Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

EPISTEMOLOGI ISLAM
Intuisi Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam
(Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri)

Dosen Pengampu:
Al Ustadz Fardana Khizrul Haq, S.Fil. I., M.S.i

Mata Kuliah:
Epistemologi Islam

Oleh:
Nabilah Salsabila Sudirman
(38.2017.518.1354)

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL


FAKULTAS HUMANIORA
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
2019
Pendahuluaan

Epistemologi yang berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan kata

logos yang artinya teori. Sehingga epistemology memiliki arti suatu ilmu yang membahas

tentang apa itu pengetahuan dan bagaiamana cara memperolerh ilmu pengetahuan itu

sendiri. Sedangkan menurut R.B.S Furdyartanto, adalah sebuah ilmu filsafat tentang

pengetahuan atau disingkat filsafat pengetahuan. Dan jika dikaikan dengan pemahaman

islam, maka akan didasarkan atas nilai-nilai dn ajaran islam, dan sebagai bentuk

penghambaan kepada Allah SWT (Hatta, 2015).

Pada prinsipnya, kita akan menjumpai cara pandang manusia dalam memahami

ilmu pengetahuan dan bagaimana memvaliditasikan ilmu pengetahuan tersebut. Yang

pertama melalui akal yang merespon segala sesuatu secara rasional atau masuk akal

ataupun sesuatu yang dapat diterima oleh akal dan sesuatu yang empiris, sehingga

muncullah kaum rasionalis dan materialistic yang saat ini digaungkan oleh Barat.

Sedangkan yang kedua melalui intuisional, yaitu suatu validitas yang tidak empiris

bahkan diluar nalar manusia.

Sehingga dalam perkembangannya, Barat akan melahirkan konsep ilmu yang

hanya sebatas dengan nalar manusia dan terbatas oleh hal-hal yang empiris dikarenakan

sumber ilmunya harus rasional dan bisa dibuktikan kebenarannya melalui penelitian.

Lain halnya dengan islam, yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya yang rasional tetapi

meyakini sesuatu yang irrasional dan juga bersifat metafisik, karena hakitat kebenaran

ilmu pengetahuan dalam islam adalah keselarasannya dengan wahyu yang turunkan

oleh Allah SWT yang berupa Al-Qu’an dan Hadits (Irawan, 2014).

Sumber ilmu pengetahuan

Antara ilmu dan fakta memiliki kaitan yang sangat erat. Fakta berasal dari

sekumpulan data-data yang telah diriset atau hasil dari penelitian. Dan penelitian-
penelitian hasil dari kerja otak, karena ilmu merupakan hasil dari kerja sama antara otak

dan tangan.

Sedangkan menurut Ian G. Barbour, ilmu pengetahuan adalah sinergi sains dan

agama, karena agama dan sains tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain karena hal-

hal tersebut selalu berkaiatan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan akademik

ataupun masyarakat yang pada umumnya. Namun, Al-Ghazal mengidentifikasikan

bahwa objek dari ilmu pengetahuan akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan jika telah

memahami arti, tujuan, kuantitas, subtansi dan esensi yang dapat dinalar oleh akal dan

jiwa yang tenang (Fajari, 2016).

Dalam pandangan Barat, suatu ilmu pengetahuan harus bersifat sistematis,

objektif dan rasional. Sementara sumber pengetahuannya harus empiris yang

didapatkan melalui panca indera, dan berpendirian berdasarkan pengalaman. Dan juga

harus bersifat rasional yaitu masuk akal. Walaupun akal membutuhkan bantuan panca

indera, tetapi hanya akal yang dapat menghubungkan data-data yang akan membentuk

suatu pengetahuan.

Sedangkan dalam pandangan islam menurut Al-Ghazali, tetap memakai

eksistensi akal dan indera juga, namun kedua instrument tersebut memiliki kelemahan

yang tidak bisa dijdikan patokan dan tidak bisa sebagai sandarac untuk memahami ilmu

secara hakiki. Namun, kebenaran ilmu tidak terbatas akan kebenaran inderawi, tetapi

ada kebenaran yang abstrak tidak dapat diukur oleh indera manusia (Fuadi, 2013).

