Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Al-Qur’an dan Al-Hadist adalah pedoman manusia khususnya Ummat

Muslim yang telah ditinggalkan oleh Rasullullah saw kepada seluruh ummatnya.

Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad

saw. sebagai pedoman bagi ummat manusia dalam menata kehidupannya, agar

memperoleh kebahagiaan lahir dan batin baik didunia maupun diakhirat kela. Al-

Hadist merupakan perkataan, perbuatan, dan yang menyangkut hal ihwalnya.

konsep-konsep yang dibawa Al-Qur’an dan Al-Hadist selalu relevan dengan

problem yang dihadapi manusia kerena ia turun untuk berdialok dengan setiap

ummat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan terhadap problem

tersebut, kapan dan dimanapun mereka berada. dari sinilah studi tetang Al-Qur’an

sangat penting dilakukan.

B. RUMUSAN MASALAH

karena luasnya pembahasan tentang Al-Qur’an dan al-hadist ini. Maka

didalam makalah ini kami hanya akan membahas tentang:

1. Pengertian Al-Qur’an

2. Fungsi Al-Qur’an

3. Pendekatan Memahami Al-Qur’an

4. Ulumul Qur’an

5. Pengertian Hadist Dan

6. Fungsi Hadist , Unsur-unsur Hadist, Macam-macam Hadist.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM

1. PENGERTIAN AL-QUR’AN

Al-Qur’an menurut bahasa (etimologi), mempunyai arti yang bermacam-

macam, salah satunya menurut pendapat yang lebih kuat, Al-Qur’an berarti

bacaan atau yang dibaca. Pendapat itu beralasan karena Al-qur’an adalah masdar

dari kata dasar Qara’a Yaqra’u yang artinya membaca. Al-Qur’an dalam Arti

membaca ini dipergunakan oleh Al-Qur’an sendiri.[1]

Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Qiyaamah : 16-18

Artinya:

“Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al-Qur’an karena hendak

cepat-cepat (menguasai)Nya”

“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan

(membuatmu pandai) membacanya.”

“Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.”

[5] Mudasir, H. 1999, Ilmu Hadist, Bandung, CV. Pustaka Setia. Hal. 2

2
Adapun definisi Al-Qur’an secara istilah (terminologi), Muhammad Ali

Ash-shabuni menulisnya bahwa “Al-qur’an adalah kalam Allah yang tiada

tandingan diturunkan kepada Nabi Muhammad saw penutup para nabi dan rasul

dengan perantaraan malaikat jibril as, dan ditulis pada mushab-mushab yang

kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan

mempelajarinya merupakan suatu ibadah yang dimulai dengan surat Al-fatihah

dan ditutup dengan surat An-Nas.[2]

Bagian yang lain menyebutkan bahwa Al-Qur’an ialah lafal berbahasa

Arab yang diturunkan kepada Muhammad saw yang disampaikan kepada kita

secara mutawatir yang diperintahkan membacanya yang menentang setiap orang

(untuk menyusun walaupun dengan membuat) surat yang terpendek daripada

surat-surat yang ada didalam nya.

Dari dua buah definisi tersebut dapat disimpulkan, bahwa apa yang

disebut Al-Qur’an itu mempunyai kriteria-kriteria seperti:

a. Al-Qur’an adalah Firman Allah swt

b. Al-Qur’an yang merupakan firman Allah itu berbahasa Arab, oleh karena itu Al-

Qur’an yang ditulis atau dilafalkan tidak dalam bahasa arab tidakdisebut Al-

Qur’an.

c. Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw melalui perantaraan

malaikat jibril, dengan demikian hadist bukanlah Al-Qur’an karena Hadist tidak

melalui perantaraan Jibril lagi pula hadist bukanlah Firman Allah yang diucapkan

dengan bahasa Nabi sendiri.

