Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Al Qur’an merupakan kitab suci yang diturunkan Allah SWT kepada Nabi
Muhammad SAW sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta,
didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi dasar hukum, petunjuk, pedoman
dan pelajaran serta ibadah bagi orang yang membaca, mempelajari, mengimani serta
mengamalkannya.

Sebagai orang yang beriman kepada Allah SWT. dan memeluk Agama Islam
seharusnya dapat mengetahui isi kitab Al Qur’an dengan cara
mempelajari/membaca kitab tersebut, karena membaca Al Qur’an merupakan
perintah Allah SWT. sebagaimana tersurat dalam firman Allah Surat Al ‘Alaq ayat 1
s/d 5 yang artinya “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan Tuhanmu yang
paling pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam, Dia
mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (Al Qur’an dan
Terjemah, 1984;1077).

Rasulullah Muhammad SAW pernah bersabda :

)‫خيركم من تعلم القران وعلمه(رواه لبخرى‬

Artinya : Sebaik-baik kamu adalah yang mau belajar Al Qur’an dan


mengajarkannya (HR. Bukhori). (Salim Bahreisy, 1986:123).

Kemampuan baca tulis Al Qur’an yang benar, cara wudlu yang benar, cara
sholat yang benar dan akhlak yang mulya bagi setiap individu merupakan bagian
dari Pendidikan Agama Islam yang memiliki arti strategis untuk ikut mencerdaskan
kehidupan bangsa, khususnya dalam rangka menanamkan nilai-nilai Iman dan
Taqwa sejak usia dini dan bagi generasi muda dan masyarakat pada umumnya.

Masjid, sebagai lembaga agama yang berperan mendidik individu dalam


meningkatkan kualitas iman kepada Allah SWT dan menumbuhkan perilaku baik di

1
dalam dirinya. Juga sekolah, sebagai lembaga pendidikan yang berperan membekali
individu dengan keterampilan-keterampilan yang harus dimiliki dalam kehidupan
ini.

B. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan
dan keterampilan dasar mengenai baca tulis Al Qur’an, berwudlu, sholat dan
akhlaqul karimah. Dalam rangka meningkatkan kualitas iman dan taqwa kepada
Allah SWT dan menumbuhkan perilaku baik di dalam diri.manusia seutuhnya

C. Manfaat Kegiatan

Kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi para peserta pelatihan PKM inidalam
bidang baca tulis Al Qur’an, praktik berwudlu, shalat dan budi pekertinya semakin
baik dan dapat membentuk jiwa anak yang Islami.

D. Bentuk Kegiatan

1. Pelatihan Baca Tulis Al Qur’an dan tajwidnya dan hafalan surat surat pendek.

2. kegiatan belajar mengajar tata cara berwudlu dan sholat yang benar.

3. Proses belajar mengajar melalui media tulis, ceramah, dan lain-lain.

E. Tempat Kegiatan

Kegiatan pelatihan ini dilaksanakan di Madin Tarbiyatut Tholabah Sukorejo desa


Sukopinggir Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang Jawa Timur.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Al Qur’an


a. Pengertian Al Qur’an

Al Qur’an adalah dasar dan pedoman hidup bagi umat Islam yang
perlu dipelajari dan dimengerti serta diamalkan dalam kehidupan sehari-
hari, karena di dalamnya memuat berbagai aturan dan tatanan hidup
manusia di dunia sampai di akhirat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
yang berisi firman-firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW dengan perantara malaikat Jibril untuk dibaca, difahami dan
diamalkan sebagai petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia .
Dalam mengartikan kata Al Qur’an sedikitnya ada dua golongan yang
berbeda pendapat yaitu :
1. Golongan pertama yang diwakili antara lain oleh Al-Lihyani
berpendapat bahwa Al Qur’an adalah bentuk masdar mahfudz
mengikuti wazan Al-Ghufran dan ia merupakan mustaq dari kata Qaraa
yang mempunyai arti sama dengan tala. Al Qur’an bisa juga disebut Al-
Muq’ru yang merupakan sebutan bagi obyek dalam bentuk masdarnya.
2. Golongan kedua yang diwakili antara lain oleh Az-Zujaj berpendapat
bahwa Al Qur’an diidentikkan dengan wazan Fu’lan yang merupakan
musytaq dari lafal Al Qur’an yang mempunyai arti al jam’u. Ibnu Atsir
juga berpendapat bahwa disebut Al Qur’an karena di dalamnya memuat
kumpulan kisah-kisah. Amar ma’ruf nahi munkar, perjanjian, ancaman,
ayat-ayat dan surat-surat lafal Al Qur’an adalah bentuk masdar seperti
kata Ghufran dan Khufran (Atsir, IV, tt : 30). Dari beberapa pendapat
tersebut mereka sepakat bahwa Al Qur’an adalah firman Allah SWT
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, bagi yang membaca-
nya merupakan ibadah dan mendapat pahala.

3
b. Nama-nama Al Qur’an
Al Qur’an mempunyai banyak nama antara lain :
1. Al Furqon artinya membeda. Mksudnya bahwa Al Qur’an itu dapat
membedakan antara yang hak dan yang batil seperti firman Allah
dalam surat Al Furqan ayat 1 (satu) yang artinya: “Maka suci Allah
yang telah menurunkan Al Furqan (Al Qur’an kepada hambanya agar
dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh islam” (QS. Al
Furqan: 1).
2. Al Kitab artinya kitab Allah. Maksudnya wahyu dari Allah
sebagaimana firman Allah yang artinya: “Kitab ini tidak ada
keraguan di dalamnya, menjadi petunjuk bagi orang yang bertaqwa”
(QS. Al Baqoroh: 2).
3. Ad Dzikru artinya peringatan. Maksudnya bahwa Al Qur’an menjadi
peringatan bagi semua manusia atas segala tindakannya yang tidak
benar. Sebagaimana firman Allah yang artinya “Dan Aku (Allah)
telah menurunkan Adz Dzikir (Al Qur’an) kepadamu untuk
menjelaskan kepada manusia apa-apa yang telah Aku turunkan
kepada mereka” (QS. An Nahl : 44).

