Anda di halaman 1dari 11

GURU BERKUALITAS: PROFESIONAL DAN CERDAS EMOSI

Oleh: Edi Hendri

ABSTRAK

Guru berkualitas selalu menjadi tuntutan di berbagai jenjang dan jenis


institusi pendidikan, baik institusi penghasil (LPTK) maupun institusi
pengguna (sekolah). Tugas guru kapan dan di mana pun selalu sangat berat,
ia harus memiliki sejumlah kompetensi akademi sebagaimana diamanatkan
dalam undang-uandang. Berbeda dengan penanganan kompetensi
pedagogik, dan akademik, penanganan kompetensi kepribadian serta
kompetensi sosial guru dan calon guru nampaknya masih belum optimal.
Hal itu dapat dibuktikan dengan mengkritisi muatan kurikulum dan materi-
materi pembinaan guru maupun calon guru. Proporsi materi dan
metodologi yang diberikan LPTK dan lembaga pelatihan/pembinaan guru
terkait dengan penanganan kompetensi kepribadian guru dan calon guru
masih terbilang rendah. Salah satu faktor penting yang relevan kompetensi
kepribadian dan kompetensi sosial guru adalah kecerdasan emosi.
Kecerdasan emosi jika berkembang dan terlatihkan dengan baik pada diri
guru, ia akan menjadi salah satu pendorong bagi tercapainya kepribadian
guru professional yang matang dan sebagaimana digagaskan oleh Maister
‘professionaism is predominantly an attitude, not a set of competencies
only. Ini berarti bahwa seorang guru profesional adalah pribadi-pribadi
unggul terpilih

Kata kunci: guru, profesional, cerdas,emosi

A. Pendahuluan teraan guru. Dalam hal beban


Alih-alih menurun, sejak kini birokrasi, guru (SD) harus berhadapan
hingga masa depan tantangan profesi dengan pekerjaan-pekerjaan rutin
keguruan semakin meningkat. Dalam administrasi yang bukan tugas-tugas
buku Mengangkat Citra dan Martabat profesional. Beban sosial antara lain
Guru, (Dedi Supriadi, 1999:73-74) terkait dengan tuntutan masyarakat
mencuatkan suatu tantangan yang yang masih memandang bahwa guru
harus siap dihadapi guru dan pada saat (SD) adalah sosok manusia serba tahu
yang sama harus dicarikan solusinya dan serba bisa. Tidak sedikit orangtua
oleh berbagai pihak terkait ( terutama yang memiliki tuntutan yang
birokrasi dan organisasi kependidikan). melampaui kemampuan guru (SD)
Salah satunya tentang masalah ekologi agar anak mereka menjadi serba bisa
profesi bagi guru, terutama guru SD. sebagaimana yang diharapkan. Selain
Pekerjaan guru (mendidik) yang mulia itu, kondisi objektif di lapangan sangat
dan seharusnya menyenangkan, sering- mungkin guru (SD) menghadapi
kali malah menjadi sumber ketegangan pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan,
lantaran iklim dan kondisi kerja yang informasi, dan teknologi termasuk
terlalu sarat dengan beban tugas-tugas masalah kependidikan, yang menuntut
birokrasi, beban sosial-ekonomi dan dirinya harus lebih profesional dan
tantangan kemajuan karir yang terkait bahkan siap ‘bersaing’ dengan peserta
erat dengan jaminan hak-hak kesejah- didik dalam hal itu. Beban-beban yang

