Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
SEMESTER V
X
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Prinsip-prinsip Dalam Akhlak Dan Sosial Kemasyarakatan” ini tepat pada
waktunya.
Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu selaku dosen pengampu mata
kuliah ini yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang Saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga Saya dapat menyelesaikan
makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang Saya tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan Saya
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
Pemakalah
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH....................................................................1
C. TUJUAN MASALAH.........................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2
A. PENGERTIAN AKHLAK..................................................................2
B. PEMBAGIAN AKHLAK...................................................................4
C. PRINSIP-PRINSIP AKHLAK TERHADAP MASYARAKAT
SOSIAL.......................................................................................6
A. KESIMPULAN...................................................................................15
B. SARAN...............................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Akhlak merupakan aspek ketiga dalam ajaran Islam. Akhlak merupakan
sistem etik dalam Islam, bagaimana manusia seharusnya bersikap dan
bertingkah laku dalam hubungannya dengan Allah Swt sebagai khaliq
(Pencipta seluruh alam semesta), dan hubungannya dengan sesama makhluk
Allah (Sesama manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan seluruh alam semesta
ini) semuanya diatur di dalam akhlak Islam. Kata lain untuk akhlak adalah
ihsan (perbuatan baik atau kebajikan).
Manusia sejak lahir membutuhkan orang lain. Aristoteles mengatakan
bahwa manusia adalah makhluk politik (zoon poloticon). Artinya, manusia
tidak akan bisa hidup sendiri tanpa adanya bantuan atau kerja sama dengan
orang lain. Hidup sosial bermasyarakat seringkali menjadikan kita harus lebih
waspada dan mawas diri, karena hidup dengan sejumlah orang tentunya juga
punya karakter, sifat, dan watak serta perilaku yang berbeda-beda. Karena itu,
harus ada sikap saling pengertian yang dibangun di atas landasan saling
percaya dan menjaga kepercayaan tersebut.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Akhlak?
2. Bagaimana Pembagian Akhlak?
3. Bagaimana Prinsip-Prinsip Akhlak Terhadap Masyarakat Sosial?
C. TUJUAN MASALAH
1. Untuk Mengetahui Pengertian Akhlak
2. Untuk Mengetahui Pembagian Akhlak
3. Untuk Mengetahui Prinsip-Prinsip Akhlak Terhadap Masyarakat Sosial
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK
Kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [ ]خلقjamaknya [
]أخالقyang artinya tingkah laku, perangai tabi’at, watak, moral atau budi
pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi
pekerti, kelakuan. 1
Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang
dan secara spontan diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika
tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal dan agama, maka disebut
akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi
apabila tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka
disebut akhlak tercela atau akhlakul madzmumah.
Menurut Muhammad Bin Ali Al-Faruqi At-Tahanawi akhlak adalah
keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, dan harga diri. Dalam Ensiklopedi
Islam akhlak adalah keadaan yang melekat pada jiwa, manusia yang darinya
lahir suatu perbuatan dengan mudah, tanpa mlelalui proses pemikiran,
pertimbangan, atau penelitian.
Menurut Al Qurthubi, akhlak adalah sifat manusia dalam bergaul
dengan sesamanya, ada yang terpuji dan ada yang tercela. Ibnu Abi Ad-Dunya
meriwayatkan dari Humaid Bin Hilal, ia berkata,” Aku datang ke Kufah lalu
menemui Ar-Rabi’ Bin Khaitsam, ia berkata,” wahai saudara Bani Idi,
hendaklah engkau berakhlak mulia.
Jadilah engkau pelakunya dan pemiliknya. Ketahuilah, bahwa (dzat)
yang menciptakan akhlak yang mulia tidak menciptakannya dengan dan tidak
pula menunjukkan kepadanya kecuali setelah mencintakannya kepada para
ahlinya.2 Ali Fudhail Bin Iyadh berkata, “ jika engkau bergaul maka
bergaullah dengan akhlak yang baik, karena akhlak yang baik hanya akan
1
Abdul Makmun Sa’aduddin, Meneladani Akhlak Nabi Membangun Kepribadian Muslim,
(Bandung: Pt Remaja Rosdakarya, 2006), hal.15-18.
