Anda di halaman 1dari 11

BERBAGAI KOMPETENSI YANG WAJIB DIMILIKI PENDIDIK

Afina Nurmalita
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta
e-mail: afina7197fip2016@student.uny.ac.id

Abstrak: Artikel jurnal ini bertujuan untuk lebih memahami kompetensi yang wajib dimiliki
oleh seorang pendidik dalam mendidik anak didiknya. Dalam pembuatan artikel jurnal ini
metode pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka bersumber dari beberapa buku
dan beberapa jurnal. Hasil dan pembahasan dalam artikel jurnal ini memperlihatkan bahwa
kompetensi pendidik memiliki empat kompetensi yang wajib dimiliki bagi seorang pendidik
dalam mengajar anak didiknya. Empat kompetensi yang wajib dimiliki seorang pendidik yaitu,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional. Untuk menjadi pendidik yang berkompeten dan berkualitas dibutuhkan keempat
kompetensi pendidik tersebut. Dengan adanya keempat kompetensi pendidik tersebut
diharapkan menjadi seorang pribadi yang baik karena peserta didik biasanya meniru perkataan
dan perbuatan para pendidik. Sehingga pada akhirnya dapat dijadikan panutan tokoh idola
dalam seluruh segi hidupnya oleh peserta didik.

Kata Kunci: abstrak, bold, italic, maksimal lima kata/frase, tata tulis
VARIOUS COMPETENCIES THAT MUST BE OWNED FOR EDUCATORS

Abstract: This journal article is aimed to better understand the competencies that must be
owned by an educator in educating their students. In making this journal article the method
of data collection that is used for library studies are sourced from several books and several
journal. Results and discussion in this journal article showed that the competence of
educators has four competencies that must be owned for an educator in teaching their
students. The four competencies that must be owned by an educator, namely pedagogic
competence, competence, personality, social competence, and professional competence.
To be a competent and qualified educators needed four competence of educators. The
existence of these four competencies educators are expected to be a good personal because
learners usually imitate the words and deeds of educators. So in the end can be used as a
role model in terms of the entire Idol figures his life by students.

Keywords: abstract, bold, italic, maximum five words, template

PENDAHULUAN Indonesia tidakhanya membentuk insan


Beberapa tahun terakhir pemerintah mulai Indonesia yang cerdas, namun juga
menggalakan kembali pendidikan karakter berkepribadian atau berkarakter, sehingga
dalam proses pembelajaran di sekolah- nantinya akan lahir generasi bangsa yang
sekolah bahkan pembentukan karakter tumbuh berkembang dengan karakter yang
menjadi salah satu tujuan pendidikan bernafas nilai-nilai luhur serta agama.
nasional. Undang-Undang Nomor 20 Kebutuhan akan guru sebagai tenaga
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan pendidik yang berkualitas dan profesional
Nasional (UU Sisdiknas) menyatakan sangat penting. Hal ini terkait dengan tugas
bahwa di antara tujuan pendidikan nasional dan tanggung jawab mereka setelah selesai
adalah mengembangkan potensi anak didik menempuh studi yaitu sebagai guru SD
untuk memiliki kecerdasan, kepribadian yang profesional.
dan akhlak mulia. Berdasarkan undang- Pendidik mempunyai dua arti, ialah
undang tersebut diharapkan pendidikan di arti luas dan arti yang sempit. Pendidik
dalam arti luas adalah semua orang yang pengajar, tidak pandang mata pelajaran
berkewajiban membina anak-anak. Secara yang diajarkannya memiliki tanggung
alamiah semua anak, sebelum mereka jawab membangun moral dan karakter anak
dewasa menerima pembinaan dari orang didik. Sikap dan perilaku seorang guru
dewasa agar mereka dapat berkembang dan sangat membekas dalam diri anak didik,
bertumbuh secara wajar. Sementara itu sehingga ucapan, tindakan, dan kepribadian
pendidik dalam arti sempit adalah orang guru menjadi cerminan anak didiknya.
yang disiapkan dengan sengaja untuk Proporsi antara pengetahuan, sikap,
menjadi guru dan dosen. Profesi guru harus dan keterampilan sangat tergantung pada
dihargai dan sebagaimana diamanatkan jenis pekerjaan. Misalnya, pekerjaan
dikembangkan sebagai profesi bermatabat pertukanagan kayu memerlukan porsi
sebagaimana diamanatkan dalam Undang- keterampilan fisik lebih besar dari pada
Undang Selain itu pendidik dapat diartikan pengetahuan dan sikap, pekerjaan
setiap orang yang dengan sengaja Nomor kedokteran bedah memerlukan porsi
14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pengetahuan, keterampilan sikap secara
mempengaruhi orang lain untuk mencapai seimbang, dan pekerjaan sosial
tingkat kemanusiaan yang lebih tinggi memerlukan porsi sikap lebih besar dari
(Sutari Imam Barnadib, 1994). Pendapat pengetahuan dan keterampilan sebagai
ahli lain mengatakan bahwa pendidik kompetensi. Kompetensi adalah
adalah orang yang bertanggung jawab kemampuan melaksanakan sesuatu yang
terhadap pelaksanaan pendidikan dengan diperoleh melalui pendidikan dan latihan.
sasaran peserta didik (Umar Tirtarahardja Selain itu kompetensi juga memiliki makna
dan La Sulo, 1994). Seorang yang ingin pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-
menjadi pendidik maka dipersyaratkan nilai yang diwujudkan dalam kebiasaan
mempunyai kriteria yang diinginkan oleh berpikir dan bertindak. Hal tersebut sesuai
dunia pendidikan. Tidak semua orang bisa dengan sejumlah pendapat yang menge-
menjadi pendidik kalau yang yang mukakan bahwa kompetensi merujuk pada
bersangkutan tidak bisa menunujukkan pengetahuan, keterampilan, sikap, maupun
bukti dengan kriteria yang ditetapkan. ke-mampuan (Boyatzis, 2008, p.6; Varvel,
Dalam hal ini oleh Dirto Hadisusanto, 2007, p.3) yang diperlukan agar dapat
Suryanti Shidharto dan Dwi Siswoyo melaksanakan tugas dengan baik.
(1995) syarat seorang pendidik adalah: (1) melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
mempunyai perasaan terpanggil sebagai Kompetensi guru memiliki karakteristik
tugas suci, (2) mencintai dan mengasih yang dapat ditinjau dari berbagai segi
sayangi peserta didik, (3) mempunyai rasa tanggung jawab guru, fungsi dan peranan
tanggung jawab yang didasari penuh akan guru, tujuan pendidikan sekolah, dan
tugasnya. Ketiga persyaratan tersebut peranan guru dalam proses belajar
merupakan kesatuan yang tidak dapat mengajar.
dipisahkan satu sama lain. Orang yang Lickona (2001) menekankan tiga
terpanggil untuk mendidik maka ia akan komponen karakter yang baik, yaitu moral
mencintai perserta didiknya da memiliki knowing (pengetahuan tentang moral),
perasaan wajib dalam melakasanakan moral feeling (perasaan tentang moral), dan
tugasnya disertai dengan dedikasi yang moral action (perbuatan/tindakan moral),
tinggi atau bertanggung jawab. Dalam yang diperlukan agar anak mampu
mengajar anak didik, pendidik memiliki memahami, merasakan, dan mengerjakan
posisi sebagai pelaku utama. Mengajar nilai-nilai kebaikan pada gambar berikut.
tidak sekedar mentransfer ilmu
pengetahuan, teknologi, dan keterampilan,
melainkan juga mentransfer kehidupan.
Implikasi yang paling dekat adalah semua
profesional guru. Maka guru harus
mengikuti program sertifikasi. Guru yang
telah disertifikasi akan dapat meningkatkan
kemampuan dan keterlibatannya dalam
melaksanakan tugas sebagai guru.

