Makalah
Oleh:
AWAL
NIM. 80100220073
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
benar. Mencari yang benar itu menurut Al Kindī tidak lain sama halnya
yang benar absolut ini bagi Al Kindī adalah pengkajian konsep Tuhan.
menurut Al Kindi adalah dengan filsafat. Oleh sebab itu, Ilmu filsafat
derajatnya adalah filsafat yang pertama (Falsafah al-Ula). Yakni Ilmu tentang
1
Orientalis mengenalkan al-Kindī adalah filosof muslim pertama. Padahal sebelum al-
Kindī banyak pengetahuan-pengetahuan filosofis di dunia Islam, tapi mereka tidak menyebut
sebagai filsafat. Padahal beberapa pengetahuan filsafat seperti ilmu Kalam al-Asy’ari dan teori
tasawwuf dapat dikategorikan sebagai ilmu filsafat. Kajian orientalis ingin menunjukkan bahwa
dalam Islam tidak ada filsafat dan baru kenal filsafat setelah bersentuhan dengan Yunani. Lihat
Jurnal Islamia Vol. II No 3 Desember 2005, h. 44 dan Seyyed Hossein Nasr & Oliver Leamen,
Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (ed) (Bangung: Mizan,2003), h.207.
2
Isma’il R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Menjelajah Khasanah
Peradaban Gemilang Islam.terj oleh Ilyas Hasan (Bandung: Mizan, 2003), h. 337.
al-Haq A-al-Ula yang menjadi sebab segala sesuatu yang tidak lain
adalah Tuhan Allah SWT. Manusia merupakan makhluk unik yang menjadi
kajian filsafat sejak awal. Dengan mengkaji manusia, lahirlah banyak cabang
lain-lain. Bahkan, banyak teori yang lahir dari cabang-cabang ilmu tersebut.
dan agama. Menurut Al Kindi filsafat adalah ilmu tentang kebenaran atau
ilmu yang termulia dan tertinggi martabatnya. Agama juga merupakan ilmu
mengenai kebenaran3.
Filsafat jiwa/Nafs.
B. Rumusan Masalah
3
Abu Ahmadi, Filsafat Islam (Toha Putra: Semarang, 1982), h. 20.
2
C. Tujuan Penulisan
3
4
BAB II
PEMBAHASAN
1. Biografi Al Kindi
Ibnu Al Shabbah Ibnu Imron Ibnu Muhammad Ibnu Asy’as Ibnu Qais Al
Kindi. Al Kindi dilahirkan di Kufah sekitar tahun 185 H atau 801 M.4
Quran, tata bahasa Arab, kesastraan, ilmu hitung, fiqih, dan teologi. Di
Khalifah. Pada masa itu masa penerjemahan buku buku Yunani. Dan Al
dari pada penerjemahan, karena dia sendiri orang kaya, sehingga ia dapat
4
Sirajudin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatny (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), h. 37.
5
A.Khudori soleh, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), h. 88-89.
bagi dirinya, sehingga menjadi bermacam ilmu yang dapat
karangannya.
hilang.
5
Mereka yang berikutnya hanya mengikuti apa yang telah dirintis oleh
Al Kindi.6
beberapa orang terdekatnya. Ini adalah ciri khas kematian orang besar
yang sudah tidak lagi disukai, tetapi juga sekaligus kematian seorang filsuf
2. Karya Al Kindi
bukunya yang masih ada hanya berjumlah kurang dari dua puluh buah,
segelintir dalam bahasa Arab, sebagian lagi dalam bahasa Latin. Adapun
6
H. Sunardji Dahri Tiam, Historiografi Filsafat Islam (Malang: Intrans Publising, 2015),
h. 95-96.
7
A.Khudori soleh, Filsafat Islam Dari Klasik Hingga Kontemporer (Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2014), h. 90.
6
Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-Mu’tashah wa ma Faruqa al-Thabi’yyat.
B. Pemikiran Al Kindi
dan Agama ini pulalah dasarnya. Beliau juga mengatakan bahwa ilmu
8
Havis Arafik. Hoirul Amri, “Menguak Hal Hal Penting dalam Pemikiran Al Kindi”,
SALAM: Jurnal Sosial & Budaya Syar-i 6, no. 2 (2019): h. 194-195.
