MAKALAH
KOMPETENSI GURU
A. Latar Belakang
Profesi guru pada saat ini masih banyak di bicarakan orang, atau masih saja di
pertanyakan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan.
Bahkan selama beberapa tahun terakhir ini hampir setiap hari, media massa memuat berita
tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan posisi guru.
Masyarakat/orang tua murid pun kadang-kadang mencemooh dan menuding guru tidak
kompeten, tidak berkualitas, dan sebagainya, manakala putra/putrinya tidak bisa menyelesaikan
persoalan yang ia hadapi sendiri atau mempunyai kemampuan yang tidak sesuai dengan
kemampuannya.
Sikap dan perilaku masarakat tersebut memang bukan tanpa alasan, karena memang ada
sebagian kecil oknum guru yang melanggar/ atau menyimpang dari kode etiknya. Anehnya lagi
kesalahan sekecil apapun yang diperbuat guru mengundang reaksi yang begitu hebat di
masyarakat. Hal ini dapat di maklumi karena dengan adaya sikap demikian menunjukkan bahwa
memang guru seyogianya menjadi anutan bagi masyarakat di sekitarnya.
Lebih dari sekedar anutan, hal ini pun menunjukkan bahwa sampai saat ini masih di
anggap eksis, sebab sampai kapan pun posisi/peran guru tidak akan bisa di gantikan sekalipun
dengan mesin canggih. Karena tugas guru menyangkut pembinaan sifat mental manusia yang
menyangkut aspek-asek yang bersifat manusiawi yang unik dalam arti yang berbeda.
Rendahnya oengakuan masyarakat terhadap profesi guru di sebabkan oleh beberapa
faktor berikut.
1. Adanya pandangan sebagian masyarakat, bahwa siapapun dapat menjadi guru asalkan ia
berpengetahuan.
2. Kekurangan guru di daerah terpencil, memberikan peluang untuk mengangkat seseorang yang
tidak mempunyai keahlian untuk menjadi guru.
3. Banyak guru yang belum menghargai profesinya, apalagi untuk mengembangkan profesinya itu.
Perasaan rendah diri karena menjadi guru, penyalahgunaan profesi untuk kepuasan dan
kepentingan pribadinya, sehingga wibawa guru semakin merosot, (Dr. Nana Sudjana, 1998).
Faktor lain yang mengakibatkan rendahnya pengakuan masyarakat terhadap profesi guru
yakni kelemahan yang terdapat pada diri guru itu sendiri, diantaranya, rendahnya kompetensi
profesionalisme mereka. Dari pernyataan tersebut sudah saatnya kompetensi profesi guru di
dingkatkan. Ole sebab itulah pemerintah saat ini Departemen Pendidikan dan Kebudayaan telah
berupaya untuk meningkatkan kualitas profesionalisme guru di antaranya dengan alih fungsinya
SPG/SGO menjadi lembaga lain yakni Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Namun semua upaya tersebut tidak akan membawa hasil tanpa peran serta guru, sebab
tanggung jawab dalam mengembangkan profesi pada dasarnya merupakan tuntutan kebutuhan
pribadi guru, tanggung jawab mempertahankan dan mengembangkan profesinya tidak dapat
dilakukan oelh orang lain kecuali oleh dirinya sendiri.
Guru harus peka dan tanggap terhadap perubahan-perubahan, pembaharuan serta ilmu
pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang sejalan dengan tuntutan kebutuhan
masyarakat dan perkembangan zaman. Di sinilah tugas guru untuk senantiasa meningkatkan
wawasan ilmu pengetahuan, meningkatkan kualitas pendidikannya sehingga apa yang diberikan
kepada siswanya tidak telalu ketinggalan perkembangan kemajuan zaman.
Bahkan tidak cukup hanya dengan itu saja, untuk membangun kembali puing-puing
kepercayaan masyarakat terhadap profesi guru yang hampir tumbang diterjang kemajuan zaman,
maka guru perlu tampil disetiap kesempatan baik sebagai pendidik, pendidik, pelatih, innovator,
maupun dinamisator pembangunan masyarakat yang bermoral pancasila, sekaligus
mencerdaskan bangsa Indonesia.
BAB II
KOMPETENSI GURU
1. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru dalam mengelola
pembelajaran peserta didik. Kompetensi yang merupakan kompetensi khas, yang membedakan
guru dengan profesi lainnya ini terdiri dari 7 aspek kemampuan, yaitu:
a. Mengenal karakteristik anak didik
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
c. Mampu mengembangkan kurikulum
d. Kegiatan pembelajaran yang mendidik
e. Memahami dan mengembangkan potensi peserta didik
f. Komunikasi dengan peserta didik
g. Penilaian dan evaluasi pembelajaran
2. Kompetensi Profesional
Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan guru dalam mengikuti perkembangan ilmu
terkini karena perkembangan ilmu selalu dinamis. Kompetensi profesional yang harus terus
dikembangkan guru dengan belajar dan tindakan reflektif. Kompetensi profesional merupakan
kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
meliputi:
- konsep, struktur, metode keilmuan/teknologi/ seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar.
- Materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
- Hubungan konsep antar pelajaran terkait
- Penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari
- Kompetensi secara professional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial bisa dilihat apakah seorang guru bisa bermasyarakat dan bekerja sama
dengan peserta didik serta guru-guru lainnya. Kompetensi sosial yang harus dikuasai guru
meliputi:
a. Berkomunikasi lisan dan tulisan
b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional
c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua/wali peserta didik
d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar
e. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia
f. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan
g. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru
4. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa dapat menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat, berakhlak mulia, mengevaluasi kinerja sendiri, dan
mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Keempat potensi tersebut sangat berperan penting dalam proses belajar mengajar agar
terciptanya kondisi belajar dan mengajar yang baik. Pendapat lain juga mengatakan istilah
kompetensi profesional sebenarnya merupakan “payung”, karena telah mencakup semua
kompetensi lainnya.
D. Jenis Kompetensi
Pengklasifikasian jenis kompetensi biasanya dilihat dari dimensi manusia secara personal
dan hubungan antara personal karena manusia adalah makhluk sosial. Para pakar seperti willy
susilo (2002:17), Zohar dan Marshall (2000:3) dan ary ginanjar agustian (2001:62) mengatakan
bahwa manusia memiliki tiga dimensi, yaitu (1) fisik, (2) emosi dan (3) spiritual, dan atas dasar
dimensi ini lalu mereka mengelompokkan kompetensi menjadi 3 : a. kompetensi intelektual, b.
kompetensi emosional, dan c. kompetensi spiritual.
Menurut spencer dan spencer (1993:34)dimensi atau komponen kompetensi individual
terdiri dari 3 : a. kompetensi intelektual, b. kompetensi emosional, dan c. kompetensi spiritual.
Pendapat ini menggambarkan bahwa manusia mendapat dimensi personal/individual (intelektual
dan emosional) dan dimensi sosial (kompetensi sosial). Berikut penjelasan masing – masing
dimensi kompetensi :
1. Kompetensi Intelektual
Kompetensi intelektual adalah karakter bersikap dan berperilaku atau kemauan dan
kemampuan intelektual individu yang bersifat relatif stabil ketika menghadapi permasalahan di
tempat kerja, yang dibentuk dari sinergi antara watak, konsep diri, motivasi internal, serta
kapasitas kontekstual. Danah Zohar dan ian marshall (2000:3) mengungkapkan bahwa
kompetensi intelektual adalah kemampuan dan kemauan yang berkaitan dengan pemecahan
masalah – masalah yang bersifat rasional.
Sementara menurut spencer dan spencer (1993:35-36) kompetensi intelektual ini
terinternalisasi dalam bentuk sembilan kompetensi :
a. Berprestasi
b. Kepastian kerja
c. Inisiatif
d. Penguasaan kerja
e. Berfikir analitik
f. Berfikir konseptual
g. Keahlian praktikal
h. Kemampuan linguistic
i. Kemampuan naratif
2. Kompetensi emosional
Kompetensi emosional adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan
untuk menguasai diri dan memahami lingkungan secara objektif dan moralis sehingga pola
emosinya relatif stabil ketika menghadapi berbagai permasalahan ditempat kerja yang terbentuk
melalui sinergi antara watak, konsep diri, motivasi intelektual serta kapasitas pengetahuan
mental/emosional. Kompetensi emosional individu ini terinternalisasi dalam bentuk enam tingkat
kemauan dan kemampuan spencer dan spencer (1993:37):
a. Sensitifitas atau saling pengertian
b. Kepedulian
c. Pengendalian diri
d. Percaya diri
e. Kemampuan beadaptasi
f. Komitmen pada organisasi
Menurut willy susilo (2003:46) seseorang yang cerdas secara emosional akan sanggup
mengubah rasa malas menjadi rajin, memerangi rasa benci menjadi cinta, mengatasi rasa takut,
mengubah sikap masa bodoh menjadi peduli.
Goleman (1999:15) menyatakan ada empat komponen kompetensim emosional yaitu :
manajemen diri, pemahaman diri, pemahaman sosial, dan keterampilan sosial.
3. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial adalah karakter sikap dan perilaku atau kemauan dan kemampuan
untuk membangun simpul – simpul kerja sama dengan orang lain yang relatif stabil ketika
menghadapi permasalahan.
