Anda di halaman 1dari 16

AL-QUR’AN SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM PERTAMA

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Ushul Fiqih

Dosen Pengampu : Agus Sunaryo, S.H.I., M.S.I

Disusun Oleh :

Hanif Adhitya Chandra (22140303021)

1 HTN A

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI


PURWOKERTO

2022
KATA PENGANTAR
Dengan kebesaran Allah SWT. Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang. Mari kita panjatkan puji serta syukur atas hidayah-Nya yang
telah melimpahkan rahmat, nikmat, dan inayah-Nya kepada kita semua,
sehinnga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Adapun makalah yang kami susun dengan judul “Al-Qur’an
sebagai Sumber Hukum Islam Pertama” telah kami kami usahakan dapat
disusun dengan sebaik mungkim. Penulis menyadari bahwa makalah ini
belum sempurna dan tentumya selalu ada kekurangan, baik dari segi
kepenulisan, tata bahasa, maupun kekurangan lainnya.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat
khususmya bagi kita semua dan umumnya bagi para pembaca. Dan
semoga pembaca dapat mengambil pelajaran dan hikmah dari makalah
ini.

Purwokerto, 11 November 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I............................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
BAB II ........................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ............................................................................................ 3
A. Pengertian Al-Qur’an ......................................................................... 3
B. Fungsi dan Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an.................................... 4
C. Unsur-Unsur Al-Qur’an ...................................................................... 5
D. Bukti Kehujjahan al-Qur’an ............................................................... 5
E. Hukum-Hukum yang Terkandung dalam al-Qur’an .......................... 7
BAB III ........................................................................................................ 11
PENUTUP ................................................................................................... 11
KESIMPULAN ........................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 13

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sumber hukum merupakan segala sesuatu yang dapat
melahirkan atau menimbulkan suatu aturan yang memiliki kekuatan
yang bersifat mengikat ddan didalamnya terdapat sanksi jika
pelakunya melanggar. Jadi, yang disebut sumber hukum islam adalah
segala sesuatu yang dijadikan dasar, parameter, pedoman, petunjuk,
atau acuan dalam syariat islam.
Untuk itu, seluruh aktivitas manusia khususnya umat islam
telah diatur dari sumber hukum pokok islam, yaitu al-Qur’an dan as-
Sunnah. Namun, ketetentuan para ulama dalam mengeluarkan dalil-
dalil hukum dari nash tidaklah sama, melainkan masing-masing ulama
memiliki cara yang berbeda. Karena perbedaan cara pengambilan
hukum itulah para ulama mengadakan kesepakatan untuk suatu hal
dan tidak sepakat dalam hal lainnya.
Menurut Abdul Wahab Khallaf, kata adillatusy syar’iyyah
(sumber hukum islam), bersinonim dengan istilah adillatul ahkam,
ushulul ahkam, dan al-mashadirut tasyri’iyyah lil ahkam.
Para ulama membagi dalil hukum syara’ menjadi dua, 1) dalil
yang disepakati (muttafaq), dan 2) dalil yang tidak disepakati
(mukhtalaf). Al-Qur’an berada pada dalil yang disepakati (muttafaq),
dilanjut dengan as-Sunnah, ijma, dan qiyas. Empat dalil syara’
tersebut harus digunakan secara berurutan dan tidak melompat-
lompat. Jika terjadi suatu peristiwa, maka dilihat lebih dulu hukumnya
didalam al-Qur’an, jika tidak ditemukan, dilihat hukumnya didalam
as-Sunnah, jika tidak ditemukan juga, dilihat hukumnya didalam ijma,
dan apabila tidak ditemukan juga didalam ijma, maka para ulama
meng-kias-kan kepada dalil syara’ tiga diatas untuk mendapatkan
hukumnya.
Sebagai dalil muttafaq, al-Qur’an menempati urutan yang
utama karena merupakan kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya

1
melalui perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rasulullah
Muhammad bin Abdullah dengan lafazh yang berbahasa Arab dan
makna-maknanya yang benar, untuk menjadi hujjah bagi Rasul atas
pengakuannya sebagai Rasulullah, menjadi undangundang bagi
manusia yang mengikuti petunjuknya, dan menjadi qurbah di mana
mereka beribadah dengan membacanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian al-Qur’an?
2. Apa fungsi dan tujuan diturunkannya al-Qur’an?
3. Apa saja unsur-unsur didalam al-Qur’an?
4. Apa saja hukum-hukum yang terkandung dalam al-Qur’an?

