Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Filsafat umum
Tiada kata yang paling indah selain mengucapkan Alhamdulillah, puji dan syukur
kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, berkah dan rahmat serta
hidayah-Nya yang senantiasa selalu diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “EKSISTENSIALISME”. Dalam
penyusunan makalah ini, semua yang penulis lakukan tidak lepas dari doa dan dukungan
beberapa pihak yang telah memberikan bantuan baik secara moril maupun materil.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangatlah diharapkan untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata, besar harapan penulis semoga makalah ini dapat memberi manfaat,
khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pihak-pihak yang terkait.
Penulis
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Hakikat Eksistensialisme
B. Latar Belakang Lahirnya Eksistensialisme
C. Ciri-ciri Aliran Eksistensialisme
D. Tokoh-tokoh Eksistensialisme
Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan
A. Hakikat Eksistensialisme
Kata Eksistensialisme berasal dari kata eks = keluar,
dan sistensi atau sisto yang berarti, menempatkan. Secara umum berarti, manusia dalam
keberadaannya itu sadar bahwa dirinya ada dan segala sesuatu keberadaannya ditentukan oleh
akunya. Karena manusia selalu terlihat di sekelilingnya, sekaligus sebagai miliknya. Upaya
untuk menjadi miliknya itu manusia harus berbuat menjadikan - merencanakan, yang
berdasar pada pengalaman yang konkret.
Filsafat selalu lahir dari suatu krisis. Krisis berarti penentuan. Bila terjadi krisis, orang
biasanya meninjau kembali pokok pangkal yang lama dan mencoba apakah ia dapat tahan uji.
Dengan demikian filsafat adalah perjalanan dari satu krisis ke krisis yang lain. Begitu juga
filsafat eksistensialisme lahir dari berbagai krisis atau merupakan reaksi atas aliran filsafat
yang telah ada sebelumnya atau situasi dan kondisi dunia, yaitu:
a. Materialisme
Menurut pandangan materialisme, manusia itu pada akhirnya adalah benda seperti
halnya kayu dan batu. Memang orang materialis tidak mengatakan bahwa manusia sama
dengan benda, akan tetapi mereka mengatakan bahwa pada akhirnya, jadi pada prinsipnya,
pada dasarnya, pada instansi yang terakhir manusia hanyalah sesuatu yang material; dengan
kata lain materi; betul-betul materi. Menurut bentuknya memang manusia lebih unggul
ketimbang sapi tapi pada eksistensinya manusia sama saja dengan sapi.
b. Idealisme
Aliran ini memandang manusia hanya sebagai subyek, hanya sebagai kesadaran;
menempatkan aspek berpikir dan kesadaran secara berlebihan sehingga menjadi seluruh
manusia, bahkan dilebih-lebihkan lagi sampai menjadi tidak ada barang lain selain pikiran.
c. Situasi dan Kondisi Dunia
Munculnya eksistensialisme didorong juga oleh situasi dan kondisi di dunia Eropa
Barat yang secara umum dapat dikatakan bahwa pada waktu itu keadaan dunia tidak
menentu. Tingkah laku manusia telah menimbulkan rasa muak atau mual. Penampilan
manusia penuh rahasia, penuh imitasi yang merupakan hasil persetujuan bersama yang palsu
yang disebut konvensi atau tradisi. Manusia berpura-pura, kebencian merajalela, nilai sedang
mengalami krisis, bahkan manusianya sendiri sedang mengalami krisis. Sementara itu agama
di sana dan di tempat lain dianggap tidak mampu memberikan makna pada kehidupan.
C. Ciri-ciri Eksistensialisme
Dari sekian banyak filsuf eksistensialisme atau eksistensialis yang memiliki pendapat
dan pemikiran berbeda dalam ke-eksistensialimeannya, dapat kita temukan ciri-ciri yang
sama, yang menjadikan sistem itu dapat di cap sebagai eksistensialisme. Menurut Harun
Hadiwijono (1990) ciri-cirinya adalah sebagai berikut:
1. Motif pokok adalah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada.
Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada.
Pusat perhatian ini adalah manusia. Oleh karena itu, filsafat ini bersifat humanitis.
2. Bereksistensi harus diartikan bersifat dinamis. Bereksistensi berarti
menciptakan dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti berbuat, menjadi,
merencanakan. Setiap manusia menjadi lebih atau kurang dari keadaanya.
3. Di dalam eksistensialisme manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia
adalah realitas yang belum selesai, yang masih harus dibentuk. Pada hakikatnya
manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih lagi pada manusia sekitarnya.
4. Eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret,
pengalama yang eksistensial. Hanya arti pengalaman ini berbeda-beda. Heidegger
memberi tekanan kepada kematian, yang menyuramkan segala sesuatu, Marcel
kepada pengalaman keagamaan dan Jaspers kepada pengalaman hidup yang
bermacam-macam seperti kematian, penderitaan, perjuangan dan kesalahan.
.
D. Tokoh-tokoh Eksistensialisme
b. Friedrich Nietzsche
Menurutnya manusia yang bereksistensi adalah manusia yang mempunyai keinginan
untuk berkuasa (will to power), dan untuk berkuasa manusia harus menjadi manusia super
(uebermensh) yang mempunyai mental majikan bukan mental budak. Dan kemampuan ini
hanya dapat dicapai dengan penderitaan karena dengan menderita orang akan berfikir lebih
aktif dan akan menemukan dirinya sendiri.
c. Karl Jaspers
Memandang filsafat bertujuan mengembalikan manusia kepada dirinya sendiri.
Eksistensialismenya ditandai dengan pemikiran yang menggunakan dan mengatasi semua
pengetahuan obyektif, sehingga manusia sadar akan dirinya sendiri. Ada dua fokus pemikiran
Jasper, yaitu eksistensi dan transendensi.
d. Martin Heidegger
Martin Heidegger (lahir di Mebkirch, Jerman, 26 September 1889 –meninggal 26 Mei
1976 pada umur 86 tahun) adalah seorang filsuf asal Jerman. Ia belajar di Universitas
Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas fenomenologi, dan kemudian menjadi
profesor di sana 1928. Karya terpenting Heidegger adalah Being and Time (German Sein und
Zeit, 1927).
Inti pemikirannya adalah keberadaan manusia diantara keberadaan yang lain, segala
sesuatu yang berada diluar manusia selalu dikaitkan dengan manusia itu sendiri, dan benda-
benda yang ada diluar manusia, baru mempunyai makna apabila dikaitkan dengan manusia
karena benda-benda yang berada diluar itu selalu digunakan manusia pada setiap tindakan
dan tujuan mereka.
Surajiyo, Drs. 2005. Ilmu Filsafat (Suatu Pengantar), Jakarta: Bumi Aksara.
Surajiyo, Drs. 2005. Ilmu Filsafat (Suatu Pengantar), Jakarta: Bumi Aksara
http://id.wikipedia.org/wiki/Eksistensialisme