Jurnal Saung Guru: Vol. I No. 2 (2010) 1


Edi Hendri Mulyana
.
sudah berat itu, makin menjadi dengan pembinaan yang menjadikan-
kompleks manakala guru (SD) – nya sebagai calon guru yang memiliki
terutama yang hidup dikota – juga kematangan kepribadian dengan kecer-
harus berjuang meningkatkan kemam- dasan emosi yang optimal. Pembinaan
puan finansial dalam memenuhi ini sangat erat kaitannya dengan tugas-
kebutuhan ekonomi keluarga yang tugas bimbingan dan konseling.
memang masih jauh dapat dipenuhi Sehubungan dengan itu maka peran
dengan gaji mereka. Kondisi semua Bimbingan dan Konseling –yang
ini, dapat diprediksi kuat akan sangat selama ini ‘guru yang dibina’ terkesan
berpengaruh timbal balik terhadap disiapkan dan diperuntukkan untuk
profil psikologis guru. memenuhi kebutuhan di pendidikan
Sungguh, tugas professi guru saat dasar dan menengah – harus secara
ini dan ke depan sangat berat. Ia bukan organik dan resmi difungsikan di
saja harus memiliki sejumlah kompe- LPTK
tensi akademis semisal penguasaan Profesionalisme guru memiliki
materi pelajaran, kepiawaian dalam posisi sentral dan strategis. Karena
merancang, mengelola, dan meng- posisinya tersebut, baik dari kepen-
evaluasi pembelajaran dengan berbagai tingan pendidikan nasional maupun
metode mutakhir, serta terampil dalam tugas fungsional guru, semuanya
menggunakan alat peraga dan media menuntut agar pendidikan dilaksana-
pembelajaran; melainkan juga ia harus kan secara profesional. Pembahasan
memiliki kematangan dan ketegaran tentang guru profesional terkait dengan
kepriba-dian. Aspek kepribadian se- beberapa istilah, yaitu profesi,
bagai unsur penting dalam kinerja guru profesional itu sendiri, profesionalis-
profesional akhir-akhir ini mulai me, profesionalisasi, dan profesionali-
banyak diangkat kembali oleh para tas.
pakar setelah selama waktu yang Profesi adalah pernyataan peng-
cukup panjang tersisihkan oleh abdian pada suatu pekerjaan atau
gencarnya pembahasan teknis meto- jabatan (Piet A Sahertian, 1994:26),
dologis mengajar dengan landasan dimana pekerjaan atau jabatan tersebut
gagasannya diangkat dari aliran-aliran menuntut keahlian, tanggung jawab,
Behavioristik: teori belajar, condition- dan kesetiaan terhadap profesi. Suatu
ing, hukum pengaruh, dan Kognivistik. profesi secara teori tidak bisa
(Dedi Supriadi, 1999:10; Mohamad dilakukan oleh sembarang orang.
Surya, 2003:43: H.A.R Tilaar, 1999: Profesional menunjuk pada orang atau
295). Salah satu aspek yang berkaitan penampilan seseorang yang sesuai
dengan kematangan dan ketegaran dengan tuntutan yang seharusnya.
kepribadian adalah kecerdasan emosi Profesionalisasi menggambarkan pro-
(Emotional Intelligence) atau Emotion- ses menjadikan seseorang sebagi
al Quotient (EQ). Kecerdasan ini profesional melalui pendidikan. Profe-
berkaitan antara lain dengan sionalisme menunjuk pada derajat
kemampuan seseorang (guru) dalam penampilan seseorang sebagai pro-
mengelola emosi terhadap diri dan fesional atau penampilan suatu
orang lain, menghadapi kesulitan dan pekerjaan sebagai suatu profesi yang
kesuksesan hidup, kasih sayang, cinta menyangkut sikap, komitmen, dan
kasih yang tulus, dan tanggung jawab. kode etik; profesionalisme bisa tinggi,
Sehubungan dengan tugas berat guru sedang, atau rendah. Sedangkan hal-
(SD) di masa depan, maka jelas tidak hal yang berkaitan dengan keprofesia-
bijaksana kalau LPTK penghasil calon an biasa disebut profesionalitas (Dedi
guru tidak mempersiapkan mereka Supriadi, 1999: 94-95).
2
Guru berkualitas
Penting untuk dicermati bahwa 2) Menguasai ilmu pengetahuan dan
profesi memiliki beberapa ciri pokok. teknologi yang kuat. Melalui dua
Menurut Dedi Supriadi (1999: 96) ciri- hal ini seorang guru profesional
ciri tersebut ialah, pertama, pekerjaan akan menginspirasi anak didiknya
tersebut mempunyai fungsi dan dengan ilmu dan teknologi. Guru
signifikansi sosial karena diperlukan profesional semestinya ia adalah
mengabdi kepada masyarakat. Kedua, ‘ilmuwan’ yang dibentuk menjadi
profesi menuntut keterampilan tertentu pendidik.
yang diperoleh lewat pendidikan dan 3) Menguasai keterampilan untuk
latihan yang ‘lama’ dan intensif serta membangkitkan minat dan potensi
dapat dipertanggungjawabkan. Ketiga, peserta didik. Oleh karena itu
profesi didukung oleh suatu disiplin seorang guru profesional harus lah
ilmu (a systematic body of knowledge). menguasai keterampilan meto-
Keempat, ada kode etik yang menjadi dologis membelajarkan siswa.
pedoman perilaku anggotanya beserta Karakteristik ini yang membeda-
sanksi yang jelas dan tegas terhadap kan profesi guru dari profesi
pelanggar kode etik. Kelima, sebagai lainnya. Jika karakteristik ini tidak
konsekuensi dari layanan yang secara sungguh-sungguh dikuasai
diberikan terhadap masyarakat, maka guru, maka siapa saja dapat
anggota profesi secara perorangan atau menjadi ‘guru’ seperti yang terjadi
kelompok memperoleh imbalan finan- sekarang ini. Akibat lebih lanjut
sial atau material. dari ini adalah profesi guru akan
Guru Profesional dalam masyara- kehilangan ‘bargaining position’.