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Al-Qur’an
Lafadz al-Qur’an dalam bahasa Arab diambil dari kata Qara’a (‫)قرأ‬
seperti lafadz Al-ghufran yang diambil dari kata ghafara )‫(غفر‬. Dikatakan
qira’a, yaqra’u, qira’atan dan qur’anan )‫قرأة‬-‫يقرء‬-‫ (قرأ‬seperti terdapat
dalam surat Al-Qiyamah (75):17-18:

ُ‫إِنَّ عَ لَ يْ نَا َجَْعَ هُ َو قُ ْرآنَهُ || فَإِ ذَ ا قَ َرأْ ََن هُ فَا تَّبِ ْع قُ ْرآنَه‬
“sesungguhnya atas tanggungan kami-lah menguumpulkannya
(didadamu) dan (membuatmu pandai)membacanya,maka ikutilah.
Apabial kami telah selesai membacakannya, maka ikutilah bacaanya
itu.”

Secara terminologi, Menurut ahli Ushul, al-Qur’an adalah kalamullah


yang diturunkan kepada Muhammad saw. yang ditulis dalam mushaf
yang berbahasa Arab, telah dinukilkan (dipindahkan) kepada kita dengan
jalan mutawatir, dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan diakhiri dengan
Surah An-Nas, yang kita beribadah dengan membacanya. Dan menurut
Abdul Wahab Khallaf,1 al-Qur’an ialah kalam Allah yang diturunkan oleh
Allah kepada Nabi Muhammad melalui Malaikat Jibril dengan lafadz
berbahasa Arab dangan makna yang benar sebagai hujjah bagi Rasul,
sebagai pedoman hidup, dianggap ibadah membacanya dan urutannya
dimulai dari surat al-Fatihah dan diakhiri oleh surat an-Nas serta dijamin
keasliannya.

Dari definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an adalah


firman Allah berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw dan sebagai mukjizat atas kebenaran Al-Qur’an dan kenabian
Muhammad Saw.2

1
2
Suwarjin, Ushul Fiqh, ed. Muhammad Dahlan, 1st ed. (YOGYAKARTA: Teras, 2012).

3
B. Fungsi dan Tujuan Diturunkannya Al-Qur’an
Menurut pendapat yang paling kuat, seperti yang dikemukakkan oleh
subhi shalih, Al-Qur’an berarti bacaan. Ia merupakan kata turunan
(mashdar) dari kata qara’a (fi’il madhi) dengan arti isim maf’ul, yaitu
maqru’ yang artinya dibaca. Pengertian ini merujuk pada sifat Al-Qur’an
(Q.S. al-Qiyamah [75]: 17-18). Dalam ayat tersebut, Allah berfirman:
“Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpullkannya
(didadamu) dan (membuat kamu pandai) membacanya.Apabila kami
telah selesai membacakannya,maka ikutilah bacaan itu.” Fungsi dan
tujuan diturunkannya al-Qur’an, diantaranya:3
a. Sebagai hudaa atau petunjuk bagi kehidupan umat.
b. Sebagai rahmat atau keberuntungan yang diberikan Allah dalam
bentuk kasih sayang.
c. Sebagai furqan
Yaitu pembeda antara baik dangan yang buruk, yang halal,
dengan yang haram. Yang salah dengan yang benar, yang indah
dengan yang jelek, yang dapat dilakukan dan yang terlarang umtuk
dilakukan.
d. Sebagai mau’izhah
Sebagai pengajaran yang akan mengajar dan membimbing
umat dalam kehidupan untuk mendapatkan kebahagian dunia dan
akhirat.
e. Sebagai busyara’ yaitu berita gembira bagi orang yang telah berbut
baik kepada Allah dan sesama manusia.
f. Sebagai tibyan atau mubinyang berati penjelasan atau menjelaskan
terhadap segala sesuai yang disampaikan Allah.
g. Sebagai mushaddiq atau pembenar terhadap kiatab yang datang
sebelumnya.
h. Sebagai nur atau cahaya yang akan menerangi kehidupan manusia
dalam menempuh jalan menuju keselamtan.

3
A.H Atang, Metodologi Studi Islam, 1st ed. (BANDUNG: Rosda, 2015).

4
i. Sebagai tafsil yaitu memberikan penjelasan secara rinci sehingga
dapat dilaksanakan sesuai dengan dikehendaki Allah.
j. Sebagai syifau al-shudur atau obat bagi rohani yang sakit.
k. Sebagai hakim yaitu sumber kebijaksaan.

C. Unsur-Unsur Al-Qur’an
Unsur-unsur yang terdapat didalam al-Qur’an diantaranya :
a. Al-Qur’an adalah kalam ilahi
b. Diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW jadi bukan karena beliau
c. Mukjizat bagi Nabi Muhammad Saw sebagai kebenaran Al-Qur’an
dan kebenaran kenabian atau kerasulan Nabi Muhammad SAW
d. Penurunan AL-Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW, secara
mutawatir.
e. Al-Qur’an itu merupakan bacaan mulia, membacanya merupakan
ibadah.
f. Tertulis dalam mushaf-mushaf, dimulai dengan Surah Al-Fatihah dan
diakhiri dengan Surah An-Nas.
g. Lafaz Al-Qur’an berbahasa Arab
h. Al-Qur’an senantiasa terpelihara dri berbagai bentu kesalahan dan
pemalsuan.
i. Tidak ada seorangpun yang akan mampu membuat yang serupa
dengan Al-Qur’an, bahkan kalau sekiranya jin dan manusia
bergabung bantumembantu bekerja sama membuat yang serupa
dengan Al-Qur’an, maka mereka tidak akan mungkin dapat
membuatnya, walau hanya satu surah.
j. Al-Qur’an mengandung kebenaran ilmu pengetahuan tentang alam
semesta.4

D. Bukti Kehujjahan al-Qur’an


Abdul Wahhab Khallaf mengemukakan tentang kehujjahan al-Qur’an
sebagai berikut: “Bukti bahwa al-Qur’an menjadi hujjah atas manusia
yang hukum-hukumnya merupakan aturan-aturan yang wajib bagi

4
E.D Khairiyati, “Al – Qur’an Sebagai Sumber Hukum,” 2017, 1–17.

5
manusia untuk mengikutinya, ialah karena al-Qur’an datang dari Allah
swt. dan dibawa kepada manusia dengan jalan yang pasti yang tidak
diragukan kebenarannya.
Sedang bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah swt adalah bahwa
alQur’an membuat orang-orang tidak mampu membuat atau
mendatangkan sesuatu seperti al-Qur’an (kemukjizatan al-Qur’an).
Bukti dari kemukjizatan al-Qur’an tidak dilihat dari segi lafadznya
saja, tetapi juga makna dan isinya. Di dalamnya berisi rahasia-rahasia
alam yang hingga kini masih banyak yang belum terungkap. Ayat-ayat di
dalamnya merupakan kalam Allah yang indah yang tak dapat ditandingi
oleh siapapun (lihat QS (2):23, (28):49-50 ). 5
I’jaz, maksudnya menetapkan ketidakmampuan orang lain, tidak akan
terealisir kecuali apabila tiga hal terpenuhi :
a. Adanya tantangan, maksudnya permintaan untuk beradu, saling
menjatuhkan, dan berlawanan.
b. Adanya motivasi yang mendorong kepada penantang untuk
mengajukan tantangan dan perlawanan.
c. Tidak ada penghalang yang menghalanginya dari perlawanan ini.6

Al-Qur’an telah lengkap dalam melakukan tantangan, dan terdapat


pula motivasi bagi orang yang menantangnya untuk melawan, dan tidak
suatu penghalang bagi mereka. Kendati demikian, mereka tidak sanggup
melawannya dan juga mendatangkan yang semisal al-Qur’an. Aspek
kemukjizatan al-Qur’an yang dapat dicapai oleh akal, antara lain:

a. Keharmonisan struktur redaksinya, maknanya, hukum-hukumnya,


dan teori-teorinya (Q.S, an-Nisa’: 82).
b. Persesuaian ayat al-Qur’an dengan teori ilmiah yang dikemukakan
ilmu pengetahuan (Q.S, Fushshilat: 52-53).

5
Sulaiman Sulaiman, “Al-Q Ur ’ an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta Fungsinya,” no.
January (2019).
6
Abdul Wahab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh (Semarang: Dina Utama Semarang, 1994).

6
c. Pemberitahuan al-Qur’an terhadap berbagai peristiwa yang hanya
diketahui oleh Allah Yang Maha Mengetahui terhadap hal-hal yang
gaib (Q.S, Hud : 49).
d. Kefasihan lafadz al-Qur’an, kepetahan redaksinya, dan kuatnya
pengaruhnya.7

E. Hukum-Hukum yang Terkandung dalam al-Qur’an


Ada tiga macam hukum yang terdapat dalam Al-Quran, yaitu:

Pertama, hukum i’tiqadiah, yaitu yang bersangkut apa-apa yang


diwajibkan kepada mukallaf tentang i’tiqadnya kepada Allah, Malaikat-
Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya dan hari akhirat.

Kedua, hukum khulqiah, yaitu yang bersangkut apa yang diwajibkan


kepada mukallaf, akan meningkatkan moral, budi pekerti, adab sopan
santun, dan menjauhkan diri dari sikap yang tercela.

Ketiga, hukum amaliah, yaitu yang bersangkut dengan apa yang


bersumber dari perkataan, perbuatan, perjanjian dan segala macam
tindakan. Macam yang ketiga ini, fiqhul Quran, yaitu maksud
menyampaikan kepadanya itu ialah dengan ilmu ushul fikih.8

Hukum amaliyyah yang bersangkut paut dengan sesuatu yang timbul


dari mukallaf, baik berupa perbuatan, perkataan, perjanjian hukum, dan
pembelanjaan. Macam yang ketiga ini adalah fiqh al-Qur’an. Dan inilah
yang dimaksud dengan sampai kepadanya dengan ilmu ushul fiqh.
Hukum-hukum amaliyyah di dalam al-Qur’an terdiri dari dua macam,
yaitu; 9

a. Hukum-hukum ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, haji, nadzar,


sumpah, dan ibadah-ibadah lainnya yang dimaksudkan untuk
mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (habluminallah).

7
Abdul Wahab Khallaf.

9
Amir Syarifudin, Ushul Fiqih, 1st ed. (Jakarta: Kencana PrenadaMedia, 2008).

7
b. Hukum muamalat, seperti akad, pembelanjaan, hukuman, pidana, dan
lainnya yang bukan ibadah dan dimaksudkan untuk mengatur
hubungan antar sesama mukallaf, baik sebagai individu, bangsa, atau
kelompok (habluminannas).

Menurut istilah modern, hukum muamalat telah dibagi menurut


sesuatu yang berkaitan dengannya dan maksud yang dikehendakinya
menjadi beberapa macam; 10

a. Hukum keluarga (ahwal asy-syakhsiyyah), yaitu hukum yang


berhubungan dengan keluarga, mulai dari pembentukannya, dan ia
dimaksudkan untuk mengatur hubungan antara suami istri dan kerabat
satu sama lain.
b. Hukum perdata, yaitu hukum yang bertalian dengan perhubungan
hukum antara individu-individu dan pertukaran mereka, baik berupa
jual-beli, penggadaian, jaminan, persekutuan, utang piutang, dan
memenuhi janji dengan disiplin. Hukum ini dimaksudkan untuk
mengatur hubungan harta kekayaan individu dan memelihara hak
masing-masing yang berhak.
c. Hukum pidana, yaitu hukum yang berkenaan dengan tindak criminal
yang timbul dari seorang mukallaf dan hukuman yang dijatuhkan atas
pelakunya. Hukum ini dimaksudkan untuk memelihara kehidupan
manusia, harta mereka, kehormatan mereka, dan hak-hak mereka,
serta menentukan hubungan antara pelakunya, korban tindak
kriminal, dan umat.
d. Hukum acara, yaitu hukum yang berkaitan dengan pengadilan,
kesaksian, dan sumpah. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur
usaha-usaha untuk mewujudkan keadilan di antara manusia.
e. Hukum perundang-undangan, yaitu hukum yang berhubungan dengan
pengaturan pemerintahan dan pokok-pokoknya. Hukum ini

10
Septi Aji Fitra Jaya, “Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum Islam,” Jurnal Indo-
Islamika 9, no. 2 (2020): 204–16, https://doi.org/10.15408/idi.v9i2.17542.

8
dimaksudkan untuk menentukan hubungan penguasa dan rakyat, dan
menetapkan hak-hak individu dan masyarakat.
f. Hukum tata Negara, yaitu hukum yang bersangkutan dengan
hubungan antara Negara Islam dengan negara lainnya, hubungan
dengan orangorang non-Islam yang berada di Negara Islam. Hukum
ini dimaksudkan untuk menentukan hubungan Negara Islam dengan
Negara non-Islam, baik dalam keadaan damai maupun dalam suasana
peperangan, serta menentukan hubungan antara umat Islam dengan
non-Islam di berbagai Negara Islam.
g. Hukum ekonomi dan keuangan, yaitu hukum yang berhubungan
dengan orang miskin, baik yang meminta-minta maupun yang tidak,
berkenaan dengan harta orang kaya, dan pengaturan berbagai sumber
dan perbankan. Hukum ini dimaksudkan untuk mengatur hubungan
kekayaan antara orang-orang dan orang-orang kafir, dan antar Negara
dan rakyat.

Menurut Muhammad Khuderi Bek dalam bukunya “Tarikh Tasyri’


alIslami”, ada tiga prinsip yang melandasi hukum dalam al-Qur’an :11

a. Tidak memberatkan (‫)عدم التحرج‬


Prinsip ini mengandung arti bahwa hukum al-Qur’an itu
bersifat memudahkan. Pelaksanaannya disesuaikan dengan tingkat
kemampuan manusia. Sehingga hukum itu tidak menjadi beban.
Prinsip ini didasari oleh banyak ayat al-Qur’an, diantaranya dalam
surat al-Baqarah ayat 185: Artinya: “… Allah menghendaki
kemudahan darimu dan tidak menghendaki kesulitan…”. Contoh
prinsip yang pertama ini antara lain hukum kebolehan berbuka puasa
bagi orang yang sedang dalam perjalanan, dan hukum boleh
melaksanakan shalat sesuai kemampuan.
b. Menyedikitkan beban

11
Hudlori Bek, Tarjamah Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami, ed. Moh. Zuhri, 1st ed. (Semarang:
Daarul Ihya, 1980).

9
Prinsip ini mengandung arti bahwa dalam melakukan perintah
Allah swt. itu harus memperhatikan objek yang diperintahkan dengan
tidak melakukan penambahan dan pengurangan, seperti dalam firman
Allah dalam surat al-Maidah ayat 102: Artinya: “janganlah kamu
bertanya tentang sesuatu yang jika dia diterangkan kepadamu akan
menyusahkan kamu.” Contoh dari prinsip kedua ini adalah kewajiban
haji hanya satu kali seumur hidup bagi yang mampu.
c. Berangsur-angsur
Salah satu keutamaan hukum Islam adalah cara penetapannya
yang tidak sekaligus, tetapi secara berangsur-angsur dan bertahap,
sehingga tidak memberatkan dan lebih memberikan kelonggaran.
Karena alQur’an sangat memperhatikan proses perubahan sosial
budaya yang berkembang di masyarakat. Contohnya dalam tahapan
pengharaman khamr.12

12
Khairiyati, “Al – Qur’an Sebagai Sumber Hukum.”

10
BAB III

PENUTUP
KESIMPULAN
Al-Qur’an secara terminologi adalah mashdar yang bermakna
qiro’ah (bacaan dan apa yang ditulis di dalamnya). Sedangkan makna
al-Qur’an secara etimologi berarti kalam Allah swt. yang diturunkan
kepada nabi Muhammad saw. dalam bahasa Arab yang dinukilkan
kepada kita dengan jalan yang mutawattir, jika membacanya
dihukumi ibadah, dan diawali dengan Surat AlFatihah dan diakhiri
Surat an-Naas.
Bukti kehujjahan Al-Qur’an adalah, al-Qur’an diturunkan dari
Allah swt., disampaikan kepada manusia dengan jalan yang pasti dan
tidak terdapat keraguan tentang kebenarannya tanpa ada campur
tangan manusia dalam penyusunannya. Hal ini mengandung arti
bahwa al-Qur’an merupakan mukjizat yang membuat manusia tidak
mampu untuk mendatangkan yang semisalnya.
Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.326 ayat, dan
324.345 huruf. Kandungan isi dalam al-Qur’an yang utama yaitu;
a. Tauhid, adalah tentang kepercayaan yang benar, yaitu
pentauhidan terhadap keesaan Allah swt.
b. Ibadat, berisi amalan-amalan yang memperkokoh keimanan
seseorang.
c. Janji dan ancaman, yaitu janji dengan pahala/balasan terhadap
amalan yang baik yang dilakukan oleh seorang mukallaf, dan
ancaman yang berupa peringatan bagi seseorang yang berbuat
maksiat, berupa balasan dengan siksa/adzab.
d. Riwayat, yaitu kisah-kisah umat terdahulu yang berisi hikmah.
e. Akhlaq, adalah perilaku yang harus dijadikan perhiasan oleh
seorang mukallaf.
f. Muamalah, hukum-hukum yang termasuk di dalamnya hukum
perdata, pidana, dan sebagainya.

Hukum-hukum dalam al-Qur’an di antaranya;

11
a. Hukum-hukum I’tiqadiyyah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan
dengan keimanan seseorang.
b. Akhlaq dan moral, yaitu sesuatu yang harus dijadikan perhiasan
mukallaf dan menghindari hal-hal yang hina.
c. Hukum-hukum amaliyyah, yaitu hukum-hukum yang
bersangkutan dengan sesuatu yang timbul dari mukallaf (fiqh al-
Qur’an) Tiga prinsip yang melandasi hukum al-Qur’an;
a. Tidak memberatkan: hukum-hukum dalam al-Qur’an bersifat
memudahkan, pelaksanaannya disesuaikan dengan
kemampuan seseorang.
b. Menyedikitkan beban: dalam al-Qur’an, hukum-hukumnya
memperhatikan objek dan tidak melakukan penambahan dan
pengurangan.
c. Berangsur-angsur: cara penetapan hukum-hukum dalam Islam
tidak sekaligus, tapi berangsur-angsur dan bertahap.

12
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahab Khallaf. Ilmu Ushul Fiqh. Semarang: Dina Utama Semarang,
1994.

Atang, A.H. Metodologi Studi Islam. 1st ed. BANDUNG: Rosda, 2015.

Hudlori Bek. Tarjamah Tarikh Al-Tasyri’ Al-Islami. Edited by Moh. Zuhri.


1st ed. Semarang: Daarul Ihya, 1980.

Jaya, Septi Aji Fitra. “Al-Qur’an Dan Hadis Sebagai Sumber Hukum
Islam.” Jurnal Indo-Islamika 9, no. 2 (2020): 204–16.
https://doi.org/10.15408/idi.v9i2.17542.

Khairiyati, E.D. “Al – Qur’an Sebagai Sumber Hukum,” 2017, 1–17.

Sulaiman, Sulaiman. “Al-Q Ur ’ an Sebagai Wahyu Allah, Muatan Beserta


Fungsinya,” no. January (2019).

Suwarjin. Ushul Fiqh. Edited by Muhammad Dahlan. 1st ed.


YOGYAKARTA: Teras, 2012.

Syarifudin, Amir. Ushul Fiqih. 1st ed. Jakarta: Kencana PrenadaMedia,


2008.

13

Anda mungkin juga menyukai