2
Rosihan Anwar, Akidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia Bandung, 2008) hal.205.
2
3
B. PEMBAGIAN AKHLAK
Pembagian Akhlak Dalam kaitan pembagian akhlak ini, Ulil Amri
Syafri mengutip pendapat Nashiruddin Abdullahyang menyatakan bahwa :
secara garis besar dikenal dua jenis akhlak; yaitu akhlaq al karimah (akhlak
terpuji), akhlak yang baik dan benar menurut syariat Islam, dan akhlaq al
mazmumah (akhlak tercela), akhlak yang tidak baik dan tidak benar menurut
syariat Islam.
Akhlak yang baik dilahirkan oleh sifat-sifat yang baik pula, demikian
sebaliknya akhlak yang buruk terlahir dari sifat yang buruk. Sedangkan yang
dimaksud dengan akhlaq al mazmumah adalah perbuatan atau perkataan yang
mungkar, serta sikap dan perbuatan yang tidak sesuai dengan syariat Allah,
baik itu perintah maupun larangan_Nya, dan tidak sesuai dengan akal dan
fitrah yang sehat.
Memahami jenis akhlak seperti yang disebutkan di atas, maka dapat
difahami, bahwa akhlak yang terpuji adalah merupakan sikap yang melekat
pada diri seseorang berupa ketaatan pada aturan dan ajaran syariat Islam yang
diwujudkan dalam tingkah laku untuk beramal baik dalam bentuk amalan
batin seperti zikir dan doa, maupun dalam bentuk amalan lahir seperti ibadah
dan berinteraksi dalam pergaulan hidup ditengah-tengah masyarakat.
Sedangkan akhlak yang tercela adalah merupakan sikap yang melekat pada
diri seseorang, berupa kebiasaan melanggar ketentuan syariat ajaran Islam
yang diujudkan dalam tingkah laku tercela, baik dalam bentuk perbuatan batin
5
seperti hasad, dengki, sombong, takabur, dan riya, maupun perbuatan lahir
seperti berzina, menzholimi orang lain, korupsi dan perbuatanperbuatan buruk
lainnya.
Sedangkan menurut Aminuddin akhlak terbagi pada dua macam yaitu
akhlak terpuji (akhlakul mahmudah) dan akhlak tercela (akhlakul
madzmumah).
1. Akhlak Terpuji
Akhlak terpuji adalah sikap sederhana yang lurus sikap
sedang tidak berlebih-lebihan, baik perilaku, rendah hati, berilmu,
beramal, jujur, tepat janji, istiqamah, berkemaan, berani, sabar,
syukur, lemah lembut dan lain-lain.
2. Akhlak Tercela
Akhlak tercela yaitu semua apa-apa yang telah jelas
dilarang dan dibenci oleh Allah swt yang merupakan segala
perbuatan yang bertentangan dengan akhlak terpuji.
5
Aminuddin, Pendidikan Agama Islam Untuk Perguruan Tinggi Umum, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002), hal.-152.
6
1. Prinsip Syura (Musyawarah)
Prinsip ini didasarkan pada firman Allah QS asy-Syura 42: 36-39:
“Maka sesuatu apapun yang diberikan kepadamu, itu adalah
kenikmatan hidup di dunia, dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan
lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan
mereka, mereka bertawakkal. Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi
dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka
marah, mereka memberi maaf. Dan (bagi) orang-orang yang menerima
(mematuhi) seruan Tuhannya dan mendirikan shalat, sedang urusan
mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka; dan mereka
menafkahkan sebagian dari rizki yang kami berikan kepada mereka. Dan
(bagi) orang-orang yang apabila mereka diperlakukan dengan lalim
mereka membela diri.”
