Disusun Oleh:
Kelompok VI
NURFADILAH TAQDIR_2101402006
ASWA NOVIANTI LARASATI A_2101402023
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas Rahmat dan hidayah-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pembinaan Profesi Keguruan” tepat
waktu. Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Etika Dan Profesi Keguruan.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang profesi keguruan bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Muhammad Ilyas, M.Pd.
selaku dosen Mata Kuliah Etika Dan Profesi Keguruan. Ucapan terimakasih juga
disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya makalah ini. Penulis
menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
Guru memiliki peran yang sangat esensial bagi mutu pendidikan di Indonesia karena guru
menjadi salah satu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pembelajaran
disamping kurikulum dan sarana prasarana. Guru memiliki tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, dan mengevaluasi peserta didik. Tugas utama tersebut akan menjadi efektif
apabila guru memiliki derajat profesionalitas tertentu yang meliputi kompetensi yang harus
dimiliki guru disertai dengan kode etik tertentu. Menurut Undang-undang Nomor 14 tahun 2005
kompetensi yang harus dimiliki guru meliputi meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
dalam praktiknya merupakan satu kesatuan yang utuh. Guru profesional sudah seyogyanya
Dalam kaitannya dengan mutu pendidikan, kompetensi guru memiliki hubungan yang positif.
Semakin guru menguasai kompetensi minimal yang harus dimilikinya maka mutu pendidikan di
Indonesia juga akan meningkat. Namun melihat fenomena yang ada sekarang, masih banyak
ditemukan kasus yang mencerminkan masih rendahnya tingkat profesionalitas guru di Indonesia.
Salah satunya dapat dilihat dari masih banyak guru yang menggunakan metode pembelajaran
yang monoton tanpa adanya inovasi dalam pembelajaran, masih benyak guru yang belum
mempunyai kualifikasi S1dan masih banyak persolan lainnya. Pengembangan guru di Indonesia
juga masih rendah. Banyak guru-guru dalam bidang skill (kemampuan mengajar) masih kurang,
peningkatan keperibadian (motivasi berprestasi). Padahal peran guru demikian penting dalam
peningkatan mutu pendidikan. Secara kuantitatif jumlah tenaga guru telah cukup memadai,
tetapi mutu serta profesionalismenya belum sesuai dengan harapan. Guru bukan hanya sekedar
profesi. Guru bukan hanya mengajarkan materi dan memberikan 2 penilaian. Dalam proses
penyampaian materi itu sendiri memerlukan teknik dan seni sebagai hasil dari perpaduan
kompetensi yamg dimiliki oleh guru. Sehingga guru menjadi lebih kreatif dalam mengembangkan
pembelajaran. Peningkatan kompetensi guru dalam rangka pengembangan profesi guru dinilai
sangat berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik dan lebih luas lagi meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia. Maka dalam makalah ini, penulis tertarik untuk membahas tentang guru
1.3 Tujuan
Penulis menyusun makalah “Pengembangan Profesi Keguruan” dalam rangka memenuhi tugas
kelompok mata kuliah Etika Profesi Keguruan dan antara lain bertujuan agar dapat:
PEMBAHASAN
mengetahui apa sebenarnya definisi dari ketiga kata tersebut.Dalam Kamus Besar Bahasa
kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori
ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat,
dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi
baru.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, profesi bisa diartikan dengan bidang
pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian keterampilan, kejuruan, tertentu. Selain istilah
profesi kita mengenal istilah profesional, profesionalisme, dan profesionalisasi. Ketiga istilah
Profesional merujuk pada dua hal yaitu orang yang menyandang suatu profesi dan
kinerja dalam melakukan pekerjaan yang sesuai denga profesinya. Profesionalisme dapat
diartikan sebagai komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan
proses peningkatan kualifikasi atau kemampuan para anggota penyandang suatu profesi
untuk mencapai kriteria standar ideal dari penampilan atau perbuatan yang diinginkan oleh
profesinya itu.
Keguruan sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bisa diartikan perihal (yang
utama mendidik, mengajar, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada usia dini,
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Joan Dean
suatu proses yang dilakukan untuk menjadikan guru dapat tampil secara lebih profesional. “
(Pahrudin, 2015)”
Dengan kata lain dapat diartikan bahwa, pengembangan profesi guru didefinisikan
sebagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan taraf atau derajat profesi seorang guru
yang menyangkut kemampuan guru, baik penguasaan materi ajar atau penguasaan
Pengembangan dan peningkatan profesi guru juga dilakukan dalam rangka menjaga
agar kompetensi keprofesiannya tetap sesuai dengan perkembangan zaman yang semakin
karier meliputi penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Keduanya disesuaikan dengan
Urgensi program pengembangan guru sendiri didasarkan pada sebuah asumsi bahwa
tidak semua guru dan tenaga kependidikan yang dihasilkant 5 elah memenuhi kriteria guru
profesional. Dengan berdasarkan pada asumsiasumsi tersebut, agar guru dapat memberikan
kontribusinya secara maksimal bagi pencapaian tujuan pendidikan dan peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia, maka harus ada upaya pengembangan profesi guru yang dilakukan
dana dalam rangka membina dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi
guru agar terbentuk guru yang profesional dan mumpuni dari segi kompetensi. Secara
pribadi, seorang guru seharusnya memposisikan diri sebagai guru pembelajar. Dimana ia
akan selalu berusaha mengupgrade kapasitas dirinya dengan proses belajar mandiri
sehingga pengetahuan dan skill yang dimiliki semakin terasah dan memenuhi kriteria
sebagai guru yang profesional. Secara umum, kegiatan pengembanagan profesi guru
B. Sikap Profesionalitas
lebih dari 6 seorang teknisi bukan hanya memiliki keterampilan yang tinggi tetapi memiliki
Profesional juga bisa diartikan sebagai pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta
memerlukan pendidikan profesi (UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ). Jadi
profesional menunjuk pada dua hal yakni orang yang melakukan pekerjaan dan penampilan
atau kinerja orang tersebut dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya Daryanto (2013)
(Lilies,2014).
