Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN

“KONSEP KOMPETENSI GURU DAN GURU PROFESIONAL”


Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Profesi Kependidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Heru Suparman

Disusun Oleh Kelompok 7 :


Syariefah Fadila (202014500064)
Arina Safa Rafida (202014500016)
Dewi Fatimah (202014500097)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2022

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat-Nya dan usaha yang penulis lakukan, makalah yang berjudul "Konsep
Kompetensi Guru Dan Guru Profesional" dapat terselesaikan dengan baik dan tepat
waktu.
Makalah ini disusun sebagai tugas presentasi berkelompok untuk mata
kuliah Profesi Kependidikan yang diampu oleh Dr. Heru Suparman.
Penulis mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif untuk
penyempurnaan makalah ini. Penulis mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang baik dalam makalah ini. Penulis berharap dengan pembuatan makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih.

Jakarta, September 2022

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI
COVER ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ iv
1.1 LATAR BELAKANG ......................................................................... iv
1.2 RUMUSAN MASALAH ..................................................................... iv
1.3 TUJUAN .............................................................................................. 1
1.4 MANFAAT .......................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 2
2.1 PENGERTIAN KOMPETENSI .......................................................... 2
2.2 PENGERTIAN KOMPETENSI GURU .............................................. 3
2.3 KONSEP KOMPETENSI GURU ....................................................... 4
2.4 PENGERTIAN GURU PROFESIONAL ............................................ 10
2.5 KONSEP KOMPETENSI GURU PROFESIONAL ........................... 10
2.6 CIRI-CIRI GURU PROFESIONAL .................................................... 13
2.7 KARAKTERISTIK GURU PROFESIONAL ..................................... 17
2.8 INDIKATOR KOMPETENSI PROFESIONAL GURU ..................... 18
2.9 UPAYA PENINGKATAN PROFESIONAL GURU .......................... 19
2.10 TANGGUNG JAWAB GURU .......................................................... 21
2.11 MENJADI GURU PROFESIONAL .................................................. 22
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 23
3.1 KESIMPULAN ................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 24

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional disebutkan bahwa: Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Guru bukanlah sekedar profesi dalam ruang lingkup belajar mengajar saja,
akan tetapi guru juga dituntut memiliki ketrampilan mendidik dengan benar
sehingga guru mampu melaksanakan profesinya secara profesional. Untuk
melaksanakan profesinya secara profesional tidaklah semudah mengucapkannya,
karena kemampuan profesional seorang guru harus terus berkembang dan terus
ditingkatkan sesuai dengan kebutuhan zaman dan sejalan dengan perkembangan
kurikulum pendidikan itu sendiri. Sebagus dan sehebat apapun sebuah desain
kurikulum pendidikan, tetap tidak akan berjalan jika tidak diikutsertakan dengan
pengembangan kemampuan guru sebagai praktisi pendidikan sehingga profesional
nya seorang guru bisa sejalan dengan amanah dan tujuan pendidikan nasional di
Indonesia.
Selama proses belajar seorang guru semestinya menunjukkan
kemampuannya menjadi seorang pendidik. Kompetensi pendidik perlu bersendikan
pada prinsip keguruan. Prinsip keguruan itu dapat berupa: (1) kegairahan dan
kesediaan untuk mengajar seperti memerhatikan: kesedian, kemampuan,
pertumbuhan, dan perbedaan peserta didik; (2) membangkitkan gairah peserta
didik; (3) menumbuhkan bakat dan sikap peserta didik yang baik; (4) mengatur
proses belajar mengajar yang baik; (5) memerhatikan perubahan-perubahan
kecenderungan yang memengaruhi proses mengajar; dan (6) adanya hubungan
manusiawi dalam proses belajar-mengajar.
Guru menjadi pendidik profesional membutuhkan berbagai kompetensi
keguruan. Kompetensi dasar bagi guru didasarkan pada tahapan kepekaan terhadap
bobot potensi dasar dan kecenderungan yang dimilikinya. Kompetensi
membutuhkan kemampuan persiapan para guru untuk menguasai pengetahuan,
keterampilan dan kemampuan kusus yang terkait dengan profesi bidang mata
pelajaran keguruan. Kompetensi membangun ketrampilan dalam belajar-mengajar
di kelas. Guru dianjurkan meningkatkan kemampuannya agar memenuhi syarat
guru yang profesional. Kompetensi yang harus dimiliki oleh guru berdasarkan
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pada Bab IV (Udin
Syaefudin Saud, 2009: 49). Pasal 10 ayat 91, yang menyatakan bahwa “
Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan
profesi”.

iv
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pergertian kompetensi?
2. Apa pengertian kompetensi guru
3. Bagaimana konsep kompetensi guru?
4. Apa pengertian guru profesional?
5. Bagaimana konsep kompetensi guru profesional?
6. Bagaimana ciri-ciri guru profesional?
7. Bagaimana karakteristik guru profesional?
8. Bagaimana indikator kompetensi profesional guru?
9. Bagaimana upaya meningkatkan profesionalisme guru?
10. Bagaimana tanggung jawab guru?
11. Bagaimana strategi menjadi guru profesional?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian kompetensi
2. Untuk mengetahui pengertian kompetensi guru
3. Untuk mengetahui konsep kompetensi guru
4. Untuk mengetahui pengertian guru profesional
5. Untuk mengetahui konsep kompetensi guru profesional
6. Untuk mengetahui ciri-ciri guru profesional
7. Untuk mengetahui karakteristik guru profesional
8. Untuk mengetahui indikator kompetensi profesional guru
9. Untuk mengetahui upaya meningkatkan profesionalisme guru
10. Untuk mengetahui tanggung jawab guru
11. Untuk mengetahui strategi menjadi guru profesional
1.4 Manfaat
1. Dapat menambah wawasan tentang pengertian kompetensi
2. Dapat menambah wawasan tentang pengertian kompetensi guru
3. Dapat menambah wawasan tentang konsep kompetensi guru
4. Dapat menambah wawasan tentang pengertian guru profesional
5. Dapat menambah wawasan tentang konsep kompetensi guru profesional
6. Dapat menambah wawasan tentang ciri-ciri guru profesional
7. Dapat menambah wawasan tentang karakteristik guru profesional
8. Dapat menambah wawasan tentang indikator kompetensi profesional guru
9. Dapat menambah wawasan tentang upaya meningkatkan profesionalisme
guru
10. Dapat menambah wawasan tentang tanggung jawab guru
11. Dapat menambah wawasan tentang strategi menjadi guru professional

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kompetensi
Retour (2012, dalam Libanio, Amaral, & Migowski, 2017: 196) menganggap
kompetensi sebagai keterampilan operasional tahu-bagaimana yang sudah
divalidasikan. Kompetensi dibutuhkan agar seseorang agar dapat melaksanakan
tugas secara efektif dan sukses. Namun, secara flosofs, kompetensi tidak sama
dengan pekerjaan. Meskipun memang kompetensi dan pekerjaan memiliki
keterkaitan yang sangat erat. Kompetensi dalam konteks ini lebih cenderung
merupakan prasyarat tertentu yang harus dipenuhi oleh seseorang sebelum
melakukan suatu pekerjaan (Soemantri, 2010:685). Konsep ini sejalan dengan ide
McClelland, yang menyatakan kompetensi spesifk pada tugas dan organisasi,
sehingga mereka hanya bisa digambarkan dalam konteks pekerjaan yang
ditugaskan (Evangelista, 2009:1).
Mudhofr (2012) menyimpulkan kompetensi itu dipandang sebagai pilarnya atau
teras kinerja dari suatu profesi. Hal itu mengandung implikasi bahwa seorang
profesional yang kompeten itu harus dapat menunjukkan karakteristik utamanya,
antara lain:
1. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional. Ini berarti ia
memiliki kemampuan analisis kritis dan pertimbangan logis untuk membuat
pilihan dan memutuskan.
2. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan kaidah,
hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dsb.) tentang seluk beluk apa
yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.
3. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode dan teknik,
prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dsb) tentang cara
bagaimana dan dengan apa harus melakukan pekerjaannya.
4. Memahami standar kelayakan normatif minimal kondisi keberhasilan
pengajaran.
5. Memiliki motivasi dan aspirasi untuk melakukan tugasnya.
6. Memiliki kewenangan untuk mendemonstrasikan dan menguji
kompetensinya agar memperoleh pengakuan.
Sementara itu, menurut Aghaie (dalam Ilandou & Zand, 2011:1145) para guru
perlu memiliki kompetensi (1) pengetahuan atas berbagai keterampilan berpikir dan
mengaplikasikannya; (2) familiar dengan metode pembelajaran dan pengajaran
baru serta mengaplikasikannya; (3) manajemen kelas dan keterampilan khusus
untuk berkomunikasi dengan murid; (4) familiar dengan teknologi komunikasi dan
informasi, serta mampu menggunakannya dalam pengajaran; (5) keterampilan
meneliti; dan (6) terampil dalam mengevaluasi prestasi akademik.
Shabani membagi kompetensi guru secara sederhana, yaitu (1) kompetensi
karakteristik, yang meliputi pengaturan berorientasi murid, berorientasi pada murid
dan kedekatan murid, dan pengaturan berorientasi subjek; (2) saintifk, yang

