Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

HAJI DAN PERMASALAHANNYA


Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqih

KELOMPOK
1. M.Kholis
2. Wiji
3. Faizin
4. Muthohar

SEMESTER 1A
SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH MUHAMMADIYAH
BOJONEGORO
JL.Dr.BUDI NO.03
2014/2015

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT yang
masih memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan
pembuatan makalah ini dengan judul haji dan permasalahannya
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
fiqih. Dalam makalah ini membahas tentang pengertian haji, umroh dan
permasalahannya.
Akhirnya saya sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap
makalah ini kepada guru pembimbing, dan penulis berharap semoga
makalah ini bermanfaat bagi kami dan khususnya pembaca pada
umumnya.
Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini.
Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang
konstruktif sangat kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.

Bojonegoro, 1 januari 2015

DAFTAR ISI

BAB I...................................................................................................................... 1
2

PENDAHULUAN....................................................................................................... 1
A.

Latar Belakang Masalah.................................................................................. 1

B.

Rumusan Masalah........................................................................................... 1

BAB II..................................................................................................................... 2
PEMBAHASAN........................................................................................................ 2
A.

Pengertian Haji................................................................................................ 2

B.

Macam-Macam Haji......................................................................................... 2

C. Syarat, Rukun, Wajib, dan Sunah Haji..............................................................3


D. Tata Cara Pelaksanaan Haji............................................................................. 6
E.

Hikmah Melaksanakan Haji..............................................................................9

F.

Permasalahannya.......................................................................................... 10

BAB III.................................................................................................................. 11
PENUTUP.............................................................................................................. 11
A.

Kesimpulan.................................................................................................... 11

B.

Kritik dan saran............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 12

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Tujuan Agama Islam bertugas mendidik dhahir manusia, mensucikan
jiwa manusia, dan membebaskan diri manusia dari hawa nafsu. Dengan
ibadah yang tulus ikhlas dan aqidah yang murni sesuai kehendak Allah,
insya Allah kita akan menjadi orang yang beruntung.Ibadah dalam agama
Islam banyak macamnya. Haji adalah salah satunya, yang merupakan
rukun iman yang kelima. Ibadah haji adalah ibadah yang baik karena tidak
hanya

menahan

hawa

nafsu

dan

menggunakan

tenaga

dalam

mengerjakannya, namun juga semangat dan harta. Dalam mengerjakan


haji, kita menempuh jarak yang demikian jauh untuk mencapai Baitullah,
dengan segala kesukaran dan kesulitan dalam perjalanan, berpisah
dengan sanak keluarga dengan satu tujuan untuk mencapai kepuasan
batin dan kenikmatan rohani.Masalah haji dan umroh itu merupakan salah
satu dari rukun Islam, yang mana haji dan umroh itu adalah kewajiban
bagi setiap orang Islam yang sehat dan mampu baik mampu dalam hal
kesehatan juga mampu dalam materi. Haji itu diwajibkan hanya satu kali
dan apabila haji yang kedua kalinya, maka hukumnya sunat.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
Bagaimana tata cara pelaksanaan haji dan umroh ?
Apa perbedaan haji dan umroh ?
Apa hikmah yang terkandung dalam haji dan umroh ?

BAB II
PEMBAHASAN

A Pengertian Haji
Kata Haji berasal dari bahasa arab yang berarti menyengaja, dari
segi

syari

haji

berarti

menyengaja

mengunjungi

Kabah

untuk

mengerjakan ibadah yang meliputi thawaf, sai, wuquf dan ibadah-ibadah


lainnya untuk memenuhi perintah Allah SWT dan mengharap keridlaanNya dalam masa yang tertentu.

B Macam-Macam Haji
1.

Haji Tamattu

Ialah seorang berihram untuk melaksanakan umrah pada bulan-bulan haji,


memasuki Makkah lalu menyelesaikan umrahnya dengan melaksanakan
thawaf umrah, sa'i umrah kemudian bertahallul dari ihramnya dengan
memotong pendek atau mencukur rambut kepalanya, lalu dia tetap dalam
kondisi halal (tidak ber-ihram) hingga datangnya hari Tarwiyah, yaitu
tanggal 8 Dzulhijjah.
2.

Haji Qiran

Yaitu seorang berihram untuk melaksanakan umrah dan haji secara


bersamaan, atau dia berihram untuk umrah, lalu berihram untuk haji
sebelum memulai thawaf-nya, kemudian ia memasuki kota Makkah dan
tetap pada ihramnya hingga selesai melaksanakan manasik hajinya
(sampai tanggal 10 Dzulhijjah), dan wajib baginya untuk menyembelih
"hadyu".
3.