Intuisi sebagai sumber ilmu pengetahuan dalam islam

Masalah terjadinya pengetahuan adalah bagian dari epistemology yang akan

mempengaruhi cara pandang manusia seperti dasar, sifat, jenis-jenis, asal dan validitas

suatu ilmu pegetahuan. Menurut Jon Hospers dalam bukunya an Introduction to

Philosophical Analysis terdapat 6 hal ysebagai landasan terjadinya suatu pengetahuan


yaitu; pengalaman indra, nalar, otoritas, intuisi, wahyu dan juga keyakinan (Wahyuddin,

2018). Sumber pengetahuan dalam islam dapat ditemukan dalam Al-Qur’an sebagai

refensi utama umat manusia, karena Al-Qur’an lah wahyu yang diturunkan oleh Allah

SWT sebagai pedoman hidup manusia dan hanya Allah-lah satu-satunya sumber ilmu

pengetahuan manusia.

Dalam pemahaman sumber pengetahuan dalam islam yang berupa wahyu

dengan menggunakan intuisi, yaitu suatu hal-hal yang diluar akal yang tidak dapat kita

uji validitasnya melalui observasi ataupun eksperimen dan bersifat rohani. Intuisi datang

kepada orang yang pencapaian intelektualnya telah memahami hakikat keesaan Tuhan

(Izzatur Rusuli & M Daud, 2015). Karena akal tidak akan memahami terhadap persoalan

hidup manusia yang lebih dalam yang menyangkut sisi kehidupan manusia, seperti

untuk apa manusia diciptakan.

Sebenarnya, cara berfikir rasional harus dibarengi dengan intuitif ketika melihat

suatu fenomena. Jika dalam sains modern, hanya dibatasi oleh ruang lingkup yang

bersifat indrawi, maka ilmu pengetahuan islam akan menelaah pada sesuatu yang

terpikirkan dan juga tidak terpikirkan. Dalam arena yang tidak terpikirkan inilah, islam

melihat dari segi spiritual yang tidak pernah terjamah oleh sains modern.

Menurut Muhammad Iqbal, pengetahuan intuisif lebih tinggi daripada

pengetahuan rasional dan emperikal, karena akal dan indra adalah instrument yang lebih

kompeten untuk menghadapi objek materi serta hubungan kuantitatif. Intuisi dapat

menuntut pada kehidupan (immateri) (Lubis, 2014).

Menurut Al-Ghazali bagaimana cara memperoleh intuisi yang benar yaitu dengan

membersihkan hati. Karena hal ini tidak akan mencul melalui indra, tetapi langsung

masuk kedalam hati tanpa diketahui darimana asalnya. (Zulfahmi Lubis, 2018). Imam

Al-Ghazali juga menegaskan bahwa dengan cara memutuskan ikatan hati dengan segala
sesuatu serta mensucikan hati dan memohon sambil menghadap Allah SWT secara

totalitas sebagai metode yang senantiasa diterapkan oleh para Nabi. Dikarenakan ilmu

secara intuisi akan langsung tertanam dalam hati mereka tanpa perantara dan langsung

tersambung kepada Allah SWT.

Al-Ghazali sangat menyakini proses pengetahuan yang benar hanya didapatkan

melalui intuisi. Setelah melalui proses berupa penyucian hati, ia akan mampu

menangkap fenomenan yang ada. Sedangkan materi dan dosa menjadi penghalang

dalam hal yang berbau intuisif. (Hasan, 2010). Pengetahuan intuisi yang berasal dari

konsep dzahir dan bathin. Sesuatu yang bathin akan menjadi dasar bagi sesuatu yang

dzahir.

Sedangkan menurut Syekh Abd al-Qadir al-Jailani, ilmu dapat diperoleh melaui

jalan suluk dan khalwat yang dipandu oleh mursyid. Tujuan dari khalwat sendiri untuk

merasakan kehadiran Allah SWT dengan senantiasa melatih rohani dan membersihkan

jiwa serta meninggalkan segala bentuk syahwat. Dengan berkhalwat akan munculnya

rasa hadir dalam hati bersama Allah SWT, namun berkhalwat disini memiliki adabnya,

yaitu; tidak berbicara kecuali dalam keadaan darurat, tidak memakan makanan yang

haram dan menyedikitkan makan, mengurngi tidur kecuali tidur yang dapat

menguatkan badan untuk beribadah, dan berpuasa serta berdzikir dalam setiap nafasnya

(Hasan, 2010).

