Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KEBIJAKAN, PERAN, KEDUDUKAN DAN KODE ETIK GURU DI


INDONESIA

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur

Mata Kuliah : Etika Profesi Keguruan

Dosen Pengampu : Dr. H. Tamsik Udin, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 5

1. Syifa Amelia Putri ( 2108107081 )


2. Nurika ( 2108107088 )

4/C

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH ( PGMI)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN ( FITK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN)

SYEKH NURJATI CIREBON

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjakan puji syukur atas kehadiran Allah SWT. Atas segala limpahan dan
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah inih yang bertema
“KEBIJAKAN, PERAN, KEDUDUKAN DAN KODE ETIK GURU DI INDONESIA ”
tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan
Allah SWT. Dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami
menghaturkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
membantu dalam pembuatan makalah ini. Kami juga berharap semoga tugas ini dapat
bermanfaat bagi pihak – pihak yang memerlukan dan membutuhkannya.

Kami menyadari bahwa dalam proses penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik materi maupun cara Penulisan. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga dapat diselesaikan dengan
baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran dan kritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.

Cirebon, 01 April 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan .................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

A. Kebijakan Profesi Guru .......................................................................... 3


B. Peran Profesi Guru ................................................................................. 4
C. Kedudukan Profesi Guru ........................................................................ 5
D. Kode Etik Guru di Indonesia... ............................................................... 7
E. Hasil Wawancara..................................................................................... 8

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 9

A. Kesimpulan ............................................................................................ 9
B. Saran ...................................................................................................... 9

DAFTAR ISI ................................................................................................. 10

LAMPIRAN ............................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Guru adalah salah satu unsur manusia dalam proses pendidikan di sekolah
sekaligus memegang mandat dan fungsi ganda, yaitu sebagai pendidik dan sebagai
pendidik. Sebagai pengajar guru diantarnya mampu menuangkan sejumlah bahan
pelajaran ke dalam otak anak didik, sedangkan sebagai pendidik guru diharapkan dapat
membimbing dan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap, aktif,
kreatif, dan mandiri (Deden, 2011). Namun demikian, untuk mengetahui
keterlaksanaan tugas guru tersebut, diperlukan penilaian kinerja dengan penilaian
kriteria kriteria yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Penilaian terhadap kinerja guru merupakan suatu upaya untuk mengetahui
kemampuan maksimal yang dimiliki guru berkenaan dengan proses dan hasil
pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakannya atas kriteria dasar tertentu. Penilaian
kinerja sebagai suatu bentuk penilaian prestasi kerja guru atas kemampuan dasar
keterampilan atau kompetensi tertentu. Pada dasarnya penilaian kinerja bertujuan untuk
mengukur tingkat pelaksanaan tugas pokok dan fungsi guru dalam tugas melaksanakan
tugas keguruan dan non keguruan. Tugas keguruan yaitu pelaksanaan proses
pembelajaran, yang diawali dengan proses perencanaan, proses pelaksanaan
pembelajaran, dan proses evaluasi, sedangkan tugas non keguruan antara lain
keorganisasian dan pendidikan serta latihan maupun kepemimpinan.
Selain kinerja, sikap profesionalisme guru juga patut diperhatikan guna
meningkatkan kinerja guru. Sikap yang baik mencerminkan dari pribadi yang baik pula,
hal tersebut erat kaitannya dengan kompetensi guru yaitu kompetensi kepribadian.
Empat kometemsi guru (kepribadian, pedagogik, sosial, dan profesional) menjadi salah
satu syarat seorang guru dapat dikatakan profesional.
Profesionalisme guru seyogyanya menjadi batu loncatan bagi guru untuk terus
menerus menata komitmen melakukan perbaikan diri dalam rangka meningkatkan
kinerjanya. Peningkatan kinerja mendorong iklim organisasi yang diharapkan dapat
meningkatkan efektivitas dan efisiensi kinerja guru di sekolah.
Sejalan dengan peningkatan kinerja guru, sikap seorang guru yang baik dan
sesuai norma juga dilakukan dalam setiap perbuatan. Hubungan baik dengan pemimpin
(kepala sekolah), sesama guru, dan tata usaha dalam lingkungan sekolah merupakan
salah satu penerapannya. Selain itu, keberadaan sarana dan prasarana yang menunjang
pelaksanaan kerja guru mutlak diperlukan demi kelancaran pelaksanaan tugas.
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis tertarik untuk membuat makalah yang
berjudul “Sikap dan Kinerja Profesional Guru”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kebijakan profesi guru?
2. Bagaimana peran profesi guru?
3. Bagaimana kedudukan profesi guru?
4. Apa yang di maksud kode etik guru di Indonesia?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui kebijakan profesi guru
2. Untuk mengetahui peran profesi guru
3. Untuk mengetahui kedudukan sebagai profesi guru
4. Untuk mengetahui kode etik guru di Indonesia

