DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 2 :
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat-Nya dan karunia-Nya yang telah memberikan kami
kemudahan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Tanpa
pertolonga-nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesikan makalah ini dengan
baik. Dalam makalah ini kami membahas mengenai “ Sejarah Psikologi Di Indonesia “
Tidak lupa kami ucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada ibu azizah selaku dosen
pengempu mata kuliah menejemen yang telah memberika tugas terhadap kami. Kami ucapka
terima kasih juga kepada bebrapa pihak yang telah berkenan membantu dalam penyusunan
dan membuat makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar paada makalah ini. Oleh
karena itu, keterbatasan watu dan kemampuan kami, maka kritik dan saran yang membangun
senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi kami pada khusunya dan
pihak lain yang berkepentingan pada umumnya
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Menurut Chaplin (1981), pengertian dari jiwa atau psyche adalah prinsip hidup, asas
hidup. Selain itu, jiwa atau psyche juga dapat diartikan dengan pikiran, akal, ingatan,
termasuk proses kesadaran dan ketidaksadaran. Adapun arti terakhir yang diajukan oleh
Chaplin mengenai arti dari jiwa atau psyche adalah aku, jati diri, dan diri. Di sisi lain,
pengeman tentang jiwa dalam konteks lain (misalnya, konteks kepercayaan dan agama),
jiwa sering kali dikaitkan dengan roh meski dalam beberapa bahasa keduanya berbeda.
Selain itu, jiwa juga dianggap sebagai benih kehidupan.
Pengertian psikologi sebagai ilmu jiwa belum mencakup kriteria atau ciri khusus dan
belum mampu menjelaskan psikologi secara detial meskipun berdasarkan arti bahasanya
psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Lalu, jika psikologi sebagai ilmu mempelajari jiwa,
bagaimana cara psikologi mempelajari jiwa? Bagaimana bentuk jiwa itu? Bukankah jiwa
itu tidak terlihat? Jika jiwa itu tidak terlihat, bagaimana cara mengukurnya? Berbicara
tentang jiwa, jiwa sebenarnya suatu entitas yang memang nyata dan ada. Meskipun
demikian, keberadaan jiwa yang nyata-nyata ada tersebut sulit untuk diukur mengingat
jiwa sendiri tidak kasat mata. Di sisi lain, psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang harus
bisa dipertanggungjawabkan, psikologi menganut asas empiris dan ilmiah. Artinya, apa
pun yang dipelajari dalam psikologi, harus didasarkan atas pengukuran dan pengamatan
yang objektif. Jika jiwa tidak terlihat, maka bagaimana cara mengamatinya?
1
Kondisi ini membuat psikologi harus mencari cara untuk mempelajari jiwa secara objektif
dan empiris. Psikologi kemudian mencari sesuatu yang lain dan itu berkaitan dengan
dinamika kejiwaan dan menjadi perwujudan dari jiwa tersebut. Pada akhirnya, ditemukan
sesuatu yang berkaitan dengan jiwa, menjadi cerminan dari kondisi kejiwaan, serta dapat
diamati dengan objektif dan empiris. Sesuatu tersebut bernama perilaku. Setiap kondisi
kejiwaan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, baik perilaku mikro maupun perilaku
makro. Atas dasar ini, perilaku dipilih sebagai cerminan kejiwaan untuk kemudian
dipelajari dengan tujuan mendapatkan kesimpulan dari kondisi kejiwaan karena perilaku
dapat diamati dan diukur (empiris).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
seseorang. Tingkah laku ini merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Gejala jiwa tersebut bisa berupa mengamati, menanggapi, mengingat, memikir dan
sebagainya. Pada masa psikologi masih merupakan sesuatu yang dipikirkan oleh para
filsuf, definisi psikologi sebagai ilmu jiwa belum menimbulkan banyak perdebatan.
Tetapi sejak psikologi berdiri sebagai ilmu yang tersendiri atau terpisah dari ilmu.
Induknya filsafat, mulailah timbul kesulitan-kesulitan, karena salah satu tuntutan ilmu
pengetahuan adalah bahwa hal-hal yang dipelajari dalam ilmu itu harus dapat dibuktikan
dengan nyata, padahal untuk membuktikan adanya jiwa sebagai sesuatu yang nyata
adalah tidak mungkin, apalagi untuk mengukur atau menghitung dengan alat-alat objektif.