Haji Ifrad
2

Yaitu seorang yang berihram untuk melaksanakan ibadah haji saja, dia
tidak bertahallul dari ihramnya, kecuali setelah melempar jamroh 'aqabah
(pada tanggal 10 Dzulhijjah), dan tidak ada kewajiban menyembelih
"hadyu" baginya.

C. Syarat, Rukun, Wajib, dan Sunah Haji

Syarat Wajib Haji

a.

Islam (tidak wajib, tidak sah haji orang kafir)

b. Berakal (tidak wajib, atas orang gila dan orang bodoh)


c.

Balig (sampai umur 15 tahun atau balig dengan tanda-tanda lain)

tidak wajib haji atas kanak-kanak


d. Kuasa (tidak wajib haji atas orang yang tidak mampu)

Rukun Haji

a.

Ihram (berniat mulai mengerjakan haji atau umroh)

b.

Hadir di Padang Arafah pada waktu yang ditentukan, yaitu mulai dari

tergelincir matahari (waktu dzuhur) tanggal 9 bulan Haji sampai terbit


fajar tanggal 10 bulan Haji, artinya orang yang sedang mengerjakan haji
itu wajib berada di Padang Arafah pada waktu tersebut.
c.

Thawaf (berkeliling Kabah)

Syarat thawaf: Menutup aurat, Suci dari hadas dan najis, Kabah
hendaknya di sebelah kiri orang yang thawaf, Permulaan thawaf itu
hendaklah dari Hajar Aswad,Thawaf itu hendaknya tujuh kali, Thawaf itu
hendaklah didalam masjid karena Rasulullah itu melakukan thawaf di
masjid.
Macam-macam thawaf : Thawaf qudum (ketika baru sampai) sebagai
shalat tahiyatul masjid, Thawaf ifadah (thawaf rukun haji, Thawaf wada
(thawaf ketika akan meninggalkan Makkah), Thawaf nazar (thawaf yang
3

dinazarkan), Thawaf tahalul (penghalalan barang yang haram ketika


ihram).
d. Sai (berlari-lari/diantara bukit Safa dan Marwah)
Syarat syai : Hendaklah dimulai dari bukit Safa dan disudahi di bukit
Marwah, Hendaklah Sai itu tujuh kali. Dari Safa ke Marwah satu kali,
kembalinya dari Marwah ke Safa dihitung dua kali, Waktu Sai itu
hendaknya sesudah thawaf baik thawaf rukun maupun thawaf qudum.

Wajib Haji

Perkataan wajib dan rukun biasanya berarti sama, tetapi di dalam


urusan haji atau perbedaan sebagai berikut:
Rukun : Sesuatu yang tidak sah haji melainkan dengan melakukannya dan
ia

tidak

boleh

diganti

dengan

Dam

(penyembelihan

binatang),

sedangkan
Wajib : Sesuatu yang perlu dilakukan/dikerjakan bergantung sahnya haji
tidak bergantung padanya dan boleh diganti dengan penyembelihan
binatang.
a. Ihram dan miqat (tempat yang ditentukan dan masa tertentu)
Ketentuan masa (miqat zamani) ialah dari awal bulan syawal sampai terbit
fajar hari raya haji (tanggal 10 bulan Haji). Jadi ihram haji wajib dilakukan
denga masa dua bulan 9 hari.
b.Berhenti di Muzdalifah sesudah tengah malam, dimalam hari raya haji
sesudah hadir di Padang Arafah, maka apabila ia berjalan dari Muzdalifah
tengah malam, ia wajib membayar denda (Dam).
c. Melontarkan Jumratul Aqobah pada hari raya haji,
d. Melontarkan tiga jumrah
Jumrah pertama, kedua dan ketiga (jumrah aqobah) dilontarkan pada
tanggal 11-12-13 bulan haji. Tiap jumrah dilontarkan dengan tujuh batu
4

kerikil waktu melontarkannya ialah: sesudah tergelincir matahari pada


tiap-tiap hari
Orang yang sudah melontar pada hari pertama dan kedua, kalau ingin
pulang, tidak ada halangannya lagi. Kewajiban bermalam pada malam
ketiga dan kewajiban melontar pada hari ketiga.
Syarat-syarat melontar jumrah:
a.