[6] Mudasir, H. 1999, Ilmu Hadist, Bandung, CV. Pustaka Setia. Hal. 14

3
d. Al-Qur’an sampai kepada kita dengan jalan mutawatir artinya Al-Qur’an yang

diterima oleh nabi muhammad dari Allah melalui Jibril itu. Beliau ajarkan kepada

orang banyak pula begitu seterusnya, sehingga akhirnya sampai kepada kita dari

orang banyak kepada orang banyak ini merupakan jaminan bagi kebenaran/

keautentikan Al-qur’an, sebab tidak mungkin orang banyak sepakat untuk

berdusta. Bukan Al-Qur’an kalau hanya diriwayatkan oleh seseorang atau

beberapa orang saja.

e. Al-qur’an adalah Mukjizat Nabi Muhammad Saw yang bersifat memberikan

tantangan kepada siapapun yang tidak percaya terhadap kebenaran

kewahyuannya. Mereka ditantang untuk menandingi atau mengalahkan Al-

Qur’an, sekalipun hanya dengan membuat satu surat yang paling pendek, namun

tidak mungkin Al-Qur’an dapat ditandingi sebab kalau dapat ditandingi bukanlah

mukjizat namanya.

f. Al-Qur’an ditulis didalam Mush-haf. Selain Al-Qur’an itu kitab suci yang paling

banyak dibaca (artinya memang bacaan). Ia juga ditulis dalam Mush-hab dan

penulisan telah dikerjakan sejak masa Nabi Muhammad kerena selalu ditulis ini

lah Al-Qur’an juga disebut Al-kitab. Dewasa ini mush-haf Al-Qur’an juga disebut

Mush-haf Usmani kerena penulisannya mengikuti metode Usman Bin Affan.

g. Al-Qur’an diperintahkan untuk dibaca (selain itu tentunya untuk dipelajari atau

diamalkan), kerena perintah, berarti membaca Al-Qur’an adalah ibadah pahala.

Dalam Hadist Riwayat Tarmidzi diterangkan bahwa, satu huruf Al-Qur’an dibaca,

pahalanya berlipapt sampai sepuluh kali. Hanya Al-Qur’an yang mendapat

perlauan istimewa seperti ini.

4
h. Al-Qur’an diawali dengan surat Al-fatihah dan di akhiri dengan surat An-Nas.

Lampiran-lampiran diluar itu seperti ilmu tauhid, keterangan-keterangan yang

menjelaskan tentang keutamaan membaca Al-Qur’an, bukanlah Al-Qur’an.

2. FUNGSI AL-QUR’AN

Al-Qur’an sebaga sumber pertama norma dan hukum islam dapat

dijabarkan kedalam fungsi-fungsi yang lebih rinci;

a. Al-Qur’an merupakan petunjuk bagi umat manusia, secara keseluruhan. Yakni

petunjuk jalan yang lurus, petunjuk kebenaran yang mengeluarkan manusia dari

kegelapan menuju cahaya yang terang.

b. Al-Qur’an adalah pembeda antar yang haq dan yang bathil, antara yang benar

dan yang salah atau yang baik dan yang buruk. Fungsi ini sesuai dengan name lain

dari Al-Qur’an Al-furqon (pembeda).

‘’Maha besar allah yang menurunkan Al-furqon kepada kepada hamba-Nya, agar

menjadi juru pengingat bagi seluruh alam” (Qs. Al-furqon: 1). Dan juga seperti

surat Ali imran: 3-4, dan Al-baqarah: 185).

c. Al-Qur’an berfungsi sebagai peringatan bagi seluruhummat manusia. Fngsi ini

juga sesuai dengan nama lain yang dipakai oleh Al-Qur’an yaitu Adz-Dzikr.

“Dan sesungguhnya Al-Qur’an itubenar-benar menjadi peringatan bagi orang

yang bertaqwa” (Qs.Haqqah: 48) dan juga seperti surah Al-Hijr: 9, surah Shad: 1-

29, surah Yaasin: 69, dan surah Al-An’am: 90.

d. Al-Qur’an sebagai obat (penyembuh) bagi penyakit kejiwaan. “Hai manusia,

sesungguhnya telah datang kepadamu pengajaran dari tuhanmu dan obat bagi apa

5
yang ada didalam hatimu dan petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang

beriman. (Qs. Yunus: 57).

Dan juga seperti surat Al-isra: 82, Qs. Fush-shilat: 44, dan sabda Nabi yang

berbunyi “hendaklah kamu mengambil dua macam obat, yaitu madu dan Al-

Qur’an (HR. Ibnu Majjah Dan Al-Hakim, dari Ibnu Mas’ud, ra.)

e. Al-Qur’an merupakan pengajaran atau nasihat (mau’idhah) bagi manusia. “(Al-

Qur’an ) ini adalah keterangan yang jelas bagi manusia dan petunjuk serta

pengajaran (mau’idhah) bagi orang-orng yang bertaqwa” (Qs.Ali-imran: 183).

