bergantung kepada-Nya segala sesuatu, Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan,
dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia".
۞َو ِإَٰل ُهُك ْم ِإَٰل ٌۭه َٰو ِحٌۭد ٓاَّل ِإَٰل َه ِإاَّل ُهَو ٱلَّرْح َٰم ُن ٱلَّر ِح يُم
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.11”
2. Ibadah
10
11
Ibadah ( )عبادةsecara etimologi berarti merendahkan diri serta tunduk. Di
dalam syara’, ibadah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi ibadah itu antara lain :
3. Ibadah ialah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicintai dan diridhai
Allah , baik berupa ucapan atau perbuatan, yang dzahir maupun bathin. Ini
adalah definisi ibadah yang paling lengkap.
Ibadah itu terbagi menjadi ibadah hati, lisan dan anggota badan. Rasa khauf
(takut), raja’ (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (ketergantungan), raghbah
(senang) dan rahbah (takut) adalah ibadah qalbiyah (yang berkaitan dengan hati).
Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan
hati). Serta masih banyak lagi macam-macam ibadah yang berkaitan dengan hati,
lisan dan badan.12
12
dengan aturan syari’at-Nya. Maka siapa yang menolak beribadah kepada Allah , ia
adalah sombong. Siapa yang menyembah-Nya tetapi dengan selain apa yang
disyari’atkan-Nya maka ia adalah mubtadi’ (pelaku bid’ah). Dan siapa yang hanya
menyembah-Nya dan dengan syari’at-Nya, maka dia adalah mukmin muwahhid
(yang mengesakan Allah).
3. Akhlak
Menurut bahasa, akhlak berasal dari kata khuluqun atau khulqun. Khuluqun
artinya budi, yaitu sesuatu yang tersimpan dalam hati, sangat halus, sulit diketahui
orang lain, namun memiliki kekuatan yang sangat besar terhadap tingkah laku
perbuatan manusia. Khulqun artinya perbuatan-perbuatan lahir.
Menurut istilah, akhlak artinya tingkah laku lahiriah yang diperbuat oleh
seseorang secara spontan sebagai cerminan hati seseorang yang menciptakan
hubungan baik antarpribadi dengan pribadi dan antarmasyarakat dengan sesamanya.13
Akhlak merupakan salah satu dari tiga kerangka dasar ajaran Islam yang
memiliki kedudukan yang sangat penting, di samping dua kerangka dasar lainnya.
Akhlak merupakan buah yang dihasilkan dari proses menerapkan aqidah dan syariah.
Ibarat bangunan, akhlak merupakan kesempurnaan dari bangunan tersebut setelah
fondasi dan bangunannya kuat. Jadi, tidak mungkin akhlak ini akan terwujud pada
diri seseorang jika dia tidak memiliki aqidah dan syariah yang baik. Nabi Muhammad
Saw. dalam salah satu sabdanya mengisyaratkan bahwa kehadirannya di muka bumi
ini membawa misi pokok untuk menyempurnakan akhlak manusia yang mulia. Nabi
bersabda:
13
Artinya: ”Sesungguhnya aku hanya diutus untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia”. (HR. Ahmad).14
Apa yang dinyatakan Nabi sebagai misi utama kehadirannya bukanlah suatu
yang mengada-ada, tetapi memang sesuatu yang nyata dan Nabi benar-benar menjadi
panutan dan teladan bagi umatnya dan bagi setiap manusia yang mau menjadi
manusia berkarakter atau berakhlak mulia. Pengakuan akan akhlak Nabi yang sangat
agung bukan hanya dari manusia, tetapi dari Allah Swt. seperti dalam firmannya:
Karena keluhuran akhlak dan budi Nabi itulah, Allah Swt. menjadikannya
sebagai teladan yang terbaik bagi manusia, khususnya bagi umat Islam. Allah Swt.
berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. al-Ahzab [33]: 21).
