Anda di halaman 1dari 16

SUMBER AGAMA DAN AJARAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas MK Pendidikan Agama Islam


Dosen Pengampu : Dr.Miftah Wangsadanureja S.Pd.I,M.Pd.I

Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Rully Indiarti 122310017
2. Tri Agus Sulistyowati 122310018

PROGRAM STUDI PG PAUD


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS PELITA BANGSA
2023
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat,taufik,dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.

Makalah yang berjudul ”Sumber Agama Dan Ajaran Islam” disusun oleh kami selaku
kelompok tiga dengan tujuan memenuhi nilai tugas mata kuliah pendidikan agama
islam serta memberikan gambaran umum mengenai sumber agama dan ajaran islam.

Kami pun mengetahui jika makalah yang sudah kami susun ini jauh dari kata
sempurna.Masih banyak kekurangan,sehingga kami sangat berharap saran dan
kritiknya kepada kami agar di kemudian hari kami dapat membuat satu makalah yang
lebih berkualitas.Terakhir,kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
kelompok 3 dan pembacanya.

Cikarang, Oktober 2023

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……………………………………………………….i


KATA PENGANTAR ……………………………………………………...ii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………………..1
A.Latar Belakang……………………………………………………….1
B.Rumusan Masalah……………………………………………………1
C.Tujuan Penulisan……………………………………………………..1
BAB 11 PEMBAHASAN…………………………………………………...2
I. Pengertian Sumber Agama Dan Apa Saja Sumber Agama Islam……2
II. Ajaran Agama Islam………………………………………………….9
III.Manfaat Memahami Sumber Ajaran Agama Islam…………………..12
V. Pengaruh Sumber Agama dalam Ajaran Islam……………………….12

BAB 111 PENUTUP


Kesimpulan
Saran
Daftar Pustaka
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyebaran Islam dimulai dari kota Makkah oleh Nabi Muhammad pada abad
ke-7 Masehi. Dalam waktu yang singkat, agama ini menyebar ke kawasan di
Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Tenggara, dan berkembang menjadi salah
satu agama terbesar di dunia. Ajaran Islam dicetuskan oleh Nabi Muhammad pada
abad ke-7 Masehi, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Sejak saat itu,
agama Islam telah mendorong kemajuan dan perkembangan budaya, seni, dan
ilmu pengetahuan yang signifikan.

Islam merupakan salah satu agama yang terbesar kedua di seluruh dunia.
Ajaran islam memiliki sumber ajaran yang kuat dan pilar-pilar penting yang
membentuk dasar keimanan dan kehidupan muslim.Dalam makalah ini,kita akan
membahas sumber agama utama dan ajaran-ajaran islam yang muncul dari
sumber-sumber tersebut.
B. Rumusan Masalah

Beberapa hal terkait dengan sumber agama dan ajaran islam yang akan
dibahas dalam makalah ini kurang lebih mencakup :
1.Apa pengertian sumber agama dalam islam dan apa saja sumber agama islam?
2.Apa saja ajaran agama islam ?
3.Manfaat memahami sumber-sumber agama islam?
5.Apa pengaruh sumber agama dalam ajaran islam?

C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini ditujukan untuk berikut:
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam.
2.Berbagi wawasan kepada pembaca.
3.Membagi informasi tentang sumber agama dan ajaran islam.
BAB 11
PEMBAHASAN

