Disusun Oleh :
Kelompok 3
1. Rully Indiarti 122310017
2. Tri Agus Sulistyowati 122310018
Syukur alhamdulillah kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat,taufik,dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik.
Makalah yang berjudul ”Sumber Agama Dan Ajaran Islam” disusun oleh kami selaku
kelompok tiga dengan tujuan memenuhi nilai tugas mata kuliah pendidikan agama
islam serta memberikan gambaran umum mengenai sumber agama dan ajaran islam.
Kami pun mengetahui jika makalah yang sudah kami susun ini jauh dari kata
sempurna.Masih banyak kekurangan,sehingga kami sangat berharap saran dan
kritiknya kepada kami agar di kemudian hari kami dapat membuat satu makalah yang
lebih berkualitas.Terakhir,kami berharap makalah ini bisa bermanfaat bagi kami
kelompok 3 dan pembacanya.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang
Penyebaran Islam dimulai dari kota Makkah oleh Nabi Muhammad pada abad
ke-7 Masehi. Dalam waktu yang singkat, agama ini menyebar ke kawasan di
Timur Tengah, Afrika Utara, dan Asia Tenggara, dan berkembang menjadi salah
satu agama terbesar di dunia. Ajaran Islam dicetuskan oleh Nabi Muhammad pada
abad ke-7 Masehi, yang kemudian menyebar ke seluruh dunia. Sejak saat itu,
agama Islam telah mendorong kemajuan dan perkembangan budaya, seni, dan
ilmu pengetahuan yang signifikan.
Islam merupakan salah satu agama yang terbesar kedua di seluruh dunia.
Ajaran islam memiliki sumber ajaran yang kuat dan pilar-pilar penting yang
membentuk dasar keimanan dan kehidupan muslim.Dalam makalah ini,kita akan
membahas sumber agama utama dan ajaran-ajaran islam yang muncul dari
sumber-sumber tersebut.
B. Rumusan Masalah
Beberapa hal terkait dengan sumber agama dan ajaran islam yang akan
dibahas dalam makalah ini kurang lebih mencakup :
1.Apa pengertian sumber agama dalam islam dan apa saja sumber agama islam?
2.Apa saja ajaran agama islam ?
3.Manfaat memahami sumber-sumber agama islam?
5.Apa pengaruh sumber agama dalam ajaran islam?
C. Tujuan Penulisan
Pembuatan makalah ini ditujukan untuk berikut:
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah pendidikan agama islam.
2.Berbagi wawasan kepada pembaca.
3.Membagi informasi tentang sumber agama dan ajaran islam.
BAB 11
PEMBAHASAN
آلرۚ ِكَٰت ٌب ُأْح ِكَم ْت َء اَٰي ُت ۥُه ُثَّم ُفِّص َلْت ِم ن َّلُدْن َح ِكيٍم َخ ِبيٍر
Artinya: “Alif laam raa, (inilah) suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan
rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi (Allah) Yang
Maha Bijaksana lagi Maha Tahu.” (QS. Hud: 1).
Keberadaan Al-Quran tidak hanya sebagai kitab suci bagi agama Islam saja. Tetapi juga
dijadikan sebagai sumber hukum Islam yang pokok atau yang paling utama. Seperti yang
diketahui bahwa Alquran berisi ayat-ayat suci yang menjadi pedoman hidup bagi umat Islam.
Ayat-ayat tersebut tidak hanya sekedar dibaca saja, tetapi juga berusaha untuk bisa
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui perantara malaikat Jibril.
Alquran yang berbahasa Arab adalah sebagai kalam Allah SWT yang tidak akan pernah bisa
dibuat oleh manusia untuk dijadikan tandingannya. Oleh karena itulah, Alquran dijadikan
sebagai sumber hukum Islam yang utama daripada lainnya. Sebagaimana firman Allah SWT
yang tercantum dalam surat Al-Isra ayat 88, Allah SWT berfirman:
ُقْل َّلِٕىِن اْج َتَم َعِت اِاْل ْنُس َو اْلِج ُّن َع ٰٓلى َاْن َّيْأُتْو ا ِبِم ْثِل ٰهَذ ا اْلُقْر ٰا ِن اَل َيْأُتْو َن ِبِم ْثِلٖه َو َلْو َك اَن َبْعُضُهْم ِلَبْع ٍض َظِهْيًرا
Artinya: “Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang
serupa (dengan) Al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya,
sekalipun mereka saling membantu satu sama lain”.