Menurut ayat di atas, syura merupakan ajaran yang setara dengan
iman kepada Allah (iman billah), tawakal, menghindari dosa-dosa besar
(ijtinabul kaba'ir), memberi ma'af setelah marah, memenuhi titah ilahi,
mendirikan shalat, memberikan sedekah, dan lain sebagainya. Seakan-
akan musyawarah merupakan suatu bagian integral dan hakekat Iman dan
Islam.
2. Al-'Adl (Keadilan)
Menegakkan keadilan merupakan suatu keharusan dalam Islam
terutama bagi penguasa (wulat) dan para pemimpin pemerintahan
(hukkam) terhadap rakyat dan umat yang dipimpin. Hal ini didasarkan
kepada QS An-Nisa' 4:58:
Sesungguhnya Allah meyuruh kamu menyampaikan amanat kepada
yang berhak menerimanyaa dan menyuruh kamu apabila menetapkan
hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
7
3. Al-Hurriyyah (Kebebasan)
Kebebasan dimaksudkan sebagai suatu jaminan bagi rakyat (umat)
agar dapat melakukan hak-hak mereka. Hakhak tersebut dalam syari'at
dikemas dalam al-Ushul alKhams (lima prinsip pokok) yang menjadi
kebutuhan primer (dharuri) bagi setiap insan. Kelima prinsip tersebut
adalah:6
a. Hifzhun Nafs, yaitu jaminan atas jiwa (kehidupan) yang dirniliki
warga negara (rakyat).
b. Hifzhud Din, yaitu jaminan kepada warga negara untuk memeluk
agama sesuai dengan keyakinannya.
c. Hifzhul Mal, yaitu jaminan terhadap keselamatan harta benda yang
dirniliki oleh warga negara.
d. Hifzhun Nasl, yaitu jaminan terhadap asal-usul, identitas, garis
keturunan setiap warga negara.
e. Hifzhul 'lrdh, yaitu jaminan terhadap harga diri, kehormatan,
profesi, pekerjaan ataupun kedudukan setiap warga negara.
7
A. Malik Fadjar, Abdul Ghofir, Kuliah Agama Islam Di Perguruan Tinggi,(Surabaya: Lembaga
Penerbitan Universitas Brawijaya Malang 1981), hal. 99-100.
9
8
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia), hal. 12.
10
9
Ahmad Mu’adz Haqqi, Syarah 40 Hadits Tentang Akhlak, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2003), hal.
16-21.
10
Muhaimin, Dkk, (Kawasan Dan Wawasan Studi Islam), (Jakarta: Kencana, 2005), hal. 274.
11
Sudirman, Pilar-Pilar Islam Menuju Kesempurnaan Sumber Daya Muslim, (Malang: UIN Maliki
Prees, 2012) hal. 259-260.
11
12
Ridwan Asy-Syirbaany, Membentuk Pribadi Lebih Islami,(Suatu Kajian Akhlak), (Jakarta: PT
Inti Media Cipta Nusantara, 2009), hal. 91-100.
14
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
15
1. Akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni keadaan jiwa yang
terlatih, sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat
yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan tanpa
dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Dapat dipahami juga
bahwa akhlak itu harus tertanam kuat/tetap dalam jiwa dan melahirkan
perbuatan yang selain benar secara akal, juga harus benar secara syariat
Islam yaitu al-Quran dan al-Hadits.
2. Pembagian Akhlak
a. Akhlak Terpuji
b. Akhlak Tercela
3. Prinsip-Prinsip Akhlak Terhadap Masyarakat Sosial
a. Prinsip Syura (Musyawarah)
b. Al-'Adl (Keadilan)
c. Al-Hurriyyah (Kebebasan)
d. Al-Musawah (Kesetaraan Derajat)
B. SARAN
Mashudi Muhtar, dkk., Aswaja An-Nahdliyah: Ajaran Ahli Sunnah wal Jama’ah
yang berlaku di lingkungan Nahdlatul Ulama, Surabaya : Khalista
bekerjasama dengan LTN NU Jawa Timur, 2007.
16