METODE
Metode yang digunakan dalam
jurnal ini adalah metode studi pustaka.
Studi pustaka yang digunakan dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun
pembuatan jurnal ini bersumber dari
2005 pasal 8 menyatakan guru wajib
beberapa buku dan jurnal. Dalam
memiliki kualifikasi akademik,
pembuatan jurnal ini membutuhkan lima
kompetensi, sertifikat pendidik, sehat
buku dan lima jurnal sebagai panduan dan
jasmani dan rohani, serta memiliki
sumber. Jurnal ini menampilkan mengenai
kemapuan untuk mewujudkan tujuan
kompetensi pendiddik yang wajib dimiliki
pendidikan nasional. Selanjutnya pada
oleh pendidik. Terdapat empat kompetensi
pasal 10 ayat (1) menyatakan Kompetensi
pendidik yaitu kompetensi pedagogik,
guru sebgaimana yang dimaksud dalam
kompetesi kepribadian, kompentensi sosial,
pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,
dan kompetensi profesional.
kompetensi keprobadian, kompetensi
sosial, dan kompetensi profesional yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
diperoleh melalui pendidikan profesi.
1. Kompetensi Pedagogik
Sedangkan menurut , PP Nomor 19 Tahun
Apa itu kompetensi pedagogik? Untuk
2005 pasal 28, ayat 3 dan Undang- Undang
memperkaya wawasan dapat disimak
Nomor 14 Tahun 2005 pasal 10, ayat 1
penjelasan Slamet PH (2006) yang
menyatakan “Kompetensi pendidik sebagai
mengatakan kompetensi pedagogik terdiri
agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dari Sub-Kompetensi (1) berkonstribusi
dasar dan menengah serta pendidikan anak
dalam pengembangan KTSP yang terkait
usia dini meliputi: (a) kompetensi
dengan mata pelajaran yang diajarkan; (2)
pedagogik, (b) kompetensi kepribadain, (c)
mengembangkan silabus mata pelajaran
kompetensi profesional, (d) kompetensi
berdasarkan standar kompetensi (SK) dan
sosial. Kompetensi guru, menurut Sanjaya
kompetensi dasar (KD); (3) merencanakan
(2006:17) bukan hanya kompetensi pribadi
rencana pelaksanaan pemembelajaran (RPP)
dan kompetensi profesional, tetapi terdapat
berdasarkan silabus yang telah
sejumlah kompetensi yang dimiliki seorang
dikembangkan; (4) merancang manajemen
guru meliputi kompetensi pribadi,
pembelajaran dan manajemen kelas; (5)
profesional, dan sosial kemasyarakatan.
melaksanakan pembelajaran yang pro-
Guru profesional bukanlah hanya
perubahan (aktif, kreatif, inovatif,
untuk satu kompetensi saja yaitu
eksperimentatif, efektif, dan menyenangkan);
kompetensi profesional, tetapi guru
(6) menilai hasil belajar peserta didik secara
profesional semestinya meliputi semua
otentik; (7) membimbing peserta didik dalam
kompetensi. Sebagaimana diamanatkan
berbagai aspek, misalnya pelajaran,
Undang- Undang Nomor 14 Tahun 2005
kepribadian, bakat, minat, dan karir; dan (8)
dan PP Nomor 19 Tahun 2005 agar guru
mengembangkan profesionalisme diri sebagai
dan dosen memahami, menguasai, dan
guru.
terampil menggunakan sumber-sumber
Dengan demikian tampak bahwa
belajar baru dan menguasai kompetensi
kemampuan pedagogik bagi guru bukanlah
pedagoik, kompetensi kepribadian,
hal yang sederhana , karena kualitas guru
kompetensi profesional, dan kompetensi
haruslah diatas rata-rata. Kualitas ini dapat
sosial sebagai bagian dari kemampuan
dilihat dari aspek intelektual meliputi aspek “kemampuan mengelola pembelajaran
(1) logika sebagai pengembangan kognitig peserta didik...” (yang dirumuskan dalam PP
mencakup kemampuan intelektual mengenal RI Nomor 19 Tahun 2005), karena “pedagogy
lingkungan terdiri atas enam macam yang or paedagogy” adalah “the art and science of
disusun secara hierarkis dari yang sederhana teaching and educating” (Dwi Siswoyo,
sampai yang kompleks; (2) etika sebagai 2006). Kompetensi pedagogik ini mencakup
pengembangan afektif mencakup selain pemahaman dan pengembangan
kemampuan emosional dalam mengalami dan potensi peserta didik, prencanaan dan
menghayati sesuatu hal meliputi lima macam pelaksanaan pembelajaran, serta sistem
kemampuan emosional disusun secara evaluasi pembelajaran, juga menguasai “ilmu
hierarkis; (3) estetika sebagai pengembangan pendidikan”. Kompetensi ini diukur dengan
psikomotorik yaitu kemampuan motorik performance test atau episodes tersturuktur
menggiatkan dan mengkoordinasikan dalam Praktek Pengalaman Lapangan (PPL),
gerakan. dan case based test yang dilakukan secara
Dari pandangan tersebut dapat ditegaskan tertulis.
kompetensi pedagogik merupakan Berkaitan dengan kegiatan Penilaian
kemampuan dalam pengelolaan peserta didik Kinerja Guru terdapat 7 (tujuh) aspek dan 45
meliputi (1) pemahaman wawasan guru akan (empat puluh lima) indikator yang berkenaan
landasan dan filsafat pendidikan; (2) guru penguasaan kompetensi pedagogik. Berikut
memahamkan potensi dan keberagaman ini disajikan ketujuh aspek kompetensi
peserta didik, sehingga dapat didesain strategi pedagogik beserta indikatornya: (1)
pelayanan belajar sesuai keunikan masing- Menguasai karakteristik peserta didik. Guru
masing peeserta didik; (3) guru mampu mampu mencatat dan menggunakan
mengembangkan kurikulum/silabus baik informasi tentang karakteristik peserta
dalam bentuk sokumen maupun implementasi didik untuk membantu proses pembelajaran.
dalam bentuk pengalaman belajar; (4) guru Karakteristik ini terkait dengan aspek fisik,
mampu menyusun rencana dan strategi intelektual, sosial, emosional, moral, dan latar
pembelajaran berdasarkan standar belakang sosial budaya: (a) Guru dapat