c. Al Qur’an Sebagai Pedoman Hidup


Al Qur’an disamping sebagai Ilmu dan Mu’jizat terbesar Nabi
Muhammad SAW juga sebagai pedoman hidup manusia sepanjang masa,
di dunia sampai di akhirat. Ajaran Al Qur’an selalu sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan hidup dan kehidupan manusia, oleh karena itu
manusia disuruh mengikuti Al Qur’an. Sebagaimana dalam firmanNya
dalam surat Al An’am: 155, yang artinya: “Dan inilah sebuah kitab yang
Kami (Allah) turunkan yang diberkati, maka dari itu ikutilah dan bertqwa-
lah kamu (kepada Allah) supaya kamu diberi rahmat” (QS. Al An’am:
155).
Dalam surat lain Allah juga berfirman yang artinya: “Tidaklah
cukup bagi mereka, sesungguhnya yang demikian itu menjadi rahmat dan

4
peringatan bagi orang-orang yang beriman” (QS. Al An Kabut: 51). Dari
ayat tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa barang siapa mengiku Al
Qur’an maka mereka akan diberi rahmat dan peringatan dari Allah SWT.
Mengikuti Al Qur’an berarti menjadikan Al Qur’an sebagai
pegangan dan pedoman hidup, karena memang di dalam Al Qur’an
memuat berbagai aturan tentang kehidupan manusia di dunia hingga
akherat. Barang siapa mengikuti Al Qur’an maka hidupnya akan selamat
dan sejahtera di dunia dan akherat kelak. Bahkan istri Rasulullah SAW,
Siti Aisyah ketika ditanya sahabatnya tentang akhlak Rasulullah, beliau
menjawab bahwa akhlak Rasulullah adalah Al Qur’an.
Rasulullah sendiri pernah bersabda yang artinya: “Telah
kutinggalkan bagimu dua perkara yang tak akan tersesat jika kamu
berpegang pada keduanya yaitu Kitab Allh (Al Qur’an) dan Sunnah
RasulNya” (HR. Ibn. Abdul Barri).

d. Keutamaan membaca Al Qur’an dan Cara Membacanya

Tentang keutamaan dan kelebihan membaca Al Qur’an.


Rasulullah telah menyatakan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Bukhori dan Muslim, yang maksudnya demikian : “Perumpamaan orang
mu’min yang membaca Al Qur’an, adalah seperti bunga utrujjah, baunya
harum dan rasanya lezat; orang mukmin yang tak suka membaca Al
Qur’an, adalah seperti buah korma, baunya tidak begitu harum, tetapi
manis rasanya; orang munafiq yang membaca Al Qur’an ibarat sekuntum
bunga, berbau harum, tetapi pahit rasanya; dan orang munafiq yang tidak
membaca Al Qur’an, tak ubah seperti buah hanzalah, tidak berbau dan
rasanya pahit sekali”.

Dalam sebuah hadits, Rasulullah juga menerangkan bagaimana


besar-nya rahmat Allah terhadap orang-orang yang membaca Al Qur’an di
rumah-rumah peribadatan (masjid, surau, mushalla dan lain-lain). Hal ini
dikuatkan oleh sebuah hadits yg masyhur lagi shahih yang berbunyi
sebagai berikut : “Kepada kaum yang suka berjemaah di rumah-rumah
peribadatan, membaca Al Qur’an secara bergiliran dan ajar-

5
mengajarkannya terhadap sesamanya, akan turun kepadanya ketenangan
dan ketentraman, akan terlimpah kepadanya rahmat dan mereka akan
dijaga oleh malaikat, juga Allah akan selalu mengingat mereka”
diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Hurairah).

Al Qur’an sebagai Kitab Suci, wahyu Illahi, mempunyai adab-


adab tersendiri bagi orang-orang yang membacanya. Adab-adab itu sudah
diatur dengan sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Al Qur’an,
tiap-tiap orang harus berpedoman kepadanya dalam mengerjakannya.

Di antara adab-adab membaca Al Qur’an, yang terpenting ialah:


a) Disunatkan membaca Al Qur’an sesudah berwudhu, dalam keadaan
bersih, sebab yang dibaca adalah wahyu Allah. Kemudian mengambil
Al Qur’an hendaknya dengan tangan kanan, sebaiknya memegangnya
dengan kedua belah tangan.
b) Disunatkan membaca Al Qur’an di tempat yang bersih, seperti: di
rumah, di surau, di mushalla dan di tempat-tempat lain yang dianggap
bersih. Tetapi yang paling utama ialah di masjid.
c) Disunatkan membaca Al Qur’an menghadap ke qiblat, membacanya
dengan khusyu’ dan tenang, sebaiknya dengan berpakaian yang
pantas.
d) Ketika membaca Al Qur’an, mulut hendaknya bersih, tidak berisi
makanan, sebaiknya sebelum membaca Al Qur’an mulut dan gigi
dibersihkan lebih dahulu.
e) Sebelum membaca Al Qur’an, disunatkan membaca ta’awwudz, yang
berbunyi: a’udzubillahi minasy syaithanirrajim. Sesudah itu barulah
membaca Bismillahirrahmanir Rahim, maksudnya, diminta lebih
dahulu perlindungan Allah, supaya terjauh dari pengaruh tipu-daya
syaitan, sehingga hati dan fikiran tetap tenang diwaktu membaca Al
Qur’an, terjauh dari gangetguan-gangguan.
f) Disunatkan membaca Al Qur’an dengan tartil, yaitu dengan bacaan
yang pelan-pelan dan tenang.