D. Manfaat penulis
1. Manfaat Teoretis
Makalah ini diharapkan dapat memberi sumbangan teoretis terkait peningkatan
sikap dan kinerja profesional guru serta dapat menjadi sumber dalam pembuatan
makalah-makalah terkait sikap dan kinerja profesional guru.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Mahasiswa
• Mahasiswa sebagai calon guru mendapat pengalaman dalam
membuat makalah serta menambah wawasan terkait sikap dan
kinerja profesional guru.
• Mahasiswa dapat mengetahui sikap dan kinerja profesional guru
yang patut diterapkan di SD.
• Mahasiswa dapat menyiapkan diri sebagai calon guru dalam
menunjukkan sikap dan kinerja yang profesional.
2) Bagi Guru
• Guru dapat lebih mengetahui sikap dan kinerja profesional yang
hendaknya diterapkan di sekolah.
• Guru dapat menerapkan sikap dan kenerja guru yang profesional
sesuai profesinya.
• Guru dapat menciptakan hubungan yang harmonis serta dapat
meningkatkan kualitas profesinya.
3) Bagi penulis lain
Makalah ini diharapkan dapat menjadi informasi berharga bagi para
penulis guna menciptakan tulisan yang lebih bermanfaat khususnya
untuk bidang pendidikan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kebijakan Profesi Guru


Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menyebutkan
bahwa, yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia din jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat serta dituntut mampu melaksanakan sistem pendidikan
nasional dan mewujudkan tujuan nasional, berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap dan kreatif.
Peningkatan kualitas guru disamping untuk meningkatkan kompetensinya,
sehingga layak untuk menjadi guru yang profesional, juga dimaksudkan agar guru yang
bersangkutan dapat mengikuti uji sertifikasi setelah memperoleh ijasah S1/D4 serta
mengikuti pendidikan profesi. Pemberian bantuan biaya pendidikan untuk
meningkatkan kualitas bagi guru-guru SD dan SMP dengan pertama kali dilakukan
menggunakan dana APBNP tahun 2006 merupakan salah satu wujud implementasi
UUGD. Berkaitan dengan maslahat tambahan, UU No. 14 Tahun 2005 mengamanatkan
bahwa “maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang diperoleh dalam
bentuk tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan penghargaan bagi
guru, serta kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri guru,
pelayanan kesehatan, atas bentuk kesejahteraan lain”. Salah satu bentuk maslahat
tambahan yang diprogramkan adalah pemberian penghargaan akhir masa bakti bagi
guru dan pemberian beasiswa pendidikan bagi putra putri guru berprestasi berdedikasi.
Sampai sekarang ini, untuk memperoleh haknya sebagai tenaga profesional
yang dihargai seorang guru harus menunggu lama dan berkepanjangan. Semua
cerminan dari rendahnya penghargaan pemerintah terhadap guru, perjalanan panjang
kaum guru dan PGRI akhirnya mungkin akan sampai pada ujungnya. Dengan harapan
optimis kita menyambut UU Guru dan Dosen, yang katanya untuk mensejahterakan
kehidupan kaum guru berdasarkan profesionalisme dan kualitas, dengan kesejahteraan
yang berbeda bergantung sertifikasi yang guru miliki. Didalam UU Guru tersebut
dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi dan profesi
kegunian, serta sertifikasi profesi. Kualifikasi akademik dipenuhi dengan ijasah S-1 dan
D-4, sedangkan kompetensi profesi diperoleh lewat pendidikan profesi minimal 40
SKS.

