Anda di halaman 1dari 14

KOMPETENSI KEPRIBADIAN DALAM KAITANNYA DENGAN PROFESI GURU

PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN


Dinda Dwi, Monica Yuliana, Richard Lecourtbushe
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA

PENDAHULUAN
Kepribadian atau personality (Inggris) berasal dari personare (Latin), yang berarti
mengeluarkan suara. Kepribadian memiliki hubungan yang erat dengan pribadi (person).
Pribadi adalah manusia sebagai diri sendiri atau perseorangan; keadaan manusia sebagai diri
sendiri; keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang. Kepribadian yang dimiliki
oleh seorang guru, dapat menentukan dirinya sebagai pendidik dan pembina yang baik bagi
anak didiknya atau tidak.
Kepribadian berbeda dengan pribadi. Pribadi dapat dikenal melalui perbedaannya dengan
orang lain atau melalui identitas dirinya. Gilbert A. Peterson mengusulkan beberapa
kualifikasi yang unggul dalam kepribadian seorang guru PAK adalah sebagai berikut:
Pertama, bertumbuh dalam iman kepada Kristus. Kedua, bertumbuh dalam kehidupan Kristen
(hal ini berkaitan dengan tingkat kepenuhan Roh Kudus dalam diri seseorang). Ketiga, sikap
yang positif, mempunyai semangat rohani/ enthusiasm (semangat kekristenan yang berkaitan
dengan cinta akan Tuhan). Keempat, mempunyai pengetahuan teologia Alkitabiah. Kelima,
mempunyai keahlian (ekspertasi) dalam mengajar seperti membuat tujuan, memilih dan
menggunakan metode, mengomunikasikan bahan ajar, mengorganisasi pembelajaran.
Keenam, mempunyai contemporary alertness, maksudnya adalah kewaspadaan terhadap
kehidupan duniawi yang jahat termasuk pengaruh setan-setan. Ketujuh, memiliki kesiapan
mental dan fisik sebelum mengajar. 1

1 Marini Stannie,”KOMPETENSI KEPRIBADIAN SEORANG GURU PAK”


KOMPETENSI KEPRIBADIAN
Defenisi Kompetensi Guru
Guru adalah sebuah profesi, sebagaimana profesi lainnya merujuk pada pekerjaan
atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan kesetiaan. Suatu profesi tidak bisa
dilakukan oleh sembarang orang yang tidak dilatih atau dipersiapkan untuk itu. yang
kemudian berkembang makin matang serta ditunjang oleh tiga hal: keahlian, komitmen, dan
keterampilan, yang membentuk sebuah segitiga sama sisi yang di tengahnya terletak
profesionalisme. Senada dengan itu, secara implisit, dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa guru adalah ”...... tenaga
profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai
hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi, (pasal 39 ayat
1). Keberadaan guru yang profesional dan berkompeten merupakan suatu keharusan untuk
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. 2
Guru yang profesional mampu mencerminkan sosok keguruannya dengan wawasan
yang luas dan memiliki sejumlah kompetensi yang menunjang tugasnya. Adapun kompetensi
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mengaktualisasikan dirinya sebagai
pendidik terangkum dalam empat (4) kompetensi dasar seorang guru, seperti tercantum pada
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 Tahun 2007 yaitu; Kompetensi
Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. 3
Kompetensi merupakan peleburan dari pengetahuan (daya pikir), sikap (daya kalbu),
dan keterampilan (daya pisik) yang diwujudkan dalam bentuk perbuatan. Dengan kata lain,
kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, keterampilan, nilai dan
sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak dalam melaksanakan tugas/
pekerjaannya. Dapat juga dikatakan bahwa kompetensi merupakan gabungan dari
kemampuan, pengetahuan, kecakapan, sikap, sifat, pemahaman, apresiasi dan harapan yang
mendasari karakteristik seseorang untuk berunjuk kerja dalam menjalankan tugas atau
pekerjaan guna mencapai standar kualitas dalam Pekerjaan dalam bidang pelaksanaan
Pendidikan. kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru untuk dapat melaksanakan tugas tugas
profesionalnya.4
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi adalah kekuasaan untuk
menentukan atau memutuskan suatu hal. Berdasarkan penjelasan ini dapat disimpulkan
bahwa kompetensi itu pada kenyataannya merupakan gambaran tentang hal yang dapat
dilakukan seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan, perilaku, dan hasil yang dapat
dilihat atau ditunjukkan. Dengan demikian, seseorang harus memiliki kemampuan dalam