B.SUMBER-SUMBER AGAMA ISLAM


Pengertian Sumber Hukum Islam
Sumber hukum tidak hanya dimiliki oleh suatu negara. Tetapi dalam
kehidupan beragama, khususnya dalam Islam, juga memiliki sumber hukum yang selama ini
digunakan oleh seluruh umat Muslim.
Sumber agama islam adalah sumber nilai dan norma-norma yang terkandung di dalam agama
islam.Sumber agama Islam merujuk kepada sumber-sumber utama atau prinsip-prinsip dasar
yang menjadi landasan ajaran dan praktik dalam agama Islam. Sumber-sumber ini
memberikan pedoman dan panduan bagi umat Islam dalam menjalani kehidupannya di dunia
ini.
Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan di dunia, ada saja masalah yang muncul, baik
itu masalah dalam beragama maupun dalam kehidupan sosial. Oleh karena itu, ketika
masalah tersebut muncul, dibutuhkan sumber hukum Islam yang bisa dijadikan sebagai
landasan atau pun pedoman bagi umat Islam.
Para ulama sudah saling bersepakat bahwa sumber hukum Islam yang selama ini digunakan
oleh umat Islam berjumlah empat. Di antaranya berupa Alquran yang merupakan kitab suci
agama Islam, kemudian hadis, ijma, dan yang terakhir adalah qiyas. Sebagai umat Islam
alangkah lebih baiknya jika mengetahui dan memahami keempat sumber hukum Islam
tersebut. Untuk mengetahui penjelasan lebih lengkap terkait dengan sumber hukum Islam,
berikut sebagaimana yang telah dirangkum melalui berbagai sumber.
Dalam Islam Ada empat sumber utama dalam agama Islam, yang meliputi:
A. Al-Qur’an
Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad
Shallallahu Alaihi Wasallam sebagai Mukjizat yang paling besar dan agung, melalui Malaikat
Jibril dengan jalan mutawatir sebagai petunjuk bagi seluruh manusia, dan merupakan pahala
bagi yang membacanya.
Al-Quran merupakan kitab suci agama Islam yang terdiri dari 114 surat, berisi ajaran-ajaran
moral, hukum, dan petunjuk spiritual yang menjadi pedoman utama bagi umat Islam dalam
segala aspek kehidupan mereka. Al-Qur’an adalah sumber utama dalam islam dan di hormati
sebagai pedoman tertinggi.

Pengertian Al-Quran Menurut Para Ahli


Menurut para ahli, definisi Al-Qur’an adalah sebagai berikut.
1. Muhammad A. Summa (1997)
Al-Qur’an adalah kitab suci ini memuat aturan-aturan yang sangat jelas tentang kehidupan
manusia, baik dari segi lahiriyah maupun batiniyah.
2. Abu Faiz (2014)
Menurutnya, beberapa keutamaan yang akan diperoleh oleh para pecinta Al-Qur’an ini
diantaranya, memperoleh pahala yang sangat besar, selalu bersama para malaikat yang mulia,
menghapus dosa dan keburukan, membersihkan hati serta menentramkan jiwa.
3. Muhammad Ali ash-Shabumi
Definisi Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang paling mulia dan diturunkan Nabi
Muhammad melalui perantara malaikat Jibril, yang ditulis dalam bentuk mushaf-mushaf dan
disampaikan secara mutawatir.
4. Syekh Muhammad Khudari Beik
Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk
seluruh umat manusia yang harus dipahami isinya dan diamalkan, dengan jalan atau
penyampaian kepada mutawatir, yang ditulis dengan awal surat Al-Fatihah dan diakhiri surat
An-Nas.
5. Dr. Subhi as-Salih
Al-Qur’an adalah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat terbesar Nabi Muhammad
SAW, dengan ditulis dalam bentuk mushaf dan diriwayatkan dengan jalan mutawatir
(berangsur-angsur), serta bagi siapa yang membacanya adalah ibadah dan merupakan pahala.
6. Al Qur’an Secara Bahasa (Etimologi)
Dari segi bahasa atau etimologi, istilah Al Qur’an berasal dari Bahasa Arab, yakni merupakan
suatu jamak (banyak) dari masdar fi’il, yaitu qara’a -yaqra’u-qur’anan yang artinya adalah
“bacaan” atau lebih mudahnya “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”.
7. Al Qur’an Secara Terminologi
Dalam pandangan Islam, Al Qur’an adalah Kitab Suci Seseorang yang menganut Agama
Islam yang di dalam bentuknya, berisi firman (kalam) Allah SWT yang diturunkan Nabi
Muhammad SAW sebagai mukjizat, dengan disampaikan dengan jalan mutawatir dan bagi
yang membacanya adalah Ibadah.
Dari pengertian Al-Qur’an menurut para ahli diatas, dapatlah dikatakan jika setiap orang,
masyarakat khususnya umat Islam harus senantiasa atau selalu mempertahankan,
menyebarluaskan dan mengaplikasikan pengetahuan mengenai Al-Qur’an. Alasannya karena
Al-Qur’an merupakan kalam Allah SWT yang paling sempurna. Al-Quran adalah kalamullah,
atau kalimat Allah SWT dan berasal dari sisi Allah SWT.
Allah SWT berfirman,

‫آلرۚ ِكَٰت ٌب ُأْح ِكَم ْت َء اَٰي ُت ۥُه ُثَّم ُفِّص َلْت ِم ن َّلُدْن َح ِكيٍم َخ ِبيٍر‬
Artinya: “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Hud: 1).