7
of the truth).9 Dari sinilah kita bisa lihat persamaan antara filsafat
dan Agama. Tujuan Agama dan tujuan filsafat adalah sama, yaitu
menerangkan apa yang benar dan apa yang baik. Agama, disamping
Kindi, ialah Tuhan (Allah). Dialah al haqq al awwal, the first Truth.
menjadi dasarnya Tuhan. Oleh karena itu bagi Al Kindi, filsafat yang
bersesuaian.
2. Filsafat Ketuhanan
a. Ketuhanan
haq (benar), yang bukan asalnya dari tidak ada menjadi ada, Ia
9
Sayyed Hossein Nasr & Oliver Leamen, Ensiklopedi Tematis Filsafat Islam (Bandung:
Mizan, 2003), h. 207.
10
Juhaya S.Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika, (Jakarta: Prenada Media, 2005), h.
197.
11
ArqomKuswanjono, Ketuhanan dalam Telaah Filsafat Perenial (Yogyakarta: Badan
Penerbitan Filsafat UGM, 2006), h. 55
8
selalu mustahil tidak ada, Ia selalu ada dan akan selalu ada. Jadi
Tuhan adalah wujud sempurna yang tidak didahului wujud yang lain,
apa yang ada dalam akal dengan apa yang ada diluar akal. Di
12
Sudarsono, Filsafat Islam ( Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h. 26.
9
hanya satu, tidak ada yang serupa dengan-Nya. Ia adalah unik, ia
Benar (al-Haqq al-wahid). Ia hanya satu dan semata mata satu. Selain
dalam hal ini ia lebih dekat dengan filsafat Plotinus yang mengatakan
bahwa yang Maha satu (to-Hen) adalah sumber dari alam ini dan
sumber dari segala yang ada. Alam ini adalah emanasi atau
dibagi-bagi, dan tidak ada dzat lain yang menyamai-Nya dalam segala
13
Juhaya S.Praja, Aliran-Aliran Filsafat dan Etika ( Jakarta: Prenada Media, 2005), h.
197.
10
sebagai sesuatu yang bersifat tetap, tunggal, ghaib dan penyebab
Kindi berkata:
kata sederhana:
ciptaan kepada-Nya.
seksama terhadap alam ini. Menurutnya, alam ini jelas tidak mungkin
rapi saat ia pertama kali diciptakan, dan kerapian itu tidak terjadi
subtansi yang maha kuasa. Jadi alam ini tidak mungkin rapi dan teratur
kecuali ada yang mengatur. Kecuali, adanya zat yang tidak nampak,
14
Syarif, M.M.,Para Filosof Muslim (Bandung: Mizan,1993), h.20.
11
zat yang tidak nampak ini dapat diketahui dari bekas-bekas dan
kerapian yang telah ada, demikian juga tampak terlihat pada fenomena
tidak mungkin dan terkendali begitu saja tanpa ada yang mengatur dan
diluar alam dan tidak sama dengan alam. Zat itu tidak terlihat, tetapi
yang maha kuasa yang dapat mengatur revolusi alam itu sendiri15, dzat
yang baru pastilah ada yang mengadakannya, tidak ada sesuatu yang
baru berasal dari suatu yang sebelumnya, sebagai contoh: alam ini baru
ada pencipta. Sebagai bukti atas barunya alam ini adalah alam ini
erat, oleh karena itu alam ini ada batasnya karena adanya gerak dan
15
Ahmad Hanafi, Pengantar filsafat Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1969), h. 81.
12
batasnya pastilah ia dihukumi sebagai sesuatu yang baru16. Bahwa,
demikian bahwa alam semesta pasti lah baharu dan diciptakan dari
kebetulan belaka, dan sebab (yang menjadi pemicu) itu bukanlah alam
sendiri, karena apabila alam sendiri lah yang menjadi sebabnya, itu
padahal sesuatu yang tidak berakhir itu tidak mungkin dapat terjadi17.
terjadi dengan sendirinya atau secara kebetulan, tetapi pasti lah ada
16
A. Hanafi, Theologi Islam (Yogyakarta: Sumbangsih, 1962), h. 64
17
Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, Buku III (Jakarta: Bulan Bintang, 1973), h. 07.
