Disusun Oleh:
Anisa Husadani
Julia Alfiani W S
Fatimah Azzahra
PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI (PIAUD)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) BANI SALEH
BEKASI 2023
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Kelompok 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejak masa klasik, dinamika pemikiran dan gerakan islam selalu
dipengaruhi oleh konfigurasi politik penguasa artinya ada pemikiran dan
gerakan menjadi “mazhab” penguasa dan sebaliknya, ada yang dilarang
banhkan dibrangkus dengan menjaga “statibilitas”.
Mengamati dinamika pemikiran dan gerakan islam di Indonesia
sangat menarik karena ada sejumlah paradox dan gesekan yang cukup
tajam terutama pasca reformasi sehingga dengan bergulirnya era
reformasi membutuhkan pembacaan ulang terhadap pemikiran dan
gerakan islam Indonesia, karena berbagai pemikiran dan gerakan islam
yang pada mulanya terbungkam oleh kekuatan orde baru kembali muncul
dan berusaha membangkitkan kembali romantisme masa lalu.
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia semakin menjadi
modern, semakin menjadi global dan universal. Tetapi sebelum mencapai
zaman atau masa modern tersebut, harus melewati dimana zaman masih
sangat tradisional dengan keterbatasan.
Dinamika Islam Kontemporer, merupakan kalimat yang sangat tidak
familiar. Banyak yang tidak mengetahui apa maksud dari Dinamika Islam
kontemporer tersebut. Dari materi tersebut, maka akan banyak timbul
pertanyaan mulai dari: apa itu islam kontemporer, mengapa disebut islam
kontemporer.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Dinamika Islam Kontemporer?
2. Apa itu Modernisme dan Postmodernisme?
3. Apa itu Islam Liberal dan cara menghindarinya?
4. Apa perbedaan Islam Kultural dan Sruktural?
5. Apa perbedaan Post Tradisionalisme Islam, Jihad dan Teror?
1.3 Tujuan
Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Materi
Metodologi Studi Islam dan menjawab pertanyaan yang ada pada rumusan
masalah. Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk meningkatkan
pengetahuan penulis dan pembaca tentang Dinamika Islam Kontemporer.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Islam Kontemporer
Menurut Taufiqullah (1991:5), secara etimologi, Islam berasal dari
bahasa Arab. Berasal dari kata salima yang berarti selamat sentosa.
Pendapat ini dipegangi oleh hamper semua ahli, khususnya para ulama
Islam. Selanjutnya dari kata salima yang berarti selamat sentosa di atas,
dibentuk mutaadi (transtitif) yang menjadi aslama yang artinya memelihara
diri, tunduk patuh dan taat. Orang yang melakukan asalama atau masuk
Islam dinamakan Muslim.
Islam merupakan agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada masyarakat manusia melalui Nabi Muhammad saw. Secara istilah
adalah mengacu kepada agama yang bersumber pada wahyu yang dating
dari Allah swt. bukan berasal dari manusia dan bukan pula berasal dari Nabi
Muhammad saw.
Kata kontemporer yang berasal dari kata “co” yang artinya bersama
dan “tempo” yaitu waktu. Jadi menurut kata, kontemporer adalah waktu
bersamaan. Secara umum, kontemporer artinya, kekinian, modern, atau lebih
tepatnya adalah sesuatu yang sama dengan kondisi waktu yang sama atau
saat ini. Maka, islam kontemporer adalah islam yang pada masa modern atau
masa kini.
A. Modernisme
Modernisme secara etimologi berasal dari kata “modern”. Muncul dari
kata “modernus” (latin) yang artinya sekarang. Merupakan tatacara hubungan
manusia dengan lingkungan sekitarnya. Menurut Hassan Hanafi, tulang
punggung modernisme ialah rasionalisme, kebebasan demokrasi, pencerah-
an, dan humanisme.
Modernisme didasarkan pada penggunaan akal dan pikiran yang logis untuk
memperoleh pengetahuan. Rasio manusia dianggap mampu menyelami ke-
nyataan faktual menemukan hukum-hukum maupun dasar-dasar esensial dan
universal dari kenyataan, yang bermuara pada postmodernisme.
B. Postmodernisme
Pada awalnya, kata postmodern tidak muncul dalam filsafat ataupun
sosiologi. Dalam arsitektur dan sastra. Arsitektur dan sastra postmodern
merupakan pengembangan dari gaya arsitektur dan sastra modern yang to-
taliter, mekanis dan kurang human. Postmodernisme merupakan reaksi
terhadap kemajuan zaman dan teknologi, muncul sebagai bentuk penolakan
terhadap pemikiran logis (modern).
A. Islam Liberal
Pemahaman atau pemikiran liberalisme adalah satu istilah diantara
istilahistilah untuk menyebut ideologi Dunia Barat yang berkembang sejak
masa Reformasi Gereja yang mana menandakan berakhirnya abad
pertengahan. Disebut dengan istilah liberal, secara harfiah mempunyai arti
“bebas dari batasan” karena liberalisme menawarkan konsep kehidupan yang
bebas dari aturan dan pengawasan geraja dan raja. Kata liberlisme barasal
dari bahasa latin yaitu liber yang memiliki arti bebas atau merdeka, sampai
mengujung abad 18 Masehi, kata ini sangat berkaitan erat dengan konsep
manusia pada saat itu yang merdeka setelah dibebaskan. (budak). Oleh
karena itu muncul lah istilah liberal arts yang artinya pengetahuan ini sangat
berguna dan harus dimiliki oleh manusia yang merdeka. Islam liberal dilihat
dari segi makna maka akan terlihat sangatlah kontradiktif, islam berasal dari
bahasa arab yang artinya pasrah atau tunduk patuh sementara kata liberal
berasal dari bahasa Eropa lebih tepatnya yunani yang artinya bebas.
Disamping itu liberalisme dalam artian barat memiliki arti yang positif, akan
tetapi jika dibawa ke dunia Timur terutama dunia Islam maka sudah terlanjur
memilki konotasi yang buruk dan negatif. Ia lebih banyak difahami sebagai
faham liarisme yang tidak mau tunduk kepada prinsip-prinsip, aturan-aturan,
kaidah-kaidah apapun kecuali keliaran itu sendiri. Tetapi meskipun demikian
jelas-jelas istilah tersebut sangat bertentangan atau memaksakan sehingga
menjadikan sebagai satu istilah Islam liberal untuk dapat diterima dalam
wacana dalam pemikiran islam. Para peneliti berbeda-beda dalam
mendefiniskan Islam liberal, Charlez Kurzman memberikan karakter dasar
dari apa yang disebut Islam liberal (Liberal Islam) sebagai berikut:
“Terdapat berbagai versi liberalisme Islam, tetapi satu elemen yang
umum adalah kritiknya baik terhadap tradisi Islam adat maupun Islam
revivalis, yang oleh kaum liberal disebut “keterbelakangan” (backwardness)
yang, dalam pandangan mereka, menghalangi dunia Islam untuk menikmati
“buah” modernitas: kemajuan ekonomi, demokrasi, hak-hak hukum, dan
sebagainya. Di samping itu tradisi liberal berpendapat bahwa Islam, jika
dipahami secara benar, sejalan dengan – atau bahkan perintis jalan
bagiliberalisme barat.”
Ada dua hal bagi Kurzman yang menjadi karakter dasar Islam liberal.
Pertama, kritis terhadap tradisi Islam adat dan Islam Revivalis yang
menyebabkan keterbelakangan umat Islam.
Kedua, berkeinginan meraih kemajuan dengan mengedepankan nilai-nilai
Islam yang ternyata sejalan dengan nilai-nilai liberalisme Barat seperti
Demokrasi, kemajuan Ekonomi, hak-hak hukum dan sebagainya. Yang di
maksud oleh Kurzman sebagai Islam Adat adalah kelompok Islam yang
mengkombinasikan kebiasaan daerah dengan kebiasaan umum yang berlaku
didunia Islam.
• Prinsip pertama; Kita meyakini dengan sepenuh hati dan seyakin-
yakinnya, bahwa hanya Allah yang berhak kita sembah. Dia tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak ada sesuatu apa pun yang
menyerupai-Nya.
b) Islam Struktural
Gema dari wacana ini terus meluas terutama ketika LKiS menjadikan
“postra” sebagai landasan ideologinya dalam strategis planning pada Mei
2000 di Kaliurang Yogyakarta. Ideologi itu pula yang kemudian menjadi judul
buku terjemahan Ahmad Baso atas sejumlah artikel Muhammad Abed al-
Jabiri. Sampai di sini, meskipun kata postra sudah tersebar, namun belum
ada tanggung jawab ilmiah sama sekali mengenai basis epistemologis istilah
tersebut.
Tradisi di sini adalah sesuatu yang hadir dan menyertai kekinian kita,
yang berasal dari masa lalu, baik itu masa lalu kita (muslim) ataupun masa
lalu orang lain (non muslim). Tradisi ini mencakup: 1) tradisi maknawi, yang
berupa tradisi pemikiran dan budaya; 2) tradisi material, seperti monument
dan benda-benda masa lalu; 3) tradisi kebudayaan, yakni segala sesuatu
yang kita miliki pada masa lalu; 4) tradisi kemanusiaan universal, yaitu segala
sesuatu yang hadir ditengah kita, namun berasal dari masa lalu orang lain.
Sikap kritis terhadap tradisi menjadi sangat penting agar terhindar dari
keterbelengguan dan kekangan orotitas tradisi. Hal itu dilakukan dengan
“mengobyektivisme” dan “merasionalisasi” atas tradisi. Obyektivisme berarti
menjadikan tradisi lebih kontekstual dengan dirinya sendiri. Sedangkan
merasionalisasi berarti menjadikan tradisi lebih kontektual dengan kondisi
kekinian.
Selama ini ada cara pandang yang keliru terhadap teks keagamaan,
dimaana teks menjadi tujuan akhir dan dapat menundukkan semua realitas.
Problem ini semakin rumit jika dikaitkan dengan kenyataan lain bahwa telah
terjadi pembungkaman terhadap berbagai kemungkinan tafsir terhadap
sebuah teks sehingga melahirkan penafsiran tunggal melalui otoritas.
Akibatnya, teks keagamaan yang semula “corpus terbuka” berubah menjadi
“corpus tertutup”. Teks keagamaan harus dilihat sebagai produk sejarah,
karenanya tidak terlepas dari hukum-hukum sejarah.
2. Jihad
Jihad adalah bentuk islam mashdar dari kata jahad-yujahidu-jihadan
mujahada. Dalam tradisi fiqh terjadi ortodoksi dan penyempitan makna.
Menurut Moh. Guntur Romli dan A. Fawaid Sjadzili makna jihad berada dalam
arti perang. Pada umumnya kebanyakan kitab fiqh yang membahas tentang
jihad akan berkisar pada perang dan harta rampasan perang. Menurut
bahasa Arab jihad adalah sighat mashdar dari Lafal Al-Jahd berarti al-
Masyaqqah (kesulitan) sementara Al-Juhd berarti al-taqah (kemampuan,
kekuatan). Secara etimologi, makna jihad adalah kesungguhan dalam
mencurahkan segala kemampuan untuk mencapai tujuan. Sedangkan Secara
terminologi jihad memiliki makna makro dan mikro. Pengertian secara makro
mengandung makna yang luas yang tidak hanya diartikan perang dengan
fisik, tetapi juga mencakup perjuangan non-fisik seperti melawan hawa nafsu.
Sedangkan pengertian jihad secara mikro jihad hanya diartikan peperangan
saja. Menurut Al-Raghib al Asfahani, jihad secara makro yakni berjuang
melawan musuh yang dengan terang-terangan menyerang, berjuang
menghadapi setan, serta berjuang melawan hawa nafsu. Jihad tidak hanya
diartikan perang saja, karena ada pula jihad non-perang (damai) yang juga
diakui dalam syariat Islam. Maka definisi jihad yang dapat mencakup
keduanya yaitu kesungguhan dalam mengerahkan segala kemampuan baik
dalam peperangan perkataan maupun dalam melakukan segala sesuatu yang
disanggupi. 1 Salih Ibn Abdullah Al-Fauzan menyebarkan 5 sasaran jihad,
yaitu :
1. Jihad melawan hawa nafsu, meliputi pengendalian diri dalam menjalankan
perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya.
2. Berjihad melawan setan yang merupakan musuh bagi umat manusia,
karena setan memiliki komitmen untuk menggoda dan memalingkan manusia
agar berbuat keji.
3. Jihad menghadapi orang-orang yang suka berbuat maksiat (orang-orang
yang durhaka) dan orang-orang yang menyimpang dari kalangan orang-orang
mukmin.
4. Jihad melawan orang-orang munafik, yaitu orang-orang yang berpura-pura
masuk Islam dan beriman tetapi hati mereka sebenarnya masih mengingkari
Allah dan kerasulan Muhammad SAW.
5. Jihad melawan orang-orang kafir untuk menghadapi mereka digunakan
metode perang.
Bentuk-bentuk Jihad
Secara semantis, term jihad mengandung arti yang sangat luas. Objek,
macam atau bentuknya dalam Al-Qur‟an diungkapkan secara variatif. Dilihat
dari keluasan arti tersebut, term jihad bisa dikelompokkan kepada term
agama yang berdimensi ibadah, dakwah, politik (hukum), teologi dan tasawuf.
Secara periodik, muatan term ini mengalami proses dinamika yang selalu
relevan dengan perkembangan peradaban manusia. Jihad yang dibutuhkan
sesuai tuntutan ruang dan waktu. Untuk melihat keluasan arti jihad dalam Al-
Qur‟an, berikut ini akan dikemukakan bentuk-bentuk jihad dalam Al-Qur‟an.
3. Teror
Sering kita jumpai berbagai wacana tentang terorisme, baik yang
berskala regional maupun internasional. Namun hingga kini untuk
merumuskan suatu definisi tentang terorisme sendiri sangatlah sulit. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan cara pandang dari setiap individu maupun
kelompok2 dalam memahami dan menyikapi suatu tindakan teror. Misalnya
mengenai pemahaman tentang istilah tindakan kekerasan. Satu pihak
berpendapat bahwa semua tindakan kekerasan bisa dikategorikan sebagai
aksi terorisme namun ada pengelompokan (menurut Al-Juhani dan Izzuddin).
Sedangkan pihak yang lain menanggapi bahwa tidak semua tindakan
kekerasan dapat dikategorikan sebagai aksi terorisme (menurut Azyumardi
Azra). Terlepas dari kesulitan-kesulitan mendefinisikan terorisme, terdapat
sejumlah definisi antara lain :
Secara etimologis, terorisme memliki beberapa pengertian, yakni :
1. Sikap menakut-nakuti.
2. Penggunaan kekerasan dan intimidasi, terutama untuk tujuan-tujuan politik.
3. Penggunaan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha
mencapai tujuan, praktek-praktek tindakan teror.
4. Setiap tindakan yang menimbulkan suasana ketakutan dan keputusasaan.
Jenis-jenis terorisme
Teror dalam arti menakuti memiliki banyak jenis dan tingkatan. Di antaranya
ada yang sudah disepakati dan ada pula yang masih diperdebatkan. Di sini,
kami akan lebih berusaha dalam menggarisbawahinya.
1. Teror Sipil (Irhab Madaniy)
Termasuk teror yang disepakati, yang hampir tidak ditentang oleh seorang
pun serta oleh semua syariat dan konstitusi adalah teror sipil.4 Ini adalah
teror yang mengancam hidup dan kehidupan sipil dan sosial melalui
kelompok kelompok kriminal. Inilah yang dilakukan oleh para perampok dan
sejenisnya, yang merampas harta, menumpahkan darah, dan bertindak
sesuka hati terhadap orang-orang dan harta milik mereka dengan kekuatan
bersenjata.
2. Teror Penjajahan
Jenis teror paling menonjol yang kita saksikan di dunia hingga sekarang
adalah teror penjajahan. Yang dimaksud teror penjajahan adalah upaya
sebuah negara untuk menguasai negara lain melalui kekuasaan keji untuk
menduduki tanahnya, dan sebuah kekuasaa menundukkan bangsanya
maupun negarahnya dan bertindak sewenang-wenang terhadap penentuan
nasibnya. Seringkali kita menemukan negara yang mengalami penjajahan
melakukan perlawanan dengan perlengkapan yang terbatas, sehingga
ditindas oleh “kekuatan colonial” yang lebih unggul. Mereka menumpas
dengan kejam tanpa peduli, dan memaksa penduduk asli negara itu agar
tunduk dan menyerah
3. Teror Negara
Teror yang tercela menurut syariat dan hukum positif serta agama dan moral
adaah teror negara kepada warganya atau keada sekelompok dari mereka
yang berbeda ras, agama, madzhab, politik5 atau yang lainnya, dan
menggunakan kekuatan materiilnya militer dan tentara yang dimiliki untuk
mengekang dan membungkam para penentangnya, atau kadanng-kadang
melakukan pemusnahan atau pembersihan, baik seluruhnya maupun
sebagian. Ini adalah contoh dahlu yang dikenal sejarah sejak zaman dahulu
dan masih berlangsung di tengah manusia hingga sekarang.
4. Teror Internasional
Pada masa sekarang kita melihat jenis teror yang lain yang kadang lebih
berbahaya daripada semua jenis teror yang ada, yaitu yang kita sebut dengan
“Teror Internasional” karena dilakukan dalam skala internasional, oleh semua
negara. Itulah teror yang dilakukan oleh Amerika Serikat sekarang atas
negaranegara di Timur dan Barat. Amerika Serikat ingin memaksa seluruh
dunia agar berjalan mengikuti langkahnya, tunduk pada keinginan politiknya,
memusuhi siapa saja yang memusuhinya, memandang baik apa yang
dipandangnya baik.
Anehnya teror terbuka seperti ini dilakukan dengan dalih perang melawan
teror. Lalu apa teror itu Menurut mereka teror adalah apapun yang dipandang
oleh Amerika Serikat sebagai teror. Slogan yang didengung-dengungkan oleh
Amerika Serikat dan dipegang seluruh dunia adalah “siapa saja yang
melawan kami berarti mereka teroris”.
5. Teror Politik
Teror politik yaitu teror dalam menghadapi sistem politik yang berkuasa. Teror
ini berupa tindakan keras terhadap pemerintah ata salah seorang pejabatnya
atau salah satu lembaganya dengan memberikan tekanan guna mewujudkan
tuntutan tertentu, seperti pembebasan tawanan atau tahanan, pengusiran dari
tanah yang dijajah, atau penolakan pembayaran tebusan untuk
membebaskan tawanan. Menurut tujuan dan caranya, teror politik dibagi 2:
a) Teror Legal
Dalam kasus pertama tujuan dan cara yang legal teror tersebut bukan
dilarang, dan tidak sepantasnya disebut teror.
Diantara hal-hal yang tidak diperdebatkan adalah bahwa pembelaan tanah air
dalam melawan agresor penjajah merupakan perkara legal bagi penduduk
negara itu, dan tidak diingkari baik oleh syariat, hukum positif, maupun
konvensi internasional dalam bidangnya . Termasuk dalam jenis ini adalah
perlawanan rakyat Palestina terhadap pendudukan tanah air mereka: para
pemukim Israel, baik laki-laki maupun perempuan serta penawanan atau
penculikan terhadap tentara Zionis untuk pembebasan tahanan atau tawanan
dari rakyat Palestina, atau untuk mengusir pendudukan dan militernya dari
tanah air.
b) Teror Ilegal
Adalah teror yang tujuan dan caranya tidak sah. Teror ini diharamkan dan
merupakan kemungkaran olehnhya . Contohnya adalah penculikan hakim,
jaksa, dan pejabat yang dilakukan oleh kelompok-kelompok mafia di Eropa
dan lain-lain untuk memaksakan tuntutan-tuntutan tertentu, seperti
pembebasan anggota kelompok mereka dan lain-lain yang tidak diragukan
keilegalannya. Maka tujuan dan cara mereka ini tentu saja tidak sah
menurutnya. Jenis teror seperti ini tidak diakui oleh agama, moral, adat dan
hukum manapun, dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi kehidupan
manusia. Termasuk jenis ini adalah teror Zionis, yang dilakukan oleh
organisasi-organisasi teror Zionis: Al-Hajanah, Argon, dan lain-lain.
Adapun jika tujuannya legal sedangkan caranya tidak legal, itupun teror yang
tidak dapat dibenarkan karena islam tidak mengakui prinsip “Tujuan
membenarkan cara”, dan tidak menerima pencapaian tujuan yang mulia
dengan cara yang tidak bersih.
BAB III
KESIMPULAN
Secara etimologi, Islam berasal dari bahasa Arab. Berasal dari kata
salima yang berarti selamat sentosa. Kata kontemporer yang berasal dari
kata “co” yang artinya bersama dan “tempo” yaitu waktu. Jadi menurut
kata, kontemporer adalah waktu bersamaan. Secara umum, kontemporer
artinya, kekinian, modern, atau lebih tepatnya adalah sesuatu yang sama
dengan kondisi waktu yang sama atau saat ini. Maka, islam kontemporer
adalah islam yang pada masa modern atau masa kini.
• Prinsip pertama; Kita meyakini dengan sepenuh hati dan seyakin-
yakinnya, bahwa hanya Allah yang berhak kita sembah. Dia tidak
beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak ada sesuatu apa pun yang
menyerupai-Nya.
https://www.academia.edu/45135353/
Makalah_MSI_kelompok_13_Dinamika_Islam_Kontemporer
https://www.bladjar.com/perbedaan-modernisme-dan-
postmodernisme/
https://analisadaily.com/berita/arsip/2016/6/4/241612/modernisme-
dan-postmodernisme/
https://irfanotes.wordpress.com/2013/02/27/islam-struktural-dan-
islam-kultural-sebuah-pendekatan-dakwah/
https://www.studocu.com/id/document/universitas-mulawarman/
pendidikan-agama-islam/post-tradisionalisme-islam/46506438