Dan juga seperti surah yunus :57

f. Al-Qur’an adalah korektor bagi kitab-kitab suci yang sebelumnya atau korektor

bagi pengakuan yang dilakukan oleh manusia dalam agama mereka.

g. Al-Qur’an merupakan bahan renungan atau pemikiran bagi orang-orang yang

mau berpikir untuk mendapatkan pelajaran yang berharga. (ini adalah) ketik yang

kami turunkan kepada engkau yang penuh berkah agar mereka suka merenungkan

ayat-ayatnya, dan agar orang-orang yang berakal mendapat pelajaran (Qs. Shad:

29) dan juga seperti surat An-nisa: 82, dan Al-mu’minun: 68)

h. Al-Qur’an adalah sumber ilmu pengetahuan yang sangat menarik untuk dikaji

dan dipelajari sepanjang masa.

Al-Qur’an diturunkan sebagai mukjizat Nabi Muhammad saw, yaitu mukjizat

yang paling besar dari sekalian mukjizat lain yang pernah ada.

Al-Qur’an diturunkan supaya menjadi mukjizat mengembangkan risalah dan

menyampaikan apa-apa yang diterimanya dari tuhan. Untuk itu, Allah

6
menurunkan Al-Qur’an yang susunan arti hukum-hukum dan pengetahuan yang

dibawakannya mengandung unsur-unsur mukjizat.

B. HADIST SEBAGAI SUMBER AGAMA ISLAM

1. PENGERTIAN HADIST

Hadist atau Al-Hadist menurut bahasa Al-Jadid yang artinya sesuatu

yang baru lawan dari Al-Qadim (lama) artinya yang berarti menunjukan kepada

waktu yang dekat atau waktu singkat. Hadist juga sering disebut dengan Al-

Khabar, yang berarti berita, yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan

dari seseorang kepada orang lain, sama maknanya dengan hadist. [5]

Hadist dengan pengertian khabar sebagaimana tersebut diatas dapat

dilihat pada beberapa ayat Al-qur’an seperti Qs.At-thur (52):34, Qs.Al-kahfi

(18):6, dan Qs.Ad-dhuha (93):11.

Sedangkan menurut istlah (terminologi), para ahli memberikan

definisi (ta’rif) yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya.

Seperti pengertian hadist menurut ahli ushul akan bebeda dengan pengertian yang

diberikan oleh ahli hadist. menurut ahli hadist, pengertian hadist ialah :

“segala perkataan nabi, perbuatan dan ihwalnya.”

Yang dimaksud dengan hal ihwal ialah segala yang diriwayatkan

dari Nabi SAW yang berkaitan dengan himmah, karakteristik sejarah kelahiran

dan kebiasaan-kebiasaannya.

[1] Faridl Miftah, – Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung : Pustaka. Hal. 4

7
Ada juga yang memberikan pengertian lain:” sesuatu yang

disandarkan kepada nabi saw. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun

sifat beliau’’. Segabian muhaddisin berpendapat bahwa peengertian hadist diatas

merupakan pengertian yang sempit dan menurut mereka hadist mempunyai

cakupan pengertian yang lebih luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan

kepada nabi saw (hadist marfu) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan

kepada para sahabat (hadist mauquf) dan tabi’in (hadist maqtu’).

Menurut Ahli Hadist, pengertan Hadist adalah segala perkataan nabi

muhammad saw, perbuatan dan ihwalnya,. Adapun yang dimaksud dengan ihwal

adalah segala yang diriwayatkan oleh Nabi Muhammad saw yang berkaitan

dengan himmah, kerakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-kebiasaannya. [6]

Sebagai muhaddisin berpendapat bahwa pengertian haist diatas

merupakan pengertian yang sempit, menurut mereka, hadist hadist mempunyai

cakupan pengertian yang sangat luas, tidak terbatas pada apa yang disandarkan

kepada Nabi saw (hadist marfu’) saja, melainkan termasuk juga yang disandarkan

kepada para sahabat (hadist maukuf), dan tabi’in (hadist maqti’), sebagai mana

yang disebut oleh Al-tarmizi;

‘’bahwasanya hadist itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu,yaitu

sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, melainkan bisa juga untuk sesuatu

yang maukuf yang disandarkan kepada sahabat, dan yang maqtu’ yang

disandarkan kepada tabi’in”

[2] Faridl Miftah, – Syihabuddin Agus, 1989, Al-Quran Sumber Hukum Islam Yang Pertama, Bandung : Pustaka hal. 1-2.