Keberadaan Al-Quran tidak hanya sebagai kitab suci bagi agama Islam saja. Tetapi juga
dijadikan sebagai sumber hukum Islam yang pokok atau yang paling utama. Seperti yang
diketahui bahwa Alquran berisi ayat-ayat suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.
Ayat-ayat tersebut tidak hanya sekedar dibaca saja, tetapi juga berusaha untuk bisa
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril.
Alquran yang berbahasa Arab adalah sebagai kalam Allah SWT yang tidak akan pernah bisa
dibuat oleh manusia untuk dijadikan tandingannya. Oleh karena itulah, Alquran dijadikan
sebagai sumber hukum Islam yang utama daripada lainnya. Sebagaimana firman Allah SWT
yang tercantum dalam surat Al-Isra ayat 88, Allah SWT berfirman:

‫ُقْل َّلِٕىِن اْج َتَم َعِت اِاْل ْنُس َو اْلِج ُّن َع ٰٓلى َاْن َّيْأُتْو ا ِبِم ْثِل ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا ِن اَل َيْأُتْو َن ِبِم ْثِلٖه َو َلْو َك اَن َبْعُضُهْم ِلَبْع ٍض َظِهْيًرا‬

Artinya: “Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa (dengan) Al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun mereka saling membantu satu sama lain”.

Sebagai sumber hukum Islam, ada beberapa hal yang disampaikan secara rinci dalam Al-
Quran dan ada juga yang disampaikan secara umum. Misalnya saja terkait dengan ibadah
yang dijelaskan secara rinci. Sedangkan untuk masalah yang lainnya tidaklah dijelaskan
dengan rinci. Oleh karena itu, dibutuhkanlah sumber hukum Islam lainnya sebagai
pendukung agar nantinya Al-Quran bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta
menjadi pedoman ketika muncul suatu permasalahan.
B. Hadits

Sumber hukum Islam yang kedua adalah hadits. Melalui hadits inilah yang
akan memberikan penjelasan lebih lanjut dari apa yang tercantum di Al-Quran. Hadits adalah
satu dari 4 sumber hukum Islam yang disepakati para ulama. Hadits menjadi rujukan bagi
umat muslim untuk menjelaskan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran.
Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi, secara etimologis hadits
dimaknai sebagai jadid, qorib, dan khabar. Jadid adalah lawan dari qadim yang artinya yang
baru. Sedangkan qarib artinya yang dekat, yang belum lama terjadi. Sementara itu, khabar
artinya warta yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada yang
lainnya.
Sedangkan pengertian hadits secara terminologi adalah sabda, perbuatan, dan persetujuan dari
Rasulullah SAW.
Sedangkan secara bahasa, hadis berarti perkataan, percakapan, berbicara. Definisi hadits
dikategorikan menjadi tiga, yaitu perkataan nabi (qauliyah), perbuatan nabi (fi’liyah), dan
segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian ulama seperti at-Thiby berpendapat bahwa hadits
melengkapi sabda, perbuatan, dan taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan,
dan taqrir para sahabat dan Tabi’in.
Pada dasarnya, Al-Quran dan hadits tidaklah bisa dipisahkan, tetapi saling melengkapi. Oleh
karena itu, keduanya selama ini telah menjadi pedoman bagi masyarakat, terutama umat
Muslim. Jika umat Muslim menjadikan Al-Quran sebagai sumber hukum Islam dan ternyata
masih belum menemukan titik terang dari suatu permasalahan, maka hadits akan menjadi
pedoman yang berikutnya setelah Al-Quran. Jadi, hadits dapat dikatakan sebagai sumber
hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran.
Berikut adalah firman Allah SWT yang menjelaskan agar selalu menaati Rasulullah saw
sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran ayat 32 yang berbunyi:

‫ُقْل َاِط ْيُعوا َهّٰللا َو الَّرُسْو َل ۚ َفِاْن َتَو َّلْو ا َفِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلٰك ِفِر ْيَن‬

Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “ Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling,
ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.