Jadi Guru profesional adalah guru yang menyadari bahwa dirinya adalah pribadi yang
dipanggil untuk mendampingi peserta didik dalam belajar. Sehingga guru secara terus-
didik itu belajar. Perwujudannya, jika terjadi kegagalan pada peserta didik, guru terpanggil
untuk menemukan akar penyebabnya dan mencari solusi bersama peserta didik, bukan
adalah kesediaan untuk mengenali diri dan kehendak untuk memurnikan keguruannya serta
mau belajar dengan meluangkan waktu untuk menjadi guru. Seorang guru yang tidak
bersedia belajar, tidak mungkin kerasan dan bangga menjadi guru. Kerasan dan kebanggan
atas keguruannya adalah langkah untuk menjadi guru yang profesional Kunandar (2010)
ketrampilannya
Disamping itu, ada satu kompetensi yang diperlukan guru, yakni kompetensi
dan keterampilan serta prestasi dalam pekerjaannya. Secara sederhana, guru harus
membelajarkan siswanya.
4. Imbalan profesional (professional rent) yang dapat menyejahterakan diri dan keluarganya.
dipersyaratkan mempunyai:
1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu
pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan
merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan
profesi yang berkembang terus menerus dan berkesinambungan antara LPTK dengan
praktek pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya
program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau
GPM memiliki ciri-ciri sebagai professional sungguhan. Ciri-ciri itu terefleksi dari
perilaku kesehariannya sebagai GPM. Hasil study beberapa ahli mengenai sifat-sifat atau
karakteristik profesi, yang secara taat asas dimiliki dan dijunjung tinggi oleh GPM, yang
1. Kemampuan intelektual yang diperoleh melalui pendidikan. Termasuk dalam kerangka ini,
pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan keilmuan yang dimiliki oleh seorang
penyandang profesi.
bidang keilmuan tertentu. Guru yang sesungguhnya harus memiliki spesialisasi bidang studi
4. Memiliki pengetahuan praktis yang dapat digunakan langsung oleh orang lain atau klien.
Pengetahuan khusus itu bersifat aplikatif dimana aplikasinya didasari atas kerangka teori
5. Memiliki teknik kerja yang dapat dikomunikasikan atau communicable. GPM mampu
berkomunikasi sebagai guru dalam makna apa yang disampaikannya dapat dipahami oleh
siswa.
7. Mementingkan kepentingan orang lain (altruism). Memberikan layanan kepada anak didik
guru–guru Indonesia sebagai pedoman sikap dan perilaku dalam melaksanakan tugas profesi
sebagai pendidik.
9. Memiliki sanksi dan tanggung jawab komunitas. Dalam bekerja GPM memiliki tanggung
10. Mempunyai sistem upah. Sistem upah yang dimaksud disini adalah standar gaji yang
11. Budaya professional. Budaya profesi dapat berupa penggunaan symbol yang berbeda
12. Melaksanakan pertemuan professional tahunan. Pertemuan ini dapat dilakukan dalam
c. Prinsip Profesional
Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5 ayat 1,
yaitu: ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang memerlukan
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang
tugasnya.