8
Menurut para ulama ushul fiqh, pengertian hadist menurut istilah

ialah segala perbuatan, perkataan, taqrir Nabi muhammad saw yang berkaitan

dengan hukum syara’ dan ketetapannya.

Yang dimaksud dengan taqrir disini ialah membenarkannya Nabi

muhammad saw terhadap perbuata seorang sahabat yang dilakukan dihadapan

beliau, atau yang diberitahukan kepada beliau tetapi beliau sendiri tidak menegur

atau menyalahkannya.

Hadist juga disebut Sunnah, bahkan menurut jumhur ulama, sunnah

merupakan Muradif (sinonim) dari hadist. Sunnah menurut bahasa mempunyai

beberapa arti, seperti jalan yang terpuji, jalan atau cara yang dibiasakan,

kebalikan dari bid’ah serta apa yang diperbuat oleh sahabat, baik ada dasar dari

dalam al-Quran, hadist, atau tidak.

Sunnah menurut istilah, sebagaimana yang dirumuskan oleh ulama

ahli hadist ialah segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad Saw, baik berupa

perbuatan, perkataan, maupun taqrir, pengajaran, sifat, kelakuan, perjalanan

hidup, dan baik yang demikian itu terjadi sebelum masa kenabian atau

sesudahnya. Sunnah dalam pengertian inilah, menurut jumhur ulama hadist yang

merupakan muradif dari hadist.

Menurut rumusan ulama ushul fiqh, sunnah menurut istilah ialah

segala yang dipindahkan dari Nabi Muhammad saw, baik berupa perkataan,

perbuatan, atau taqrir, yang mempunyai kaitan hukum.

2. BENTUK-BENTUK HADIST

a. Hadist Qudsiy

9
Hadist qudsiy ialah hadist yang disampaikan oleh rasullullah saw kepada

para sahabat dalam bentuk wahyu, akan tetapi wahyu tersebut bukanlah bagian

dari ayat Al-Qur’an.

Ciri-ciri hadist qudsiy:

1) Ada redaksi hadist qala-yaqulu allahu

2) Ada redaksi fi ma rawa/ yarwihi ‘anillahi fabaraku wata’ala

3) Redaksi lain yang semakna dengan redaksi diatas, setelah selesai menyebut rawi

yang menjadi sumber pertamanya, yakni sahabat. Contoh hadist qudsiy.

“Dari Abi Dzar, dari Nabi saw, Allah swt berfirman :”wahai hamba-hamba-Ku,

sungguh Aku mengharamkan kedzaliman pada diri-Ku, (lebih kerena itu) Aku

menjadikannya diantara kamu sekalian hal-hal yang diharamkan, maka dari itu

janganlah kalian berbuat dzalim” (HR. Muslim).

b. Hadist Qauli

Hadist qauli adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi

Muhammad saw, baik berupa perkataan atau pun ucapan yang memuat berbagai

maksud syara’, peristiwa, dan keadaan yang berkaitan dengan aqidah, syariah,

akhlak, atau lainnya.

c. Hadist Fi’li

Yang dimaksud dengan fi’li ialah segala yang disandarkan kepada Nabi

saw berupa perbuatannya yang sampai kepada kita. Seperti hadist tentang shalat

atau haji.

d. Hadist Taqriri

10
Hadist taqriri adalah segala yang berupa ketetapan Nabi saw terhadap apa

yang datang dari sahabatnya. Nabi saw membiarkan suatu perbuatan yang

dilakukan oleh para sahabat, setelah memenuhi beberapa syarat baik megenai

pelakunya maupun perbuatannya.

e. Hadist Hammi

Hadist hammi adalah hadist yang berupa keinginan Nabi saw yang belum

terealisasikan, seperti halnya keinginan untuk berpuasa 9 Asyura, didalam riwayat

Ibnu Abbas, disebutkan;

“Ketika Nabi Saw berpuasa pada hari asyura dan memerintahkan para sahabat

untuk berpuasa, mereka berkata ,: Ya Rasullullah hari ini adalah hari yang

diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani, Nabi Bersabda, “tahun yang

akan datang insya’allah aku akan berpuasa pada hari yang kesembilan”. (HR.