kompetensi dan kompetensi dasar; (5) mampu mengidentifikasi karakteristik belajar setiap
melaksanakan pembelajaran yang mendidik peserta didik di kelasnya, (b) Guru
dengan suasana dialogis dan interaktif. memastikan bahwa semua peserta didik
Sehingga pembelajaran menjadi aktif, mendapatkan kesempatan yang sama untuk
inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan; berpartisipasi aktif dalam kegiatan
(6) mampu melakukan evaluasi hasil belajar pembelajaran, (c) Guru dapat mengatur kelas
dengan memenuhi prosedur dan standar yang untuk memberikan kesempatan belajar yang
dipersyaratkan; dan (7) mampu sama pada semua peserta didik dengan
mengembangkan bakat dan minat peserta kelainan fisik dan kemampuan belajar yang
didik melaui kegiatan intrakurikuler dan berbeda, (d) Guru mencoba mengetahui
ekstrakurikuler untuk mengaktualisasikan penyebab penyimpangan perilaku peserta
berbagai potensi yang dimilikinya. Pada didik untuk mencegah agar perilaku tersebut
intinya kompetensi pedagogik adalah tidak merugikan peserta didik lainnya, (e)
kemampuan pemahaman terhadap peserta Guru membantu mengembangkan potensi
didik, perancangan dan pelaksanaan dan mengatasi kekurangan peserta didik, (f)
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan Guru memperhatikan peserta didik dengan
pengembangan peserta didik untuk kelemahan fisik tertentu agar dapat mengikuti
mengaktualisasikan berbagai potensi yang aktivitas pembelajaran, sehingga peserta didik
dimilikinya. tersebut tidak termarjinalkan (tersisihkan,
Selain itu kompetensi pedagogik menurut diolok‐olok, minder, dsb).
Dwi Siswoyo (2013:118) bukan kompetensi
yang hanya bersifat teknis belaka, yaitu
2. Kompetensi Kepribadiaan melaksanakan landasan-landasan pendidikan;
Setiap perkataan, tindakan, dan tingkah yuridis, filosofis dan ilmiah.
laku positif akan meningkatkan citra diri dan Seorang guru harus memiliki kompetensi
kepribadian seseorang, selama hal itu kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dilakukan dengan penuh kesadaran. Memang dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta,
kepribadian menurut Zakiah Daradjat (1980) dan berakhlak mulia. (1) Kepribadian yang
disebut sebagai sesuatu yang abstrak, sukar Mantap, Stabil, dan Dewasa. Agar dapat
dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui melaksanakan tugasnya dengan baik,
lewat penampilan, tindakan, dan ucapan professional dan dapat
ketika menghadapi suatu persoalan, atau dipertanggungjawabkan, guru harus memiliki
melalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup kepribadian yang mantap, stabil, dan dewasa.
semua unsur, baik fisik maupun psikis. Hal ini penting, karena banyak masalah
Sehingga dapat diketahui bahwa setiap pendidikan yang desebabakan oleh faktor
tindakan dan tingkah laku seseorang kepribadian guru yang kurang yang mantap,
merupakan cerminan dari kepribadian stabil, dan dewasa. Kondisi kepribadian yang
seseorang. Kepribadian akan turut demikian sering membuat guru melakukan
menentukan apakah guru dapat disebut tindakan-tindakan yang tidak professional,
sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, tidak terpuji, bahkan tindakan yang tidak
justru menjadi perusak anak didiknya. senonoh yang merusak citra dan martabat
Kompetensi kepribadian adalah guru. Banyak kasus yang terjadi akibat
kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian guru yang kurang mantap, stabil,
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan dewasa. Misalnya : adanya olnum guru
dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta yang menghamili peserta didiknya, adanya
didik, dan berahlak mulia. Kompetensi oknum guru yang terlibat pencurian,
kepribadian yang mengganmbarkan etika penipuan, dan kasus-kasus lain yang tidak
profesi menurut Slamet PH (2006) terdiri dari pantas dilakukan oleh guru. Karena itulah
Sub-Kompetensi (1) memahami, menghayati, pentingnya guru memiliki kepribadian yang
dan melaksanakan kode etik guru Indonesia; mantap, stabil, dan dewasa. Ujian berat bagi
(2) memberikan layanan pendidikan dengan guru dalam hal kepribadian ini adalah
sepenuh hati, profesional, dan ekspektasi rangsangan yang sering memnacing
tinggi terhadap peserta didiknya; (3) emosinya. Kestabilan emosi amat diperlukan,
menghargai perbedaan latar belakang peserta namun tidak semua orang mampu menahan
didiknya dan berkomitmen tinggi untuk emosi terhadap rangsangan yang
meningkatkan prestasi belajaranya; (4) menyinggung perasaan, dan tentu bahwa tiap
menunujukkan dan mempromosikan nilai- orang mempunyai tempramen yang berbeda.
nilai, norma-norma, sikap, dan perilaku Karena itulah upaya dalam bentuk latihan
positif yang mereka harapkan dari peserta mental akan sangat berguna. Guru yang
didiknya; (5) memeberikan konstribusi mudah marah akan membuat peserta didik
terhadap pengembangan sekolah umumnya takut, dan ketakutan mengakibatkan
dan pembelajaran khususnya; (6) menjadikan kurangnya minat untuk mengikuti
dirinya sebagai bahan integral dari sekolah; pembelajaran serta rendahnya konsentrasi,
(7) bertanggung jawab terhadap prestasinya; karena ketakutan menimbulkan kekuatiran
(8) melaksanakan tugasnya dalam koridor untuk dimarah dan hal ini membelokkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku konsentrasi peserta didik.
dalam koridortata pemerintahan yang baik; (2) Disipil, Arif, dan Berwibawa. Banyak
(9) mengembangkan profesionalisme diri dari peserta didik yang berlaku kurang