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan juga harus memiliki sifat-sifat yang dimiliki oleh
ilmu pengetahuan pada umumnya. Oleh karena itu, psikologi mempunyai:
a. Objek tertentu. Syarat mutlak di dalam suatu ilmu, karena objek inilah yang akan
menentukan langkah-langkah yang lebih lanjut di dalam pengupasan lapangan ilmu
pengetahuan. Tanpa adanya objek dapat diyakinkan tidak akan adanya pembahasan
yang mapan.
b. Metode penyelidikan tertentu. Tanpa adanya metode yang teratur dan tertentu,
penyelidikan atau pembahasan akan kurang dapat dipertanggungjawabkan dari segi
keilmuan. Segi metode inilah akan terlihat ilmiah tidaknya sesuatu penyelidikan
atau pembahasan.
c. Sistematik yang teratur sebagai hasil pendekatan terhadap objeknya. Hasil
pendekatan terhadap objek itu kemudian disistematisasi sehingga merupakan suatu
sistematika yang teratur yang menggambarkan hasil pendekatan terhadap objek
tertentu.
Beranjak dari syarat psikologi menjadi ilmu pengetahuan tersebut kemudian
menjadi landasan dari beberapa tokoh dalam memberi pengertian dari psikologi. Di antara
pengertian yang dirumuskan oleh ahli antara lain:
a. Singgih Dirgagunarsa:
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
b. Plato dan Aristoteles:
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hakikat jiwa serta
prosesnya sampai akhir.
c. John Broadus Watson:
4
Psikologi sebagai ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku tampak
(lahiriah) dengan menggunakan método observasi yang objektif terhadap rangsang
dan jawaban (respon).
d. Wilhelm Wundt:
Psikologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pengalaman-
pengalaman yang timbul dalam diri manusia, seperti perasaan panca indera,
pikiran, merasa (feeling) dan kehendak.
e. Woodworth dan Marquis:
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari aktivitas individu dari sejak
masih dalam kandungan sampai meninggal dunia dalam hubungannya dengan alam
sekitar.
f. Hilgert:
Psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dan
binatang.
Sebagai suatu ilmu, psikologi tergolong cabang pengetahuan yang masih muda.
Dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lainnya, psikologi lebih lama menjadi bagian
yang tidak terpisahkan dari filsafat. Selama berabad- abad psikologi merupakan filsafat
tentang jiwa manusia. Minat untuk menyelidiki gejala kejiwaan sudah lama sekali ada di
kalangan umat manusia. Ahli filsafat dari Yunanilah yang pertama-tama tertarik
mempelajari gejala kejiwaan ini. Pada saat itu belum ada pembuktian secara empiris dan
terbatas pada pemikiran-pemikiran belaka. Uraian para filsuf ini umumnya berkisar pada
soal ketubuhan dan kejiwaan. Dua filsuf Yunani kuno yang sudah mempelajari psikologi
adalah Plato (427-347 SM) dan muridnya Aristoteles (384-322 SM)
Kira-kira sekitar abad ke-7, psikologi dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan alam.
Sejumlah ahli faal mulai juga menaruh perhatian pada gejala-gejala kejiwaan. Mereka
melakukan berbagai eksperimen mengenai hal tersebut. Teori-teorinya berkisar tentang
syaraf sensoris dan motoris di otak dan hukum-hukum yang mengatur bekerjanya syaraf
tersebut.
5
Baru pada abad 19, psikologi menjadi ilmu yang berdiri sendiri, terpisah dari ilmu
lainnya. Hal tersebut ditandai oleh berdirinya laboratorium yang pertama di Leipzig.
Jerman pada tahun 1879 oleh Wilhelm Wundt. Oleh karena itu ia sering kali disebut
sebagai bapak psikologi modern. Dalam usahanya untuk menyelidiki berbagai gejala
kejiwaan, Wundt banyak menggunakan eksperimen. Orang yang menjadi subyek
percobaannya kemudian diminta untuk melihat ke dalam dirinya dan diminta untuk
menceritakan apa yang dialami selama eksperimen berlangsung. Metode ini dikenal
sebagai metode introspeksi. Dengan berdirinya laboratorium tersebut, psikologi
berkembang semakin pesat. Murid-murid Wundt mengajarkan metode psikologi tersebut
di universitas di negara-negara lain termasuk juga di Amerika Serikat. Setelah psikologi
berdiri sendiri, lambat laun para ahli psikologi mengembangkan sistematika dan
metodenya sendiri-sendiri sehingga timbul berbagai aliran dalam psikologi.