6
g) Bagi orang yang sudah mengerti arti dan maksud ayat-ayat Al Qur’an,
disunatkan membacanya dengan penuh perhatian dan pemikiran
tentang ayat-ayat yang dibacanya itu dan maksudnya.
h) Dalam membaca Al Qur’an itu, hendaklah benar-benar diresapkan arti
dan maksudnya.
i) Disunatkan membaca Al Qur’an dengan suara yang bagus lagi merdu,
sebab suara yang bagus dan merdu itu menambah keidahan uslubnya
Al Qur’an.
j) Sedapat-dapatnya membaca Al Qur’an janganlah diputuskan hanya
karena hendak berbicara dengan orang lain. Hendaknya pembacaan
diteruskan sampai ke batas yang telah ditentukan, barulah disudahi.
Juga dilarang tertawa-tawa, bermain-main dan lain-lain yang semacam
itu, ketika sedang membaca Al Qur’an. Sebab pekerjaan yang seperti
itu tidak layak dilakukan sewaktu membaca Kitab Suci dan berarti
tidak menghormati kesuciannya.

e. Metode Membaca Al Qur’an


Pelaksanaan pengajaran Baca Tulis Al Qur’an dilakukan dengan
menggunakan metode sorogan yaitu siswa membaca didepan mahasiswa
yang menjadi pengajar dan menyimaknya. Adapun yang menjadi problem
dalam pengajaran Baca Tulis Al Qur’an adalah semua komponen
pengajaran itu sendiri yang meliputi: materi yang kurang lengkap,
kompetensi pengajar kurang, perbedaan kecerdasan peserta, kurangnya
media pengajaran. Adapun upaya yang ditempuh meliputi: berusaha
melengkapi sarana prasarana, menggunakan metode yang bervariasi.
Kegiatan Baca Tulis Al Qur’an (BTQ) adalah sebuah kegiatan
membaca Al Qur’an dengan tartil, artinya jelas, racak dan teratur, sedang
menurut istilah ahli qiro’at ialah membaca Al Qur’an dengan pelan-pelan
dan tenang, beserta dengan memikirkan arti-arti Al Qur’an yang sedang
dibaca, semua hukum tajwid dan waqof terjaga dengan baik dan benar /
terpelihara dengan sempurna.

7
Dalam menggunakan metode mengajar Baca Tulis Al Qur’an
Mahmud Yunus mengemukakan 4 (empat) metode yaitu:
a) Metode abjad yaitu mengajarkan huruf Al Qur’an dari nama-nama
huruf, kata perkata kemudian kalimat.
b) Metode suara yaitu ada kesamaan dengan metode abjad tetetapi
huruf diajarkan menurut bunyi.
c) Metode kata-kata yaitu memperhatikan kata-kata yang dibacakan
guru kemudian menirukannya.
d) Meode kalimat yaitu dimulai dari kalimat, kemudian kata kemudian
huruf. (Mahmud Yunus, 1981 : 6-20)

Sedangkan As’ad Humam berpendapat bahwa (1994:30)


“Dengan metode iqro’ metode ini mengandung/mempunyai 10 (sepuluh)
sifat yaitu: Bacaan langsung, CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif),
Privat/Klasikal, modul, Praktis, Asistensi, Sistematis, Variatif, Komunikatif,
Fleksibel.”

B. Tinjauan Umum Tentang Akhlaqul Karimah


Akhlak terpuji adalah suatu aturan atau norma yang mengatur
hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam semesta. Di antara
akhlak terpuji adalah khusnudhan kepada Alloh dan kepada manusia.
Khusnudzhan kepada Allah adalah kita memiliki keyakinan yang kuat bahwa
Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang senantiasa berbuat
dan menentukan yang terbaik untuk kehidupan manusia. Sedangkan
husnudzhan terhadap sesama manusia yaitu memiliki sifat berprasangka baik
terhadap sesama manusia dan jangan memiliki prasangka buruk terhadpa
manusia.
Hikmah yang dapat kita ambil dari husnudzhan kepada Allah,
yaitu :
a) Banyak bersyukur kepada Allah
b) Tulisan arab
c) Selalu beribadah kepada Allah
d) Tidak menyekutukan Allah dengan suatu apapun

8
e) Mencintai Allah SWT dengan cara mencintai perintah-perintah-Nya
dan membenci perbuatan yang dilarang-Nya.
f) Ridho dan ikhlas terhadap qadha dan qadar Allah.
g) Mentaati, takut dan bertaqwa kepada Allah SWT.
h) Bertaubat kepada Allah
i) Selalu mencari keridhaan Allah SWT
j) Selalu memohon dan berdoa kepada Allah
k) Meniru sifat-sifat Allah, meneladani asmaul husna yang diterapkan
dalam kehidupan
Selain itu materi akhlak yang lain adalah tentang qana’ah, ikhlas,
sabar, istiqamah, tasamuh, ikhtiar, dan berdoa.
Adapun ciri-ciri sifat qona’ah adalah sebagai berikut :
a) Ia menerima anugerah yang diberikan Allah SWT dan sabar atas
ketentuan (ujian, cobaan) yang menimpanya.
b) Ia meminta tambahan yang layak, berusaha dan tawakal.
c) Hatinya tidak tertarik (terpedaya) dengan kekayaan duniawi.
Sedangkanikhlas adalah mengerjakan sesuatu perbuatan yang
baik tanpa pamrih kecuali hanya karena Allah dan mengharapkan ridha-
Nya. Beramal dengan ikhlas akan menjadikan seseorang bekerja dengan
jujur, disiplin dan tanggung jawab, serta sanggup berkorban dalam
melaksanakan tugas pekerjaan tersebut.
Sabar artinya tahan uji, tahan menderita, menerima apa yang
diberikan Allah baik yang berupa nikmat maupun berupa penderitaan.
Sedangkan istiqomah dalam bahasa Indonesia padanan kata istiqomah
adalah kata “taat asas”, yakni selalu taat dan setia kepada asas suatu
keyakinan oleh sebab itulah orang yang istiqomah dikatakan juga sebagai
orang yang taat asas.
Tasamuhdalam bahasa Indonesia, kata tasammuh dapat diartikan
dengan tenggang rasa, lapang dada atau toleransi. Sedangkan ikhtiar
(Kerja Keras) untuk mempertahankan hidup dan kehidupan, manusia
dituntut untuk berjuang baik secara perorangan (individu) maupun secara
kelompok (kolektif). Materi akhlak berikutnya adalah akhlak, yaitu