Untuk memahami akhlak Nabi yang lebih rinci di samping ditegaskan dalam
hadis-hadisnya, juga bisa dilihat dari keseluruhan ayat yang berisi perintah-perintah
Allah dan larangan-larangan-Nya. Apa saja yang diperintahkan Allah dalam al-Quran
pasti dilakukan oleh Nabi, dan apa saja yang dilarang Allah dalam al-Quran pasti
ditinggalkan dan dijauhi Nabi. Maka sangat tepat ketika ‘Aisyah (isteri Nabi) ditanya
oleh sahabat bagaimana tentang akhlak Nabi? ‘Aisyah menjawab, “Akhlak Nabi
adalah al-Quran.” Artinya sikap dan perilaku Nabi sehari-hari tidak ada yang keluar
dan menyimpang dari semua aturan yang ada dalam al-Quran. 15
Karena itu, siapa pun yang bermaksud meneladani Nabi atau bersikap dan
berperilaku seperti Nabi, maka ia harus tunduk dan patuh terhadap seluruh aturan
yang ada dalam al-Quran, baik yang berupa perintah-perintah Allah maupun
14
15
larangan-larangan-Nya. Di sinilah pentingnya umat Islam memahami isi kandungan
al-Quran.
4. Hukum
Secara garis besar hukum yang diperbincangkan dalam Al-Qur’an meliputi dua
hal yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah meiputi shalat, puasa, zakat, dan haji. Dan
muamalah meliputi hukum keluarga, jinayah, politik dan ekonomi. Ini menunjukan
bahwa hukum islam sangat komprehensif, tidak ada aspek kehidupan manusia tata aturan
hukumnya. Inilah salah satu karakter khusus hukum islam, yang tidak ada dalam hukum
buatan manusia. J.N.D Anderson, seorang orientalis, mengakui hal ini. Dia mengatakan
‘hukum islam jauh lebih luas cakupannya dari hukum barat, hukum islam mencakup
segala lapangan hukum sekaligus, yaitu hukum publik, hukum privat, hukum nasional,
dan hukum internasional dimana Barat tidak menganggapnya sebagai hukum.16
ِإَّنا َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك اْلِكَتاَب ِباْلَح ِّق ِلَتْح ُك َم َبْيَن الَّناِس ِبَم ا َأَر اَك ُهَّللاۚ َو اَل َتُك ْن ِلْلَخ اِئِنيَن َخ ِص يًم ا
َيا َأُّيَها اَّلِذ يَن آَم ُنوا ِإَّنَم ا اْلَخ ْم ُر َو اْلَم ْيِس ُر َو اَأْلْنَص اُب َو اَأْلْز اَل ُم ِر ْج ٌس ِم ْن َع َمِل الَّشْيَطاِن َفاْج َتِنُبوُه َلَع َّلُك ْم ُتْفِلُحوَن
16
alam manusia. Segi-segi ini dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-
ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Ilmu pengetahuan adalah merupakan salah satu isi pokok kandungan kitab suci al-
Qur’an. Bahkan kata ‘ilm itu sendiri disebut dalam al-Qur’an sebanyak 105 kali, tetapi
dengan kata jadiannya ia disebut lebih dari 744 kali. Sains merupakan salah satu
kebutuhan agama Islam, betapa tidak setiap kali umat Islam ingin melakasanakan ibadah
selalu memerlukan penentuan waktu dan tempat yang tepat, umpamanya melaksanakan
shalat, menentukan awal bulan Ramadhan, pelaksanaan haji semuanya punya waktu-
waktu tertentu dan untuk mentukan waktu yang tepat diperlukan ilmu astronomi.17
Maka dalam Islam pada abad pertengahan dikenal istilah “ sains mengenai waktu-
waktu tertentu”. Banyak lagi ajaran agama yang pelaksanaannya sangat terkait erat
dengan sains dan teknologi, seperti untuk menunaikan ibadah haji, bedakwah
menyebarkan agama Islam diperlukan kendraan sebagai alat transportasi. Allah telah
meletakkan garis-garis besar sains dan ilmu pengetahuan dalam al-Qur’an, manusia
hanya tinggal menggali, mengembangkan konsep dan teori yang sudah ada, antara lain
sebagaimana terdapat dalam Q.S Ar-Rahman: 55/33.
Hai jamaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru
langit dan bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan (Q.S Ar-Rahman: 55/33).
17
Al-Qur’an sejak empat belas abad yang silam telah memberikan isyarat secara
ilmiyah kepada bangsa Jin dan Manusia, bahwasanya mereka telah di persilakan oleh
Allah untuk mejelajah di angkasa luar asalkan saja mereka punya kemampuan dan
kekuatan (sulthan); kekuatan yang dimaksud di sisni sebagaimana di tafsirkan para ulama
adalah ilmu pengetahuan atau sains dan teknologi, dan hal ini telah terbukti di era
mederen sekarang ini, dengan di temukannya alat transportasi yang mampu menembus
angksa luar bangsa-bangsa yang telah mencapai kemajuan dalam bidang sains dan
teknologi telah berulang kali melakukan pendaratan di Bulan, pelanet Mars, Juipeter dan
pelanet -pelanet lainnya.