B. Peran Profesi Guru


Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan dalam kegiatan proses belajar
mengajar, karena guru menjadi urat nadi dalam keberhasilan proses tersebut. Guru
dinyatakan profesional jika memenuhi beberapa persyaratan, diantara-Nya:
1. Profesionalisme profesi keguruan
Pada dasarnya pengajaran merupakan bagian profesi yang memiliki ilmu
ataupun teorikal, keterampilan, dan mengharapkan ideologi profesional
tersendiri. Oleh sebab itu seseorang yang bekerja diintintut pendidikan dengan
tugas mengajar, jika diukur dari teori dan praktik sebagai suatu pengetahuan
yang mendasari guru juga merupakan sebagai profesi lain,
2. Otoritas profesionalisme guru
Disiplin profesi keguruan dengan penuh keringat, kecekatan dan menggunakan
metode yang bervariasi dalam mendidik anak-anak. Pendidikan profesionalisme
memberi bantuan sampai tuntas kepada anak didik. Guru yang profesional tidak
hanya berkonsentrasi pada materi pelajaran tetapi juga pada memperhatikan
situasi-situasi tertentu. (Muizzuddin, 2019 Vol. 7 No. 1 ).
Peranan guru terhadap murid-muridnya merupakan peran vital dari sekian banyak peran
yang harus ia jalani. Hal ini dikarenakan komunitas utama yang menjadi wilayah tugas
guru adalah di dalam kelas untuk memberikan keteladanan, pengalaman serta ilmu
pengetahuan kepada mereka. Begitu pun juga peran guru dalam kegiatan belajar
mengajar, secara singkat dapat disebutkan sebagai berikut.
a. Sebagai Informator
Sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan dan
sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Sebagai Organisator
Guru sebagai organisator, pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop,
jadwal pelajaran dan lain-lain. Komponen yang berkaitan dengan kegiatan
belajar mengajar, semua diorganisasikan sedemikian rupa, sehingga dapat
mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri siswa.
c. Sebagai Motivator
Peran guru sebagai motivator ini penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus dapat
merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya
cipta (kreativitas), sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar
mengajar.
d. Sebagai Pengarah/Direktor
Jiwa kepemimpinan bagi guru dalam peranan ini lebih menonjol. Guru dalam
hal ini harus membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan, guru harus juga “handayani”.
e. Sebagai Inisiator
Guru dalam hal ini sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Sudah barang
tentu ide-ide itu merupakan ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak
didiknya. Jadi termasuk pula dalam lingkup semboyan “ing ngarso sungtulodo”.
f. Sebagai Transmiter
Dalam kegiatan belajar guru juga akan bertindak selaku penyabar kebijaksanaan
pendidikan dan pengetahuan.
g. Sebagai Fasilitator
Berperan sebagai fasilitator, guru memberikan fasilitas atau kemudahan dalam
proses belajar-mengajar, misalnya dengan menciptakan menciptakan suasana
kegiatan belajar yang sedemikian rupa, serasi dengan perkembangan siswa,
sehingga interaksi belajar-mengajar berlangsung secara efektif. Hal ini bergayut
dengan semboyan “Tut Wuri Handayani”.
h. Sebagai Mediator
Guru sebagai mediator dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa. Misalnya memberikan lahan keluar kemacetan dalam kegiatan diskusi
siswa. Mediator juga diartikan penyedia media. Bagaimana cara memakai dan
mengorganisasikan penggunaan media.
i. Sebagai Evaluator
Evaluator yang dimaksud adalah evaluasi yang mencangkup pola evaluasi
intrinsik. Untuk ini guru harus hati-hati dalam menjatuhkan nilai atau kriteria
keberhasilan.
Seperti yang kita tahu pendidik merupakan unsur dominan dalam suatu proses
pendidikan, sehingga kualitas pendidikan banyak ditentukan oleh kualitas pendidik
dalam menjalankan peran dan tugasnya di masyarakat. Dengan mengingat hal tersebut,
maka jelas bahwa upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (guru)
menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas
pendidik akan mendorong pada peningkatan kualitas pendidikan baik proses maupun
hasilnya.