Sebagai sumber hukum Islam, ada beberapa hal yang disampaikan secara rinci dalam Al-
Quran dan ada juga yang disampaikan secara umum. Misalnya saja terkait dengan ibadah
yang dijelaskan secara rinci. Sedangkan untuk masalah yang lainnya tidaklah dijelaskan
dengan rinci. Oleh karena itu, dibutuhkanlah sumber hukum Islam lainnya sebagai
pendukung agar nantinya Al-Quran bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, serta
menjadi pedoman ketika muncul suatu permasalahan.
B. Hadits
Sumber hukum Islam yang kedua adalah hadits. Melalui hadits inilah yang
akan memberikan penjelasan lebih lanjut dari apa yang tercantum di Al-Quran. Hadits adalah
satu dari 4 sumber hukum Islam yang disepakati para ulama. Hadits menjadi rujukan bagi
umat muslim untuk menjelaskan hukum-hukum yang terdapat dalam Al-Quran.
Dikutip dari buku Memahami Ilmu Hadits oleh Asep Herdi, secara etimologis hadits
dimaknai sebagai jadid, qorib, dan khabar. Jadid adalah lawan dari qadim yang artinya yang
baru. Sedangkan qarib artinya yang dekat, yang belum lama terjadi. Sementara itu, khabar
artinya warta yaitu sesuatu yang dipercakapkan dan dipindahkan dari seseorang kepada yang
lainnya.
Sedangkan pengertian hadits secara terminologi adalah sabda, perbuatan, dan persetujuan dari
Rasulullah SAW.
Sedangkan secara bahasa, hadis berarti perkataan, percakapan, berbicara. Definisi hadits
dikategorikan menjadi tiga, yaitu perkataan nabi (qauliyah), perbuatan nabi (fi’liyah), dan
segala keadaan nabi (ahwaliyah). Sebagian ulama seperti at-Thiby berpendapat bahwa hadits
melengkapi sabda, perbuatan, dan taqrir nabi. Hadits juga melengkapi perkataan, perbuatan,
dan taqrir para sahabat dan Tabi’in.
Pada dasarnya, Al-Quran dan hadits tidaklah bisa dipisahkan, tetapi saling melengkapi. Oleh
karena itu, keduanya selama ini telah menjadi pedoman bagi masyarakat, terutama umat
Muslim. Jika umat Muslim menjadikan Al-Quran sebagai sumber hukum Islam dan ternyata
masih belum menemukan titik terang dari suatu permasalahan, maka hadits akan menjadi
pedoman yang berikutnya setelah Al-Quran. Jadi, hadits dapat dikatakan sebagai sumber
hukum Islam yang kedua setelah Al-Quran.
Berikut adalah firman Allah SWT yang menjelaskan agar selalu menaati Rasulullah saw
sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran ayat 32 yang berbunyi:
ُقْل َاِط ْيُعوا َهّٰللا َو الَّرُسْو َل ۚ َفِاْن َتَو َّلْو ا َفِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلٰك ِفِر ْيَن
Artinya: “Katakanlah (Muhammad), “ Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling,
ketahuilah bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir”.
Kedudukan hadits adalah sebagai penguat dan memberikan keterangan ketika penjelasannya
tidak tercantum di dalam Al-Quran. Apa yang disampaikan dalam hadits adalah hukum yang
sudah ditetapkan oleh Nabi Muhammad SAW yang merupakan petunjuk dari Allah SWT dan
bisa juga dari hasil ijtihad.
Fungsi Hadits
Terdapat 4 macam fungsi hadits terhadap Al Quran yang ditetapkan oleh ulama Atsar,
sebagai berikut:
1. Bayan at-Taqrir
Bayan at-Taqrir disebut juga dengan bayan at-Ta’kid dan bayan at-Isbat. Dalam hal ini,
hadits berfungsi untuk menetapkan dan memperkuat apa yang telah diterangkan dalam Al-
Quran.