Melontar dengan tujuh batu, dilontar satu persatu

b.

Menertibkan tiga jumrah, dimulai dari jumrah yang pertama (dekat

Masjid Khifa)

kemudian yang ditengah dan sesudah itu yang akhir

(jumrah Aqobah)
c.

Alat untuk melontar adalah batu (batu kerikil), tidak sah melontar

dengan selain batu


d.

Bermalam di Mina, beralasan atas perbuatan Rasulullah SAW

e.

Thawaf Wada (thawaf sewaktu akan meninggalkan Makkah)

f.

Menjauhkan diri dari segala larangan atau yang diharamkan.

1.

Sunah Haji
Ifrad

Cara mengerjakan haji dan umrah ada tiga cara:


a. Ifrad : yaitu ihram untuk haji terus diselesaikannya pekerjaan haji ihram
untuk umrah
b. Tamattu : yaitu mendahulukan umrah daripada haji dalam waktu haji.
Caranya

ihram

mula-mula

untuk

umrah

dari

miqat

negerinya

diselesaikan semua urusan umrah, kemudian ihram lagi dari Makkah


untuk haji

c. Qiran : yaitu dikerjakan bersama-sama (serentak). Caranya : seseorang


melakukan

ihram

untuk

keduanya

pada

waktu

ihram

haji

dan

mengerjakan sekalian urusan haji.


2.

Membaca Talbiyah dengan suara yang keras baik bagi laki-laki, bagi

perempuan hendaknya diucapkan sekedar didengar telinganya sendiri.


Membaca Talbiyah disunatkan selama dalam ihram sampai melontarkan
jumrah aqobah pada hari raya.
3.

Berdoa sesudah membaca Talbiyah,

4.

Membaca dzikir sewaktu thawaf,

5.

Shalat dua rakaat sesudah tahawaf,

6.

Masuk ke Kabah (rumah suci),

Larangan ketika ihram :


Hal-hal yang tidak boleh dikerakan oleh orang yang sedang dalam ihram
haji atau umrah, ada yang terlarang bagi laki-laki, ada yang terlarang bagi
perempuan ada pula yang terlarang bagi keduanya (laki-laki dan
perempuan).
1. Larangan bagi laki-laki
a.

Dilarang memakai pakaian yang berjahit, baik jahitan biasa maupun

bersulaman
b.

Dilarang menutup kepala, kecuali karena sesuatu keperluan, maka

diperbolehkan. Tetapi ia wajib membayar denda (dam)


2. Larangan bagi perempuan:
Dilarang menutup muka dan dua telapak tangan, kecuali apabila keadaan
mendesak, tetapi diwajibkan mendenda fidyah.
3. Yang dilarang bagi keduanya :

a.

Dilarang memakai wangi-wangian baik pada badan maupun pada

pakaian.
b.

Dilarang menghilangkan rambut atau bulu badan yang lain begitu

juga berminyak rambut,


c.
d.

Dilarang memotong kuku


Dilarang mengakadkan nikah (menikahkan, menikah atau menjadi

wakil dalam akad nikah)


e.

Dilarang bersetubuh dan pendahulunya karena perbuatan itu bisa

membatalkan umrah
f.

Dilarang berburu dan membunuh binatang darat liar dan halal

dimakan.

D.Tata Cara Pelaksanaan Haji


1.

Di Mekkah ( pada tanggal 8 djulhijjah ) :

Mandi dan berwudlu

Memakai kain ihram kembali

Shalat sunat ihram dua rakaat

Niyat haji : Labbaika Allahumma Bihajjatin

Berangkat menuju Arafah

Membaca Talbiyah, shalawat dan doa,

bacaanTalbiyah

: Labbaika Allahumma Labbaik Laa Syarikalaka

Labbaika Innalhamda Wannimata Laka Walmulka Laa Syarika Laka


2.

Di Arafah

Waktu masuk Arafah hendaklah berdoa

menunggu waktu wukuf

wukuf pada tanggal 9 Djulhijjah


7

Berangkat menuju muzdalifah sehabis Maghrib

Catatan :
Sebagai pelaksanaan rukun haji seorang jamaah harus berada di Arafah
pada tanggal 9 Djulhijjah meskipun hanya sejenak. waktu wukuf dimulai
dari waktu

Dzuhur tanggal 9 Djulhijjah sampai

terbit fajar tanggal 10

Djulhijjah.
Agar tidak terlalu lama menunggu waktu sampai

lewat tengah malam

(mabit) di Muzdalifah hendaknya jemaah meninggalkan Arafah sesudah


Maghrib (Maghrib-isya di jama takdim). Waktu berangkat dari Arafah
hendaknya berdoa.