melalui evaluasi diri, refleksi, dan senonoh, seperti terlibat dengan video porno,
pemutakhiran berbagai hal terkait tugasnya; narkoba dan pelanggaran lainnya yang
dan (10) memahami, menghayati, dan berangkat dari pribadi yang kurang disiplin.
Oleh karena itu peserta didik harus belajar
disiplin, dan gurulah yang harus memulainya. sekeliling. Terdapat kecenderungan yang
Seorang guru haruslah memiliki pribadi yang sangat besar untuk menganggap bahwa peran
disiplin, arif, dan berwibawa. Hal ini penting ini tidak mudah untuk di tentang, apabila
karena masih sering kita menyaksikan dan ditolak. Menjadi teladan merupakan sifat
mendengar peserta didik yang perilakunya dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika
tidak sesuai bahkan bertentangan dengan seorang guru tidak mau menerima ataupun
sikap moral yang baik. Misalnya : merokok, menggunakannya secara kontruktif maka
rambut gondrong, membolos, tidak telah mengurangi keefektifan pembelajaran.
mengerjakan pekerjaan rumah, membuat Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa
keributan dikelas, melawan guru, berkelahi, yan dilakukan guru akam mendapat sorotan
bahkan tindakan yang menjurus pada hal yang peserta didik serta orang disekitar
bersifat criminal. Dengan kata lain masih lingkungannya yang menganggap atau
banyak peserta didik yang tidak disiplin dan mengakuinya sebagai guru.
menghambat jalannya pembelajaran. Kondisi (4) Berakhlak Mulia. Guru harus
tersebut menuntut guru untuk bersikap Berakhlak Mulia, karena ia adalah seorang
disiplin, arif, dan berwibawa dalam segala penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi
tindakan dan perilakunya, serta senantiasa orang tua meskipun mereka tidak memiliki
mendisiplinkan peserta didik agar dapat latihan khusus sebagai penasehat dan dalam
mndongkrak kualitas pembelajaran. Dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk
pendidikan, mendisiplinkan peserta didik menasehati orang. Banyak guru cenderung
harus dimulai dengan pribadi guru yang menganggap bahwa konseling terlalu banyak
disiplin, arif, dan berwibawa, kita tidak bisa membicarakan klien, seakan-akan berusaha
berharap banyak akan terbentuknya peserta mengatur kehidupan orang, dan oleh
didik yang disiplin dari pribadi guru yang karenanya mereka tidak senang
kurang disiplin, kurang arif, dan kurang melaksanakan fungsi ini. Padahal menjadi
berwibawa. Oleh sebab itu, pentingnya guru pada tingkat manapun berarti menjadi
membina disiplin peserta didik melalui penasehat dan menjadi orang kepercayaan
pribadi guru yang disiplin, arif, dan yang harus berakhlak mulia, kegiatan
berwibawa. Dalam hal ini disiplin harus pembelajaranpun meletakkannya di posisi
ditunjukkan untuk membantu peserta didik tersebut. Peserta didik senantiasa berhdapan
menemukan diri, mengatasi, mencegah dengan kebtuhan untuk membuat keputusan,
timbulnya masalah displin, dan berusaha dan dalam prosesnya akan lari kepada girinya.
menciptakan situasi yang menyenangkan bagi Peserta didik akan menemukan sendiri dan
kegiatan pembelajaran, sehingga peserta didik secara mengherankan, bahkan mungkin
mau menaati segala peraturan yang telah menyalahkan apa yang di temukannya, serta
ditetapkan. Dalam menanamkan disiplin, akan mengadu kepada guru sebagai orang
guru bertanggungjawab mengarahkan, dan kepercayaannya. Makin efektif guru
berbuat baik, menjadi contoh, sabar dan menangani setiap permasalah, makin banyak
penuh pengertian. Guru harus mampu kemungkinan peserta didik berpaling
mendisiplinkan peserta didik dengan penuh kepadanya untuk mendapatkan nasehat dan
kasih sayang, terutama disiplin diri. Membina kepercayaan diri. Dengan berakhlak mulia,
kedisiplinan peserta didik dapat dilakukan guru dalam keadaan bagaimanapun harus
dengan kasih sayang yang dilakukan secara memiliki kepercayaan diri yang tidak
demokratis, yakni dari oleh dan untuk peserta tergoyahkan.
didik, sedangkan guru tut wuri handayani. (5) Menarik. Cara berpakaian guru dalam
(3) Menjadi teladan bagi peserta didik. penampilan menunjukkan sikap dan
Guru professional harus memiliki semua sisi kepribadiannya. Setiap guru mengajarkan
kehidupan yang patut di teladani (Ing ngarso tentang cara berpakaian, di saat itulah guru
sung tulodo), yaitu teladan bagi peserta didik, harus berpenampilan sebagaimana layaknya
orang tua murid, keluarga dan masyarakat seorang guru. Mulai dari ujung rambut dan
ujung kaki siswa selalu memperhatikan dilatih dan dibiasakan beberapa sikap dan
penampilan guru. Apakah rambutnya tersisir prilaku sosial yang baik, antara lain: (1)
rapi atau berantakan, baju dan celan kusut, Empati. Dalam hal ini, para siswa harus
dan sepatu kusam semua ini menjadi dibiasakan memahami kondisi siswa lainnya,
perhatian murid. Cara duduk guru pun sesama satu kelas, atau satu sekolah, yakni
menjadi perhatian siswa. Duduk dalam bisa memahami jiwanya dan bahkan kalau
keadaan tegak maupun condong sedikit bisa mampu memposisikan teman-teman
kehadapan murid menunjukkan guru yang kelasnya atau teman sekolahnya itu menjadi
berminat terhadap muridnya. Guru yang bagian dari dirinya. (2) Partisipasi dalam
duduknya terlalu menyandar di kursi kegiatan kelompok, yakni para siswa harus
menunjukkan guru kurang berminat dalam dibiasakan untuk bisa berpartisipasi dalam
mengajar. Sebaiknya guru dalam keadaan berbagai kegiatan kelompok, apakah kegiata
posisi berdiri dalam mengajar karena dapat akademik, non akademik atau kegiatan-