Aliran itu mengajukan teorinya masing-masing yang menjadi dasar teori psikologi
modern masa kini.Psikologi semenjak awal pertumbuhannya hingga pertengahan abad ke-
19 lebih banyak dikembangkan oleh para pemikir dan ahli-ahli filsafat yang hidup di
zamannya. Pemikiran para ahli filsafat tentang psikologi saat itu kurang dilandasai
pengamatan konkret sehingga kebenarannya sebagai ilmu kurang dapat
dipertanggungjawabkan. Saat itu para ahli lebih banyak mempercayai pada pertimbangan-
pertimbangan abstrak dan spekulatif. Teori-teori yang mereka ciptakan lebih banyak yang
didasarkan kepada pengalaman pribadi dan pengertian yang sifatnya sepintas lalu.
Menyadari akan hal itu, pada perkembangan di waktu-waktu berikutnya dalam
mempelajari psikologi diperlukan suatu metode ilmiah untuk menjamin objektivitasnya
sebagai ilmu yang ilmiah. Metode yang dimaksud adalah metode empiris yang kini telah
banyak digunakan dalam penelitian-penelitian psikologi
Zaman filosof besar Sokrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM) dan Aristoteles
(384-322 SM) telah berkembang filsafat mental yang berusaha membahas persoalan jiwa-
raga, Rene Discartes (1596-1650) memandang bahwa manusia itu mempunyai dua unsur
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu jiwa dan raga. Psikologi menampakkan kemajuan
pesat pada abad XIX setelah dilakukan eksperimen fisika, fisiologi dan kimia yang
mencakup reaksi manusia pada kondisi tertentu. Buku pertama yang merupakan hasil
6
eksperimen adalah "Elements of Psychophysics" yang menjelaskan hukum penginderaan
rangsang karya Gustav Theodore Fechner dan Ernest Heinrich Weber tahun
1860.Paradigma psikologi terus berkembang seiring berjalannya sejarah dan
berkembangnya teori-teori baru sehingga definisinya pun terus. mengalami perubahan.
Pada tahun 1929-an, psikologi didefinisikan sebagai studi tentang kesadaran
(consciousness). Antara tahun 1930 sampai dengan tahun 1970-an, psikologi
didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang perilaku (behavior). Sesudah itu, psikologi
didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang perilaku dan proses mental. Dalam hal ini
definisi psikologi, menyangkut dua hal pokok, yaitu perilaku-nampak (overt behavior)
dan proses-mental (kognisi). Berdasarkan definisi lain. psikologi adalah studi ilmiah
tentang perilaku dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Secara etimologi psikologi
berarti ilmu yang mem- pelajari jiwa, baik mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar
bela- kangnya. Woodwoth dan Marquis mendefinisikan, psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari perilaku atau kegiatan psikis indi- vidu dalam
hubungannya dengan lingkungan (dunia) di sekitarnya. Psikologi tumbuh dan berjaya di
Amerika Serikat. Perkembangan psikologi Amerika yang begitu hidup antara tahun 1880
sampai 1900 merupakan sebuah fenomena yang mengejutkan dalam sejarah sains
Pada 1880, tidak ada laboratorium di Amerika Serikat; pada 1900 ada 41
laboratorium, dan mereka dilengkapi dengan lebih baik dari laboratorium-
laboratorion yang ada di Jerman.
Pada 1880, tidak ada jumal psikologi Amerika tahun 1895 sudah ada tiga.
Pada 1880, orang Amerika harus pergi ke Jerman untuk belajar piko logi: pada 1990),
sebagian besar memilih untuk mengambil program pasca sarjana di negara mereka;
pada saat itu ada sekitar 40 program doktoral di universitas-universitas di Amerika
Serikat.
