Anda di halaman 1dari 14

AGAMA

‘’SUMBER-SUMBER HUKUM ISLAM DAN CONTOHNYA’’

IKM-A1
RIZA KURNIA LESTARI
1611212025

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2016/2017
Kata pengantar
Puji syukur kehadiratAllah SWT atas segala rahmatNya,sehingga makalah ini dapat disusun
hingga selesai. Tidak lupa pula saya mengucapkan kepada dosen pembimbing yang telah
mengarahkan,dan juga sumber-sumber dari materi yang saya buat.

Dan harapan saya semoga makalah ini dapat digunakan sebaik mungkin,menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi pembaca. Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, masih banyak kekurangan dalam


makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Padang , September 2016

Penulis

i
Daftar isi
Kata Pengantar…………………………………………… i

Daftar isi………………………………………………… ii

Bab 1

Latar belakang………………………………………….1

Rumusan Masalah………………………………………1

Tujuan……………………………………………………1

Bab 2

Pembahasan……………………………………………2-8

Bab 3

Penutup……………………………………………….9

Daftar Pustaka

ii
Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang
Islam adalah agama yang sempurna yang tentunya sudah memiliki aturan dan hukum yang harus
dipatuhi dan dijalankan oleh seluruh umatnya. Setiap aturan dan hokum memiliki sumbernya
sendiri sebagai pedoman dalam pelaksanaanya. Islam sebagai agama yang sempurna memiliki
hokum yang datang dari Yang Maha Sempurna,yang disampaikan melalui Rasul-Nya Nabi
Muhammad SAW,yakni Alquran dan Hadist .Alquran dan Hadist merupakan dua hal yang
menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam menjalankan hidup demi mencapai kebahagiaan
dunia dan akhirat.

Namun,seiring berkembangnya zaman ada saja hal-hal yang tidak terdapat solusinya dalam
Aquran dan Hadists.Oleh karena itu,ada sumber hokum agama islam yang lain,diantaranya ijma
dan qiyas. Namun,ijima dan qiyas merupakan penjelasan dari keduanya.

B. Rumusan Makalah

1.Bagaimana Alquran sebagai sumber hukum islam?

2.Bagaiaman Sunnah sebagai sumber hukum islam?

3.Bagaimana ijtihad sebagai sumber hukum islam?

4.Bagaimana Ijma’ sebagai sumber hukum islam?

5.Bagaiman Qiyas sebagai sumber hukum islam?

Tujuan :
1.Untuk menambah pengetahuan mengenai sumber hukum islam

2.Untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh dosen pengampu

3.Untuk mengetahui bidang kajian apa saja yang berkaitan dengan sumber hukum islam

1
BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Sumber Hukum Islam

Sumber hukum ialah segala sesuatu yang melahirkan atau menimbulkan aturan yang
mempunyai kekuatan yang bersifat mengikat,yaitu peraturan yang apabila dilanggar akan
menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata. Sumber Hukum Islam ialah segala sesuatu yang
dijadikan pedoman atau yang menjadi sumber syariat ilam yaitu Alquran dan Hadist Nabi
Muhammad (sunnah Rasulullah)SAW .Sebagai besar pendapat ulama ilmu fiqih sepakat bahwa
pada prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Alquran dan hadist.Disamping itu terdapat
beberapa kajian yang erat berkaitan dengan sumber hukum islam yaitu : ijma’,ijtihad dan qiyas.

Alqur’an

Alqur’an adalah sumber atau dasar hukum islam yang utama dari semua ajaran dan syariat
islam.Definis tentang Alquran telah banyak dirumuskan oleh beberapa ulama,akan tetapi dari
beberapa defenisi tersebut terdapat empat unsur pokok yaitu, :

Bahwa alquran itu berbentuk lafazt yang mengandung arti bahwa apa yang disampaikan Allah
melalui Jibril kepada Nabi Muhammad dalam bentuk makna dan dilafazkan oleh Nabi dengan
ibaratnya sendiri tidaklah disebut Alquran.