2
termasuk di dalamnya adalah kesadaran psikologi, metode mengajar, metode
komunikasi baru, psikologi sosial, psikologi pengajaran dan komunikasi (Ilandou
& Zand, 2011:1145).
Ahli lain, Taghi Pour Zahir (2010, Ilandou & Zand, 2011:1145) juga membagi
2 kompetensi guru menjadi vokasional dan personal, di mana vokasional meliputi
pengetahuan umum, pengetahuan vokasi dan keterampilan komunikasi; sedangkan
yang personal antara lain kesehatan jiwa dan fsik, ketaatan pada nilai, serta
memiliki kemampuan mental yang baik.
Ilandou dan Zand (2011:1145) sendiri mengusulkan guru memiliki kompetensi
umum dan kompetensi khusus. Kompetensi umum meliputi pemahaman dengan
psikologi perkembangan dan pembelajaran, kesadaran akan proses pengajaran-
pembelajaran, manajemen kelas, metode pengajaran, pengontrolan dan evaluasi.
Sementara itu, kompetensi khusus antara lain penguasaan konten, menyajikan
konten dalam urutan yang tepat, mengorganisasi konten, menguasai penggunaan
alat latihan, mencatat secara akurat, memberikan umpan balik kepada murid
(Ilandou & Zand, 2011:1145).
Berangkat dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa kompetensi
guru merupakan seperangkat penguasaan pengetahuan dan kemampuan yang
harus dimiliki guru agar dapat melaksanakan pekerjaannya secara benar dan
bertanggung jawab.
Guru merupakan sosok penting dalam sistem pembelajaran di sekolah.
Mengingat pentingnya fungsi guru dalam dunia pendidikan, maka guru
didefinisikan sebagai pihak atau subyek yang melakukan pekerjaan mendidik
muridnya agar supaya tumbuh dan berkembang sesuai dengan yang diharapkan.
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi siswa sehingga siswa mau belajar.
Di samping itu, guru adalah seorang yang berjasa besar terhadap
masyarakat dan negara, tinggi dan rendahnya kebudayaan suatu masyarakat, maju
atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu masyarakat dan negara, sebagian
besar bergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang diberikan oleh guru-
guru.

2.2 Pengertian Kompetensi Guru


Kompetensi guru diartikan sebagai penguasaan terhadap suatu tugas
(mengajar dan mendidik), keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk
menunjang keberhasilan proses pembelajaran yang dilakukannya. Dengan
demikian, kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas
guru yang sebenarnya. Kompetensi tersebut akan diwujudkan dalam bentuk
penguasaan ketrampilan, pengetahuan maupun sikap profesional dalam
menjalankan tugas dan fungsi sebagai guru.
Kompetensi guru mengandung arti kemampuan seseorang guru dalam
melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawabguru dalam
melaksanakan profesi keguruannya.Jadi, pengertian kompetensi guru adalah

3
seperangkat penguasaan kemampuan yang harus ada dalam diri guru agar dapat
mewujudkan kinerjanya secara tepat dan efektif.
2.3 Konsep Kompetensi Guru
Kompetensi utama yang harus dikuasai guru adalah membelajarkan peserta
didik. Namun demikian, kompetensi ini tidak berdiri sendiri. Ada sembilan
karakteristik citra guru yang ideal, yaitu: (1) memiliki semangat juang yang tinggi
disertai kualitas keimanan dan ketaqwaan yang mantap, (2) mampu mewujudkan
dirinya dalam keterkaitan dan padanan dengan tuntutan lingkungan dan
perkembangan iptek, (3) mampu belajar dan bekerjasama dengan profesi lain, (4)
memiliki etos kerja yang kuat, (5) memiliki kejelasan dan kepastian pengembangan
karir, (6) berjiwa profesional tinggi, (7) memiliki kesejahteraan lahir dan batin,
material, dan non material, (8) memiliki wawasan masa depan, dan (9) mampu
melaksanakan fungsi dan perannya secara terpadu. Kemudian dijelaskan bahwa
guru harus mempunyai: (1) kepribadian yang matang dan berkembang, (2)
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi kuat, (3) keterampilan untuk
membangkitkan minat peserta didik, dan (4) mengembangkan profesinya secara
berkesinambungan.
Menurut Drexel, seseorang yang memiliki kompetensi, yaitu: selalu
berorientasi pada hasil, memperhatikan prosedur dalam mengidentifikasi dan
menilai hasil proses pembelajaran, memiliki pengalaman, memiliki pengetahuan
formal dan informal serta berperilaku terhadap kemajuan.
Kompetensi guru yang dituntut Undang Undang No 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen (UUGD) didefnisikan sebagai seperangkat pengetahuan,
keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Pernyataan ini mengandung
makna bahwa kompetensi meliputi tugas, keterampilan, sikap, nilai, apresiasi
diberikan dalam rangka keberhasilan hidup/penghasilan hidup. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan,
kemampuan, dan penerapan dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja.
Keberadaan guru yang profesional dan berkompeten merupakan suatu
keharusan untuk memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. Guru
yang profesional mampu mencerminkan sosok keguruannya dengan wawasan
yang luas dan memiliki sejumlah kompetensi yang menunjang tugasnya.
Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen pasal
10 ayat (1) kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui
pendidikan profesi.
Kompetensi guru dinilai sebagai gambaran professional tidaknya pendidik
(guru) tersebut. Bahkan kompetensi guru mempengaruhi keberhasilan yang dicapai
peserta didiknya (Jamawi, 2012). Pada masa pandemi ini, guru harus memiliki
serangkaian kompetensikompetensi untuk menolong siswa dalam

4
pembelajarannya. Kepmendiknas No 16 Tahun 2007 menetapkan standar
kompentensi guru yaitu:
1. Kompetensi Pedagogik
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi pedagogik adalah Kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.
(Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, 2009 : 32). Hal
tersebut berimplikasi bahwa seorang guru harus mampu menguasai teori belajar dan
prinsip-prinsip belajar, karena siswa memiliki karakter, sifat, dan interest yang
berbeda. Berkenaan dengan pelaksanaan kurikulum, seorang guru harus mampu
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan masing-masing dan
disesuaikan dengan kebutuhan lokal. Guru harus mampu mengoptimalkan potensi
peserta didik untuk mengaktualisasikan kemampuannya di kelas, dan harus mampu
melakukan kegiatan penilaian terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan
(Direktorat Tenaga Kependidikan,2008:4). Kemampuan yang harus dimiliki guru
berkenaan dengan aspekaspek yang diamati, yaitu (Direktorat Tenaga
Kependidikan,2008:4):
a. Penguasaan terhadap karakteristik peserta didik dari aspek fsik, moral,
sosial, kultural, emosional dan intelektual.
b. Penguasaan terhadap teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c. Mampu mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang
pengembangan yang diampu.
d. Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.
h. Melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar, memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran.
i. Melakukan tindakan refektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
pemahaman peserta didik dan pengelola pembelajaran yang mendidik dan dialogis.
Secara substantif kompetensi ini mencakup kemampuan pemahaman terhadap
peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar,
dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi pedagogik tersebut
dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: (1)
Memahami peserta didik. (2) Merancang pembelajaran, (3) Melaksanakan
pembelajaran. (4) Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. (5)
Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya.