Sehingga mengenai kebenaran pengetahuan intuisi, manusia tidak akan mampu

menguji validitasnya melalui eksperimen ataupun penelitian-penelitian ilmiah seperti

yang para saintifik barat karena validitasnya memiliki dimensi yang berbeda sehingga

uji kebenarannya bukan dengan cara uji hipotesa seperti pada umumnya.

Karena, tidak semua kebenaran mampu kita raih dengan menggunakan penalaran

akal biasa. Contohnya Ketika akal mampu sampai pada kesimpulan wujud Tuhan,
namun akal tidak akan mampu memahami hakikat siapa sebenarnya Tuhan apalagi

mencapai derajat merasakan hadir-Nya, sehingga kita memerlukan agama untuk

menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Karena dengan agama, akan memudahkan

kita untuk mencapai kebenaran yang hakiki.

Kesimpulan

Epistemology memiliki arti suatu ilmu yang membahas tentang apa itu

pengetahuan dan bagaiamana cara memperolerh ilmu pengetahuan itu sendiri. Dan jika

dikaikan dengan pemahaman islam, maka akan didasarkan atas nilai-nilai dan ajaran

islam, dan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT. Sedangkan sumber

pengetahuan dalam pandangan islam berasal dari Allah SWT dan dituturunkan berupa

wahyu. Namun, untuk memahami wahyu itu sendiri tidak cukup menggunakan akal

dan indera, tetapi intuisi.

Intuisi disini ada karena akal tidak akan memahami terhadap persoalan hidup

manusia yang lebih dalam yang menyangkut sisi kehidupan manusia, seperti untuk apa

manusia diciptakan. Dan menurut Al-Ghazali bagaimana cara memperoleh intuisi yang

benar yaitu dengan membersihkan hati. Selain itu, dengan adanya agama akan

memudahkan kita untuk menemukan sumber ilmu pengetahuan yang tidak hanya

sebatas jrak panca indera, tetapi juga bersifat metafisik serta untuk mencapai kebenaran

yang hakiki.

Referensi

Agus Salim Lubis, Epistemologi Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya dalam Al-Qur’an. Jurnal

Hermeunetik Vol. 8 No. 1 (Juni: 2014)

Amin Hasan, Menyusuri Hakikat Kebenaran: Kajian Epistemologi atas Konsep Intuisi dalam

Tasawuf Al-Ghazali, Jurnal At-Ta’dib Vol. 7 No. 2 (Desember: 2010)


Bambang Irawan, Intuisi Sebagai Sumber Pengetahuan: Tinjauan Terhadap Pandangan Filosof

Islam, Jurnal Teologia, Vol. 25, No. 1, (Januari-Juni: 2014)

Fuadi, Peran Akal Menurut Pandangan Al-Ghazali. Jurnal Substantia Vol. 15 No. 1 (April:

2013)

Henni Syafriana Nasution. Episteologi Question: Hubungan Antara Akal, Penginderaan,

Intuisi dan Wahyu dalam Bangunan Keiluan Islam. Jurnal Al-Mufida Vol. 1 No. 1 (Juli-

Desember: 2016)

Indra Ari Fajari, Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Imam Al-Ghazali. Jurnal

Kontemplasi, Vol. 4 No. 2 (Desember: 2016) Hal. 303

Izzatur Rusuli, Zakiul Fuady M. Daud, Ilmu Pengetahuan Dari John Lock ke Al-Attas. Jurnal

Pencerahan Vol. 9 No. 1 (Maret: 2015)

Muhammad Hatta, Hubungan antara Akal, Penginderaan, Intuisi dan Wahyu dalam bangunan

Keilmuan Islam. Jurnal Itqan, Vol. 6 No. 2 (Juli-Desember: 2015)

Nuraini, Mengintegrasikan Agama, Filsafat dan Sains. Jurnal Istawa Vol. 2 No. 1 (Juli-

Desember: 2016)

Wahyuddin, Sumber-Sumber Pendidikan Islam (Penalaran, Pengalaman, Intuisi, Ilham dan

Wahyu). Vol. 7 No. 1 (Januari-Juni: 2018)

Zulfahmi Lubis, Disertasi. Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan dan Relevansinya terhadap

Pendidikan Islam Menurut Abd Al-Wahhab Al-Sya’rani, (Medan: 2018)

Anda mungkin juga menyukai