Anda di halaman 1dari 10

KOMPOTENSI GURU

Disusun Oleh :

SUCI INDAH SARI

19101231001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JABAL GHAFUR
GLEE-GAPUI SIGLI
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Lantar belakang
Pendidikan merupakan bagian dari kehidupan manusia di mana setiap orang yang telah lahir
akan mendapat pendidikan dari orang tuanya. Mendidik seorang anak sejak kecil adalah bagian
dari pendidikan dini yang diberikan oleh keluarga yang lambat laun akan memperoleh
pendidikan di institusi tertentu dan masyarakat. Pendidikan adalah usaha sadar untuk
memanusiakan manusia, di mana saat ini tugas seorang guru bukan hanya sebagai pengajar
namun juga menjadi seorang pendidik. Seorang pendidik diharapkan mampu melaksanakan
fungsi pendidikan dan dapat mencapai tujuan pendidikan. Pendidik adalah seorang manusia
yang dengan kesadarannya mampu mempengaruhi orang lain dengan tujuan transfer
pengetahuan dan karakter. Pembelajaran dengan memberikan pengetahuan yang tinggi tanpa
dibarengi dengan karakter yang baik, maka akan menjadikan ilmu yang diperoleh kurang
bermanfaat. Begitu juga sebaliknya, orang berkarakter tetapi tidak berilmu, maka sama saja
kebermanfaatanya kurang maksimal. Sehingga perlu adanya keseimbangan antara keduanya.
Peran pendidik dalam menjadikan peserta didik yang berwawasan luas dan berkarakter sangat
penting. Sehingga kualitas pendidik sangat diperhatikan demi terciptanya peserta didik yang
diharapkan. Ada beberapa syarat agar sesorang bisa dikatakan pendidik. Noeng Muhadjir
menyebutkan sebagaimana dikutip oleh Siswoyo (2013: 117), bahwa prasyarat seseorang bisa
sebagai pendidik apabila seseorang tersebut :
(1) memiliki pengetahuan lebih,
(2) mengimplisitkan nilai dalam pengetahuan itu dan
(3) bersedia menularkan pengetahuan beserta nilainya kepada orang lain.

Di era yang serba modern di mana belajar itu mudah dilakukan dengan berbagai media yang
ada, membuat guru sebagai pendidik harus bisa memberikan pelayanan pendidikan kepada
peserta didik sesuai kebutuhan dan jamannya. Dengan begitu guru harus memiliki kemampuan
mengelola pembelajaran, kemampuan memberikan teladan yang baik, kemampuan menjadi
guru yang profesioanl, dan kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Dengan
kemampuan – kemampuan yang telah disebutkan tersebut, termuat dalam empat kompetensi
guru yaitu, pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Setiap kompetensi tersebut akan
dibahas dalam makalah ini dengan terperinci.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan potensi guru ?
2. Apa saja kompotensi guru ?

C. Tujuan
1. Mengetahui apa itu kompotensi guru
2. Mengetahui kompotensi yang harus dimiliki seorang guru
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian kompotensi guru