5
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru berkenaan dengan penguasaan
teoritis dan praktis dalam pembelajaran, seperti kemampuan mengelola
pembelajaran, perencanaan dan pelaksanaan, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya (Susanto, 2016). Kompetensi pedagogik juga sering dimaknai sebagai
kemampuan dalam mengelola pembelajaran, yang mencakup tentang konsep
kesiapan mengajar yang ditunjukkan melalui penguasaan pengetahuan dan
keterampilan mengajar (Wibowo & Hamrin, 2012). Kemampuan merencanakan
program belajar mengajar mencakup beberapa kemampuan (Joni, 2014) :
a. Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran.
b. Merencanaan pengelolaan kegiatan belajar mengajar.
c. Merencanakan pengelolaan kelas.
d. Merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran.
e. Merencanakan penilaian prestasi-prestasi siswa untuk kepentingan
pengajaran.
Guru juga harus mampu melaksanakan proses belajar mengajar yang meliputi
(Yutmini, 2012):
a. Menggunakan media belajar, metode pembelajaran, dan bahan latihan yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Mendemonstrasikan penguasaan matapelajaran dan perlengkapan
pengajaran.
c. Berkomunikasi dengan siswa.
d. Mendemontrasikan berbagai metode mengajar.
e. Melaksanakan evaluasi proses belajar mengajar.
2. Kompetensi Kepribadian
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak
mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. (Undang-undang
Nomor 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, 2009 : 32). Pelaksanaan tugas
sebagai guru harus didukung oleh suatu perasaan bangga akan tugas yang
dipercayakan kepadanya untuk mempersiapkan generasi kualitas masa depan
bangsa. Dengan kata lain seorang guru harus memiliki passion yang tercermin
dalam tata nilai norma, moral, estetika, dan ilmu pengetahuan yang nantinya
memengaruhi perilaku etik siswa sebagai pribadi dan anggota masyarakat. Guru
dituntut harus mampu membelajarkan siswanya tentang disiplin diri, belajar
membaca, mencintai buku, menghargai waktu, belajar bagaimana cara belajar,
mematuhi aturan/tata tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semuanya itu
akan berhasil apabila guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya (Direktorat Tenaga Kependidikan,2008:5). Guru harus mempunyai
kemampuan yang berkaitan dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang
guru. Aspek-aspek yang diamati adalah (Direktorat Tenaga Kependidikan,2008:5-
6):

6
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan
nasional Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
guru, dan rasa percaya diri.
e. Menjunjung tinggi kode etik profesi guru.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi
peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci setiap elemen kepribadian tersebut
dapat dijabarkan menjadi subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: (1)
Memiliki kepribadian yang mantap dan stabil. Subkompetensi ini memiliki
indikator esensial: bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai pendidik, dan memiliki konsistensi dalam bertindak
sesuai dengan norma; (2) Memiliki kepribadian yang dewasa. Subkompetensi ini
memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai pendidik; (3) Memiliki kepribadian yang
arif. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, masyarakat dan menunjukkan
keterbukaan dalam berpikir dan bertindak; (4) Memiliki kepribadian yang
berwibawa. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: memiliki perilaku yang
berpengaruh positif terhadap peserta didik dan disegani; (5) Memiliki akhlak mulia
dan dapat menjadi teladan. Subkompetensi ini memiliki indikator esensial:
bertindak sesuai dengan norma religius (imtaq, jujur, ikhlas, suka menolong), dan
memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Guru adalah sosok pribadi yang dianggap sebagai panutan oleh peserta
didiknya. Kepribadian akan tampak manakala guru bergaul sehari-hari dengan
siswa maupun pribadi lain. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan peserta
didik dan berahlak mulia (Susanto, 2016). Kepribadian guru tidak hanya mencakup
indikator formal kepribadian guru dalam merencanakan proses pembelajaran dan
mengelola kegiatan pembelajaran, tetapi meliputi semua unsur kepribadian yang
dapat dilihat (Daradjat, 2005). Guru tidak hanya mengajarkan pengetahuan kepada
siswa agar intelektualnya berkembang, namun juga mentransfer nilai-nilai
kehidupan untuk mengembangkan kepribadian anak didiknya. Kepribadian guru
merupakan ranah implementatif dari semua teori yang mungkin telah ia ajarkan
pada siswa.
3. Kompetensi Sosial
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
kompetensi sosial adalah Kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi
secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. (Undang-undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru

7
dan Dosen, 2009 : 33). Guru di mata masyarakat dan siswa merupakan panutan
yang perlu dicontoh dan merupakan suri tauladan dalam kehidupan sehari-hari.
Guru perlu memiliki kemampuan sosial dengan masyarakat, dalam rangka
pelaksanaan proses pembelajaran yang efektif. Dengan dimilikinya kemampuan
tersebut, otomatis hubungan sekolah dengan masyarakat akan berjalan dengan
lancar, sehingga jika ada keperluan dengan orang tua siswa, para guru tidak akan
mendapat kesulitan. Kemampuan sosial meliputi kemampuan guru dalam
berkomunikasi, bekerja sama, bergaul simpatik, dan mempunyai jiwa yang
menyenangkan. Kriteria kinerja guru yang harus dilakukan adalah (Direktorat
Tenaga Kependidikan,2008:6):
a. Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fsik, latar belakang keluarga, dan status sosial
ekonomi.
b. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara
lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator esensial sebagai
berikut: (1) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik.
Subkompetensi ini memiliki indikator esensial: berkomunikasi secara efektif
dengan peserta didik; (2) Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan
sesama pendidik dan tenaga kependidikan; (3) Mampu berkomunikasi dan bergaul
secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.
Guru juga merupakan pribadi yang tinggal ditengah-tengah lingkungan
masyarakat. Ditengah masyarakat guru dinilai sebagai pribadi yang berwibawa,
pandai, sopan dan terampil. Oleh karenanya guru harus mampu menjaga sikap dan
pandai membawa diri di tengah lingkungan masyarakat. Guru dituntut memiliki
kompetensi sosial, yaitu kemampuan seorang guru untuk berkomunikasi dan
berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua,
dan masyarakat sekitar (Ma’mur, 2009). Kemampuan berkomunikasi dalam
berinteraksi yang dimunculkan lewat kondisi objektif ditengah-tengah lingkungan
dimana guru berada menunjukkan kompetensi sosial guru yang sesungguhnya.
4. Kompetensi Profesional
Penjelasan dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen,
kompetensi profesional adalah Kemampuan penguasaan materi pelajaran secara
luas dan mendalam. (Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru Dan
Dosen, 2009 : 33). Kompetensi Profesional yaitu kemampuan yang harus dimiliki
guru dalam perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran agar dapat mencapai

8
tujuan pembelajaran (Direktorat Tenaga Kependidikan,2008:6-7), untuk itu guru
dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru juga harus adaptif terhadap
perubahan dan cepat menangkap informasi terbaru agar mampu menyajikan materi
yang aktual.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan
penguasaan materi pembelajaran bidang studi secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan substansi isi materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materi kurikulum tersebut, serta menambah
wawasan keilmuan sebagai guru. Secara rinci masing-masing elemen kompetensi
tersebut memiliki subkompetensi dan indikator esensial sebagai berikut: (1)
Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Subkompetensi
ini memiliki indikator esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum
sekolah, memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang koheren dengan
materi ajar, memahami hubungan konsep antarmata pelajaran, dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; (2) Menguasai langkah-
langkah penelitian dan kajian kritis untuk menambah wawasan dan memperdalam
pengetahuan/materi bidang studi.
Kompetensi professional meliputi pengembangan profesi, pemahaman
wawasan, dan penguasaan bahan kajian akademik (Direktorat Tenaga
Kependidikan Depdiknas, 2004). Menurut Rice & Bishoprick, guru professional
adalah guru yang mampu mengelola dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari.
Keduanya memandang profesinalisme guru sebagai proses yang bergerak dari
ketidaktahuan (ignorance) menjadi tahu, dari ketidak matangan (immaturity)
menjadi matang, dari diarahkan oleh orang lain (otherdirectedness) menjadi
mengarahkan diri sendiri (Bafadal, 2008). Profesionalisme guru merupakan
kondisi, arah, nilai, tujuan dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam
bidang pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan seseorang
sebagai mata pencaharian (Asrori & Rusman, 2020). Guru yang professional adalah
guru yang memiliki kompetensi untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran
serta pengabdian kepada masyarakat.
Bagi guru yang telah memenuhi persyaratan akademik di atas, pemerintah
juga telah melakukan prosedur tertentu untuk memperoleh predikat profesional.
Prosedur yang telah dan mulai dikembangkan adalah (Prayitno, 2010)
a. Sertifikasi guru, (guru pengampu mata pelajaran dan guru BK) dengan
fortofolio.
b. Sertifikasi guru, (guru pengampu mata pelajaran dan guru BK) dengan pola
pendidikan dan latihan profesi guru (PLPG/PLPG-BK).
c. Program Pendidikan Profesi, (PPG untuk guru pengampu mata pelajaran
dan PPK untk guru BK).
Langkah-langkah yang telah dilakukan di atas, diharapkan profesi pendidik
akan menjadi profesi bermartabat, adapun kemartabatan profesi menurut Prayitno
antara lain:

9
1. Bermanfaat, artinya pelayanan pendidikan yang diberikan oleh guru benar-
benar dirasakan manfaatnya oleh peserta.
2. Bermandat, artinya bahwa yang akan menjadi guru ke depan adalah guru
yang memiliki kewenangan dan memperoleh pendidikan secara khusus
melalui program pendidikan profesi.
3. Diakui secara sehat, artinya pemerintah dan masyarakat mengakui
keberadaan dan kebermanfaatan profesi tersebut.
Kemampuan dan keterampilan mengajar merupakan suatu hal yang dapat
dipelajari serta diterapkan atau dipraktekkan oleh setiap guru. Mutu pengajaran
akan meningkat apabila seorang guru dapat mepergunakannya secara tepat. Guru
yang bermutu atau berkualitas ada lima komponen, yakni petama, bekerja dengan
siswa secara individual. Kedua, persiapan dan perencanaan mengajar. Ketiga,
pendayagunaan alat pelajaran. Keempat, melibatkan siswa dalam berbagai
pengalaman. Kelima, kepemimpinan aktif dari guru.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kompetensi yang dimiliki
oleh setiap guru menunjukkan kualitas guru dalam melakukan pembelajaran.
Kompetensi tersebut dimulai dari bagaimana kemampuan guru untuk
menyusun program perencanaan pembelajaran dan melaksanakan rencana
pembelajaran tersebut.
2.4 Pengertian Guru Profesional
Menurut Wahyudi (2012) guru profesional adalah guru yang mampu
mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugastugasnya sehari-hari.
Profesionalisme yang dimaksud oleh mereka adalah satu proses yang bergerak dari
ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidakmatangan menjadi matang. Sedangkan
menurut Glickman dalam Bafadal yang menegaskan bahwa seseorang akan bekerja
secara profesioanl bilaman orang tersebut memiliki kemampuan profesional
bilamana memiliki kemampuan tinggi dan motivasi kerja tinggi.
Menurut Kunandar guru profesional adalah guru yang mengenal tentang
dirinya. Dirinya maksudnya disini adalah pribadi yang dipanggil untuk
mendampingi peserta didik dalam proses pembelajaran. Guru dituntut mencari tahu
secara terus-menerus bagaimana seharusnya peserta didik itu belajar. Maka apabila
ada kegagalan peserta didik guru terpanggil untuk menemukan penyebabnya dan
mencari jalan keluar bersama peserta didik.
Agus F. Tambayongdalam buku “Menjadi Guru Profesional” karya Moh.
Uzer Usman menjelaskan bahwa pengertian guru profesional adalah orang yang
memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia
mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal, maka guru profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan
baik, serla memiliki pengalaman yang di bidangkan.
2.5 Konsep Kompetensi Guru Profesional

10
Untuk dapat menjadi seorang guru yang memiliki kompetensi, maka diharuskan
memiliki kemampuan untuk mengembangkan tiga aspek kometensi yang ada pada
dirinya yaitu:
1. Kompetensi pribadi adalah sikap pribadi guru berjiwa pancasila yang
mengutamakan budaya bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi
kelestarian bangsa dan negaranya.
2. Kompetensi profesional adalah kemampuan dalam penguasaan mata
pelajaran tata bidang studi yang di ajarkan dan terpaku dengan kemampuan
mengajarnya sekaligus sehingga guru itu memiliki wibawa akademis.
3. Kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan yang berhubungan dengan
bentuk partisipasi sosial seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di
masyarakat tempat ia bekerja, baik formal maupun informal.
Menurut Suryadi dalam Suwarna (2004), predikat guru profesional dapat
dicapai dengan memiliki empat karakteristik profesional, yaitu:
1. Kemampuan profesional (professional capacity), yaitu kemampuan
intelegensi, sikap, nilai, dan keterampilan serta prestasi dalam
pekerjaannya. Secara sederhana, guru harus menguasai materi yang
diajarkan.
2. Kompetensi upaya profesional (professional effort), yaitu kompetensi untuk
membelajarkan siswanya.
3. Profesional dalam pengelolaan waktu (time devotion).
4. Imbalan profesional (professional rent) yang dapat menyejahterakan diri
dan keluarganya.
Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia yang profesional dipersyaratkan
mempunyai:
1. Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat
teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;
2. Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu
ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-
konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan
bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis
pendidikan masyarakat Indonesia;
3. Pengembangan kemampuan profesional berkesinambungan.
Profesi guru merupakan profesi yang berkembang terus menerus dan
berkesinambungan antara LPTK dengan praktek pendidikan. Kekerdilan profesi
guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-
service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang
lemah.
Profesi guru menurut Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen harus memiliki prinsip-prinsip profesional seperti tercantum pada pasal 5
ayat 1, yaitu: ”Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
memerlukan prinsip-prinsip profesional sebagai berikut:

11
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.
2. Memiliki kualifikasi pendidikan dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya.
3. Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya.
4. Mematuhi kode etik profesi.
5. Memiliki hak dan kewajiban dalam melaksanakan tugas.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerjanya.
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan profesinya secara
berkelanjutan.
8. Memperoleh perlindungan hukum dalam rnelaksanakan tugas
profesionalnya.
9. Memiliki organisasi profesi yang berbadan hukum”.
Lebih lanjut dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,
pasal 28 disebutkan bahwa ”pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rokhani, serta memilki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.
Apabila syarat-syarat profesionalisme guru di atas itu terpenuhi maka akan
mengubah peran guru yang tadinya pasif menjadi guru yang kreatif dan dinamis.
Hal ini sejalan dengan pendapat Semiawan (1991) bahwa pemenuhan persyaratan
guru profesional akan mengubah peran guru yang semula sebagai orator yang
verbalistis menjadi berkekuatan dinamis dalam menciptakan suatu suasana dan
lingkungan belajar yang invitation learning environment. Dalam
perkembangannya, guru memiliki multi fungsi yaitu sebagai fasilitator, motivator,
informator, komunikator, transformator, change agent, inovator, konselor,
evaluator, dan administrator
Direktorat Tenaga Kependidikan (2007) menjelaskan bahwa guru
merupakan unsur pendidikan yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik,
dalam upaya pendidikan seharihari di sekolah dan banyak menentukan keberhasilan
anak didik dalam mencapai tujuan. Guru adalah tenaga pendidik yang memiliki
peran strategis dalam pembangunan dibidang pendidikan nasional. Sehubungan
dengan uraian di atas, menurut Mulyasa 2008), ada tiga syarat yang harus
diperhatikan dalam pembangunan pendidikan agar dapat berkontribusi terhadap
peningkatan kualitas sumber daya manusia, yaitu: (1) guru dan tenaga kependidikan
yang profesional; (2) sarana gedung; dan (3) buku yang berkualitas. Jadi, guru yang
profesional merupakan syarat utama yang harus dipenuhi agar pendidikan dapat
berhasil mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sehubungan dengan guru profesional, dalam pasal 8 dan pasal 9 Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
dijelaskan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik sarjana atau diploma
empat, kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
kompetensi profesional, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta
berkemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya dalam
pasal 7 Undang-undang tersebut dijelaskan bahwa profesi guru merupakan
pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip memiliki komitmen untuk