kat yang semakin maju, demokratis 4) Pengembangan profesi yang
dan terbuka menuntut suatu interaksi berkesinambungan. Propesi guru
antara pendidik dan peserta didik adalah profesi mendidik. Seperti
secara profesional. Hal ini hanya dapat halnya ilmu mendidik yang
dilakukan oleh guru profesional, yaitu senantiasa berkembang, maka
guru yang memiliki karakteristik profil guru profesional adalah guru
profesionalisme. Guru profesional yang terus menerus mengembang-
adalah guru yang memiliki keahlian, kan kompetensi dirinya. Pengem-
tanggung jawab, dan rasa kesejawatan bangan kompetensi ini dapat
yang didukung oleh etika profesi yang dilakukan secara institusional
kuat. Untuk itu ia harus telah memiliki (LPTK), dalam praktik pendidik-
kualifikasi kompetensi yang memadai: an, atau secara individual.
kompetensi intelektual, sosial, spiritu- Sejalan dengan gagasan HAR
al, pribadi dan moral (Mohamad Surya, Tilaar di atas, Dedi Supriadi (1999: 98)
2003: 28). Sedangkan H.A.R Tilaar mengutip Jurnal Education Leadership
(1999: 205) menggagaskan profil guru edisi Maret 1993 mengenai lima hal
profesional abad 21 sebagai berikut. yang harus diraih guru agar menjadi
profesional. Kelima hal tersebut
1) Memiliki kepribadian yang adalah.
matang dan berkembang (mature 1) Guru mempunyai komitmen pada
and developing personality) se- siswa dan proses belajarnya. Ini
bagaimana dirumuskan Maister berarti bahwa komitmen tertinggi
‘professionaism is predominantly guru adalah kepada kepentingan
an attitude, not a set of siswanya.
competencies only. Ini berarti 2) Guru menguasai secara mendalam
bahwa seorang guru profesional bahan/mata pelajaran yang diajar-
adalah pribadi-pribadi unggul
terpilih;
Jurnal Saung Guru: Vol. I No. 2 (2010) 3
Edi Hendri Mulyana
.
kannya serta cara mengajarkannya badiannya. Kepribadian efektif akan
kepada para siswa. terwujud melalui berfungsinya ke-
3) Guru bertanggung jawab me- seluruhan potensi manusiawi secara
mantau hasil belajar siswa melalui penuh dan utuh melalui interaksi antara
berbagai teknik evaluasi, mulai diri dengan lingkungannya. Menurut
cara pengamatan dalam perilaku William D. Hitt (1993) potensi manu-
siswa sampai tes hasil belajar. siawi itu antara lain adalah daya nalar
4) Guru mampu berpikir sistimatis yang bertumpu pada empat jenjang
tentang apa yang dilakukannya, anak tangga berupa: (1) Coping, yaitu
dan belajar dari pengalamannya. kemampuan untuk melakukan tindakan
Artinya, harus selalu ada waktu dalam meng-hadapi dunia sehari-hari
bagi guru guna mengadakan dengan baik; (2) Knowing, yaitu
refleksi dan koreksi terhadap apa kemampuan memahami kenyataan dan
yang telah dilakukannya. Untuk kebenaran dunia sehari-hari; (3)
bisa belajar dari pengalaman, ia Believing, keyakinan yang melandasi
harus tahu mana yang benar dan berbagai tindakan, dan (4) Being, yaitu
salah, serta baik buruk dampaknya perwujudan diri yang otentik dan
pada proses belajar siswa. bermakna.
5) Guru seyogyanya merupakan Jika kita cermati karakteristik
bagian dari masyarakat belajar kepribadian efektif sebagaimana di-
dalam lingkungan profesinya. uraikan di atas, nampak bahwa unsur-
Kelima hal di atas amat sederhana unsurnya erat berkaitan dengan faktor-
dan pragmatis. Justru karena keseder- faktor kompetensi dan potensi
hanaan itu akan membuat sesuatu psikologis seseorang. Salah satu
mudah dicapai. potensi psikologis manusia yang saat
Untuk meneguhkan kesuksesan ini mendapat kajian intensif karena
kinerja pendidik sebagai guru profesio- diyakini sebagai salah satu penentu
nal dan merupakan jabatan strategis dominan bagi efektif tidaknya kepri-
dalam membangun masyarakat, Moh. badian seseorang dalam berinteraksi
Surya (2003: 290-292) menekankan dan mengatasi persoalan hidup sehari-
perlunya seorang guru memiliki ke- hari adalah kecerdasan emosi (EQ,
pribadian efektif. Kepribadian merupa- Emotional Quotient).
kan keseluruhan perilaku dalam ber- Kecerdasan Emosi
bagai aspek yang secara kualitatif akan Pusat Kecerdasan Emosi dan
membentuk keunikan atau kekhasan Kecerdasan Rasional dalam Otak.
seseorang dalam interaksi dengan
lingkungan di berbagai situasi dan Otak manusia adalah massa pro-
kondisi. Kepribadain efektif seorang toplasma yang paling kompleks yang
guru adalah kepribadian berkualitas pernah dikenal di alam semesta. Organ
yang mampu berinteraksi dengan ini terdiri dari tiga bagian dasar,
lingkungan pendidikan yang sebaik- masing-masing dengan struktur saraf
baiknya agar kebutuhan dan tujuan tugas-tugas tertentu, yang oleh Dr.
pendidikan dapat tercapai secara Paul McLean (1990) disebut "otak
efektif. triune". Ketiga bagian tersebut adalah:
Kepribadian efektif memiliki batang atau otak reptil, sistem limbik
sejumlah kompetensi yang bersumber atau otak mamalia, dan neokorteks
pada komponen penguasaan subyek (Bobbi DePorter & Mike Hernacki;
(materi pelajaran), kualitas profesional, 1999).
penguasaan proses, kemampuan Dalam buku Quantum Learning
penyesuaian diri, serta kualitas kepri- dijelaskan bahwa bagian otak manusia