Kompeten dan kompetensi adalah dua kata yang semakin sering diucapkan dalam lingkup bisnis
maupun organisasi pemerintah belakangan ini. Saking seringnya, makna hakiki kedua kata itu
pun cenderung disederhanakan. Kompeten dan kompetensi, misalnya, dianggap sama dengan
keahlian atau kemampuan. Orang yang ahli di bidang teknik bangunan, umpamanya, dianggap
kompeten di bidang teknik bangunan. Padahal, kompetensi seorang ahli teknik bangunan yang
berprofesi sebagai dosen akan berbeda dengan ahli teknik bangunan yang berprofesi sebagai
Manajer Proyek. Di sini terlihat, bahwa kompetensi individu tidak bisa berdiri sendiri hanya
sebatas kebiasaan atau kemampuan seseorang, tetapi ia terkait erat dengan tugas dan profesi
yang dijalankan orang itu dalam pekerjaan.
Kompetensi diakui sebagai faktor yang memegang factor penting dalam keberhasilan seseorang
dalam pekerjaannya. Sebagai contoh guru sebagai salah satu profesi, Undang-Undang RI Nomor
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, menyatakan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya Mendiknas RI melalui Permen
Nomor 16 Tahun 2007 menetapkan Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Identifikasi kompetensi guru yang tepat dianggap memiliki nilai prediksi yang valid untuk
keberhasilan guru dalam pekerjaannya “Apakah arti sebenarnya kompetensi dan bagaimana
pula dengan pengertian kompetensi guru?” , menjadi pertanyaan yang sangat penting untuk
dijawab. Pemahaman yang mendalam tentang pengertian kompetensi akan memberikan dasar
dalam upaya menjadi guru yang berhasil sesuai dengan standar kompetensi yang telah
ditetapkan.
Pengertian kompetensi Untuk memahami pengertian “standar kompetensi”, hendaknya
ditelusuri terlebih dahulu pengertian dari “kompetensi”. Berkaitan dengan definisi/pengertian
“kompetensi”, berikut adalah pernyataan-pernyataan yang berhubungan dengan pengertian
kompetensi tersebut.
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi
mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggungjawab yang
dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan
tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu”.
Association K.U. Leuven mendefinisikan bahwa pengertian kompetensi adalah peingintegrasian
dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang memungkinkan untuk melaksanakan satu cara
efektif.
Descriptive of qualitative nature or teacher behavior appears to be entirely meaningful (Broke
and Stone, 1975). Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatf dari perilaku guru yang
tampak sangat berarti. Competency as a rational ferfomance wich satisfactorily meets the
objective for a desired condition (Charles E. Johnson, 1974).
Robert A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu: Competence is defined as
the ability to adequately perform a task, duty or role. Competence integrates knowledge, skills,
personal values and attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired
through work experience and learning by doing.
Dari definisi di atas kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan
satu tugas, peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-
ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun
pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang
dilakukan.
Berdasarkan definisi kompetensi di atas, komponen-komponen atau karakteristik yang
membentuk sebuah kompetensi menurut Spencer & Spencer adalah :
1. Motives, yaitu konsistensi berpikir mengenai sesuatu yang diinginkan atau dikehendaki
oleh seseorang, sehingga me-nyebabkan suatu kejadian. Motif tingkah laku seperti me-
ngendalikan, mengarahkan, membimbing, memilih untuk menghadapi kejadian atau tujuan
tertentu.
2. Traits, yaitu karakteristik fisik dan tanggapan yang konsisten terhadap informasi atau
situasi tertentu.
3. Self Concept, yaitu sikap, nilai, atau imaginasi seseorang.
4. Knowledge, informasi seseorang dalam lingkup tertentu. Komponen kompetensi ini sangat
kompleks. Nilai dari knowledge test, sering gagal untuk memprediksi kinerja karena terjadi
kegagalan dalam mengukur pengetahuan dan kemampuan sesungguhnya yang diperlakukan
dalam pekerjaan.
5. Skills, yaitu kemampuan untuk mengerjakan tugas-tugas fisik atau mental tertentu.
Komponen kompetensi motives dan traits disebut hidden compe-tency karena sulit untuk
dikembangkan dan sulit mengukurnya. Komponen kompetensi knowledge dan skills disebut
visible competency yang cenderung terlihat, mudah dikembangkan dan mudah mengukurnya.
Sedangkan komponen kompetensi self concept berada di antara kedua kriteria kompetensi
tersebut. Kompetensi merupakan kombinasi dari keterampilan (skill), pengetahuan (knowledge),
dan perilaku (attitude) yang dapat diamati dan di-terapkan secara kritis untuk suksesnya sebuah
organisasi dan prestasi kerja serta kontribusi pribadi seseorang terhadap organisasinya.
Definisi yang diajukan oleh Spencer & Spencer menjelaskan bahwa dalam menggunakan konsep
kompetensi harus ada “Kriteria Pembanding” (Criterion Reference) untuk membukti-kan bahwa
sebuah elemen kompetensi mempengaruhi baik atau buruknya kinerja seseorang. Pada