Kedudukan hadits adalah sebagai penguat dan memberikan keterangan ketika penjelasannya
tidak tercantum di dalam Al-Quran. Apa yang disampaikan dalam hadits adalah hukum yang
sudah ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW yang merupakan petunjuk dari Allah SWT dan
bisa juga dari hasil ijtihad.
Fungsi Hadits
Terdapat 4 macam fungsi hadits terhadap Al Quran yang ditetapkan oleh ulama Atsar,
sebagai berikut:
1. Bayan at-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-Ta’kid dan bayan at-Isbat. Dalam hal ini,
hadits berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al-
Quran.
2. Bayan at-Tafsir
Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-
ayat Al-Quran yang masih mujmal (samar atau tidak dapat diketahui), memberikan
persyaratan ayat-ayat yang masih mutlak, dan memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang
masih umum.
3. Bayan at-Tasyri
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak didapati dalam Al
Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan zaid ala al kitab al-karim.
4. Bayan an-Nasakh
Secara bahasa, an-naskh memiliki arti yang beragam, diantaranya al ibthal (membatalkan), al
ijarah (menghilangkan), at tahwil (memindahkan) stay at taghyir (mengubah). Adapun yang
disebut dengan bayan an nasakh adalah adanya dalil syara’ (yang dapat menghapuskan
ketentuan yang telah ada) karena datangnya dalil berikutnya.
Menurut jumhur ulama, kedudukan hadits menempati posisi kedua setelah Al-Quran. Ditinjau
dari segi wurud atau tsubutnya, Al-Quran bersifat qath’i (pasti) sedangkan hadits bersifat
zhanni al wurud (relatif) kecuali yang berstatus mutawatir (berturut-turut).
C. IJMA’
Ijma berasal dari bahasa Arab ‫ ِإْج َم اٌع‬ijmā yang berarti konsensus. Istilah ini
berasal dari kata ‫ َأْج َم َع‬ajma‘a yang artinya menyepakati. Kata ini berakar dari ‫ َج َم َع‬jama‘a yang
berarti mengumpulkan atau menggabungkan. Menurut KBBI, pengertian Ijma adalah
kesesuaian pendapat (kata sepakat) dari para ulama mengenai suatu hal atau peristiwa. Secara
etimologi, pengertian ijma mengandung dua arti. Pertama, Ijma berarti ketetapan hati untuk
melakukan sesuatu atau memutuskan berbuat sesuatu. Kedua, Ijma berarti sepakat.
Pengertian Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum-hukum
dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Ijma
adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk
kemudian dirundingkan dan disepakati dan hasil dari ijma adalah fatwa.
Pengertian Ijma merupakan bagian dari hukum Islam. Dalam Islam, Al-Qur’an dan hadits
adalah dasar hukum yang digunakan. Para ulama menggunakan Al-Qur’an dan hadits sebagai
dasar menetapkan Ijma. Pengertian Ijma penting dipahami ketika mempelajari hukum Islam.
Secara bahasa, ijma adalah mengumpulkan masalah yang setelah itu diberi hukum atas
masalah tersebut lalu diyakini.
Sedangkan menurut istilah, ijma adalah kesepakatan pendapat dari seluruh ahli ijtihad setelah
Rasulullah Muhammad SAW wafat. Kedudukan ijma ini adalah sebagai sumber hukum Islam
yang ketiga setelah Al-Quran dan hadits. Jadi, Ijma adalah salah satu cara menetapkan hukum
yang tidak didapatkan di Al Qur’an dan hadits.
Pada awalnya, ijma ini dijalankan oleh para khalifah serta para petinggi negara. Dari
musyawarah yang sudah mereka lakukan, lalu hasilnya akan dianggap sebagai perwakilan
dari pendapat umat Muslim.
Setelah berjalannya waktu, musyawarah yang dilakukan pun semakin banyak diikuti.
Terutama diikuti oleh ahli ijtihad dan dilanjutkan hingga saat ini. Ijma sendiri dibagi menjadi
dua yaitu ijma sharih dan ijma sukuti.
Ijma sharih atau lafzhi adalah suatu kesepakatan dari para mujtahid yang dilakukan melalui
pendapat atau pun dari perbuatan terhadap suatu hukum perkara tertentu. Untuk ijma sharih
ini tergolong jarang terjadi.
Sedangkan ijma sukuti adalah kesepakatan dari para ulama melalui seorang mujtahid yang
sudah mengutarakan pendapatnya mengenai hukum suatu perkara. Setelah itu pendapat dari
mujtahid tersebut pun menyebar dan banyak orang yang mengetahuinya. Dalam hal ini,
mujtahid lainnya tidak menyatakan ketidaksetujuan pada pendapat tersebut setelah
melakukan riset atau penelitian tentang pendapat itu.
Penetapan Ijma tetap berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Berdasarkan pengertian Ijma, maka
dapat dikatakan bahwa Ijma berasal dari Ijtihad para ulama. Selain itu, Ijma menjadi alat
penafsiran hukum sesuai syariat Islam dan sebagai wujud toleransi terhadap tradisi yang
berbeda dalam Islam.
Menurut istilah para ahli ushul fiqh, pengertian Ijma adalah kesepakatan terhadap
permasalahan hukum syara pada suatu peristiwa. Kesepakatan ini dilakukan para mujtahid
Muslim pada suatu masa tertentu setelah Rasulullah wafat.

