Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SUMBER AGAMA & AJARAN ISLAM

Disusun oleh:
Mukhamad Arif Kurniawan (17114619)

FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN INFORMASI


PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARAMA
2016

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan
rahmat,taufik,dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan pembuatan tugas makalah diskusi
Pendidikan Agama Islam dengan judul Sumber sunber Ajaran Agama Islam.
Sholawat dan salam kami curahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW karena beliaulah
satu satunya Nabi yang mampu mengubah dunia dari zaman kegelapan menuju zaman
terang benderang yakni Agama Islam.
Makalah ini disusun dan diuraikan secara efektif dengan landasan pengetahuan yang
diambil dari buku untuk menambah wawasan.
Kiranya makalah ini masih sangat jauh dari kata kesempurnaan oleh karena itu kami
menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi memperbaiki isi dari makalah ini.
Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan kepada
pembaca serta ridho dari Allah SWT.

DAFTAR ISI

Pendidikan Agama IslamII

Judul.............................................................................................................................................
I
Kata Pengantar............................................................................................................................
II
Daftar Isi......................................................................................................................................
III
Bab I (Pendahuluan) ..................................................................................................................
1

Latar Belakang...........................................................................................
..........................................................................................................................................

1
Rumusan Masalah........................................................................................
..........................................................................................................................................

1
Tujuan....................................................................................................
..........................................................................................................................................
2

Bab II (Pembahasan)..................................................................................................................
3

Sumber-Sumber Ajaran Islam..........................................................................


..........................................................................................................................................

3
Al-Quran...................................................................................................
..........................................................................................................................................

4-5
Asbabun Nuzul Al-Quran...............................................................................
..........................................................................................................................................

6
Kajian Tafsir Al-Quran..................................................................................
..........................................................................................................................................

6-7
Al-Sunnah atau Al Hadits................................................................................

..........................................................................................................................................

8-9
Tingkatan-Tingkatan Hadits............................................................................
..........................................................................................................................................

10-11
Asbabun Nuzul Hadits...................................................................................
..........................................................................................................................................

12-13
Ijtihad
..........................................................................................................................................
14

Bab III (Penutup)........................................................................................................................


15

Kesimpulan...............................................................................................
..........................................................................................................................................
15
Saran.......................................................................................................
..........................................................................................................................................
15

Daftar Pustaka.............................................................................................................................
16

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan Agama IslamIII

1.1 Latar Belakang


Sumber ajaran islam ialah segala sesuatu yang dijadikan dasar, acuan, atau pedoman
syariat islam. Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama Islam bersumber dari
Al-Quran yang memuat wahyu Allah dan al-Hadis yang memuat Sunnah Rasulullah.
Mempelajari agama Islam merupakan fardhu ain , yakni kewajiban pribadi setiap muslim
dan muslimah, sedang mengkaji ajaran Islam terutama yang dikembangkan oleh akal pikiran
manusia, diwajibkan kepada masyarakat atau kelompok masyarakat.

Pada umumnya para ulama fikih sependapat bahwa sumber utama hukum islam adalah
Alquran dan hadist. Dalam sabdanya Rasulullah SAW bersabda, Aku tinggalkan bagi
kalian dua hal yang karenanya kalian tidak akan tersesat selamanya, selama kalian
berpegang pada keduanya, yaitu Kitab Allah dan sunnahku. Dan disamping itu pula para
ulama fikih menjadikan ijtihad sebagai salah satu dasar hukum islam, setelah Alquran dan
hadist.
Berijtihad adalah berusaha sungguh-sungguh dengan memperguna kan seluruh
kemampuan akal pikiran, pengetahuan dan pengalaman manusia yang memenuhi syarat
untuk mengkaji dan memahami wahyu dan sunnah serta mengalirkan ajaran, termasuka
ajaran mengenai hukum (fikih) Islam dari keduanya.
1.2 Rumusan Masalah

Apa saja sumber-sumber ajaran agama Islam?


