Linda Rahmawati
Universitas Darussalam Gontor
linda.rahmaw8081@mhs.unida.gontor.ac.id
Zakiyah Mubarokah
Universitas Darussalam Gontor
zakiyah.muba8163@mhs.unida.gontor.ac.id
Abstrack
Indonesia is a country consisting of various ethnicities, races and religions, this has led to
the emergence of multicultural education. Multicultural education is also considered by the
community as the right thing to suppress conflicts that are happening in the community area.
This study uses literature research methods or literacy studies which are supported by problems
with differences in race, ethnicity and culture in this country. In literature research, data obtained
through journals, books and the internet are in accordance with the problems studied. In this
study, researchers will compare the thoughts of two very influential figures in multicultural
education.
Abstrak
1
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku, ras dan agama, hal ini
menyebabkan munculnya pendidikan multicultural. Pendidikan multicultural pun dianggap
masyarakat sebagai hal yang tepat dalam menekan konflik yang sedang terjadi diarea
masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode penelitian literature atau studi literasi yang
didukung dengan adanya permasalahan terhadap perbedaan ras, suku dan budaya yang ada di
Negara ini. Dalam penelitian literatur, data yang diperoleh melalui jurnal, buku dan internet yang
sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan mengkomparasi
pemikiran dua tokoh yang sangat berpengaruh dalam pendidikan multikulrural.
A. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang terdiri dari beragam suku, ras dan agama, hal ini
menyebabkan terjadinya keberagaman antar penduduk. Keberagaman ini memiliki potensi
yang sangat tinggi untuk terjadinya konflik antar penduduk. Selain itu, setelah diteliti lebih
dalam penyebab terjadinya sebuah konflik adalah agama (Saputra, 2020). Keberagaman ini
yang terdiri dari etnis, budaya dan agama adalah hal yang tidak dapat dihindari dan harus
diterima oleh masyarakat.
Pendidikan multicultural pun dianggap masyarakat sebagai hal yang tepat dalam
menekan konflik yang sedang terjadi diarea masyarakat. Multicultural memiliki makna
keberagaman, dalam lingkungan masyarakat terdapat tiga istilah yang sering digunakan
untuk mengambarkan keberagaman antara lain adalah pluralitas, keragaman dan
multicultural. Multikulturalisme adalah kearifan untuk melihat keragaman budaya sebagai
realitas fundamental dalam kehidupan social(Jurusan & Stain, n.d.).
2
soaisl. Selain itu, pendidikan multicultural merupakan strategi pembelajaran dengan latar
belakang budaya beragam. Namun sebenarnya pendidikan ini dapat diibaratkan sebagai
pedang bermata dua, dimana di satu sisi memiliki nilai positif dan di sisi lain jika tidak
ditangani dengan baik maka akan menimbulkan kehancuran terhadap nilai-nilai kebangsaan.
Dari sudut pandang Islam, perbedaan adalah suatu keniscayaan dan bukan suatu hal
yang material, berdasarkan perbedaan perbedaan itu manusia diharapkan untuk saling
mengenal. Sebagaimana dalam Q.S Al-Hujurat ayat 13(Al-Quran Al-Karim, n.d.).
۟ ٰٓ
َ َّاس ِإنَّا َخلَ ْقٰنَ ُكم ِّمن ذَ َك ۢ ٍر َوُأنثَ ٰى َو َج َع ْلٰنَ ُك ْم ُشعُو ۭبًا َو َقبَٓاِئ َل لَِت َع َارفُ ٓوا ۚ ِإ َّن َأ ْك َر َم ُك ْم ِع
ند ُ يََأيُّ َها ٱلن
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan
seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu
saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah
ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini membahas tentang multikularism menurut Nurcholish Madjid dan M
Amin Abdullah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian literature atau studi literasi
yang didukung dengan adanya permasalahan terhadap perbedaan ras, suku dan budaya yang
ada di Negara ini. Dalam penelitian literatur, data yang diperoleh melalui jurnal, buku dan
internet yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti. Bagian selanjutnya terdapat tiga
point pembahasan yang akan diuraikan, pertama biografi dan pemikiran multiculturalism
menurut Nurcholis Madjid, kedua biografi dan pemikiran multikuturalism menurut M Amin
Abdullah, dan ketiga analisis komparasi pendidikan multicultural menurut Nurcholish dan
M Amin Abdullah.
3
C. Pembahasan
1. Biografi menurut Nurcholis Madjid dan Muhammad Amin Abdullah
Nurcholis Madjid
Nurcholish Madjid lahir di Mojoanyar, Jombang, Jawa Timur pada tanggal 17
Maret 1939. Nurcholish pernah nyantri di Rejoso Pesantren Darul ‘ulum (1955), lalu
melanjutkan pendidikannya di pesantren pondok Modern Gontor (1960). Di pondok
inilah, beliau mulai membangun fondasi dan basis intelektualnya sehingga
menguasai bahasa Arab dan Inggris. Kemudian Nurcholis Madjid melanjutkan
studinya ke Fakultas Adab UIN Syarif Hidayatullah (sebelumnya bernama IAIN)
Jakarta, tamat pada tahun 1968 (B.A) DAN 1968 (Doktorandus). Beliau juga
berkesempatan melanjutkan studinya di University of Chicago Amerika serikat
sampei memperoleh gelar Ph.D dalam bidang ilmu kalam dan filsafat. Nurcholish
Madjid meninggal dunia pada 29 Agustus 2005 akibat penyakit sironis hati yang
dideritanya. Beliau di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata meskipun
merupakan warga sipil karena dianggap telah banyak berjasa kepada negara
(Khaeroni, 2021).