c) Memahami proses belajar dalam artian siswa memahami tujuan belajar, harapan –
khusus,
hari,
Lebih lanjut dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pasal
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memilki kemampuan untuk
a. Masih banyak guru yang tidak menekuni profesinya secara utuh.Hal ini disebabkan oleh
banyak guru yang bekerja diluar jam kerjanya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
sehingga waktu untuk membaca dan menulis untuk meningkatkan diri tidak ada;
b. Kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi swasta sebagai pencetak guru
yang lulusannya asal jadi tanpa mempehitungkan outputnya kelak di lapangan sehingga
menyebabkan banyak guru yang tidak patuh terhadap etika profesi keguruan;
c. Kurangnya motivasi guru dalam meningkatkan kualitas diri karena guru tidak dituntut
Secara lebih rinci, Akadum (1999) (Mustofa,2007) mengemukakan bahwa ada lima
b. Rentan dan rendahnya kepatuhan guru terhadap norma dan etika profesi keguruan,
c. Pengakuan terhadap ilmu pendidikan dan keguruan masih setengah hati dari pengambilan
kebijakan dan pihak-pihak terlibat. Hal ini terbukti dari masih belum mantapnya
d. Masih belum ada kesepakatan pendapat tentang proporsi materi ajar yang diberikan
e. Masih belum berfungsinya PGRI sebagai organisasi profesi yang berupaya secara maksimal
tidak bisa disalahkan, terutama untuk menjadi pressure group agar dapat meningkatkan
karenaguru berperan penting dalam mencerdaskan bangsa dan sebagai sentral pendidikan
karakter. Tugas mulia yang diemban seorang guru tersebut menjadi berat karena bukan saja
guru harus mempersiapkan generasi muda sebagai penerus yang mampu bersaing namun
juga unggul dari segi karakter. Mengembangkan profesi guru bukan sesuatu yang mudah,
maka diperlukan strategi yang tepat dalam upaya menciptakan iklim kondusif bagi
pengembangan profesi guru. Situasi kondusif ini jelas amat diperlukan oleh tenaga pendidik
untuk dapat mengembangkan diri sendiri ke arah profesionalisme guru. Dalam jurnal
ekonomi dan pendidikan yang ditulis Mustofa dijelaskan beberapa strategi yang bisa
dilakukan untuk menciptakan situasi yang kondusif bagi pengembangan profesi guru, yaitu:
a. Strategi perubahan paradigma Strategi ini dimulai dengan mengubah paradigma birokasi
melalui pembinaan guna menumbuhkan penyadaran akan peran dan fungsi birokrasi dalam
dilakukan dengan cara mengurangi dan menyederhanakan berbagai prosedur yang dapat
menjadi hambatan bagi pengembangan diri guru serta menyulitkan pelayanan bagi
masyarakat.
Untuk melakukan profesionalisasi ada tiga pengembangan yang ditawarkan oleh R.D.
Lansbury (Pahrudin, 2015) yang dapat dijadikan sebagai kerangka dalam merumuskan
profesi, sehingga profesi itu benar-benar dijalankan sesuai dengan tuntunan profesional.
pengakuan suatu profesi oleh negara. Dari pendekatan diatas, dapat dirumuskan strategi
profesionalisasi yang dilakukan oleh guru secara pribadi agar mereka dapat meningkatkan
kualitas keprofesionalan, dengan atau tanpa bantuan pihak lain. Dengan kata lain dapat
dikatakan sebagai pelatihan mandiri. Kedua, pengembangan yang dilakukan oleh manajemen
lembaga melalui berbagai kebijakan manajerial yang dilakukan. Kedua level ini dapat
diaktegorikan dalam strategi mikro pengembangan profesional guru. Sedangkan level ketiga
adalah upaya pengembangan pada level makro yang menjadi tanggung jawab pemerintah
Di lihat dari konteks manajemen makro dalam sistem pendidikan nasional, Tilaar
1. Mengupayakan terjadinya peningkatan status profesi guru agar dapat sejajar dengan
peningkatan kualitas, bukan kuantitas. Dalam hal ini maka dperlukan SDM maupun finansial.
3. Profesionalitas guru membutuhkan upaya pendataan kembali terhadap guru agar mereka
dapat dikembangkan. b. Prinsip pengembangan Profesi Guru Sudarwan Danim (2011 : 92)
menyebutkan ada dua prinsip pengembangan profesi guru yaitu prinsip umum dan khusus.
Prinsip umum pengembangan profesi guru adalah sebagai berikut: Demokratis dan
berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural , dan kemajemukan bangsa. Satukesatuan yang sitematis dengan
sistem yang terbuka dan multimakna. Suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan guru
operasional pengembangan profesi guru meliputi halhal sebagai berikut: Ilmiah, dimana
keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam kompetensi dan indikator
harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Relevan, dimana rumusnya
berorientasi pada tugas pokok dan fungsi guru sebagai pendidik profesional. 16 Sistematis,
dimana setiap komponen dalam kompetensi jabatan guru berhubungan secara fungsional
dalam mencapai kompetensi. Konsisten, dimana adanya hubungan yang ajeg dan taat asas
antar kompetensi dan indikator. Aktual dan kontekstual yakni rumusan kompetensi dan
indikator dapat mengikuti perkembangan iptek. Fleksibel, dimana rumusan kompetensi dan
indikator dapat berubah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Demokratis,
dimana setiap guru memiliki hak dan peluang yang sama untuk diberdayakan melalui proses
dan dikembangkan profesi dan karirnya dengan mengacu pada hasil penilaian yang
Komprehensif, dimana setiap guru dibina dan dikembangkan profesi dan karirnya untuk
mencapai kompetensi profesi dan kinerja yang bermutu dalam memberikan layanan
pendidikan. Memandirikan, dimana setiap guru secara terus menerus diberdayakan untuk
dimana pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan dengan mengedepankan nilai-
nilai profesionalitas. Bertahap, dimana pengembangan profesi dan karier guru dilaksanakan
kompetensi atau tingkat kesulitan kompetensi yang ada pada standar kompetensi. 17
Berkelanjutan, dimana pengembanagn profesi guru dilaksanakan secara berkelanjutan
karena perkembangan ilmu pegetahuan, teknologi dan seni serta adanya kebutuhan
pengembangan profesi guru harus mampu menberikan informasi yang dapat digunakan
sebagai dasar dalam pengambilan keputusan yang tepat oleh pihak terkait. Efesien, dimana
sumber daya seminimal mungkin untuk hasil yang optimal. c. Jenis-jenis Kegiatan
berasal dari prakarsa lembaga. Atas dasar ini, diasumsikan munculnya proses pembiasaan,
yang kemudian guru dapat tumbuh dengan sendirinya. Tentu saja, semua itu juga berawal
dari prakarsa guru secara individual. Menurut Sudarwan Danim (2011 : 94) Apabila dilihat
dari sisi prakarsa lembaga, pengembangan profesi guru dilaksanakan melalui berbagai
strategi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun bukan diklat, antara lain: 1.