Bahwa Al-Qur’an itu adalah berbahasa Arab


Bahwa Al-Qur’an ini diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
Bahwa Al-Qur’an itu dinukilkan secara mutawatir
Ayat Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan beberapa cara dan
keadaan,antara lain, yaitu :
Malaikat memasukkan wahyu ke dalam hati Nabi Muhammad SAW
Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi Muhammad SAW berupa seorang laki-laki yang
mengucapkan kata-katanya
Wahyu datang seperti gemirincing lonceng
Malaikat menampakkan diri kepada Nabi Muhammad SAW benar-benar sebagaimana rupanya
yang asli
Ayat-ayat yang diturunkan tadi dibagi menjadi dua bagian/jenis,yaitu :
Ayat-ayat Makkiyah
Ayat-ayat Madaniyah
2
Di dalam ajaran islam terdapat ketentuan-ketentuan untuk membentuk sesuatu
hukum,yaitu ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Ushul Fiqih.Pengertian bahasa arab
“Ushul Fiqih” secara harfiah adalah akar pikiran,dan secara ibarat (tamsil) adalah sumber hukum
atau prinsip-prinsip tentang ilmu fiqih.Pada umumnya para fuhaka sepakat menetapkan dan
Qiyas.
Selain Alquran, wahyu ini diberi nama –nama lain, selain Allah, yaitu:
a. Alkitab, sesuatu yang ditulis Allah.
Di dalam nama ini terkandung isyarat perintah agar firman Allah itu ditulis Nabi serta
mengandung prediksi bahwa Alquran akan menjadi mushaf abadi yang dapat dibaca
manusia.
b. Alkalam, berarti ucapan
Nama ini menunjukkan bahwa Alquran seluruhnya ucapan Allah.Dalam kaitan ini
terkandung jaminan bahwa Alquran itu suci dan lurus sebab datang dari Yang Mahasuci
dan Mahabenar
c. Az-zikra berarti peringatan
Menunjukkan fungsi alquran selaku motivator amal,yaitu agar manusia beramal baik dan
konsisten dengan kebajikan lantaran segala amal perbuatan manusia akan diminta
pertanggung jawaban kelak di hari pembalasan.
d. Al-Qasas berarti cerita-cerita.
Alquran membawa cerita nyata tentang masyarakat masa silam.Kenyataan ini
membenarkan pernyataan bahwa alquran adalah kitab sejarah tertua.Alquran
menampilkan dua corak antagonistic fenomena masyarakat,yakni yang shaleh dengan
segala implikasinya.
e. Al-huda berarti petunjuk.
Nama ini menunjukkan fungsi alquran selaku petunjuk yang hanya dengan Nya manusia
dapat mencapai keridhaan Allah.
f. Al-furqon berarti pemisah
Sebagai pedoman hidup dan kehidupan manusia,alquran menyajikan norma dan etika
secara jelas,tegas dan tuntas.Terutama dalam soal kebaikan dan keburukan.
g. Al-Mauizah berarti nasihat.
3
Terdapat peringatan dan ancaman,namun secara umum gaya penyampaian alquran amat
halus.Semakin didekati Al-quran semakin menjadi teman dialog dengan nasihat-
nasihatnya menyejukkan.
h. Asy-syifa berarti obat atau penawar jiwa
Alquran memberi solusi atas problematika manusia melalui akarnya.Alquran dengan
namanya member garansi bahwa segala persoalan manusia dapat diselesaikan jika
menghayati Alquran dan mengamalkannya secara konsisten.
i. An-nur berarti cahaya
Nama ini menunjukkan fungsi Alquran sebagai wadah.Alquran ibarat cermin yang
mewadahi sinar yang terpancar dari sang Maha Pelita dan kemudian memancarkan
cahaya kepada manusia.Pantulan cahaya alquran ini terjadi jika manusia sanggup
merespon Alquran dengan baik.
j.Ar-rahmah berarti karunia.
Segala pemberian tuhan akan menjadi rahmat dunia akhirat ketika pemberian itu
diterima,dijalani dan dikembangkan dengan landasan alquran.
Sunnah Nabi/Hadist
             Hadist adalah ucapan Rasulullah SAW tentang suatu yang berkaitan dengan kehidupan
manusia atau tentang suatu hal,atau disebut pula sunnah Qauliyyah.Hadist merupakan bagian
dari sunnah Rasulullah.Pengertian sunnah sangat luas,sebab sunnah mencakup dan meliputi:

1. Semua ucapan Rasulullah SAW yang mencakup sunnah qauliyah


2. Semua perbuatan Rasulullah SAW disebut sunnah fi’liyah
3. Semua persetujuan Rasulullah SAW yang disebut sunnah taqririyah