12
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia. Ketiga
pasal tersebut menegaskan bahwa guru profesional harus memiliki prinsip
komitmen organisasi, kualifikasi akademik, kompetensi, dan tanggung jawab
sebagai dasar untuk dapat melaksanakan pekerjaan secara efektif dan efisien.
2.6 Ciri-ciri Guru Profesional
Menurut Saud (2009) ciri-ciri guru profesional, yaitu: (1) mempunyai
komitmen terhadap budaya organisasi atau komitmen pada proses belajar siswa; (2)
menguasai secara mendalam materi pelajaran dan cara mengajarkannya; (3) mampu
berpikir secara sistematis tentang apa yang dilakukan dan belajar dari
pengalamannya; dan (4) merupakan bagian masyarakat belajar dari lingkungan
profesinya yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan profesionalismenya.
Hal ini juga sesuai dengan pendapat Rusman (2009) mengemukakan ciri-ciri guru
profesional adalah: 1) mempunyai komitmen dalam kepentingan siswa dan
pembelajaran; 2) menguasai secara mendalam materi ajar, dan penggunaan metode
dan strategi pembelajaran; 3) mampu berpikir sistematik dan selalu belajar dari
pengalaman, mau refleksi diri, dan koreksi; 4) proses belajar mengajar semakin
baik; 5) bertanggung jawab memantau dan mengamati perilaku siswa melalui
kegiatan evaluasi, aplikasi di kelas maupun membuat program evaluasi analisis, dan
remedial, serta melaksanakan bimbingan.
Ciri-ciri guru profesional menurut Kunandar antara lain: memiliki
kualifikasi pendidikan profesi yang memadai, memiliki kompetensi keilmuan
sesuai dengan bidang yang ditekuninya, memiliki kemampuan berkomunikasi yang
baik dengan anak didiknya, mempunyai jiwa kreatif dan produktif, mempunyai etos
kerja dan komitmen tinggi terhadap profesinya, dan selalu melakukan
pengembangan diri secara terus menerus (continuous improvement) melalui
organisasi profesi, internet, buku, seminar, dan semacamnya.
Seorang yang berprofesi sebagai guru harus memiliki ciri khusus yang autentik
tentang keilmuan atau keguruan, dan untuk menjadi seorang guru yang profesional
maka harus memiliki ciri-ciri diantaranya sebagai berikut:
1. Menjiwai atau Menyenangi Profesinya
Profesi merupakan suatu hal yang terus menerus kita lakukan tanpa ada suatu
batasan waktu tertentu. Maka, setiap profesi yang dipilih atau diemban oleh
seseorang termasuk di dalamnya guru haruslah dijiwai, disenangi, dicintai dan
difahami dengan baik. Jika suatu profesi tidak disukai maka hal yang dilakukan
secara kontinu tersebut akan mudah bosan, tidak menyenangkan dan tidak sepenuh
hati dilaksanakannya. Hal tersebut tidak diharapkan terjadi pada seorang guru,
mengingat guru adalah profesi yang berhadapan dengan makhluk yang memiliki
jiwa yang haus akan kasih sayang/perhatian, makhluk yang memiliki akal/fikiran
yang harus terus diisi dengan ilmu pengetahuan dan makhluk yang memiliki bentuk
fisik yang terus berkembang atau bergerak sesuai kehendak hati dan fikirannya.
2. Menguasai profesinya sesuai bidang ilmu pengetahuannya

13
Seorang guru yang profesional haruslah seorang guru yang benarbenar ahli
dalam bidang ilmu yang akan diajarkan kepada peserta didik. Untuk menjadi
seorang yang Ahli dalam bidang ilmu yang akan diajarkannya kepada peserta didik,
guru haruslah seorang yang terlebih dahulu diwajibkan menempuh jenjang
pendidikan yang sesuai dengan profesinya. Jika seorang guru memilih profesi
sebagai guru tanpa melalui jenjang pendidikan keguruan, maka guru tersebut
tidaklah disebut sebagai seorang guru yang profesional, akan tetapi mereka disebut
sebagai seorang guru yang amatir atau delintatis.
3. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik
Seorang Guru yang profesional harus memiliki kemampuan menyampaikan
atau mengajarkan ilmu yang dimilikinya (Transfer of Knowledge) kepada peserta
didiknya secara efektif dan efesien.4 Selain menguasai bidang keahliannya, guru
diharapkan agar juga mampu menguasai ilmu tentang spesifik keguruan seperti
bagaimana memahami kepribadian peserta didik, bagaimana cara/metode/teknik
menyampaikan ilmu secara objektif, bagaimana cara berinteraksi dengan peserta
didik secara benar dan tepat, sehingga guru akan mampu mengelola setiap proses
belajar mengajar di dalam kelas dengan mudah.
4. Berpegang teguh pada kode etik profesinya
Setiap profesi pastinya masing-masing memiliki kode etik tersendiri, begitu
juga halnya dengan profesi guru. Seorang guru harus memiliki sikap atau perilaku
yang sesuai perkataanya, guru tidak hanya dinilai dari apa yang disampaikannya
kepada peserta didik, akan tetapi guru juga dinilai dari akhlaknya, kesabarannya,
kejujurannya, keikhlasannya, cara berfikirnya, ketaqwaannya, jiwa sosialnya
bahkan dinilai sampai pada cara guru mengontrol emosinya, dan hal tersebut
merupakan kode etik yang harus dimiliki oleh setiap guru.
5. Entrepreneurship
Entrepreneurship bukanlah seorang guru harus melakukan kewirausahaan, akan
tetapi yang dimaksud adalah seorang guru harus mempunyai sikap kemandirian dan
tidak bergantung pada orang lain. Kemandirian yang diharapkan ada pada setiap
guru adalah sikap dan perilaku guru yang memancarkan kejujuran, melakukan
sesuatu sesuai dengan kemampuan, menyadari setiap kapasitas dirinya dan selalu
memiliki sikap integritas kepada semua peserta didik.
6. Self Motivation
Seorang guru yang profesional selalu mampu menghadirkan motivasi dari
dalam dirinya dan mampu menjadi motivator untuk orang lain. Guru tidak hanya
sekedar melakukan transfer of knowledge kepada peserta didik, akan tetapi juga
harus selalu memberikan semangat belajar dan motivasi-motivasi yang bersifat
membangun kepada peserta didiknya agar terus berusaha menjadi lebih baik. Tidak
akan mampu seorang guru menjadi motivator untuk orang lain ketika motivasi
dalam dirinya sendiri belum tertanam dengan baik.
7. Self Growth

14
Guru diharapkan agar terus belajar berkembang dan terus menerus melakukan
peningkatan terhadap kemampuan serta kualitas dirinya. Guru yang profesional
selalu berupaya mengikuti perubahan atau perkembangan zaman untuk mencapai
kualitas dirinya yang maksimal.6 Oleh karena itu, tidak ada kata berhenti bagi
seorang untuk terus belajar dan menggali pengetahuan sebanyak-banyaknya, karena
ketika guru berhenti untuk meningkatkan kemampuan yang ada dalam dirinya,
maka sesungguhnya itu adalah stagnasi terburuk dalam dunia pendidikan.
8. Capability
Kapabilitas seorang guru merupakan kemampuannya dalam mengelola potensi
yang ada dalam dirinya secara baik dan maksimal. Guru yang baik adalah guru yang
memiliki kemampuan dalam berkarya dan menunjukan kecakapannya dalam
melaksanakan proses belajar mengajar yang up to date dan memiliki ketrampilan
diri dalam memahami serta mengayomi peserta didikya dengan efektif.
9. Memiliki kewibawaan
Adalah suatu ciri yang terpancar dari dalam diri guru itu semdiri sebagai suatu
kekuasaan batin untuk mendidik dan kemudian mampu mempengaruhi peserta
didik untuk diakui sebagai orang yang lebih dewasa, lebih berpengalaman, lebih
tinggi derajatnya dibandingkan dirinya.
10. Inovatif
Melihat perkembangan kurikulum, guru seharusnya juga harus terus melangkah
maju sesuai dengan perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan kurikulum
pendidikan di Indonesia ke kurikulum 2013 adalah bentuk usaha inovatif dari
pemerintah, dan guru juga harus memiliki usaha-usaha yang inovatif dalam proses
menjalankan kurikulum baru tersebut, seperti inovatif dalam materi/bahan ajar,
inovatif dalam menggunakan berbagai macam metode, memilih media dan alat
pembelajaran serta inovatif dalam melakukan teknik penilaian terhadap peseta
didik.
Guru profesional menurut Gilbert H Hunt (dalam Rosyada, 2004:11-114),
memiliki, yaitu : (1) sifat; guru yang baik harus memiliki sifat-sifat antusias,
stimulatif, mendorong siswa untuk maju, hangat, berorientasi pada tugas dan
pekerja keras, toleran, sopan, dan bijaksana, bias dipercaya, fleksibel dan mudah
menyesuaikan diri, demokratis, penuh arapan bagi siswa, tidak mencari reputasi
pribadi, mampu mengatasi streotife siswa, bertanggung jawab terhadap kegiatan
belajar siswa, mampu bertanggung jawaba terhadap kegiatan belajar siswa, mampu
menyampaikan perasaannya, dan memiliki pendengaran yang baik, (2)
pengetahuan; guru yang baik juga memiliki pengetahuan yang memadai dalam
mata pelajarn yang diampunya, dan terus mengikuti kemajuan dalam bidang
ilmunya, (3) apa yang disampaikan; guru yang baik juga mampu memberikan
jaminan bahwa materi yang disampaikannya mencakup semua unit bahasan yang
diharapkan siswa secara maksimal, (4) bagaimana mengajar; guru yang baik manpu
menjelaskan berbagai informasi secara jelas, dan terang, memberikan layanan yang
variatif, menciptakan dan memilihara momentum, menggunaan kelompok kecil