4
Guru berkualitas
yang disebut otak mamalia (sistem melepaskan kecemasan, ke-
limbik) bertanggung jawab atas fungsi- murungan, atau ketersinggungan
fungsi emosional dan kognitif serta sehingga dia dapat bangkit
pengaturan bioritme seseorang, seperti kembali dengan jauh lebih cepat
pola tidur, lapar, haus, tekanan darah, dari kemerosotan dan kejatuhan
gairah seksual, dan metabolisme dalam dalam kehidupan.
tubuh. Dalam mekanisme yang terjadi (3) Memotivasi diri sendiri; kecer-
pada sistem limbik inilah kecerdasan dasan ini berhubungan dengan
emotional (EI = Emotional Intelli- kamampuan seseorang dalam
gence, nama lain dari EQ) seseorang membangkitkan hasrat, menguasai
ditentukan. diri, menahan diri terhadap
Joseph LeDoux (1992) seorang ahli kepuasan dan kecemasan. Keber-
saraf di Center for Neural Science di hasilan dalam wilayah ini akan
New York University mengungkapkan menjadikan seseorang cenderung
bahwa dalam saat-saat yang kritis jauh lebih produktif dan efektif
kecerdasan emosi akan lebih cepat dalam hal apa pun yang mereka
menentukan keputusan dari pada kerjakan.
kecerdasan intelektual. Hal itu sejalan (4) Mengenali emosi orang lain. Ber-
dengan kajian Dr. Jalaluddin Rakhmat kaitan erat dengan empati, salah
(1999) yang menyimpulkan bahwa satu kecerdasan emosi yang
kecerdasan emosi sangat mempeng- merupakan "keterampilan bergaul"
aruhi manusia dalam mengambil dasar. Orang yang empatik lebih
keputusan. Bahkan tidak ada satu pun mampu menangkap sinyal-sinyal
keputusan yang diambil manusia murni sosial yang tersembunyi yang
dari pemikiran rasional kerena seluruh mengisyaratkan apa-apa yang
keputusan manusia memiliki warna dibutuhkan atau dikehendaki
emosional. orang lain.
(5) Membina hubungan. Seni membina
Konsep Dasar Kecerdasan Emosi hubungan, menuntut kecerdasan
Istilah "Emotional Intelligence, dan keterampilan seseorang dalam
kecerdasan emosional" – selanjutnya mengelola emosi orang lain.
disebut kecerdasan emosi – Sangat diperlukan untuk
pertamakali dilontarkan pada tahun menunjang popularitas, kepemim-
1990 oleh psikolog Peter Salovey dari pinan, dan keberhasilan antar
Harvard University dan John Mayer pribadi.
dari University of New Hampshire.
Kecerdasan ini berhubungan dengan Kecerdasan Emosi Eksekutif
kualitas-kualitas psikologis tertentu Kecerdasan Emosional Eksekutif
yang oleh Salovey dikelompokkan ke (EQ-Executive) secara singkat dapat
dalam lima karakter kemampuan: diartikan sebagai kemampuan se-
seorang dalam mengelola emosi dalam
(1) Mengenali emosi diri; wilayah ini
rangka menghadapi dan memberikan
merupakan dasar kecerdasan
tindakan antisipasi maupun solusi
emosi. Penguasaan seseorang akan
terhadap prob-lematika yang dhadapi
hal ini akan memiliki kepekaan
dalam menjalankan profesi dalam
atas pengambilan keputusan-
suatu intitusi. Berdasarkan gagasan
keputusan masalah pribadi.
Robert K Cooper & Ayman Sawaf
(2) Mengelola emosi; kecerdasan emo-
(2001), EQ-Executive yang akan
si seseorang pada bagian ini
analisis dalam penelitian ini didasarkan
ditunjukkan dengan kemampuan
kepada empat pilar utama:
untuk menghibur diri sendiri,
Jurnal Saung Guru: Vol. I No. 2 (2010) 5
Edi Hendri Mulyana
.
(1) Kesadaran Emosional Literasi; (3) Tekanan masalah pribadi
bertujuan membangun tempat (14) Intuisi
kedudukan bagi kepiawaian dan (4) Kesadaran diri emosi
rasa percaya diri pribadi melalui (15) Radius kepercayaan
kejujuran emosi, energi emosi, (5) Ekspresi emosi
umpan balik emosi, intuisi, rasa (16) Daya pribadi
tanggung jawab dan koneksi. (6) Kesadaran emosi terhadap orang
(2) Kebugaran emosi; bertujuan lain(17) Integritas
mempertegas kesejatian, sifat dapat (7) Intensionalitas
dipercaya, dan keuletan, mem- (18) Kesehatan umum
perluas kepercayaan, dan kemam- (8) Kreativitas
puan mendengarkan, mengelola (19) Kualitas hidup
konflik dan mengatasi kekecewaan (9) Ketangguhan
dengan cara palinmg konstruktif. (20) Relatioship Quotient
(3) Kedalaman emosi (emotional (10) Hubungan interpersonal
deepth); mengeksplorasi cara-cara (21) Kinerja Optimal
menye-laraskan hidup dan kerja (11) Ketidakpuasan konstruktif
dengan potensi serta bakat unik
Dalam EQ-Map dua puluh satu
seseorang, mendukungnya dengan
skala profil EQ-eksekutif di atas
ketulusan, kesetiaan pada janji, rasa
selanjutnya dibagi ke dalam lima
tanggung jawab yang pada
kategori. Kelima kategori tersebut
gilirannya memperbesar pengaruh
tanpa mengobral kemenangan. adalah: Situasi saat ini, Keterampilan
(4) Al-kimia emosi (emotional Emosi, Kecakapan Emosi, Nilai-nilai
alchemi); memperdalam naluri dan EQ dan Keyakian, dan Hasil-hasil
kemampuan kreatif untuk mengalir EQ.
a. Situasi Saat Ini
bersama masalah-masalah dan
tekanan-tekanan dan bersaing demi Kategori ini menggambarkan profil
seberapa besar kualitas emosi seorang