Pendidikan dan Pelatihan a. In-House Training (IHT) Pelatihan dalam bentuk IHT adalah
pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru, sekolah, atau tempat
lain yang ditetapkan untuk menyelenggarakan pelatihan. Strategi pembinaan melalui IHT
kompetensi dan karier guru tidak 18 harus dilakukan secara eksternal, tetapi bisa juga secara
internal dengan cara dilakukan oleh guru yang memiliki kompetensi yang belum dimiliki guru
lain. Program ini diharapkan dapat menghemat waktu dan biaya. b. Program magang
Program magang merupakan pelatihan yang dilaksanankan di dunia kerja atau industri yang
relevan dalam rangka meningkatkan kompetensi profesional guru. Program magang ini
diperuntukkan bagi guru dan dapat dilakukan selama periode tertentu misalnya, magang di
sekolah. Program magang ini dipilih dengan alasan bahwa keterampilan tertentu yang
negeri atau sekolah swasta. Pembinaan lewat mitra sekolah diperlukan dengan alasan bahwa
agar terjadi transfer nilai-nilai kebaikan dari beberapa keunikan dan kelebihan yang dimiliki
mitra kepada mitra lain. Misalnya dalam bidang manajemen sekolah d. Belajar jarak jauh
Pelatihan melalui belajar jarakjauh dapat dilaksanakan tanpa menghadirkan instruktur dan
peserta pelatihan dalam satu tempat tertentu, melainkan dengan sistem pelatihan internet
dan sejenisnya. Pelatihan jarak jauh dilakukan dengan pertimbangan bahwa tidak semua
yang ditunjuk seperti di ibu kota kabupaten atau provinsi. e. Pelatihan berjenjang dan khusus
dimana program disusun secara berjenjang mulai 19 dari jenjang dasar, menengah, lanjut,
dan tinggi. Jenjang pelatihan disusun berdasarkan tingkat kesulitan dan jenis kompetensi.
perguruan tinggi atau lembaga pendidikan lainnya. Kursus singkat dimaksudkan untuk
dan mengevaluasi pembelajaran. g. Pembinaan internal oleh sekolah Pembinaan internal ini
dilaksanakan oleh kepala sekolah dan guruguru yang memiliki kewenangan membina,
melalui rapat dinas, rotasi tugas mengajar, pemberian tugas-tugas internal tambahan, dan
diskusi dengan rekan sejawat. h. Pendidikan lanjut Pembinaan guru melalui pendidikan lanjut
juga merupakan alternatif bagi peningkatan kualifikasi dan kompetensi guru. Pengikutsertaan
guru dalam pendidikan lanjut ini dapat dilaksanakan dengan memberikan tugas belajar baik
dalam maupun luar negeri bagi guru yang berprestasi. Pelaksanaan pendidikan lanjut ini
akan menghasilkan guru-guru pembina yang dapat membantu guru-guru lain dalam upaya
dialamai sekolah. melalui diskusi berkala diharapkan para guru dapat memecahkan masalah
dalam kegiatan seminar dan pembinaan publikasi ilmiah juga dapat menjadi model
peluang kepada guru untuk berinteraksi secara ilmiah dengan kolega seprofesinya berkaitan
dengan hal-hal terkini dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan. c. Workshop kegiatan
ini dilakukan untuk menghasilkan produk yamng bermanfaat bagi pembelajaran, peningkatan
tindakan kelas, penelitian eksperimen, ataupun jenis lain dalam rangka peningkatan mutu
pembelajaran. e. Penulisan buku/ bahan ajar. Bahan ajar yang ditulis guru dapat berbentuk
diktat, buku pelajaran, ataupun buku dalam bidang pendidikan. f. Pembuatan media
pembelajaran. Media pembelajaran yang dibuat guru dapat berbentuk alat peraga, alat
Pembuatan karya teknologi/ karya seni. 21 Karya teknologi/seni yang dibuat guru dapat
berupa karya yang bermanfaat untuk masyarakat atau kegiatan pendidikan serta karya seni
yang memiliki nilai estetika yang diakui oleh masyarakat. Selain kegiatan-kegiatan
pengembangan profesi guru yang dikemukakan oleh para ahli, antara lain : Menurut Richard
dan Lockhart (2000) (Sobri, 2016) terdapat beberapa model pengembangan profesional
dan seminar (workshops and in service seminars), 3) Kelompok membaca (reading groups),
(mentoring). Sedangkan menurut Kennedy (2005) (Sobri, 2016) menyatakan ada sembilan