Bagaimanakah konsep Al-Quran?
Bagaimanakah Asbabun Nuzul Al-Quran?
Apa saja kajian tafsir Al-Quran?
Bagaimanakah konsep Al-Sunnah atau Al-Hadits?
Apa saja tingkatan-tingkatan hadits?
Bagaimanakah Asbabun Nuzul Al-Hadits?
Bagaimanakah konsep ijtihad?

1.3 Tujuan

Pendidikan Agama Islam 1

Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama Islam


Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan tentang sumber-sumber ajaran agama
Islam

Pendidikan Agama Islam1

BAB II

Pendidikan Agama Islam 2

PEMBAHASAN
2.1 Sumber Sumber Ajaran Agama Islam
Sebagaimana yang telah diketahui bahwa ajaran Islam ini adalah ajaran yang paling
sempurna, karena memang semuanya ada dalam Islam, mulai dari urusan yang paling kecil
sampai urusan negara, Islam telah memberikan petunjuk di dalamnya. Allah berfirman:
Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama bagimu. (Al-Maidah: 3)
Bukti kesempurnaan Islam itu tercermin dari ajaran dan tuntunan kehidupan yang
komprehensif dan bersumber dari kebenaran wahyu. Agama Islam memiliki aturan-aturan
sebagai tuntunan hidup manusia, baik dalam hubungan dengan sang khaliq Allah SWT (hablu
minawallah) maupun hubungan dengan manusia yang lainnya (hablu minannas). Tuntunan itu
digariskan sebagai sebuah jalan keselamatan yang berdiri kokoh atas dasar ajaran yang
diwahyukan Allah kepada Rasul-Nya.

Di kalangan ulama terdapat kesepakatan bahwa sumber ajaran Islam yang utama
adalah Alquran dan Al-Sunnah. Sumber ajaran lainnya yaitu ijtihad yang dipandang sebagai
sebuah proses penalaran atau akal pikiran yang digunakan untuk memahami Alquran dan AlSunnah. Dalil tentang sumber ajaran Islam tersebut tersurat dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal. Hadits itu banyak diterjemahkan sebagai berikut:
Dari Muadz : Sesungguhnya Rasulullah saw mengutus Muadz ke Yaman, beliau bersabda,
.Bagaimana anda nanti memberikan keputusan ?. Aku memberi keputusan dengan
kitabullah. Bagaimana kalau tidak ada dalam kitabullah?. Maka dengan sunah
Rasulullah saw. Bagaimana kalau tidak ada dalam sunah Rasulullah?. Aku berusaha
dengan rayu ku dan aku tidak akan menyerah.. Lalu Rasulullah menepuk dadanya dan
bersabda, segala puji bagi Allah yang telah membimbing utusan Rasulullah

2.2 Al-Quran
Secara

Pendidikan Agama Islam 3

etimologi

Alquran

berasal

dari

kata qaraa,

yaqrau,

qiraaatan, atau quranan yang berarti mengumpulkan (al-jamu) dan menghimpun (aldlammu). Sebagaimana firman Allah dalam Q.S. 75:17-18: Sesungguhnya atas tanggungan
Kamilah mengum-pulkannya dan membacanya. Jika Kami telah selesai membacakannya,
maka ikutilah bacaan itu.
Sedangkan secara terminologi (syariat), Al-Quran adalah mukjizat terbesar Nabi
Muhammad Saw, bahkan terbesar pula dibandingkan mukjizat para nabi sebelumnya. AlQuran membenarkan Kitab-Kitab sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah
ditetapkan sebelumnya. Seperti dalam ayat yang artinya:
Tidak mungkin Al-Quran ini dibuat oleh selain Allah. Akan tetapi ia membenarkan kitabkitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang ditetapkannya. Tidak ada
keraguan di dalamnya dari Tuhan semesta alam (Q.S.Yunus:37).

Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al-Quran itulah yang benar,
membenarkan kitab-kitab sebelumnya Sesungguhnya Allah benar-benar Mengetahui lagi
Maha Melihat (keadaan) hamba-hambanya. (Q.S. Faathir:31)
Dan menurut para ulama klasik, Alquran sumber ajaran agama Islam pertama yang
memuat firman-firman Allah, yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi
Muhammad sebagai Rasul Allah. sedikit demi sediki selama 22 tahun 2 bulan 22 hari, mulamula di Mekah kemudian di Madinah. Al-Quran pertama kali diturunkan pada tanggal 17
Ramadhan (Nuzulul Quran). Wahyu yang perta kali turun tersebut adalah Surat Alaq, ayat 15. Al-Quran memiliki beberapa nama lain, antara lain adalah Al-Quran (QS. Al-Isra: 9), AlKitab (QS. Al-Baqoroh: 1-2), Al-Furqon (QS. Al-Furqon: 1), At-Tanzil (QS. As-Syuara:
192), Adz-Dzikir (QS. Al-Hijr: 1-9).

Ayat-ayat al-Quran yang diturunkan selama lebih kurang 23 tahun itu dapat dibedakan
antara ayat-ayat yang diturunkan ketika Nabi Muhammad masih tinggal di Mekah (sebelum
hijrah) dengan ayat yang turun setelah Nabi Muhammad hijrah (pindah) ke Madinah. Ayatayat yang tutun ketika Nabi Muhammad masih berdiam di Mekkah di sebut ayat-ayat
Makkiyah, sedangkan ayat-ayat yang turun sesudah Nabi Muhammad pindah ke Madinah
dinamakan ayat-ayat Madaniyah.

Pendidikan Agama Islam 4

Ciri-cirinya adalah :
1. Ayat-ayat Makiyah pada umumnya pendek-pendek, merupakan 19/30 dari seluruh isi alQuran, terdiri dari 86 surat, 4.780 ayat. Sedangkan ayat-ayat Madaniyah pada umumnya
panjang-panjang, merupakan 11/30 dari seluruh isi al-Quran, terdiri dari 28 surat, 1456
ayat.
2. Ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhannaas (hai manusia) sedang
ayatayat Madaniyah dimulai dengan kata-kata yaa ayyuhallaziina aamanu (hai orangorang yang beriman).
3.

Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah berisi tentang tauhid yakni keyakinan pada Kemaha
Esaan Allah, hari Kiamat, akhlak dan kisah-kisah umat manusia di masa lalu, sedang
ayat-ayat Madaniya memuat soal-soal hukum, keadilan, masyarakat dan sebagainya.

Keutamaan Al-Quran ditegaskan dalam Sabda Rasullullah, antara lain:


1. Sebaik-baik orang di antara kamu, ialah orang yang mempelajari Al-Quran dan
mengajarkannya
2. Umatku yang paling mulia adalah Huffaz (penghafal) Al-Quran (HR. Turmuzi)
3. Orang-orang yang mahir dengan Al-Quran adalah beserta malaikat-malaikat yang suci
dan mulia, sedangkan orang membaca Al-Quran dan kurang fasih lidahnya berat dan
sulit membetulkannya maka baginya dapat dua pahala (HR. Muslim).
4. Sesungguhnya Al-Quran ini adalah hidangan Allah, maka pelajarilah hidangan Allah
tersebut dengan kemampuanmu (HR. Bukhari-Muslim).
5. Bacalah Al-Quran sebab di hari Kiamat nanti akan datang Al-Quran sebagai penolong
bagai pembacanya (HR. Turmuzi).
Fungsi Al-Quran antara lain adalah:
1. Menerangkan dan menjelaskan (QS. An-Nahl:89; Ad-Dukhaan:4-5)
2. Al-Quran kebenaran mutlak (Al-Haq) (QS. Al-Baqarah: 91, 76)
3. Pembenar (membenarkan kitab-kitab sebelumnya) (QS. Al-Baqarah: 41, 91, 97; Ali
Imran: 3; Al-Maaidah: 48; Al-Anaam: 92; Yunus: 37; Faathir: 31; Al-Ahqaaf:
1; Yusuf:
Pendidikan Agama
Islam 5
30)
4. Sebagai Furqon (pembeda antara haq dan yang bathil, baik dan buruk)
5. Sebagai obat penyakit (jiwa) (QS. Yunus: 57; Al-Israa: 82; Fushshilat: 44)
6. Sebagai pemberi kabar gembira
7. Sebagai hidayah atau petunjuk (QS. Al-Baqarah:1, 97, 185; Ali Imran: 138; Al-Araaf :
52, 203)
8. Sebagai peringatan