masa depan dengan membangun
pekerja dalam menghadapi berbagai
ketarampilan untuk lebih peka akan
peristiwa yang dialami baik di
adanya kemungkinan-kemungkinan
keluarga, masyarakat maupun tempat
solusi yang masih tersembunyi dan
yang bersangkutan bekerja. Hal
peluang yang masih terbuka.
tersebut meliputi:1) Peristiwa dalam
Indikator-indikator yang me-
Hidup; 2) Tekanan Pekerjaan; 3)
nunjukkan seberapa jauh karakter-
Tekanan Masalah Pribadi
karakter dari masing-masing pilar di
b. Keterampilan Emosi
atas terdapat pada diri seseorang dapat
Kategori ini menggambarkan profil
diungkap antar lain dengan instrumen
seberapa besar kualitas seseorang
EQ_MAPTM. Instrumen ini merupa-
dalam mengenali emosi dirinya,
kan hasil penelitian yang mendalam,
meliputi: 1) Kesadaran-diri Emosi; 2)
andal secara statistik dan teruji secara
Ekspresi Emosi; 3) Kesadaran Emosi
baku terhadap tenaga kerja di USA dan
terhadap Oranglain;
Kanada. Instrumen ini berupaya
c. Kecakapan Emosi
mengungkap 21 skala profil
Kategori ini menggambarkan peri-
kecerdasan eksekutif yaitu:
laku atau tujuan bertindak seseorang
(1) Peristiwa dalam hidup
yang berkaitan dengan pengelolaan
(12) Belaskasihan
dorongan emosi. Hal itu antara lain: 1)
(2) Tekanan pekerjaan
Intensionalitas; 2) Kreativitas; 3) Ke-
(13) Cara pandang
tangguhan; 4) Hubungan Antar
Pribadi; 5) Ketidakpuasan Konstruktif
6
Guru berkualitas
d. Nilai-nilai EQ dan Keyakinan pekerjaan yang ada dalam masyarakat.
Kategori ini menggambarkan peri- Dalam istilah lain disebut juga
laku atau tujuan bertindak seseorang pendidikan non-gelar. Pendidikan pro-
yang berkaitan dengan pengelolaan fesional diselenggarakan oleh akademi
dorongan emosi yang berhubungan dan politeknik dalam bentuk program
dengan nilai-nilai keyakinan (belief). Diploma, juga oleh sekolah tinggi,
Termasuk ke dalam kategori ini institut, dan universitas. Pengertian ini
adalah: 1) Belas Kasihan; ; 2) Sudut mengundang tafsiran yang rancu
Pandang; 3) Intuisi; 4) Radius sekan-akan pendidikan akademik tidak
Kepercayaan; 5) Daya Pribadi; 6) menyiapkan lulusan-nya siap kerja dan
Integritas profesional. Oleh karenanya, guru pro-
d. Hasil-hasil EQ fesional atau pendidikan profesional
Kategori ini berkaitan dengan dimaksudkan sebagai lulusan pen-
peristiwa-peristiwa kedirian seseorang didikan yang selain memiliki keteram-
yang diduga kuat sebagai konsekuensi pilan khusus juga meliputi dimensi
dari kualitas EQ yang bersangkutan. penguasasaan keilmuan, social,
Meliputi hal-hal sebagai berikut.: 1) etik/moral, serta nilai-nilai kemanusia-
Kesehatan Secara Umum; 2) Kualitas an dari suatu pekerjaan. Tidak jadi soal
Hidup; 3) Relationship Quotient; 4) apakah ia lulusan program diploma
Kinerja Optimal atau program strata (S1, S2 atau S3).
Jika kita cermati sejumlah karak-
B. Pembahasan teristik guru profesional sebagaimana
Pada bagian ini penulis me- dikemukakan pada halaman-halaman
mandang penting untuk terlebih dahulu terdahulu, di samping berkaitan dengan
menjelaskan istilah profesional pada hal-hal yang bersifat akademis dan
kata Guru Profesional. Istilah keterampilan akan ditemukan beberapa
profesional pada tulisan ini tidak pernyataan yang lebih kental nuansa
merujuk kepada penggunaan istilah moral-psikologisnya misalnya: tang-
tersebut pada Undang-Undang Sistem gung jawab, memiliki kepribadian
Pendidikan Nasional (UUSPN) –yang yang matang dan berkembang,
seringkali menimbulkan kerancuan bermoral, spiritual, komitmen terhadap
dalam wacana dilapangan – yang kepentingan siswa, mampu berpikir
menyatakan “Pendidikan tinggi terdiri reflektif dan korektif, serta memiliki
dari pendidikan akademik dan kepribadian yang efektif. Karakter
pendidikan profesional.” Yang dimak- guru profesional yang demikian itu
sud dengan pendidikan akade-mik jelas sangat diperlukan ada pada diri
adalah pendidikan yang sebagian besar guru (SD) sebagai modal utama dalam
porsinya ditujukan untuk penguasaan menghadapi tantangan kekinian dan
dan pengembangan ilmu dengan bobot masa depan yang makin kompleks:
keterampilan yang lebih sedikit. kepesatan perkembangan iptek, per-
Pendidikan akademik adalah program saingan hidup dan karir yang semakin
gelar (Sarjana/S-1, Magister/S-2, garang dan tajam, serta tuntutan
Doktor/S-3) yang diselenggarakan oleh kualitas hidup dan pendidikan di
sekolah tinggi, institut, dan universitas. tengah-tengah masyarakat yang makin
Di pihak lain, pendidikan profesional tinggi. Oleh karenanya maka penye-
adalah pendidikan yang bobot lenggaraan program pendidikan untuk
pembekalan keterampilannya lebih calon guru –khususnya guru SD – oleh
banyak dari pada penguasaan teori atau LPTK harus diarahkan pada upaya
konsep karena memang peserta didik mempersiapkan guru yang cakap
disiapkan untuk mengisi pekerjaan- secara profesional serta memiliki