9
memohon kepada Allah, agar segala yang telah kita lakukan ada dalam
ridha Allah SWT dan dikabulkannya.

C. Tinjauan Tentang Sholat Dan Tata Caranya


a. Pengertian Shalat
Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology (istilah),
para ahli Fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah Shalat
berarti ‘Beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan di
akhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut
syarat-syarat yang telah ditentukan’(Sidi Gazalba,88).Sedangkan makna
hakiki shalat ialah ‘Berhadapan hati, jiwa dan raga kepada Allah,secara
yang mendatangkan rasa takut kepada-Nya atau mendhairkan hajat dan
keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan
perbuatan’ (Hasbi Asy-syidiqi,59).
Dalam pengertian lain Shalat ialah salah satu sarana komunikasi
antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah yang didalamnya
merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan
yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan
syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Basyahri
Assayuthi,30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Shalat
adalah Suatu ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan
yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan
rukun yang telah ditentukan syara’ berupa penyerahan diri secara lahir batin
kepada Allah dalam rangkah ibadah dan memohon ridho-Nya.
b. Dalil Yang Mewajibkan Shalat
Dalil yang mewajibkan shalat banyak sekali, baik dalam Al
Qur’an maupun dalam Hadits nabi Muhammad SAW.Dalil Ayat-ayat Al
Qur’an yang mewajibkan shalat antara lain tertera dalam Al-Qura’an ebagai
berikut:
“Dan dirikanlah Shalat, dan keluarkanlah Zakat, dan ruku’lah bersama-
sama orang yang ruku’(QS.Al Baqarah;43) “Kerjakanlah shalat,

10
sesungguhnya shalat mencegah perbuatan yang jahat dan mungkar”(QS. Al-
Ankabut;45)
Perintah shalat ini hendaklah ditanamkan dalam hati dan jiwa kita
umat muslim dan anak-anak dengan cara pendidikan yang lcermat, dan
dilakukan sejak kecil sebagaimana tersebut dalam hadis nabi Muhammad
SAWyang artinya “Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat diwaktu
usia mereka meningkat tujuh tahun, dan pukulah ( lkalau mereka enggan
melasanakan shalat) diwaktu usia mereka meningkat sepuluh tahun” (HR..
Abu Dawud)
c. Syarat-Syarat Shalat
1. Beragama islam
2. Sudah baligh dan berakal
3. Suci dari hadats
4. Suci seluruh anggota badan pakaian dan tempat
5. Menutup aurat
6. Masuk waktu yang telah ditentukan
7. Menghadap kiblat
8. Mengetahui mana rukun wajib dan sunah.

d. Rukun Shalat
1. Niat
2. Takbiratul ihram
3. Berdiri tegakbagi yang kuasa ketika shalat fardhu. Boleh duduk,atau
berbareng bagi yang sedang sakit.
4. Membaca surat Al-Fatihah pada tiap-tiap raka’at
5. Ruku’ dengan tumakninah
6. I’tidal dengan tumakninah
7. Sujud dua kali dengan tumakninah
8. Duduk antara dua sujud dengan tumakninah
9. Duduk tasyahud akkhir dengan tumakninah
10. Membaca tasyahud akhir
11. Membaca shalawat nabi pada tasyahud akhir

11
12. Membaca salam yang pertama
13. Tertib; (Berurutan sesuai rukun-rukunnya)
Shalat akan batal atau tidak sah apabila salah satu rukunnya tidak
dilaksanakan atau ditinggalkan dengan sengaja.Adapun hal-hal yang dapat
membatalkan shalat adalah sebagai berikut :
1. Berhadats
2. Terkena Najis yang tidak dimaafkan.
3. Berkata-kata dengan sengaja di luar bacaan shalat.
4. Terbuka auratnya
5. Mengubah niat, missal ingin memutuskan shalat (niat berhenti shalat)
6. Makan atau /minum.walau sedikit,
7. Bergerak tiga kali berturut-turut, diluar gerakan shalat.
8. Membelakangi kiblat
9. Menambah rukun yang berupa perbuatan, seperti menambah ruku’sujud atau
lainnya dengan sengaja.
10. Tertawa terbahak-bahak
11. Mendahului Imam dua rukun.
12. Murtad, keluar dari Islam.
e. Sunah dalam Melakukan Shalat
Waktu mengerjakan shalat adadua sunah, yaitu sunah Ab’adh dan sunah
Hai’at
Adapun sunnah Ab’adh adalah sebagai berikut:
1. Membaca tasyahud awal
2. Memnbaca shalawat pada tasyahud awal,
3. Membaca shalawat atas keluarga Nabi SAW pada tasyahud akhir.
4. Memnbaca Qunut pada shalat Subuh dan shalat witir.
Sedangkan Sunah Hai’at terdiri dari hal-hal berikut:
1. Mengangkat keduabelah tangan ketika takbiratul ikhram,ketika akan ruku’
dan ketika berdiri dari ruku’.
2. Meletakan telapak tangan yang kanan diatas pergelangan tangan kiri ketika
sedekap,
3. Membaca do’a Iftitah sehabis takbiratul ikhram.