Kompetensi sosial individu ini terinternalisasi dalam bentuk tujuhi tingkat kemauan dan
kemampuan spencer dan spencer (1993:39) :
a. Pengaruh dan dampak
b. Kesadaran berorganisasi
c. Membangun hubungan kerja
d. Mengembangkan orang lain
e. Mengarahkan bawahan
f. Kerja tim
g. Kepemimpinan kelompok
4. Kompetensi Spiritual
Kompetensi spiritual adalah karakter dan sikap yang merupakan bagian kesadaran yang
paling dalam pada seseorangyang berhubungan dengan yang tidak hanya mengakui
kesadarannilai tetap ijuga kreatif untuk menemukan nilai – nilai baru. Ada sembilan ciri
pengembangan kompetensi spiritual yang tinggi, yaitu :
- Kemampuan bersikap fleksibel atau adaptif
- Tingkat kesadaran diri yang tinggi
- Kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi penderitaan
- Kemampuan untuk menghadapi dan melampaui rasa sakit
- Kualias hidup yang diilhami oleh visi dan nilai-nilai
Menurut Ary Ginanjar (2003: 12) internalisasi karakter spiritual, yaitu:
Berbakti dan member
Jujur dan terpecaya
Adil
Kerjasama dan bersatu
Berjuang dan bersikap teguh
Ramah dan penyayang
Yang nantinya akan menghasilkan paham spiritual, seperti integritas atau kejujuran,
energi atau semangat inspirasi dan inisiatif, bijaksana dan keberanian dalam mengambil
keputusan.
Komponen kompetensi dilihat dari aspek dimensi personal dan hubungan antar
personal manusia Amstrong (2003: 104) yaitu ;
- Kompetensi inti
- Kompetensi generic
- Kompetensi peran khusus
4. Kompetensi guru penting dalam hubungan dengan kegiatan dan hasil belajar siswa
Proses belajar dan belajar siswa tidak hanyaditentukan oleh sekolah, pola, struktur, dan isi
kurikulum, akan tetapi juga ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing
mereka. Guru yang kompeten akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga kegiatan belajar
dan mengajar siswa dalam tingkat yang optimal.
1. Buy (membeli)
Pimpinan organisasi dapat mencari menyewa bakat SDM yang lebih berkualitas dari sumber
eksternal untuk mengganti SDM saat ini. Strategi ini dilakukan dengan mengadakan seleksi dan
penyusunan staf.
2. Build (membangun)
Dalam cara ini pimpinan melakukan investasi pada semua karyawan yang ada saat ini untuk
membuat mereka lebih kuat dan berkualitas, serta kompetensinya meningkat.
3. Borrow (meminjam)
Strategi yang dilakukan oleh pimpinan organisasi untuk meningkatkan kompetensi karyawan
dengan melakukan investasi pada pihak luar organisasi yang mampu membei gagasan, kerangka
bepikir, dan alat untuk memperkuat organisasi.
4. Bounce (memecat)
Pimpinan organisasi dapat mengganti setiap individu yang gagal berprestasi untuk memenuhi
standarkualifikasi, gagal mengembangkan keterampilan baru dan tidak berkualitas untuk
melakukan praktik pekerjaan.
5. Bind (mengikat)
Strategi ini dilakukan dengan cara mengikat / mempertahankan karyawan yang memiliki visi,
arah, dan kompetensi pada level semua manajemen, sudah tentu berdasarkan suatu penilaian dan
kriteria objektif.
I. Pengukuran Kompetensi
Kompetensi setiap orang berbeda – beda, perbedaan itu merefleksikan berbagai faktor
yang mempengaruhi dari mulai pendidikan serta trait yang dimiliki oleh masing – masing.
Perbedaan tersebut jelas memerlukan suatu ukuran tertentu sebagai dasar penilaian apakah
kompetensi itu mencapai kondisi tertentu serta berbeda dengan yang lain.
Menurut Michael Zwell (2000: 222) “No matter what method of competency modelling
is uztilized, the effectivenes of the model depends on how well the competencies are measured”,
pendapat tersebut menggambarkan bagaimana pentingnya melakukan pengukuran kompetensi,
karena dengan pengukuran tersebut akan dapat diperoleh manfaat pemahaman kompetensi bagi
keefektifan kinerja individe dan kinerja organisasi.
Dari penjelasan diatas tampak bahwa masalah pengukuran kompetensi memerlukan
kehati – hatian, untuk itu berkaitan dengan kompetensi guru, tampaknya diperlukan kajian
mendalam dari para pakar tentang bagaimana mengukur kompetensi guru secara tepat dan
objektif.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kompetensi itu pada dasarnya menunjukan kepada :
1. Kecakapan atau kemampuan untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan.
2. Merupakan suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompeten) ialah yang memiliki kecakapan,
daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan), pengetahuan, dsb. Untuk
mengerjakan apa yang diperlukan.
3. Menunjukan kepada tindakan (kinerja) rasional yang dapat mencapai tujuan-tujuannya secara
memuaskan berdasarkan kondisi (prasyarat) yang diharapkan.
Macam-macam kompetensi guru, yaitu :
1. Kompetensi Pedagogis
2. Kompetensi professional
3. Kompetensi kepribadian
4. Kompetensi sosial
DAFTAR PUSTAKA
n Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007, Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
ndang Republik Inonesia, No. 14 Tahun 2005, Guru dan Dosen.
n Syaefudin. Pengembangan Profesi Guru cetakan ke-3. Bandung: Penerbit Alfabeta. 2010
E. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2008.
Oemar. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi. Jakarta : PT Bumi Aksara, 2003