3.

Di Muzdalifah (pada malam tanggal 10 Djulhijjah)


Waktu sampai di Muzdalifah berdoa
Mabit, yaitu berhenti di Muzdalifah untuk menunggu waktu lewat

tengah malam sambil mencari batu krikil sebanyak 49 atau 70 butir untuk
melempar jumrah

Menuju Mina

4.

Di Mina

Sampai di Mina hendaklah berdoa .


Selama di Mina kewajiban jamaah adalah melontar jumroh dan

bermalam (mabit). Waktu melempar jumrohmelontar jumroh aqobah


waktunya setelah tengah malam , pagi dan sore. Tetapi diutamakan
sesudah terbit matahari tanggal 10 Djulhijjah. Melontar jumroh ketigatiganya pada tanggal 11,12,13 Dzulhijjah waktunya pagi, siang, sore dan
malam. Tetapi diutamakan sesudah tergelincir matahari. Setiap melontar
1 jumroh 7 kali lontaran masing-masing dengan 1 krikil. Pada tanggal 10
Djulhijjah melontar jumroh Aqobah saja lalu tahallul (awal). Dengan
8

selesainya tahallul awal ini, maka seluruh larangan ihram telah gugur,
kecuali menggauli isteri. setelah tahallul tanggal 10 Djulhijjah kalau ada
kesempatan hendaklah pergi

ke Mekkah untuk thawaf ifadah dan sai

tetapi harus kembali pada hari itu juga dan tiba di mina sebelum matahari
terbenam. Pada tanggal 11, 12 Djulhijjah melontar jumroh Ula, Wustha
dan Aqobah secara berurutan, kemudian kembali ke mekkah. itulah yang
dinamakan naffar awal. Bagi jamaah haji yang masih berada di Mina pada
tanggal 13 Djulhijjah diharuskan melontar ketiga jumroh itu lagi, lalu
kembali ke mekkah. itulah yang dinamakan naffar tsani. Bagi jamaah haji
yang blm membayar dam hendaklah menunaikannya disini dan bagi yang
mampu, hendaklah memotong hewan kurban. Beberapa permasalahan di
Mina yang perlu diketahui jamaah adalah sebagai berikut :
Masalah Mabit di Mina
Masalah melontar jumroh
melontar malam hari
melontar dijamakkan
tertunda melontar jumroh Aqobah
mewakili melontar jumroh
5.

Kembali ke Mekkah

Thawaf Ifadah
Thawaf Wada

Selesai melakukan thawaf wada bagi jamaah gelombang pertama,

berangkat ke Jeddah untuk kembali ke tanah air.

E. Hikmah Melaksanakan Haji

Setiap perbuatan dalam ibadah haji sebenarnya mengandung rahasia,

contoh seperti ihrom sebagai upacara pertama maksudnya adalah bahwa

manusia harus melepaskan diri dari hawa nafsu dan hanya mengahadap
diri kepada Allah Yang Maha Agung.
Memperteguh iman dan takwa kepada allah SWT karena dalam ibadah
tersebut diliputi dengan penuh kekhusyuan
Ibadah haji menambahkan jiwa tauhid yang tinggi

Ibadah haji adalah sebagai tindak lanjut dalam pembentukan sikap

mental dan akhlak yang mulia

Ibadah haji adalah merupakan pernyataan umat islam seluruh dunia

menjadi umat yang satu karena mempunyai persamaan atau satu akidah
Ibadah haji merupakan muktamar akbar umat islam sedunia, yang
peserta-pesertanya berdatangan dari seluruh penjuru dunia dan Kabahlah
yang menjadi symbol kesatuan dan persatuan

Memperkuat fisik dan mental, kerena ibadah haji maupun umrah

merupakan ibadah yang berat memerlukan persiapan fisik yang kuat,


biaya

besar

dan

memerlukan

kesabaran

serta

ketabahan

dalam

menghadapi segala godaan dan rintangan


Menumbuhkan semangat berkorban, karena ibadah haji maupun umrah,
banyak meminta pengorbanan baik harta, benda, jiwa besar dan
pemurah, tenaga serta waktu untuk melakukannya
Dengan melaksanakan ibadah haji bisa dimanfaatkan untuk membina
persatuan dan kesatuan umat Islam sedunia