12
4. Membaca Ta’awwudz ketika hendak membaca fatihah,
5. Membaca Amiin ketika sesudah membaca Fatihah,
6. Membaca surat Al-Qor’an pada dua raka’t permulaan sehabis membaca
Fatihah,
7. Mengeraskan bacaan Fatihah dan surat pada raka’at pertama dan kedua,
pada shalat magrib, isya’ dan subuh selain makmum.
8. Membaca Takbir ketika gerakan naik turun,
9. Membaca tasbih ketika ruku’ dan sujud.
10. Memnbaca “sami’allaahu liman hamidah” ketika bangkit dari ruku’ dan
membaca “Rabbanaa lakal Hamdu” ketika I’tidal,
11. Meletakan kedua telapak tangan diatas paha ketika duduk tasyahud awal dan
tasyahud akhir,dengan membentangkan yang kiri dan mengenggamkan yang
kanan, kecuali jari telumjuk.
12. Duduk Iftirasy dalam semua duduk shalat,
13. Duduk Tawarruk pada duduk tasyahud akhir
14. Membaca salam yang kedua.
15. Memalingkan muka ke kanan dan ;kekiri ketika membaca salam pertama
dan kedua

f. Makruh Shalat
Orang yang sedang shalat dimakruhkan untuk:
1. Menaruh telapak tangan di dalam lengan bajunya ketika Takbiratul ikhram,
ruku’ dan sujud.
2. Menutup mulutnya rapat rapat.
3. Terbuka kepalanya,
4. Bertolak pinggang,
5. Memalingkan muka ke kiri dan ke kanan.
6. Memejamkan mata,
7. Menengadah ke langit,
8. Menahan hadats
9. Berludah
10. Mengerjakan shalat di atas kuburan,

13
11. Melakukan hal-hal yang mengurangi kekhusukan shalat.

g. Perbedaan Laki-laki Dan Perempuan Dalam Shalat


LAKI-LAKI PEREMPUAN
1. Merenggangkan kedua siku 1. Merapatkan satu anggota kepada
tangannya dari kedua lambungnya anggota lainnya.
waktu ruku’ dan sujud.
2. Waktu ruku’ dan sujud 2. Meletakan perutnya pada dua
mengangkat perutnya dari tangan/ sikunya ketika sujud.
3. pahanya. 3. Merendahkan suaranya/
Menyaringkan suaranya /bacaanya bacaanya dihadapan laki-laki
dikeraskan di tempatr keras. lain yang bukan muhrimnya.
4. 4. Bila memberitahu sesuatu
Bila member tahu sesuatu dengan bertepuk tangan,yakni
Membaca Tasbih, yakni tangan kanan ditepukkan ke
‘Subhaanallah’ punggung telapak tangan kiri.
5. 5. Auiratnya seluruh anggouta
tubuh kecuali bagian muka dan
Auratnya barang antara Pusar dan kedua telapak tangan
lutut.

D. Tinjauan Umum Tentang Wudlu


Pengetian Wudlu’ menurut lughat (bahasa) berarti bersih dan indah.
Sedangkan menurut syara’ berarti membersihkan anggota–anggota wudlu’ untuk
menghilangkan hadas kecil.Wudlu’ adalah suatu syarat untuk sahnya shalat yang
dikerjakan sebelum orang mengerjakan shalat. Perintah wajib wudlu’ ini
sebagaimana firman Allah Swt. Yang artinya sebagai berikut:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu akan mengerjakan shalat,
basuhlah wajahmu dan dua tanganmu hingga kedua siku, sapulah kepalamu

14
kemudian basuhlah kedua kakimu hingga kedua mata kaki” (QS. Al-
Ma’idah,ayat 6)

a. Syarat – Syarat Wudlu’


Ada beberapa syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam berwudlu’,
diantaranya:
1. Air yang digunakan untuk berwudlu’ harus air yang mutlaq / suci.
2. Air yang halal, bukan hasil ghasab (hasil curian)
3. Suci anggota wudu’ dari najis
4. Untuk sah nya wudlu’, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk
wudlu’ dan salat, dalam arti bahwa setelah berwudlu’ yang bersangkutan
masih memungkinkan untuk melaksanakan shalat yang dimaksud pada
waktunya yang telah ditentukan. Sedangkan jika waktunya sempit,
dimana jika ia berwudlu’ maka keseluruhan salatnya atau sebahagian
salatnya berada diluar waktu salat yang telah ditentukan, sementara jika
ia tayammum maka keseluruhan salatnya masih bias ia laksanakan, maka
dalam hal ini ia wajib tayammum, maka apabila ia berwudlu’, maka
batallah wudlu’nya.
5. Melaksanakan wudlu sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh orang lain
6. Diwajibkan adanya urutan di antara anggota – anggota wudlu’.
7. Wajib bersifat segera. Artinya, tidak ada tenggang waktu yang panjang
dalam membasuh nggota wudu yang satu dengan yang lain, sebelum
kering. Kecuali airnya kering karena terkena sinar matahari, ataupun
panas badan
Sedangkan syarat sahnya wudlu’ antara lain:
1. Islam; orang yang tidak beragama islam tidak sah melaksanakan wudlu’
2. Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan
3. Tidak berhadats besar
4. Dengan air suci, lagi mensucikan (air mutlak)
5. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudlu,
misalnya getah, cat dan sebagainya
6. Tidak ada najis pada tubuh, sehingga merubah salah satu sifat air yang
suci lagi mensucikan.

