EPISTEMOLOGI ISLAM
Intuisi Sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan dalam Islam
(Makalah ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mandiri)
Dosen Pengampu:
Al Ustadz Fardana Khizrul Haq, S.Fil. I., M.S.i
Mata Kuliah:
Epistemologi Islam
Oleh:
Nabilah Salsabila Sudirman
(38.2017.518.1354)
Epistemologi yang berasal dari kata episteme yang berarti pengetahuan dan kata
logos yang artinya teori. Sehingga epistemology memiliki arti suatu ilmu yang membahas
tentang apa itu pengetahuan dan bagaiamana cara memperolerh ilmu pengetahuan itu
sendiri. Sedangkan menurut R.B.S Furdyartanto, adalah sebuah ilmu filsafat tentang
pengetahuan atau disingkat filsafat pengetahuan. Dan jika dikaikan dengan pemahaman
islam, maka akan didasarkan atas nilai-nilai dn ajaran islam, dan sebagai bentuk
Pada prinsipnya, kita akan menjumpai cara pandang manusia dalam memahami
pertama melalui akal yang merespon segala sesuatu secara rasional atau masuk akal
ataupun sesuatu yang dapat diterima oleh akal dan sesuatu yang empiris, sehingga
muncullah kaum rasionalis dan materialistic yang saat ini digaungkan oleh Barat.
Sedangkan yang kedua melalui intuisional, yaitu suatu validitas yang tidak empiris
hanya sebatas dengan nalar manusia dan terbatas oleh hal-hal yang empiris dikarenakan
sumber ilmunya harus rasional dan bisa dibuktikan kebenarannya melalui penelitian.
Lain halnya dengan islam, yang meyakini bahwa ilmu tidak hanya yang rasional tetapi
meyakini sesuatu yang irrasional dan juga bersifat metafisik, karena hakitat kebenaran
ilmu pengetahuan dalam islam adalah keselarasannya dengan wahyu yang turunkan
oleh Allah SWT yang berupa Al-Qu’an dan Hadits (Irawan, 2014).
Antara ilmu dan fakta memiliki kaitan yang sangat erat. Fakta berasal dari
sekumpulan data-data yang telah diriset atau hasil dari penelitian. Dan penelitian-
penelitian hasil dari kerja otak, karena ilmu merupakan hasil dari kerja sama antara otak
dan tangan.
Sedangkan menurut Ian G. Barbour, ilmu pengetahuan adalah sinergi sains dan
agama, karena agama dan sains tidak dapat dipisahkan antara satu sama lain karena hal-
hal tersebut selalu berkaiatan dalam kehidupan sehari-hari dalam lingkungan akademik
bahwa objek dari ilmu pengetahuan akan menjadi sebuah ilmu pengetahuan jika telah
memahami arti, tujuan, kuantitas, subtansi dan esensi yang dapat dinalar oleh akal dan
didapatkan melalui panca indera, dan berpendirian berdasarkan pengalaman. Dan juga
harus bersifat rasional yaitu masuk akal. Walaupun akal membutuhkan bantuan panca
indera, tetapi hanya akal yang dapat menghubungkan data-data yang akan membentuk
suatu pengetahuan.
eksistensi akal dan indera juga, namun kedua instrument tersebut memiliki kelemahan
yang tidak bisa dijdikan patokan dan tidak bisa sebagai sandarac untuk memahami ilmu
secara hakiki. Namun, kebenaran ilmu tidak terbatas akan kebenaran inderawi, tetapi
ada kebenaran yang abstrak tidak dapat diukur oleh indera manusia (Fuadi, 2013).
mempengaruhi cara pandang manusia seperti dasar, sifat, jenis-jenis, asal dan validitas
2018). Sumber pengetahuan dalam islam dapat ditemukan dalam Al-Qur’an sebagai
refensi utama umat manusia, karena Al-Qur’an lah wahyu yang diturunkan oleh Allah
SWT sebagai pedoman hidup manusia dan hanya Allah-lah satu-satunya sumber ilmu
pengetahuan manusia.
dengan menggunakan intuisi, yaitu suatu hal-hal yang diluar akal yang tidak dapat kita
uji validitasnya melalui observasi ataupun eksperimen dan bersifat rohani. Intuisi datang
kepada orang yang pencapaian intelektualnya telah memahami hakikat keesaan Tuhan
(Izzatur Rusuli & M Daud, 2015). Karena akal tidak akan memahami terhadap persoalan
hidup manusia yang lebih dalam yang menyangkut sisi kehidupan manusia, seperti
Sebenarnya, cara berfikir rasional harus dibarengi dengan intuitif ketika melihat
suatu fenomena. Jika dalam sains modern, hanya dibatasi oleh ruang lingkup yang
bersifat indrawi, maka ilmu pengetahuan islam akan menelaah pada sesuatu yang
terpikirkan dan juga tidak terpikirkan. Dalam arena yang tidak terpikirkan inilah, islam
melihat dari segi spiritual yang tidak pernah terjamah oleh sains modern.
