Anda di halaman 1dari 13

PENGEMBANGAN PROFESI KEGURUAN

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah


“Etika dan Profesi Keguruan”

Dosen Pengampu :
Rosita Mubadillah, M.Pd

Disusun Oleh :
Muhammad Ulinnuha (202200107)
Nadila (202200109)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
2022-2023
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Guru memiliki peran yang sangat esensial bagi mutu pendidikan di Indonesia
karena guru menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya proses
pembelajaran disamping kurikulum dan sarana prasarana. Guru memiliki tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama
tersebut akan menjadi efektif apabila guru memiliki derajat profesionalitas tertentu
yang meliputi kompetensi yang harus dimiliki guru disertai dengan kode etik tertentu.
Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 kompetensi yang harus dimiliki guru
meliputi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional. keempat kompetensi tersebut dalam praktiknya
merupakan satu kesatuan yang utuh. Guru profesional sudah seyogyanya mampu
menguasai keempat kompetensi tersebut.
Belakangan ini, kualitas guru dan Pendidikan guru sudah menjadi perhatian
publik yang memiliki kebijakan mendorong dan akreditasi. Pendidikan adalah salah
satu kegiatan sosial yang paling penting dalam kehidupan manusia. Guru dan
pendidik memainkan peran penting dalam mendukung dan memotivasi siswa. Mereka
harus selalu memperbaiki diri untuk memiliki mutu yang baik di bidang yang mereka
ajarkan. Namun melihat fenomena yang ada sekarang, masih banyak ditemukan kasus
yang mencerminkan masih rendahnya tingkat profesionalitas guru di Indonesia.
Salah satunya, masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran
yang monoton tanpa adanya inovasi dalam pembelajaran, masih banyak guru yang
belum mempunyai kualifikasi S1 dan masih banyak persoalan lainnya. Pengembangan
guru di Indonesia juga masih rendah. Banyak guru-guru dalam bidang skill
(kemampuan mengajar) masih kurang, pengembangan dan peningkatan organisasi
serta kurangnya pengembangan dan peningkatan keperibadian (motivasi berprestasi).
Padahal peran guru demikian penting dalam peningkatan mutu pendidikan.
RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan pengembangan profesi keguruan?
2. Bagaimana sikap profesional seorang guru?
3. Bagaimana pengembangan profesi keguruan?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pengembangan Profesi Keguruan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Pengembangan bisa diartikan
dengan proses atau perbuatan mengembangkan.Sedangkan menurut UU no 18
tahun 2002, Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti
kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi bisa diartikan dengan bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian keterampilan, kejuruan, tertentu.
Selain istilah profesi kita mengenal istilah profesional, profesionalisme, dan
profesionalisasi. Ketiga istilah tersebut memiliki definisi masing-masing. Untuk
membedakan ketiga istilah tersebut sebagai berikut:
Profesional merujuk pada dua hal yaitu orang yang menyandang suatu profesi
dan kinerja dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.
Profesionalisme dapat diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi
untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus
mengembangkan strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai
dengan profesinya itu. Sedangkan profesionalisasi merupakan proses peningkatan
kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi untuk
mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan
oleh profesinya itu.
Sedangkan keguruan sendiri dalam kamus Besar Bahasa Indonesia bisa
diartikan perihal yang menyakut dengan pengajaran, dan metode pengajaran.
Dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Profesi keguruan
adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini, jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah.
Urgensi program pengembangan guru sendiri didasarkan pada sebuah asumsi
bahwa tidak semua guru dan tenaga kependidikan yang dihasilkan telah
memenuhi kriteria guru profesional. Dengan asumsi-asumsi tersebut, agar guru
dapat memberikan kontribusinya secara maksimal bagi pencapaian tujuan
pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, maka harus ada upaya
pengembangan profesi guru yang dilakukan secara bertahap dan
berkesinambungan (terus-menerus). Kegiatan pembinaan dan pengembangan
profesi guru dilakukan atas prakarsa pemerintah, pemerintah daerah,
penyelenggara satuan pendidikan, asosiasi guru, dan guru secara pribadi.
Pemerintah idealnya berperan aktif dalam upaya pengembangan profesi guru
seperti dalam UU Nomor 14 tahun 2005 bahwasanya pemerintah berkewajiban
untuk memberikan dana dalam rangka membina dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensi guru agar terbentuk guru yang profesional dan
mumpuni dari segi kompetensi. Secara pribadi, seorang guru seharusnya
memposisikan diri sebagai guru pembelajar. Dimana ia akan selalu berusaha
mengupgrade kapasitas dirinya dengan proses belajar mandiri sehingga
pengetahuan dan skill yang dimiliki semakin terasah dan memenuhi kriteria
sebagai guru yang profesional.1
B. Sikap profesional
a. Konsep sikap profesional
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan kepada penguasaan
ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi penerapannya.
Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan sekadar
pengetahuan, teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya
memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang
dipersyaratkan.
Profesional juga bisa diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar
mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Jadi profesional menunjuk pada dua hal
yakni orang yang melakukan pekerjaan dan penampilan atau kinerja orang
tersebut dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya.
Jadi Guru profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya
adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar.
Sehingga guru secara terus-menerus perlu mengembangkan pengetahuannya
1
Ayu Dwi Kesuma Putri and Nani Imaniyati, ‘Pengembangan Profesi Guru Dalam Meningkatkan Kinerja
Guru’, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2.2 (2017), 93 <https://doi.org/10.17509/jpm.v2i2.8109>.
tentang bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Perwujudannya, jika
terjadi kegagalan pada peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan akar
penyebabnya dan mencari solusi bersama peserta didik, bukan
mendiamkannya atau malahan menyalahkannya. Sikap yang harus senantiasa
dipupuk adalah kesediaan untuk mengenali diri dan kehendak untuk
memurnikan keguruannya serta mau belajar dengan meluangkan waktu untuk
menjadi guru. Seorang guru yang tidak bersedia belajar, tidak mungkin
kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggan atas keguruannya
adalah langkah untuk menjadi guru yang profesional. Kualiatas
profesionalisme guru ditunjukkan oleh 5 sikap, yakni:
1) Keinginan untuk selalu menampilkan perilaku yang mendekati standar
ideal.
2) Meningkatkan dan memelihara citra profesi
3) Keinginan untuk senantiasa mengejar kesempatan pengembangan
professional yang dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas
pengetahuan dan keterampilannya
4) Mengejar kualitas dan cita-cita dalam profesi
5) Memiliki kebanggaan terhadap profesinya
Guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan
dengan kemampuan tinggi (profesiensi) sebagai sumber kehidupan. Dalam
menjalankan kewenangan profesionalnya, guru dituntut memiliki
keanekaragaman kecakapan (competencies) psikologis yang meliputi:
Kompetensi kognitif (kecakapan ranah cipta), Kompetensi afektif (kecakapan
ranah rasa), dan Kecakapan psikomotor (kecakapan ranah karsa). Predikat
guru professional dapat dicapai dengan memiliki 4 karakteristik professional,
yaitu:
1) Kemampuan profesional (professional capacity), yaitu kemampuan
intelegensi sikap, nilai, dan keterampilan serta prestasi dalam
pekerjaannya.
2) Kompetensi upaya profesional (professional effort), yaitu kompetensi
untuk membelajarkan siswanya.
3) Profesional dalam pengelolaan waktu (time devotion)
4) Imbalan profesional (professional rent) yang dapat menyejahterakan
diri dan keluarganya.
b. Ciri-ciri Guru Profesional
GPM (Gugus Penjaminan Mutu) memiliki ciri-ciri sebagai professional
sungguhan. Ciri-ciri itu terefleksi dari perilaku kesehariannya sebagai GPM,
yang menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Termasuk
dalam kerangka ini, pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan
keilmuan yang dimiliki oleh seorang penyandang profesi.
2. Memiliki pengetahuan spesialisasi.
3. Menjadi anggota organisasi profesi.
4. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang
lain.
5. Memiliki Teknik kerja yang dapat dikomunikasikan.
6. Memiliki kode etik
7. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas
8. Budaya profesional
c. Prinsip profesional
Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum
pada pasal 5 ayat 1, yaitu: ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang
pekerjaan khusus yang memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai
berikut:
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya.
3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
4. Mematuhi kode etik profesi.
5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara
berkelanjutan.
8. Memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
profesionalnya.
9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum.
Lebih lanjut dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, pasal 28 menyebutkan bahwa ”pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional”.2
d. Faktor-faktor Penyebab Rendahnya Profesionalisme Guru
Menurut Ani M. Hasan (2003), faktor-faktor yang menyebabkan
rendahnya profesionalisme guru antara lain:
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.Hal ini
disebabkan oleh banyak guru yang bekerja diluar jam kerjanya untuk
memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari sehingga waktu untuk membaca
dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada.
b. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai
pencetak guru yang lulusannya asal jadi tanpa memperhitungkan
outputnya kelak di lapangan sehingga menyebabkan banyak guru yang
tidak patuh terhadap etika profesi keguruan.
c. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru
tidak dituntut untuk meneliti sebagaimana yang diberlakukan pada dosen
di perguruan tinggi.
C. Pengembangan profesi guru
1. Strategi pengembangan profesi Guru
Seorang Guru berperan penting dalam mencerdasakan bangsa sebagai sentral
Pendidikan. Mengembangkan potensi Guru bukan sesuatu yang mudah, maka
diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menciptakan Suasana yang kondusif
bagi pengembanagan profesi Guru. Adapun beberapa strategi yang dilakukan
untuk menciptakan situasi yang kondusif sebagai berikut:
1) Strategi Perubahan Paradigma
Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi agar
menjadi mampu mengembangkan diri sendiri sebagai institusi yang
berorientasi pelayanan, bukan dilayani. Strategi perubahan paradigma
dapat dilakukan melalui pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan
peran dan fungsi birokrasi dalam kontek pelayanan masyarakat.