pemberdayaan MGMP, f) Simposium guru, g) Program tradisional lainnya, misalnya CTL, PTK,
penulisan karya ilmiah, h) Membaca dan menulis jurnal atau karya ilmiah, i) Berpartisipasi
dalam pertemuan ilmiah, j) Melakukan penelitian, k) Magang, l) Mengikuti berita aktual dari
kerjasama dengan teman sejawat. Diaz dan Maggioli (2003) (Sobri, 2016) menambahkan
Pemantauan kolega (peer coaching), c) Penelitian tindakan kelas (classroom action research),
profesional guru, yaitu: a) Pengembangan guru yang dipandu secara individual (individual
Pemeriksaan (inquiry). Berbagai model profesionalisme guru yang dikemukakan oleh para
ahli ternyata memiliki banyak persamaan. Ahmad Yusuf Sobri menjelaskan dalam jurnalnya
pada Konvensi Nasional Pendidikan Indonesia (KONASPI) VIII Tahun 2016 beberapa
peningkatan kualifikasi pendidikan guru Program ini ditujukan bagi guru yang belum memiliki
pendidikan keguruan dalam bentuk tugasbelajar. Namun saat ini, sangat jarang
penyetaraan diberikan kepada guru yang latar belakangpendidikannya tidak sesuai dengan
tugas mengajarnya atau bukan dari program pendidikan keguruan. Sedangkan program
sertifikasi ditujukan kepada guru yang telah memenuhi syarat (misalnya, minimal telah
mengajar lima tahun, lulus UKG) agar mereka dapat menjalankan tugasnya dengan baik dan
Program pelatihan ini diberikan kepada guru agar tercapai kompetensi yang diinginkan
sehingga materi pelatihan mengacu kepada bahanbahan yang menunjang kompetensi yang
dihadapi guru di kelas dan jugapersoalan yang terkait dengan pendidikan secaraumum. 5.
Program pemberdayaan KKG dan MGMP KKG adalah wadah kegiatan profesional guru,
biasanya untuk guru SD (guru kelas), sedangkan MGMP untuk guru SMP dan SMA sesuai
dengan bidang studi masing-masing guru. Dengan adanya wadah ini, guru dapat saling
memberi masukan tentang materi pembelajaran yang diajarkan dan dapat mencari alternatif
Simposium guru Simposium merupakan media guru untuk saling bertukar pikiran dan
pengalaman tentang proses pembelajaran dan ajang untuk kompetisi ajang kreativitas
diantara guru. 7. Program pelatihan tradisional lainnya Program pelatihan yang ditujukan
kepada guru dengan hanya membahas persoalan aktual dan penting sehingga guru tidak
ketinggalan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, misalnya pembelajaran
dan menulis jurnal atau karya ilmiah Salah satu kelemahan guru adalah kurangnya membaca
dan menulis karya ilmiah sehingga karir guru sedikit terhambat karena mereka kekurangan
karya ilmiah. Untuk itu gugus sekolah perlu memprogram pelatihan penulisan karya
untuk meningkatkan aspek kompetensi dan profesional guru dalam proses pembelajaran. 10.
Melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) Penelitian ini sangat dianjurkan kepada guru
supaya guru dapat merefleksikan program pembelajaran yang telah dilaksanakan di dalam
kelasnya sehingga guru selalu dapat memperbaiki performansi mengajarnya. Namun, karena
tugas mengajar yang banyak menyebabkan guru jarang melakukan PTK selain juga
disebabkan kemauan dan kemampuan mereka menulis karya ilmiah. Oleh karena itu perlu
adanya pendampingan dari kepalasekolah dan pengawas sekolah agar guru menjadi
produktif dalam melakukan PTK. 11. Magang Kegiatan ini biasanya ditujukan kepada guru
pemula. Guru pemula melakukan magang di dalam kelas dengan bimbingan guru senior
pembelajaran dan pengelolaan kelas dengan tujuan agar guru pemula tersebut dapat
mengikuti jejak guru senior yang profesional. 12. Mengikuti berita aktual dari media
pemberitaan Pengetahuan dan pemahaman guru tidak hanya terpacu dengan materi
pembelajaran di buku, tetapi juga perlu pengetahuan yang lebih luas melalui media cetak
dan eletronik, dan bahkan guru diharapkan dapat mengikuti pemberitaan melalui internet.