Muslim dan Abu Daud).

Nabi Muhammad Saw belum sempat merealisasikan keinginannya, kerena

beliau wafat sebelum bulan Asyura. menurut imam Syafi’i dan para pengikutnya,

menjalankan hadst ini disunnahkan sebagaimana sunah-sunah lainnya.

f. Hadist Ahwali

Yang dimaksud hadist ahwali adalah hadist yang berupa hal ihwal Nabi

Saw yang menyangkut keadaan fisik, sifat-sifat dan kepribadiannya. tentang

keadaan fisik Nabi Muhammad Saw dalam beberapa hadist disebutkan bahwa

tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. sebagaimana yang dikatakan oleh Al-

bara dalam sebuah hadist riwayat bukhari sebagai berikut : “Rasullullah saw

11
adalah manusia yang sebaik-baik rupa dan tubuh, keadaan fisiknya tidak terlalu

tinggi dan pendek.” (HR. Bukhari).

3. Unsur-unsur Hadist

a. Sanad

Sanad menurut bahasa adalah sesuatu yang dijadikan sandaran. sedangkan

menurut istilah terdapat perbedaan rumusan pengertian. Al-badru Bin Jama’ah

dan Al-thiby menyatakan bahwa sanad adalah berita tentang jalan matan. dan ada

juga yang menyatakan silsilah para perawi yang memikulkan hadist dari

sumbernya yang pertama.

b. Matan

Matan menurut bahasa mairtafa’amin al-ardhi (tanah yang ditinggalkan),

sedangkan menurut istilah adalah suatu kalimat tempat berakhirnya sanad. Ada

juga yang menyebutkan bahwa matan adalah lafadz-lafadz yang didalamnya

mengandung makna-makna tertentu. Dari semua pengertian tersebut menunjukan

bahwa yang dimaksud dengan matan adalah materi atau lafadz hadist itu sediri.

c. Rawi

Rawi berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan hadist.

4. Fungsi Hadist Terhadap Al-Quran

Dalam kitab suci al-Quran terdapat ayat-ayat yang tidak jelas maksudnya.

ayat-ayat yang sepert ini memerlukan penjelasan. Penjelasan diberikan oleh

Rasullullah saw, melalui hadist /sunnah-sunnahnya. Oleh kerena itu fungsi hadist

terhadap al-Quran ialah lil bayan atau untuk memeberikan penjelasan.

12
meurut pendapat sy-syafi’i, ada lima macam bayan atau penjelasan yang diberikan

oleh hadist kepada al-Quran, yaitu:

a. Bayan tafshil : penjelasan untuk menjelaskan ayat-ayat mujmal atau ayat-ayat

yang sangat ringkas petunjuknya.

b. Bayan takhshish : penjelasan untuk menentukan suatu dari ayat yang sangat umu

sifatnya.

c. Bayan ta’yin : penjelasan untuk menentukan mana yang sesungguhnya dimaksud

dari dua atau tiga erkara yang mungkin dimaksudkan.

d. Bayan tasyri’ : penjelasan yang bersifat menetapkan suatu hukum yang tidak

terdapat dalam al-Quran.

e. Bayan nasakh : penjelasan untuk menentukan mana yang mengganti dan yang

mana yang diganti dari ayat-ayat yang terlihat seperti berlawanan.

5. Beberapa petunjuk dan ketentuan umum dalam memahami hadist

a. Memahami hadist sesuai petunjuk Al-Qur’an

b. Menghimpun hadist-hadist yang terjalin dalam tema yang sama

c. Menggabungkan antara hadist-hadist yang tampaknya bertentangan

d. Memahami hadist dengan mempertimbangkan latar belakangnya, situasi dan

kondisinya serta tujuannya ketika di ucapkan

e. Membedakan antara sarana yang berubah-ubah dan sasaran yang tetap.

f. Membedakan antara ucapan yang bermakna sebenarnya dan yang bersifat majas

(kiasan) dalam memahami hadist.

g. Memastikan makna dan konotasi kata-kata dalam hadis

C. WAHYU

13
1. Pengertian Wahyu Secara Etimologis

Menurut bahasa (lughah), kata wahyu berasal dari bahasa Arab al-wahy

yang memiliki beberapa arti, di antaranya; suara, tulisan isyarat, bisikan, paham

dan juga api. Ttp ada juga yang mengartikan bisikan yang tersembunyi dan

cepat. Dengan demikian, pengertian wahyu secara etimologis adalah

penyampaian sabda tuhan kepada manusia piihan-nya tanpa diketahui orang lain

, agar diteruskan kepada umat manusia untuk dijadikan sebagai pegangan hidup

baik di dunia maupun di akhirat kelak.