2
Jennifer Brier and lia dwi jayanti, (2020), 1–9
<http://journal.umsurabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203>.
2) Strategi Debirokratisasi
Yaitu strategi untuk mengurangi tingkatan birokrasi yang dapat
menghambat pada pengembangan diri guru. Strategi ini dapat dilakukan
dengan cara mengurangi dan menyederhanakan berbagai prosedur yang
dapat menjadi hambatan bagi pengembangan diri Guru serta menyulitkan
bagi masyarakat.
Untuk melakukan profesionalisasi ada tiga pengembangan yang
ditawarkan oleh R.D. Lansbury yang dapat dijadikan sebagai kerangka
dalam merumuskan strategi pengembangan yakni:
a) Pendekatan karakteristik, berupaya memunculkan karakter yang
melekat dalam suatu profesi, sehingga profesi itu benar-benar
dijalankan sesuai dengan tuntunan profesional.
b) Pendekatan institusional, yaitu pendekatan yang lebih memandang
profesionalitas sebagai suatu proses konstitusional atau
perkembangan asosional.
c) Pendekatan legalistik, merupakan upaya profesionalisasi yang
menekankan pada adanya pengakuan suatu profesi oleh negara.
2. Prinsip pengembangan profesi guru
Menurut Sudarwan Danim menyebutkan ada dua prinsip pengembangan
profesi guru yaitu prinsip umum dan khusus. Prinsip umum pengembangan Guru
sebagai berikut:
1) Demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung
tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan
bangsa.
2) Satu kesatuan yang sitematis dengan sistem yang terbuka dan multimakna.
3) Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru yang berlangsung
sepanjang hayat.
4) Memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan
kreativitas guru dalam proses pembelajaran.
Prinsip khusus atau operasional pengembangan profesi guru meliputi hal
sebagai berikut:
1) Ilmiah, materi harus benar dan dapat dipertanggung jawabkan.
2) Relevan, berorientasi pada tugas pokok dan fungsi guru sebagai
professional.
3) Sistematis, setiap komponen dalam kompetensi guru berhubungan secara
fungsional.
4) Konsisten, hubungan yang ajeg dan taat asas antar kompetensi dan
indikator
5) Aktual dan kontekstual
6) Fleksibel
7) Demokratis, guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan
dengan proses pembinaan dan pengembangan profesionalitas
8) Objektif, mengacu pada hasil penilaian yang dilaksanakan berdasarkan
indikator terukur dari kompetensi profesinya.
9) Komprehensif
10) Mandiri
11) Professional
12) Bertahap
13) Berjenjang
14) Berkelanjutan
15) Accountable
16) Efektif
17) Efisien
Inisiatif pengembangan keprofesian guru idealnya banya berasal dari
Prakarsa Lembaga dengan proses pembiasaan, yang kemudian guru dapat
tumbuh dengan sendirinya.3
3. Jenis-jenis Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
1) Pendidikan dan pelatihan
a. In-house training (IHT)
Ialah pelatihan yang dilaksanakan secara internal dikelompok kerja
guru, sekolah, atau tempat lain yang ditetapkan untuk
menyelanggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT
dilakukan berdasarkan pemikiran bahwa sebagian kemampuan dalam
meningkatkan kompetensi dan karier guru tidak harus dilakukan secara
eksternal, tetapi bisa juga secara internal. Diharapkan program ini dapat
menghemat waktu dan biaya.
b. Program Magang
3
Heri Susanto, Buku Profesi Keguruan, 2020.
Merupakan pelatihan yang dilaksanakan di dunia kerja atau industri
yang relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi professional
Guru. Program ini diperuntukkan bagi Guru dan dilakukan selama
periode tertentu seperti magang di sekolah.
c. Kemitraan sekolah
Pelatihan ini dapat dilaksanakan antara sekolah yang baik dan sekolah
yang kurang baik, antara sekolah negeri atau sekolah swasta.
Pembinaan mitra sekolah ini dilakukan agar terjadi transfer nilai-nilai
kebaikan dari beberapa keunikan dan kelebihan yang dimiliki mitra
kepada mitra yang lain.
d. Belajar jarak jauh
Pelatihan ini dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan
peserta pelatihan dalam satu tempat, melainkan dengan sistem
pelayihan internet dan sejenisnya. Pelatihan ini dipertimbangkan bahwa
tidak semua Guru terutama didaerah yang tepencil dapat mengikuti
pelatihan di kota kabupaten.
e. Pelatihan berjenjang khusus
Dilaksanakan di Lembaga-lembaga pelatihan yang berwenang, dimana
program disusun secara berjenjang mulai dari jenjang dasar, menengah,
lanjut dan tinggi. Jenjang disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan
jenis kompetensi.
f. Kursus singkat di perguruan tinggi atau Lembaga Pendidikan lain.
Dimaksudkan untuk melatih meningkatkan kemampuan guru dalam
beberapa kemampuan melakukan tindakan kelas, menyusun karya
ilmiah dan mengevaluasi pembelajaran.
g. Pembinaan internal oleh sekolah
Dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guru-guru yang memiliki
kewenangan membina, melalui rapat dinas, rotasi tugas, mengajar,
pemberian tugas internal tambahan, dan diskusi rekan sejawat.
h. Pendidikan lanjut
Pembinaan guru melalui pendidikan lanjut juga merupakan alternatif
bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan
guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan
memberikan tugas belajar baik dalam maupun luar negeri bagi guru
yang berprestasi.
2) Non -pendidikan dan pelatihan.
a. Diskusi masalah pendidikan
Diskusi ini diselenggarakan secara berkala dengan topik diskusi sesuai
dengan masalah yang dialamai sekolah. melalui diskusi berkala
diharapkan para guru dapat memecahkan masalah yang dihadapi
berkaitan dengan proses pembelajaran di sekolah ataupun masalah
peningkatan kompetensi dan pengembangan kariernya.
b. Seminar