Pengertian Ijma Menurut Para Ahli


Berikut pengertian Ijma menurut para ulama:
Imam Al-Ghazali
Ijma adalah kesepakatan umat Muhammad secara khusus atas suatu urusan agama.
Imam al-Amidi
Ijma adalah kesepakatan sejumlah ahlul hall wa al ‘aqd (para ahli yang berkompeten
mengurusi umat) dari umat Muhammad pada suatu masa atas hukum suatu kasus.
Abd al Wahhab Khallaf
Ijma adalah konsensus semua mujtahid muslim pada suatu masa setelah Rasul wafat atas
suatu hukum syara‘ mengenai suatu kasus.
D. QIYAS
Sumber hukum Islam yang terakhir adalah qiyas. Qiyas sendiri secara bahasa
adalah tindakan mengukur sesuatu yang kemudian dinamakan. Sedangkan secara istilah,
qiyas adalah penetapan hukum pada suatu perbuatan yang saat itu belum ada ketentuannya
dan kemudian didasarkan dengan yang sudah ada ketentuannya.
Secara umum, qiyas ini terbagi menjadi tiga. Ada qiyas illat yang terbagi lagi menjadi jenis
lainnya berupa qiyas jali dan qiyas khafi. Lalu yang kedua adalah qiyas dalalah, dan yang
ketiga adalah qiyas shabah.

Rukun Qiyas
Dikutip dari buku Ushul Fiqih oleh Amrullah Hayatudin, qiyas terdiri dari empat rukun dan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Antara lain sebagai berikut:

1. Ashl
Ashl adalah kasus lama yang sudah ada ketetapan hukumnya baik dalam nash maupun ijma.
Ashl sering disebut sebagai musyabbah bih atau yang diserupai dan maqis ‘alaih atau tempat
meng-qiyas-kan. Dalam arti sederhana, ashl adalah kasus yang akan digunakan sebagai
ukuran atau pembanding.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ashl untuk dapat dijadikan qiyas. Ashl harus
memiliki hukum yang bersifat tetap. Ketetapan hukum tersebut harus berdasar pada jalur
sam’isyar’i bukan aqli. Jalur ini juga digunakan untuk mengetahui illat pada ashal. Selain itu,
ketetapan hukum pada ashal harus bukan berdasarkan qiyas, melainkan karena nash atau
ijma. Ashl juga tidak diperbolehkan keluar dari aturan-aturan qiyas.
2. Far’u
Far’u adalah kasus yang akan dicari hukumnya atau disamakan dengan kasus yang sudah ada
hukumnya. Beberapa syarat yang menjadikan far’u dapat ditetapkan dalam qiyas antara lain
far’u belum memiliki hukum yang ditetapkan berdasarkan nash atau ijma, harus ditemukan
illat ashl pada far’u dengan kadar sempurna dan tidak boleh kurang dari kadar illat yang
terdapat pada ashl.
3. Hukum Ashl
Hukum ashl adalah hukum syara yang ditetapkan oleh nash dan dikehendaki untuk
menetapkan hukum terhadap far’u.
4. Illat
Secara bahasa, illat dapat diartikan sebagai hujjah atau alasan. Illat menjadi landasan dalam
hukum ashl. Dalam pengertian lain, illat disebut juga dengan kemaslahatan yang diperhatikan
syara. Illat inilah yang menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan qiyas.
Jadi, dalam menjalani kehidupan ini, umat Islam harus mengikuti hal-hal apa yang boleh
dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam Al-Quran. Hal ini karena Al-Quran
merupakan sumber hukum Islam tertinggi.