6. Sejarah
Istilah sejarah adalah terjemahan dari kata tarikh (bahasa arab) dan history
(bahasa inggris). Semua kata tersebut berasal dari bahasa yunani yaitu istoria yang berarti
ilmu. Istoria digunakan untuk penjelasan mengenai gejala-gejala manusia dalam urutan
kronologis.19 Sedangkan secara terminologi menurut Al-Maqrizi membatasi sejarah ia
memberikan informasi tentang sesuatu yang pernah terjadi di dunia.
18
19
Definisi sejarah lebih umum adalah semasa lampau manusia, baik yang
berhubungan dengan peristiwa politik, sosial, ekonomi, maupun gejala alam. Definisi ini
memberi pengertian bahwa sejarah tidak lebih dari sebuah rekaman peristiwa masa
lampau manusia dengan segala sisinya.
Pemberian contoh kisah-kisah umat terdahulu beserta akibat yang dialami bagi
orang yang menentang perintah Allah serta berperilaku tidak baik secara tidak langsung
mengetuk hati orang yang merenungkan hikmah di balik kisah tersebut. Kisah menjadi
sarana yang lembut untuk merubah kesalahan dan kekufuran suatu komunitas
masyarakat, dengan tidak secara langsung menyalahkan atau menggurui mereka.
(QS. At-Thaaha: 99) َك َذ ِلَك َنُقُّص َع َلْيَك ِم ْن َأْنَبآِء َم ا َقْد َسَبَق َو َقْد آَتْيَناَك ِم ْن َلُد َّنا ِذ ْك ًرا
ُقْل ِس يُروا ِفي األْر ِض َفاْنُظُروا َكْيَف َك اَن َعاِقَبُة اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبُل َك اَن َأْكَثُر ُهْم ُم ْش ِرِكين
20
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Bepergianlah di bumi lalu lihatlah
bagaimana kesudahan orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
yang mempersekutukan (Allah).” (QS. Ar-Rum: 42)
PENUTUP
A. Kesimpulan
Alquran merupakan kitab suci umat Islam dan manusia seluruh alam yang tidak dapat
diragukan kebenarannya dan berlaku sepanjang zaman, baik masa lalu, masa sekarang
maupun masa yang akan datang.
Al-Qur’an berisi pesan-pesan ilahi (risalah illahiyah) untuk umat manusia yang
disampaikan melalui Nabi Muhammad Saw. Pesan-pesan tersebut tidak berbeda dengan
risalah yang dibawa olae Nabi Adam, Nuh, Ibrahim dan rasul-rasul lainnya sampai kepada
Nabi Isa, rialah itu adalah mentauhidkan Allah. Konsep ketuhanan yang diajarkan oleh Al-
Qur’an tidak berbeda dengan konsep ketuhanan ang diajarkan oleh rasul yang pernah Allah
utus didunia ini.hanya persoalan huum atau syariat sajalah yang selalu berubah sesuai dengan
perubahan situasi dan kondisi dimana nabi itu diutus.
Sebagian isi kandungan dalam Alquran kebanyakan memuat tentang qashas (sejarah)
umat-umat terdahulu sebagai bahan pelajaran bagi umat sekarang (umat Islam).
B. Saran
Sebagai penyusun, penulis merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah
ini. Oleh karena itu, saya mohon kritik dan saran dari pembaca. Agar penulis dapat
memperbaiki makalah yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ghofur Abdul, Al-Qur’an Hadis Kelas VII, (Penerbit dan Percetakan Mediatama, Surakarta,
April 2010)
Al-Qathathan Manna, Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Cet III (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar,2008)
M. Yusuf Kadar, Studi Al-Qur’an,( Amzah: Jakarta, 2009)
Sudjana Ohan, Fenomena Aqidah Islamiyah Berdasarkan Quran dan Sunnah, ( Jakarta : Media
Dakwah , 1994)
Razak Nasruddin, Dienul Islam, Penafsiran kembali islam sebagai suatu Aqidah & way of line,(
Bandung : PT Al-Ma’arif, 1989)
Andeson J.N.D, Hukum Islam di Dunia Modern (Terjemah oleh: Machum Husein), Surabaya:
Amarpress, 1990
Hakim Atang Abdul, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009)