Jurnal Saung Guru: Vol. I No. 2 (2010) 7


Edi Hendri Mulyana
.
kematangan pribadi dengan kecerdasan Goleman (1998) memperkuat
emosi yang memadai dan tangguh. bahwa perilaku-perilaku menyimpang
Berdasarkan hal itu, dapat diasumsikan yang disebabkan oleh rendahnya
bahwa untuk menghasilkan pencapaian kecerdasan emosional (Emotional
tersiapkannya calon guru (SD) yang Intelligence) mereka berkaitan dengan
professional yang mampu meng- ketidakmatangan kondisi psikologis
antisipasi tuntutan kompleks masa kini yang bersangkutan dalam hal: me-
dan masa depan, maka harus dirancang motivasi diri dan bertahan meng-
sedemikian rupa suatu layanan hadapi frustasi; mengendalikan
managerial yang dapat berfungsi dorongan hati dan tidak melebih-
memfasilitasi perkembangan kecerdas- lebihkan kesenangan; mengatur
an emosional para mahasiswa calon suasana hati dan menjaga agar beban
guru tersebut; terutama yang menyang- stres tidak melumpuhkan kemampuan
kut kecerdasan dalam menghadapi dan berpikir; berempati dan berdoa.
mengatasi berbagai problema pen- Dengan kata lain, perilaku menyim-
capaian kesuksesan karir atau prestasi pang baik dari para remaja (termasuk
belajar, yang dikenal dengan kecerdas- mahasiswa) maupun kaum profesional
an eksekutif (EQ-Executive). (guru) mengindikasikan betapa ren-
Gagasan perlunya LPTK secara dahnya Kecerdasan Emotional mereka.
terprogram mematangkan kepribadian Dari sejumlah penelitian yang telah
dan kecerdasan emosi para mahasiswa dilakukannya Goleman berkesim-pulan
calon guru (SD) bukan sesuatu yang bahwa kesuksesan karir seseorang 80%
mengada-ada melainkan juga di- ditentukan oleh kecerdasan emosi
dasarkan pada hasil analisis berbagai (EQ)-nya. Berdasarkan sejumlah hasil
literature. Berbagai informasi me- penelitian tersebut, bahkan terbukti
nunjukkan bahwa salah satu alasan bahwa Kecerdasan Pikiran (IQ) atau
umum yang dapat memicu timbulnya Kecerdasan Akademis semata-mata
perilaku menyimpang dari seseorang – praktis tidak menawarkan persiapan
termasuk guru – dalam memberikan untuk menghadapi gejolak yang di-
reaksi terhadap lingkungan, semisal timbulkan oleh kesulitan-kesulitan
pesismis dan konsep diri yang negatif, hidup. Oleh karenanya, ia meng-
pada umumnya bukan karena ingatkan bahwa dalam institusi
rendahnya kualitas skill dan kemam- pendidikan (formal maupun informal)
puan akademis semata, melainkan perlu dibangun suatu mekanisme yang
karena mereka tidak memiliki cukup efektif dalam menciptakan
kematangan kepribadian atau kecer- kondisi emosional yang kondusif
dasan emosinya kurang; misalnya (Goleman, 1998: 47).
rendahnya kemampuan (skill) untuk Robert K Cooper & Ayman Sawaf
mencapai apa yang diinginkan (need (2001) pada bagaian pendahuluan dari
for achievement) atau rentannya bukunya (Executive EQ) menegaskan
kesiapan psikologis mereka dalam bahwa jika pada abad 20 kesuksesan
berhadapan dengan imbalan (reward) profesi seseorang diasumsikan sangat
yang tertangguhkan; atau mereka itu ditentukan oleh IQ, maka berdasarkan
memiliki internal locus of control bukti-bukti yang banyak di penghujung
(kemandirian) yang lebih rendah abad 21, dapat ditegaskan bahwa
dibandingkan dengan kecenderungan kesuksesan seseorang dalam meng-
external locus of control (ketergan- hadapi tugas-tugas kehidupan adalah
tungan kepada yang lain) dalam ditentukan oleh kecerdasan emosional
dirinya (Asmawi Zainul, 1999: 13). (EQ). Lebih spesifik lagi keduanya