melihat semua perilaku murid di dalam kelas. kegiatan sosial yang diinisiasi oleh sekolah.
(3) Dermawan, yakni para siswa dilatih untuk
3. Kompetensi Sosial membiasakan diri berbagi dengan yang
Kompetensi sosial berkaitan dengan lainnya. Akan tetapi, berbagi dalam konteks
kemempuan guru sebagai makhluk sosial membiasakan diri menjadi orang dermawan,
dalam berinteraksi dengan orang lain. bukan sebagai penolong sebagaimana
Kemampuan guru berkomunikasi dan sinterklaas, karena belum menjadi orang
berinterakasi secara efektif dan menarik berada, tapi jiwa sosial mereka harus dilatih
dengan peserta didik, sesama pendidik, dan sejak dini, sehingga kelak bisa menjadi orang
tenaga kependidikan, orang tua dan wali dermawan. (4) Berkomunikasi dengan teman
peserta didik, masyarakat sekitar dimana sekelas dan teman sesekolah, yakni para siswa
pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak harus dilatih untuk mau terbuka
berkepentingan dengan sekolah. berkomunikasi dengan teman-teman kelas
Kompetensi sosial menurut Slamet PH mereka atau teman-teman sekolah mereka.
(2006) terdiri dari Sub-Kompetensi (1) Jangan dibiarkan menjadi orang tertutup,
memahami dan menghargai perbedaan serta introvert, atau tidak mau berteman dengan
memiliki kemampuan mengelola konflik dan koleganya sendiri. (5) Negosiasi. Dalam hal
benturan; (2) melaksanakan kerjasama secara ini, para siswa harus dilatih bernegosiasi atau
harmonis dengan kawasan sejawat, kepala tawar menawar satu sama lain, apakah dalam
sekolah dan wakil kepala sekolah, dan pihak- konteks kebutuhan belajar, mengerjakan
pihak terkait lainnya; (3) membangun kerja tugas-tugas bersama, tugas kelompok atau
tim yang kompak; (4) melaksanakan yang lainnya. Pelatihan ini akan
komunikasi (oral, tertulis, tergambar) secara menghasilkan keterampilan take and give,
efektif dan menyenangkan dengan seluruh yakni meminta dan memberi, dalam rangka
warga sekolah, orang tua peserta didik, optimalisasi potensi-potensi hubungan sosial
dengan kesadaran sepenuhnya bahwa untuk mencapai tujuan. (6) Penyelesaian
masing-masing memiliki peran dan tanggung masalah, yakni para siswa harus dilatih
jawab terhadap kemajuan pembelajaran; (5) memiliki keterampilan menyelesaikan
memiliki kemampuan memahami dan masalah. Oleh sebab itu, para siswa harus
menginternalisasikan perubahan lingkungan diberi kesempatan melakukannya dalam
yang berpengaruh terhadap tugasnya; (7) konteks yang lebih nyata dengan cara belajar
melaksanakan prinsip-prinsip tata kelola yang berbasis kasus. Dengan demikian, kelak
baik (misalnya: partisipasi, transparansi, ketika mereka menjadi profesional sudah
akuntabilitas, penegakan hukum, dan memiliki bekal keterampilan penyelesaian
profesionalisme). masalah yang lebih saintifikkarena dihasilkan
Sharon A. Lynch & Cynthia G. Simpson lewat latihan terbimbing oleh guru.
menjelaskan bahwa para siswa sebaiknya
Terkait hal itu, Heejeong Sophia Han& kuat tentang tujuan dalam hidup mereka, akan
Kristen Mary Kemple, mengatakan memiliki sikap positif dalam bergaul dengan
setidaknya terdapat enam aspek kompetensi orang lain, dan akan mampu mengantisipasi
sosial yang harus dilatihkan guru kepada para kesuksesan dalam kehidupan mereka. Pada
siswanya. Tujuannya agar para siswa siap akhirnya, akseptabilitas dan sukses mereka
meraih kesuksesan dalam profesi maupun menunjukkan bahwa harga diri dan
kehidupan sosial mereka. Keenam aspek kompetensi mereka meningkat. Sebaliknya,
tersebut adalah sebagai berikut: (1) Self- anak-anak dengan harga diri yang rendah,
regulation, yakni kemampuan mengelola akan terjebak dan lingkaran kegagalan dan
emosi. Para siswa harus dilatih dalam pearasaan penolakan. Guru-guru pada
mengelola emosi agar mampu melakukan pendidikan prasekolah, memegang peran
interaksi sosial dengan sesama teman sekelas, penting dalam meningkatkan self-identity
teman sesekolah dan juga dalam komunikasi pada para siswanya. (4) Kompetensi Kultural.
dengan para guru dan staf sekolah/madrasah. Pada hal ini, para siswa harus dilatih untuk
Aspek-aspek emosi yang harus dilatihkan meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
kepada para siswa agar menjadi orang-orang tentang respek terhadap orang lain dan
sukses dalam profesi mereka kelakdan dalam kemampuan berinteraksi secara efektif dan
interaksi sosial mereka, antara lain adalah, nyaman dengan orang-orang dari berbagai
sikap impulsif (bersikap/bertindak etnik, ras, agama dan budaya yang berbeda.
berdasarkan insting dan tidak pada logika). Selain itu, para siswa juga harus dilatih
Jika ada siswa yang impulsif harus dilatih agar mempertanyakan perlakuan yang tidak fair
lebih bersikap tenang dan mampu mengontrol dari kelompok lain, serta melakukan sesuatu
emosi mereka, sehingga bisa bertindak dan untuk memperoleh keadilan. Para siswa juga
mengambil putusan secara lebih rasional. harus dilatih melakukan cultural sharing
Mampu mengontrol emosi untuk tidak cepat dengan sesama, dan mengetahui mana yang
puas ketika mencapai dan memperoleh boleh untuk di-sharing dengan orang lain, dan
sebuah prestasi, mampu menolak godaan dan mana yang tidak boleh. Dan dalam aspek apa
menangkal tekanan dari sesama teman. mereka bisa saling mengajar satu sama lain,
Mampu memahami dan merefleksi perasaan apa yang bisa dikatakan dan apa yang tidak
seseorang serta mampu melakukan kontrol bisa dikatakan. Lemahnya pemahaman