2. Bayan at-Tafsir
Fungsi hadits sebagai bayan at-Tafsir yaitu memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-
ayat Al-Quran yang masih mujmal (samar atau tidak dapat diketahui), memberikan
persyaratan ayat-ayat yang masih mutlak, dan memberikan penentuan khusus ayat-ayat yang
masih umum.
3. Bayan at-Tasyri
Bayan at-Tasyri adalah mewujudkan suatu hukum atau ajaran yang tidak didapati dalam Al
Quran. Fungsi ini disebut juga dengan bayan zaid ala al kitab al-karim.
4. Bayan an-Nasakh
Secara bahasa, an-naskh memiliki arti yang beragam, diantaranya al ibthal (membatalkan), al
ijarah (menghilangkan), at tahwil (memindahkan) stay at taghyir (mengubah). Adapun yang
disebut dengan bayan an nasakh adalah adanya dalil syara’ (yang dapat menghapuskan
ketentuan yang telah ada) karena datangnya dalil berikutnya.
Menurut jumhur ulama, kedudukan hadits menempati posisi kedua setelah Al-Quran. Ditinjau
dari segi wurud atau tsubutnya, Al-Quran bersifat qath’i (pasti) sedangkan hadits bersifat
zhanni al wurud (relatif) kecuali yang berstatus mutawatir (berturut-turut).
C. IJMA’
Ijma berasal dari bahasa Arab ِإْج َم اٌعijmā yang berarti konsensus. Istilah ini
berasal dari kata َأْج َم َعajma‘a yang artinya menyepakati. Kata ini berakar dari َج َم َعjama‘a yang
berarti mengumpulkan atau menggabungkan. Menurut KBBI, pengertian Ijma adalah
kesesuaian pendapat (kata sepakat) dari para ulama mengenai suatu hal atau peristiwa. Secara
etimologi, pengertian ijma mengandung dua arti. Pertama, Ijma berarti ketetapan hati untuk
melakukan sesuatu atau memutuskan berbuat sesuatu. Kedua, Ijma berarti sepakat.
Pengertian Ijma adalah kesepakatan para ulama dalam menetapkan suatu hukum-hukum
dalam agama berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Ijma
adalah keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan cara ijtihad untuk
kemudian dirundingkan dan disepakati dan hasil dari ijma adalah fatwa.
Pengertian Ijma merupakan bagian dari hukum Islam. Dalam Islam, Al-Qur’an dan hadits
adalah dasar hukum yang digunakan. Para ulama menggunakan Al-Qur’an dan hadits sebagai
dasar menetapkan Ijma. Pengertian Ijma penting dipahami ketika mempelajari hukum Islam.
Secara bahasa, ijma adalah mengumpulkan masalah yang setelah itu diberi hukum atas
masalah tersebut lalu diyakini.
Sedangkan menurut istilah, ijma adalah kesepakatan pendapat dari seluruh ahli ijtihad setelah
Rasulullah Muhammad SAW wafat. Kedudukan ijma ini adalah sebagai sumber hukum Islam
yang ketiga setelah Al-Quran dan hadits. Jadi, Ijma adalah salah satu cara menetapkan hukum
yang tidak didapatkan di Al Qur’an dan hadits.
Pada awalnya, ijma ini dijalankan oleh para khalifah serta para petinggi negara. Dari
musyawarah yang sudah mereka lakukan, lalu hasilnya akan dianggap sebagai perwakilan
dari pendapat umat Muslim.
Setelah berjalannya waktu, musyawarah yang dilakukan pun semakin banyak diikuti.
Terutama diikuti oleh ahli ijtihad dan dilanjutkan hingga saat ini. Ijma sendiri dibagi menjadi
dua yaitu ijma sharih dan ijma sukuti.
Ijma sharih atau lafzhi adalah suatu kesepakatan dari para mujtahid yang dilakukan melalui
pendapat atau pun dari perbuatan terhadap suatu hukum perkara tertentu. Untuk ijma sharih
ini tergolong jarang terjadi.