   Pada prinsipnya fungsi sunnah terhadap Al-Qur’an sebagai penganut hukum yang ada dalam
Al-Qur’an.Sebagai penganut hukum yang ada dalam Al-Qur’an,sebagai
penjelasan/penafsir/pemerinci hal-hal yang masih global.Sunnah dapat juga membentuk hukum
sendiri tentang suatu hal yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an.Dalam sunnah terdapat unsur-
unsur sanad (keseimbangan antar perawi),matan (isi materi) dan rowi (periwayat).
Dilihat dari segi jumlah perawinya sunnah dapat dibagi kedalam tiga kelompok yaitu :

1. Sunnah Mutawattir : sunnah yang diriwayatkan banyak perawi 4


2. Sunnah Masyur : sunnah yang diriwayatkan 2 orang atau lebih yang tidak mencapai
tingkatan mutawattir
3. Sunnah ahad : sunnah yang diriwayatkan satu perawi saja.

Pembagian hadist dapat pula dilakukan melalui pembagian berdasarkan rawinya dan
berdasarkan sifat perawinya.
1.      Matan, teks atau bunyi yang lengkap dari hadist itu dalam susunan kalimat yang tertentu.
2.      Sanad, bagian yangg menjadi dasar untuk menentukan dapat di percaya atau tidaknya
sesuatu hadist. Jadi tentang nama dan keadaan orang-orang yang sambung-bersambung
menerima dan menyampaikan hadist tersebut, dimulai dari orang yang memberikannya sampai
kepada sumbernya Nabi Muhammad SAW yang disebut rawi.
Ditinjau dari sudut periwayatnya ( rawi ) maka hadist dapat di golongkan ke dalam empat
tingakatan yaitu:
               Hadist mutawir, hadist yang diriwayatkan oleh kaum dari kaum yang lain hingga
sampai pada Nabi Muhammad SAW.
               Hadist masyur, hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang, kemudian tersebar
luas. Dari nabi hanya diberikan oleh seorang saja atau lebih.
               Hadist ahad, hadist yang diriwayatkan oleh satu, dua atau lebih hingga sampai kepada
nabi muhammad.
               Hadist mursal, hadist yang rangkaian riwayatnya terputus di tengah-tengah,se hingga
tidak sampai kepada Nabi Muhammad SAW.
                  Sunan berkedudukan sebagai dalil hukum islam. Hal ini didasarkan kepada nash Al-
quran yaitu: Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari allah, dan apa saja bencana yang
menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri. Kami mengutusmu menjadi rasul kepada
segenap manusia. Dan cukuplah allah menjadi saksi.(QS.annisa’:79)
Surat Al-Arab ayat 158 sebagai berikut :
158.katakanlah : “ hai manusia sesungguhnya aku adalah utusan allah kepadamu semua yaitu
allah yang mempunyai kerjaan langit dan bumi, tidak ada tuhan selain dia. Yang menghidupkan
dan mematikan, maka berimanlah kamu kepada allah dan rasulnya, nabi ysng ummi yang
beriman kepada allah dan kepada kalimat-kalimatnya (kitab-kitabnya) dan ikutilah dia, supaya
kamu mendapat petunjuk,” (QS. Al-a’rab : 158) 5
Di dalamnya memahami hadist terdapat dari kutub yang harus diperhatikan, yaitu:

1. Hadist shahih
2. Hadist dhaif

Ciri-ciri hadist yang shahih itu ialah yang kata- katanya bebas dari bahasa yang rendah (tidak
pantas) serta maksudnya tidak bertetangga dengan ayat atau kabar (hadis) yang mutawir atau
ijma’(yang gamblang), dan yang meriwayatkannya orang-orang yang pantas dipercaya.
Adapun ciri-ciri hadist dhaif sebagaimana diungkapkan K.H.E abdurrohman ialah bertentangan
dengan nash al-quran sunnah yang mutawir, atau bertentangan dengan putusan akal yang
gamblang.
            Didalam ilmu hadist dikenal adanya ulama hadist yang masykur. Keenam ulama tersebut,
ialah :

1. Al-Bukhari (194 - 256 H/810 - 870 M)


2. Muslim (204 - 261 H/817 - 875 M)
3. Abu Daud (202 - 275 /817 - 889 M)
4. An-Nasai (225 - 303 H/839 - 915 M)
5. At-Turmudzi (209 - 272 / 824 - 892 M)
6. Ibnu Majah 9207 - 273 / 824 - 887 M)

Al-Ijma’
Ijma’ menurut hukum islam pada prinsipnya ijma’ adalah kesepakatan beberapa ahli
istihan atau sejumlah mujtahid umat islam setelah masa rasulullah tentang hukum atau ketentuan
beberapa masa yang berkaitan dengan syariat atau suatu hal. Ijma merupakan salah satu upaya
istihad umat islam setalah qiyas.
Kata ijma’ berasal dari kata jam’ artinya maenghimpun atau mengumpulkan. Ijma’
mempunyai dua makna, yaitu menyusun mengatur suatu hal yang tak teratur,oleh sebab itu
berarti menetapkan memutuskan suatu perkara,dan berarti pula istilah ulama fiqih (fuqaha). Ijma
berati kesepakatan pendapat di antara mujtahid, atau persetujuan pendapat di antara ulama fiqih
dari abad tertentu mengenai masalah hukum.
6
Apabila di kaji lebih mendalam dan mendasar terutama dari segi cara melakukannya, maka
terdapat dua macam ijma’ yaitu :

1. Ijma’ shoreh (jelas atau nyata) adalah apabila ijtihad terdapat beberapa ahli ijtihad atau
mujtahid menyampaikan ucapan atau perbuatan masing-masing secara tegas dan jelas.
2. Ijma’ sukuti (diam atau tidak jelas) adalah apabila beberapa ahli ijtihad atau sejumlah
mujtahid mengemukakan pendapatnya atau pemikirannya secara jelas.

Apabila ditinjau dari segi adanya kepastian hukum tentang suatu hal, maka ijma’ dapat
digolongkan menjadi :

1. Ijma’ qathi yaitu apabila ijma’ tersebut memiliki kepastian hukum ( tentang suatu hal)
2. Ijma’ dzanni yaitu ijma’ yang hanya menghasilkan suatu ketentuan hukum yang tidak
pasti.

Pada hakikatnya ijma’ harus memiliki sandaran, danya keharusan tersebut memiliki beberapa
aturan yaitu :
Pertama: bahwa bila ijma’ tidak mempunyai dalil tempat sandarannya, ijma’ tidak akan sampai
kepada kebenaran.
Kedua: bahwa para sahabat keadaanya tidak akan lebih baik keadaan nabi, sebagaimana
diketahui, nabi saja tidak pernah menetapkan suatu hukum kecuali berdasarkan kepada wahyu.
Ketiga: bahwa pendapat tentang agama tanpa menggunakan dalil baik kuat maupun lemah
adalah salah.kalau mereka sepakat berbuat begitu berati mereka sepakat berbuat suatu kesalahan
yang demikian tidak mungkin terjadi.
Keempat: bahwa pendapat yang tidak didasarkan kepada dalil tidak dapat diketahui kaitannya
dengan hukum syara’ kalau tidak dapat dihubungkan kepada syara’ tidak wajib diikuti
Al-Ijtihad
Mencurahkan  seluruh potensi pikiran untuk mengambil suatu hukum dari dalil-dalil syara’
 ( Al-quran dan sunnah).Menurut definisi bahasa arab ijtihad ialah mencurahkan segala
kemampuan di dalam mendapatkan hukum syara’ dengan cara istimbat dari Al-Quran dan
hadist.Mujtahid adalah seseorang yang melakukan ijtihad. Para mujtahid pada zaman sahabat
hingga zaman tabi’in mengambil hukum-hukum suatu masalah langsung dari Al-Quran dan
hadist muhammad SAW.
Mujtahid dapat dikelompokkan ke dalam 4 klasifikasi:
1.      Mujtahid yang bekemampuan berijtihad seluruh amsalah hukum islam dan hasilnya diikuti
oleh orang-orang yang tidak sanggup berijtihad. Mereka berusaha sendiri, tanpa memungut
pendapat orang lain.
2.      Mujtahid filmadzhab atau mujtahid yang di dalam berijtihad mengikuti pendapat salah satu
madzhab dengan beberapa perbedaan. Misalnya abu yusuf yang mengikuti pendapat madzhab
manafi.
3.      Mujtahid fil masail atau mujtahid yang hanya membidangi dalam masalah-masalah
tertentu. Ciri mujtahid kelas ini yaitu:
a.       Dalam berijtihad mengikuti pendapat imam madzhab tertentu.
b.      Lapangan ijtihadnya terbatas pada soal-soal tertentu dan menyangkut hal-hal yang cabang
saja.
4.      Mujtahid yang mengikatnya diri muqoyyad ciri-ciri mujtahid yang termasuk dalam kelas
muqoyyad:
a.       Mengikuti pendapat-pendapat ulama’ salaf
b.      Mengetahui sumber-sumber hukum dan masalahnya
c.       Mampu memilih pendapat yang di anggap lebih baik dan benar.
Al-Qiyas
Qiyas ialah menyamakan suatu peristiwa yang tidak ada hukumnya dalam nash kepada
kejadian yang lain yang hukumnya dalam nash karena adanya kesamaan dua kejadian dalam illat
hukumnya.Seterusnya dalam perkembangan hukum islam kita jumpai qiyas sebagai sumber
hukum yang keempat. Arti perkataan bahasa arab “Qiyas” adalah menurut bahasa ukuran,
timbangan. Persamaan (analogy) dan menurut istilah ali ushul fiqih mencari sebanyak mungkin 
persamaan antara dua peristiwa dengan mempergunakan cara deduksi (analogical deduction).
Yaitu menciptakan atau menyalurkan atau menarik suatu garis hukum yang baru dari garis
hukum yang lama dengan maksud memakaiakan garis hukum yang baru itu kepada suatu
keadaan, karena garis hukum yang baru itu ada persamaanya dari garis hukum yang
lama.Sebagai contoh dapat dihadirkan dalam hal ini yaitu surat Al-Maidah ayat 90,yakni :
7
“ hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk
berhala) mengundi nasb dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”(QS.Al-Maidah :
ayat 90)
Menurut ketentuan nash, khamar dilarang karena memabukkan da dampak negatifnya
akan menyebabkan rusaknya badan, pikiran dan pergaulan. Dengan  demikian sifat memabukkan
dimiliki sebagai sebab bagi ketentuan hukum haram. Hal ini dapat diqiyaskan bahwa setiap
minuman yang memabukkan haram hukumnya jadi dilarang di dalam hukum islam.
Qiyas sebagai salah satu hukum islam yang tdak dapat dikesampingkan keberadaannya di
dalam menetapkan beberpa ketentuan hukum islam memiliki 4 hukum yaitu:
1.      Sesuatu yang hukumnya tidak terdapat dalam nash atau hukum islam.
2.      Sesuatu yang hukumnya tidak terdapat dalam nash (far’u : cabang)
3.      Hukm syara’ yang terdapat dalam nash berdasar unsur pokok.
4.      Illat, yaitu sebab

8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Sumber hukum islam ialah segala sesuatu yang dijadikan pedoman atau yang menjadi sumber
syariat islam yaitu Al-quran dan hadist Nabi Muhammad SAW. Sebagian besar pendapat ulama
ilmu fiqh sepakat bahwa pada prinsipnya sumber utama hukum islam adalah Al-quran dan
hadist.Disamping itu terdapat beberapa bidang kajian yang erat berkaitan dengan sumber hukum
islam yaitu: ijma’,ijtihad,dan qiyas.

Saran

Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan.Sebagai manusia,kami pun tak luput dari
kesalahan dan tentunya masih sangat jauh dari kesempurnaan.Kritik dan saran yang membangun
sangat diharapkan untuk menjadi koreksi kedepan.

9
Daftar Pustaka

Mubarak, Zakky.Menjadikan Cendikiawan Muslim.Jakarta: PT Magenta Bhakti Guna 2007.

http://almanhaj.or.id/content/2994/slash/o

http://www.media.isnet.org

https://mhs.blog.ui.ac.id/afif.akbar11/wp../makalah-agamanew.docx

Ali Zainuddin.2006,Hukum Islam.Jakarta: Sinar Grafika Sudarsono.

http://www.scribd.com/doc/24838751/Makalah-Sumber-Hukum-Islam

http://kanal3.wordpress.com/2010/12/23/makalah-pengertian-sumber-islam -dan-ahkam-al-
khamshah/

Azyumardi.Buku Teks Pendidikan Agama Islam Pada Perguruan Tinggi Umum.2002.

Anda mungkin juga menyukai