terhadap diri sendiri. (2) Kemampuan untuk budaya masing-masing, sangat potensial
memahami orang lain. Dalam hal ini, setiap untuk terjadi salah pengertian satusama lain.
siswa harus dilatih untuk mampu memahami (5) Mengadopsi nilai-nilai sosial. Dalam hal
perasaan dan kebutuhan orang lain, ini siswa harus dibelajarkan untuk bisa
menyampaikan pemikiran dan gagasannya mengadopsi beberapa nilai sosial, seperti
sendiri, mengatasi masalah, dan melakukan sikap peduli, kesamaan dan keadilan,
kerjasama dan bernegosiasi. Selain itu, siswa kejujuran, tanggung jawab, pola hidup sehat,
juga dilatih menyampaikan perasaannya, dan fleksibilitas dalam implementasi
membaca situasi sosial secara akurat, tindakan-tindakan sosial.
menyesuaikan berbagai sikap dan tindakan Berbagai pengalaman yang dicatat para
agar sesuai dengan tuntutan situasi, serta akademisi ini memperlihatkan adanya tiga
menginisiasi dan memelihara pertemanan. (3) aspek yang terkait langsung dengan
Identitas diri yang positif. Pada aspek ini, para pengembangan kompetesi sosial pada siswa.
siswa harus dilatih meningkatkan kebaikan Pertama, kompetensi emosional yang
dirinya sehingga memiliki identitas positif berbentuk sebuah keyakinan akan sesuatu
dan mampu meningkatkan efektifitas relasi yang baik untuk dikerjakan. Kedua, aspek
sosial dengan orang lain. Mereka yang kekuatan eksternal yang mendorong atau
memiliki self-identity yang baik, seperti bahkan memaksa setiap orang untuk berbuat
perasaan kemampuan, rasa kekuatan diri, benar di tengah-tengah masyarakat
harga diri yang baik, dan memiliki rasa yang berdasarkan sebuah kesepakatan tentang
kebenaran yang dianutnya. Ketiga, mata pelajaran yang tertera dalam Peraturan
kemampuan menjalin relasi sosial, baik dalam Menteri serta bahan ajar yang ada dalam
kehidupan profesi maupun kemasyarakatan. kurikulumntingkat satuan pendidikan
Sejalan dengan itu, Michaelene M. Ostrosky (KTSP); (3) memahami struktur, konsep, dan
& Hedda Meadan mengatakan, agar bisa metode keilmuan yang menaungi materi ajar;
berinteraksi dalam kelompok sosial di (4) memahami hubungan konsep antar mata
kelasnya dan sekolahnya, setiap siswa harus pelajaran terkait ; dan (5) menerapkan
memiliki beberapa kompetensi sebagai konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan
berikut: (1) Harus memiliki rasa percaya diri sehari-hari. Peranan guru sangat menentukan
yang baik; (2) Harus memiliki kemampuan keberhasilan proses pembelajaran, guru yang
mengembangkan relasi sosial dengan teman digugu dan dituru adalah suatu profesi yang
sekelas, dan teman kegiatan kurikuler, ko- mengutamakan intelektualitas, kepandaian,
kurikuler dan juga ekstra kurikuler; (3) Harus kecerdasan, keahlian berkomunikasi,
memiliki kemampuan untuk fokus dalam kebijaksanaan dan kesabaran tinggi.
mengerjakan tugas-tugas sekolah,sehingga Pentingnya kompetensi guru menurut
menghasilkan pekerjaan yang sesuai dengan Hamalik (2004) bagi dunia pendidikan antara
yang diharapkan; (4) Selalu bisa mendatangi lain: (1) kompetensi guru sebagai alat
dan mendengarkan arahan-arahan guru penerimaan guru Perlu ditentukan secara
kepala sekolah/madrasah; (5) Memiliki umum jenis kompetensi apakah yang perlu
kemampuan dalam menyelesaikan masalah dipenuhi sebagai syarat agar orang dapat
dalam konteks sosial mereka; dan, (6) Bisa menjadi guru. Dengan adanya syarat sebagai
berkomunikasi secara efektif. kriteria penerimaan calon guru, maka akan
terdapat pedoman bagi administrator dalam
4. Kompetensi Profesional memilih mana yang diperlukan untuk satu
Guru adalah salah satu faktor penting sekolah. Asumsi yang mendasari kriteria ini
dalam penyelanggaraaan pendidikan di adalah bahwa setiap calon guru yang
sekolah. oleh karena itu meningkatkan mutu memenuhi syarat tersebut, diharapkan atau
pendidikan, berarti juga meningkatkan mutu diperkirakan bahwa calon guru tersebut akan
guru. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 berhasil mengemban tugasnya selaku
pasal 1 ayat (1) menyatakan guru adalah pengajar di sekolah.; (2) kompetensi guru
pendidik profesional dan tugas utama penting dalam rangka pembinaan guru Jika
mendidik, mengajar, membimbing, telah ditentukan jenis kompetensi guru yang
mengarahkan, melatih, menilai, dan diperlukan, maka atas dasar ukuran itu akan
mengevaluasi peserta didik anak usia dini dapat diobservasi dan ditentukan guru yang
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, telah memiliki kompetensi penuh dan guru
dan pendidikan menengah. Sebagai seoran yang masih kurang memadai kompetensinya.
profesional guru harus memiliki kompetensi Informasi tentang hal ini sangat diperlukan
keguruan yang cukup. oleh para administrator dalam usaha
Kompetensi profesional adalah pembinaan dan pengembangan terhadap para
penguasaan materi pembelajaran secara luas guru.; (3) kompetensi guru penting dalam
dan mendalam, yang mencakup penguasaan rangka penyusunan kurikulum Kurikulum
materi kurikulum mata pelajaran di sekolah pendidikan guru harus disusun atas dasar
dan subtansi keilmuan yang menaungi kompetensi yang diperlukan oleh setiap guru.
materinya, serta penugasan terhadap struktur Tujuan program pendidikan, sistem
dan metodelogi keilmuannya. Kompetensi penyampaian, evaluasi dan sebagainya
profesional berkaitan dengan bidang studi hendaknya direncanakan sedemikian rupa
menurut Slamet PH (2006) terdiri dari Sub- agar relevan dengan tuntutan kompetensi guru