umumnya setiap orang memiliki kinerja yang sama (average performance) tetapi ada beberapa
orang memiliki keahlian yang khusus (superior performance) sehingga harus dibedakan dari
orang-orang yang lain. Kriteria pembanding yang digunakan dalam konsep kompetensi untuk
membedakan superior performance dengan average per-formance adalah sebagai berikut:
1. Cross Cultural Interpersonal Sensitivity
Kemampuan untuk memahami budaya orang lain melalui tingkah laku dan ucapannya, serta
untuk memprediksi bagai-mana mereka akan bereaksi.
2. Positive Expectations of Other
Kepribadian yang kuat dalam memahami formalitas dan nilai dari orang lain yang berbeda
dengan diri sendiri, dan kemampuan untuk mempertahankan pandangan positif ke-tika berada
dalam tekanan.
3. Speed in Learning Political Networks
Kemampuan untuk mengerti dengan cepat sehingga mempengaruhi apa dan siapa masing-
masing orang dalam kepentingan politiknya.
Rychen dan Salganik (2003:43-46), mendefinisikan kompetensi sebagai kemampuan untuk
berhasil dalam menghadapi tuntutan yang kompleks dalam konteks khusus melalui pengerahan
persyaratan psikososial (meliputi aspek kognitif dan non-kognitif). Fokus utamanya adalah pada
keberhasilan pencapaian seseorang melalui tindakan, pilihan, atau berperilaku, yang merujuk
tuntutan. Tindakan yang merujuk tuntutan ini melibatkan struktur mental internal kemampuan,
watak atau sumber yang melekat dalam individu.
Secara ringkas, seperti diadopsi DeSeCo (Definition and Selection of Competency) model
mendasar dari kompetensi adalah utuh dan dinamis dalam menghadapi tuntutan yang
kompleks, dengan menggabungkan prasyarat psikososial (meliputi kognitif, motivasi, etika,
kemamuan sendiri dan komponen sosial) dan konteks dalam sebuah sistem yang kompleks yang
menghasilkan kinerja terbaik atau tindakan seefektif mungkin. Jadi kompetensi tidak terjadi
secara bebas dari hubungan antara tindakan dan konteks. Malahan, dipahami dalam hubungan
ketergantungan dan dinyatakan dengan tindakan yang mempunyai tujuan yang diberikan
seseorang dalam sebuah situasi khusus.
Kompetensi guru dapat dimaknai sebagai kebulatan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai agen
pembelajaran.
Pada penelitian ini hanya akan dikaji dua kompetensi guru, yaitu kompetensi pedagogik dan
kompetensi profesional. Kompetensi pedagogik seorang guru ditandai dengan kemampuannya
menyelenggarakan proses pembelajaran yang bermutu, serta sikap dan tindakan yang dapat
dijadikan teladan. Guru juga perlu memiliki kompetensi profesional yaitu selalu meningkatkan
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Guru pendidikan dasar perlu memiliki kemampuan memantau atas kemajuan belajar siswanya
sebagai bagian dari kompetensi pedagogik dengan menggunakan berbagai teknik asesmen
alternatif seperti pengamatan, pencatatan, perekaman, wawancara, potofolio, memajangkan
karya siswanya. Guru sebagai pedagogik perlu meningkatkan kompetensinya melalui aktivitas
kolaboratif dengan kolega, menjalin kerjasama dengan orang tua, memberdayakan sumber-
sumber yang terdapat di masyarakat, melakukan penelitian sederhana. Diaz, Pelletier, dan
Provenzo mengatakan bahwa guru harus senantiasa berusaha memperbaiki kinerjanya dan
mengatasi masalah-masalah pembelajaran dan senantiasa mengikuti perubahan. Dalam
membelajarkan siswa, menurut Cruicksank, Jenkins, dan Metcalf, guru perlu menguasai
pemanfaatan ICT untuk kebutuhan belajarnya.
Kegiatan belajar dan pembelajaran perlu dikelola dengan baik. Menurut Tight mengelola
pembelajaran adalah rangkaian kegiatan penyampaian bahan pelajaran kepada siswa agar dapat
menerima, menanggapi, menguasai, dan mengembangkan bahan pelajaran dan merupakan
sebuah cara dan proses hubungan timbal balik antara siswa dengan guru yang sama-sama aktif
melakukan kegiatan. Batasan tersebut selaras dengan pendapat Tim Wollonggong bahwa
mengelola pembelajaran merupakan suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan kebutuhan siswa, sehingga terjadi proses belajar.
Batasan mengelola pembelajaran secara lebih sederhana dikemukakan Crowl bahwa mengelola
pembelajaran sebagai perbuatan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membantu atau
memudahkan orang lain melakukan kegiatan belajar. Dalam kegiatan mengelola pembelajaran
seorang guru melakukan suatu proses perubahan positif pada tingkah laku siswa yang ditandai
dengan berubahnya pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan dan
kompetensi serta aspek lain pada diri siswa, sedangkan perubahan tingkah laku adalah keadaan
lebih meningkat dari keterampilan, sikap, pengetahuan, pemahaman dan aspirasi.
Depdiknas juga merumuskan definisi kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai-
nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Berdasarkan definsi
tersebut Rastodio (2009) mendefinisikan kompetensi guru sebagai penguasaan terhadap
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan
bertindak dalam menjalankan profesi sebagai guru.
Selanjutnya Kepmendiknas nomor 16 Tahun 2007 menetapkan standar kompetensi guru yang
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi : kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.