15
b. Fardhu Wudlu
Fardhu wudlu ada enam perkara, yakni:
1. Niat: hendaknya berniat menghilangkan hadast kecil, dan cara
melakukannya tepat pada waktu membasuh muka, sesuai dengan
pengertian niat itu sendiri : “Qhasdus Syai’in, muqtarinan bi
fi’lihi”Yang artinya : meniatkan sesuatu secara beriringan dengan
perbuatan.
2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga
bawah dagu, dan dari telinga kanan hingga telinga kiri)
3. Membasuh kedua tangan sampai siku-siku
4. Mengusap sebagian rambut kepala
5. Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki
6. Tertib (berturut-turut), artinya mendahulukan mana yang harus
didahulukan, dan mengakhirkan mana yang harus diakhirkan.

c. Sunnah-sunnah Wudlu
Ada beberapa sunnah dalam melaksanakan wudlu’, antara lain :
1. Membaca basmallah pada permulaan wudlu
2. Membasuh kedua telapak tangan sampai pergelangan
3. Berkumur-kumur
4. Membasuh lubang hidung sebelum berniat
5. Menyhapu seluruh kepala dengan air
6. Mendahulukan anggota kanan dari pada kiri
7. Menyapu kedua telinga luar dan dalam
8. Menigakalikan membasuh
9. Menyela-nyela jari-jari tangan dan kaki
10. Membaca doa sesudah wudlu
Para fuqaha mengatakan bahwa wudlu’ juga sunah untuk
persiapan shalat sebelum masuk waktunya, masuk masjid, masuk tempat-
tempat suci, sa’i dalam haji, shalat jenazah, ziarah kubur, membaca Al
Qur’an, do’a dan menunaikan hajat, sujud syukur, azan, suami istri

16
dimalam pengantin, sebelum tidur, sebelum berkumpul dengan istri, dan
aktifitas sehari – hari.

d. Hal – Hal yang Membatalkan Wudlu’


Adapun hal-hal yang dapat membatalkan wudlu’ antara lain:
1. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur meskipun hanya angina. Hal ini
sesuai dengan firman Allah Swt dalam Surat An-Nisa. Ayat 43 yang
artinya: ………atau datang seorang kamu dari kakus” (Qs. An-Nisa, ayat
43)
2. Hilang akal karena gila, pingsan, mabuk, atau tidur nyenyak. Sebagai
mana Sabda Nabi Saw yang artinya : dari Muawiyah berkata :
bahwasanya Rasulullah telah bersabda “ Mata itu pengikat dubur, apabila
telah tidur dua mata, terlepaslah pengikat itu”.(HR. Ahmad dan
Thabrani)
3. Bersentuhan kulit anatara laki-laki dan perempuan yang bukan
muhrimnya dan tidak memakai tutup. Firman Allah Swt yang artinya:
………atau bersentuhan dengan kulit perempuan (yang bukan
muhrim)(QS.Annisa ayat 43)
4. Tersentuh kemaluan (qubul dan dubur) dengan tapak tangna atau jari
yang tidak memakai tutup. Sebagai mana hadis Nabi saw yang
artinya“Dari Busrah binti Shafyan r.a. bahwasana Rasulullah Saw
bersabda : “Barangsiapa yang menyentuh kemaluaannya hendaklah ia
berwudu’ ( HR. Lima Ahli Hadis )

17
BAB III
METODE DAN BENTUK KEGIATAN

A. Waktu Pelaksanaan Kegiatan


No Hari Tanggal Kegiatan

1 Senin s/d Sabtu 01 September 2020 – Pertumuan dengan pengurus

30 Noverber 2020

2 Sabtu 04 September 2020 Pembukaan pelatihan

3 Senin s/d Rabu 09 September 2020 Pelaksanaan kegiatan

4 Kamis 10 September 2020 Penutupan pelatihan

B. Jadwal Pelatihan

NO NAMA MATERI WAK


TU

Semua Pengajar, peserta Pembukaan Pelatihan BTQ, Ilmu


pelatihan dan wali peserta Tadwid, Wudlu, Sholat dan akhlaq
Sabtu

Akhlaqul Karimah sebagi dasar Senin


1. Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd
kejujuran sejak usia dini.

Ali Said, M.H.I. Bab wudlu yang bekaitan dengan Selasa


2.
rukun, syarat-syaratnya, tata caranya

18
serta do’a – do’anya.

Bab sholat, rukun, syarat-syaratnya, tata Rabu


3. Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd
cara dan do’a - do’anya.

Baca Tulis Al Qur’an, ilmu Tjwid dan


hafalan surat pendek.latihan baca
4. Ali Said, M.H.I. Kamis
sholawat Nabi, saw dan belajar
kesenian qosidah.

Praktek wudlu, sholat, do’a – do’a

5. Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd pendek dan hafalan – hafalan surat
Senin
pendek dengan cara mendemotrasikan

Lanjutan materi akhlaqul Karimah Selasa


6. sebagi dasar kejujuran sejak usia dini.
Ali Said, M.H.I.

Lanjutan Bab sholat, rukun, syarat-

7. Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd syaratnya, tata caranya dan do’a -
Rabu
do’anya

Lanjutan Baca Tulis Al Qur’an, ilmu


Tjwid dan hafalan surat pendek serta
8. Ali Said, M.H.I. Kamis
latihan baca sholawat Nabi saw dan
belajar kesenian qosidah.

Lanjutan Praktek wudlu, sholat, do’a –

9. do’a pendek dan hafalan – hafalan surat


Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd pendek dengan cara mendemotrasikan Senin

Lanjutan materi akhlaqul Karimah


10. Ali Said, M.H.I. sebagi dasar kejujuran sejak usia dini.
Selasa

11. Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd Lanjutan bab wudlu ,rukun, syarat-
syaratnya, tata caranya serta do’a –

19
do’anya Rabu

Lanjutan Bab sholat, rukun, syarat-

12. Ali Said, M.H.I. syaratnya, tata caranya dan do’a -


Kamis
do’anya

Lanjutan Baca Tulis Al Qur’an, ilmu


Tjwid dan hafalan surat pendek; baca
13. Dr. H. Moh. Syamsul Falah, M.Pd Senin
sholawat Nabi,saw dan belajar kesenian
qosidah.