2 Hanifuddin Jamin, “Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru,” Jurnal Ilmiah Pendidikan Volume 10
(2018): 20.
3 Jamin.
4 Jamin.
bentuk pengetahuan, sikap, dan skill yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. Mengacu pada
pengertian kompetensi di atas, kompetensi guru juga dapat dimaknai sebagai gambaran
tentang hal- hal yang dapat dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik
berupa kegiatan, perilaku maupun hasil yang dapat ditunjukkan. 5 Jordan, Carlile, and Stack
(2008: 203) membedakan antara kompetensi dan kompeten. Kompetensi adalah kemampuan
dalam melakukan seperangkat tugas yang membutuhkan integrasi pengetahuan, keterampilan,
dan sikap, sedangkan kompeten merupakan kemampuan melakukan peran secara efektif
dalam suatu konteks.
Kompetensi guru adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan (Mulyasa; 2009). Selain itu, kompetensi guru juga merupakan perpaduan
antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial, dan spiritual yang secara bersama-
sama akan membentuk profesi guru. Kompetensi tersebut meliputi penguasaan materi,
pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik, serta pengembangan
pribadi dan profesionalisme. Penguasaan materi meliputi pemahaman karakteristik dan
substansi ilmu sebagai sumber pembelajaran, pemahaman disiplin ilmu yang bersangkutan
untuk memverifikasi dan memantapkan pemahaman konsep yang dipelajari, penyesuaian
substansi dengan tuntutan kurikuler, serta pemahaman manajemen pembelajaran. Kompetensi
guru memiliki efek yang besar terhadap kualitas proses belajar mengajar karena kompetensi
guru menentukan performa mereka dalam memfasilitasi siswa untuk berhasil dalam
pembelajaran. Jika dilihat dari beberapa penelitian yang terkait dengan kompetensi guru,
menunjukkan adanya pengaruh kompetensi guru terhadap hasil belajar siswa. 6
Pemahaman terhadap peserta didik meliputi berbagai karakteristik, tahap- tahap
perkembangan dalam berbagai aspek dan penerapannya (kognitif, afektif, dan psikomotorik)
dalam mengoptimalkan perkembangan dan pembelajaran. Pemahaman terhadap karakteristik
peserta didik oleh para pendidik menjadi prasyarat dalam memberikan pembelajaran,
pembimbingan, dan pelatihan yang sesuai dengan karakeristik peserta didik dan kebutuhan
masing-masing individu peserta didik. Pembelajaran yang mendidik terdiri atas pemahaman
konsep dasar proses pendidikan dan pembelajaran, serta penerapannya dalam pelaksanaan
dan pengembangan pembelajaran. Pengembangan pribadi dan profesionalisme mencakup
pengembangan intuisi keagamaan, kebangsaan yang berkepribadian, sikap dan kemampuan
mengaktualisasi diri, serta sikap dan kemampuan dalam mengembangkan profesionalisme
kependidikan.7
Standar Kompetensi Guru
Perbedaan antara profesi guru dengan profesi lainnya terletak dalam tugas dan
tanggung jawabnya. Pada hakikatnya, guru adalah orang yang berwenang dan bertanggung
jawab atas pendidikan siswa. Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru
dan Dosen ditegaskan bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi

5 Fitri Ratna Astuti, Riyo Riyadi, and Noor Ellyawati, Profesi Kependidikan, ed. Adi Bayu Laksono (Kabupaten
Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia, 2022).
6 Anggi Yovi Lestari and Margaretha Purwanti, “HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK, PROFESIONAL, SOSIAL,

DAN KEPRIBADIAN PADA GURU SEKOLAH NONFORMAL X,” Jurnal Kependidikan Volume 2 (2018): 199.
7 dkk Suwandi, “Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional,

Kompetensi Sosial Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1 Karangampel Indramayu,” Jurnal
Manajemen Volume 15 (2020).
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
Pendidikan profesi. Standar kompetensi guru adalah ukuran untuk mendapatkan pendidik
yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan
sekolah pada khususnya serta tujuan pendidikan pada umumnya. Untuk menilai kompetensi
pendidik secara profesional terdapat beberapa indikator berikut. 8
1. Mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik.
2. Mampu melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat.
3. Mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah.
4. Mampu melaksanakan peran dan fungsi pembelajaran di kelas.

Jenis Jenis Kometensi Guru


1.Kompetensi Pedagogik
2.Kompetensi Kepribadian
3.Kompetensi Sosial
4.Kompetensi Profesional
Dalam pembahasan saat ini, kelompok berfokus pada Kompetensi kepribadian.

Kompetensi Kepribadian
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Kepribadian yang mantap dari sosok seorang pendidik akan memberikan teladan
yang baik terhadap anak didik maupun masyarakatnya. Dengan demikian, pendidik akan
tampil sebagai sosok yang patut "digugu" (ditaati nasihat/ucapan/perintahnya) dan "ditiru"
(dicontoh sikap dan perilakunya). 9
Menurut Standar Nasional Pendidikan, yang dimaksud dengan kompetensi
kepribadian adalah kemampuan pribadi yang harus dimiliki oleh guru yakni, kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Fauzi (2018) menyatakan sebagai pribadi, Guru merupakan
perwujudan diri dengan seluruh keunikan karakteristik yang sesuai dengan posisinya sebagai
pemangku profesi keguruan.10
Kepribadian merupakan landasan utama bagi perwujudan diri sebagai guru yang
efektif baik dalam melaksanakan tugas profesionalnya di lingkungan pendidikan dan di
lingkungan kehidupan lainnya. 11 Hal ini mengandung makna bahwa seorang guru harus

8 Rina Febriana, Kompetensi Guru, ed. Sar Bunga Fatmawati (Jakarta Timur: PT. Bumi Aksara, 2019).
9 Febriana.
10 Astuti, Riyadi, and Ellyawati, Profesi Kependidikan.
11 Jofri Boimau, “Analisis Kompetensi Profesional, Pedagogik, Sosial Dan Kepribadian Mahasiswa,” Jurnal

Pedagogika Volume 11 (2020).