Sedangkan ijma sukuti adalah kesepakatan dari para ulama melalui seorang mujtahid yang
sudah mengutarakan pendapatnya mengenai hukum suatu perkara. Setelah itu pendapat dari
mujtahid tersebut pun menyebar dan banyak orang yang mengetahuinya. Dalam hal ini,
mujtahid lainnya tidak menyatakan ketidaksetujuan pada pendapat tersebut setelah
melakukan riset atau penelitian tentang pendapat itu.
Penetapan Ijma tetap berdasarkan Al-Qur’an dan hadits. Berdasarkan pengertian Ijma, maka
dapat dikatakan bahwa Ijma berasal dari Ijtihad para ulama. Selain itu, Ijma menjadi alat
penafsiran hukum sesuai syariat Islam dan sebagai wujud toleransi terhadap tradisi yang
berbeda dalam Islam.
Menurut istilah para ahli ushul fiqh, pengertian Ijma adalah kesepakatan terhadap
permasalahan hukum syara pada suatu peristiwa. Kesepakatan ini dilakukan para mujtahid
Muslim pada suatu masa tertentu setelah Rasulullah wafat.
Rukun Qiyas
Dikutip dari buku Ushul Fiqih oleh Amrullah Hayatudin, qiyas terdiri dari empat rukun dan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Antara lain sebagai berikut:
1. Ashl
Ashl adalah kasus lama yang sudah ada ketetapan hukumnya baik dalam nash maupun ijma.
Ashl sering disebut sebagai musyabbah bih atau yang diserupai dan maqis ‘alaih atau tempat
meng-qiyas-kan. Dalam arti sederhana, ashl adalah kasus yang akan digunakan sebagai
ukuran atau pembanding.
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi ashl untuk dapat dijadikan qiyas. Ashl harus
memiliki hukum yang bersifat tetap. Ketetapan hukum tersebut harus berdasar pada jalur
sam’isyar’i bukan aqli. Jalur ini juga digunakan untuk mengetahui illat pada ashal. Selain itu,
ketetapan hukum pada ashal harus bukan berdasarkan qiyas, melainkan karena nash atau
ijma. Ashl juga tidak diperbolehkan keluar dari aturan-aturan qiyas.
2. Far’u
Far’u adalah kasus yang akan dicari hukumnya atau disamakan dengan kasus yang sudah ada
hukumnya. Beberapa syarat yang menjadikan far’u dapat ditetapkan dalam qiyas antara lain
far’u belum memiliki hukum yang ditetapkan berdasarkan nash atau ijma, harus ditemukan
illat ashl pada far’u dengan kadar sempurna dan tidak boleh kurang dari kadar illat yang
terdapat pada ashl.
3. Hukum Ashl
Hukum ashl adalah hukum syara yang ditetapkan oleh nash dan dikehendaki untuk
menetapkan hukum terhadap far’u.
4. Illat
Secara bahasa, illat dapat diartikan sebagai hujjah atau alasan. Illat menjadi landasan dalam
hukum ashl. Dalam pengertian lain, illat disebut juga dengan kemaslahatan yang diperhatikan
syara. Illat inilah yang menjadi salah satu pertimbangan dalam melakukan qiyas.
Jadi, dalam menjalani kehidupan ini, umat Islam harus mengikuti hal-hal apa yang boleh
dilakukan dan hal-hal yang tidak boleh dilakukan dalam Al-Quran. Hal ini karena Al-Quran
merupakan sumber hukum Islam tertinggi.
B.AJARAN ISLAM
I.Tauhid
Tauhid adalah konsep fundamental (utama) dalam Islam yang mengacu pada keyakinan akan
keesaan Allah SWT. Umat Muslim diharapkan untuk menyembah dan mengesakan Allah
tanpa sekutu atau mitra. Ini adalah fondasi iman Islam dan menjadi asas dalam semua
tindakan dan ibadah.
