Anda di halaman 1dari 13

KARAKTERISTIK DAN DINAMIKA LEMBAGA

PENDIDIKAN ISLAM DI NUSANTARA:

SURAU, MEUNASAH, DAN PESANTREN

Oleh :
Muhammad Idham

Dosen Pembimbing:
Dr. H. Amir Maliki
Abitolkha, M.Ag
SURAU

1. Surau adalah istilah Melayu-Indonesia dimana istilah ini banyak
digunakan di Minangkabau, Sumatra Selatan, Semenanjung Malaysia,
Sumatra Tengah, dan Patani (Thailand Selatan).

2. Surau adalah tempat peribadatan kepada nenek moyang di masa
animism dan dinamisme masyarakat Melayu dan Indonesia, mengalami
Islamisasi setelah diperkenalkan oleh Syaikh Burhanuddin di Ulakan
Pariaman.

3. Pada awalnya surau hanya dipergunakan sebagai tempat ibadah
shalat dan belajar al-Quran dasar. Namun, dalam perkembangannya di
Surau diajarkan ilmu-ilmu yang lebih tinggi, seperti menghafal al-
Qur’an dan pelajaran agama Islam, tulis-menulis, ilmu hitung, tata
bahasa, dan juga kesenian;

SURAU

4. Pembelajaran di Surau dilakukan pada pagi atau petang
hari 1-2 jam, oleh ‘amil atau modin, petugas keagamaan di
kampung, sekaligus guru agama Islam.

5. Metode pembelajaran di surau ada setidaknya 2 macam :
Sorogan dan Halaqah.

6. Pembelajaran di surau setidaknya ada 2 (dua) tingkatan
(kelas), yaitu: Tingkatan rendah, belajar Al-quran dasar
hingga dapat membacanya, dan tingkatan atas, selain
pembelajaran tersebut ditambahkan lagu, qasidah, barzanji,
tajwid dan mengaji kitab perukunan.

SURAU

7. Untuk memperkuat kegiatan pembelajaran juga dibuat peraturan,
dan adanya hukuman. urang siak (murid) akan dihukum dengan
cara direndam di kolam, namun dalam perkembangan diganti
dengan hukuman pukulan.

8. Diantara para alumni pendidikan surau adalah Haji Rasul, AR.
At Mansur, Abdullah Ahmad, dan HAMKA.

9. Dari perkembangan dan pertumbuhan surau, posisinya sebagai
lembaga pendidikan Islam mampu mencetak ulama-ulama besar di
tanah air dan menumbuhkan semangat nasionalisme

10. Sumber literatur keagamaan yang dijadikan acuan
pembelajaran pendidikan di Surau adalah Al-Qur’an dan Al-Sunnah
Meunasah

1. Secara etimologi meunasah berasal dari kata madrasah, tempat
belajar atau sekolah.

2. Meunasah merupakan istilah yang asli dari Aceh dan telah
lama dikenal di Aceh, tetapi sejak kapan ditemukan belum begitu
jelas secara historis.

3. Meunasah di Aceh bersifat multifungsi, di samping tempat
belajar, juga berfungsi sebagai tempat ibadah (shalat), tempat
pertemuan, musyawarah, pusat informasi, tempat tidur, dan
tempat menginap bagi musafir.

4. Materi pokok yang diajarkan biasanya berupa: Al-Qur’an,
agama, membaca, menulis dan syair.
Meunasah

5. Buku-buku pelajaran yang diberikan di lembaga meunasah, bila
melihat materi-materi yang diberikan antara lain; Kitab Bidayah al-
Hidayah, Kitab Perukunan, Risalah Masail al-Muhtadin karya Syeikh
Daud Rumi (Baba Daud) dan karya Syeikh Muhammad Zain Ibn
Faqih Jalal al-Din. Isi kitab-kitab tersebut meliputi dasar rukun Islam
dan fiqih, yang merupakan kupasan ringkas pokok dokrin Islam serta
kewajiban keagamaan umat Islam.