sumber media yang tersedia. 13. Berpartisipasi dan aktif dalam organisasi profesi Organisasi
profesi memberikan keuntungan yang besar kepada guru (PGRI) untuk mengembangkan
kerjasama dengan teman sejawat Kerjasama yang erat diantara sejawat guru dapat
lainnya sehingga profesionalisme guru meningkat. 15. Pengembangan guru yang dipandu
secara individual Program ini bertujuan agar guru dapat menilai kebutuhan belajar mereka
sendiri, mampu belajar aktif serta mengarahkan diri mereka sendiri. Oleh karena itu, kepala
sekolah dan pengawas sekolah seyogyanya memotivasi guru saat menyeleksi tujuan belajar
berdasarkan penilaian personal kebutuhan mereka. 16. Observasi dan Penilaian Kegiatan ini
ditujukan kepada guru agar mereka dapat mengamati dan menilai program pembelajaran
yang dilakukansehingga guru memiliki data yang akurat tentang pembelajarannya untuk
kemudian mereka dapat melakukan refleksi dan analisis terhadap peningkatan proses
bahkan penghargaan perlu juga diberikan kepadaguru tidak tetap sehingga tidak perbedaan
perlakukandiantara guru. 18. Model defisit 27 Kepala sekolah dan pengawas sekolah
kelemahan guru secara individual dalam menjalankan tugas profesinya. Untuk itu, pemimpin
sekolah perlu menerapkan manajemen kinerja terhadap guru sehingga apabila guru
mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya dapat dibantuoleh kepala sekolah dan
pengawas sekolah secara individual. 19. Model cascade atau desiminasi Karena keterbatasan
sumberdaya di sekolah, guru secara individual dikirim untuk mengikuti pelatihan. Setelah
agar mereka juga memperolehpengetahuan yang sama. 20. Model berbasis standar Model
mengadakan pengembangan profesional guru. Model ini kurang diminati karena lebih
menitikberatkan pada standar-standar yang harus dipenuhi bukan kepada kompetensi apa
yang harus dimiliki guru sehingga pengelolaan program pengembangan profesional guru
bersifat seragam tidak berdasarkan kebutuhan. 21. Model mentoring Model pengembangan
ini melibatkan dua guru (guru pemula dan berpengalaman) dan mengandung unsur
konseling dan profesional. Guru yang berpengalaman memberikan pelatihan kepada guru
pemula agar guru pemula dapat meningkatkanprofesionalnya. Ada pula yang menyatakan
model iniadalah model supervisi klinis kepada guru pemula. 28 D. Implementasi Program
Guru Di Indonesia Dunia pendidikan erat kaitannya dengan proses transfer ilmu pengetahuan
dan nilai-nilai karakter. Dimana pelaku utamanya adalah guu. Guru menjadi poros utama
yang menentukan kualitas peserta didiknya dan lebih jauh lagi mempengaruhi mutu
No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang disahkan oleh DPR. Sesuai dengan
amanat Undang - Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang ditindaklanjuti
dengan Peraturan Pemerintah No 74 tahun 2008 tentang Guru dan Peraturan Menteri
pendidikan Nasional No 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan menyebabkan
perlu adanya penyelenggaraan sertifikasi profesi guru melalui penilaian portofolio atau
melalui pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Lembaga Pendidik dan Tenaga
Kependidikan yang selanjutnya disebut LPTK. LPTK merupakan Perguruan Tinggi yang
ditunjuk untuk pelaksanaan proses sertifikasi (Permendikbud No.62 Tahun 2013). LPTK yang
dipilih merupakan perguruan tinggi yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.
Sertifikasi guru sebagai upaya peningkatan mutu guru yang diikuti dengan peningkatan
mutu layanan bimbingan dan konseling yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan
di Indonesia secara berkelanjutan. Bagi peserta sertifikasi yang belum dinyatakan lulus, LPTK
(Diklat Profesi Guru atau PLPG) yang diakhiri dengan ujian. 29 PLPG diakhiri dengan uji
kompetensi guru (UKG) yang dilakukan oleh LPTK Penyelenggara Sertifikasi Guru dengan
mengacu pada ramburambu Ujian PLPG. Uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja
sumber daya manusia dalam suatu lembaga pendidikan. PLPG juga penting untuk membantu
meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dengan lebih baik. Selain itu PLPG akan
PLPG dilakukan berdasarkan proses baku sebagai berikut: 1. PLPG dilaksanakan oleh LPTK
penyelenggara sertifikasi guru dalam jabatan yang telah ditetapkan pemerintah. 2. PLPG
diselenggarakan selama minimal 9 hari dan bobot 90 jam pertemuan (JP), dengan alokasi 30
JP teori dan 60 JP praktik. Satu JP setara dengan 50 menit. 3. Pelaksanaan PLPG bertempat di
kondusif) untuk proses pembelajaran. 4. Rombongan belajar (rombel) PLPG diupayakan satu
bidang keahlian/mata pelajaran. Dalam kondisi tertentu yang tidak memungkinkan (dari segi
jumlah) rombel dapat dilakukan berdasarkan rumpun bidang studi/mata pelajaran. 5. Satu
rombel maksimal 30 orang peserta, dan satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer
supervising maksimal 10 orang peserta 30 dalam kondisi tertentu jumlah peserta satu
Satu kelompok peer teaching/peer counseling/peer supervising difasilitasi oleh dua orang
difasilitasi oleh satu orang, tetapi pada saat ujian, instruktur harus 2 orang. 7. Dalam proses
pembelajaran, instruktur menggunakan multi media dan multi metode yang berbasis
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). 8. PLPG diawali
pretest sacara tertulis (1 JP) untuk mengukur kompetensi pedagogic dan professional awal
peserta. 9. PLPG diakhiri uji kompetensi dengan mengacu pada rambu-rambu pelaksanaan
PLPG. Uji kompetensi meliputi uji tulis dan uji kinerja (praktik pembelajaran). 10. Ujian tulis
pada akhir PLPG dilaksanakan dengan pengaturan tempat duduk yang layak dan setiap 30
peserta diawasi oleh dua orang pengawas. 11. Ujian praktik dilaksanakan dengan cara
sebagai berikut: a. Guru kelas dan guru mata pelajaran terpadu dengan kegiatan peer
teaching. b. Guru bimbingan konseling atau konselor terpadu dengan kegiatan peer
counseling. c. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas, ujian praktik terdiri atas
praktik supervisi (peer supervising). d. Sekurang-kurangnya satu penguji pada ujian praktik
harus memiliki NIA yang relevan atau dalam kondisi tertentu serumpun dengan mata
Pembelajaran (IPKG II), ujian praktik bimbingan konseling dinilai dengan Lembar Penilaian
Pelaksanaan Bimbingan Konseling. f. Khusus untuk guru yang diangkat dalam jabatan
pengawas ujian praktik supervisi dinilai dengan lembar penilaian yang analog dengan IPKG II.