pengetahuan rasional dan emperikal, karena akal dan indra adalah instrument yang lebih
kompeten untuk menghadapi objek materi serta hubungan kuantitatif. Intuisi dapat
Menurut Al-Ghazali bagaimana cara memperoleh intuisi yang benar yaitu dengan
membersihkan hati. Karena hal ini tidak akan mencul melalui indra, tetapi langsung
masuk kedalam hati tanpa diketahui darimana asalnya. (Zulfahmi Lubis, 2018). Imam
Al-Ghazali juga menegaskan bahwa dengan cara memutuskan ikatan hati dengan segala
sesuatu serta mensucikan hati dan memohon sambil menghadap Allah SWT secara
totalitas sebagai metode yang senantiasa diterapkan oleh para Nabi. Dikarenakan ilmu
secara intuisi akan langsung tertanam dalam hati mereka tanpa perantara dan langsung
melalui intuisi. Setelah melalui proses berupa penyucian hati, ia akan mampu
menangkap fenomenan yang ada. Sedangkan materi dan dosa menjadi penghalang
dalam hal yang berbau intuisif. (Hasan, 2010). Pengetahuan intuisi yang berasal dari
konsep dzahir dan bathin. Sesuatu yang bathin akan menjadi dasar bagi sesuatu yang
dzahir.
Sedangkan menurut Syekh Abd al-Qadir al-Jailani, ilmu dapat diperoleh melaui
jalan suluk dan khalwat yang dipandu oleh mursyid. Tujuan dari khalwat sendiri untuk
merasakan kehadiran Allah SWT dengan senantiasa melatih rohani dan membersihkan
jiwa serta meninggalkan segala bentuk syahwat. Dengan berkhalwat akan munculnya
rasa hadir dalam hati bersama Allah SWT, namun berkhalwat disini memiliki adabnya,
yaitu; tidak berbicara kecuali dalam keadaan darurat, tidak memakan makanan yang
haram dan menyedikitkan makan, mengurngi tidur kecuali tidur yang dapat
menguatkan badan untuk beribadah, dan berpuasa serta berdzikir dalam setiap nafasnya
(Hasan, 2010).
yang para saintifik barat karena validitasnya memiliki dimensi yang berbeda sehingga
uji kebenarannya bukan dengan cara uji hipotesa seperti pada umumnya.
Karena, tidak semua kebenaran mampu kita raih dengan menggunakan penalaran
akal biasa. Contohnya Ketika akal mampu sampai pada kesimpulan wujud Tuhan,
namun akal tidak akan mampu memahami hakikat siapa sebenarnya Tuhan apalagi
Kesimpulan
Epistemology memiliki arti suatu ilmu yang membahas tentang apa itu
pengetahuan dan bagaiamana cara memperolerh ilmu pengetahuan itu sendiri. Dan jika
dikaikan dengan pemahaman islam, maka akan didasarkan atas nilai-nilai dan ajaran
islam, dan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah SWT. Sedangkan sumber
pengetahuan dalam pandangan islam berasal dari Allah SWT dan dituturunkan berupa
wahyu. Namun, untuk memahami wahyu itu sendiri tidak cukup menggunakan akal
Intuisi disini ada karena akal tidak akan memahami terhadap persoalan hidup
manusia yang lebih dalam yang menyangkut sisi kehidupan manusia, seperti untuk apa
manusia diciptakan. Dan menurut Al-Ghazali bagaimana cara memperoleh intuisi yang
benar yaitu dengan membersihkan hati. Selain itu, dengan adanya agama akan
memudahkan kita untuk menemukan sumber ilmu pengetahuan yang tidak hanya
sebatas jrak panca indera, tetapi juga bersifat metafisik serta untuk mencapai kebenaran
yang hakiki.
Referensi
Agus Salim Lubis, Epistemologi Ilmu Pengetahuan dan Relevansinya dalam Al-Qur’an. Jurnal
Amin Hasan, Menyusuri Hakikat Kebenaran: Kajian Epistemologi atas Konsep Intuisi dalam
Fuadi, Peran Akal Menurut Pandangan Al-Ghazali. Jurnal Substantia Vol. 15 No. 1 (April:
2013)
Intuisi dan Wahyu dalam Bangunan Keiluan Islam. Jurnal Al-Mufida Vol. 1 No. 1 (Juli-
Desember: 2016)
Indra Ari Fajari, Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Imam Al-Ghazali. Jurnal
Izzatur Rusuli, Zakiul Fuady M. Daud, Ilmu Pengetahuan Dari John Lock ke Al-Attas. Jurnal
Muhammad Hatta, Hubungan antara Akal, Penginderaan, Intuisi dan Wahyu dalam bangunan
Nuraini, Mengintegrasikan Agama, Filsafat dan Sains. Jurnal Istawa Vol. 2 No. 1 (Juli-
Desember: 2016)
Zulfahmi Lubis, Disertasi. Intuisi sebagai Sumber Pengetahuan dan Relevansinya terhadap