9. Sebagai cahaya petunjuk (QS. Asy Syuura: 52)


10. Sebagai pedoman hidup (QS. Al Jaatsiyah: 20)
11. Sebagai pelajaran

2.3 Asbabun Nuzul Al-Quran


Alquranul karim tidaklah diturunkan sekaligus kepada Rasulullah saw. namun
diturunkan secara berangsung-angsur. Alquran yang memuat 30 juz ayat itu disampaikan
kepada Nabi Muhammad dengan memakan waktu antara 20, 23 dan 25 tahun. Perbedaan
waktu ini terjadi disebabkan perbedaan mengenai penetapan masa tinggal Rasullullah di
Makkah dan Madinah. Dan berdasarkan hitungan para peneliti sejarah, didapati bahwa
lamanya turun Alquran lebih dekat kepada pendapat yang menyatakan selama 23 tahun.
Turunnya Alquran dengan berangsur-angsur memiliki makna dan tujuan tersendiri. Persoalan
keberangsuran ini pernah menjadi pertanyaan orang kafir. Hal ini dapat dilihat dalam firman
Allah,

Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Alquran itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?"
Lalu Allah menjawab dalam ayat sama
...
demikian itu supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacanya secara tartil
(teratur dan benar)
2.4 Kajian Tafsir Al-Quran

Pendidikan Agama Islam 6

Pokok-pokok kandungan dalam Alquran antara lain:


1. Petunjuk mengenai akidah yang harus diyakini oleh manusia. Petunjuk akidah ini
berintikan keimanan akan keesaan Tuhan dan kepercayaan kepastian adanya hari
kebangkitan, perhitungan serta pembalasan kelak.

Pendidikan Agama Islam4

2. Petunjuk mengenai syariah yaitu jalan yang harus diikuti manusia dalam
berhubungan dengan Allah dan dengan sesama insan demi kebahagiaan hidup
manusia di dunia ini dan di akhirat kelak.
3. Petunjuk tentang akhlak, mengenai yang baik dan buruk yang harus diindahkan leh
manusia dalam kehidupan, baik kehidupan individual maupun kehidupan sosial.
4. Kisah-kisah umat manusia di zaman lampau. Sebagai contoh kisah kaum Saba yang
tidak mensyukuri karunia yang diberikan Allah, sehingga Allah menghukum mereka
dengan mendatangkan banjir besar serta mengganti kebun yang rusak itu dengan
kebun lain yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit rasanya.
5. Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir manusia yang
disebut kehidupan akhirat. Kehidupan akhirat dimulai dengan peniupan sangkakala
(terompet) oleh malaikat Israil. Apabila sangkakala pertamaditiupkan, diangkatlah
bumi dan gunung-gunung, la- lu keduanya dibenturkan sekali bentur. Pada hari itulah
terjadilah kiamat dan terbelahlah langit.... (Qs al-Haqqah (69) : 13-16.
6. Benih dan Prinsip-prinsip ilmu pengetahuan.
7. Hukum yang berlaku bagi alam semesta.
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, sebagai berikut:
1. Hukum Itiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin
dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu Ushuluddin,
atau Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf.