mampu mewujudkan pribadi yang efektif untuk dapat melaksanakan fungsi dan tanggung
jawabnya sebagai guru. Untuk itu, la harus mengenal dirinya sendiri dan mampu
mengembangkannya ke arah terwujudnya pribadi yang sehat dan paripurna (fully functioning
person).
Dalam PP No. 74 tahun 2008, pasal 3 ayat (5) dijelaskan, kompetensi kepribadian sekurang-
kurangnya mencakup kepribadian yang: Beriman dan bertakwa; Berakhlak mulia; Arif dan
bijaksana; Demokratis; Mantap; Berwibawa; Tabil; Dewasa; Jujur; Sportif; Menjadi teladan
bagi peserta didik dan masyarakat Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri; dan
Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.12
Melatih kepribadian guru merupakan salah satu hal yang tetap harus dikembangkan dan
berkelanjutan, karena pribadi guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan
Pendidikan. Tetapi pada kenyataannya, kompetensi kepribadian masih relatif terbatas dan
lebih cenderung pada kompetensi pedagogik dan profesional, seperti yang diungkapkan oleh
Rusdiana dan Heryati (2015) upaya pengembangan kepribadian tampaknya masih relatif
terbatas dan cenderung lebih mengedepankan pengembangan kompetensi pedagogik dan
akademis (professional). Di lihat dalam berbagai pelatihan guru, materi yang banyak dikupas
cenderung lebih bersifat penguatan kompetensi pedagogik dan akademis. Begitu juga dengan
kebijakan pemerintah dalam Uji Kompetensi Guru dan Penilaian Kinerja Guru yang lebih
menekankan pada penguasaan kompetensi pedagogik dan akademis. 13
Kepribadian pendidik merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan belajar anak
didik. Dalam kaitan ini, Zakiah Darajat dalam Syah (2000) menegaskan bahwa kepribadian
itulah yang akan menentukan apakah ia menjadi pendidik dan pembina yang baik bagi anak
didiknya, ataukah akan menjadi perusak atau penghancur bagi masa depan anak didiknya
terutama bagi anak didik yang masih kecil (tingkat dasar) dan mereka yang sedang
mengalami kegoncangan jiwa (tingkat menengah). Karakteristik kepribadian yang berkaitan
dengan keberhasilan pendidik dalam menggeluti profesinya meliputi fleksibilitas kognitif dan
keterbukaan psikologis. Fleksibilitas kognitif atau keluwesan ranah cipta merupakan
kemampuan berpikir yang diikuti dengan tindakan secara simultan dan memadai dalam
situasi tertentu. Pendidik yang fleksibel pada umumnya ditandai dengan adanya keterbukaan
berpikir dan beradaptasi. Selain itu, ia memiliki resistensi atau daya tahan terhadap
ketertutupan ranah cipta yang prematur dalam pengamatan dan pengenalan. 14
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis.Sehingga dapat
diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari
kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadian seseorang naik, maka akan naik pula
kewibawaan ornag tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan moral yang
dimilikinya.15 Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai
pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya. Suprihatiningrum
(2013:106) mengatakan bahwa “ kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi

12 Astuti, Riyadi, and Ellyawati, Profesi Kependidikan.


13 Astuti, Riyadi, and Ellyawati.
14 Febriana, Kompetensi Guru.
15 Lestari and Purwanti, “HUBUNGAN KOMPETENSI PEDAGOGIK, PROFESIONAL, SOSIAL, DAN KEPRIBADIAN

PADA GURU SEKOLAH NONFORMAL X.”


teladan bagi siswa, dan berakhlak mulia”. Berikut merupakan penjelasan dari poin-poin
pengertian kompetensi kepribadian di atas.
a. Memiliki kepribadian mantap dan stabil Dalam hal ini, guru dituntut untuk bertindak
sesuai dengan norma Agama, hukum dan sosial. Jangan sampai seorang pendidik melakukan
tindakan-tindakan yang kurang terpuji, kurang profesional, atau bahkan bertindak tidak
senonoh. Misalnya, adanya oknum guru yang menghamili siswanya, minum-minuman keras,
narkoba, penipuan, pencurian, dan aktivitas lain yang merusak citra sebagai pendidik.
b. Memiliki kepribadian yang dewasa, Kedewasaan guru tercermin dari kestabilan emosinya.
Untuk itu, diperlukan latihan mental agar guru tidak mudah terbawa emosi. Sebab, jika guru
marah akan mengakibatkan siswa takut. Ketakutan itu sendiri berdampak pada turunnya
minat siswa untuk mengikuti pelajaran, serta dapat menganggu konsentrasi belajarnya.
c. Memiliki kepribadian yang arif Kepribadian yang arif ditunjukkan melalui tindakan yang
bermanfaat bagi siswa, sekolah, dan masyarakat serta menunjukkan keterbukaan dalam
berfikir dna bertindak.
d. Memiliki kepribadian yang berwibawa Kepribadian yang berwibawa ditunjukkan oleh
perilaku yang berpengaruh positif terhadap siswa dan disegani.
e. Menjadi teladan bagi siswa Dalam istilah bahasa Jawa, guru artinya “digugu Ian ditiru”.
Kata ditiru berarti dicontoh atau dalam arti lain diteladani. Sebagai teladan, guru menjadi
sorotan siswa dalam gerak-geriknya.
Seorang guru harus bertindak sesuai norma Agama, hukum dan sosial. Saat ini banyak
peristiwa, yang mana guru melanggar norma Agama, hukum dan susila sehingga
bertentangan dengan kompetensi kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru.
Hal ini karena ada sebagian guru yang tidak memahami arti pentingnya kompetensi
kepribadian bagi mereka dalam membantu kelancaran pelaksanaan tugas mengajar.
Profesionalisme seorang guru bukan sekadar pengetahuan teknologi dan manajemen,
melainkan lebih merupakan sikap, pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi,
bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi, melainkan memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan sebagai seorang guru. Sagala (2013: 37) mengatakan bahwa “kemuliaan hati
seorang guru diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Guru secara nyata dapat berbagi
dengan anak didiknya”. Dari berbagai pendapat mengenai kompetensi kepribadian,
tampaknya terpulang kembali kepada guru. Karena guru yang memiliki daya kalbu yang
tinggi yang menampilkan kepribadian paripurna. Daya kalbu terdiri dari daya spiritual,
emosional, moral, rasa kasih saying, kesopanan, toleransi, kejujuran dan kebersihan, disiplin
diri, harga diri, tanggung jawab, keberanian moral, kerajian, komitmen, estetika dan etika.
Dengan demikian, rencana sertifikasi guru juga menyangkut pada pengujian terhadap
kompetensi kepribadian guru. Guru yang memiliki kompetensi kepribadian yang baik akan
memengaruhi cara mengajar mereka sehingga berdampak pada peningkatan kualitas
pembelajaran.16
Dalam kegiatan belajar-mengajar guru harus bisa membangun dan menciptakan
kondisi tertentu agar siswa selalu merasa butuh dan berkeinginan untuk belajar. Selain dari
pada itu, peran guru adalah sebagai pengajar, pembimbing, pelatih, manajer, supervisor,