Sejak tahun 1892 sampai 1904, leih dari 100 gelar Ph. D. telah diberikan untuk ilmu
psikologi, lebih banyak dari sains-sain lainnya kecuali kimia, zoologi, dan fisika
Pada 1910, lebih dari 50% dari semua artikel psikologi yang diterbitkan ditulis dalam
bahasa Jerman: banya 30% saja yang ditulis dalam babasa Inggris. Pada 1932, 32%
dari semua artikel yang diterbitkan menggunakan bahasa Inggris dan hanya 14%
dalam babasa Jerman (Wertheimer & King, 1994),
Sebuah terbitan Inggris Who's Who in Science pada 1913 menyatakan bahwa
Amerika Serikat memiliki dominasi yang lebih kuat dalam ilmu psikologi, memiliki
7
lebih banyak psikolog ternama dunia (84 orang) dibandingkan gabungan Jerman,
Inggris, dan Perancis (Benjamin, 2001; Jongich, 1968: Wertheimer & King, 1994
Dalam waktu kurang dari 20 tahun setelah psikologi dimulai di Eropa. selanjutnya.
para psikolog Amerika, dengan tak terbantahkan, dianggap sebagai pemimpin di bidang
ini. Dalam pidato kepemimpinan APA tahun 1895, James McKeen Cattell melaporkan:
Psikologi yang didefinisikan sebagai kajian ilmiah tentang perilaku dan proses
mental manusia, menurut Aristoteles, jiwa disebut sebagai anima yang terbagi dalam tiga
macam jenis, yaitu:
anima vegetativa, yaitu anima yang terdapat pada tumbuh-tumbuhan yang
mempunyai kemampuan untuk makan, minum dan berkembang biak
anima sensitiva, yaitu anima yang terdapat dalam hewan. Anima ini memiliki
kemampuan seperti anima vegetativa juga kemampuan untuk berpindah tempat,
mempunyai nafsu, dapat mengamati, mengingat dan merasakan.
anima intelektiva, anima yang terdapat dalam diri manusia. Selain memiliki
kemampuan seperti anima sensitiva juga mempunyai kemampuan berpikir dan
berkemauanan,
9
pengobatan ilmiah dan rasional pada zaman Mesir Kuno. Pada dokumen tersebut, selain
disebutkan beberapa cara pengobatan beberapa penyakit, juga disebutkan bahwa otak
manusia berpengaruh pada perilaku (DePetro & Whitaker, 2016).
Viney dan King (2003) menjelaskan perkembangan pemikiran awal mengenai psikologi
juga bisa ditemukan pada bangsa Cina, Babilonia, Mesir, Ibrani, India, Persia, dan juga
Yunani. Di Cina, misalnya, terdapat keyakinan mengenai lima elemen dasar (kayu, api,
besi, tanah, dan air) yang juga berpengaruh pada lima organ pengindraan (telinga untuk
mendengar, mata untuk melihat, hidung untuk mencium, mulut untuk mengecap, dan
tubuh untuk menyentuh) dan lima emosi (marah, senang. sedih, ingin, dan takut). Selain
itu, ada dua tokoh yang pemikirannya juga bersinggungan dengan psikologi.
10
Sebagian psikolog menyatakan sebelum orang mendalami agama lebih dalam ia
harus sakit jiwa dulu.Seperti yang dikemukakan sebelumnya bahwa psikologi agama
merupakan cabang dari psikologi. Sebelum menjadi ilmu otonom (menetap)
psikologi memiliki latar belakang sejarah perkembangan yang cukup lama,
karena psikologi agama dinilai sebagai cabang psikologi relatif masih muda.dan
untuk metapkan secara pasti kapan psikologi agama mulai dipelajari terasa agak
sulit, karena baik dalam kitab suci maupun sejarah tentang agama-agama tidak
terungkap jelas mengenai hal itu tetapi dalam kitab-kitab disetiap agama
banyak menerangkan tentang psoses jiwa atau keadaan jiwa seseorang karena pengaruh
agama.