6. Metode pembelajaran yang digunakan di meunasah pada umumnya
adalah halaqah (dalam lingkaran) klasikal. Halaqah pada prakteknya
seorang teungku memberikan pengajaran dengan posisi duduk di
tengah, sementara anak didik (murib; aneuk miet beuët) mengelilingi
teungku. Metode lain adalah metode sorogan, yang umum
dilaksanakan di pesantren yaitu anak didik belajar secara perorangan
di hadapan teungku.
Meunasah

7. Bangunan meunasah yang mirip rumah adat
(tradisional) bila dari fisik bangunan memang
sederhana, tetapi mengingat fungsinya yang besar
bangunan ini menjadi lembaga pendidikan dasar di
Aceh, sejak zaman kejayaan Kesultanan Aceh
(abad ke 16-17)
Pesantren

1. Kehadiran awal pesantren diperkirakan dari
300-400 tahun yang lalu dan menjangkau hampir
semua tingkat komunitas Muslim Indonesia,
khususnya di Jawa.

2. Syaikh Maulāna Mālik Ibrāhīm atau Sunan
Gresik merupakan orang pertama yang
membangun lembaga pengajian yang merupakan
cikal bakal berdirinya pesantren

Tipe pesantren berdasarkan
bangunan fisik.
a. Tipe I:  Masjid  Rumah Kyai
Pesantren ini masih bersifat sederhana, di mana kyai menggunakan masjid atau
rumahnya sendiri untuk mengajar. Tipe ini santri hanya datang dari daerah
pesantren ini sendiri, namun mereka telah mempelajari agama secara kontinyu
dan sitematis. Metode pengajaran: wetonan dan sorongan.
b. Tipe II:  Masjid  Rumah Kyai  Pondok/Asrama
Tipe pesantren ini telah memiliki pondok atau asrama yang disediakan bagi
santri yang datang daerah di luar pesantren. Metode pengajaran: wetonan dan
sorongan.
c. Tipe III:  Masjid  Rumah Kyai  Pondok/Asrama  Madrasah
Pesantren ini telah memakai sistem klasikal, santri yang tinggal di pesantren
mendapat pendidikan di madrasah. Adakalanya santri madrasah itu datang dari
daerah sekitar pesantren itu sendiri. Di samping sistem klasikal, kyai
memberikan pengajian dengan sistem wetonan.


Tipe pesantren berdasarkan
bangunan fisik.
d. Tipe IV:  Masjid  Rumah Kyai  Pondok/Asrama  Madrasah
 Tempat Keterampilan
Dalam tipe ini di samping memiliki madrasah, juga memiliki tempat-
tempat keterampilan. Misalnya: peternakan, pertanian, tata busana, tata
boga, toko, koperasi, dan sebagainya
e. Tipe V:  Masjid  Rumah Kyai  Pondok/Asrama  Madrasah
 Tempat Keterampilan  Perguruan Tinggi  Gedung Pertemuan 
Tempat Olahraga  Sekolah Umum
Tipe pesantren ini sudah berkembang dan bisa digolongkan pesantren
mandiri. Pesantren ini seperti ini telah memiliki perpustakaan, dapur
umum, ruang makan, rumah penginapan tamu, dan sebagainya. Di
samping itu pesantren ini mengelola SMP, SMA dan SMK.

.


Tipe pesantren berdasarkan
kurikulum. .
1) Pesantren Tradisional (salāf)
Pesantren ini masih mempertahankan bentuk aslinya
dengan mengajarkan kitab yang ditulis oleh ulama
abad ke-15 dengan menggunakan bahasa Arab.
2) Pesantren Modern (khalaf atau asri )
Pesantren ini merupakan pengembangan tipe
pesantren karena orientasi belajarnya cenderung
mengadopsi seluruh sistem belajar klasikal dan
meninggalkan sistem belajar tradisional


Tipe pesantren berdasarkan
kurikulum. .
3) Pesantren Komprehensif
Tipe pesantren ini merupakan sistem pendidikan
dan pengajaran gabungan antara tradisional dan
modern. Pendidikan diterapkan dengan pengajaran
kitab kuning dengan metode sorongan, bandongan
dan wetonan yang biasanya diajarkan pada malam
hari sesudah salat Magrib dan sesudah salat Subuh.
Proses pembelajaran sistem klasikal dilaksanakan
pada pagi sampai siang hari seperti di
madrasah/sekolah pada umumnya


Terimakasih
Semoga Bermanfaat
Alhamdulillahirabbil’alamin

Anda mungkin juga menyukai