16 Lestari and Purwanti.


leader, inovator, dan motivator. Terkait dengan peran edukatif untuk meningkatkan semangat
dan gairah belajar yang tinggi, siswa memerlukan motivasi dari dalam diri sendiri (intrinsik)
maupun dari luar (ekstrinsik) (Sardiman, 2008, hal. 90-91), sehingga diharapkan seorang
guru selalu membimbing bakat siswa serta memberi motivasi untuk meraih prestasi yang
lebih baik demi mencapai cita-cita dan masa depan yang lebih cerah. Guru harus bisa
memahami dan mengetahui seluk beluk latar belakang siswa, agar dalam pemberian arahan
maupun motivasi sesuai dengan kondisi siswa, Karena banyak kasus yang terjadi di ranah
pendidikan. Misalnya, menurut Sardiman (2005:75), seorang yang malas apabila dipaksa
menghadiri suatu ceramah, tetapi karena ia tidak tertarik pada materi yang di ceramahkan,
tidak akan mencamkan apalagi mencatat isi ceramah tersebut. Berbeda dengan seorang siswa
yang memiliki intelegensia cukup tinggi, boleh jadi gagal karena kekurangan motivasi. Dan
jangan sampai kita sebagai guru yang professional mempermasalahkan seluruhnya kepada
siswa, sebab mungkin saja guru tidak berhasil memberikan motivasi yang mampu
membangkitkan semangat belajar siswa. 17

Kompetensi Kepribadian
Guru secara umum Guru PAK
Prioritas aspek kognitif, afektif, Prioritas aspek afektif, kognitif,
psikomotorik psikomotorik
Tidak mendalam ingin mengetahui latar Guru harus mengenal dengan baik sifat
belakang peserta didik manusia (1 Kor. 2:14-15)
Lebih fokus pada kecerdasan intelektual Fokus juga pada kecerdasan intelektual
tetapi sangat perhatian pada kecerdasan
spiritual (Yoh.15:4-5, Kol. 4:6-7)
Tidak memiliki tokoh sentral dalam Yesus sebagai pusat teladan dalam
meneladani kepribadian manusia pembentukkan pribadi (Yoh. 14:17)

Sikap dan perasaan diri guru dalam kompetensi kepribadian meliputi 3 hal, yaitu:
1. self-concept (konsep diri guru ialah totalitas sikap dan persepsi seseorang guru
terhadap dirinya sendiri) dan self esteem (harga diri guru ialah sebagai tingkat pandangan dan
penilaian seorang guru mengenai dirinya sendiri berdasarkan prestasinya). Guru yang
profesional memerlukan self-concept yang tinggi. Guru yang demikian dalam mengajarmya
akan lebih cenderung memberi peluang luas kepada para siswa untuk berkreasi dibanding
dengan guru yang self-concept rendah akan lebih banyak “berkicau” sehingga tidak banyak
memberi peluang berkreasi siswa. Oleh karena itu untuk mencapai atau memiliki konsep diri
yang positif, para guru perlu berusaha untuk mencapai prestasi akademik setingi-tingginya
dengan cara banyak belajar dan terus mengikuti perkembangan zaman.
2. self-efficacy/ personal teacher efficacy (keyakinan guru terhadap keefektifan
kemampuannya sendiri dalam membangkitkan gairah dan kegiatan para siswanya) dan
contextual efficacy (kemampuan guru dalam berurusan dengan keterbatasan faktor di luar
dirinya ketika ia mengajar).

17Suwandi, “Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Profesional, Kompetensi


Sosial Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1 Karangampel Indramayu.”
3. attitude of self-acceptance (sikap penerimaaan terhadap diri sendiri) dan others
acceptance (sikap penerimaan pada orang lain)