C. Kedudukan Profesi Guru


Dalam ilmu sosiologi, biasa ditemukan istilah status (kedudukan) dan peranan.
Status biasanya dikaitkan dengan peringkat atau posisi seseorang dalam suatu
kelompok dan posisi kelompok dalam kelompok lain. Guru merupakan jabatan
profesional yang memegang peranan yang amat strategis dalam pembangunan bangsa.
Sebuah hipotesis yang terbangun secara akademis menyatakan bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan masyarakat, masyarakat itu akan menjadi cerdas, dan semakin
cerdas suatu masyarakat akan meningkat juga tingkat kesejahteraannya.
Bertolak dari hipotesis tersebut, dapat dipahami bahwa kedudukan sebagai guru
merupakan jabatan yang sangat menentukan nasib bangsa ke depan, dan itu berarti
bahwa guru memegang peranan yang amat menentukan dan strategis. Hal ini dapat
dipahami mengingat bahwa perubahan dan nasib suatu bangsa harus dimulai dari
sekolah (lembaga pendidikan) yang penggerak utamanya adalah para guru. Itulah
sebabnya di berbagai negara maju, guru sangat dihargai.
Pada sejumlah negara maju seperti Jepang dan Amerika, guru sangat dihargai
secara profesional. Bangsa Jepang menyadari bahwa guru yang bermutu merupakan
kunci keberhasilan pembangunan. Mereka menggambarkan peranan guru dengan
semboyan “she no on wa yama yori mo takai, umi yorimo fukai”, yang berarti jasa guru
lebih tinggi dari gunung yang lebih tinggi, lebih dalam dari laut yang dalam. Guru di
sejumlah negara dihargai karena guru secara spesifik, 1) memiliki kecakapan dan
kemampuan untuk memimpin dan mengelola pendidikan; 2) memiliki ketajaman
pemahaman dan kecakapan intelektual, cerdas emosional dan sosial untuk membangun
pendidikan yang bermutu; dan 3) memiliki perencanaan yang matang, bijaksana,
kontekstual, dan efektif untuk membangun humanware (SDM) yang unggul,
bermartabat, dan memiliki daya saing.
Sedemikian betapa berat peranan yang di pundak para guru, menjadikan jabatan
guru harus dihargai sebagai jabatan profesional seperti jabatan profesional lainnya. Hal
ini terjadi di negara-negara maju seperti Jepang yang memberi gaji yang tinggi terhadap
profesi guru. Mereka berpendapat bahwa perubahan yang inovatif, baik dalam bentuk
ide maupun karya nyata berwujud benda dan sebagiannya, merupakan hasil pemikiran
cemerlang para guru. Cukup banyak ide guru yang diadopsi dan diadaptasi menjadi
inspirasi kemajuan bangsa. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, betapa pun
bagusnya kurikulum dengan menentukan standar isi yang tinggi, bila tidak tersedia
tenaga guru yang profesional, maka tujuan kurikulum dan standar isi yang bagus akan
sia-sia.
Dalam prespektif perubahan sosial, guru yang baik tidak saja harus mampu
melaksanakan tugas profesionalnya di dalam kelas, tetapi harus pula berperan tugas-
tugas pembelajaran di luar kelas dan di dalam masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan
kedudukan mereka sebagai agen pembaruan, agen of change, berperan sebagai
innovator, motivator, fasilitator, terhadap kemajuan dan pembaruan dalam masyarakat.
Guru dalam masyarakat adalah sebagai pemimpin yang menjadi panutan dan
teladan bagi masyarakat sekitar. Mereka adalah pemegang norma dan nilai-nilai yang
harus dijaga dan dilaksanakan. S. Nasution mengatakan, bah- wa di masyarakat, guru
harus selalu sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Di mana dan kapan saja,
ia akan selalu di pandang sebagai guru yang harus memperlihatkan kelakuan yang dapat
ditiru oleh masyarakat, khususnya peserta didiknya. Masyarakat tidak dapat
membenarkan pelanggaran-pelang- garan, seperti berjudi, mabuk, apalagi jika
perbuatan itu dilakukan oleh guru. Hal itu akan dianggap sangat serius. Dalam
masyarakat, muncul anggapan bahwa orang yang kurang bermoral tidak akan mungkin
menghasilkan peserta didik yang mempunyai etika tinggi. (S. Nasution, 2004: 91).
Persoalan peranan guru memang dilematik. Pada suatu sisi guru dituntut sebagai
agen pembaruan, tetapi di sisi lain nasib sebagian para guru belum tersentuh
kesejahteraan. Status sosial mereka dihormati dan diakui sebagai jabatan profesional,
namun penghargaan secara ekonomis belum merata. Sebagian mereka belum bisa
mengandalkan penghasilannya sebagai guru untuk menutupi kebutuhan ekonomi
keluarganya yang paling primer, sehingga mereka tidak bisa fokus pada pekerjaannya
sebagai guru. Hal ini akan sangat mengganggu peningkatan kualitas pendidikan yang
sekaligus menghambat kualitas sumber daya manusia bangsa ini.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru merupakan jabatan profesi
yang seharusnya dihargai secara profesional, baik dari segi status didalam masyarakat
maupun dari segi ekonomi atau kesejahteraan. Penghargaan yang seharusnya diberikan
kepada guru diharapkan dapat memacu peningkatan kualitas guru sendiri yang pada
gilirannya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai aset bangsa yang
akan mengangkat derajat dan martabat bangsa itu sendiri. Kiranya tidak ada jalan lain
untuk memperbaiki bangsa ini selain memperbaiki mutu pendidikan terlebih dahulu.
Perbaikan terhadap mutu dan kualitas pendidikan harus berangkat dari memperbaiki
nasib para guru sebagai ujung tombak pembangunan sumber daya manusia. Tanpa
melakukan hal itu, bangsa ini tidak akan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain
di dunia. Di tangan gurulah tergenggam peran yang amat menentukan perjalanan
bangsa ini. Tidak ada bangsa di dunia ini menjadi bangsa yang besar tanpa menghargai
pendidikan, yang tanggung jawab di dalamnya berada di tangan para guru.