B. Macam – macam kompotensi guru

Kompetensi dasar (basic competency) bagi pendidik ditentukan oleh tingkat kepekaannya dari
bobot potensi dasar dan kecenderungan yang dimilikinya hal tersebut karena potensi itu
merupkan tempat dan bahan untuk memproses semua pandangan sebagai bahan untuk
menjawab semua ransangan yang datang darinya. Potensi dasar ini adalah milik individu sebagai
hasil dari proses yang tumbuh karena adanya anugrah dan inayah dari Allah swt. [2]
Pendidik profesional harus memiliki kompetensi-kompetensi yang lengkap meliputi:
1. Penguasaan materi pembelajaran yang komprehensif serta wawasan dan bahan pengayaan
terutama dalam bidang-bidang yang menjadi tugasnya.
2. Penguasaan strategi mencakup pendekatan, metode dan teknik pembelajaran termasuk
kemampuan evaluasinya.
3. Penguasaan ilmu dan wawasan pendidikan.
4. Memahami prinsip-prinsip dalam menafsirkan hasil penelitian pendidikan guna keperluan
pengembangan pendidikan di masa depan.
5. Memiliki kepekaan terhadap informasi secara langsung atau tidak langsung yang
mendukung kepentingan tugasnya.[3]
Pada UUDG pasal 10 ayat 1 yang menyebutkan kompetensi guru sebagaimana dimaksud dalam
pasal 8 meliputi:
a) Kompetensi Pedagogik
Yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
Dijelaskan secara rinci dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 74 tahun 2008 tentang guru, pasal
3 ayat (4) “kompetensi pedagogik merupakan kemampuan para guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi :
(1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan,
(2) pemahaman terhadap peserta didik,
(3) pengembangan kurikulum atau silabus,
(4) perancangan pembelajaran,
(5) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis,
(6) evaluasi hasil belajar,
(7) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

b) Kompotensi kepribadian
Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif dan
berwibawa serta menjadi teladan peserta didik [Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10
ayat (1)]. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan disebutkan bahwa kompetensi kepribadian guru yaitu kemampuan
kepribadian yang: 1) mantap; 2) stabil; 3) dewasa; 4) arif dan bijaksana; 5) berwibawa; 6)
berakhlak mulia; 7) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; 8) mengevaluasi kinerja
sendiri; dan 9) mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Sedangkan yang mengacu pada standar nasional pendidikan, kompetensi kepribadian guru
meliputi: 1) Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil yang indikatornya bertindak sesuai
norma hukum, norma sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma; 2) Memiliki kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan
kemandirian dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja; 3) Memiliki kepribadian
yang arif, yang ditunjukan dengan tindakan yang bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan
masyarakat serta memajukan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak; 4) Memiliki
kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif kepada peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani; dan 5) Memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan
menampilkan yang sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka menolong),
dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Indikator kompetensi kepribadaian antara lain adalah rendah hati, pemaaf, jujur, ceria energik,
selalu ingin maju, cermat, istiqamah, ulet, disiplin, adil, kreatif, ikhlas, jujur, empati, berani,
terbuka, gigih, pemurah, supel, sabar, humoris, penyayang, apresiatif, berwibawa, dan santun.

c) Kompotensi sosial
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah (Wibowo dan Hamrin, 2012:124).
Seorang guru harus berusaha mengembangkan komunikasi dengan orang tua peserta didik
sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan. Dengan adanya komunikasi dua arah,
peserta didik dapat dipantau secara lebih baik dan dapat mengembangkan karakternya secara
lebih efektif pula.
Suharsimi juga memberikan argumennya mengenai kompetensi sosial. Menurut beliau,
kompetensi sosial haruslah dimiliki seorang guru, yang mana guru harus memiliki kemampuan
dalam berkomunikasi dengan siswa, sesama guru, kepala sekolah, dan masyarakat sekitarnya.
Dalam Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3) butir d, dikemukakan bahwa yang
dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar (dalam Mulyasa, 2007:173).

d) Kompotensi propesional
Kompetensi Profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam yang memungkinkan seorang guru dapat membimbing peserta didik yang meliputi:
a. konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan
materi ajar;
b. materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;
c. hubungan konsep antar mata pelajaran terkait;
d. penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan
e. kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan
budaya nasional.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari uraian yang dipaparkan penulis diatas dapat disimpulkan:
1. Kompetensi adalah kumpulan pengetahuan, perilaku, dan keterampilan yang harus dimilki
guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dan pendidikan. Kompetensi berarti kemampuan
mewujudkan sesuatu sesuai dengan tugas yang diberikan kepada seseorang.
2. Untuk menjadi seorang guru yang baik ada 4 kompetensi yang harus dimiliki yaitu kompetensi
pedagogic, kompetensi kepribadian, kompetensi professional dan kompetensi sosial. 4
kompetensi tersebut harus dimiliki seorang guru agar guru dapat melakukan tugas dan
wewenangnya dengan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.ilmiahku.com/2019/12/makalah-kompetensi-guru.html

https://ismail6033.blogspot.com/2018/01/makalah-kompetensi-guru.html

http://henadia.blogspot.com/2016/04/makalah-kompetensi-guru.html

https://famlase.wordpress.com/2016/12/07/kompetensi-kepribadian-guru-profesional/

https://www.kajianpustaka.com/2016/03/kompetensi-sosial.html

Anda mungkin juga menyukai