Kriteria Kepemilikan Kompetensi Kepribadian


Salah satu sumber idealisme bagi guru Kristen adalah Alkitab, sabda tertulis dari Allah. Guru
PAK harus memandang Alkitab sebagai tulisan yang berotoritas, sumber kebenaran iman,
moral, dan dimensi kehidupan lainnya. Banyak inspirasi tentang kasih, kepedulian, dan
kebenaran Allah dapat dipelajari dari Alkitab. Bahkan, perubahan hidup umumnya juga
terjadi dalam kehidupan mereka yang membuka hati dan tekun mempelajari, merenungkan,
serta menghayati ajaran di dalam Alkitab. Kehidupan seorang guru menjiwai pengajarannya.
Guru sebagai tenaga pendidik yang tugas utamanya mengajar, memiliki karakteristik
kepribadian yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pengembangan sumber daya
manusia. Sejarah mencatat bahwa guru-guru Kristen yang terkenal adalah orang-orang yang
mempengaruhi murid-murid mereka karena kepribadian mereka sendiri yang baik. Sikap
penting yang harus dikembangkan oleh guru Kristen ialah pengenalan jati dirinya sebagai
orang Kristen. Orang Kristen adalah orang yang memberikan dirinya secara penuh kepada
Yesus Kristus (Kis.11:26). Yesus berkata, “Akulah jalan, kebenaran, dan hidup...” (Yoh.14:6),
apa yang diajarkan-Nya diwujudkan-Nya seratus persen di dalam kehidupan-Nya. Menurut
ajaran Alkitab, seorang Kristen berarti percaya dan menyambut sepenuhnya kedudukan dan
peran Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat, dan sebagai Raja atas totalitas kehidupannya.
Kepribadian mencakup semua unsur, baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui
bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian
seseorang. Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah laku positif akan meningkatkan citra diri
dan kepribadian seseorang. Begitu naik kepribadian seseorang maka akan naik pula wibawa
orang tersebut. Yesus sebagai guru memiliki kepribadian yang sederhana dan berwibawa.
B.S. Sidjabat dalam bukunya Mengajar Secara Profesional mengutip pernyataan dari Howard
G. Hendricks (Gangel &Hendricks) bahwa sedikitnya ada enam segi kehidupan Yesus yang
senantiasa mengagumkan serta perlu diteladani oleh guru Kristen. Pertama, dalam segi
kepribadian, Yesus memperlihatkan kesesuaian antara ucapan dan perbuatan. Kedua,
pengajaran-Nya sederhana, realistis, dan tidak mengambang. Ketiga, Ia sangat relasional
dalam arti mementingkan hubungan antarpribadi yang harmonis. Keempat, isi berita-Nya
bersumber dari Allah yang mengutus-Nya (Mat.11:27; Yoh.5:19). Selain tetap relevan bagi
pendengar-Nya, ajaran Yesus bersifat otoritatif dan efektif (Mat. 7:28-29). Kelima, motivasi
kerja-Nya ialah kasih (Yoh.1:14, Flp.2:5-11), Ia menerima orang sebagaimana adanya serta
mendorong mereka untuk berserah kepada Allah. Keenam, metode-Nya bervariasi dan sangat
kreatif. Ia bertanya dan bercerita. Ia melibatkan orang untuk memikirkan masalah yang
diajukan. Selain itu, Ia mengenal orang yang dilayani-Nya serta tingkat perkembangan dan
kerohanian mereka. 18
Faktor lain yang harus diperhatikan dalam kompetensi kepribadian guru PAK adalah konsep
diri (self-concept). Konsep atau citra diri adalah gambaran (image) yang kita peroleh, kita

18Sidjabat, B.S. Membangun Pribadi Unggul-Suatu Pendekatan Teologis Terhadap Pendidikan Karakter,
Yogyakarta: Penerbit Andi, 2011.
miliki, dan kita kembangkan mengenai diri sendiri. Maurice Wagner, seperti yang ditulis
oleh B.S.Sidjabat dalam bukunya, Membangun Pribadi Unggul, mengemukakan bahwa
konsep diri itu selalu terkait dengan tiga perkara, yaitu, Pertama, hal yang berkaitan dengan
bentuk fisik. Kedua, hal yang besangkutan dengan perilaku, cara melangkah, menari,
berbicara, menatap, dan bekerja. Ketiga, adalah hal yang berhubungan dengan kedudukan
dalam keluarga, komunitas organisasi, atau di tengah masyarakat.
Guru PAK dengan kepribadian yang mantap, stabil dan dewasa, serta dengan senang hati
menjadikan dirinya teladan, dapat disebut memiliki konsep diri yang sehat. Sebaliknya, guru
dengan konsep diri yang negatif atau buruk akan tenggelam dengan perasaan minder dan
terus menerus membandingkan dirinya dengan orang lain sehingga bisa jadi perilaku dirinya
pun tidak baik.19