D. Kode Etik Guru di Indonesia


Istilah “kode etik” berasal dari dua kata, yakni “kode” dan “etik”. Perkataan
“etik” berasal dari bahasa Yunani, ethos yang berarti watak, adab atau cara hidup.
Sedangkan “kode etik” secara harfiah berarti sumber etik. Etika artinya tata susila
(etika) atau hal-hal yang berhubungan dengan kesusilaan dalam mengerjakan suatu
pekerjaan. Seorang guru sebagai tenaga pendidik yang profesional perlu memiliki
“kode etik guru” dan menjadikannya sebagai pedoman yang mengatur pekerjaan guru
selama dalam pengabdian. Kode etik guru ini merupakan ketentuan yang mengikat
semua sikap dan perbuatan guru. Bila guru telah melakukan perbuatan asusila dan
amoral berarti guru telah melanggar “kode etik guru”. Sebab, kode etik guru ini sebagai
salah satu ciri yang harus ada pada profesi guru itu sendiri.
Dalam buku lain, istilah etik (ethica) mengandung makna nilai-nilai yang
mendasari perilaku manusia. Termaetik berasal dari bahasa filsafat, bahkan menjadi
salah satu cabangnya. Etik juga disepadankan dengan istilah adab, moral, ataupun
akhlak. Etik berasal dari perkataan ethos, yang berarti watak. Sementara adab adalah
keluhuran budi, yang berarti menimbulkan kehalusan budi atau kesusilaan, baik yang
menyangkut batin maupun lahir. Maksud kode etik adalah norma-norma yang mengatur
hubungan kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan (sekolah);
guru dan sesama guru; guru dan peserta didik; guru dan lingkungannya. Etika, pada
hakikatnya merupakan dasar pertimbangan dalam pembuatan keputusan tentang moral
manusia dalam interaksi dengan lingkungannya. Secara umum etika dapat diartikan
sebagai suatu disiplin filosofis yang sangat diperlukan dalam interaksi sesama manusia
dalam memilih dan memutuskan pola-pola perilaku yang sebaik-baiknya berdasarkan
timbangan moral-moral yang berlaku. Bisa ditarik kesimpulan bahwa kode etik guru
indonesia adalah himpunan nilai-nilai dan norma-norma profesi guru yang tersusun
dengan baik dan sistematis dalam suatu sistem yang utuh dan bulat.
Kode etik guru indonesia berfungsi sebagai landasan moral dan pedoman
tingkah laku setiap guru warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai
guru, baik di dalam maupun di luar sekolah serta dalam kehidupan sehari hari di
masyarakat. Dengan demikian , kode etik guru indonesia merupakan alat yang amat
penting untuk pembentukan sikap profesional para anggota profesi keguruan. Kode
Etik Guru Indonesia merupakan pedoman sikap dan perilaku bertujuan menempatkan
guru sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi undang-
undang. Kode Etik Guru Indonesia berfungsi sebagai seperangkat prinsip dan norma
moral yang melandasi pelaksanaan tugas dan layanan profesional guru dalam
hubungannya dengan peserta didik, orangtua/wali siswa, sekolah dan rekan seprofesi,
organisasi profesi, dan pemerintah sesuai dengan nilai-nilai agama, pendidikan, sosial,
etika dan kemanusiaan.
Jadi kode etik guru itu dapat diartikan sebagai aturan tata susila keguruan. Kode
etik suatu profesi adalah norma-norma yang harus diindahkan dan dipatuhi oleh setiap
anggota profesi di dalam melaksanakan tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Jika lebih diperinci lagi, Maksud kode etik adalah norma-norma yang
mengatur hubungan kemanusiaan (relationship) antara guru dan lembaga pendidikan
(sekolah), guru dan sesama guru, guru dan peserta didik, guru dan lingkungannya