B.AJARAN ISLAM

I.Tauhid

Tauhid adalah konsep fundamental (utama) dalam Islam yang mengacu pada keyakinan akan
keesaan Allah SWT. Umat Muslim diharapkan untuk menyembah dan mengesakan Allah
tanpa sekutu atau mitra. Ini adalah fondasi iman Islam dan menjadi asas dalam semua
tindakan dan ibadah.

Terdapat tiga aspek utama dalam tauhid:

1. Tauhid Rububiyyah:
Ini merujuk pada keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara
alam semesta. Umat Islam percaya bahwa Allah adalah satu-satunya yang memiliki
kontrol penuh atas segala sesuatu.
2. Tauhid Uluhiyyah:
Ini berkaitan dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak untuk diibadahi.
Umat Islam menghindari penyembahan terhadap selain Allah dan hanya melakukan
ibadah kepada-Nya.
3. Tauhid Asma' wa Sifat:
Ini mengacu pada keyakinan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang sempurna dan
unik. Sifat-sifat ini dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis, dan umat Islam meyakini
bahwa tidak ada yang menyerupai-Nya.

Contoh pengamalan ajaran islam tauhid / aqidah :


- Iman Kepada Allah
- Rukun iman
- Iman kepada Rasul
- Iman kepada kitab Allah
- Iman kepada Malaikat Allah
- Iman kepada hari kiamat

Dampak Tauhid dalam Kehidupan:

 Mengingatkan umat Islam untuk selalu bersyukur kepada Allah sebagai Pencipta dan
Pemberi segala nikmat.
 Mendorong kepatuhan kepada Allah dalam ibadah dan tindakan sehari-hari.
 Memotivasi umat Islam untuk menjalani kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip
moral dan etika Islam.
II. Syariat

Syariat adalah hukum Islam yang mengatur semua aspek kehidupan manusia. Ini mencakup
hukum-hukum dalam beribadah, berperilaku, berinteraksi dengan orang lain, dan dalam
berbisnis. Beberapa sumber utama syariat adalah Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad
SAW.

Aspek penting dalam syariat Islam meliputi:

1. Ibadah: Syariat mengatur tata cara ibadah seperti salat, puasa, zakat, dan haji.
2. Muamalah: Ini meliputi hukum-hukum yang mengatur ekonomi, perdagangan, dan
kontrak-kontrak.
3. Ahkam Jinayat: Mengatur hukum pidana dan pelanggaran hukum dalam Islam.
4. Etika dan Moral: Syariat juga mencakup pedoman etika dan moral dalam berperilaku
sehari-hari.

Contoh pengamalan ajaran agama islam syariat :


- Sholat lima waktu
- Pengamalan dzikir
- Tadarus Al-Qur’an
- Berdo’a
- Infaq dan Sadaqah

Dampak Syariat dalam Kehidupan:

 Membimbing umat Islam dalam menjalani kehidupan yang adil, aman, dan
berkeadilan.
 Mendorong kepatuhan kepada hukum Allah dalam semua aspek kehidupan.
 Memotivasi umat Islam untuk hidup dengan integritas dan moralitas tinggi.

III. Akhlaq

Akhlaq mengacu pada etika dan perilaku yang baik dalam Islam. Ini mencakup berbagai
aspek, seperti kejujuran, kebaikan hati, kesabaran, dan sikap tawadhu (rendah hati). Nabi
Muhammad SAW adalah contoh sempurna akhlaq dalam Islam.

Aspek penting dalam akhlaq Islam meliputi:

1. Tawadhu: Rendah hati dan tidak sombong dalam pergaulan.


2. Sabar: Menjaga kesabaran dalam menghadapi cobaan dan kesulitan.
3. Kejujuran: Selalu berkata jujur dan menghindari kebohongan.
4. Kasih sayang: Memperlakukan orang lain dengan kasih sayang dan kebaikan.

Contoh pengamalan ajaran agama islam akhlaq :


- Memiliki sikap sosial dan kemanusiaan
- Kedisplinan iman
- Keadilan
- Persatuan
- Tanggung jawab
Dampak Akhlaq dalam Kehidupan:

 Menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan penuh kasih sayang.


 Mendorong umat Islam untuk menjadi individu yang baik dan bermanfaat bagi
masyarakat.
 Memberikan landasan moral dalam menghadapi berbagai situasi kehidupan.

C.Manfaat Memahami Sumber-sumber Agama Islam


Membimbing Hidup
Memperkuat Iman
Menjaga Kesucian Ajaran

Pemahaman yang benar terhadap sumber-sumber Agama Islam merupakan kunci untuk
menjaga kesucian dan keaslian ajaran Islam.

D.Pengaruh Sumber Agama dalam Ajaran Agama Islam


Sumber agama memiliki pengaruh signifikan dalam ajaran agama Islam. Sumber-sumber
agama menjadi landasan utama dalam memahami nilai-nilai, hukum, dan praktik dalam
agama Islam.

Kesimpulan
• Sumber ajaran Islam terdiri dari Al-Quran,Hadis, Ijma', dan Qiyas.
• Al-Quran dan Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam.
• Ijma' dan Qiyas digunakan untuk menetapkan hukum-hukum Islam yang tidak
terdapat dalam Al-Quran atau Sunnah.
• Prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti tauhid, salat, zakat, puasa, dan haji, menjadi
pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan mereka. Agama Islam
memainkan peran yang penting dalam kehidupan masyarakat Muslim di seluruh
dunia, dan pemahaman yang baik tentang sumber-sumber dan prinsip-prinsipnya
adalah kunci untuk memahami agama ini secara lebih dalam.
3.2. SARAN

Dalam makalah ini, telah dibahas berbagai aspek penting mengenai materi sumber agama.
Namun, masih terdapat beberapa bidang yang dapat ditingkatkan dan beberapa saran yang
bisa diimplementasikan untuk penelitian selanjutnya atau pengembangan makalah ini.

Makalah ini juga menguraikan tiga aspek utama ajaran Islam, yaitu tauhid, syariat, dan
akhlaq, serta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Semua aspek ini bekerja
bersama untuk membentuk landasan kehidupan spiritual, hukum, dan etika dalam Islam.
Daftar Pustaka

1. Gramedia. "Sumber Hukum Islam." Tersedia di:


https://www.gramedia.com/literasi/sumber-hukum-islam/
2. Gramedia. "Metode Penetapan Hukum Islam." Tersedia di:
https://www.gramedia.com/products/metode-penetapan-hukum-islam-1?
utm_source=literasi&utm_medium=literasibuku&utm_campaign=seo&utm_con
tent=LiterasiRekome
3. Shah, Sayyid Muhammad. (1991). "The Life of the Prophet Muhammad" (Terjemahan).
Dar al-Taqwa.
4. Bukhari, Imam Muhammad ibn Ismail. (810). "Sahih al-Bukhari" (Terjemahan). Islamic
Book Service.
5. An-Nawawi, Imam. (2008). "Forty Hadith An-Nawawi" (Terjemahan). Dar al-Taqwa.
6. El Fadl, Khaled Abou. (2005). "The Great Theft: Wrestling Islam from the Extremists."
HarperOne.
7. Rahman, Fazlur. (1979). "Major Themes of the Quran." Bibliotheca Islamica.
8. Sahih al-Bukhari (Hadis)
9. "Tafsir Ibnu Katsir" oleh Ibnu Katsir
10. "Fiqh as-Sunnah" oleh Sayyid Sabiq
11. "The Fundamentals of Tawheed" oleh Abu Ameenah Bilal Philips
12. "The Book of Islamic Ethics" oleh Shaykh Tahir Al-Qadri
13. "The Ideal Muslim" oleh Dr. Muhammad Ali Al-Hashimi

Anda mungkin juga menyukai