1. Tauhid Rububiyyah:
Ini merujuk pada keyakinan bahwa Allah adalah Pencipta, Pengatur, dan Pemelihara
alam semesta. Umat Islam percaya bahwa Allah adalah satu-satunya yang memiliki
kontrol penuh atas segala sesuatu.
2. Tauhid Uluhiyyah:
Ini berkaitan dengan keyakinan bahwa hanya Allah yang berhak untuk diibadahi.
Umat Islam menghindari penyembahan terhadap selain Allah dan hanya melakukan
ibadah kepada-Nya.
3. Tauhid Asma' wa Sifat:
Ini mengacu pada keyakinan bahwa Allah memiliki sifat-sifat yang sempurna dan
unik. Sifat-sifat ini dijelaskan dalam Al-Quran dan Hadis, dan umat Islam meyakini
bahwa tidak ada yang menyerupai-Nya.
Mengingatkan umat Islam untuk selalu bersyukur kepada Allah sebagai Pencipta dan
Pemberi segala nikmat.
Mendorong kepatuhan kepada Allah dalam ibadah dan tindakan sehari-hari.
Memotivasi umat Islam untuk menjalani kehidupan sesuai dengan prinsip-prinsip
moral dan etika Islam.
II. Syariat
Syariat adalah hukum Islam yang mengatur semua aspek kehidupan manusia. Ini mencakup
hukum-hukum dalam beribadah, berperilaku, berinteraksi dengan orang lain, dan dalam
berbisnis. Beberapa sumber utama syariat adalah Al-Quran dan Hadis Nabi Muhammad
SAW.
1. Ibadah: Syariat mengatur tata cara ibadah seperti salat, puasa, zakat, dan haji.
2. Muamalah: Ini meliputi hukum-hukum yang mengatur ekonomi, perdagangan, dan
kontrak-kontrak.
3. Ahkam Jinayat: Mengatur hukum pidana dan pelanggaran hukum dalam Islam.
4. Etika dan Moral: Syariat juga mencakup pedoman etika dan moral dalam berperilaku
sehari-hari.
Membimbing umat Islam dalam menjalani kehidupan yang adil, aman, dan
berkeadilan.
Mendorong kepatuhan kepada hukum Allah dalam semua aspek kehidupan.
Memotivasi umat Islam untuk hidup dengan integritas dan moralitas tinggi.
III. Akhlaq
Akhlaq mengacu pada etika dan perilaku yang baik dalam Islam. Ini mencakup berbagai
aspek, seperti kejujuran, kebaikan hati, kesabaran, dan sikap tawadhu (rendah hati). Nabi
Muhammad SAW adalah contoh sempurna akhlaq dalam Islam.
Pemahaman yang benar terhadap sumber-sumber Agama Islam merupakan kunci untuk
menjaga kesucian dan keaslian ajaran Islam.
Kesimpulan
• Sumber ajaran Islam terdiri dari Al-Quran,Hadis, Ijma', dan Qiyas.
• Al-Quran dan Hadis merupakan sumber utama ajaran Islam.
• Ijma' dan Qiyas digunakan untuk menetapkan hukum-hukum Islam yang tidak
terdapat dalam Al-Quran atau Sunnah.
• Prinsip-prinsip ajaran Islam, seperti tauhid, salat, zakat, puasa, dan haji, menjadi
pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan mereka. Agama Islam
memainkan peran yang penting dalam kehidupan masyarakat Muslim di seluruh
dunia, dan pemahaman yang baik tentang sumber-sumber dan prinsip-prinsipnya
adalah kunci untuk memahami agama ini secara lebih dalam.
3.2. SARAN
Dalam makalah ini, telah dibahas berbagai aspek penting mengenai materi sumber agama.
Namun, masih terdapat beberapa bidang yang dapat ditingkatkan dan beberapa saran yang
bisa diimplementasikan untuk penelitian selanjutnya atau pengembangan makalah ini.
Makalah ini juga menguraikan tiga aspek utama ajaran Islam, yaitu tauhid, syariat, dan
akhlaq, serta dampaknya dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Semua aspek ini bekerja
bersama untuk membentuk landasan kehidupan spiritual, hukum, dan etika dalam Islam.
Daftar Pustaka