15
secara efektif, mendorong semua siswa untuk berpartisifasi, memonitor dan bahkan
sering mendatangi siswa, mampu mengambil berbagai keuntungan dari kejadia-
kejadian yang tidak diharapkan, memonitor tempat duduk, senantiasa melakukan
formatif tes dan post test, melibatkan siswa dalam toturial atau pengajaran sebaya,
memggunakan kelompok besar untuk pengajaran instruksional, menghindari
kesukaran yang kompleks dengan menyederhanakan sajian informasi,
menggunakan beberapa bahan tradisional, menunjukkan pada siswa tentang
pentingnya bahan-bahan yang mereka pelajari, menujukkan proses berfikir yang
penting untuk belajar berpartisifasi dan mampu memberikan perbaikan terhadap
kesalahan konsepsi yang dilakukan siswa, (5) harapan; guru yang baik mampu
memberikan harapan pada siswa, mampu membuat siswa akuntabel, dan
mendorong partisipasi orang tua dalam memajukan kemampuan akdemik siswa, (6)
reaksi guru terhadap siswa; guru yang baik biasanya menerima berbagai masukan,
resiko, dan tantangan, selalu memberikan dukungan pada siswanya, konsisten
dalam kesepakatan dengan siswanya, bijaksana terhadap kritik siswa,
menyesuaikan diri dengan kemajuankemajuan siswa, pembelajaran yang
memperhatikan individu, mampu memberikan jaminan kesetaraan partipasi siswa,
mampu menyediakan waktu yang pantas untuk siswa bertanya, cepat
dalammemberikan feedbeck bagi siswa dalam membantu mereka belajar, peduli
dan sensitive terhadap perbedaan latar belakang sosial ekonomi dan kultur siswa,
mampu menyesuaikannya dalam menghadapi berbagai perbedaan, (7) manajemen;
guru yang baik juga harus mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan,
memiliki kemampuan dalam pengelolaan kelas sejak hari pertama dia bertugas,
mampu mengatasi gangguan yag muncul ketika terjadi proses pembelajaran, dan
tetap dapat menjaga siswa untuk tetap belajar dengan sukses.
Suparno (2004:47-50), guru profesional itu adalah memiliki kepribadian
yang utuh, yaitu : (1) guru harus bermoral dan beriman;hal ini penting karena salah
satu tugas guru adalah membantu anak didik bertaqwa dan beriman serta menjadi
anak yang baik, (2) guru harus mempunya aktualisasi diri yang tinggi. Aktualisasi
diri disini adalah sikap bertanggung jawab, (3) guru mampu berkomunikasi dengan
baik. Komunikasi yang baik akan membantu proses pembelajaran dan pendidikan
terutama pada level dasar dan menengah.Banyak kasus, guru yang memiliki
pengetahuan yang luas, tetapi tidak mampu berkomunikasi dengan siswa (anak
didik) dengan baik, (4) guru harus disiplin. Setiap aktivitas hendaknya menerapkan
disiplin yang tinggi, karena kunci sukses salah satunya adalah disiplin, dan kita
sangat mudah diucapkan, dilaksanakan sangat sulit, (5) guru dituntut untuk belajar
terus agar pengetahuannya tetap segar. Guru tidak boleh berhenti belajar.
Beberapa kriteria dan syarat yang dikemukaka di atas belumlah
sempurna/lengkap manakala kita tidak memunculkan aspek kepemimpinan dalam
diri seorang guru. Nilainilai kepemimpinan telah ada dalam diri setiap orang
termasuk guru. Kepemimpinan merupakan potensi yang dimiliki setiap manusia,
dan sudah menjadi “sinqua non” pada sosok guru sesunggunhnya telah
melekat/sudah ada aspek kepeminpinan dalam kesehariannya. Hanya saja, apakah
bakat/talenta dan sifat-sifat kepemimpinannya sebagai sosok seseorang guru telah
memberikan pengaruh yang positif bagi dirinya, bagi siswa dan lingkungan

16
pembelajaran disekitarnya atau sebaliknya. Tanpa disadari sebenarnya guru telah
secara bersamaan merefleksikan sifat dan bakat kepemimpinan dalam kegiatan
pembelajaran. Untuk itu kepemimpinan pada diri guru harus kokoh dan kuat,
mengingat apa yang di praktekkan dalam aktivitas kehidupan, interaksi
pembelajaran di sekolah dan dimana pun guru berada, menjadi bagian dari
kemimpinan yang ia bawa. Guru profesional juga harus didukung kepemimpinan
yang berprinsif, berwibawa dan kharismatik. Untuk itu, Covey (1996: 29-37)
menyebut beberapa ciri-ciri pemimpin yang efektif dengan berprinsif, yaitu: (1)
mereka terus belajar. Artinya mereka terus menambah kemampuan untuk
mendapatkan pelatihan/ pendidikan, kursus/penataran, workshop/ seminar,
mendengarkan orang lain, (2) mereka berorientasi dapa pelayanan. Mereka punya
prinsif bahwa hidup ini adalah sebuah misi bukan karir. Mereka selalu memikirkan
orang lain, mereka selalu mengingat apa tugas dan tanggung jawab yang
diembannya, mereka yakin tidak ada beban yang harus dipikul, mereka selalu siap
dan bersiap melakayani orang lain, (3) prinsif membangkitkan energi yang positif .
Mereka dapat mengubah keadaan yang negative menjadi positif, yang lemah
menjadi lebih kuat, yang kacau menjadi stabil, mereka bersikap optimis, berfikir
positif, (4) mereka memiliki antusiasme yang tinggi, punya harapan dan keyakinan,
menciptkan perdamaian dan keharmonisan, bukan sebaliknya, merobah kekuatan
destruktif menjadi konstruktif, (5) mereka membuat hidup seimbang. Mereka tidak
mengambil sesuatu seluruhnya, tetapi bukan tidak ikut mengambil sama sekali, (6)
mereka memandang hidup hidupa sebagai pengalaman. Mereka menikmati hidup
karena perasaan aman datang dari dalam diri sendiri bukan dari luar, (7) mereka
adalah pembaharu. Mereka hampir selalu mengubah situasi kedalam keadaan yang
lebih baik, (8) mereka selalu memperbaiki diri. Secara terus membenahi keempat
dimensi yang dimiliki manusia: fisik, mental, emosi dan spritulitas.
Dalam proses pembelajaran, seorang guru perlu merancang terlebih dahulu
program pembelajarannya, artinya seorang guru sebelum mengajar perlu
merancang pengorganisasian bahan pelajaran yang jelas, merancang pengelolaan
kelas, merancang strategi pembelajaran, merancang media pembelajaran serta
merancang evaluasi pembelajaran siswa.
Meskipun banyak para ahli dan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa
begitu pentingnya kemampuan guru atau kompetensi yang harus dikuasai guru
dalam upaya meningkatkan proses belajar mengajar, namun kenyataan di lapangan
masih banyak kita jumpai guru yang kurang kompeten dalam melaksanakan
tugasnya.
2.7 Karakteristik Guru Profesional
Dalam rangka mendukung terwujudnya suasana proses belajar mengajar yang
berkualitas di lembaga pendidikan membutuhkan adanya profesionalitas.
Karakteristik guru yang profesionalitas sedikitnya ada lima karakteristik dan
kemampuan profesionalitas guru yang harus dikembangkan, yaitu (Muh Uzer
Usman,1981):
a. menguasai kurikulum