F. Permasalahannya
Dinyatakan di sini beberapa permasalahan fiqh berkenaan dengan ibadat
haji:
Pertama: Bila seorang bakal haji mahu meninggalkan Mekah dia
hendaklah tawaf di Baitullah sebanyak tujuh pusingan. Semasa melakukan
tawaf ini, tarammul tidak perlu dilakukan.
10

Tawaf ini disebut juga sebagai Tawaf Wida' atau Tawaf Sadr. Hukum tawaf
ini mengikut ulama jumhur, selain kalangan Maliki adalah wajib kecuali
bagi ahli Mekah.
Kedua: Jika seseorang wanita itu didatangi haid semasa mahu berihram,
maka dia hendaklah mandi dan berihram. Jika kedatangan haidnya
selepas melakukan wuquf di Arafah dan Tawaf rukun, maka dia hendaklah
terus meninggalkan Mekah.
Dia tidak dikenakan apa-apa disebabkan tidak melakukan Tawaf Wida'.
Inilah pendapat Dr. Wahbah al-Zuhaili.
Ketiga: Mengikut ulama Hanafi, sekiranya orang melakukan haji tamattu'
itu membawa binatang dam, maka kedudukan haji yang dilakukan adalah
sama dengan Haji Qiran, sebagaimana yang telah dijelaskan.
Dia

tidak

bertahallul

seperti

yang

dilakukan

oleh

mereka

yang

mengerjakan haji secara tamattu', bahkan dia akan terus berada dalam
keadaan berihram sehinggalah ia menyembelih binatang dam pada Hari
Nahar.

Keempat: Mengikut pendapat jumhur ulama, menyembelih binatang dam,


sama ada berupa kambing, lembu, unta, atau 1/7 daripada seekor unta
wajib dilakukan pada Hari Nahar dan di Mina selepas melakukan lontaran
Jamrah Aqabah, iaitu pada hari raya sebelum melakukan amalan bercukur.
Alasan pendapat ini ialah, Rasulullah SAW sendiri menyembelih binatang
damnya dengan cara ini.
Ulama Syafie pula mengatakan, sebaiknya sembelihan ini hendaklah
dilakukan pada Hari Nahar kerana mengikut apa yang Rasulullah SAW
lakukan di samping mengelakkan daripada khilaf yang ada di kalangan
ulama.
Kelima: Menurut mazhab Syafie, ibadah haji yang disuruh oleh syarak
pada asalnya adalah secara Ifrad. Walau bagaimanapun, tiada halangan
bagi seseorang itu berihram secara tamattu' atau Qiran dengan syarat dia
11

hendaklah membayar fidyah, iaitu menyembelih seekor kambing yang


layak untuk sembelihan qurban.
Jika kambing atau nilainya tidak diperolehi, dia hendaklah berpuasa
selama tiga hari semasa haji dan tujuh hari setelah balik ke tanah air.

BAB III
PENUTUP

A Kesimpulan
Haji

berarti

bersengaja

mendatangi

Baitullah

(kabah)

untuk

melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang tertentu dan
dilaksanakan pada waktu tertentu pula, menurut syarat-syarat yang
ditentukan oleh syara, semata-mata mencari ridho Allah. Umrah ialah
menziarahi kabah, melakukan tawaf di sekelilingnya, bersayu antara
Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut. Ketaatan
kepada Allah SWT itulah tujuan utama dalam melakukan ibadah haji.
12

Disamping itu juga untuk menunjukkan kebesaran Allah SWT..Dasar


Hukum Perintah Haji atau umrah terdapat dalam QS. Ali- Imran 97
Untuk dapat menjalankan ibadah haji dan umrah harus memenuhi
syarat, rukun dan wajib haji atau umroh. Hal-Hal yang Membatalkan Haji
adalah Jima, senggama, bila dilakukan sebelum melontar jamrah aqabah
dan meninggalkan salah satu rukun haji.

B Kritik dan saran


Syukur alhamdulillah, makalah tentang haji mata kuliah fiqih ini dapat
diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangan dimana-dimana, oleh karena
itu segala kritik dan saran diharapkan dari semua pihak, dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penyusun dan pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

Abi Bakar, Khasiyah Ianatuth Tholibin, Darul Ihya


Abi Zakaria Muhyidin Yahya, Minhaj Syarah Shohih Muslim
Abi Bakar Al-Anshori, Hasyiah Asy-Syarqowi Darul Fikri, Bairut, 1996

13

Anda mungkin juga menyukai