12. Penentuan kelulusan peserta PLPG dilakukan secara objektif dan didasarkan pada rambu-
rambu penilaian yang telah ditentukan. 13. Peserta yang lulus mendapat sertifikat pendidik,
sedangkan yang tidak lulus diberi kesempatan untuk mengikut ujian ulang
sebanyakbanyaknya dua kali. Ujian ulang diselesaikan pada tahun berjalan. Jika terpaksa
tidak terselesaikan, maka ujian ulang dilakukan bersamaan dengan ujian PLPG kuota tahun
berikutnya. 14. Pelaksanaan ujian diatur oleh LPTK penyelenggara sertifikasi guru dalam
jabatan dengan mengacu rambu-rambu ini. 15. Peserta yang belum lulus pada ujian ulang
lebih lanjut18 Adapun materi PLPG disusun dengan memperhatikan empat kompetensi guru,
dalam materi PLPG ditentukan oleh LPTK penyelenggara sertifikasi dengan mengacu pada
rambu-rambu yang ditetapkan oleh Dirjen Dikti atau Ketua Konsorsium Sertifikasi Guru dan
dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) : 4-6) 32 b. Analisis Mendalam permasalahan program
sertifikasi guru di Indonesia Menjadi guru bukan merupakan bakat sejak lahir, seseorang
yang akan menjadi guru profesional harus melewati proses pendidikan, pengarahan, dan
pelatihan yang intensif terlebih dahulu. Guru sebagai pemeran utama dalam menentukan
kapasitas dirinya agar menjadi guru yang berkompeten dan profesional yang kemudian
berdampak pada peningkatan kualitas peserta didik dan lebih jauh lagi menigkatkan kualitas
2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) tentang sertifikasi guru, pemerintah telah menyusun
berbagai program yang bertujuan untuk peningkatan kualitas dan juga kesejahteraan guru.
Salah satunya adalah adanya program sertifikasi guru. Namun dalam realisasinya
pelaksanaan program sertifikasi guru masih menemui banyak permasalahan, baik dalam hal
pelaksannannya maupun pencapian tujuan sesuai dengan hasil yang diinginkan. Dalam
praktiknya ternyata banyak ditemui berbagai tindak penyelewengan baik yang nampak
penelitian yang dilakukan oleh Malem Sendah Sembiring, Staf Peneliti Puslitjaknov, balitbang
Sertifikasi Guru” (Rohemi, 2013) mencatat setidaknya ada empat temuan yang menunjukkan
kompetensi guru dan mutu pembelajaran. Kedua, untuk memenuhi persyaratan penilaian
portofolio sejumlah guru terkendala dengan persyaratan jumlah jam mengajar dan kualifikasi
terlihat adanya perbedaan kompetensi akademik, paedagogik, sosial antara guru yang
bersertifikat dan belum bersertifikat (Jurnal Penelitian Kebijakan Pendidikan, vol. 8 tahun ke-
3, Agustus 2010) (Rohemi, 2013) Dari hasil penelitian tersebut dapat diambil kesimpulan
bahwa misi sertifikasi guru untuk meningkatkan mutu pendidikan dan menyejahterakan guru
akan sulit terwujud bila hambatan dan kecurangan-kecurangan yang sudah terjadi baik oleh
pihak pemda maupun oleh para guru itu sendiri masih tetap terpelihara. Praktik-praktik
kecurangan yang telah terindikasi beberapa tahun terakhir masih saja terjadi. Sehingga tidak
menutup kemungkinan proses sertifikasi guru akan gagal mencapai tujuannya. Berkaitan
dengan UUGD, banyak memberikan efek positif terhadap profesi guru. Martabat guru
dengan adanya program sertifikasi guru. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat
pendidik kepada guru dan dosen (UU No 14 Tahun 2005). Sertifikat pendidik diberikan
kepada guru yang telah memenuhi standar profesional guru. Guru profesional merupakan
syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas. Tujuan
utamanya adalah meningkatkan profesionalitas guru sehingga kinerjanya lebih baik dan
tersebut. Sebagai konsekuensi logis dari disandangnya predikat guru profesional, maka guru
yang bersangkutan berhak untuk mendapatkan tunjangan profesi, yaitu sejumlah uang yang
besarnya sama dengan satu kali gaji pokok PNS tiap bulan. Dengan adanya tunjangan
tersebut diharapkan kesejahteraan para guru meningkat dan yang lebih utama dan esensial
adalah kualitas guru semakin baik dan kompetensinya semakin terasah. 34 Amanat UUGD
yang berkaitan dengan sertifikasi guru ini didukung secara penuh oleh Pemerintah.
anggaran Rp 70 triliun hingga tahun 2016 untuk membiayai peningkatan profesionalitas guru
melalui sertifikasi. Sebuah jumlah anggaran yang fantastis dan dianggap wajar yang sedang
dan akan digunakan bagi 2,7 juta guru yang saat ini ada di Indonesia. Tujuan mulia adanya
antara lain: tidak transparannya penetapan kuota guru yang disertifikasi; banyak guru yang
tunjangan sertifikasi yang tidak menentu dan selalu terlambat; kalaupun tunjangan profesi
pada akhirnya dibayarkan, tetapi terkadang jumlah bulan yang dibayarkan tidak utuh,
harusnya 12 bulan misalnya, ternyata yang cair hanya 9 bulan; jarak waktu yang lumayan
profesi; khusus untuk guru agama yang merangkap guru kelas atau kepala sekolah, namanya
terkadang tercantum pada kuota sertifikasi guru di Kemendiknas dan di Kementerian Agama
(Kemenag); kinerja guru yang sudah disertifikasi biasabiasa saja dan tidak menunjukkan
peningkatan kinerja secara signifikan, tidak ada perubahan yang berarti, malah kinerjanya
lebih rendah dari guru yang belum disertifikasi; Masalah yang sangat mencolok adalah
disharmoni antara guru-guru yang sudah disertifikasi dengan guru-guru yang belum. Banyak
guru senior di sekolah dasar yang hanya berbekal ijazah Sekolah Pendidikan Guru (SPG) yang
guru baru bergelar sarjana (S-1) yang baru beberapa tahun mengajar sudah dipanggil untuk
sertifikasi. Setelah proses sertifikasi bergulir celakanya tidak ada alat evaluasi atau
mekanisme yang jelas dan mampu memetakan kinerja guru sebelum dan setelah
disertifikasi. Yang ada hanya ancaman kalau kelak ada evaluasi kinerja guru yang sudah
disertifikasi dan terbukti kinerjanya rendah, maka guru yang bersangkutan akan dicabut
tunjangan profesinya. Sepertinya proses sertifikasi kurang mampu membangun etos kerja
guru tetapi justru membuat para guru haus tunjangan. Aspek ini yang menyebabkan para
guru seperti menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Kisah bahwa kelulusan
kelengkapan dokumen seperti piagam, makalah dan syarat-syarat lain yang diperlukan
menjadi bukti bahwa tunjangan sertifikasi jauh lebih menggiurkan ketimbang prosesnya
sendiri yang harus disertai dengan kerja keras membangun kultur pendidikan. c. Solusi
realisasi sertifikasi guru, bukan berarti sertifikasi guru ini harus ditinjau ulang dan distop
pelaksanaannya. Sertifikasi guru harus tetap berlangsung dan terus dievaluasi secara
penerapannya ada beberapa aspek atau komponen yang harus dibenahi, antara lain : 1.
Pentingnya peran petugas dalam pelaksanaan program sertifikasi guru dalam jabatan
seharusnya diimbangi dengan pemenuhan jumlah sumber dayanya. Maka dari itu perlu
untuk memerhatikan jumlah staf atau pegawai yang dibutuhkan untuk melaksanakan segala
kegiatan yang berhubungan dengan implementasi program sertifikasi guru serta sumber
daya finansialnya. 36 2. Sosialisasi merupakan hal yang penting agar program sertifikasi guru
dalam jabatan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan harapan. Maka dari itu seharusnya
kegiatan sosialisasi ini lebih ditingkatkan lagi agar pelaksanaan program sertifikasi guru ini
berjalan sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan sehingga baik para pelaksana maupun
peserta dapat melaksanakan tugas dan fungsinya masing-masing dengan baik. 3. Dalam
melaksanakan suatu program, kegiatan pengawasan dan Pembuatan laporan secara kontinyu
sangat dibutuhkan untuk nantinya dapat digunakan sebagai patokan atau acuan dan sebagai
harus sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan agar dapat melihat perkembangan dari
(Ningrum Fauziah Yusuf, dkk. 2017) 4. Diperlukan adanya kesadaran diri khususnya bagi guru
yang sudah tersertifikasi, sudah semestinya berupaya munjukkan kinerja yang lebih baik lagi,
khususnya kinerja yang terkait dengan proses belajar mengajar sangat erat kaitannya dengan
usaha meningkatkan mutu pendidikan. 5. Keyakinan dalam diri setiap guru yang sudah
maupun belum tersertifikasi bahwa tunjangan profesi bukan tujuan utama dan bukan segala-