17
b. menguasai materi semua mata pelajaran
c. terampil menggunakan multi metode pembelajaran
d. memiliki komitmen yang tinggi terhadap tugasnya
e. memiliki kedisiplinan dalam arti yang seluas-luasnya
Guru yang profesional membutuhkan langkah-langkah yang relevan. Sebelum
itu, seorang guru harus memiliki kriteria-kriteria yang ditetapkan sebagai dasar
pembentukan guru profesional. Berdasarkan UU No. 14 tahun 2005 pasal 8
menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi,
sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan pendidikan nasional. Kemudian pasal 9 menyatakan kualifikasi
akademik sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 diperoleh melalui pendidikan
tinggi program sarjana atau program diploma empat.Penegasan dari UU ini
menyatakan bahwa untuk mejadi seorang guru, minimal harus berpendidikan
sarjana atau diploma empat.
Pada dasarnya kompetensi guru menurut P3G bertolak dari analisis tugas-tugas
seorang guru, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun sebagai administrator
kelas. Ada sepuluh kompetensi guru menurut P3G (Rusman, 2010: 51), yaitu
(1)Menguasai bahan; (2) Mengelola program belajar mengajar; (3) Mengelola kelas
(4); Menggunakan media atau sumber belajar; (5) Menguasai landasan
kependidikan; (6)Mengelola interaksi belajar mengajar; (7) Menilai prestasi
belajar; (8) Mengenal fungsi dan layanan bimbingan penyuluhan; (9) Mengenal dan
menyelenggarakan administrasi sekolah; dan (10) Memahami dan menafsirkan
hasil penelitian guna kepeluan pengajaran.
Delapan dari sepuluh kompetensi yang disebutkan tersebut, lebih diarahkan
kepada kompetensi guru sebagai pengajar. Dapat disimpulkan pula bahwa
kesepuluh kompetensi tersebut hanya mencakup dua bidang kompetensi guru yakni
kompetensi kognitif dan kompetensi perilaku. Kompetensi sikap, khususnya sikap
profesional guru, tidak tampak. Untuk keperluan analisis tugas guru sebagai
pengajar, maka kompetensi kinerja profesi keguruan (generic teaching
competencies) dalam penampilan aktual dalam proses belajar mengajar, minimal
memiliki empat kemampuan, yakni, (1)Merencanakan proses belajar mengajar; (2)
Melaksanakan dan memimpin/mengelola proses belajar mengajar; (3) Menilai
kemajuan proses belajar mengajar; dan (4) Menguasai bahan pelajaran.
Penjelasan di atas bahwa makna profesionalitas merupakan bagian dari totalitas
kepribadian guru. Artinya, profesionalisasi harus dimulai sejak dini, yang
memerlukan waktu cukup lama serta terus ditelusuri proses perkembangannya.
Profesionalitas guru menghendaki kematangan pribadi. Hal ini menyangkut adanya
kesiapan seorang guru untuk melakukan interaksi, komunikasi, melaksanakan
bimbingan dan penyuluhan, pengadministrasian, penelitian, penguasaan materi
pelajaran yang akan disampaikan di kelas, serta kemampuan untuk melakukan
evaluasi dan reevaluasi sehingga tugas profesionalitas dapat dilakukan secara
maksimal dan terarah.
2.8 Indikator Kompetensi Profesional Guru

18
Kompetensi pada dasarnya menunjukkan kepada kecakapan atau
kemampuan untuk mengerjakan suatu pekerjaan. Dan kompetensi juga merupakan
suatu sifat (karakteristik) orang-orang (kompetensi) ialah yang memiliki
kecakapan, daya (kemampuan), otoritas (kewenangan), kemahiran (keterampilan),
pengetahuan, dan untuk mengerjakan apa yang diperlukan. Dari berbagai
penjelasan itu dapat di simpulkan bahwa profesi itu pada hakikatnya merupakan
suatu pekerjaan tertentu yang menuntut persyaratan khusus seperti yang diungkap
oleh Sanusi,dkk yang di kutip Mudlofir (2013) yaitu:
1) Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (experties),
2) Profesional melakukan pekerjaann, 3) Profesionalisme untuk meningkatkan
kemampuan profesionalnya dan mengembangkan strategi dalam pekerjaan yang
sesuai dengan profesinya, 4) Profesionalitas mengacu kepada pengetahuan dan
keahlian yang merka miliki, 5) Profesionalisasi menunjuk pada kemampuan para
anggota profesi dalam mencapai kriteria yang standar.
Kompetensi profesional seorang guru adalah seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas mengajarnya
dengan berhasil. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru terdiri
dari 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan kompetensi
professional. Keberhasilan guru dalam menjalankan profesinya sangat ditentukan
oleh ketiganya dengn penekanan pada kemampuan mengajar.
Jamal Ma`mur Asmani menyebutkan, bahwa selain sebagai faktor kesuksesan
guru, ada beberapa fungsi dan tugas lain seorang guru, antara lain:
a) Educator (pendidik), tugas pertama guru adalah mendidik muridmurid
sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang
educator, ilmu adalah syarat utama. Membaca, menulis, berdiskusi,
mengikuti informasi, dan responsive terhadap masalah kekinian sangat
menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.
b) Leader (pemimpin), guru juga seorang pemimpin kelas. Karena itu, ia harus
bisa menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju
tercapainya tujuan pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang
pemimpin, guru harus terbuka, demokratis, egaliter, dan menghindari cara-
cara kekerasan.
c) Fasilitator, sebagai fasilitator guru bertugas memfasilitasi murid untuk
menemukan dan mengembangkan bakatnya secara pesat. Sebagai
fasilitator, guru tidak boleh mendikte anak didiknya untuk menguasai satu
bidang. Anak harus dibiarkan mengeksplorasi potensinya dan memilih
potensi terbaik yang dimiliki sebagai jalur hidupnya di masa depan. Seorang
guru hanya boleh memberikan bimbingan, arahan, dan visi hidup ke depan,
sehingga anak didik bersemangat mencari bakat unik dan potensi
terbesarnya demi meraih impian hidup di masa depan.
2.9 Upaya Peningkatkan Profesionalisme Guru

19
Disadari atau tidak tugas guru di masa depan akan semakin berat. Guru tidak
hanya bertugas mentransfer ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi saja,
melainkan juga harus mengemban tugas yang dibebankan masyarakat kepadanya.
Tugas tersebut meliputi mentransfer kebudayaan dalam arti luas, keterampilan
dalam menjalani hidup (life skills), dan nilai serta beliefs (Purwanto, 2004).
Melihat tugas yang demikian berat tersebut, maka sudah selayaknya bila
kemampuan profesional guru juga terus ditingkatkan agar mereka mampu
menjalankan tugasnya dengan baik. Terkait dengan hal ini guru sendiri harus mau
membuat penilaian atas kinerjanya sendiri atau mau melakukan otokritik di
samping harus pula memperhatikan berbagai pendapat dan harapan masyarakat.
Menurut Purwanto (2004), dalam rangka meningkatkan profesionalismenya, guru
harus selalu berusaha untuk melakukan lima hal. Pertama, memahami tuntutan
standar profesi yang ada. Hal ini harus ditempatkan pada prioritas yang utama
karena:
1. Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru lintas
negara.
2. Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan
profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki
pelayanan yang lebih baik.
Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar
secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar
dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
Kedua, mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan. Dengan
dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi
tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan. Peningkatan kualitas dan
kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training dan berbagai upaya lain
untuk memperoleh sertifikasi.
Ketiga, membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat
organisasi. Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat
dilakukan guru dengan membina jaringan kerja atau networking. Guru harus
berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses.
Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik
lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasiinovasi di
bidang profesinya.
Keempat, mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan
pelayanan bermutu tinggi kepada kostituen. Di zaman sekarang ini, semua bidang
dan profesi dituntut untuk memberikan pelayanan prima. Guru pun harus
memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu siswa, orang tua dan
sekolah sebagai stakeholder. Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk
pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan
publik. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan
tugasnya kepada publik.

20
Kelima, mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam
pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak
ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran. Guru dapat
memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media
presentasi, komputer (hard technologies) dan juga pendekatanpendekatan baru
bidang teknologi pendidikan (soft technologies).
Beberapa upaya di atas tentu saja tidak akan dapat berjalan jika tidak dibarengi
dengan upaya yang nyata untuk menjadikan guru menjadi sebuah profesi yang
menjanjikan artinya kesejahteraan guru memang harus ditingkatkan. Mengapa
harus kesejahteraan guru yang harus ditingkatkan? Hal ini mengandung implikasi
yang sangat luas. Di satu sisi, dengan kesejahteraan guru yang memadai akan
mampu mendukung kinerja guru secara optimal. Guru tidak lagi memikirkan
bagaimana mencari "pekerjaan sampingan" untuk mempertahankan dan membiayai
kehidupan keluarganya, melainkan mampu terfokus pada pelaksanaan tugas dan
tanggung jawabnya dalam membina anak didiknya. Sementara itu, di sisi lain,
dengan kesejahteraan guru yang menjanjikan, maka guru akan menjadi sebuah
profesi yang banyak dikejar oleh generasi mendatang, terutama generasi muda yang
memiliki potensi dan termasuk dalam kategori unggul. Dengan adanya 'bibit
unggul' tersebut maka guru di masa depan bukanlah dimiliki oleh orang-orang yang
'terpaksa' atau 'dipaksa' untuk menjadi guru, melainkan dimiliki oleh orang-orang
yang benarbenar memiliki kualitas dan kompetensi yang tinggi. Dengan demikian,
kata kunci dari upaya peningkatan profesionalisme guru adalah peningkatan
kesejahteraan guru.
2.10 Tanggung Jawab Guru
Tanggung jawab guru dan unsur pendidikan lainnya bukan hanya sekedar
dalam hal mengajar atau memajukan dunia pendidikan di sekolah di tempatnya
bertugas, tetapi juga bertangggung jawab untuk mengajak masyarakat di sekitarnya
untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan pendidikan di wilayahnya.
Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian
tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode.
Tanggung jawab guru profesional ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam
melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang professional hendaknya mampu
memikul dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik,
orang tua, masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Tanggung jawab seorang
Guru (professional) antara lain:
Tanggungjawab intelektual diwujudkan dalam bentuk penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi
kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi
materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya.
Tanggung jawab profesi/pendidikan: Diwujudkan melalui pemahaman guru
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil

21
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.
Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kemampuan guru
berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama kolega
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat
sekitar.
Tanggung jawab spiritual dan moral: Diwujudkan melalui penampilan guru
sebagai insan beragama yang perilakunya senantiasa berpedoman pada ajaran
agama dan kepercayaan yang dianutnya serta tidak menyimpang dari norma agama
dan moral.
Tanggung jawab pribadi diwujudkan melalui kemampuan guru memahami
dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan menghargai serta
mengembangkan dirinya dalam bentuk moral spiritual.
2.11 Menjadi Guru Profesional
Menjadi Guru Profesional berarti kemampuan guru melaksanakan
tugastugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar seperti yang tertuang
dalam Pancasila, Pembukaan UUD 2945, UUSPN Nomor 20 Tahun 2003, dan
UUGD Nomor 14 Tahun 2005: Disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevalusi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.
Menjadi profesional berarti guru harus mempunyai kompetensi kepribadian
dimana hal tersebut adalah kemampuan kepribadian yang stabil dan dewasa, arif,
bijaksana, berakhlak mulia, dan berwibawa. Seorang guru juga harus mempunyai
kompetensi profesional yang merupakan kemampuan dalam menguasai materi
pembelajaran yang luas dan mendalam. Kemampuan menguasai materi antara lain
tentang konsep dan struktur materi ajar, materi ajar yang ada di dalam kurikulum,
hubungan konsep antar mata pelajaran terkait.
Profesionalisme guru adalah guru yang memiliki kompetensi profesional.
Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan guru
mengusai materi pelajaran secara luas dan mendalam, termasuk pengusaan
kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme
guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam
menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai dengan bidangnya.

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kompetensi guru merupakan dasar untuk mengukur keterampilan
pembelajaran dan kepribadian. Kedudukan guru mempunyai posisi penting dalam
lembaga pendidikan karena kondisi guru mempunyai hubungan langsung dengan
perkembangan pengetahuan peserta didik. Etos belajar peserta didik dapat
dipengaruhi kapasitas guru. Guru mempunyai makna penting pada aspek
pengajaran, pembinaan, pelatihan dan pengevaluasian yang mempengaruhi kualitas
peserta didik. Keahlian guru mesti dapat dukungan sarana prasarana pembelajaran
yang memadai. Sarana itu dapat berupa tempat belajar dan sarana alat teknologi
pembelajaran. Guru mengharuskan penguasaan teknologi pembelajaran. Hal itu
sebagai media guru dengan peserta didik.
Standar kompentensi yang harus dimiliki oleh seorang guru agar mendapat
sertifikasi untuk melaksanakan tugas dan wewenang sebagai tenaga kependidikan
yaitu meliputi: 1) kompetensi pedagogik, 2) kompetensi kepribadian, 3) kompetensi
sosial, dan (4) kompetensi profesional.

23
DAFTAR PUSTAKA

Andina, E. (2018). EFEKTIVITAS PENGUKURAN KOMPETENSI GURU.


Aspirasi: Jurnal Masalah-Masalah Sosial, 9(2), 204-220.
doi:https://doi.org/10.22212/aspirasi.v7i1.1084
Baharun, H. (2017). PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MELALUI
SISTEM KEPEMIMPINAN KEPALA MADRASAH. At-Tajdid : Jurnal
Ilmu Tarbiyah, 6(1), 1-26.
Darmadi, H. (2015). TUGAS, PERAN, KOMPETENSI, DAN TANGGUNG
JAWAB MENJADI GURU PROFESIONAL. Jurnal Edukasi, 13(2), 161-
174.
Fitriani, C., AR, M., & Usman, N. (2017). KOMPETENSI PROFESIONAL GURU
DALAM PENGELOLAAN PEMBELAJARAN DI MTs
MUHAMMADIYAH BANDA ACEH. Jurnal Magister Administrasi
Pendidikan, 5(2), 88-95.
Hambali, M. (2016). MANAJEMEN PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU
PAI. Jurnal MPI, 1, 70-89.
Ismail, M. I. (2010). KINERJA DAN KOMPETENSI GURU DALAM
PEMBELAJARAN. Lentera Pendidikan : Jurnal Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan, 13(1), 44-63.
Jailani, M. S. (2014). Guru Profesional Dan Tantangan Dunia Pendidikan. Jurnal
Al-Ta’lim, 21(1), 1-9.
Jamin, H. (2018). UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL
GURU. At-Ta’dib: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam, 10(1), 19-36.
MAHYUDDIN. (2018). KONSEP GURU PROFESIONAL (KAJIAN
TERHADAP EFEKTIVITAS SERTIFIKASI GURU, KOMITMEN
KERJA GURU DAN KEMAMPUAN KERJA GURU BERSERTIFIKASI)
DI MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) SE-KOTA PEKANBARU. Al-
Mutharahah: Jurnal Penelitian Dan Kajian Sosial Keagamaan, 15(2), 197-
225.
Muhson, A. (2004). MENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU: SEBUAH
HARAPAN. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 2(1), 90-98.
Mulyani, F. (2009). KONSEP KOMPETENSI GURU DALAM UNDANG-
UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 TENTANG GURU DAN DOSEN
(Kajian Ilmu Pendidikan Islam). Jurnal Pendidikan Universitas Garut,
03(01), 1-8.
Mustofa. (2007). UPAYA PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DI
INDONESIA. Jurnal Ekonomi & Pendidikan, 4(1), 76-88.

24
Rijal, F. (2018). GURU PROFESIONAL DALAM KONSEP KURIKULUM 2013.
Jurnal MUDARRISUNA: Media Kajian Pendidikan Agama Islam, 8(2),
328-346. doi:http://dx.doi.org/10.22373/jm.v8i2.32350
Rochayadi, I. (2014,). UPAYA MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU
PAUD MELALUI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN GURU DI PAUD
BOUGENVILLE KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG. Jurnal
EMPOWERMENT, 4(1), 1-10.
Sepriyanti, N. (2012). GURU PROFESIONAL ADALAH KUNCI
MEWUJUDKAN PENDIDIKAN BERKUALITAS. Jurnal Al-Ta’lim,
19(1), 66-73.
Sudrajat, J. (2020). KOMPETENSI GURU DI MASA PANDEMI COVID-19.
Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, 13(2), 100-110.
Sulfemi, W. B. (2019). KOMPETENSI PROFESIONALISME GURU
INDONESIA DALAM MENGHADAPI MEA. 62-77.
Sumarto. (2018). MANAJEMEN SEKOLAH: WUJUDKAN GURU
PROFESIONAL. Jurnal Tarbawi: Jurnal Ilmu Pendidikan, 14(02), 51-62.

25

Anda mungkin juga menyukai