Dosen Pengampu :
Siti Marwah, S.Ag. M.Pd.I
Disusun Oleh :
Puspanie Julita Sutrisno ( 2013000046 )
Febby Kurnia Putri ( 2013000040)
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................................1
C. Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam......................................................................2
B. Tujuan Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam.......................................................5
C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam7............................................................5
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................ 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap orang memiliki filsafat walaupun ia mungkin tidak sadar
akan hal tersebut. Kita semua mempunyai ide-ide tentang benda-benda,
tentang sejarah, arti kehidupan, mati, Tuhan, benar atau salah, keindahan
atau kejelekan dan sebagainya. 1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan
kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara
tidak kritis. Definisi tersebut menunjukkan arti sebagai informal. 2)
Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan
yang sikap yang sangat kita junjung tinggi. Ini adalah arti yang formal. 3)
Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. 4)
Filsafat adalah sebagai analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang
arti kata dan konsep. 5) Filsafat adalah sekumpulan problema-problema
yang langsung yang mendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan
jawabannya oleh ahli-ahli filsafat.
Dari beberapa definisi tadi bahwasanya semua jawaban yang ada
difilsafat tadi hanyalah buah pemikiran dari ahli filsafat saja secara rasio.
Banyak orang termenung pada suatu waktu. Kadang-kadang karena ada
kejadian yang membingungkan dan kadang-kadang hanya karena ingin
tahu, dan berfikir sungguh-sungguh tentang soal-soal yang pokok. Apakah
kehidupan itu, dan mengapa aku berada disini? Mengapa ada sesuatu?
Apakah kedudukan kehidupan dalam alam yang besar ini ? Apakah alam
itu bersahabat atau bermusuhan ? apakah yang terjadi itu telah terjadi
secara kebetulan ? atau karena mekanisme, atau karena ada rencana,
ataukah ada maksud dan fikiran didalam benda.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian filsafat pendidikan islam?
2. Apa saja tujuanmempelajari filsifat pendidikan islam?
3. Apa ruang lingkup filsafat pendidikan islam?
C. Tujuan Masalah
1. Agar dapat mengetahui pengertian dari filsafat pendidikan islam
2. Agar dapat mengetahui tujuan mempelajari filsafat pendidikan
islam
3. Agar dapat mengetahui ruang lingkup filsafat pendidikan islam
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
1. Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan, atau
pertolongan yang dilakukan secara sadar,
2. Ada pendidik, pembimbing atau penolong,
3. Ada yang dididik, atau si terdidik,
4. Adanya dasar dan tujuan dalam bimbingan tersebut,
5. Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Muzayyin Arifin, mengatakan bahwa filsafat pendidikan islam
pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang kependidikan yang
bersumberkan atau berlandas ajaran-ajaran agama islam tentang hakikat
kemampuan manusia untuk dibina dan dikembangkan serta dibimbing
menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran
islam.
Filsafat pendidikan islam itu merupakan suatu kajian filosofis
mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada Al-Qur’an dan Al-Hadis sebagai sumber primer, dan
pendapat para ahli, khususnya para filosof muslim, sebagai sumber
skunder. Dengan demikian, filsafat islam secara singkat dapat dikatakan
adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran islam atau filsafat
pendidikan yang dijiwai oleh ajaran islam. Jadi filsafat ini bukan yang
bercorak liberal, bebas, tanpa batas etika sebagaimana dijumpai dalam
pemikiran filsafat pada umumnya.
Jika ditarik sebuah sintesis pengertian, maka filsafat pendidikan
Islam merupakan kajian filosofis mengenai berbagai masalah pendidikan
yang berlandaskan ajaran Islam. Kajian filosofis yang digunakan filsafat
pendidikan Islam mengandung arti bahwa filsafat pendidikan Islam itu
merupakan pemikiran secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal
dalam rangka mencari kebenaran, inti atau hakikat pendidikan Islam.
Filsafat pendidikan Islam dengan demikian senantiasa mengkaji filsafat
pendidikan yang berlandaskan norma Islam.Maka Filsafat Pendidikan
Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh dan mendalam dalam
rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan atau mengatasi berbagai
problem Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-
nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis. Dari sisi lain, Filsafat Pendidikan
Islam diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji secara
menyeluruh dan mendalam kandungan makna dan nilai-nilai al-Qur’an/al-
Hadis guna merumuskan konsep dasar penyelenggaraan bimbingan,
arahan dan pembinaan peserta didik agar menjadi manusia dewasa sesuai
tuntunan ajaran islam.1
Menurut Zuhairini, dkk (1955) Filsafat Pendidikan Islam adalah
studi tentang pandangan filosofis dan sistem dan aliran filsafat dalam
islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim
dan umat islam. Selain itu Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula
sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem filsafat Islam dalam
1
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005)
hlm.5
3
memecahkan problematika pendidikan umat islam yang selanjutnya
memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan
umat Islam.
Sedangkan Abuddin Nata (1997) mendefinisikan Filsafat Pendidikan
Islam sebagai suatu kajian filosofis mengenai berbagai masalah yang
terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an dan
al-Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya filosof
muslim sebagai sumber sekunder. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam
dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni
berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang
masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru,
kurikulum, metode dan lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan
al-Hadis sebagai dasar acuannya.
Tanpa mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu
sebagai aktifitas berfikir mendalam, menyeluruh dan spekulatif atau ilmu
pengetahuan yang melakukan kajian menyeluruh, mendalam dan
spekulatif mengenai masalah-masalah pendidikan dari sumber wahyu
Allah, baik al-Qur’an maupun al-Hadis, paling tidak terdapat 2 hal pokok
yang patut diperhatikan dari pengertian Filsafat Pendidikan Islam:
1. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan
al-Qur’an/al-Hadis dalam rangka merumuskan konsep dasar
pendidikan islam. Artinya, Filsafat Pendidikan Islam memberikan
jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan sesuai sengan
tuntunan nilai-nilai Islam. Misalnya saja ketika muncul pertanyaan
bagaimana aplikasi pendidikan Islam menghadapi peluang dan
tantangan millenium II, maka Filsafat Pendidikan Islam melakukan
kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga melahirkan konsep
pendidikan islam yang akan diaktualisasikan di era millenium III.
2. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka
mengatasi berbagai probelam yang dihadapi pendidikan islam.
Misalnya ketika suatu konsep pendidikan islam diterapkan dan
ternyata dihadapkan kepada berbagai problema, maka ketika itu
dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi problema tadi. Aktivitas
melakukan kajian menghasilkan konsep dan prilaku mengatasi
problem pendidikan islam tersebut merupakan makna dari Filsafat
Pendidikan Islam.
Sebenarnya antara kajian mendalam, menyeluruh dan spekulatif
merumuskan konsep dasar pendidikan islam dengan pikiran mengatasi
problematika pendidikan Islam sulit untuk dapat dipisahkan secara tegas,
sebab ketika suatu problem pendidikan islamdipecahkan melalui hasil
sebuah kajian mendasar menyeluruh, maka hasil tersebut sesungguhnya
menjadi konsep dasar pelaksanaan pendidikan islam selanjutnya.
Sebaliknya ketika suatu rumusan pemikiran pendidikan islam dibuat,
misalnya konsep pendidikan di era globalisasi yang penuh persaingan
kualitatif maka sebetulnya konsep yang dihasilkan tadi merupakan
4
antisipatif menghadapi problem pendidikan islam di era millenium III
yang di tandai globalisasi informasi dan persaingan kualitatif.2
Perpaduan antara agama dan akal fikiran membuat kita untuk
menjelaskan persoalan khusus (misalnya tentang universalisme),
pemikiran pengakuan, dan menjawab keberatan-keberatan utama yang
ditujukan pada solusi Aristotealismenya, yaitu dengan menyempurnakan
metode skolastiknya.3
5
manusia Islam yang harus mencapai derajat ketaqwaan, di mana
ketaqwaan itu harus senantiasa melekat dalam kehidupan umat manusia
hingga akhir hayatnya. Filsafat Pendidikan Islam merumuskan tujuan
pendidikan dalam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia. Bila
tujuan hidup umat islam untuk mencapai derajat ketaqwaan yang
sempurna sebagaimanadisebutkan di atas, maka tujuan pendidikan islam
yang dirumuskan Filsafat Pendidikan Islam tentu pembinaan peserta/anak
didik rangka menjadi manusia muttaqin. Dengan demikian, mewujudkan
ketaqwaan dalam diri setiap individu umat islam guna mencapai posisi
manusia muttaqin selain menjadi tujuan hidup setiap muslim sekaligus
pula menjadi tujuan akhir pendidikan Islam.4
Dari beberapa uraian tadi dapat diketengahkan bahwa pada
dasarnya ruang lingkup kajian Filsafat Pendidikan Islam bertumpu pada
pendidikan islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan/konsep dasar
pelaksanaan maupun rumusan pikiran anti sipatif mengatasi problematika
yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan Islam.5
Dimana arah dan ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam mempunyai dua
orientasi; objektif teoritis dan objektif praktis. Orientasi pertama
menghendaki penelitian agama agar bersifat murni dan teoritis melalui
bidang-bidang berikut:
1. Tradisi agama yang mencakup sumber-sumber ajaran agama yang
diyakini sebagai sumber kebenaran abadi.
2. Bidang yang mencakup dasar-dasar eksistensi agama yang dapat
dilakukan dengan pendekatan teologis
3. Bidang yang menyangkut prilaku kegamaan dan aturan-aturan
agama yang mengatur bagaimana pemeluk agama harus berprilaku
sesuai dengan ajaran agamanya.
4. Bidang eksperimen atau pengalaman keagamaan, baik pengalaman
pribadi maupun masyarakat penganut agama.6
Dengan adanya pendidikan ini maka dapat diketahui bakat dan
kemampuan anak-anak didik, sehingga bakat dan kemampuan tersebut
dapat di bina dan dikembangkan. Dan menjadi tugas seorang pendidik
untuk membantu anak didik untuk mengetahui bakat dan kemampuannya.
Di samping itu, pendidik juga berkewajiban untuk menemukan kesulitan-
kesulitan yang membatasi perkembangan potensinya serta membantu
menghilangkan hambatan itu untuk mencapai kemajuan anak didik.7
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan fikiran
kefilsafatan tentang pendidikan terutama pendidikan islam, kiranya perlu
di ikuti pola dan system pemikiran dan kefilsafatan pada umumnya.
4
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005)
hlm.8
5
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005)
hlm.9
6
Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu Dalam Islam. (cetakan ke 1; Jakarta.
Teraju, 2002) hlm.13
7
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005)
hlm.15
6
Adapun pola dan system pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah
sebagai berikut.
a) Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa
cara berfikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat
permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara
sistematis artinya satu bagian dengan bagian yang lainnya saling
berhubungan secara bulat dan terpadu.
b) Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal
artinya menyangkut persoalan-persoalan sampai keakar-akarnya.
c) Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-
persoalan yang difikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan
yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di
masa sekarang maupun di masa mendatang.
d) Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif ,
artinya pemikiran yang tidak didasari pembuktian-pembuktian
empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi
mengandung nilai-nilai objektif, oleh karena permasalahannya
adalah suatu realitas (kenyaaan) yang ada pada objek yang
difikirkannya.8
Ruang lingkup filsafat pendidikan Islam sama seperti ruang
lingkup pada filsafat secara umum yang meliputi yaitu kosmologi,
ontologi, epistimologi dan aksiologi. Penjelasannya adalah sebagai
berikut:
a. Epistimologi merupakan pemikiran tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia didapat, apakah diperoleh melalui
akal pikiran, apakah melalui pengalaman indrawi, apakah melalui
perasaan/ilustrasi, apakah melalui Tuhan.
b. Aksiologi merupakan pemikiran tentang masalah nilai-nilai,
misalnya nilai moral, etika, estetika nilai religius dan sebagainya.
Menurut George Thomas, aksiologi mengandung pengertian lebih
luas daripada etika atau nilai kehidupan yang bertaraf lebih tinggi.
c. Kosmologi merupakan pemikiran yang berhubungan dengan alam
semesta, ruang dan waktu, kenyataan hidup manusia sebagai
ciptaan Tuhan, proses kejadian dan perkembangan hidup manusia
di alam nyata dan lain-lain.
d. Ontologi merupakan pemikiran tentang asal alam semesta,
bagaimana proses penciptaan alam semesta dan kemana akhirnya.
Pemikiran ontologi pada akhirnya akan menentukan bahwa ada
sesuatu yang menciptakan alam semesta ini, apakah pencipta itu
bersifat kebendaan (materi) atau bersifat kerohanian (immateri),
apakah ia banyak/berbilang atau tunggal/esa.
8
Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam (cetakan ke 3; Jakarta. Bumi Aksara,
2005) hlm.7
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang
dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya
setelah mengetahui pengetahuan itu. Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha
manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi manusia
mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala
sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Islam adalah
agama yang seluruh ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis
dalam rangka mengatur dan menuntun kehidupan manusia dalam
hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta.9
Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh
dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan
dan/atau mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam dengan mengkaji
kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.
Pemikiran dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam
menyangkut 3 hal pokok, yaitu: penelaahan tentang filsafat, pendidikan
dan penelaahan tentang islam.
DAFTAR PUSTAKA
9
H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005)
hlm.4
8
https://www.kompasiana.com/boedis2/550eee8aa33311a12dba82e9/
makalahfilsafat-pendidikan-islam-pengertian-ruang-lingkup-kegunaan-dan-
metode-pengembangan-filsafat (diakses pada 7 April 2020 21:15 ; Diperbarui: 14 Juni
2021 06:44 )
https://juraganberdesa.blogspot.com/2019/11/ruang-lingkup-filsafat-
pendidikan.html ( diakses pada november 2019 )
https://www.mingseli.id/2020/11/filsafatpendidikanislam.html#:~:text=Tujuan
%20mempelajari%20filsafat%20pendidikan%20Islam%20adalah%20sebagai
%20berikut%3A,Melakukan%20evaluasi%20tentang%20metode%20dari
%20proses%20pendidikan%20tersebut ( diakses pada 18 november 2020 )