Pendidikan Agama Islam 7

Sedangkan khusus hukum syara dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:
1. Hukum ibadah, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT,
misalnya salat, puasa, zakat, dan haji

2. Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia dan
alam sekitarnya. Termasuk ke dalam hukum muamalat adalah sebagai berikut:
. Hukum munakahat (pernikahan).
Hukum faraid (waris).
Hukum jinayat (pidana).
Hukum hudud (hukuman).
Hukum jual-beli dan perjanjian.
Hukum tata Negara/kepemerintahan
Hukum makanan dan penyembelihan.
Hukum aqdiyah (pengadilan).
Hukum jihad (peperangan).
Hukum dauliyah (antarbangsa).
2.5 Al-Sunnah atau Al-Hadits
Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat" atau
"kebiasaan"

(traditions).

Sunnah

adalah

segala

perkataan,

perbuatan,

dan

penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah


persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat. Pengertian di
atas didasarkan kepada Hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai berikut:
Artinya: Barang siapa membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh pahalanya
dan pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya
sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah yang buruk maka dia akan memperoleh dosanya
dan dosa orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa mereka sedikit
pun.
Al Sunnah menurut jumhur ahli hadits adalah: Apa-apa yang diriwayatkan dari
Pendidikan
Agama Islam
Rasulullah shallallahu alaihi wasallam baik berbentuk ucapan, perbuatan,
ketetapan,
dan 8

sifat baik khalqiyah (bentuk) atau khuluqiyah (akhlak).


Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan sabda
Nabi Muhammad Saw.
Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka menjadikanmu
(Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, lalu mereka tidak

merasa berat hati terhadap putusan yang kamu berikan dan mereka menerima sepenuh
hati(Q.S. An Nisaa:65).
Apa yang diberikan Rasul (Muhammad) kepadamu maka terimalah dan apa yang
dilarangnya maka tinggalkanlah (Q.S.Al Hasyr:7).
Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh dengan
keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-ku. (HR.
Hakim dan Daruquthni).
Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada Sunnah Khulafaur Rasyidin
setelahku(H.R. Abu Daud).
Sunnah merupakan penafsir sekaligus juklak (petunjuk pelaksanaan) Al-Quran.
Sebagai contoh, Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara tentang ruku
dan sujud. Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh langsung bagaimana
shalat itu dijalankan, mulai takbiratul ihram (bacaan Allahu Akbar sebagai pembuka
shalat), doa iftitah, bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud, hingga bacaan tahiyat dan salam.
Fungsi Al-Sunnah dalam hubungan dengan Al-Quran itu adalah sebagai berikut :

1. BayanTafsir
Yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti
hadits : Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli (Shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Quran yang umum,
yaitu : Aqimush-shalah (Kerjakan shalat). Demikian pula hadits: Khudzu anni
manasikakum (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsir dari ayat Al-Quran
Waatimmulhajja ( Dan sempurnakanlah hajimu ).
2. BayanTaqrir
Yaitu Al-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat
pernyataan
Al- 9
Pendidikan
Agama Islam
Quran. Seperti hadits yang berbunyi: Shoumu liruyatihiwafthiru liruyatihi
(Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah
memperkokoh ayat Al-Quran dalam surat Al-Baqarah : 185.
3. BayanTaudhih,
Yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Quran, seperti pernyataan
Nabi : Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu
yang sudah dizakati, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Quran dalam

surat at-Taubah: 34, yang artinya sebagai berikut : Dan orang-orang yang
menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan Allah maka
gembirakanlah mereka dengan azab yang
pedih. Pada waktu ayat ini turun banyak para sahabat yang merasa berat untuk
melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya kepada Nabi yang kemudian dijawab
dengan hadits tersebut.
2.6 Tingkatan-tingkatan Hadits
Pembagian hadits adalah suatu kegiatan yang bertujuan memisahkan atau
mengklasifikasikan suatu hadits dengan hadits lain berdasarkan sanad, matan, dan rawi. Para
ahli hadits membagi hadits dalam tiga bagian, yaitu:

Hadits Shahih

Para ulama hadits memberikan definisi hadits shahih sebagai hadits yang sanadnya
sambung berakhir pada Rasulullah saw. Suatu hadits dapat dikatakan shahih apabila
memenuhi 5 persyaratan,yaitu :
Semua rawinya adil
Semua rawinya sempurna ingatan (dlabith)
Sanadnya bersambung-sambung tidak putus
Tidak berillat (cacat tersembunyi)
Tidak janggal (syadz)
Contoh Hadits Sahih: Hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari di dalam kitab Shahih-nya
(juz.4 Hal.18),kitab al- jihad wa as-siyar, bab ma yaudzu min al-jubni;

: :
:
:
Pendidikan Agama Islam 10

Telah menceritakan kepada kami Musaddad, telah menceritakan kepada kami Mutamir, ia
berkata; Aku mendengar ayahku berkata: Aku mendengar Anas bin Malik ra berkata,
Rasulullah saw berdoa ; Ya Allah, aku memohon kepada-Mu perlindungan dari kelemahan,
kemalasan, sifat pengecut dan dari kepikunan, dan aku memohon kepada-Mu perlindungan
dari fitnah (ujian) di masa hidup dan mati, dan memohon kepada-Mu perlindungan dari
adzab di neraka.

Hadits Hasan

Yaitu adakalanya termasuk hadits shahih,seperti yang dikutip oleh adz-dzahabi dari imam
bukhari dan muslim. Adakalanya pula termasuk hadits dhaif yang tidak boleh diamalkan
begitu saja, tetapi menurut ahmad bin hanbal lebih layak untuk diamalkan daripada qiyas.
Hadits hasan hampir sama dengan hadits shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal
ingatan perawi. Pada hadits shahih ingatan atau daya hapalannya harus sempurna sedangkan
pada hadits hasan ingatan atau daya hapalannya kurang sempurna.dengan kata lain bahwa
syarat-syarat hadits hasan dapat dirinci sebagai berikut:
a)
b)
c)
d)
e)

Sanadnya bersambung
Perawinya adil
Perawinya dhabit, tetapi kedhabitannya di bawah kedhabitan perawi hadits hasan
Tidak terdapat kejanggalan
Tidak ada illat

Contoh hadis hasan: Hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu al-Quththan di dalam Ziyadah ala
Sunan Ibni Majah (2744)

:

Yahya bin Said, dari Amr bin Syuaib, dari ayahnya, dari kakeknya, berkata; Rasulullah saw
bersabda; kafirlah orang yang mengaku-aku nasab orang yang tidak diketahuinya, atau
menolak nasab (yang sebenarnya), meskipun samar
Di dalam sanad hadis ini terdapat Amr bin Syuaib bin Muhammad, bin Abdullah bin Amr
bin al-Ash. al-Hafidz Ibnu Hajar di dalam kitab at-Taqrib(2/72) mengatakan, bahwa ia
adalah shaduq.

Pendidikan Agama Islam 11

Hadits Dlaif

Hadits dlaif dari segi bahasa berarti hadits yang lemah atau hadits yang tidak kuat.
Secara istilah di antara para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadits
dlaif ini, akan tetapi pada dasarnya isi dan maksudnya adalah sama. Hadis dlaif menurut
derajat kedlaifannya dapat dibagi menjadi dua bagian:
1. Hadis yang kedlaifannya ringan, tidak berat, dimana apabila didukung dengan hadis
yang setingkat dengannya akan hilang dlaifnya, dan meningkat menjadi hasan
lighairihi. Seperti karena rawinya adalah seorang yang dlaif yang masih ditulis