mengenalkan 'Executive EQ' sebagai
8
Guru berkualitas
variabel penting bagi kesuksesan pro- kegandrungan terhadap orientasi
fesi seseorang. Jika kita memandang kualitas dalam berbagai segi kehidupan
tugas mendidik dari seorang guru (kampus).
merupakan suatu wujud tugas ekse- Kedua, memelihara dan mening-
kutif dalam pengertian professional katkan kondisi kampus yang
yang menuntut kompetensi dan memberda-yakan mahasiswa. Ada
kredibilitas tertentu maka pikiran empat modal dasar yang berperan
Robert K Cooper & Ayman Sawaf dalam proses pemberdayaan maha-
sangat layak untuk dipertimbangkan siswa di dalam kampus yaitu dosen,
oleh para pengelola LPTK yang mahasiswa, tenaga administratif, dan
mempersiapkan calon guru (SD). sarana pendukung. Keempat
Landasan empirik lainnya komponen ini saling kait-mengkait
bagi hal ini adalah hasil penelitian dalam memberdayakan mahasiswa
serial selama tidak kurang dari dua dengan dukungan birokrasi kampus
puluh tahun dari John Gottman (1998), yang ‘cair’ (tidak kaku); semangat
yang dilakukan terhadap tidak kurang inovatif dan eksploratif dosen yang
dari 119 keluarga, yang menemukan tetap akrab, ramah, santun namun tetap
bukti-bukti kuat bahwa mereka yang tegas; mengembangkan dan men-
memiliki EQ yang relatif baik, mampu dukung penalaran kritis mahasiswa;
memperoleh nilai akademis yang lebih menjunjung tinggi disiplin; beorientasi
tinggi, mampu bergaul lebih baik, tidak pada kualitas; dan penyediaan sarana
banyak mengalami masalah tingkah yang memadai.
laku, dan tidak mudah terpancing Ketiga, adanya usaha intensif,
untuk melakukan tindak kekerasan bila terorganisir dan terus menerus untuk
dibanding-kan dengan anak-anak yang terjadinya kolaborasi antara para guru
orangtuanya tidak mempraktekkan hal (calon guru) sehingga terjadi berbagi
semacam itu. Teori dan bukti empiris pengalaman dalam hal cara-cara
Kecerdasan Emosional (EQ) menguasai dan mengimplementasikan
memberikan harapan dan optimisme prinsip-prinsip pedagogi secara umum
baru terhadap pengembangan kualitas maupun didaktik-metodik secara
profesi kependidikan, khususnya di khusus yang berlaku pada setiap mata
lingkungan LPTK. pelajaran.
Persoalan selanjutnya adalah, Keempat, Jika kita mensepakati
dengan cara bagaimana pembinaan bahwa unsure emosi yang paling asasi
calon guru (SD) yang profesional dan dalam mendidik adalah kasih sayang,
memiliki kecerdasan emosi dilakukan maka sejak mereka (calon guru)
di LPTK. Dengan mengadaptasi se- memasuki dunia perkuliahan di LPTK,
bagian gagasan HAR Tilaar biasakan sejak dini mereka memasuki
(1999:368-378), Dedi Supriadi (1999) pembelajaran dengan Pedagogi Kasih
berikut adalah hal-hal yang perlu Sayang. Pesan ini merujuk kepada
dipertimbangan untuk menjawab falsafah belajar dalam Islam yang sejak
persoalan tersebut. awal menyuruh belajar (membaca)
Pertama, perlu dipelihara dan dengan atas nama Tuhan. Wahyu
ditingkatkan ekologi kampus yang pertama yang diterima Nabi
kondusif bagi penyelenggaraan per- Muhammad saw berbunyi “Bacalah!
kuliahan yang demokratis, menjunjung Dengan nama Tuhanmu...” Sedangkan
tinggi hak asasi manusia (mahasiswa), nama tuhan yang pertama dikenalkan
kemudahan mengakses informasi, kepada manusia dan terdapat dalam
mendorong perkembangan ilmu dan hampir seluruh surat al-Quran adalah
teknologi, serta menanamkan “Ar-rohman dan Ar-rohim, Yang