Contohnya seperti kisah Nabi Ibrahim yang ingin mencari jiwa Tuhan atau sosok
seorang Tuhan dimulai kekaguman Nabi Ibrahim terhadap benda-benda yang
diciptakan Allah dan mengganggapnya sebagai Tuhan, kemudian kisah Nabi Musa
yang ingin melihat Tuhan sebagai tanda cinta nya terhadap Tuhan.Dalam kitab lain
juga dijelaskan tentang perjalan hidup Sidharta Gautama dari seorang putra Raja
Kapila Wastu yang bersedia mengorbankan kemegahan dan kemewahan hidup untuk
menjadi seorang petapa menunjukkan bagaimana kehidupan batin yang dialaminya
terahadap keyakinan agama yang dianutnya dan proses itu kemudian dalam
psikologi agama disebut dengan konversi agama.Sidharta Gautama yang sejak kecil
sudah hidup dalam lingkupan istana yang mewah, tetapi ketika dia remaja, saat
melihat kehidupan masyarakat, dia menyimpulkan bahwa kehidupan masyarakat
penuh dengan penderitaan, mengalami usia lanjut, sakit dan akhirnya akan
mati.Segala yang disaksikan oleh Sidharta Gautama kemudian membatin sehingga
pada suatu malam ia keluar dari istana dan meninggalkan segala kemewahan yang
dimilikinya dan ia pun mengasingkan diri menjadi petapa dan Sidharta Gautama
mengalami konversi agama pemeluk agama hindu menjadi pendakwah agama baru
yaitu agama Budha. Dan Sidharta Gautama kemudian dikenal sebagai Budha Gautama.
Secara terminologis, psikologi agama tidak dijumpai dalam kepustakaan
Islam Klasik, karena latar belakang sejarah perkembangannya bersumber dari
literatur Barat. Dan di kalangan ilmuwan Barat yang mula-mula menggunakan
sebutan psikologi agama adalah Edwin Diller Starbuck, melalui karangannya
Psychology of Religionyang terbit tahun 1899. Meskipun di kalangan ilmuwan
Muslim kajian-kajian dalam psikologi agama mulai dilakukan secara khusus sekitar
pertengahan abad ke-20, namun permasalahan yang ada sangkut-pautnya dengan bidang
11
kajian ini sudah berlangsung sejak awal perkembangan Islam. Kenyataan ini
dapat dilihat dari berbagai konsep ajaran Islam yang dapat dijadikan acuan
dalam studi psikologi agama.Manusia menurut terminology Al-Qur’an dapat dilihat
dari berbagai sudut pandang. Manusia disebut al-Basyarberdasarkan pendekatan
aspek biologisnya. Dari sudut pandangini manusia dilihat sebagai makhluk biologis
yang memiliki dorongan primer dan makhluk generatif.
13
BAB III
3.1 Kesimpulan
Psikologi merupakan percabangan atau anakan dari ilmu filsafat, pada awal
kemunculannya psikologi di katakan ilmu filsafat kejiwaan hingga pada abad ke-19
Psikologi bisa berdiri sendiri terpisah dari ilmu lainnya. Dengan ditandai oleh berdirinya
laboratorium pertama di Leipzig. Jerman pada tahun 1879 oleh Wilhelm Wundt.
Sedangkan sejarah psikologi di Indonesia di mulai dengan seorang Irwanto (1991)
mengemukakan kebutuhan akan jasa psikologi di Indonesia sudah terasa sejak tahun
1950-an khususnya untuk membantu dunia pendidikan nasional yang semerawut setelah
kemerdekaan. Dipelopori oleh seorang guru besar fakultas kedokteran universitas
Indonesia Prof Selamat Imam Santoso, Kemudian pada tahun 1953 beliau membentuk
lembaga pendidikan psikologi pertama di Indonesia kemudian pada tahun 1961 di
Bandung didirikan Fakultas Psikologi sebagai hasil kerjasama antara pusat psikologi
angkatan darat dengan Pajajaran menurut beberapa pengamat seperti John. S Nimpoeno
(1985) pendidikan psikologi di Indonesia masih belum memuaskan kendala utamanya
adalah tidak jelasnya kebutuhan Psikologi dan kurangnya ilmu tentang psikologi.
3.2 Saran
Kami berharap setelah tersusunya makalah ini, dapat membantu teman-teman atau
individu lain mengenai Sejarah Masuknya Psikologi Di Indonesia dan kami juga
berharap untuk kedepanya banyak ilmuan yang menggali lebih dalam lagi sejarah
Psikilogi Di Indonesia
14
DAFTAR PUSTAKA
15