E. Hasil Wawancara
Menurut ibu Annisa Effendy
1. Bagaimana menjadi guru yang memiliki kode etik ?
Guru yang melaksanakan tugasnya sesuai dengan aturan yg berlaku sehingga
dapat memberikan pelayanan terbaik kepada muridnya
2. Apa saja kedudukan dan peranan Guru di dalam Sekolah?
Kedudukan guru di sekolah sebagai tenaga pengajar yang propesional Peranan
guru disekolah sebagai sumber belajar, administrator, pembimbing belajar,
motivator dan penilai dan manajer di kelas
3. Bagaimana Formulasi Kebijakan Tentang Guru?
Langkah2 dan aturan2, proses agar guru dapat melaksanakan profesinya dengan
baik sehingga tercapai tujuan pendidikan
4. Bagaimana Evaluasi Kebijakan Guru?
Penilaian terhadap kinerja guru apakah materi yang disampaikan sudah dikuasai
siswa Atau belum dan apakah tujuan pendidikan sudah tercapai
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa guru yang
profesional adalah guru yang kompeten menjalankan profesi keguruannya dengan
kemampuan tinggi. Guru juga hendaknya memiliki kinerja profesional yaitu hasil kerja
yang dicapai dengan mempraktikkan suatu keahlian pada pendidikan dan jenjang
pendidikannya pada suatu periode tertentu. Sasaran sikap profesianal guru yang harus
dimiliki guru yaitu 1) Sikap pada peraturan, 2) sikap terhadap operasi profesi, 3) sikap
terhadap teman sejawat, 4) sikap terhadap anak didik, 5) sikap tempat kerja, 6) sikap
terhadap pemimpin, 7) sikap terhadap pekerjaan. Sikap profesional dapat
dikembangkan ke dalam dua hal yaitu pengembangan sikap selama pendidikan
prajabatan dan pengembangan sikap selama dalam jabatan. Kinerja profesional guru
juga perlu diperhatikan.

B. Saran
Sebagai seorang guru yang professional hendaknya harus mematuhi kode etik guru dan
dengan adanya kode etik guru, sebaiknya seorang guru tidak melakukan tindakan-
tindakan yang menyimpang dari kode etik guru. Dalam melaksanakan profesi
keguruannya, sebagai seorang orang guru harus sesuai dengan kode etik guru yang telah
ditetapkan dan disepakati bersama.
Semoga kita semua kelak menjadi guru yang professional, dapat menghayati,
mengamalkan dan menjunjung tinggi Kode Etik Guru Indonesia, serta dapat beretika
baik terhadap siswa, orang tua/ wali, rekan sejawat dan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Sulaiman Saat Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin Makassar Jl. Sultan
Alauddin No. 36 Samata Gowa, Soetjipto dan Raflis Kosasi. 1999. Profesi Keguruan,
Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hal.31. Aan Hasanah, Pengembangan Profesi Guru,
Bandung, CV Pustaka Setia, 2012, hlm. 26-29 Syaiful bahri djamarah , Op Cit,
hlm.49-50. Manpan Drajat dan Ridwan Effendi, Etika Profesi Guru, Bandung,
Alfabeta, 2014, hlm. 110-113 Soetjipto & Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, hlm. 33
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai