Anda di halaman 1dari 10

KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

(Studi Komparasi Menurut Nurcholish Madjid dan M Amin Abdullah)

Cecep Sobar Rochmat


Universitas Darussalam Gontor

Alif Laili Mahmudi


Universitas Darussalam Gontor
alif.laili.m8020@mhs.unida.gontor.ac.id

Linda Rahmawati
Universitas Darussalam Gontor
linda.rahmaw8081@mhs.unida.gontor.ac.id

Zakiyah Mubarokah
Universitas Darussalam Gontor
zakiyah.muba8163@mhs.unida.gontor.ac.id

Abstrack

Indonesia is a country consisting of various ethnicities, races and religions, this has led to
the emergence of multicultural education. Multicultural education is also considered by the
community as the right thing to suppress conflicts that are happening in the community area.
This study uses literature research methods or literacy studies which are supported by problems
with differences in race, ethnicity and culture in this country. In literature research, data obtained
through journals, books and the internet are in accordance with the problems studied. In this
study, researchers will compare the thoughts of two very influential figures in multicultural
education.

Keyword: Multicultural, Nurcholis, M Amin Abdullah

Abstrak

1
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku, ras dan agama, hal ini
menyebabkan munculnya pendidikan multicultural. Pendidikan multicultural pun dianggap
masyarakat sebagai hal yang tepat dalam menekan konflik yang sedang terjadi diarea
masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian literature atau studi literasi yang
didukung dengan adanya permasalahan terhadap perbedaan ras, suku dan budaya yang ada di
Negara ini. Dalam penelitian literatur, data yang diperoleh melalui jurnal, buku dan internet yang
sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkomparasi
pemikiran dua tokoh yang sangat berpengaruh dalam pendidikan multikulrural.

Kata Kunci: Multicultural, Nurcholis, M Amin Abdullah

A. Pendahuluan

Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku, ras dan agama, hal ini
menyebabkan terjadinya keberagaman antar penduduk. Keberagaman ini memiliki potensi
yang sangat tinggi untuk terjadinya konflik antar penduduk. Selain itu, setelah diteliti lebih
dalam penyebab terjadinya sebuah konflik adalah agama (Saputra, 2020). Keberagaman ini
yang terdiri dari etnis, budaya dan agama adalah hal yang tidak dapat dihindari dan harus
diterima oleh masyarakat.

Menurut undang-undang tentang system pendidikan nasional, pendidikan adalah


usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan [otensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, keserdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Syaifur Rahman, n.d.).

Pendidikan multicultural pun dianggap masyarakat sebagai hal yang tepat dalam
menekan konflik yang sedang terjadi diarea masyarakat. Multicultural memiliki makna
keberagaman, dalam lingkungan masyarakat terdapat tiga istilah yang sering digunakan
untuk mengambarkan keberagaman antara lain adalah pluralitas, keragaman dan
multicultural. Multikulturalisme adalah kearifan untuk melihat keragaman budaya sebagai
realitas fundamental dalam kehidupan social(Jurusan & Stain, n.d.).

Secara historis, pendidikan multicultural berawal dari lembaga pendidikan tertentu di


Amerika yang awalnya dibentuk oleh system pendidikan yang memasukkan diskriminasi

2
soaisl. Selain itu, pendidikan multicultural merupakan strategi pembelajaran dengan latar
belakang budaya beragam. Namun sebenarnya pendidikan ini dapat diibaratkan sebagai
pedang bermata dua, dimana di satu sisi memiliki nilai positif dan di sisi lain jika tidak
ditangani dengan baik maka akan menimbulkan kehancuran terhadap nilai-nilai kebangsaan.

Dari sudut pandang Islam, perbedaan adalah suatu keniscayaan dan bukan suatu hal
yang material, berdasarkan perbedaan perbedaan itu manusia diharapkan untuk saling
mengenal. Sebagaimana dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13(Al-Quran Al-Karim, n.d.).

۟ ٰٓ
َ ‫َّاس ِإنَّا َخلَ ْقٰنَ ُكم ِّمن ذَ َك ۢ ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْلٰنَ ُك ْم ُشعُو ۭبًا َو َقبَٓاِئ َل لَِت َع َارفُ ٓوا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع‬
‫ند‬ ُ ‫يََأيُّ َها ٱلن‬

‫يم َخبِري ۭ ٌر‬ِ ‫ِإ‬ ِ


ٌ ‫ٱللَّه َأْت َقٰى ُك ْم ۚ َّن ٱللَّهَ َعل‬

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini membahas tentang multikularism menurut Nurcholish Madjid dan M
Amin Abdullah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian literature atau studi literasi
yang didukung dengan adanya permasalahan terhadap perbedaan ras, suku dan budaya yang
ada di Negara ini. Dalam penelitian literatur, data yang diperoleh melalui jurnal, buku dan
internet yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Bagian selanjutnya terdapat tiga
point pembahasan yang akan diuraikan, pertama biografi dan pemikiran multiculturalism
menurut Nurcholis Madjid, kedua biografi dan pemikiran multikuturalism menurut M Amin
Abdullah, dan ketiga analisis komparasi pendidikan multicultural menurut Nurcholish dan
M Amin Abdullah.

3
C. Pembahasan
1. Biografi menurut Nurcholis Madjid dan Muhammad Amin Abdullah
Nurcholis Madjid
Nurcholish Madjid lahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur pada tanggal 17
Maret 1939. Nurcholish pernah nyantri di Rejoso Pesantren Darul ‘ulum (1955), lalu
melanjutkan pendidikannya di pesantren pondok Modern Gontor (1960). Di pondok
inilah, beliau mulai membangun fondasi dan basis intelektualnya sehingga
menguasai bahasa Arab dan Inggris. Kemudian Nurcholis Madjid melanjutkan
studinya ke Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah (sebelumnya bernama IAIN)
Jakarta, tamat pada tahun 1968 (B.A) DAN 1968 (Doktorandus). Beliau juga
berkesempatan melanjutkan studinya di University of Chicago Amerika serikat
sampei memperoleh gelar Ph.D dalam bidang ilmu kalam dan filsafat. Nurcholish
Madjid meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 akibat penyakit sironis hati yang
dideritanya. Beliau di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata meskipun
merupakan warga sipil karena dianggap telah banyak berjasa kepada negara
(Khaeroni, 2021).

Muhammad Amin Abdullah


Amin Abdullah lahir di Margomulyo, Tayu, Pati, jawa tengah, 28 juli 1953. Pada
tahun 1972, ia menamatkan pendidikan menengah di Kulliayyat al-Mu’allimin al-
islamiyyah (KMI), pesantren gontor, ponorogi yang kemudian di lanjutkan dengan
program sarjana muda (Bakaluerat) pada Institut Pendidikan Darussalam (IPD) 1977
di pesantren yang sama. Program sarjana diselesaikan pada tahun 1981 di Fakultas
Ushuludin, Jurusan Perbandingan Agama, IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Atas
sponsor departemen agama dan pemerintah republik Turki, mulai 1985 sampai
dengan 1990 mengambil program PH.P (doktoral) bidang Filsafat Islam, di
Department of Philosophy, the Faculty of Art and Sciences, Middle East Technical
University (METU), Ankara, turki. Kemudian di lanjutkan dengan program psot-
Doctoral di MeGill University, Montreal, Canada pada bulan oktober 1997 sampai

4
dengan bulan febuari 1998. Disertasinya, “The Idea of Universality of Ethical Norms
in Ghazali and Kant”, di terbitkan di Turki (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992).
2. Pemikiran Multikuturalism menurut Nurcholis Madjid dan Muhammad Amin
Abdullah

Pemikiran Nurcholis Madjid


Nurcholish madjid merupakan salah satu cendekiawan muslim dan tokoh pemikir
yang membahas pendidikan dalam konteks multikultural yang ada di Indonesia. Pada
tahun 70-an, beliau menaruh perhatian pada tiga tema, yaitu keislaman, kemoderenan
dan keindonesiaan. Perhatiannya kepada multikultural menyalurkanya melalui
beberapa karya diskusi ilmiah. Nurcholish madjid menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk yang saling berhubungan satu sama lainnya. Apabila salah seorang
manusia berlaku tidak adil atau sampai menghilangkan nyawa dari manusia lain,
maka kejahatan itu telah mengarah pada potensi untuk berbuat jahat kepada semua
manusia. maka dari itu manusia harus memiliki sikap saling menghormati hak orang
lain dalam sebuah jalinan hubungan kemasyarakatan yang damai dan terbuka.
Beliau menjelaskan bahwa Indonesia itu Negara dengan kemajemukan yang
tinggi, dikenal dengan kondisi geografisnya yang sangat luas terdiri dari banyaknya
pulau-pulau yang membentang dari Sabang sampai Merauke, dan dihuni oleh
berbagai macam masyarakat didalamnya. Tuhan dengan kuasanya yang mutlak
menciptakan manusia yang berbeda-beda dengan alas an agar manusia tersebut saling
mengenal dan besama-sama untuk mensyukuri karunia tersebut dengan ketulusan
hati (Iii, 1939).

Begitu juga dalam islam, multicultural merupakan sunnatullah yang tidak


dapat dipungkiri oleh siapapun. Keragaman tidak perlu disangkal dan hendaknya
digunakan sebagai pangkal tolak untuk berlomba-lomba menuju kebaikan. Perbadaan
dimulai dari jenis kelamin, suku dan bangsa yang berbeda-beda dan dapat melahirkan
sikap saling mengenal. Dari saling mengenal lahir sikap saling memahami.
Kemudian dari saling memehami lahir sikap saling menghargai. Selanjutnya dari
saling menghargai lahir menjadi sikap saling percaya.

5
Pemikiran Nurcholish Madjid sangat berpengaruh dalam lingkup masyarakat.
Gerakan Nurcholish Madjid adalah gerakan cultural yang mepunya ciri inklusif,
yaitu merangkul atau mengajak semua kalangan tanpa membeda-bedakan suku, ras
dan agama. Pemikiran Nurcholish Madjid sangat kental dengan gagasan pluralitas.
Nurcholis Madjid menyatakan bahwa pluralitas meningkat menjadi pluralism, yaitu
sistem nilai yang memandang secara positif terhadap segala kemajemukan.

Nilai-nilai pendidikan multicultural dalam prespektif pemikiran Nurcholish


Madjid:

1. Demokrasi
Pemiran Nurcholish Madjid tentang demokrasi bertitik tumpu pada
pemahamannya tentang nilai-nilai musyawarah yaitu:
Musyawarah pada hakikatnya tidak lain adalah interaksi positif sebagai
individu dalam masyarakat yang saling member hak untuk mangatakan
oendapat dan saling mengakui adanya kewajiban mendengar pendapat itu.
Dalam bahasa lain, musyawarah adalah hubungan interkatif uantuk saling
mengikat tentang kebenaran dan kebaikan serta ketabahan dalam mencari
penyelesaian masalah bersama, dalam suasana persamaan hak dan kewajiban
antar Negara warga masyarakat.
2. Keadilan
Keadilan dalam pernyataan Nurcholish Madjid adalah sebagai sikap yang
adil dan berimbang dengan sesama manusia. Dalam hal ini, ada pernyataan
yang tulus, bahwa manusia selalu beraneka ragam, plural ataupun majemuk.
Pandangan terhadap kemanusiaan yang adil dapat melahirkan kemantapan
bagi prinsip pluralism sosial, yang di jiwai oleh sikap saling menghargai
dalam hubungan antar pribadi dan kelompok masyarakat.
3. Kemanusiaan
Dalam pemikiran Nurcholish Madjid kemanusiaan harus dijaga dengan
baik terhadap semua golongan yang ada. Sebagai mana yang di terapkan Nabi
Muhammad SAW di Madinah yang mempersaudarakan antar kelompok yang
datang dari Mekah dengan kelompok pribumi Madinah. Adanya sikap saling

6
mengasihi dan menyayangi mampu membangun kehidupan yang aman,
damai, harmonis dan erat serta adanya perasaan bagaikan satu tubuh
(Nasution et al., 2020).

Dengan demikian, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa dalam islam tidak ada
perbedaan bahasa yang satu dengan bahasa lainya. Semua bahasa itu sama, karena
smeua itu adalah keniscayaan yang harus diterima dan dijalankan oleh semua
manusia. Jika masih ada yang beranggapan bahwa bahasa yang satu lebih unggul dari
bahasa yang lainnya itu bentuk dari penyimpangan multikultural.

Pemikiran Nurcholish Madjid itu memang mengandung kontroversi, karena


banyak sekali kritik yang menyatakan bahwa pemikiraannya cenderung liberal dan
plural terhadap pola pemikiran Pendidikan Islam khususnya pemikiran Pendidikan
Islam Multikultural. Namun tidak sedikit juga yang mendukung pemikirannya dan
bahkan dikembangkan oleh pemikir-pemikir lain. Pada akhirnya, pemkiran
Nurcholish Madjid tidak hanya menjadi sebuah wacana di kalangan para praktisi
pendidikan, namun banyak juga diterapkan di berbagai dunia pendidikan bahkan
pemikiran Nurcholish Madjid bahan kajian yang menarik bagi mereka yang berfikir
kritis dan tajam dalam memberikan pandangan mengenai Pendidikan Islam
Multikutural (Madjid, n.d.)

Pemikiran Muhammad Amin Abdullah

Karakteristik pendidikan multikultural, pertama pendidikan yang berprinsip pada


demokrasi, kesetaraan dan keadilan. Kedua, prinsip demokrasi, kesetaraan dan
keadilan merupakan prinsip yang mendasari pendidikan multikultural, baik pada
level ide, proses, maupun gerakan.

Pendidikan islam Multikulturalisme menurut Amin Abdullah adalah pendidikan


agama yang bernafaskan perdamaian, memiliki kepekaan terhadap realitas sosial,
lebih mengutamakan keselamatan sosial, serta dilandasi dengan nilai-nilai perstuan
dan keadilan seperti yang terkandung dalam Al-quran dan Hadist sehingga peserta
didik mampu menerima, mengakui dan menghargai perbedaan orang lain.

7
Pendidikan islam multikultural menggunakan seperangkat metodologi keilmuan
yang dapat membantu seseorang mememahami pengetahuan secara komprehensif,
yakni hermeneutika. Para pendidik harus mampu menyampaikan, memahamkan
sampai mewariskan tradisi yang sudah diyakini sebagai suatu kebenaran yang mutlak
dan mampu memberi pemahaman kepada peserta didik, untuk mempu mengakui,
menerima dan menhargai keberadaan kelompok lain.

Tujuan pendidikan agama islam Multikultural adalah menciptakan masyarakat


madani yang menjunjung tinggi konsep social contract, yaitu sebuah konsep yang
setiap individu dan kelompok memiliki hak dan kewajiban sama, meskipun mereka
berada dibawah latar belakang yang berbeda. Urgensi pendidikan multikultural
dalam pendidikan islam menurut Amin Abdullah adalah membangun pemahaman
bergama yang inklusif dan dan menciptakan kerukunan antar umat beragama.

3. Analisis Komparasi Pendidikan Multicultural menurut Nurcholish dan M


Amin Abdullah
Pemikiran tokoh Nurcholish dan M Amin Abdullah, terhadap pendidikan
multikulturalisme memiliki persamaan diantaranya:
a. Nurcholish dan M Amin Abdullah memiliki sikap sama-sama
mentoleransi keberagaman dalam dunia pendidikan. Menurut Nurcholish
toleransi ini diperluhkan untuk memupuk cinta dan kasih saying diantara
muslim dan mencegah terjadinya permusuhan di dalam proses pendidikan
(Nasution et al., 2020). Sedangkan Menurut M Amin Abdullah menolak
keberadaan tradisi-tradisi yang ada adalah hal yang percuma, hadirnya
pemikiran beliau adalah untuk meningkatkan dan terus mengevaluasi
adanya beberapa cara, pemikiran yang lama kemudian di ganti sesuai
perkembangan zaman (Rois, 2013).
b. Tokoh ini memiliki pemikiran yang maju terhadap proses pendidikan,
dimana keduanya memiliki persamaan dalam perpaduan ilmu dan amal
c. .Pemikiran Nurcholis maupun M Amin Abudullah cenderung berisi nilai-
nilai liberal dan pluralistic yang mempengaruhi cara berfikirnya dalam
pendidikan islam, terkhusus pendidikan islam multicultural. Meski

8
demikian terdapat beberapa kalangan yang sependapat dengan pemikiran
beliau, bahkan dari mereka yang mencoba mengkaji, mengembangkan dan
menerapkan hasil pemikiran dari keduanya.

Dari pemikiran diatas dapat diketahui bahwa mereka memiliki banyak persamaan
dalam pemikiran, namun diantara-persamaan pemikiran juga terdapat perbedaan
diantaranya:

Nurcholish M Amin Abdullah


Lebih cenderung mengarah ke Lebih cenderung ke arah
proses pendidikan (amal) perubahan paradigma pendidikan
Untuk mendapatkan tujuan yang Untuk mendapatkan tujuan yang
ideal lebih kearah spiritual ideal lebih mengarah ke
pengalihan generasi kebudayaan

D. Kesimpulan
Kedua tokoh tersebut Nurcholis dan M Amin Abdullah memiliki persamaan pemikiran
dalam pendidikan multicultural. Walaupun berkesan liberal dan plural masih banyak
kalangan yang terus mengkaji pemikiran-pemikiran beliau. Dengan mempelajari pemikiran
kedua tokoh ini, dapat diambil pengetahuan tentang keberagaman yang ada di Indonesia
tanpa takut terjerumus kearah yang salah.
Oleh sebab itu perlu adanya diseminasi terhadap pendidik dan masyarakat agar tidak
salah dalam mengartikan pendidikan multikultiral. Dan pendidik dapat memahamkan
tentang pemikiran keberagaman terhadap peserta didik yang berlandaskan al-Quran dan
sunah. Sehingga tercipta masyarakat madani dan kerukunan antar umat manusia.

9
DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran al-Karim. (n.d.). https://sesaat.id/quran/Al-Hujuraat

Iii, B. A. B. (1939). Munawar dan Rachman, Karya Lengkap Nurcholish Madjid Keislaman,
Keindonesiaan, dan kemodernan , 12. 67. 67–81.

Jurusan, D., & Stain, T. (n.d.). ISLAM DAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Tri Astutik
Haryati.

Khaeroni, C. (2021). NURCHOLISH MADJID (1939-2005) (Gagasan-Gagasan Pembaruan


Pemikiran Islam Kontemporer di Indonesia). At-Tajdid : Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran
Islam, 4(02), 178. https://doi.org/10.24127/att.v4i02.1464

Madjid, P. N. (n.d.). No Title.

Nasution, N., Erawadi, E., & Anhar, A. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural dalam
Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid. Studi Multidisipliner: Jurnal Kajian Keislaman,
7(1), 14–31. https://doi.org/10.24952/multidisipliner.v7i1.2000

Rois, A. (2013). Pendidikan Islam Multikultural: Telaah Pemikiran Muhammad Amin Abdullah.
IAIN Tulungagung Research Collections, 8(2), 301–322.
https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.2.301-322

Saputra, T. A. (2020). KONSEP PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM ISLAM. 7(1), 714–


722.

Syaifur Rahman. (n.d.). PENDIDIKAN MULTIKULTURALISME ANALISIS TERHADAP


NILAI-NILAI PENDIDIKAN Q.S. ALBAQARAH AYAT 62 DAN AL-HUJURAT AYAT
10,11,12 DAN 13. 1–23. https://www.ptonline.com/articles/how-to-get-better-mfi-results

10

Anda mungkin juga menyukai