Lanjutan Praktek wudlu, sholat, do’a –

Ali Said, M.H.I. do’a pendek dan hafalan – hafalan surat


14.
pendek dengan cara mendemotrasikan
Selasa

Semua pengajar dan peserta

15. pelatihan dan Wali peserta dan


PENUTUPAN PELATIHAN Rabu
tokoh masyarakat.

Kegiatan-kegiatan tersebut di atas dilaksanakan dengan waktu mulai pukul


14.00 sampai 16.30. Sedangkan kegiatan pembukaan pelatihan dilaksanakan mulai
pukul 08.00 s/d 11.30 dan pukul 14.00 sampai selesai digunakan untuk kegiatan
penutupan.

C. PESERTA KEGIATAN PELATIHAN


Pelatihan ini diikuti oleh anak-anak usia 4-16 tahun yang berjumlah
sekitar 64 peserta.Adapun nama-nama peserta pelatihan BTQ, Wudlu, sholat dan
budi pekerti di Madin Tarbiyatut Tholabah Sukorejo Desa Sukopinggir Kec.
Gudo Kab. Jombang sebagai berikut:

No Nama-nama No Nama-nama
1 Bayu Rifki Maulana 33 Achmad Wahyu Romadlon
2 Ellga Erik Ramadhani 34 M. Nur Yadi
3 Fahry Yulianto 35 M. David Habib Mustofa

20
4 Gunaldi Budi Aprilian 36 Revangga Febriferliasyah
5 M. Ardana Riskiansyah 37 Tio Tri Wahyudi
6 Muhammad Rizky Syafaat 38 Ahmad Afandi Pandu W.
7 Rado Catur Mayzar 39 Fahril Dwi Febriansyah
Ubaidillah Hadi Pandu
8
Winata
40 Revi Nurya Isnaini
9 Adinda Vita Fernanda 41 Ashieva Dwi Nur A.
Al Aqshanah Najwa
10
Azzahra
42 Alya Rahma Fajrina
11 Arifa Adella Putri 43 Nia Ramadani
12 Azzalea Herdianada 44 Merry Andini
Cellya Azzaleya Hardi
13
Ananda
45 Afiqah Rahmania
14 Dwi Sistyani 46 Nurul Kamila
15 Marcela Aulia Firsty 47 Yunita Nur Fadila
16 Nuril Arizzi Amelia Putri 48 Arvina Damayanti
17 Nurul Ainun Ni'mah 49 Silviana Rizki
18 Putri Melinda Mardhiani 50 Sekar Mei Dita
19 Sisca Arumshalfita 51 Nabila Firda Najwa N
20 Vinda Aryani 52 Avina Durrotun Nafisa
21 Vira Viandini 53 Rahma Afifah
22 Vania Mutiara Kirani 54 Azzahra Citra Rul A.
23 Zazidah Alfi Aina Zahra 55 Alfredo Prayoga Efendi
24 M. Aqella Tsaiy Adhisyasta 56 Widhi Eza Wardana
25 Jerry Pratama P. 57 Alvian Kesha Dinata
26 Alfino Dion Syahputra 58 Charissa Salsabila
27 Mohammad Devan Raditya 59 Danisa Fahma Sania
28 Yudha Hanafi 60 M. Rizal Hardiansyah
29 Yudhi Hakiki 61 Shakila Putri Salwa
30 Rafif Budi Imanullah 62 Winanik Dwi Masytoh
31 Fathan Setiawan 63 Selly Amalia Nur Fadhila
32 Aldo Firmansyah Uutra 64 Siti Nur Nabila

D. Metode Kegiatan
Kegiatan ini berlangsung selama 2,5 jam ( dua jam , 30 menit ) dari
pukul 14.00 – 16.30. Diawali dengan berdo’a sebelum belajar dan “baca
sholawat Nabi saw sebagai penyemangat aktivitas belajar mengajar. Setelah
itu anak-anak mulai belajar mengaji sesuai dengan tingkat kemampuan.
Untuk yang belum bisa membaca Al Qur’an akan dibimbing dengan

21
membaca iqro. Dan untuk yang sudah lancar akan diperdalam dengan
mempelajari tajwid dan terjemah Al Qur’an. Anak-anak yang sudah belajar
membaca, akan dibimbing untuk menulis huruf-huruf hijaiyah sampai lancar.
Sedangkan untuk anak-anak yang sudah pandai membaca Al Qur’an
dibimbing untuk menghafal surat pendek dan do’a-do’a harian.
Adapun di sela-sela istirahat anak-anak diselingi hiburan dengan
bernyanyi bersama, bermain dolanan yang bersifat mendidik dan yang
relegus . Selain belajar mengaji kegiatan ini juga terdiri dari, pembelajaran
ilmu fiqih, praktik sholat dan wudhu, keterampilan (menggambar dan
mewarnai), kerajinan tangan, ilmu pengetahuan umum, hafalan surat pendek
dan do’a-do’a harian serta belajar baca sholawat Nabi dan belajar seni
qosidah.
Metode pelatihan yang digunakan adalah metode ceramah, tanya
jawab dan problem based learning. Metode ceramah adalah metode berbentuk
penjelasan konsep, prinsip, dan fakta. Kemudian ditutup dengan tanya jawab
antara pemateri dan audien. Metode ceramah dilakukan untuk memberikan
pengarahan awal dan efisiensi waktu yang terbatas. Namun metode ini juga
mempunyai keterbatasn jika tidak divariasi dengan metode lain.
Metode tanya jawab digunakan dalam PKM ini dengan tujuan untuk
meninjau ulang pelajaran atau ceramah, menyelingi pembicaraan agar
perhatian audien tetap fokus, dan mengarahkan pemikiran.
Metode problem based learning (pembelajaran berbasis masalah)
merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah
kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. PBL akan
menjadikan pembelajaran bermakna. Peserta pelatihan yang berusaha belajar
memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan.
Penyuluhan dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta
penyuluhan berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. (Martinis,
2012:100).
Selain tiga metode di atas, metode praktik juga digunakan dalam
pelatihan ini. Metode praktik digunakan sebagai langkah croschek apakah