Aplikasi Terhadap Pembentukan Kualitas Karakter Peserta Didik


Seorang Guru Harus Menjadi Teladan Dalam Perkataan Guru PAK harus menjadi
teladan/pola dalam kehidupannya, yaitu di tengah-tengah keluarga, lingkungan masyarakat,
lingkungan sekolah. Keteladanan guru Pak itu boleh terlihat dari gaya hidupnya sehari-hari di
waktu guru PAK melakukan aktifitasnya sehari-hari. Yaitu dengan cara menjaga hati (Amasl
4:23). Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
Untuk menjadi teladan harus mampu menjaga hatinya untuk menghadapi situasi-situasi
peserta didiknya atau pun rekan-rekan kerjanya. Karena kerendahan hati itu menghasilkan
kelemahlembutan dan tidak sombong sehingga orang akan melihat suatu contoh/teladan yang
baik untuk ditiru. Perkataan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan setiap
orang khususnya dalam pergaulan dengan orang lain. Dalam sebuah keluarga, perkataan yang
digunakan sangat berpengaruh pada perkembangan anak. Perkataan yang baik dapat
memberikan kesehatan rohani, mental dan jasmani Allah mengajarkan agar setiap orang tidak
menggunakan ucapan yang negatif, khususnya orang tua kepada anak-anaknya karena
perkataan yang negatif seperti goblok, bodoh, canggung, malas, pemalu, buruk, dan lain-lain
dapat membuat anak menjadi sosok yang tidak percaya. Segala ucapan negatif yang diterima
anak akan melekat dalam hatinya, dan mereka akan cenderung menjadi sosok dan bertindak
seperti julukan yang diberikan kepadanya. Daripada orang tua memberikan julukan negatif
kepada anak-anaknya, akan lebih baik jika orang tua atau guru memberikan pujian kepada
anak-anaknya. Memuji anak-anak merupakan tindakan dan sikap yang positif. Dengan
memberikan pujian kepada anak, mereka akan bertumbuh menjadi anak yang dapat bersyukur
kepada Tuhan dan menghargai orang lain. Dapat dipahami bahwa setiap orang, baik yang tua
maupun yang muda harus berusaha untuk dapat menguasai lidahnya sehingga setiap
perkataan yang keluar dari mulutnya bukanlah perkataan yang sia-sia dan perkataan yang
kotor, tetapi perkataan yang dapat membangun orang lain. Paulus mengatakan, dalam Efesus
4:29 “Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang
baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya beroleh kasih
karunia”. Kata-kata kotor yang membinasakan dikatakan keluar dari mulut sebetulnya berasal
dari hati. Daripada menggunakan kata-kata kotor yang keluar dari hati, disarankan untuk
menggunakan kata-kata yang bersifat baik dengan istilah yang digunakan Paulus “logos

19 Marini Stannie,”KOMPETENSI KEPRIBADIAN SEORANG GURU PAK”


agathos”. Sebab perkataan yang baik akan mendatangkan kebaikan atau membangun bagi
yang mendengarnya. Membangun bagi mereka yang mendengarnya memilikipengertian di
mana para pendengar mendapatkan berkat dari Allah. Itu berarti bahwa setiap orang dituntut
untuk mampu menguasai lidahnya agar setiap perkataan yang diucapkan dapat membangun
orang lain.Dengan menjaga kesucian perkataan dan tingkah laku secara otomatis hal ini akan
memberikan kesucian dalam hati dan pikiran. Karena ucapan dan perilaku merupakan
cerminan hati dan pikiran. Hanyadengan kebersihan dan kesucian hati dan pikiran maka
Timotius dapat menjadi teladan, bukan hanya bagi orang percaya saja, tetapi juga bagi semua
orang yang mengenalnya. Timotius harus mewujudkan dalam kehidupannya apa yang
diajarkannya dalam khotbahnya.
Seorang Guru harus Menjadi Teladan Dalam Tingkah Laku
Frasa tanpa syarat ini menotasikan bahwa Paulus menginginkan gaya hidup Timotius yang
ilahi yang merefleksikan atau mencerminkan standar yang suci atau standar yang ilahi dari
Injil. Paulus menginginkan perilaku Timotius sesuai dengan jabatannya di dalam Kristus dan
merefleksikan bahwa dia mengakui dan mematuhi standar kesucian Injil. Dia harus
menyatakan cara yang ilahi. Perkataan ini terkait dengan pelayanan publik dari Timotius yang
merujuk pada apa yang dapat ditiru oleh orang lain dalam kehidupan Timotius. Jadi teladan
dalam tingkah laku ini berhubungan dengan sikap hidup, tingkah laku seseorang yang harus
sesuai dengan status keberadaan diri sebagai orang yang sudah percaya atau cara hidup yang
sudah mengenal Kristus. Oleh karena itu, teladan dalam tingkah laku menjelaskan adanya
perbedaan yang nyata dari sikap hidup seseorang berkaitan dengan identitasnya di dalam
peserta didik Allah sebelum ia percaya dan sesudah ia percaya kepada Tuhan. Sebagai guru
PAK, harus memiliki karakter yang baik. Karakter guru PAK adalah hal yang menghasilkan
kepercayaan pembelajar (peserta didik). Jadi kualitas hidup guru menghasilkan motivasi
peserta didik sehingga pembelajar dapat melakukan apa yang baik. Pada dasarnya, belajar
berarti berubah dalam pikiran, berubah dalam perasaan, berubah dalam prilaku, jadi belajar
berarti perubahan yang terjadi di pikiran, pearasaan dan kehendak.paulus menunjukkan hal
ini dalam Roma 8:29 “Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga
ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran anakNya”. Sebagai
pengajar disebut juga komunikator terhebat karena mereka adalah orang yang memiliki hati
yang besar (hati yang baik). Guru berkomunikasi sebagai pribadi yang utuh dan
berkomunikasi dengan pendengar yang juga sebagai pribadi yang utuh.
Contoh: Abraham dan Nuh.