Kompetensi (1) memahami mata pelajaran secara umum. Dengan demikian diharapkan
yang telah dipersiapkan untuk mengajar; (2) guru tersebut mampu menjalankan tugas dan
memahami standar kompetensi dan standar isi tanggung jawabnya sebaik mungkin; (4)
kompetensi guru penting dalam hubungan belakang pendidikan sesuai dengan bidang
dengan kegiatan dan hasil belajar peserta tugas; (4) memiliki kompetensi yang
didik Proses belajar mengajar dan hasil diperlukan sesuai dengan bidang tugas; (5)
belajar para peserta didik bukan saja memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan
ditentukan sekolah, pola struktur dan isi tugas keprofesionalan; (6) memperoleh
kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
ditentukan oleh kompetensi profesional guru prestasi kerja; (7) memiliki kesempatan untuk
yang mengajar dan membimbing mereka. mengembangkan keprofesionalan secara
Guru yang kompeten akan lebih mampu berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
menciptakan lngkungan belajar yang efektif, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum
menyenangkan, dan akan lebih mampu dalam melaksanakan tugas keprofesionalan;
mengelolah kelasnya sehingga belajar para dan (9) memiliki organisasi profesi yang
peserta didik akan lebih optimal. mempunyai kewenangan mengatur hal-hal
Menurut Sanjaya (2008) kompetensi yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
profesional adalah kompetensi atau guru.
kemampuan yang berhubungan dengan Definisi lain diungkapkan oleh BSNP
penyelesaian tugas-tugas keguruan. (2009) dalam jurnal Syahruddin, dkk (2013)
Kompetensi ini merupakan kompetensi yang yaitu: “Professional competence can be
sangat penting, sebab langsung berhubungan defined as the teachers’ capability to master
dengan kinerja yang ditampilkan. Oleh karena their subjects in-depth and the way to
itu, tingkat keprofesionalan seorang guru appropriately deliver it to the students”
dapat dilihat dari kompetensi ini. Beberapa Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik
kemampuan yang berhubungan dengan kesimpulan bahwa kompetensi profesional
kompetensi ini diantaranya: (1) kemampuan guru adalah kemampuan dan keahlian khusus
untuk menguasai landasan kependidikan; (2) dalam bidang keguruan yang dimiliki guru
pemahaman dalam bidang psikologi sehingga ia mampu melakukan tugas dan
kependidikan; (3) kemampuan dalam fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
penguasaan materi pelajaran sesuai dengan maksimal sehingga memungkinkan guru
bidang studi yang diajarkan; (4) kemampuan dapat membimbing peserta didik memenuhi
dalam mengaplikasikan berbagai metodologi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan Standar Nasional Pendidikan.
merancang dan memanfaatkan berbagai Guru yang dinilai kompoten secara
media dan sumber belajar; (6) kemampuan profesional apabila: (1) guru tersebut mampu
dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran; mengembangkan tanggung jawab dengan
(7) kemampuan dalam menyusun program sebaik-baiknya; (2) guru tersebut mampu
pembelajaran; (8) kemampuan dalam melaksanakan peranan-peranannya secara
melaksanakan unsur-unsur penunjang; (9) berhasil; (3) guru tersebut mampu bekerja
kemampuan dalam melaksanakan penelitian dalam usaha mencapai tujuan pendidikan
dan berfikir ilmiah untuk meningkatkan sekolah; (4) guru tersebut mampu
kinerja. melaksanakan peranannya dalam proses
Pasal 7 ayat (1) Undang-undang Republik mengajar dan belajar dalam kelas.
Indonesia nomor 14 tahun 2005 menyatakan
bahwa profesi guru dan profesi dosen PENUTUP
merupakan bidang pekerjaan khusus yang Seorang pendidik diwajibkan
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai memberikan contoh yang baik kepada anak
berikut: (1) memiliki bakat, minat, panggilan didiknya, oleh karena itu pendidik harus
jiwa, dan idealisme; (2) memiliki komitmen memiliki sikap dan kepribadian yang utuh
untuk meningkatkan mutu pendidikan, yang dapat dijadikan panutan tokoh idola
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia; (3) dalam seluruh segi hidupnya. Selain itu
memiliki kualifikasi akademik dan latar sebagai seorang pendidik harus bisa
memenuhi keempat kompetensi yang telah guru. Jurnal Kependidikan:
ditetapkan yaitu kompetensi pedagogik, Penelitian Inovasi
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, Pembelajaran,45(2).
dan kompetensi profesional. https://journal.uny.ac.id/index.php/
jk/article/view/7500
DAFTAR PUSTAKA
Sagala, Syaiful. 2009. Kemampuan Rudiyati, S. (2013). Peningkatan
Profesional Guru dan Tenaga Kompetensi Guru Sekolah Inklusif
Kependidikan. Bandung: Alfabeta. dalam Penanganan Anak
Berkebutuhan Pendidikan Khusus
Siswoyo, Dwi,dkk. 2013. Ilmu Pendidikan. Melalui Pembelajaran
Yogyakarta: UNY Press. Kolaboratif. Jurnal Cakrawala
Pendidikan, (2).
Pidarta, Made. 2007. Landasan https://journal.uny.ac.id/index.php/
Kependidikan. Jakarta: PT Rineka cp/article/view/1488
Cipta.
Susanto, A. T., & Muhyadi, M. PERAN
Hamalik, Oemar. 2009. Pendidikan Guru KEPALA SEKOLAH DALAM
Berdasarkan Pendekatan PENGEMBANGAN
Kompetensi. Jakarta: PT Bumi KOMPETENSI GURU DI
Askara. SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA NEGERI. Jurnal
Suprihatiningrum, Jamil. 2014. Guru Akuntabilitas Manajemen
Profesional: Pedoman Kinerja, Pendidikan, 4(2), 151-163.
Kualifikasi & Kompetensi Guru. https://journal.uny.ac.id/index.php/
Yogyakarata: Ar-Ruzz Media. jamp/article/view/8029