13
itu berdiri sendiri sebagai penyebab adanya dirinya, dan jika alam yang
berada diluaralam itu sendiri, yakni Zat Yang Maha Baik, Maha Mulia,
Allah Swt. Al Kindī menyebut bahwa ada dua sebab atau „illat:
dari ketiadaan (ibda‟) ialah Allah Yang Maha Esa, Pencipta Tunggal
maksud sesuatu disini ialah segala bentuk ciptaan tuhan). Dan untuk
14
2. Sesuatu mungkin berwujud non eksisten sedangkan esensinya
eksisten.
eksisten.
hal-hal yang sangat kecil sampai hal yang besar, yang tentu itu berada
maupun yang tidak bias), dan semua hal ini ternyata berjalan
kepada adanya suatu pengatur yang cerdas tidak bisa di lihat, yaitu
jiwa. Demikian juga ihwal jalannya alam semesta yang begitu tertib
15
3. Filsafat Jiwa/Nafs
nafs) adalah:
Al Kindi, subtansi roh berasal dari zat Allah swt. Olehnya itu, roh
tidak tersusun, sempurna dan mulia. Adapun hubungan antara roh dan
18
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1998), h. 11.
19
Hasyim Syah Nasution, Filsafat Islam (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2002), h. 22
16
tidak akan memperoleh ketenangan yang sebenarnya dan pengetahuan
yang sempurna. Setelah roh bercerai dengan badan, roh pergi ke alam
roh . Adapun hakekat jiwa tersebut adalah inti Tuhan yang merupakan
bahagian dari roh, sangat halus, tidak memiliki ruang, karena jiwa
adalah cahaya ilahi, tempatnya adalah alam yang paling tinggi dan
sesuatu.
17
mempunyai 3 daya, yaitu: Daya ingat, daya mengetahui, daya fikir.
nobatkan sebagai filosof muslim kenamaan yang sejajar dengan para pemikir
filsafat.
memberikan dua pandangan yang berbeda. Yang pertama mengikuti jalur ahli
melalui jalur para Nabi. Tetapi melalui jalur penafsiran filosofis, agama jadi
18
pada masa itu. Hal itu di buktikan oleh Gerad dari Cremona ke dalam bahasa
latin. Karya karya itu sangat mempengaruhi Eropa pada abad pertengahan.20
20
Ahmad dan Mudzakir Syadali, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), h. 40.
19
19
BAB III
KESIMPULAN
dengan tujuan untuk mengetahui sesuatu yang benar (knowledge of the truth). Ia
dikenal sebagai filosof Muslim yang pertama kali membwa sistem pemikiran
yang berdasarkan logika filsafat Yunani. Tujuan filsafatnya adalah mencari yang
benar.
Tuhan dan agama ini pulalah dasarnya. Beliau juga mengatakan bahwa ilmu
ketuhanan dan cabang-cabangnya itu sesuai dengan apa yang dibawa Nabi
Tuhan adalah wujud yang sempurna dan tidak didahului wujud lain. Wujud-Nya
tidak berakhir, sedangkan wujud yang lain disebabkan wujudnya. Tuhan adalah
maha Esa yang tidak dapat dibagi-bagi, dan tidak ada dzat lain yang menyamai-
Nya dalam segala aspekTuhan tidak termasuk benda-benda yang ada di alam.
Bahkan ia adalah pencipta alam. Ia tidak tersusun dari materi dan bentuk,
satu, selain dari Tuhan mengandung arti banyak. Dan bukan asalnya tidak
ada menjadi ada sebab ia mustahil kalau tidak ada. Pemikiran Al Kindi terkait
Filsafat Jiwa jiwa menurutnya adalah: “Inti sesuatu yang berproses dan bergerak
dari zat-Nya (Allah)” . Menurut al-Kindi, subtansi roh berasal dari zat Allah swt.
Olehnya itu, roh tidak tersusun, sempurna dan mulia. Adapun hubungan
antara roh dan Tuhan sebagaimana dengan hubungan cahaya dan matahari.
20
DAFTAR PUSTAKA
21