22
pengetahuan keagamaan yang didapat dari pelatihan benar-benar dapat
diamalkan atau tidak sehingga bukan hanya kognitif saja muara pelatihan ini
tetetapi juga afektif dan psikomotor.

23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Setelah team pengajar Kegiatan pelatihan Pendampingan Baca Tulis

Qur’an (BTQ), Berwudlu, Sholat, Akhlakulkarimah, baca sholawat Nabi saw

serta seni qosidah di Desa Bukur Kandangan Kediri Jatim dengan melalui pre

test, pos test maupun yang lain sehingga dapat menghasilan dengan sangat

baik/memuaskan untuk semua peserta, namun kendalanya ada nya kekurang

dana, tetetapi masyarakat menyadari pentingnya pendidikan anak dalam usia

dini, sehingga mereka rela menyumbang bersama – sama, bahkan masyarakat

sangat antusias mereka mengusulkan kepda team ini agar dapat dijadikan

sebagai Desa Binaanb dibawah naungan FAI Unhasy Tebuireng Jombang

kedepannya. Mudah-mudahan Allah swt. Mengabulkan amiiiin.

B. Pembahasan
Sejumlah 64 peserta yang terdiri atas anak-anak usia 4-16 tahun

mendapat pengajaran tentang membaca dan menulis Al Qur’an. Berdasarkan

hasil pelatihan selama 2 (dua bulan), dapat diketahui kemajuan pengetahuan

peserta menyangkut materi yang telah disampaikan. Bisa dilihat dari segi

evaluasi hasil perkembang mulaluimorangtua masing-masing peserta maka,

nampak adanya peningkatan pengetahuan mereka secara signifikan. Terlihat

bahwa rata-rata mereka telah memperoleh tambahan pengetahuan yang cukup

memadai perihal apa yang telah dimaterikan. Oleh sebab itu diharapkan peserta

pelatihan dapat memanfaatkan pengetahuan ini untuk lebih mengoptimalkan

ilmu pengetahuan, untuk itu perlu ditindak lanjuti sebagaimana harapan

masyarakat Desa Bukur Kandangan Kediri, sebagai Desa6Binaan.

24
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendidikan Al Qur’an, wudlu, sholat, akhlaqul karimah sejak usia dini

memang sangat diperlukan terutama pada masa ‘sebelum mumayis ’ dimana

pola pikir anak-anak yang masih jernih belum banyak terpengaruh oleh

lingkungaan yang kurang menguntungkan pada jiwa anak tersebut dan

mengingat daya pola pikir mereka yang masih sangat kuat dapat menjadi

kesempatan emas bagi orang tua untuk memberikan pendidikan yang baik. Demi

pembentukan kepribadian anak yang cemerlang dan berkelanjutan serta

berakhlaqul karimah. Oleh sebab itu, Pelatihan Baca Tulis Al Qur’an dapat

menjadi sarana yang efektif untuk penerapan ilmu-ilmu keislaman. Sebab Al

Qur’an adalah merupakan pedoman dan pandangan hidup sehari hari pagi

seluruh umat islam yang kelak akan memberi petunjuk bagi generasi-generasi

muda untuk menjadi pribadi yang baik seperti Rasulullah.

B. Saran
1. Pendidikan Al Qur’an, sholat yang benar sejak usia dini sangat diwajibkan

bagi bagi orang tua anak untuk ditanamkan dan menjaga kehanifan anak

dalam meniti kebenaran, berakhlak mulia, dan berkarakter jujur dan sudah

mulai terbiasa beribadah kepada Allah swt.

2. Kepada semua orang tua diharapkan dapat mendidik anak-anaknya jangan

mudah dipercayakan pada orang lain atau sudah cukup di bangku sekolah

apa lagi dengan pembantunya, meningingat dengan zaman sekarang ini

serba sulit mencari orang orang yang betul betul dapat dipercaya

keamanahannya.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam. Fiqih Ibadah /La Wasithu fil fiqhiI’badah,
Jkarta, 2009.

Abdul Hamid.Fiqih Ibadah, Penerbit Pustaka Setia, Bandungg, th.2015.

Al Qur’an Terjamahan, DEPAG RI

Ibnu Hajar Al –Asqolani, Terjamah Bulughul Maram, Pustaka Amani, Jakarta,


cet, II, . 2000.

Martinis Yamin. Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik. (Jakarta:


Referensi) hal. 100

Subhi As Shalih, Mabahis fi ulumil Qur’an, terjamah Team Pustaka Firdaus,


1999.

Syekh Ibrahim Al Bajuri, Hasyiah ‘ala Fathul Qorib,

Zabidi, Al Al Jami’ Shohih Bukhori wa Muslim, Bairut Dar ak Fikr, 1996.

Zainuddin bin Abdul Aziz Al Malibari Al Fannani, Fathul Mu’in Terjamah,


Bandung, Sinar Baru, 2004.

Zulkifli. Rambu-rambu Fiqh Ibadah, Klimidia , Cet 1, yogjokarto, 2017

26

Anda mungkin juga menyukai