2. Pengertian Wahyu Secara Terminologis

Pemberitahuan Allah swt kepada hambanya yang terpilih mengenai segala

sesuatu yang ia kehendaki untuk dikemukakannya, baik berupa petunjuk atau

ilmu, namun penyampaiannya secara rahasia dan tersembunyi serta tidak terjadi

pada manusia biasa. Sedang wahyu Allah kepada para nabi-Nya secara syar’i

definisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan kepada seorang nabi. Definisi

ini menggunakan pengertian maf’ul, yaitu almuha (yang diwahyukan). Ustad

Muhammad Abduh mendefinisikan wahyu di dalam Risalatut Tauhid adalah

pengetahuan yang didapati oleh seseorang dari dalam dirinya dengan disertai

keyakinan bahawa pengetahuan itu datang dari Allah, melalui perantara ataupun

tidak. Yang pertama melalui suara yang menjelma dalam telinganya atau tanpa

suara sama sekali. Beza antara wahyu dengan ilham adalah bahawa ilham itu

intuisi yang diyakini jiwa sehingga terdorong untuk mengikuti apa yang diminta,

14
tanpa mengetahui dari mana datangnya. Hal seperti itu serupa dengan perasaan

lapar, haus, sedih, dan senang.

Definisi di atas adalah definisi wahyu dengan pengertian masdar.

Bahagian awal definisi ini mengesankan adanya kemiripan antara wahyu dengan

suara hati atau kasyaf, tetapi pembezaannya dengan ilham di akhir definisi

meniadakan hal ini. Sebagaimana pengakuan al-Qur’an bahwa wahyu

merupakan sebuah hakikat dan kebenaran dan dalam beberapa ayat al-Qur’an

hal tersebut dinisbahkan kepada Nabi saw. Akan tetapi, al-Qur’an, dalam

menjelaskan esensi wahyu, hanya sekedar mengisyaratkan saja dan tidak

memaparkan sedetail mungkin. Al-Qur’an menyatakan: “Dan sesungguhnya al-

Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam, Dia dibawa turun

oleh Ar-Ruh Al-Amin (Jibril), Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu

menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan.” (Qs.

asy-Syu’araa’ ayat 192-194).

BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Al-Quran dan al-hadist adalah sebagai sumber ajaran agama islam

yang telah ditinggalkan oleh rasullullah saw, yang merupakan segala macam cara

untuk memecahkan semua permasalahan yang ada sepanjang hidup manusia.

15
Pengertian alqur’an adalah kallam Allah yang diturunkan kepada Nabi

Muhammad saw. Untuk disampaikan kepada seluruh ummt manusia sampai akhir

zaman nanti. Selain sebagai sumber ilmu pengetahuan, al-Quran juga sebagai

peringatan bagi ummat manusia, juga sebagai pembeda atas Nabi Muhammad

terhadap Nabi-Nabi sebelumnya.

Sedangkan Al-hadist adalah segala sesuatuyg mengenai perbuatan

maupun perkataan Rasullullah saw dan yang menyangkut hal ihwalnya. Hadis

terdiri dari beberapa unsur diantaranya; sanad, matan dan rawi. Adapun kegunaan

dari hadist itu sendiri adalah: untuk menjelaskan ayat-ayat al-Quran yang

penjelasannya bersifat umum.

B. SARAN

Kami sebagai penulis sangat menyadari bahwa didalam makalah ini

masih banyak kekurangannya, oleh karena itu kami mohon maaf. Dan kami sangat

berharap atas kritikan dan saran yang bersifat membangun. mudah-mudahan

makalah ini bermanfaat untuk kita semua dan khususnya bagi kami sebagai

penulis.

16

Anda mungkin juga menyukai