Seorang Guru Harus Menjadi Teladan Dalam Kasih


Guru Pendidikan Agama Kristen memiliki tugas yang sangat kompleks dan terpadu. Sebagai
wujud nyata peranan guru PAK tersebut harus melaksanakan tugasnya dengan baik dan
bertanggungjawab dalam mencapai tujuan pembelajaran yang sempurna. Salah satu tujuan
Pendidikan Agama Kristen adalah siswa memiliki karakter yang baik seperti Tuhan Yesus
Kristus. Sebab peran guru Pendidikan Agama Kristen sangat berpengaruh terhadap
pembentuk karakter peserta didik. Bahkan Alkitab memberikan keterangan bahwa Yesus
memberikan wewenang kepada para rasul, para nabi, para pengajar, para gembala dan para
penginjil untuk mengajar dan membentuk karakter jemaat (peserta didik) menjadi dewasa dan
sempurna (Efesus 4:11-16).Sebab itu, guru pendidikan agama kristen perlu: 1. Menjaga
kekudusan hidupnya sebagai mitra Allah dalam membina, membimbing para muridnya
menjadi murid yang berkarakter seperti Dia; 2. Menyadari bahwa dirinya adalah Hamba
Tuhan, tugas mengajar merupakan panggilan Allah yang harus dikerjakan dengan sungguh-
sungguh. Guru Pendidikan Agama Kristen harus mempersiapkan dirinya sebaik mungkin
sebelum mengajar; 3. Guru Pendidikan Agama Kristen harus menjadi teladan bagi siswa serta
bersahabat dengan siswa sebagai bagian dari pembentukan karakter siswa. Didalam
keseharian fungsi guru sebagai pendidik/pengajar dilingkungan sekolah hendaknya
menerapkan tidak pilih kasih, terhadap peserta didik dalam hal penugasan pekerjaan; rumah,
sekolah, dapat menjaga/mengontrol sikap, amarah dan memiliki rasa empaty terhadap
keberadaan peserta didik dengan tidak mengabaikan ketegasan dalam tugas-tugas yang harus
peserta didik lakukan. Seorang guru PAK juga harus mudah mengampuni apabila mungkin
sesama rekan guru ada yang kurang sopan atau bertindak tidak baik terhadapnya atau ada
orang tua bahkan peserta didik yang bertindak kurang ajar terhadapnya (guru PAK) maka
sebagai mitra Allah seperti yang telah disebutkan diatas haruslah mudah mengampuni mereka
dan tidak menyimpan dalam hati serta menganggap dirinya sebagai Hamba Tuhan yang
Tuhan tetapkan menjadi pendidik yang Tuhan Allah percayakan kepada guru PAK tersebut.

Seorang Guru Harus Menjadi Teladan Dalam kesetiaan


Kesetiaan seorang guru PAK harus benar-benar dapat menjadi teladan bagi peserta didik.
Menjadi seroang pengajar adalah suatu panggilan dan tidak semua orang punya hati untuk
mengabdikan diri dan waktunya untuk orang lain/peserta didik yang akan mendapatkan
ilmu/pengetahuan dari seorang pengajar. Seorang guru PAK harus benar-benar berkomitmen
dengan panggilannya, dimana dalam implementasinya akan berhadapan dengan peraturan-
peraturan dan standar yang berlaku dalam sebuah wadah/tempat guru tersebut ditempatkan.
Ketika seorang guru bisa mentaati semua peraturan yang berlaku dan bisa menerima dan
menjalankan semua standar yang berlaku ditempat dimana guru PAK tersebut mengajar atau
mendidik, maka dikatakan guru tersebut setia dalam panggilannya.Kesetiaan yang dimaksud
menurut penulis tidak hanya sekedar mematuhi semua aturan dan peraturan yang hanya ada
ditempat kerja namun juga ketika aturan tersebut sudah meluas hingga menjadi pekerjaan
dirumah.
contoh: Kepala Sekolah menghimbau supaya guru PAK juga ikut terlibat dalam
mempromosikan sekolah dimana guru PAK mengajar dilingkungan tempat tinggal guru PAK
tersebut atau ditempat lain agar supaya masyarakat membawa anak-anak mereka untuk didik
disekolah tempat guru PAK tersebut mengajar, maka guru PAK tersebutpun juga harus
mengindahkannya artinya mau melakukannya bukan untuk membuat supaya kepala sekolah
tersebut diatas senang, namun lebih-lebih menyangkut kepada kesetiaan diri guru PAK
tersebut. Juga ketika seorang guru PAK berada dilingkungan rumah/ditengah-tengah
masyarakat harus menunjukkan, mempertahankan kepribadiannya sebagai Hamba/Mitra
Allah; jikalau contoh ada himbauan dari RT/RW setempat menghimbau masyarakat secara
bergilir dalam bergotong royong dalam kamtibmas dan hal kebersihan, menyadari perlu
keterlibatannya dalam program pemimpin lingkungan tersebut. Menjadi guru PAK adalah
merupakan keteladan yang tidak terbatas alias harus komprehensif/menyeluruh dalam
kehidupan.
Seorang Guru Harus Menjadi Teladan Dalam Kesucian Hati
Seorang Guru PAK harus dapat menahan diri terhadap segala hal khususnya hal moral dalam
perkataan dan sikap/tindakan.Menjadi model/figur dalam setiap kesempatan baik apabila
berada dilingkungan tinggal, lingkungan sosial maupun lingkungan kerja atau disekolah,
dimana sebagai guru PAK. Seorang pendidik dapat saja terlalu sibuk menolong orang
lainsehingga ia melalaikan dirinya dan kehidupan rohaninya sendiri. Itu sebabnya sehingga
seorang pendidik perlu mengawasi dirinya sendiri sebelum mengawasi orang lain. Dalam
Alkitab ada nasihat agar setiap orangmengawasi diri sendiri terlebih dahulu, bukan orang
lain. Dalam konteks itulah rasul Paulus mengingatkan “Baiklah tiap-tiap orang menguji
pekerjaannya sendiri; maka ia boleh bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat
keadaan orang lain” ( Gal. 6:4). Surat Paulus kepada Titus menekankan agar pemimpin gereja
harus tidak bercacat cela dan tetap setia kepada firman Tuhan (Titus 1:6-9). Dalam surat itu,
juga mengingat kan bahwa banyak orang kreta mengaku sebagai guru tetapi sebenar nya
mereka adalah penyesat-penyesat yang mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan
mereka, mereka menyangkal. Mereka berkata bahwa mereka mengenal Allah, padahal
perbuatan mereka menyangkal-Nya. Mereka menjijikkan dan mereka tidak mau taat; mereka
adalah orang-orang yang tidak mampu melakukan sesuatu yang baik”. (Titus 1:16). Seorang
guru PAK haruslah mengajarkan peserta didik perilaku yang benar, kejujuran, rasa hormat,
integritas, kebaikan dalam perkataan dan tindakan. Seorang Pendidik/Guru PAK juga
haruslah menjadi teladan dalam perkataan ketika mereka berada dilingkungan sekolah,
contoh hal kesopanan dalam berpakaian. Seorang pendidik perlu mengajarkan dan
mengingatkan peserta didik dalam penampilan agar terlihat indah dan rapi. Ketika
pendidik/guru PAK tersebut melihat ada seorang peserta didik dikelas 6(enam) yang tidak
berpakaian sopan, lalu menegornya. Artinya bukan berarti si guru PAK tersebut mengajarkan
peserta didik untuk lain kali berpakaian menutupi seluruh tubuhnya atau pakaianya mulai dari
kepala sampai ketumit, namun maksud dan tujuannya dikemudian hari adalah supaya peserta
didik tahu meniru hal yang baik dan sopan dan pantas untuk ditampilkan didalam kelas.
Namun juga supaya terjadinya sinkronisasi antara perkataan dan tindakan hendaklah juga si
guru PAK yang menegor peserta didik tersebut harus menjadi teladan dalam perkataan dan
sikap/tindakannya didalam kelas, sehingga dengan sendirinya sang peserta didik sadar akan
keteladanan yang dilihat dan didapatkannya dari sang guru PAK tersebut. 20