Mustadi, A. (2013). Competency-Task Dahlan, Ahmad. 2017. Pengertian,


Based Curriculum Design dalam Peranan serta Indikator
Pembelajaran Bahasa Inggris di Kompetensi Profesional Guru.
PGSD. DIDAKTIKA, 4(1). Online:http://www.eurekapendidik
https://journal.uny.ac.id/index.php/ an.com/2017/06/kompetensi-
didaktika/article/view/2980/2484 profesional-guru.html

Setiawan, D., & Sitorus, J. URGENSI Rosyada, Dede. 2016. Guru Harus
TUNTUTAN Memiliki Kompetensi Sosial yang
PROFESIONALISME DAN Baik.
HARAPAN MENJADI GURU Online:http://www.uinjkt.ac.id/gur
BERKARAKTER (Studi Kasus: u-harus-memiliki-kompetensi-
Sekolah Dasar dan Sekolah sosial-yang-baik/
Menengah Pertama di Kabupaten
Batubara). Jurnal Cakrawala
Pendidikan, 36(1), 122-129.
https://journal.uny.ac.id/index.php/
cp/article/view/11382

Fransisca, L., & Ajisuksmo, C. R. (2015).


Keterkaitan antara moral knowing,
moral feeling, dan moral behavior
pada empat kompetensi dasar

Anda mungkin juga menyukai