hadisnya, tetapi tidak bisa menjadi argumen apabila hanya diriwayatkan-nya seorang
diri, atau karena di dalam sanadnya terdapat inqitha (keterputusan) karena mursal,
atautadlis.
2. Apabila

tingkat

kedlaifannya

banyaknyatabi (pendukung),

yaitu

berat,
apabila

maka
rawinya

tak

ada

artinya

pendusta

atau

tertuduh

pendusta, matruk karena buruknya hafalan atau karena banyaknya kesalahan,


atau majhul ain yang tak diketahui sama sekali identitasnya.
Contoh Hadis Dlaif berat, dengan sebab kedlaifan dalam hal adalah(keadilan) adalah;
Hadis yang dikeluarkan oleh al-Khathib al-Baghdadi di dalam Iqtidla al-Ilmi al-Amali (69)
:
:



Dari Abu Dawud an-Nakhai, telah menceritakan kepada kami Ali bin Ubaidilah alGhathfani, dari Salik, ia berkata; Aku mendengar Nabi saw bersabda; Apabila seorang
berilmu mengetahui tetapi tidak mengamalkan, maka ia seperti lampu yang menyinari orang
lain tetapi membakar dirinya sendiri.
Di dalam sanad ini, nama Abu Dawud an-Nakhaiy adalah Sulaiman bin Amr.
Tentang rijal ini Imam Ahmad berkata, Dia pernah memalsukan hadis. Ibnu Main berkata,
Dia orang yang paling dusta. Murrah berkata, Dia dikenal telah memalsukan hadis. AlBukhari berkata, Dia ditinggalkan hadisnya, Qutaibah dan Ishaq menuduhnya sebagai
pendusta.

Pendidikan Agama Islam 12

Dengan demikian hadis tersebut melalui sanad ini adalah maudlu, karena kedlaifan
periwayatnya dalam hal adalah (keadilannya).
2.7 Asbabun Nuzul Hadits
Ketika Nabi Muhammad Saw masih hidup, beliau melarang para sahabatnya
menuliskan apa yang dikatakannya. Kebijakan itu dilakukan agar ucapan-ucapannya tidak
bercampur-baur dengan wahyu (Al-Quran). Karenanya, seluruh Hadits waktu itu hanya
berada dalam ingatan atau hapalan para sahabat.

Kodifikasi Hadits dilakukan pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (100 H/718
M), lalu disempurnakan sistematikanya pada masa Khalifah Al-Mansur (136 H/174 M). Para
ulama waktu itu mulai menyusun kitab Hadits, di antaranya Imam Malik di Madinah dengan
kitabnya Al-Mutwaththa, Imam Abu Hanifah menulis Al-Fqhi, serta Imam Syafii menulis
Ikhtilaful Hadits, Al-Um, dan As-Sunnah.
Berikutnya muncul Imam Ahmad dengan Musnad-nya yang berisi 40.000 Hadits.
Ulama Hadits terkenal yang diakui kebenarannya hingga kini adalah Imam Bukhari (194
H/256 M) dengan kitabnya Shahih Bukhari dan Imam Muslim (206 H/261 M) dengan
kitabnya Shahih Muslim. Kedua kitab Hadits itu menjadi rujukan utama umat Islam hingga
kini. Imam Bukhari berhasil mengumpulkan sebanyak 600.000 hadits yang kemudian
diseleksinya. Imam Muslim mengumpulkan 300.000 hadits yang kemudian diseleksinya.
Ulama Hadits lainnya yang terkenal adalah Imam Nasa'i yang menuangkan koleksi
haditsnya dalam Kitab Nasa'i, Imam Tirmidzi dalam Shahih Tirmidzi, Imam Abu Daud dalam
Sunan Abu Daud, Imam Ibnu Majah dalam Kitab Ibnu Majah, Imam Baihaqi dalam Sunan
Baihaqi dan Syu'bul Imam, dan Imam Daruquthni dalam Sunan Daruquthni.
Ada tiga peranan al-Hadis disamping al-Quran sebagai sumber agama dan ajaran
Islam, yakni sebagai berikut :
1. Menegaskan lebih lanjut ketentuan yang terdapat dalam al-Quran. Misalnya dalam AlQuran terdapat ayat tentang sholat tetapi mengenai tata cara pelaksanaannya dijelaskan
oleh Nabi.
2. Sebagai penjelasan isi Al-Quran. Di dalam Al-Quran Allah memerintahkan
manusia
Pendidikan
Agama
Islam 13
mendirikan shalat. Namun di dalam kitab suci tidak dijelaskan banyaknya rakaat, cara
rukun dan syarat mendirikan shalat. Nabilah yang menyebut sambil mencontohkan
jumlah rakaat setiap shalat, cara, rukun dan syarat mendirikan shalat.
3. Menambahkan atau mengembangkan sesuatu yang tidak ada atau samar-samar
ketentuannya di dalam Al-Quran. Sebagai contoh larangan Nabi mengawini seorang
perempuan dengan bibinya. Larangan ini tidak terdapat dalam larangan-larangan
perkawinan di surat An-Nisa (4) : 23.
2.8 Ijtihad

Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu masalah
yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya
disebut Mujtahid.
Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-Quran
dan As-Sunnah, diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu Daud) yang
berisi dialog atau tanya jawab antara Nabi Muhammad Saw dan Muadz bin Jabal yang
diangkat sebagai Gubernur Yaman.
Ijtihad adalah sarana ilmiah untuk menetapkan hukum sebuah perkara yang tidak
secara tegas ditetapkan Al-Quran dan As-Sunnah. Pada dasarnya, semua umat Islam berhak
melakukan Ijtihad, sepanjang ia menguasai Al-Quran, As-Sunnah, sejarah Islam, juga
berakhlak baik dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Lazimnya, Mujtahid
adalah para ulama yang integritas keilmuan dan akhlaknya diakui umat Islam. Hasil Ijtihad
mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara bersama-sama atau kolektif,
maka hasilnya disebut Ijma atau kesepakatan.

BAB III
PENUTUP

Pendidikan Agama Islam 14

3.1 Kesimpulan
Dari materi diatas tentang Sumber Ajaran Islam dapat disimpilkan bahwa terdapat 3
pokok yang menjadi sumber ajaran bagi umat islam. yaitu, Al-Quran, hadis dan Ijtihad.
Dimana Al-quran adalah nama bagi kitab suci umat islam yang berfungsi sebagai petunjuk
hidup (hidayah) bagi seluruh umat manusia. Hadits merupakan sesuatu yang disandarkan
kepada nabi SAW. Baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, maupun sifat beliau. Dan Ijtihad
merupakan pencurahan segenap kemampuan secara maksimal untuk mendapatkan hukum
syara yang amali dari dalil-dalilnya yang tafsili.
3.2 Saran

Saran dari penulis adalah marilah kita menjadikan Al-quran dan Al-hadist sebagai
pedoman dalam kehidupan sehari-hari kita yang merupakan sumber hukum agama Islam dan
sekaligus pembawa kita kedalam kehidupan yang bahagia baik itu di dunia dan akhirat kelak
nanti.

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikan Agama Islam 15

1. Endang Saifuddin Anshari, Kuliah Al-Islam, Pustaka Bandung, 1978.


2. Drs. Nasruddin Razak, Dienul Islam, Maarif Bandung, 1989
3. Zainab Al-Ghazali, Menuju Kebangkitan Baru, Gema Insani Press Jakarta, 1995
4. H. Djarnawi Hadikukusam, Ijtihad, dalam Amrullah Achmad dkk.
5. (Editor), Persepektif Ketegangan Kreatif dalam Islam, PLP2M Yogyakarta, 1985

Pendidikan Agama Islam 16

Anda mungkin juga menyukai