Jurnal Saung Guru: Vol. I No. 2 (2010) 9


Edi Hendri Mulyana
.
Maha Kasih dan Maha Sayang”. Benar kompleks. Untuk itu para guru harus
apa yang dikatakan Federico Mayor, memiliki dua kompetensi yaitu
mantan Mentri Pendidikan Spanyol,“. karakter guru profesional dan modal
There is only one pedagogy… the kecerdasan emosi yang memadai serta
pedagogy of love” (hanya ada satu tangguh. Kedua kompetensi tersebut
pedagogi…. yaitu pedagogi kasih harus sejak dini dibekalkan oleh
sayang). Dasar pendidikan adalah institusi penghasil calon guru (LPTK)
kasih sayang, cinta kasih yang tulus. melalui: (1) penciptaan ekologi
Kalau guru sudah kehilangan kasih kampus yang demokratis, humanis-
sayang kepada muridnya, maka saat religius, ilmiah, dan berorientasi pada
itulah pendidikan mulai kehilangan jati kualitas; (2) penciptaan kampus yang
dirinya. Ironisnya, hampir selama tiga memberdayakan mahasiswa; (3)
dasawarsa terakhi, para calon guru di memfasilitasi terjadinya kolaborasi
LPTK sejak awal lebih sering antara para guru (calon guru) sehingga
bersentuhan – bahkan bergaul – terjadi berbagi pengalaman; (4)
dengan ilmu pendidikan ‘modern’ melibatkan mahasiswa sejak dini dan
yang mulai kehilangan sentuhan kasih secara intens ke dalam pedagogi kasih
sayang dan kepekaannya pada anak sayang dalam pengelolaan pem-
manusia. Pendekatan, model, metode, belajaran; dan (5) mencipatakn
teknik dan bahkan instrumen pem- lingkungan kampus serta melakukan
belajaran yang diajarkan kepada studi dan layanan bagi upaya
mahasiswa calon guru (SD) sangat pengenalan dan pengembangan profil
kental merujuk kepada aliran kecerdasan emosi mahasiswa calon
Behavioristik yang memandang guru (SD).
manusia sebagai sebuah mesin (homo
Saran
mechanicus) yang sepenuhnya
dikendalikan oleh lingkungan. Saran terkait dengan mempersiap-
Kelima, kehidupan kampus (inter- kan calon guru (SD) yang profesional
aksi mahasiswa di dalamnya, termasuk serta memiliki kecerdasan emosi yang
perkuliahan) harus dirancang sedemi- memadai. Saran-saran tersebut adalah
kian rupa sehingga menjadi miniatur sebagai berikut.
kehidupan realistik tempat mereka 1. Penyiapan guru profesional dengan
mengelola, mengaktualisasi-kan, dan kecerdasan emosi yang memadai
mema-tangkan perkembangan emosi- harus dimulai sejak masa
nya secara sehat. Adalah sangat rekruitmen (penerimaan) calon
penting adanya institusi dalam LPTK mahasiswa guru SD. Materi,
yang secara terencana dan periodik instrument, dan cara seleksi calon
melakukan studi dan memantau profil mahasiswa harus merujuk kepada
serta perkembangan emosi mahasiswa karakteristik dan standar dari profil
calon guru (SD). Dari hasil studi ini guru profesional dan kecerdasan
kemudian dilakukan kegiatan, pem- emosi.
binaan atau pelatihan-pelatihan khusus 2. Para mahasiswa calon guru (SD)
untuk mematangkan perkembangan selama menjalani pendidikan selain
kecerdasan emsosi mereka. menjalani pembinaan wawasan,
karakter, dan profil calon guru
C. Kesimpulan dan Saran profesional ia jua harus secara
intensif dievaluasi secara periodik
Guru (SD) masa kini dan masa apakah selama menjalani
depan tengah dan akan selalu ber- pendidikan yang bersangkutan
hadapan dengan tantangan perkem- mampu menunjukkan sejumlah
bangan zaman yang kian berat dan
10
Guru berkualitas
karakter guru profesional. Evaluasi Kecerdasan Emosional dalam
untuk hal itu sudah barang tentu Kepemimpinan dan Organisasi.
tidak cukup dengan ‘paper-pencil Goleman, D. (1998). Emotional
test’ semata-mata. Sistim penilaian Intelligence: Kecerdasan
dengan instrumen asesmen yang Emotional, Mengapa EI lebih
dipadukan dengan program magang penting dari IQ. (Terj.).
terstruktur di sekolah dasar yang H.A.R Tilaar. (1999). Beberapa
variatif bagi calon guru SD akan Agenda Reformasi Pendidikan
lebih tepat dari pada pola Program Nasional:Dalam Perspektif Abad
Pengalaman Lapangan (PPL) yang 21. Magelang. Penerbit Tera
selama ini berjalan. Terkait dengan Indonesia.
itu, sejak dini mahasiswa harus Jalaluddin Rakhmat. (1999). Sabar:
difasilitasi agar terlibat aktif dalam Kunci Kecerdasan Emotional.
suatu wadah/organisasi profesi Buletin Dakwah Al-Tanwir No.
keguruan. 140 Edisi 25 Mei 1999. Bandung:
3. Perkuliahan yang berkaitan dengan Muthahari.
ilmu mendidik atau metode Mohammad Surya. (2003). Percikap
pembelajaran semestinya diperkaya Perjuangan Guru. Semarang: CV
dengan kajian-kajian literature yang Aneka
lebih dominan nuansa humanistis, Moh. Zen. (1999). Faktor-faktor
spiritual, moral, dan kecerdasan Determinatif Perilaku
emosi. Menyimpang di Kalangan
4. Setiap LPTK penghasil calon guru Remaja. Jurnal Pendidikan:
(SD) hendaknya memiliki institusi Mimbar Pendidikan. No. 2.
yang bertugas khusus secara Tahun XVIII. 1999. Halaman 52-
periodik melakukan studi/penelitian 60. Bandung: University Press
untuk mengungkap profil dan IKIP Bandung.
perkembangan kecerdasan emosi Piet A. Sahartian. (1994). Profil
mahasiswa calon guru (SD). Hasil Pendidik Profesional.
studi ini menjadi bahan masukan Jogyakarta: Andi Offset.
dan pembinaan lebih lanjut bagi Shapiro, L.E. (1998). Mengajarkan
mahasiswa yang bersangkutan. Emotional Intelligence pada
Anak. (Terj.). Jakarta: PT
D. Daftar Rujukan Gramedia Pustaka Utama.
Asmawi Zainul. (1998). Locus of
Control, Self-Esteem, dan Tes Penulis adalah dosen tetap UPI
Baku. Jurnal Pendidikan: Kampus Tasikmalaya sejak tahun 1986
Mimbar Pendidikan. No. 3.
Tahun XVII. 1998. Halaman 12-
18. Bandung: University Press.
Bobbi DePorter & Mike Hernacki.
(1999). Quantum Learning:
Membiasakan Belajar Nyaman
dan Menyenangkan. (Terj
Dedi Supriadi. (1999). Mengangkat
Citra dan Martabat Guru.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa
Robert K Cooper & Ayman Sawaf.
(2001). Executive EQ:

Jurnal Saung Guru: Vol. I No. 2 (2010) 11

Anda mungkin juga menyukai