4
dengan bulan febuari 1998. Disertasinya, “The Idea of Universality of Ethical Norms
in Ghazali and Kant”, di terbitkan di Turki (Ankara: Turkiye Diyanet Vakfi, 1992).
2. Pemikiran Multikuturalism menurut Nurcholis Madjid dan Muhammad Amin
Abdullah
5
Pemikiran Nurcholish Madjid sangat berpengaruh dalam lingkup masyarakat.
Gerakan Nurcholish Madjid adalah gerakan cultural yang mepunya ciri inklusif,
yaitu merangkul atau mengajak semua kalangan tanpa membeda-bedakan suku, ras
dan agama. Pemikiran Nurcholish Madjid sangat kental dengan gagasan pluralitas.
Nurcholis Madjid menyatakan bahwa pluralitas meningkat menjadi pluralism, yaitu
sistem nilai yang memandang secara positif terhadap segala kemajemukan.
1. Demokrasi
Pemiran Nurcholish Madjid tentang demokrasi bertitik tumpu pada
pemahamannya tentang nilai-nilai musyawarah yaitu:
Musyawarah pada hakikatnya tidak lain adalah interaksi positif sebagai
individu dalam masyarakat yang saling member hak untuk mangatakan
oendapat dan saling mengakui adanya kewajiban mendengar pendapat itu.
Dalam bahasa lain, musyawarah adalah hubungan interkatif uantuk saling
mengikat tentang kebenaran dan kebaikan serta ketabahan dalam mencari
penyelesaian masalah bersama, dalam suasana persamaan hak dan kewajiban
antar Negara warga masyarakat.
2. Keadilan
Keadilan dalam pernyataan Nurcholish Madjid adalah sebagai sikap yang
adil dan berimbang dengan sesama manusia. Dalam hal ini, ada pernyataan
yang tulus, bahwa manusia selalu beraneka ragam, plural ataupun majemuk.
Pandangan terhadap kemanusiaan yang adil dapat melahirkan kemantapan
bagi prinsip pluralism sosial, yang di jiwai oleh sikap saling menghargai
dalam hubungan antar pribadi dan kelompok masyarakat.
3. Kemanusiaan
Dalam pemikiran Nurcholish Madjid kemanusiaan harus dijaga dengan
baik terhadap semua golongan yang ada. Sebagai mana yang di terapkan Nabi
Muhammad SAW di Madinah yang mempersaudarakan antar kelompok yang
datang dari Mekah dengan kelompok pribumi Madinah. Adanya sikap saling
6
mengasihi dan menyayangi mampu membangun kehidupan yang aman,
damai, harmonis dan erat serta adanya perasaan bagaikan satu tubuh
(Nasution et al., 2020).
Dengan demikian, Nurcholish Madjid berpendapat bahwa dalam islam tidak ada
perbedaan bahasa yang satu dengan bahasa lainya. Semua bahasa itu sama, karena
smeua itu adalah keniscayaan yang harus diterima dan dijalankan oleh semua
manusia. Jika masih ada yang beranggapan bahwa bahasa yang satu lebih unggul dari
bahasa yang lainnya itu bentuk dari penyimpangan multikultural.
7
Pendidikan islam multikultural menggunakan seperangkat metodologi keilmuan
yang dapat membantu seseorang mememahami pengetahuan secara komprehensif,
yakni hermeneutika. Para pendidik harus mampu menyampaikan, memahamkan
sampai mewariskan tradisi yang sudah diyakini sebagai suatu kebenaran yang mutlak
dan mampu memberi pemahaman kepada peserta didik, untuk mempu mengakui,
menerima dan menhargai keberadaan kelompok lain.
8
demikian terdapat beberapa kalangan yang sependapat dengan pemikiran
beliau, bahkan dari mereka yang mencoba mengkaji, mengembangkan dan
menerapkan hasil pemikiran dari keduanya.
Dari pemikiran diatas dapat diketahui bahwa mereka memiliki banyak persamaan
dalam pemikiran, namun diantara-persamaan pemikiran juga terdapat perbedaan
diantaranya:
D. Kesimpulan
Kedua tokoh tersebut Nurcholis dan M Amin Abdullah memiliki persamaan pemikiran
dalam pendidikan multicultural. Walaupun berkesan liberal dan plural masih banyak
kalangan yang terus mengkaji pemikiran-pemikiran beliau. Dengan mempelajari pemikiran
kedua tokoh ini, dapat diambil pengetahuan tentang keberagaman yang ada di Indonesia
tanpa takut terjerumus kearah yang salah.
Oleh sebab itu perlu adanya diseminasi terhadap pendidik dan masyarakat agar tidak
salah dalam mengartikan pendidikan multikultiral. Dan pendidik dapat memahamkan
tentang pemikiran keberagaman terhadap peserta didik yang berlandaskan al-Quran dan
sunah. Sehingga tercipta masyarakat madani dan kerukunan antar umat manusia.
9
DAFTAR PUSTAKA
Iii, B. A. B. (1939). Munawar dan Rachman, Karya Lengkap Nurcholish Madjid Keislaman,
Keindonesiaan, dan kemodernan , 12. 67. 67–81.
Jurusan, D., & Stain, T. (n.d.). ISLAM DAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL Tri Astutik
Haryati.
Nasution, N., Erawadi, E., & Anhar, A. (2020). Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural dalam
Perspektif Pemikiran Nurcholish Madjid. Studi Multidisipliner: Jurnal Kajian Keislaman,
7(1), 14–31. https://doi.org/10.24952/multidisipliner.v7i1.2000
Rois, A. (2013). Pendidikan Islam Multikultural: Telaah Pemikiran Muhammad Amin Abdullah.
IAIN Tulungagung Research Collections, 8(2), 301–322.
https://doi.org/10.21274/epis.2013.8.2.301-322
10