20Rosnita Temba dkk, Pengaruh Kepribadian Guru Pak Menurut 1 Timotius 4:12
Dalam Pembentukan Karakter Peserta Didik Di SDTK Real
Tanjungpinang, STT Real Batam
Kesimpulan
Untuk membentuk kualitas karakter peserta didik, Guru PAK harus meningkatkan kualitas
kompetensi kepribadian sendiri. Adapun yang harus dilakukan untuk meningkatkan
kompetensi dengan cara: Mengikuti Seminar Kerohanian didalam Kekristenan, Mengikuti
Seminar Pedagogik, Mengikuti Seminar Kepribadian, Mengikuti Seminar Sosial dan
Kebudayaan. Dan mengikuti Seminar Kompetensi Kepribadian Profesional lainya. Harus
menjadi teladan dalam perkataan, tingkah laku, dalam kasih, dalam kesetiaan dan dalam
kesucian hati. Dalam mendidik, Guru harus sadar bahwa Peserta Didik adalah titipan Tuhan
untuk didik dalam hal ini Guru PAK harus memainkan peranannya. Guru sebagai Pendidik
harus memiliki standard kualitas Integritas, yang mencakup tanggung jawab, wibawa,
kemandirian dan kedisiplinan dengan tugas mendidik Guru PAK, mengembangkan watak,
nilai moral dan mampu mengembangkan Kompetensi Kepribadiannya untuk meningkatkan
kualitas Karakter Peserta Didik menuju kedewasaan rohani yang beriman, taat kepada Tuhan
Yesus Kristus.Guru sebagai pemberi inspirasi, Guru harus mampu memerankan diri dan
memberikan inspirasi bagi Peserta Didik sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat
membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide-ide baru Peserta Didik. Guru sebagai
Inisiator, harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran.
Guru sebagai Korektor, harus dapat membedakan nilai yang baik dan nilai yang buruk, semua
nilai yang baik harus dipertahankan dan nilai yang buruk harus disingkirkan dari Peserta
Didik
DAFTAR PUSTAKA
Astuti, Fitri Ratna, Riyo Riyadi, and Noor Ellyawati. Profesi Kependidikan. Edited by Adi
Bayu Laksono. Kabupaten Madiun: CV. Bayfa Cendekia Indonesia, 2022.
Boimau, Jofri. “Analisis Kompetensi Profesional, Pedagogik, Sosial Dan Kepribadian
Mahasiswa.” Jurnal Pedagogika Volume 11 (2020).
Febriana, Rina. Kompetensi Guru. Edited by Sar Bunga Fatmawati. Jakarta Timur: PT. Bumi
Aksara, 2019.
Jamin, Hanifuddin. “Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru.” Jurnal Ilmiah
Pendidikan Volume 10 (2018): 20.
Lestari, Anggi Yovi, and Margaretha Purwanti. “HUBUNGAN KOMPETENSI
PEDAGOGIK, PROFESIONAL, SOSIAL, DAN KEPRIBADIAN PADA GURU
SEKOLAH NONFORMAL X.” Jurnal Kependidikan Volume 2 (2018): 199.
Marini Stannie,”KOMPETENSI KEPRIBADIAN SEORANG GURU PAK”
Rosnita Temba dkk, Pengaruh Kepribadian Guru Pak Menurut 1 Timotius 4:12 Dalam
Pembentukan Karakter Peserta Didik Di SDTK Real Tanjungpinang, STT Real Batam
Suwandi, dkk. “Pengaruh Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi
Profesional, Kompetensi Sosial Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa Di SMPN 1
Karangampel Indramayu.” Jurnal Manajemen Volume 15 (2020).

Anda mungkin juga menyukai