Pengikutsertaan guru dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi


ilmiah juga dapat menjadi model pembinaan berkelanjutan bagi
peningkatan keprofesian Guru.

c. Workshop
kegiatan ini dilakukan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat
bagi pembelajaran, peningkatan kompetensi mauapun pengembangan
kariernya. Workshop dapat dilakukan,misalnya dalam kegiatan
menyusun KTSP, analisis kurikulum, pengembangan silabus,
sertapenulisan rencana pembelajaran.

d. Penelitian

Penelitian dapat dilakukan guru dalam bentuk penelitian tindakan kelas,


penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan
mutu pembelajaran.
e. Penulisan buku/ bahan ajar.

Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk diktat, buku pelajaran,
ataupun buku dalam bidang pendidikan.
f. Pembuatan media pembelajaran.

Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat
praktikum sederhana, maupun bahan ajar elektronik atau animasi
pembelajaran.
g. Pembuatan karya teknologi/ karya seni.
Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat berupa karya yang
bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni
yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat.4

ANALISIS
Pengembangan profesionalitas guru didefinisikan sebagai upaya yang
dilakukan untuk meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru yang
menyangkut kemampuan guru, baik penguasaan materi ajar atau penguasaan
metodologi pengajaran, serta sikap keprofesionalan guru menyangkut motivasi dan
komitmen guru dalam menjalankan tugas sebagai guru.
Guru profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi
yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam belajar. Sehingga, guru
secara terus-menerus perlu mengembangkan pengetahuannya tentang bagaimana
seharusnya peserta didik itu belajar. Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada
peserta didik, guru terpanggil untuk menemukan akar penyebabnya dan mencari
solusi bersama peserta didik, bukan mendiamkannya atau malahan menyalahkannya.
Sikap yang harus senantiasa dipupuk adalah kesediaan untuk mengenali diri dan
kehendak untuk memurnikan keguruannya serta mau belajar dengan meluangkan
waktu untuk menjadi guru.
Strategi dalam pengembangan profesionalitas dapat dirumuskan ke dalam tiga
level yaitu:  pertama  upaya-upaya profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara
pribadi agar mereka dapat meningkatkan kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa
bantuan pihak lain. Dengan kata lain dapat dikatakan sebagai pelatihan
mandiri. Kedua, pengembangan yang dilakukan oleh manajemen lembaga
melalui berbagai kebijakan manajerial yang dilakukan. Kedua level ini dapat
diaktegorikan dalam strategi mikro pengembangan profesional guru. Sedangkan level
ketiga  adalah upaya pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab
pemerintah dan masyarakat secara luas dalam kerangka manajemen pendidikan
nasional.

4
Ryan, Cooper, and Tauer. Toward a Media History of Documents, 2013.
DAFTAR PUSTAKA

Ryan, Cooper, and Tauer,Toward a Media History of Documents, 2013

Putri, Ayu Dwi Kesuma, and Nani Imaniyati, ‘Pengembangan Profesi Guru Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru’, Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 2 (2017), 93
<https://doi.org/10.17509/jpm.v2i2.8109>

Brier, Jennifer, and lia dwi jayanti,(2020), 1–9


<http://journal.umsurabaya.ac.id/index.php/JKM/article/view/2203>

Susanto, Heri, Buku Profesi Keguruan, 2020

Anda mungkin juga menyukai